BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Air adalah adalah unsur unsur yang tidak dapat dapat dipisah dipisahkan kan dari kehidu kehidupan pan manusi manusia. a. Bahkan Bahkan dapat dipastikan tanpa pengembang pengembangan an sumberdaya sumberdaya air secara konsisten peradaban peradaban manusia manusia tidak akan mencapai mencapai tingkat tingkat yang dinikmati dinikmati sampai saat ini. Oleh karena itu pengembangan dan pengolahan sumber daya air merupakan dasar peradaban peradaban manusia manusia (Sunaryo (Sunaryo,, dkk, dkk, 2005). 2005). Salah Salah satu satu faktor faktor penting penting pengg pengguna unaan an air dalam dalam kehidu kehidupan pan sehari-h sehari-hari ari adalah untuk kebutuhan air minum. Air bersih merupakan air yang harus bebas dari mikroorganisme penyebab penyakit dan bahan-bahan kimia yang dapat merugikan kesehatan manusia maupun makhluk hidup lainnya. Air merupakan zat kehidupan, di mana tidak ada satupun makhluk hidup di bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65-75% dari berat manusia terdiri dari air. Menurut Menurut ilmu kesehatan kesehatan setiap orang memerlukan memerlukan air minum sebanyak sebanyak 2,5 - 3 liter setiap hari termasuk air yang berada dalam makanan. Manusia bisa bertahan hidup 2 - 3 minggu tanpa makan, tetapi hanya 2 - 3 hari tanpa minum (Suripin, 2002). Sebagia Sebagian n besar besar pendud penduduk uk di Indones Indonesia ia masih masih mengg mengguna unakan kan air sumur sumur sebagai sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Namun untuk untuk mendap mendapatka atkan n air bersih bersih yang yang memenu memenuhi hi persyara persyaratan tan keseha kesehatan tan tidakla tidaklah h mudah. Hal ini disebabkan adanya bakteri dan unsur-unsur atau kandungan dalam air terse tersebu butt yang yang harus harus dijer dijernih nihkan kan/d /dim imurn urnika ikan n agar agar bersi bersih h dan dan layak layak untu untuk k dija dijadi dika kan n seba sebaga gaii air air bers bersih ih untu untuk k sumb sumber er air air baku baku dan dan lain lainny nya. a. Deng Dengan an bertambahnya bertambahnya aktivitas dan jumlah penduduk, penduduk, maka jumlah air bersih yang diperlukan manusia akan semakin meningkat. Secara global kuantitas sumber daya tanah dan air relatif tetap, sedangkan kualitasnya makin hari makin menurun. Saat Saat ini pence pencema maran ran lingk lingkun unga gan n begi begitu tu meng mengkh khaw awati atirk rkan. an. Kond Kondis isii lingkungan yang semakin buruk, sedikit banyak juga memberi dampak negatif bagi kualita kualitass air bagi bagi konsum konsumsi si manusi manusia. a. Penang Penanganan anan sampah sampah yang yang tidak tidak memada memadai, i, penempatan penempatan dan dan pengelolaan pengelolaan septic septic tank yang yang tidak tidak memenuhi memenuhi persyaratan persyaratan menjadi menjadi penyebab penyebab utama timbulnya timbulnya cemaran mikroorganis mikroorganisme me berbahaya pada air, terutama bakteri E. Coli dan Coliform. Coliform. Air yang tercemar E.Coli tercemar E.Coli dan Coliform apabila
1
terkonsumsi oleh manusia dapat mengakibatkan penyakit pada saluran pencernaan, seperti diare. Oleh karena itu sangat penting untuk melakukan analisa cemaran E. Coli dan Coliform terhadap air yang digunakan sebagai air minum maupun air yang digunakan sebagai bahan pelarut bagi produk pangan maupun produk farmasi. Air permukaan relatif telah terkontaminasi oleh bakteri Coliform, Coliform, khususnya pada daerah perkotaan. perkotaan. Kualitas air dapat dilihat dari indikator indikator mikrobiologi, mikrobiologi, fisik dan kimia di dalamnya. Kehadiran bakteri Coliform merupakan indikator biologi adanya kontaminasi sampah atau feses terhadap sumber air. Kualitas mikrobiologi air air dapa dapatt dite ditent ntuk ukan an berd berdas asar arka kan n nila nilaii MPN MPN Coliform, Coliform, nila ilai MPN Coliform fekal d fekal dan
jumlah
koloni Escherichia
coli. coli.
Kontam tamina inasi Coliform dapat
menyebabkan menyebabkan penyakit infeksi saluran pencernaan pencernaan seperti diare dan gangguang gangguang pencernaan pencernaan lain. Indikator Indikator kualitas kualitas fisik (kekeruhan, (kekeruhan, warna, warna, rasa dan aroma/bau aroma/bau air) air) dan indikator kualitas kimia (pH, kesadahan, nilai BOD dan COD) air merupakan indikator kualitas air yang tidak secara langsung berhubungan dengan kesehatan. Kend Kendati ati demi demikia kian, n, kuali kualitas tas fisik fisik dan kimi kimiaa berh berhub ubun unga gan n deng dengan an pene penentu ntuan an kelayakan air untuk dikonsumsi, sedangkan kontaminasi logam berat seperti Pb (timbal) dalam kondisi minimum berdampak buruk bagi kesehatan. Untuk Untuk menget mengetahui ahui jumlah jumlah sel bakteri bakteri golong golongan an colifor coliform m yang yang terdapa terdapatt dalam sampel air, dilakukan Metode Jumlah Perkiraan terdekat atau Most Probable Probable Number (MPN) (MPN). Penggu Penggunaa naan n media media selektif selektif dan diferens diferensial ial sangat sangat membant membantu u mempercepat usaha pemeriksaan air guna mendeteksi organism coliform. Uji ini dilakukan dengan cara menginokulasi tabung-tabung berisi kaldu laktose dengan contoh air. Bila air yang diperiksa mempunyai kualitas mikrobiologis yang baik maka tidak akan terbentuk asam ataupun gas di dalam kaldu laktose (Pelczar.et al.,1988). Pengujian-pengujian ini digunakan untuk mendeteksi keberadaan bakteri golong golongan an coliform coliform yang yang merupa merupakan kan indikat indikator or terkont terkontamin aminasi asinya nya lingkun lingkungan gan perairan oleh fecal fecal (feces hewan hewan mamalia). mamalia).
1.1 Rumusan Rumusan Masalah Masalah 1. Bagaimanakah Bagaimanakah cara pengambilan pengambilan sampel dalam melakukan melakukan uji MPN pada
sampel air? 2. Bagaimanakah teknik perhitungan nilai MPN pada sampel air?
2
terkonsumsi oleh manusia dapat mengakibatkan penyakit pada saluran pencernaan, seperti diare. Oleh karena itu sangat penting untuk melakukan analisa cemaran E. Coli dan Coliform terhadap air yang digunakan sebagai air minum maupun air yang digunakan sebagai bahan pelarut bagi produk pangan maupun produk farmasi. Air permukaan relatif telah terkontaminasi oleh bakteri Coliform, Coliform, khususnya pada daerah perkotaan. perkotaan. Kualitas air dapat dilihat dari indikator indikator mikrobiologi, mikrobiologi, fisik dan kimia di dalamnya. Kehadiran bakteri Coliform merupakan indikator biologi adanya kontaminasi sampah atau feses terhadap sumber air. Kualitas mikrobiologi air air dapa dapatt dite ditent ntuk ukan an berd berdas asar arka kan n nila nilaii MPN MPN Coliform, Coliform, nila ilai MPN Coliform fekal d fekal dan
jumlah
koloni Escherichia
coli. coli.
