BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan penyakit (Kusnaedi, 2004). Salah satu syarat air yaitu tidak mengandung mikroba Coliform (Fekal/Escherichia coli dan non-fecal). Coliform merupakan bakteri yang lazim digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak, karena densitasnya berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air, artinya makin sedikit kandungan Coliform, artinya kualitas air semakin baik.bakteri coliform ini menghasilkan zat yang dapat menyebabkan kanker. Selain itu, bakteri pembusuk ini juga memproduksi bermacam-macam racun seperti indol dan skatol yang dapat menimbulkan penyakit bila jumlahnya berlebih di dalam tubuh.
Menurut PERMENKES Republik Indonesia No.416/Menkes/Per/IX/1990
tentang pengawasan dan syarat-syarat kualitas air disebut sebagai air bersih adalah air yang memenuhi syarat kesehatan, yang harus dimasak terlebih dahulu sebelum diminum. Untuk mengetahui jumlah Colifrom di dalam air digunakan metode Most Probable Number (MPN). Pemeriksaan kehadiran bakteri E. coli dari air dilakukan berdasarkan penggunaan medium kaldu laktosa. Kehadiran bakteri E. coli besar pengaruhnya terhadap kehidupan manusia, terbukti dengan kualitas air secara bakteriologis tingkatannya ditentukan oleh kehadiran bakteri tersebut.
Air bersih yang memenuhi syarat kesehatan harus bebas dari pencemaran, sedangkan air minum harus memenuhi standar yaitu persyaratan fisik, kimia dan biologis,karena air minum yang tidak memenuhi standar kualitas dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Escherichia coli merupakan indicator pencemaran air. Hal yang menyebabkan menurunnya kualitas air sumur gali diantaranya jumlah Escherichia coli pada air sumur diluar ambang batas maksimum. Kandungan Escherichia coli pada air sumur yang dipakai mempunyai peranan besar dalam penularan berbagai penyakit. Keadaan kualitas air yang jelek dan manajemen pengaturan limbah padat (manure) maupun limbah cair (air buangan) yang kurang memadai, letak sumur yang terlalu dekat (+2 m) dengan tumpukan kotoran hewan (manure) dan pembuangan tinja, pada dasarnya disebabkan oleh ketidakcermatan manusia dalam mengatur kebersihan (Siswono, 2001).
TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui mengenai metode MPN (most probable number) dan menguji apakah dalam air PAM terdapat cemaran mikroorganisme.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII tahun 2002, tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air, yang dimaksud air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum (Anonim, 2002). Alasan kesehatan dan teknis yang mendasari penentuan standar kualitas air minum adalah efek-efek dari setiap parameter jika melebihi dosis yang telah ditetapkan. Pengertian standar kualitas air minum adalah batas operasional dari kriteria kualitas air dengan memasukkan pertimbangan non teknis, misalnya kondisi sosial ekonomi, target atau tingkat kualitas produksi, tingkat kesehatan yang ada dan teknologi yang tersedia. Sedangkan kriteria kualitas air merupakan putusan ilmiah yang mengekspresikan hubungan dosis dan respon efek, yang diperkirakan terjadi kapan dan dimana saja unsur-unsur pengotor mencapai atau melebihi batas maksimum yang ditetapkan, dalam waktu tertentu. Dengan demikian maka kriteria kualitas air merupakan referensi dari standar kualitas air (Fardias, 1989).
2.1.1 Sumber Air Minum
Dalam memilih sumber air baku, maka harus diperhatikan kualitasnya. Beberapa sumber air baku yang dapat digunakan, dikelompokkan sebagai berikut 1) Air hujan disebut dengan air angkasa 2) Air Permukaan Air permukaan yang biasanya dimanfaatkan sebagai sumber air baku adalah:
Air waduk (berasal dari air hujan)
Air sungai (berasal dari air hujan dan mata air).
Air danau (berasal dari air hujan, air sungai atau mata air).
Pada umumnya air permukaan telah terkontaminasi dengan berbagai zatzat yang berbahaya bagi kesehatan, sehingga memerlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dikonsumsi oleh masyarakat.
3). Air Tanah Secara praktis air tanah adalah air bebas polutan karena berada di bawah permukaan tanah. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa air tanah dapat tercemar oleh zat-zat yang mengganggu kesehatan.
4). Mata Air Dari segi kualitas, mata air adalah sangat baik bila dipakai sebagai air baku, karena berasal dari dalam tanah yang muncul ke permukaan tanah akibat tekanan, sehingga belum terkontaminasi oleh zat-zat pencemar. Biasanya lokasi mata air merupakan daerah terbuka, sehingga mudah terkontaminasi oleh lingkungan sekitar. Contohnya ditemui bakteri E. coli pada mata air (Fardias, 1989).
