Menentukan dan Menggunakan Materialitas serta Diskusi Tim Audit Tugas Mata Kuliah Auditing 1
Oleh : Husnul Irfan Efendi 150810301138
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember Tahun 2017
PENDAHULUAN
Saya akan menjelaskan mengenai pembahasan bagaimana menggunakan konsep materialitas dalam penugasan audit. Materialitas merupakan latihan dalam kearifan profesional, materialitas didasarkan pda persepsi auditor mengenai kebutuhan informasi keuangan secara umum dari pemakai laporan keuangan sebagai suatu kelompok.
Karena dengan memahami pembahasan ini akan memberikan wawasan serta pengetahuan
bagaimana
seorang
auditor
menggunakan
dasar
dalam
melaksanakan penugasan. karena tujuan seorang auditor menurut ISA 320 alinea 8 adalah menerapkan secara tepat konsep materialitas dalam perencanaan dan pelaksanaan audit. PEMBAHASAN A. Strategi Audit Menyeluruh Penetapan dan penggunaan konsep materialitas. Bab ini berpabuan pada ISA 320 dan ISA 450. Dalam bab 8 dulu, konsep materialitas diterapkan pada tingkat laporan keuangan dan tingkat (jenis) transaksi, saldo akun, dan disclosures. Pada tingkat laporan keuangan (financial statement level ), materialitas bersifat menyeluruh (overall ). Sedangkan pada tingkat jenis transaksi, saldo akun, dan pengungkapan, materialitas yang bersifat khusus (specific ). Overall materiality adalah materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan. Specific mareriality adalah materialitas untuk jenis transaksi, saldo akun, dan disclosures tertentu. Tujuan auditor dalam ISA 320 alinea 8 dan ISA 450 alinea 3, sebagai berikut.
ISA 320 alinea 8. Tujuan auditor adalah menerapkan secara tepat konsep materialitas dalam perencanaan dan pelaksanaan audit.
ISA 420 alinea 3. Tujuan auditor ialah mengevaluasi: 1. dampak salah saji yang ditemukan, terhadap audit; dan 2. dampak salah saji yang tidak dikoreksi, jika ada, terhadap laporan keuangan.
Beberapa terjemahan dari alinea-alinea dalam ISA 320 terkait menentukan dan menggunakan materialitas, sebagai berikut.
Alinea 9. Untuk tujuan ISAs, performance materiality (materialitas pelaksanaan) berarti jumlah yang ditetapkan oleh auditor di bawah angka materialitas laporan keuangan secara keseluruhan. Tujuannya ialah untuk menurunkan probabilitas salah saji melebihi “materialitas menyeluruh”, ke tingkat rendah yang tepat. Catatan: a) salah saji di sini adalah jumlah seluruh salah saji yang tidak dikoreksi dan tidak terdeteksi; b) “materialitas menyeluruh” adalah materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan; dan c) “ke tingkat rendah yang tepat” adalah terjemahan dari “ appropriately low level ”. Performance materiality juga digunakan untuk jumlah yang ditetapkan oleh auditor di bawah angka materialitas dalam jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan.
Alinea 10. Dalam merumuskan strategi audit secara keseluruhan, auditor wajib menentukan angka materialitas laporan keuangan secara keseluruhan. Jika dalam situasi tertentu pada entitas itu, ada satu atau lebih jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan di mana jumlah yang lebih rendah dari angka materialitas laporan keuangan secara keseluruhan dapat memengaruhi keputusan ekonomis pemakai laporan keuangan (yang menggunakan laporan keuangan sebagai dasar untuk membuat keputusannya), auditor juga wajib menentukan tingkat materialitas yang harus diterapkan pada jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan tersebut.
Alinea 11. Auditor wajib menetapkan (besarnya) performance materiality untuk tujuan menilai risiko salah saji yang material dan menentukan sifat (nature), waktu (timing ), dan luasnya (extend ) prosedur audit selanjutnya (further audit procedures).
Alinea 12. Auditor wajib merevisi materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan (dan, di mana perlu, tingkat materialitas untuk jenis transaksi, saldo akun, atau disclosures tertentu) ketika memperoleh informasi selama auditnya yang menyebabkan ia menentukan angka materialitas yang berbeda dari yang ditetapkannya semula.
Alinea 13. Jika auditor menyimpulkan bahwa angka materialitas yang lebih rendah untuk laporan keuangan secara keseluruhan (dan, di mana perlu, tingkat materialitas untuk jenis transaksi, saldo akun, atau disclosures tertentu)
dari
yang
ditetapkannya
semula,
memang
lebih
tepat,
auditor
wajib
menentukan apakah ia perlu merevisi performance materiality , dan apakah sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit selanjutnya (seperti direncanakan semula) masih tepat.