Kontam tamina inasi Coliform dapat
menyebabkan menyebabkan penyakit infeksi saluran pencernaan pencernaan seperti diare dan gangguang gangguang pencernaan pencernaan lain. Indikator Indikator kualitas kualitas fisik (kekeruhan, (kekeruhan, warna, warna, rasa dan aroma/bau aroma/bau air) air) dan indikator kualitas kimia (pH, kesadahan, nilai BOD dan COD) air merupakan indikator kualitas air yang tidak secara langsung berhubungan dengan kesehatan. Kend Kendati ati demi demikia kian, n, kuali kualitas tas fisik fisik dan kimi kimiaa berh berhub ubun unga gan n deng dengan an pene penentu ntuan an kelayakan air untuk dikonsumsi, sedangkan kontaminasi logam berat seperti Pb (timbal) dalam kondisi minimum berdampak buruk bagi kesehatan. Untuk Untuk menget mengetahui ahui jumlah jumlah sel bakteri bakteri golong golongan an colifor coliform m yang yang terdapa terdapatt dalam sampel air, dilakukan Metode Jumlah Perkiraan terdekat atau Most Probable Probable Number (MPN) (MPN). Penggu Penggunaa naan n media media selektif selektif dan diferens diferensial ial sangat sangat membant membantu u mempercepat usaha pemeriksaan air guna mendeteksi organism coliform. Uji ini dilakukan dengan cara menginokulasi tabung-tabung berisi kaldu laktose dengan contoh air. Bila air yang diperiksa mempunyai kualitas mikrobiologis yang baik maka tidak akan terbentuk asam ataupun gas di dalam kaldu laktose (Pelczar.et al.,1988). Pengujian-pengujian ini digunakan untuk mendeteksi keberadaan bakteri golong golongan an coliform coliform yang yang merupa merupakan kan indikat indikator or terkont terkontamin aminasi asinya nya lingkun lingkungan gan perairan oleh fecal fecal (feces hewan hewan mamalia). mamalia).
1.1 Rumusan Rumusan Masalah Masalah 1. Bagaimanakah Bagaimanakah cara pengambilan pengambilan sampel dalam melakukan melakukan uji MPN pada
sampel air? 2. Bagaimanakah teknik perhitungan nilai MPN pada sampel air?
2
3. Bagaimanakah hasil uji MPN air yang diperiksa?
1.2 1.2 Tu Tuju juan an 1.2.1
Tujuan Umum
Tujuan umum yang ingin dicapai dari pelaksanaan praktikum permeriksaan MPN air ini adalah untuk mengetahui kualitas air apakah memenuhi persyaratan kesehatan atau tidak. 1.2.2
Tujuan Khu Khusus
1. Untuk mengetahui cara pengambilan sampel air yang akan digunakan untuk
pemeriksaan pemeriksaan MPN MPN pada pada sampel sampel air. 2. Untuk mengetahui teknik perhitungan nilai MPN pada sampel air.
3. Untuk mengetahui mengetahui hasil hasil pemeriks pemeriksaan aan MPN MPN air yang yang diperiksa diperiksa..
1.3 Manfa Manfaat at 1.3 1.3.1
Manfaat faat Teo Teori riti tiss a)
Manfaat secara teoritis adalah laporan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pengetahuan terkait dengan dengan kultur mikrobiolog mikrobiologii dalam pemeriksaan pemeriksaan MPN air air sert sertaa dapa dapatt mena menamb mbah ah refe refere rens nsii keilm eilmua uan n di bida bidang ng mikrobiologi khususnya di bidang uji MPN pada air.
1.3 1.3.2
Manfaat faat Pra Praktis ktis
Manfaat yang ingin ingin diperoleh diperoleh dari pelaksanaan pelaksanaan pratikum pratikum yang mengenai mengenai pemeriksaan pemeriksaan MPN air kete ketera ramp mpil ilan an dala dalam m
adalah praktikan praktikan dapat memperoleh memperoleh pengetahuan pengetahuan dan mela melaku kuka kan n
peng pengam ambi bila lan n
samp sampel el air air
pemeriksaan pemeriksaan MPN MPN air denga dengan n cara yang yang benar. benar.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air
3
dan dan
mela melaku kuka kan n
Air adalah zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna dan bau, yang terdiri dari hidrogen dan oksigen dengan rumus kimiawi H2O. Karena air merupakan suatu larutan yang hampir-hampir bersifat universal, maka zat-zat yang paling alamiah maupun buatan manusia hingga tingkat tertentu terlarut di dalamnya. Dengan demikian, air di dalam mengandung zat-zat terlarut. Zat-zat ini sering disebut pencemar yang terdapat dalam air (Linsley, 1991).
2.1.1. Sifat Air
Sifat air yang penting dapat digolongkan ke dalam sifat fisis, kimiawi, dan biologis. Sifat fisis dari air yaitu didapatkan dalam ketiga wujudnya, yakni, bentuk padat sebagai es, bentuk cair sebagai air, dan bentuk gas sebagai uap air. Bentuk mana yang akan didapatkan, tergantung keadaan cuaca yang ada setempat. Sifat kimia dari air yaitu mempunyai pH=7 dan oksigen terlarut (=DO) jenuh pada 9 mg/L. Air merupakan pelarut yang universal, hampir semua jenis zat dapat larut di dalam air. Air juga merupakan cairan biologis, yakni didapat di dalam tubuh semua organisme. Sifat biologis dari air yaitu di dalam perairan selalu didapat kehidupan, fauna dan flora. Benda hidup ini berpengaruh timbal balik terhadap kualitas air (Slamet, 2002).
2.1.2. Sumber Air
Sebagian besar (71%) dari permukaan bumi tertutup oleh air. Sekalipun air jumlahnya relatif konstan, tetapi air tidak diam, melainkan bersikulasi akibat pengaruh cuaca, sehingga terjadi suatu siklus yang disebut siklus hidrologis. Dari siklus hidrologis ini dapat dilihat adanya berbagai sumber air tawar yang dapat pula diperkirakan kualitas dan kuantitasnya secara sepintas. Sumber-sumber air tersebut adalah : (i)
air permukaan yang merupakan air sungai dan danau.
(ii)
air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal atau air tanah dalam.
(iii)
air angkasa, yaitu air yang berasal dari atmosfir, seperti hujan dan salju (Situmorang, 2007).
4
2.1.3. Kualitas Air
Peraturan Pemerintah No.20 tahun 1990 mengelompokkan kualitas air menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. 1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu. 2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum. 3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan. 4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di perkotaan, industri, dan PLTA. Pada hakikatnya, pemantauan kualitas air pada perairan umum memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Mengetahui nilai kualitas air dalam bentuk parameter fisika, kimia, dan biologi. 2. Membandingkan nilai kualitas air tersebut dengan baku mutu sesuai dengan peruntukannya menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.20 tahun 1990. 3. Menilai kelayakan suatu sumber daya air untuk kepentingan tertentu (Effendi, 2003).
2.1.4. Pencemaran Air
Pencemaran air didefenisikan sebagai perubahan langsung atau tidak langsung terhadap keadaan air yang berbahaya atau berpotensi menyebabkan penyakit atau gangguan bagi kehidupan makhluk hidup. Perubahan langsung dan tidak langsung ini dapat berupa perubahan fisik, kimia, termal, biologi, atau radioaktif. Kualitas air merupakan salah satu faktor dalam menentukan kesejahteraan manusia. Kehadiran bahan pencemar di dalam air dalam jumlah tidak normal mengakibatkan air dinyatakan sebagai terpolusi. Beberapa indikator terhadap pencemaran air dapat diamati dengan melihat perubahan keadaan air dari keadaan yang normal, diantaranya: (1) adanya perubahan suhu air.
