BAHAN DAN METODE
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan antara lain premedikasi, yaitu atropin sulfat dengan dosis 0,25 mg/kg BB secara subkutan. Bahan anasthetikum, yaitu xylazine 2% dengan dosis 2 mg/kg BB dan ketamine HCL 10% dengan dosis 10 mg/kg BB secara intramuskular. Bahan antibiotik, yaitu oxytetracyclin (terramycin) 50% dengan dosis 14 mg/kg BB, Amocillin 25% dengan dosis 20 mg/kg BB, dan penicillin 50000 IU. Alkohol 70%, iodine tincture. Alat
Pinset anatomis, pinset sirorgis, sirorgis, towel clamp, gunting gunting bengkok, scalpel, needle holder, syiringe 1 cc, tampon, kapas, kassa, plester, tang arteri, jarum bulat dan penampang segitiga, cut gut chromic 3/0, silk 3/0, kain duk, tali restrain, timbangan, lampu operasi, pencukur rambut, sarung tangan, masker, penutup kepala, dan baju bedah. Metode Kerja
Prosedur operasi terdiri atas tiga tahapan yang meliputi pre operasi, operasi, dan post operasi. Prosedur sebelum dilakukan teknik operasi (preoperasi) terdiri dari beberapa prosedur mayor yang akan mendukung hasil keseluruhan operasi. Prosedur tersebut terdiri atas persiapan dan sterilisasi alat, persiapan dan preparasi hewan, serta anaesthesi.
A. Pre operasi 1.
Persiapan dan Sterilisasi Peralatan operasi
Peralatan yang akan digunakan dalam operasi harus melalui proses sterilisasi, begitu pula dengan perlengkapan operator dan asisten yang meliputi tutup kepala, masker, sikat tangan, handuk/duk, baju operasi, dan sarung tangan. Peralatan tersebut harus dalam keadaan bersih agar proses sterilisasi dapat maksimal dan efektif. Alat-alat tersebut kemudian dibungkus dengan kain muslin/non woven sebelum dimasukkan kedalam oven kering (auto clave) 60oC selama 30 menit atau dapat pula pada 121 oC selama 15 menit. Sedangkan peralatan operasi minor dicuci dengan bersih dan didisinfeksi. Selanjutnya sterilisasi dilkakukan dengan oven kering 121 oC selama 15 menit. Proses sterilisasi dalam oven kering
pada suhu tersebut dalam 5 – 10 menit sudah dapat merusak mikroba resisten. Dengan penambahan waktu 3 – 8 menit sudah memenuhi batas keamanan. Persiapan preoperasi bagi operator yaitu membuat protokol bedah. Tujuan dari protokol bedah yaitu untuk mengetahui persiapan-persiapan apa saja yang harus dilakukan oleh operator dan asistennya, dan dapat mendeskripsikan prosedur bedah yang akan dilakukan untuk operasi nanti. Protokol bedah ini memegang peranan penting bagi keberhasilan suatu operasi. Protokol bedah tersebut akan diserahkan dan diperiksa oleh dokter hewan penanggungjawab operasi, dalam hal ini yaitu dosen bedah. Setelah diperiksa dan disetujui oleh dosen maka operasi bisa dilaksanakan. 2.
Persiapan dan Preparasi Hewan
Sebelum operasi dilakukan, salah satu persiapan yang harus dilakukan adalah preparasi hewan. Hewan yang akan dioperasi harus diperiksa status kesehatannya untuk mengetahui layak tidaknya bila digunakan sebagai hewan model pada operasi yang akan dilakukan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menghindari kemungkinan keadaan hewan menjadi bertambah buruk, karena dalam operasi, ada persyaratan yang harus dipenuhi atau sesuai dengan prosedur operasi. Persiapan hewan sebelum operasi dimulai dengan melakukan pemeriksaan fisik ( Physical Examination) yang meliputi pemeriksaan suhu (oC), frekuensi nafas (kali/menit), pulsus (kali/menit), berat badan (kg), selaput mukosa, dan diameter pupil (cm). Hal ini dilakukan untuk mempermudah evaluasi hasil monitoring hewan saat di lakukan operasi. Pemeriksaan lanjutan perlu dilakukan untuk memperteguh diagnosa, dan menentukan prognosa kasus bedah yang kita tangani nantinya. Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan radiografi yaitu X-ray didaerah abdomen dan thoraks, tujuan pemeriksaan daerah abdomen, untuk mengetahui isi dari penonjolan tersebut. Setelah pemeriksaan kesehatan sudah dilakukan maka hewan dipuasakan selama ± 12 jam sebelum tindakan operatif dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya muntah, urinasi, ataupun defekasi saat operasi berlangsung. Sebelum memasuki tahap operasi, kucing terlebih dahulu ditimbang berat badannya untuk menentukan dosis berbagai sediaan obat yang akan diberikan pada saat pre operasi, operasi dan post operasi. Tindakan operatif pada hewan membutuhkan restrain dan handling yang tepat untuk bisa mengendalikan hewan. Dalam hal ini dibutuhkan chemical restrain, yaitu mengendalikan hewan dengan cara mengurangi/menghilangkan kesadaran hewan dengan menggunakan
bahan kimia. Sediaan tersebut dapat berupa transquilizer, sedative, maupun anastetikum. Pemberian sediaan ini harus disesuaikan dengan jenis dan berat badan hewan, karena dosis sediaan untuk setiap jenis hewan berbeda-beda. Hewan yang telah teranastesi dengan sempurna kemudian dicukur di bagian ventral abdomen hingga bersih (tanpa ada sisa-sisa rambut disekitar daerah sayatan). Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi dan memudahkan persembuhan. Bagian yang telah bersih kemudian didesinfeksi menggunakan alkohol 70% dengan searah tubuh hewan dan dilanjutkan dengan pemberian antiseptik Iodine tincture 3% dengan arah
melingkar dari arah dalam keluar. Kemudian hewan dibawa ke meja operasi dan difiksir keempat kakinya dengan ikatan tomfool pada sisi meja operasi. Daerah disekitar orientasi
operasi ditutup dengan duk dan dijepit dengan towl clamp. Persiapan alat operasi dan preparasi hewan
3.