2.1.2 Kegunaan Air Minum Makhluk hidup seluruh bagian tubuhnya berkaitan dengan air. Air minum merupakan kebutuhan manusia paling penting. Seperti diketahui, kadar air tubuh manusia mencapai 68 persen, dan untuk tetap hidup air dalam tubuh tersebut harus dipertahankan. Padahal, kebutuhan air minum setiap orang bervariasi dari 2.1 liter hingga 2.8 liter per hari, tergantung pada berat badan dan aktivitasnya. Namun, agar tetap sehat, air minum harus memenuhi persyaratan fisik, kimia maupun bakteriologis (Suprihatin, 2004).
2.1.3 Kualitas Air Minum Persyaratan kualitas air minum (air yang aman untuk dikonsumsi langsung), termasuk DAMIU, diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002, sedangkan persyaratan air minum dalam kemasan diatur sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor SNI-0l-3553-1996. Kedua jenis air minum itu selain harus memenuhi persyaratan fisik dan kimia, juga harus memenuhi persyaratan mikrobiologis. Air minum harus bebas dari bakteri patogen (Suprihatin, 2004) Kuantitasi mikroba menunjukan jumlah koloni yang mampu di bentuk oleh mikroba tertentu. Beberapa koloni bakteri ini, bagi tubuh manusia akan menyebabkan penyakit. Seteril dari bakteri untuk maknan terutama minuman, sangat perlu di ketahui demi menjaga kesehatan. Air minum dari berbagai tempat memepunyai jenis-jenis bakteri yang tidak sama untuk air minum hasil penyulingan diharapkan sudah terbebas dari bakteri (Dwidjoseputro, 1994). Pertumbuhan sering kali dinyatakan secara singkat sebagai kemampuan untuk menghasilkan 2 sel baru dan hidup. Sel dikatakan hidup bila dapat menghasilkan sel baru. Bila tidak mempunyai kemampuan ini lagi, Maka sel dinyatakan tidak hidup lagi atau mati. Analisis pertumbuhan bakteri dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu, membandingkan jumlah sel, berat kering, konsentrasi protein atau nitrogen dan kekeruhan (Dwidjoseputro, 1994). Perhitungan secara tidak langsung ada beberapa cara yaitu : perhitungan pada cawan petri (total plate count) TPC, perhitungan melalui pengenceran, perhitungan jumlah terkecil atau terdekat (MPN metode), dan kalorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri). Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumtive test), uji konfirmasi (confirmed test), dan uji kelengkapan (completed test). Dalam uji tahap pertama, keberadaan coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah; masih dalam dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentatif coliform dalam sampel. Metode perhitungan MPN sering digunakan dalam pengamatan untuk menghitung jumlah bakteri yang terdapat di dalam tanah seperti Nitrosomonas dan Nitrobacter. Kedua jenis bakteri ini memegang peranan penting dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman, sehubungan dengan kemampuannya dalam mengikat N2 dari udara dan mengubah amonium menjadi nitrat (Dwidjoseputro, 1994) Metode MPN untuk uji kualitas mikrobiologi air dalam praktikum digunakan kelompok coliform sebagai indicator. Kelompok coliform mencakup bakteri yang bersifat aerobic dan anaerobic fakultatif, batang gram negatif dan tidak membentuk spora. Coliform memfermentasikan laktosa dengan pembentukan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35oC (Hadioetomo,1993). Dalam metode MPN digunakan medium cair, berbeda dengan metode cawan yang menggunakan medium padat (agar). Perhitungan dilakukan berdasarkan jumlah tabung yang positif, yaitu yang ditumbuhi oleh mikroba setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu.pengamatan tabung positif dapat dilihat dengan timbulnya kekeruhan atau terbentuk gas dalam tabung durham (sutedjo,1991). Metode MPN biasanya biasanya dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang bebentuk cair, meskipun dapat pula digunakan untuk contoh berbentuk padat. Dalam praktikum ini suatu bahan makanan/ minuman dengan sampelnya yaitu sirup dilakukan pengenceran secara desimal (10-1), kemudian masing-masing tabung dengan seri 3-3-3 dimasukkan 10 ml, 1 ml dan 0,1 ml ke dalam tabung yang berisi Lactosa Broth dan tabung Durham. (sutedjo,1991).
Untuk setiap pengenceran digunakan 3 seri tabung. Setelah diinkubasi selama 2 x 24 jam dengan suhu 37°C, maka akan dapat dilihat tabung yang positif yaitu tabung yang ditumbuhi mikroba yang dapat ditandai dengan terbentuknya gas di dalam tabung Durham. Lalu diamati tabung yang terdapat gas/ gelembung dan berwarna keruh sehingga kombinasi tabung yang positif dari uji duga dan uji penegasan dapat dicocokkan dengan tabel MPN-seri 9 tabung. (sutedjo,1991).