5
(2) adanya perubahan tingkat keasaman, basa dan garam(salinitas ) air. (3) adanya perubahan warna, bau dan rasa pada air. (4) terbentuknya endapan, koloid dari bahan terlarut. (5) terdapat mikroorganisme di dalam air (Situmorang, 2007).
2.1.5 Dampak Pencemaran Air
Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air minum,meracuni
makanan
hewan, menjadi penyebab
ketidak seimbangan
ekosistem sungai dandanau, pengrusakan hutan akibat hujan asam dsb.Di badan air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat dari kegiatan pertanian telahmenyebabkan pertumbuhan
tanaman
air
yang
di
luar
kendali
yang
disebut
eutrofikasi(eutrofication). Ledakan pertumbuhan tersebut menyebabkan oksigen yang seharusnyadigunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Ketika tanamanair tersebut mati, dekomposisinya menyedot lebih banyak
oksigen.
Akibatnya
ikan
akanmati
dan
aktivitas
bakteri
akan
menurun.Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi dalam 4 kategori (KLH, 2004)- dampak terhadap kehidupan biota air - dampak terhadap kualitas air tanahdampak terhadap kesehatan- dampak terhadap estetika lingkungan
a. Dampak terhadap kehidupan biota air
Banyaknya zat pencemar pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga akan mengakibatkan kehidupan dalam
air yang
membutuhkan
oksigen
terganggu
serta
mengurangi
perkembangannya. Selain itukematian dapat pula disebabkan adanya zat beracun yang juga menyebabkan kerusakan pada tanaman dan tumbuhan air.Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara alamiah yangseharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Dengan air limbah menjadi sulit terurai.Panas dari industri juaga akan membawa dampak bagi kematian organisme, apabila air limbah tidak didinginkan dahulu. b. Dampak terhadap kualitas air tanah
Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform , terjadi dalam skala yang luas.
6
c. Dampak terhadap kesehatan
Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen air sebagai sarang insekta penyebar penyakit jumlah air yang tersedia tak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat membersihkan diri air sebagai media untuk hidup vector penyakitAda beberapa penyakit yang masuk dalam katagori water-borne diseases, atau penyakit-penyakit yang dibawa oleh air, yang masih banyak terdapat di daerah-daerah.Penyakit-penyakit ini dapat menyebar bila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalamsumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air antara lain, bakteri, protozoa dan metazoa. Beberapa Penyakit Bawaan Air dan Agennya antara lain : •
Virus
:Rotavirus menyebabkan
menyebabkan
Hepatitis A,
Diare pada anak ,Virus Hepatitis A
Virus Poliomyelitis
menyebabkan
Polio
(myelitis anterior acuta). •
Bakteri
:
Vibrio cholerae
menyebabkan
menyebabkan Cholera,
Diare/Dysenterie,
Enteropatogenik,
Escherichia Salmonella
Coli typhi
menyebabkan Typhus abdominalis, Salmonella paratyphi menyebabkan Paratyphus, Shigella dysenteriae menyebabkan Dysenterie. •
Protozoa
:
Entamuba histolytica
menyebabkan
Dysentrie amoeba,
Balantidiacoli menyebabkan Balantidiasis, Giarda lamblia menyebabkan Giardiasis. •
Metazoa : Ascaris lumbricoides
sinensis
menyebabkan
menyebabkan
menyebabkan Ascariasis, Clonorchis
Clonorchiasis,
Diphylobothriasis,
Diphyllobothrium
latum
Taenia saginata/solium menyebabkan
Taeniasis, Schistosoma menyebabkan Schistosomiasis (Sumber : KLH, 2004). d. Dampak terhadap estetika lingkungan
Dengan semakin banyaknya zat organic yang dibuang ke lingkungan perairan,maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yangmenyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Masalahlimbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika.
7
Selain bau, limbah tersebut juga menyebabkan tempat sekitarnya menjadi licin. Sedangkan limbah detergen atau sabunakan menyebabkan penumpukan busa yang sangat banyak. Inipun dapat mengurangi estetika.
2.1.6 Parameter Air Layak Dikonsumsi
Standar air minum, menurut standar WHO semua sampel tidak boleh mengandung E. coli dan sebaiknya juga bebas dari bakteri Coliform. Standar WHO: Dalam
setiap
tahun,
95%
dari
sampel-sampel
tidak
boleh
mengandung Coliform dalam 100 ml, Tidak ada sampel yang mengandung E. coli dalam 100 ml, Tidak ada sampel yang mengandung Coliform lebih dari 10 dalam 100 ml, Tidak boleh ada Coliform dalam 100 ml dan dua sampel yang berurutan. E. coli digunakan sebagai indikator pemeriksaan kualitas bakteriologis secara universal dalam analisis dengan alasan: a)
Secara normal hanya ditemukan di saluran pencernaan manusia (sebagai flora normal) atau hewan mamalia, atau bahan yang telah terkontaminasi dengan tinja manusia atau hewan, jarang sekali ditemukan dalam air dengan kualitas kebersihan yang tinggi
b)
Mudah diperiksa di laboratorium dan sensitivitasnya tinggi jika pemeriksaan dilakukan dengan benar
c) Bila dalam air tersebut ditemukan E. coli, maka air tersebut dianggap berbahaya bagi penggunaan domestik d)
Ada kemungkinan bakteri enterik patogen yang lain dapat ditemukan bersama-sama dengan E. coli dalam air tersebut Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. Parameter kualitas air bersih yang ditetapkan dalam PERMENKES 416/1990 terdiri atas parameter fisik, parameter kimiawi, parameter mikrobiologis. 8
1.
Parameter Fisik
Parameter fisik yang harus dipenuhi pada air minum yaitu harus jernih, tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Sementara suhunya sebaiknya sejuk dan tidak panas. Selain itu, air minum tidak menimbulkan endapan. Jika air yang kita konsumsi menyimpang dari hal ini, maka sangat mungkin air telah tercemar. 2.
Parameter Kimia
Dari aspek kimiawi, bahan air minum tidak boleh mengandung partikel terlarut dalam jumlah tinggi serta logam berat (misalnya Hg, Ni, Pb, Zn,dan Ag) ataupun zat beracun seperti senyawa hidrokarbon dan detergen. Ion logam berat dapat mendenaturasi protein, disamping itu logam berat dapat bereaksi dengan gugus fungsi lainnya dalam biomolekul. Karena sebagian akan tertimbun di berbagai organ terutama saluran cerna, hati dan ginjal, maka organ-organ inilah yang terutama dirusak 3.