Persiapan Operator dan Asisten Operator
Operator dan asisten harus mengenakan pakaian dan perlengkapan yang telah disterilisasi sebelumnya. Hal ini sangat penting untuk mengurangi terjadinya kontaminasi silang dari operator dan asisten ke daerah steril di meja operasi. Langkah-langkah yang harus dilakukan operator dan asisten I adalah mencuci tangan sebelum mengenakan tutup kepala dan masker, kemudian mencuci tangan dengan sabun dan sikat. Pencucian dilakukan dari ujung jari sampai ke bagian siku selama kurang lebih 5 menit, karena waktu tersebut merupakan lama waktu kontak yang efektif antara sabun dan kulit untuk membunuh mikroba yang menempel dipermukaan kulit. Tangan kemudian dibilas dengan air mengalir sebanyak
10 kali. Setelah itu, tangan dilap hingga kering dengan menggunakan handuk yang telah disterilisasi sebelumnya. Operator dan asisten I kemudian memakai baju operasi (jas lab) dan sarung tangan. Setelah semua prosedur persiapan tersebut dilalui secara aseptis, proses operasi dapat dilakukan.
B. Operasi
Penyayatan dilakukan didaerah ventral abdomen, dengan titik orientasi paramedianus posterior. Sebelum penyayatan ditentukan letak cincin hernia untuk memudahkan nantinya dalam reposisi dan penjahitan cincin. Sayatan dilakukan tepat di sebelah kanan penonjolan sepanjang 3-4 cm. Sayatan akan melewati beberapa lapisan diantaranya kulit, fascia, otot, dan peritoneum. Penyayatan dilakukan perlahan-perlahan untuk menghindari adanya pendarahan, karena terdapat banyak pembuluh darah di daerah tersebut. Setelah itu dilakukan eksplorasi abdomen untuk melakukan pencarian cincin hernia. Cincin hernia yang telah ditemukan kemudian dijepit dengan tang arteri untuk memudahkan penjahitan. Selanjutnya usus yang keluar dari rongga abdomen direposisi kembali masuk kedalam abdomen, teteskan penicillin cair 50000 IU secara topikal pada rongga tersebut. Ujung-ujung dari cincin tersebut dijahit lebih dahulu dengan tipe jahitan sederhana mengggunakan catgut 3/0. Setelah cincin tertutup, otot-otot dinding perut yang terbuka juga dilakukan penjahitan menggunakan benang catgut 3/0. Catgut chromic digunakan untuk menjahit struktur ini karena sifatnya yang dapat diabsorbsi secara perlahan oleh tubuh. Setelah semuanya terjahit, dilakukan penjahitan kulit menggunakan benang silk (3/0) dengan jahitan sederhana (Hickman dan Walker 1998). Pemberian antibiotik lokal penicillin 50.000 IU disemprotkan pada setiap lapisan yang dijahit untuk mencegah infeksi sekunder post operasi. Setelah selesai, luka jahitan dioles dengan iodium tincture. Kemudian ditutup kassa, dibalut perban dan dipakaikan gurita. Selama operasi, dilakukan monitoring terhadap kondisi pasien setiap 15 menit yang meliputi monitoring suhu, frekuensi nafas, frekuensi jantung, dan mukosa (Fossum 2002).
C. Post Operasi
Perawatan Post operasi meliputi penyuntikan antibiotik oxytetracycline 14 mg/kg BB secara intra muscular dan dilakukan monitoring terhadap kondisi fisiologis hewan yang meliputi
temperatur, frekuensi nafas, frekuensi jantung, nafsu makan dan minum, feces, dan urine. Pengobatan dilakukan setiap hari meliputi pemberian antibiotik, vitamin dan pembersihan pada luka jahitan. Pemberian antibiotik amoxicillin (27.2 mg/ml) untuk mencegah infeksi selama 5 hari dilanjutkan dengan vitamin A ipi untuk regenerasi sel-sel epitel. Luka jahitan tersebut dibersihkan dengan rivanol kemudian diberi betadine dan ditutup dengan kassa. Kebersihan kandang untuk proses recovery juga perlu diperhatikan dan dijaga kebersihannya.
DAFTAR PUSTAKA
Katzung BG. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik . Jakarta: Salemba Medika. Nilla A. 2013. Laporan Bedah PPDH Angkatan 1. https://www.academia.edu/5974873/Laporan_Bedah_PPDH_Angkatan_1 . Diakses pada hari Kamis, 13 Oktober 2014.