Prosedur pengujian MPN Coliform sesuai Metode Analisis Mikrobiologi (MA PPOM 69/MIK/06) yaitu dengan cara menyiapkan dua tabung reaksi masing-masing berisi 9 ml PDF. Dari hasil homogenisasi pada penyiapan sampel dipipet 1 ml pengenceran 10-1 ke dalam tabung PDF pertama hingga diperoleh suspense dengan pengenceran 10-2 lalu dikocok sampai homogen. Selanjutnya dibuat pengenceran 10-3. Ada dua tahap pengujian MPN Coliform yaitu : (BPOM RI, 2006)
1. Uji Praduga (Presumtif Test)
Untuk mendapatkan pengenceran disiapkan 3 tabung reaksi berisi 9 ml MCB yang dilengkapi tabung durham. Kedalam tiap tabung dari masing masing seri dimasukkan 1 ml suspensi pengenceran. Diiinkubasi pada suhu 37° C selama 24-48 jam. Setelah 24 jam dicatat dan diamati adanya gas yang terbentuk dalam tiap tabung, kemudian inkubasi dilanjutkan hingga 48 jam dan dicatat tabung-tabung yang menunjukkan uji positif.
2. Uji Penegasan
Biakan dari tabung yang menunjukkan uji praduga positif dipindahkan 1 sengkelit ke dalam tabung reaksi berisi 10 ml BGLB yang telah dibungkus tabung durham. Seluruh tabung diiinkubasi pada suhu 37 °C selama 24- 48jam. Dilakukan pengamatan adanya pembentukkan gas. Pernyataan hasil dari uji MPN coliform ini yaitu jumlah tabung yang positif gas dicatat dan dirujuk ke tabel MPN. Angka yang diperoleh pada table MPN menyatakan jumlah bakteri coliform dalam tiap gram/tiap ml sampel yang diuji (BPOM RI, 2006).
Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk koloni (colony forming unit) dalam sampel. Namun pada umumnya, nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraan jumlah individu bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL atau per gram. Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95 persen sehingga pada setiap nilai MPN, terdapat jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi (Dwidjoseputro, 1994)
Prinsip untama dari metode MPN ini adalah mengencerkan sampel sampai tingkat tertentu sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang pas/sesuai dan jika ditanam dalam tabung menghasilkan frekuensi pertumbuhan tabung positif "kadang-kadang tetapi tidak selalu". Semakin besar jumlah sampel yang dimasukkan (semakin rendah pengenceran yang dilakukan) maka semakin sering tabung positif yang muncul. Semakin kecil jumlah sampel yang dimasukkan (semakin tinggi pengenceran yang dilakukan) maka semakin jarang tabung reaksi positif yang muncul. Jumlah sampel/pengenceran yang baik adalah yang menghasilkan tabung positif "kadang-kadang tetapi tidak selalu". Semua tabung positif yang dihasilkan sangat tergantung dari probabilitas sel yang terambil oleh pipet saat memasukkannya kedalam media. Oleh karena itu homogenisasi sangat mempengaruhi metode ini. Frekuensi positif (ya) atau negative (tidak) ini menggambarkan konsentrasi mikroorganisme pada sampel sebelum diencerkan (Dwidjoseputro, 2005).
Dalam metode MPN pengenceran sampel harus lebih tinggi dari pada pengenceran pada hitungan cawan, sehingga beberapa tabung yang berisi medium cair yang diinokulasikan dengan larutan hasil pengenceran tersebut mengandung 1 jasad renik, beberapa tabung mungkin mengandung lebih dari 1 sel, sedangkan tabung yang lain mengandung sel sama sekali. Dengan demikian setelah inkubasi diharapkan terjadi pertumbuhan pada beberapa tabung, yang dinyatakan sebagai tabung positif sedangkan tabung lainnya negatif (Waluyo, 2004)
Lebih lanjut mengenai metode MPN, dari setiap pengenceran masing-masing dimasukkan 1 ml masing-masing ke dalam tabung yang berisi medium, dimana untuk setiap pengenceran digunakan 3 atau 5 seri tabung. Setelah inkubasi pada suhu dan waktu tertentu, dihitung jumlah tabung yang positif. Kriteria tabung positif atau tidak ditandai dengan timbulnya kekeruhan atau gas pada tabung durham. Misalnya pada pengnceran pertama, 3 tabung menghasilkan pertumbuhan positif, pada pengenceran ke 2 tabung positif, pada pengenceran ke 3 satu tabung positif, dan pada pengenceran teakhir tidak ada tabung yang positif. Kombinasinya menjadi 3,2,1,0 dan jika diambil 3 pengenceran pertama kombinasinya menjadi 3,2,1. Angka kombinasi ini kemudian dicocokkan dengan table MPN, kemudian nilai MPN sampel dapat dihitung sebagai berikut :
Pengenceran tabung
Tengah MPN sampel = nilai MPN dari table
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Pada pratikum mikrobilogi ini berjudul tentang perhitungan jumlah mikroba dengan menggunakan metode MPN yang dilaksanakan pada hari kamis, pada tanggal 21 juli 2016 pada pukul 14.00 -17 WITA dan dilanjutkan pengamatan pada pada hari jumat pada tanggal 22 juli 2016 pada pukul 12.00 WITA.