Parameter Mikrobiologis
Bakteri patogen yang tercantum dalam Kepmenkes yaitu Escherichia colli, Clostridium perfringens, Salmonella. Bakteri patogen tersebut dapat membentuk toksin (racun) setelah periode laten yang singkat yaitu beberapa jam. Keberadaan bakteri coliform (E.coli tergolong jenis bakteri ini) yang banyak ditemui di kotoran manusia dan hewan menunjukkan kualitas sanitasi yang rendah dalam proses pengadaan air. Makin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, makin tinggi pula risiko kehadiran bakteri patogen, seperti bakteri Shigella (penyebab muntaber), S. typhii (penyebab typhus), kolera, dan disentri. Salah satu faktor yang sangat penting dan menentukan bahwa air yang layak konsumsi adalah kandungan TDS (Total Dissolved Solids) atau kandungan unsur mineral dalam air. Contoh unsur mineral dalam air adalah: zat kapur, besi, timah, magnesium, tembaga, sodium, chloride, dan chlorine. Air yang mengandung mineral tinggi sangat tidak baik untuk kesehatan. Mineral dalam air tidak hilang dengan cara direbus. Mineral yang baik bagi tubuh manusia adalah mineral organik yang berasal dari sayur, buah, daging, telor, atau susu. Mineral di dalam air disebut
9
mineral nonorganik atau mineral dari benda mati yang tidak bisa diuraikan oleh tubuh. Bila terlalu banyak mineral nonorganik di dalam tubuh dan tidak dikeluarkan, maka seiring berjalannya waktu akan mengendap di dalam tubuh yang berakibat tersumbatnya bagian tubuh. Misal bila mengendap di mata mengakibatkan katarak, pada ginjal/empedu mengakibatkan batu ginjal/batu empedu, pada pembuluh darah mengakibatkan pengerasan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, stroke, pada otak mengakibatkan Parkinson, pada persendian tulang mengakibatkan pengapuran, dll. Menurut standar WHO, air minum yang layak dikonsumsi memiliki kadar TDS <100. Pada dasarnya kategori air menurut TDS terbagi menjadi 4: •
Lebih dari 100 ppm : bukan air minum
•
10 – 100 ppm: air minum
•
1 – 10 ppm : air murni
•
0 ppm : air organik Tanda-tanda bahwa air tanah sudah tercemar dapat dikenali melalui
pengamatan fisik. Beberapa di antaranya seperti dikutip dari Indiastudychannel adalah: 1. Warna kekuningan akan muncul jika air tercemar chromium dan materi organik. Jika air berwarna merah kekuningan, itu menandakan adanya cemaran besi. Sementara pengotor berupa lumpur akan memberi warna merah kecoklatan. 2. Kekeruhan juga merupakan tanda bahwa air tanah telah tercemar oleh koloid (bio zat yang lekat seperti getah atau lem). Lumpur, tanah liat dan berbagai mikroorganisme seperti plankton maupun partikel lainnya bisa menyebabkan air berubah menjadi keruh. 3. Polutan berupa mineral akan membuat air tanah memiliki rasa tertentu. Jika terasa pahit, pemicunya bisa berupa besi, alumunium, mangaan, sulfat maupun kapur dalam jumlah besar. 4. Air tanah yang rasanya seperti air sabun menunjukkan adanya cemaran alkali. Sumbernya bisa berupa natrium bikarbonat, maupun bahan pencuci yang lain misalnya detergen.
10
5. Rasa payau menunjukkan kandungan garam yang tinggi, sering terjadi di daerah sekitar muara sungai. 6. Bau yang tercium dalam air tanah juga menunjukkan adanya pencemaran. Apapun baunya, itu sudah menunjukkan bahwa air tanah tidak layak untuk dikonsumsi.
2.2 BAKTERI COLIFORM
Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri coliform adalah, Esherichia coli dan Entereobacter aerogenes. Sebagai kuman pathogen, Esherichia coli sangat terkenal karena kemampuannya menyebabkan penyakit saluran cerna pada manusia. Bakteri Coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri Coliform fekal adalah bakteri indikator adanya pencemaran
bakteri
patogen.
Penentuan Coliform
fekal menjadi
indikator
pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebih murah, cepat,
dan
sederhana
daripada
mendeteksi
bakteri
patogenik
lain.
Jadi, Coliform adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan Coliform, artinya, kualitas air semakin baik. Bakteri coliform sebagai suatu kelompok dicirikan sebagai bakiteri berbentuk batang gram negatif, tidak membentuk spora, aerobik, dan anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktose dengan menghasilkan asam dan gas dalam waktu 48 jam pada suhu 35 oC (Pelczar.et al.,1988). E. Coli O157: H7 adalah salah satu dari ratusan strain bakteri E. coli. Walaupun kebanyakan strain tidak berbahaya dan tinggal di usus manusia dan hewan sehat, jenisvirus ini menghasilkan racun yang kuat dan dapat menyebabkan
11
penyakit parah. Infeksisering menyebabkan diare parah dan keram perut, Perlu dicatat bahwa gejala-gejala ini umum untuk berbagai penyakit, dan dapat disebabkan oleh sumber-sumber selain air minum yang terkontaminasi.
2.2.1 MPN (Most Probable Number)
Untuk mengetahui jumlah Coliform didalam sampel biasanya digunakan metode MPN (Most Probable Number) dengan cara fermentasi tabung ganda. Metode ini lebih baik bila dibandingkan dengan metode hitungan cawan karena lebih sensitif dan dapat mendeteksi Coliform dalam jumlah yang sangat rendah di dalam sampel. Metode MPN (Most Probable Number) adalah metode yang digunakan untuk menguji ada tidaknya bakteri Coliform. Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumtive test), uji konfirmasi (confirmed test), dan uji kelengkapan (completed test). Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk-koloni (colony-forming unit) dalam sampel. Namun, pada umumnya, nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraan jumlah individu bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL atau per gram. Jadi misalnya terdapat nilai MPN 10/g dalam sebuah sampel air, artinya dalam sampel air tersebut diperkirakan setidaknya mengandung 10 coliform pada setiap gramnya. Makin kecil nilai MPN, maka air tersebut makin tinggi kualitasnya, dan makin layak minum. Uji kualitatif koliform secara lengkap terdiri dari 3 tahap yaitu (1) Uji penduga (presumptive test), (2) Uji penguat (confirmed test) dan Uji pelengkap (completed test). Uji
penduga
juga
merupakan
uji kuantitatif koliform
menggunakan metode MPN. a. Uji penduga (presumptive test)
Merupakan tes pendahuluan tentang ada tidaknya kehadiran bakteri koliform berdasarkan terbentuknya asam dan gas disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan koli. Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada media laktosa, dan gas yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabung Durham berupa gelembung udara. Tabung dinyatakan positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung Durham. Banyaknya kandungan bakteri
12
Escherichia coli dapat dilihat dengan menghitung tabung yang menunjukkan reaksi positif terbentuk asam dan gas dan dibandingkan dengan tabel MPN. Metode MPN dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair. Bila inkubasi 1 x 24 jam hasilnya negatif, maka dilanjutkan dengan inkubasi 2 x 24 jam pada suhu 350C. Jika dalam waktu 2 x 24 jam tidak terbentuk gas dalam tabung Durham, dihitung sebagai hasil negatif. Jumlah tabung yang positif dihitung pada masing-masing seri. MPN penduga dapat dihitung dengan melihat tabel MPN. b. Uji penguat (confirmed test)
Hasil uji dugaan dilanjutkan dengan uji ketetapan. Dari tabung yang positif terbentuk asam dan gas terutama pada masa inkubasi 1 x 24 jam, suspensi ditanamkan pada media Eosin Methylen Biru Agar ( EMBA ) secara aseptik dengan menggunakan jarum inokulasi. Koloni bakteri Escherichia coli tumbuh ber-warna merah kehijauan dengan kilat metalik atau koloni berwarna merah muda dengan lendir untuk kelompok koliform lainnya. c. Uji pelengkap (completed test)
Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji kelengkapan untuk menentukan bakteri Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna pada uji ketetapan diinokulasikan ke dalam medium kaldu laktosa dan medium agar miring Nutrient Agar ( NA ), dengan jarum inokulasi secara aseptik. Diinkubasi pada suhu 370C selama 1 x 24 jam. Bila hasilnya positif terbentuk asam dan gas pada kaldu laktosa, maka sampel positif mengandung bakteri Escherichia coli. Dari media agar miring NA dibuat pewarnaan Gram dimana bakter Escherichia coli menunjukkan Gram negatif berbentuk batang pendek. Untuk membedakan bakteri golongan koli dari bakteri golongan coli fekal (berasal dari tinja hewan berdarah panas), pekerjaan dibuat Duplo, dimana satu seri diinkubasi pada suhu 370C (untuk golongan koli ) dan satu seri diinkubasi pada suhu 420C (untuk golongan koli fekal). Bakteri golongan koli tidak dapat tumbuh dengan baik pada suhu 420C, sedangkan golongan koli fekal dapat tumbuh dengan baik pada suhu 420C. Standar Nasional Indonesia (SNI) mensyaratkan tidak adanya coliform dalam 100 ml air minum. Akan tetapi United States Enviromental Protection Agency (USEPA) lebih longgar persyaratan uji coliform-nya mengingat coliform belum tentu menunjukkan adanya kontaminasi feses manusia, apalagi adanya patogen. Pada air
13
bukan untuk minum umumnya terdapat perbedaan persyaratan coliform dan Escherichia coli. Air untuk kolam renang (primary contact water) misalnya mensyaratkan kandungan coliform <2,4 x 103, tetapi syarat Escherichia coli tentunya lebih ketat, yaitu < 1 x 103 dalam 100 ml. d. Uji Identifikasi
Dengan melakukan reaksi IMVIC (Indole, Methyl red, Voges-Proskauer tes, penggunaan Citrat).