Alinea 14. Auditor wajib memasukkan dalam dokumentasi audit/jumlah yang berikut beserta faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan: a) overall materiality (materialitas menyeluruh); b) jika perlu, tingkat materialitas untuk jenis transaksi, saldo akun atau disclosures; c) performance materiality (materialitas pelaksanaan); dan d) revisi angka yang disebutkan pada huruf (a) sampai dengan (c), selama audit berlangsung. ISA 450 alinea 6. Auditor wajib menentukan apakah strategi audit menyeluruh
dan rencana audit perlu direvisi jika:
sifat dari salah saji yang diidentifikasi dan situasi di mana salah saji itu terjadi, mengindikasikan
bahwa
salah
saji
lainnya
mungkin
terjadi,
dan
jika
digabungkan dengan salah saji yang ditemukan selama audit, bisa berjumlah material; atau
gabungan
salah
saji yang
ditemukan
selama
audit mendekati
angka
materialitas yang ditentukan sesuai ISA 320. Materialitas adalah dasar untuk penilaian risiko ( risk assessment ) dan penentuan luasnya prosedur audit. Menentukan materialitas merupakan latihan dalam kearifan
profesional.
Materialitas
didasarkan
pada
persepsi
auditor
mengenai
kebutuhan informasi keuangan secara umum dari pemakai laporan keuangan sebagai satu kelompok. Jika salah saji dalam laporan keuangan melebihi jumlah yang secara umum diperkirakan wajar dan dapat memengaruhi keputusan ekonomis pemakai laporan keuangan, maka jumlah tersebut (secara menyeluruh) adalah material . Bab ini membahas materialitas secara menyeluruh dan secara spesifik serta penggunaan materialitas pada tingkat pelaksanaan audit untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Materialitas digunakan selama audit berlangsung untuk perencanaan audit, penilaian risiko, dan pelaporan. 1. Overall materiality didasarkan pada persepsi auditor mengenai kebutuhan informasi keuangan secara umum dari pemakai laporan keuangan berbagai
pemakai sebagai satu kelompok. Olah karena itu, dampak salah saji untuk seorang pemakai tertentu, yang kebutuhannya bisa berbeda, tidak menjadi pertimbangan auditor dalam menetapkan materialitas secara menyeluruh ( overall materiality ). Specific materiality merupakan materialitas pada tingkat jenis transaksi, saldo akun tertentu, atau pengungkapan tertentu. Sifat salah saji. Seorang auditor juga harus mempertimbangkan sifat dari potensi salah saji dan situasi khusus mengenai terjadinya salah saji itu, ketika ia mengevaluasi dampak salah saji itu terhadap laporan keuangan. Situasi yang terkait dengan salah saji, dapat menyebabkan auditor mengevaluasi salah saji itu sebagai material sekalipun besarnya (atau angka salah saji) di bawah materialitas. 2. Performance materiality digunakan auditor untuk menekan risiko sampai ke titik rendah yang dapat diterima. Penekanan tersebut dimaksudkan kepada risiko besarnnya salah saji melampaui angka materialitas. Salah saji yang dimaksud adalah akumulasi salah saji yang tidak dikoreksi entitas dan salah saji yang tidak teridentifikasi oleh auditor. Performance materiality sengaja ditetapkan pada angka atau jumlah yang lebih rendah dari overall atau specific meteriality . Tujuannya ialah malaksanakan lebih banyak pekerjaan untuk:
memastikan salah saji yang lebih kecil dari overall materiality atau specific materiality dapat dideteksi; dan
menyediakan suatu margin atau penyangga (buffer ) untuk salah saji yang tidak terdeteksi. Penyangga ini adalah selisih antara gabungan seluruh salah saji yang terdeteksi tetapi tidak dikoreksi dan overall materiality atau specific materiality . Penentuan materialitas. Overall materiality didasarkan atas persepsi auditor
mengenai kebutuhan pemakai laporan keuangan. Auditor dapat mengasumsikan halhal berikut mengenai pemakai laporan keuangan.
Mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai bisnis, kegiatan ekonomis, dan akuntansi.
Mempunyai keinginan untuk mempelajari informasi dalam laporan keuangan dengan cukup cermat.
Memahami
bahwa
laporan keuangan
dibuat
dan diaudit
materialitas (dan mengabaikan yang tidak meterial).
pada
tingkat
Menerima ketidakpastian yang inheren dalam penggunaan estimasi, judgment , dan pertimbangan mengenai peristiwa di kemudian hari.
Membuat keputusan ekonomis yang wajar (reasonable economic decisions) atas dasar informasi dalam laporan keuangan.