3.2 Alat dan Bahan.
3.2.1. ALAT
1. Pipet serologi
2. Pro pipet
3. Tabung durham 9 (sembilan)
4. Tabung reaksi 9 (sembilan)
5. Kapas
6. Lampu spiritus
7 .vortex
3.2.1 BAHAN
1. Media LB
2. Air ledeng/ air kran
3.3 PROSEDUR KERJA
1. Masukan tabung durham kedalam masing-masing tabung reaksi.
2. masukan air ledeng ke dalam tabung reaksi masing-masing 10 ml
3. masukan media LB sebanyak 1 ml kedalam 3 tabung, kemudian 3 ml kedalam 3 tabung, dan 5 ml kedalam 3 tabung sisanya
3. tutup masing-masing tabung dengan kapas
4. inkubasikan selama 1 x 24 jam
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV..I HASIL
dari pratikum yang di lakukan di dapat kan hasil
IV.2 PEMBAHASAN
MPN umumnya dilakukan tidak hanya sampai menghasilkan tabung-tabung positif saja, melainkan dilanjutkan dengan berbagai macam uji untuk mengkonfirmasi tabung positif.prosedur konfirmasi tersebut bertujuan untuk meyakinkan bahwa data positif tersebut memang ditimbulkan oleh mikroorganisme target. Pada praktikum ini sample yang akan diuji adalah air ledeng/ air kran. Tabung durham dimasukan dalam tabung reaksi untuk mengetahui adanya aktifitas mikroorganisme dalam masing-masing tabung reaksi. Dari hasil praktikum ini diketahui adanya tabung durham yang naik dan ini menunjukan bahwa ada aktifitas mikroorganisme dalam tabung reaksi. Hasil ini juga didukung dengan warna air dalam tabung yang berubah menjadi semakin keruh dan terdapat bentuk cincin pada permukaan air dalam tabung reaksi ini membuktikan bahwa adanya mikroorganisme yang tumbuh.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.I KESIMPULAN
MPN adalah suatu metode enumerasi mikroorganisme yang menggunakan data dari hasilpertumbuhan mikroorganisme pada medium cair spesifik dalam seri tabung yang ditanam dari sampel padat atau cair yang ditanam berdasarkan jumlah sampel atau diencerkan menurut tingkat seri tabungnya sehingga dihasilkan kisaran jumlah mikroorganisme yang diuji dalam nilai MPN/satuan volume atau massa sampel.Metode MPN muncul pada awal abad 20. Estimasi paling akurat dari tabel MPN dipublikasikan oleh Mc Crady pada tahun 1915 kemudian dasar statistik dari metode MPN dikemukakan oleh Halvorson dan Ziegler (1933), Eisenhart dan Wilson (1943) dan Cochan (1950). Pada tahun 1957 Woodward menyarankan tentang pengabaian hasil positif (banyak tabung positif pada pengenceran tinggi dan sebaliknya) yang dapat meningkatkan kesalahan laboratorium dalam tabel MPN. Kemudian De Mann pada tahun 1983 mempublikasikan tentang metode perhitungan tingkat kepercayaan (convidence interval) dalam tabel MPN. MPN dinilai dari perkiraan unit tumbuh (Growth Unit / GU) seperti CFU, bukan dari sel individu.
.
V.II SARAN
ada pun saran untuk pratikum selanjutnya pengerjaan yan dilakukan haruslah lebih teliti dan di perhatikan, dan dipahami bagaimana prosedur pengerjaannya supaya tidak menimbulkan kebingungan dan hasinya pun sesuai.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D . 1994. Dasar - Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan
Dwidjoseputro, D . 2005. Dasar - Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan
Hastowo, Sugyo . 1992 . Mikrobiologi . Jakarta : Rajawali
Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 1.
Bandung : CV Yrama Widya
Lay,Bibiana.W . 1992 . Analisis Mikroba Di Laboratrium . Jakarta : Rajawali
Waluyo, Iud. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang : Universitas Muhammadiyah
Fardiaz S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Pusat Antar Universitas. Bogor : Institut Pertanian Bogor Press
Irianto, Koes. 2007. Mikrobiologi Menguak Dunia Organisme Jilid 1. Bandung : CV. Yrama Widya
Tim Dosen Biologi. 2009. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Umum. Surabaya : Universitas Airlangga
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Depkes RI; Jakarta.
Ditjen POM. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Depkes RI; Jakarta.