2.2.2 Prinsip yang digunakan dalam metode MPN
MPN adalah suatu metode enumerasi mikroorganisme yang menggunakan data dari hasil pertumbuhan mikroorganisme pada medium cair spesifik dalam seri tabung yang ditanam dari sampel padat atau cair yang ditanam berdasarkan jumlah sampel atau diencerkan menurut tingkat seri tabungnya sehingga dihasilkan kisaran jumlah mikroorganisme yang diuji dalam nilai MPN/satuan volume atau massa sampel. Prinsip utama metode ini adalah mengencerkan sampel sampai tingkat tertentu sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang pas/sesuai dan jika ditanam dalam tabung menghasilkaan frekensi pertumbuhan tabung positif “kadang-kadang tetapi tidak selalu”. Semakin besar jumlah sampel yang dimasukkan (semakin rendah pengenceran yang dilakukan) maka semakin “sering” tabung positif yang muncul. Semakin kecil jumlah sampel yang dimasukkan (semakin tinggi pengenceran yang dilakukan) maka semakin “jarang” tabung positif yang muncul. Jumlah sampel/pengenceran yang baik adalah yang menghasilkan tabung positif “kadang-kadang tetapi tidak selalu”. Semua tabung positif yang dihasilkan sangat tergantung dengan probabilitas sel yang terambil oleh pipet saat memasukkannya ke dalam media. Oleh karena itu homogenisasi sangat mempengaruhi metode ini. Frekuensi positif (ya) atau negatif (tidak) ini menggambarkan konsentrasi mikroorganisme pada sampel sebelum diencerkan. Asumsi yang diterapkan dalam metode MPN adalah : •
bakteri terdistribusi sempurna dalam sampel.
14
sel bakteri terpisah-pisah secara individual, tidak dalam bentuk rantai atau
•
kumpulan (bakteri coliform termasuk E. coli terpisah sempurna tiap selnya dan tidak membentuk rantai). media yang dipilih telah sesuai untuk pertumbuhan bakteri target dalam
•
suhu dan waktu inkubasi tertentu sehingga minimal satu sel hidup mampu menghasilkan tabung positif selama masa inkubasi tersebut. jumlah yang didapatkan menggambarkan bakteri yang hidup ( viable) saja.
•
Sel yang terluka dan tidak mampu menghasilkan tabung positif tidak akan terdeteksi. MPN dinilai dari perkiraan unit tumbuh (Growth Unit / GU) seperti CFU, bukan dari sel individu. Meskipun begitu baik nilai CFU atau MPN dapat menggambarkan seberapa banyak sel individu yang tersebar dalam sampel. Metode MPN dirancang dan lebih cocok untuk diterapkan pada sampel yang memiliki konsentrasi <100/g atau ml. Oleh karena itu nilai MPN dari sampel yang memiliki populasi mikroorganisme yang tinggi umumnya tidak begitu menggambarkan jumlah mikroorganisme yang sebenarnya. Jika jumlah kombinasi tabung positif tidak sesuai dengan tabel maka sampel harus diuji ulang. Semakin banyak seri tabung maka semakin tinggi akurasinya tetapi juga akan mempertinggi biaya analisa. Pemilihan media sangat berpengaruh terhadap metode MPN yang dilakukan. Umumnya media yang digunakan mengandung bahan nutrisi khusus untuk pertumbuhan bakteri tertentu. Misalnya dalam mendeteksi kelompok coliform dapat menggunakan media Brilliant Green Lactose 2% Bile (BGLB) broth. Di dalam media ini mengandung lactose dan garam empedu (bile salt ) yang hanya mengizinkan coliform untuk tumbuh. Jika terdapat ketidaksesuaian jenis media dan bakteri yang diinginkan maka metode MPN akan menghitung bukan bakteri yang dituju. Untuk menghitung coliform dapat menggunakan Lauryl Sulphate Tryptose (LST)
broth,
sedangkan
untuk
menghitung
( Escherichia coli) broth.
2.2.3 Aspek peluang dalam metode MPN
15
E.colidiperlukan
media
EC
Berdasarkan prinsip diatas maka “seharusnya/sebaiknya” jumlah tabung positif pada pengenceran 1/10 > 1/100 > 1/1000 (misalnya 5-3-1) karena setiap pengenceraan mengurangi jumlah mikroorgansime target dan akibatnya semakin kecil kesempatannya untuk membuat tabung menjadi positif. Namun seringkali hasil yang didapat tidak sesuai dengan logika peluang, seperti 5-3-4 yang menghasilkan nilai 210 (lihat tabel dibawah). Bisa saja banyak sel tidak sengaja terambil dan memperbanyak pengenceran selanjutnya atau homogenisasi tidak berlangsung sempurna.
Untuk memahami peranan peluang dalam mendistribusikan sel sehingga menghasilkan tabung positif maka jumlah tabung positif (digaris bawah) pada tabel dicoba untuk dirunut dan diilustrasikan kembali dalam proses penanamannya pada gambar berikut (dianggap bahwa nilai MPN/ml sama dengan sel/ml). Namun perlu diingat, jumlah sel yang terambil tidak selalu seperti itu, semuanya adalah peluang dan angka yang didapat adalah angka paling mungkin.
16
2.2.4 Perbandingannya dengan plate count
Telah disebutkan diatas bahwa MPN cocok untuk sampel dengan konsentrasi mikroorganisme rendah khususnya dari jenis sampel air, susu, atau makanan terutama yang memiliki partikel-partikel yang larut didalamnya. Partikel-partikel tersebut dimungkinkan mampu mempengaruhi keakuratan perhitungan bakteri jika menggunakan metode penanaman pada cawan petri. Hal ini karena sel bakteri yang terpisah dapat mengelompok pada partikel makanan dan mungkin tidak terpisah pada proses homogenisasi dalam pengenceran bertingkat sehingga saat diplating satu kumpulan tersebut menjadi satu koloni dan membuat data plate count menjadi bias. Metode MPN dapat mengeliminasi kekurangan ini.
BAB III 17
METODE
3.1
Waktu dan Tempat
3.1.1
Waktu
Praktikum ini dilaksanakan pada hari kamis 22 Maret 2012 sampai dengan Jumat 30 Maret 2012. Kegiatan praktikum yang dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut : •
Kamis 22 Maret 2012
: Dilaksanakan pembuatan media LB (Single
Streng & double Streng) dan Media BGLB. •
Senin 26 Maret 2012: Pengambilan sampel air yang akan diperiksa dan dilanjutkan dengan penanaman pada media LB.
•
Rabu 28 Maret 2012 : Pemeriksaan pada media LB (uji presumtif) dan dilanjutkan dengan penanaman pada media BGLB.
•
Jumat 30 Maret 2012
: Pemeriksaan pada BGLB ( uji Konfirmatif)
dan dilanjutkan dengan penyocokan pada table MPN. 3.1.2
Tempat
Laboratorium Bakteriologi, Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar
3.2
Alat dan Bahan 3.2.1
Alat-alat
1. Neraca analitik 2. Gelas beaker 3. Spatel 4. Gelas ukur 5. Pengaduk kaca 6. Botol semprot 7. Erlenmeyer 8. Kompor listrik 9. Pipet ukur 10. Tabung reaksi 11.
Tabung durham
18
3.2.2
12.
Api Bunsen
13.
Autoclave
14.
Bola hisap
15.
Rak tabung reaksi
16.
Botol steril
17.
Benang pulung
18.
Inkubator
19.
Ose
Bahan/sampel/specimen
a. Sampel air kran b. Aluminium foil c. Kapas lemak d. Label
3.2.3
Media/reagen
a. Bubuk lactose broth (LB) OXOID CM0137 b. Bubuk Brilliant Green Lactosa Bile Broth (BGLB) OXOID CM003 c. Aquades d. Alkohol 70 %
3.3
Cara Kerja 3.3.1
Pembuatan Media
Media LB Single Strength (13 g/L)
a. Media LBSS dibuat sebanyak 50 liter, sehingga harus dihitung dahulu massa media yang ditimbang, yaitu :
b. Ditimbang 0,65 gram bubuk LB OXOID CM0137 pada neraca analitik dengan menggunakan gelas beaker c. Dilarutkan dengan aquades dan diaduk hingga homogen
19
d. Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan aquades sampai volumenya mencapai 50 ml e. Lalu ditutup dengan aluminium foil f. Dipanaskan hingga larut sempurna pada kompor listrik g. Dipipet dengan pipet ukur masing-masing sebanyak 10 mL ke dalam 4 buah tabung reaksi yang telah diisi tabung durham dan label sebelumnya h. Dikocok hingga media memenuhi tabung durham dan ditutup dengan kapas berlemak i. Disterilisasi pada autoclave dengan suhu 121 0 C selama 15
menit j. Media siap digunakan
Media LB Double Strength (26 g/L)
a. Media LBSS dibuat sebanyak 120 liter, sehingga harus dihitung dahulu massa media yang ditimbang, yaitu :
b. Ditimbang 3,12 gram bubuk LB OXOID CM0137 pada neraca analitik dengan menggunakan gelas beaker c. Dilarutkan dengan aquades dan diaduk hingga homogen d. Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan aquades sampai volumenya mencapai 120 ml e. Lalu ditutup dengan aluminium foil f. Dipanaskan hingga larut sempurna pada kompor listrik g. Dipipet dengan pipet ukur masing-masing sebanyak 10 mL ke dalam 10 buah tabung reaksi yang telah diisi tabung durham dan label sebelumnya h. Dikocok hingga media memenuhi tabung durham dan ditutup dengan kapas berlemak i.
Disterilisasi pada autoclave dengan suhu 121 0 C selama 15 menit
20
j.
Media siap digunakan
Media BGLB ( 40 g/L)
a. Media LBSS dibuat sebanyak 70 liter, sehingga harus dihitung dahulu massa media yang ditimbang, yaitu :
b. Ditimbang 2,8 gram bubuk BGLB OXOID CM0031 pada neraca analitik dengan menggunakan gelas beaker c. Dilarutkan dengan aquades dan diaduk hingga homogen d. Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan aquades sampai volumenya mencapai 70 ml e. Lalu ditutup dengan aluminium foil f. Dipanaskan hingga larut sempurna pada kompor listrik g. Dipipet dengan pipet ukur masing-masing sebanyak 5 mL ke dalam 14 buah tabung reaksi (untuk 2 seri) yang telah diisi tabung durham dan label sebelumnya h. Dikocok hingga media memenuhi tabung durham dan ditutup dengan kapas berlemak i.
Disterilisasi pada autoclave dengan suhu 121 0 C selama 15 menit
j.
3.3.2
Media siap digunakan
Pengambilan Sampel Air Kran a. Kran air dibersihkan dengan kapas alcohol 70% agar terhindar dari
setiap kotoran atau debu yang menempel. b. Diputar kran sampai terbuka sehingga air mengalir secara maksimal dan dibiarkan air mengalir selama 1-2 menit. c. Mulut kran disterilkan dengan cara membakar dengan lidi kapas yang telah
dicelupkan
dalam
alkohol
70%
menggunakan api Bunsen. d. Dibuka tali pengikat dan kertas pembungkus botol.
21
atau
dengan
e. Dibuka tutup botol dengan tangan kiri, botol dipegang dengan tangan kanan. Untuk mencegah masuknya debu yang mungkin mengandung mikroorganisme, penutup dipegang dengan muka menghadap ke bawah. f. Sambil memegang penutup, air kran ditampung hingga ¾ bagian botol (dengan menyisakan udara di atasnya) dengan maksud agar air dapat dikocok sebelum dianalisa. g. Botol ditutup dengan hati-hati. h. Kemudian bagian tutupnya dibungkus dengan kertas steril tadi. i. Sekeliling leher botol diikat dengan tali, kemudian pada badan
botol diberi label yang berisi : Tempat, tanggal, jam pengambilan, dan petugas pengambil. j. Sampel yang sudah terkumpul segera dibawa ke laboratorium 3.3.3
Penanaman bakteri dalam sampel air
Digunakan metode MPN 511 yaitu : 5x10 mL; 1x1mL; 1x0,1 mL
a. Disiapkan lima buah tabung reaksi yang masing-masing telah berisi lactose broth double strength sebanyak 10 mL (tabung 1a s/d 5a) juga disiapkan 2 buah tabung reaksi yang masingmasing telah berisi 10 mL lactose broth single strength (tabung 1b dan 2b) b. Dengan pipet steril diinokulasikan masing-masing 10 mL sampel air ke dalam tabung 1a s/d 5a c. Ke dalam tabung 1b diinokulasikan 1 mL sampel air d. Ke dalam tabung 2b diinokulasikan 0,1 mL sampel air e. Tabung-tabung
menyebar
rata
digoyangkan ke
seluruh
perlahan bagian
agar
sampel
media
diinkubasikan pada sugu 35-37 0 C selama 24-48 jam
3.3.4
Pemeriksaan Bakteriologi Air
Uji Presumptive (Perkiraan)
22
air
kemudian
a. Setelah diinkubasi, diamati masing-masing tabung untuk melihat ada tidaknya gas dalam tabung durham. Adanya gas menunjukkan presumptive positif b. Tabung
yang
menunjukkan
presumptive
positif
akan
dilanjutkan dengan uji konfirmative (penegas)
Uji Konfirmative (Penegas)
a. Dari tiap-tiap tabung presumptive yang positif dipindahkan 1-2 ose ke dalam 14 buah tabung konfirmative yang beri 5 mL BGLB b. Satu seri tabung BGLB (7 buah) diinkubasikan pada suhu 35-
370 C selama 24-48 jam dan satu seri lagi (7 buah) diinkubasikan pada suhu 44 0 C untuk memastikan adanya Coli tinja c. Pembacaan (dicocokkan dengan tabel MPN 511) dilakukan setelah 24-48 jam dengan melihat jumlah tabung BGLB yang menunjukkan positif gas
23
BAB IV PEMBAHASAN
4.1
Data Hasil Pengamatan
Sampel yang digunakan adalah air kran I yang berasal dari air kran di asrama Analis Kesehatan dan air kran II yang berasal dari air kran di kantin Direktorat Poltekkes Denpasar. 1. Uji Presumtif
Tabung
Sampel Air Kran I
Sampel Air Kran II
(Asrama)
(Kantin)
LBDS 1 (1a)
-
+
LBDS 2 (2a)
-
+
LBDS 3 (3a)
+
-
LBDS 4 (4a)
-
+
LBDS 5 (5a)
+
+
LBSS 1 (1b)
-
-
LBSS 2 (2b)
-
-
2
4
Jumlah
2. Uji Konfirmatif a. Sampel Air Kran 1 (Asrama) Tabung
Interpretasi Hasil 370C
440C
BGLB 1
+
-
BGLB 2
+
-
Jumlah
2
0
24
b. Sampel Air Kran 2 (Kantin) Tabung
Interpretasi Hasil 370C
440C
BGLB 1
+
-
BGLB 2
+
-
BGLB 3
+
-
BGLB 4
+
-
Jumlah
4
0
3. Hasil Perhitungan Nilai MPN No
1
Sampel
Air Kran 1
Uji Presumtif
Uji Konfirmatif
Nilai MPN
370C
440C
2 00
2 0 0
0 0 0
5/100ml
4 0 0
4 0 0
0 0 0
15/100ml
(Asrama) 2
Air Kran 2 (Kantin)
Dari hasil uji presumtif dan konfirmatif (metode 5:1:1) yang didapatkan kemudian dilakukan penentuan nilai MPN pada masing masing sampel dengan cara mencocokkan hasil pada tabel MPN 5:1:1. Hasil yang didapatkan dari penentuan tersebut bahwa pada sampel air kran 1 (asrama) didapatkan hasil nilai MPN adalah 5 bakteri / 100 ml pada uji presumtif dan 5 bakteri/100 ml pada uji konfirmatif. Bakteri yang ditemukan adalah bakteri yang bersifat non fekal. Sedangkan pada sampel air kran 2 (kantin) didapatkan hasil nilai MPN adalah 15 bakteri/100ml pada
25
uji presumtif dan 15 bakteri/100 ml pada uji konfirmatif. Bakteri yang ditemukan adalah bakteri yang bersifat non fekal.
4.2
Pembahasan
4.2.1 Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel yang telah direncanakan dengan baik akan mendukung pelaksanaan yang optimal. Dengan demikian pengambilan sampel merupakan tahap awal yang dilakukan dalam penentuan kualitas air, yang akan menentukan hasil pekerjaan pada berikutnya. Secara garis besar prosedur pengambilan sampel terdiri dari perencanaan, persiapan, pelaksanaan pengambilan sampel. Untuk mendapatkan spesimen yang paling sesuai dengan keadaan spesimen yang seharusnya, sebelum dilakukan pemeriksaan laboratorium pengambilan sampel air harus dilakukan secara steril guna memastikan tidak terdapatnya organisme yang mengontaminasi, sampel harus segera diperiksa atau disimpan dengan suhu dingin paling lama 2 x 24 jam. Agar memperoleh hasil pemeriksaan MPN sampel air yang falid. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam perencanaan pengambilan sampel adalah : 1. Menentukan tujuan pengambilan sampel; 2. Menentukan alat pengambil sampel yang sesuai; 3. Menentukan apakah pengambilan sampel harus sesuai dengan standar atau peraturan tertentu; 4. Menentukan metode analisis; 5. Pemilihan teknik sampling dan menetukan apakah sampling dilakukan secara random atau acak; 6. Menentukan jumlah, volume dan jenis wadah sampel; 7. Menentukan waktu, lokasi sampling dan jenis sampel; 8. Pengamanan sampel terdiri dari : •
Identifikasi/pengkodean sampel
•
Pengemasan sampel
•
Penyegelan wadah sampel, bila diperlukan
•
Tindakan pencegahan selama transportasi ke laboratorium, jika ada ketidak sesuaian
26
•
Penyimpanan sampel di laboratorium
Prosedur Pengambilan Sampel
Prosedur yang dilakukan dalam pengambilan sampel di lapangan sampai siap dibawa dan dianalisis di laboratorium adalah : 1. Menyiapkan wadah sampel. 2. Menyiapkan alat pengambil sampel yang sesuai dengan keadaan sumber air. 3. Mengambil sampel sesuai titik sampling dan memasukkannya ke dalam wadah yang sesuai peruntukan analisis. 4. Mengamankan sampel serta wadah (disegel dengan benar). Pada praktikum, teknik pengambilan sampel air kran yaitu pertama kran dibersihkan dengan kapas dan alcohol 70% untuk menghilangkan benda, kotoran, dan debu yang menempel dan mungkin dapat mengganggu, kemudian kran dibuka sehingga air mengalir secara maksimal dan biarkan air mengalir selama 1-2 menit. ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang mungkin ada pada pipa atau kran bagian dalam. Setelah itu, mulut kran disterilkan dengan cara dibakar dengan api bunsen agar mulut kran steril dari bakteri yang mungkin dapat mengkontaminasi. Kemudian air kran ditampung dengan botol hingga ¾ bagian botol (dengan menyisakan udara di atasnya) dengan maksud untuk menyediakan oksigen bagi bakteri karena bakteri E.Coli termasuk dalam jenis bakteri aerob pengambil. Setelah penampungan selesai, botol harus segera ditutup rapat dan diberi label yang berisi: tempat, tanggal, jam pengambilan, dan petugas pengambil. Sampel segera dibawa ke laboratorium.
4.2.2 Metode MPN (Most Probable Number)
Metode MPN (Most Probable Number) adalah metode yang digunakan untuk menguji ada tidaknya bakteri Coliform. Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumtive test), uji konfirmasi (confirmed test), dan uji kelengkapan (completed test). Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk-koloni (colony-forming unit) dalam sampel.
27
Metode perhitungan MPN yang digunakan dalam praktikum adalah metode 5:1:1 yaitu penggunaan 5 tabung yang berisi 10 ml sampel, 1 tabung berisi 1 ml sampel, dan 1 tabung berisi 1 ml sampel pada media pembiakan yang sesuai dan ada
2 tahapyang dilakukan untuk perhitungan nilai MPN, yaitu uji penduga
(presumptive test) dan uji konfirmatif (confirmed test).
1. Uji Penduga (Presumtive Test)
Presumtive test atau uji penduga merupakan test awal ada tidaknya kehadiran bakteri koliform berdasarkan terbentuknya gas disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan koli. Untuk sampel sebanyak 10 ml ditumbuhkan pada media LBDS (Lactose Broth Double Stegth) yang memiliki komposisi Beef extract (3 gr), peptone (5 gr), lactose (10 gr) dan Bromthymol Blue (0,2 %) per liternya. Untuk sampel 1 ml dan 0,1 ml dimasukkan pada media LBSS ( Lactose Broth Single Stegth) yang berkomposisi sama tapi hanya kadar laktosa setengah dari LBDS yaitu 5 gr. Pada metode MPN 5:1:1 digunakan 5 tabung yang berisi 10 ml media LBDS (1a s/d 5a) dan 2 tabung yang masing-masing berisi 10 ml media LBSS (1b dan 2b). Ke dalam tabung 1 a sampai 5a kemudian diinolulasikan 10 ml sampel. Pada tabung 1b diinolulasikan 1 ml sampel, dan pada tabung 2b diinolulasikan 0,1 ml sampel. Saat menginokulasikan sampel harus dilakukan dengan cara yang aseptis agar biakan yang diperoleh tidak terkontaminasi oleh bakteri yang bukan berasal dari sampel. Kemudian sampel yang telah diinokulasi diinkubasi pada suhu 37 0 C selama 24-48 jam. Tabung dinyatakan positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung Durham. Dari pengamatan yang dilakukan hasil yang didapat adalah sampel air kran 1 (asrama) didapatkan 2 tabung yang positif antara lain tabung 3a dan 5a. Sedangkan pada sampel air kran 2 (kantin) didapatkan tabung yang menunjukkan hasil positif antara lain tabung 1a,2a,4a,dan 5a. Dari sejumlah tabung yang menunjukkan hasil positif, kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji konfirmatif.
28
2. Uji Konfirmatif (Confirmed Test)
Pada uji konfirmatif menggunakan media BGLB dengan komposisi yang terdiri
dari
:
Peptone
10,0 ; Laktosa
10,0 ; Oxgall
20,0 ; Brilliant
Green
0,0133 ; Distilled Water 1,0 /L untuk mendeteksi adanya bakteri Coliform (gram negatif) tiap-tiap tabung yang presumptive dipindahkan 1-2 ose ke dalam tabung konfirmatif yang berisi 10 ml BGLB. Pada uji konfirmatif ini dibuat dua seri yaitu satu seri diinkubasi pada suhu 37 0C dan satu seri lagi diinkubasi pada suhu 44 0C. Tujuannya adalah untuk memastikan adanya bakteri koliform fekal ( Escherichia coli) atau koliform non fekal ( Enterobacter aerogenes) pada sampel. Dari hasil pengamatan, pada sampel 1 semua tabung yang diinkubasi pada suhu 37 0C menunjukkan hasil positif, sedangkan pada tabung yang diinkubasi pada suhu 44 0C sumua tabung menunjukkan hasil negative. Pada sampel 2 semua tabung yang diinkubasi pada suhu 37 0C menunjukkan hasil positif, sedangkan pada tabung yang diinkubasi pada suhu 44 0C semua tabung menunjukkan hasil negative. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada kontaminasi bakteri E. coli pada sampel. Tabung dinyatakan positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung Durham. Dari hasil pengamatan tersebut didapatkan pola MPN pada sampel 1 adalah 2 0 0 yang menunjukkan nilai MPN sebesar 5/100 ml. sedangkan pada sampel 2 didapatkan pola MPN pada sampel adalah 4 0 0 yang menunjukkan nilai MPN sebesar 15/100 ml.
Tabel MPN 5 1 1
JUMLAH TABUNG (+)GAS PADA PENANAMAN 5x10 ml 1x10 ml 1x0,1 ml 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 29
Index MPN Per 100 ml 0 2 2 4
1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 4 5 5 5 5
4.2.3
0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1
0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1
2 4 4 7 5 8 8 10 9 12 12 16 17 21 22 27 67 84 265 >979
Interpretasi Hasil dan Keadaan Higienitas Air
Pada pratikum kali ini sampel air yang di periksa merupakan sampel air yang termasuk dalam sumber air bersih, nilai MPN yang didapatkan dari hasil perhitungan adalah sebagai berikut: 1. Nilai MPN pada sampel air kran 1 (asrama) adalah 5/100 ml 2. Nilai MPN pada sampel air Kran 2 (kantin) adalah 15/100ml.
Berdasarkan Permenkes No 416 / Menkes / Per / IX / 1990 tentang syaratsyarat dan pengawasan kualitas air menyebutkan bahwa syarat-syarat mikrobiologis untuk air minum adalah MPN Koliform/100 cc sampel = 0. Sedangkan untuk air bersih = 10 ( untuk air perpipaan ) dan 50 ( untuk air bukan perpipaan ). Jadi dari hasil tersebut menunjukkan bahwa sampel air kran 1 masih memenuhi standar kualitas air bersih. Sedangkan, pada sampel air kran 2 tidak memenuhi standar kualitas air bersih. Jika ditinjau dari lokasi pengambilan sampelnya, air kran 1 dan 2 memiliki sumber perpipaan yang sama. Sehingga nilai MPN pada sampel air kran 2 yang tidak memenuhi syarat kemungkinan disebabkan oleh metode pengambilan sampel yang tidak sesuai. 30
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan
Dari hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Teknik pengambilan sampel air :
31
Kran yang akan diambil airnya terlebih dahulu dibersihkan dengan kapas alkohol 70 % untuk menghindari kontaminan dari setiap benda yang menempel yang mungkin dapat mengganggu seperti debu atau kotoran, kemudian kran dibuka sehingga air mengalir secara maksimal dan biarkan air mengalir selama 1-2 menit. Selanjutnya mulut kran juga disterilkan dengan api bunsen. Kemudian air kran ditampung dengan botol hingga ¾ bagian botol (dengan menyisakan udara di atasnya). Setelah penampungan selesai, botol harus ditutup rapat dan diberi label yang berisi: tempat, tanggal, jam pengambilan, dan petugas pengambil. Sampel yang sudah terkumpul segera dibawa ke laboratorium. 2. Metode perhitungan MPN yang digunakan dalam praktikum adalah metode 5:1:1 yaitu penggunaan 5 tabung yang berisi 10 ml sampel, 1 tabung berisi 1 ml sampel, dan 1 tabung berisi 1 ml sampel pada media pembiakan yang sesuai. Ada 3 tahap untuk melakukan perhitungan nilai MPN, yaitu uji penduga (presumptive test), uji konfirmatif (confirmed test) dan uji pelengkap, namun pada praktikum kali ini hanya dilakukan 2 tahap yaitu uji penduga (presumptive test) dan uji konfirmatif (confirmed test). 3. Pada pratikum kali ini sampel air yang di periksa merupakan sampel air yang
termasuk dalam sumber air
bersih,
nilai MPN yang didapatkan dari hasil
perhitungan adalah sebagai berikut: 1. Nilai MPN pada sampel air kran 1 (asrama) adalah 5/100 ml
2. Nilai MPN pada sampel air Kran 2 (kantin) adalah 15/100ml. Hasil ini menunjukkan bahwa sampel air kran 1 masih memenuhi standar kualitas air bersih. Sedangkan, pada sampel air kran 2 tidak memenuhi standar kualitas air bersih. Jika ditinjau dari lokasi pengambilan sampelnya, air kran 1 dan 2 memiliki sumber perpipaan yang sama. Sehingga nilai MPN pada sampel air kran 2 yang tidak memenuhi syarat kemungkinan disebabkan oleh metode pengambilan sampel yang tidak sesuai.
5.2 Saran 32
Dasarankan kepada praktikan agar memahami teknik pengambilan sampel yang benar dan aseptis sehingga diperoleh sampel yang representative dan dapat dihasilkan hasil analisa yang dapat dipertanggungjawabkan.
LEMBAR PENGESAHAN
Denpasar, 23 April 2012 Pembimbing
Praktikan
33