Lankah awal menentukan angka materialitas, auditor biasanya menggunakan suatu acuan, ambang batas, threshold atau benchmark . Pertimbangan dalam memilih acuan yang tepat, yakni: 1. pemakai; 2. ekspektasi pemakai tertentu; 3. unsur laporan keuangan yang relevan; 4. sifat entitas; 5. apakah perlu adjustment ?; 6. fokus utama para pemakai; 7. pembelanjaan entitas; 8. mudah berubah-ubah; dan 9. acuan alternatif. Overall materiality dan specific materiality ditetapkan dalam hubungan dengan kebutuhan pemakai laporan keuangan. Performance materiality ditetapkan dalam jumlah yang lebih rendah. Akibatnya, auditor melaksanakan lebih banyak pekerjaan audit dan risiko audit ditekan ke tingkat rendah yang dapat diterima. Jika audit direncanakan hanya untuk mendeteksi salah saji yang material , yang atau berdiri sendiri, tidak akan ada peluang membuat kesalahan. Padahal peluang ini diperlukan untuk mengidentifikasi dan memperhitungkan salah saji yang immaterial yang mungkin ada. Dan jika dijumlahkan, salah saji yang masing-masingnya immaterial secara performance materiality dirancang untuk:
memastikan salah saji yang lebih kecil dari overall materiality atau specific materiality dapat dideteksi; dan
menyediakan suatu margin atau penyangga (buffer ) untuk salah saji yang tidak terdeteksi. Penyangga ini adalah selisih antara gabungan seluruh salah saji yang terdeteksi tetapi tidak dikoreksi dan overall materiality atau specific materiality .
Hal-hal yang bersangkutan dalam penggunaan materialitas dalam perencanaan dan penilaian risiko, yakni:
perencanaan (strategi menyeluruh dan rencana audit);
prosedur penilaian risiko; dan
pertemuan tim penugasan. Materialitas dalam pelaksanaan prosedur audit. Auditor harus menggunakan
materialitas ketika menentukan sifat, waktu pelaksanaan, dan luasnya prosedur audit. Gunakan materialitas untuk:
mengidentifikasi prosedur audit selanjutnya;
menentikan item mana yang harus dipilih untuk sampling atau testing , dan
apakah harus menggunakan teknik sampling ;
membantu menentukan banyaknya sampel;
mengevaluasi representative sampling errors (RSE) untuk menentukan salah
saji yang mungkin ada (“likely ” misstatements). RSE adala salah sampling yang mewakili seluruh populasi ( population). “salah saji yang mungkin ada” ini ditentukan dengan mengekstrapolasikan RSE ke seluruh populasi;
mengevaluasi gabungan seluruh kesalahan pada tingkat akun sampai ke tingkat laporan keuangan;
mengevaluasi gabungan seluruh kesalahan, termasuk dampak neto dari salah saji yang tidak dikoreksi yang ada dalam saldo awal retained earnings; dan
menilai hasil prosedur audit.
Materialitas dalam pelaporan. Dalam materi ini ISA yang tersangkut, yakni ISA 450:
alinea 11; dan
alinea 12.
Sebelum menerbitkan opini, auditor:
menegaskan kembali materialitas yang ditetapkan untuk laporan keuangan secara keseluruhan;
mengevaluasi sifat dan jumlah agregat salah saji yangtidak dikoreksi yang ditemukan auditor; dan
membuat
penilaian
menyeluruh
disalahsajikan secara material .
mengenai
apakah
laporan
keuangan
Auditor menggunakan meterialitas untuk:
mengevaluasi gabungan seluruh kesalahan pada tingkat akun sampai ke tingkat laporan keuangan;
mengevaluasi gabungan seluruh kesalahan, termasuk dampak neto dari salah saji yang tidak dikoreksi yang ada dalam saldo awal retained earnings;
menentukan apakah prosedur audit tambahan harus dilaksanakan ketika gabungan salah saji mendekati overall materiality atau specific materiality ;
meminta manajemen mengoreksi semua salah saji yang ditemukan;
mempertimbangkan
untuk memeriksa
kembali
area dengan
salah saji
terbanyak;
memberikan pandangan mengenai sifat dan sensitivitas salah saji yang ditemukan, dan juga besarannya; dan
menentukan apakah laporan auditor harus dimodifikasi karena salah saji yang tidak dikoreksi di mana jumlah atau sifatnya material .
Salah saji gabungan atau agregat terdiri atas:
salah saji yang secara spesifik ditemukan auditor, yang merupakan hasil dari prosedur pengujiannya; dan
taksiran salah saji lainnya yang ditaksir atau diperkirakan. Hal-hal lain yang terkait bab ini, yakni:
komunikasi dengan manajemen dan TCWG;
pemutakhiran materialitas; dan
penurunan tingkat materialitas dari periode atau tahun yang lalu. Diskusi tim audit. Dalam bab ini ISA yang terkait, yakni ISA:
240 alinea 15 dan 44; dan
315 alinea 10.
B. Diskusi Tim Audit Unsur penting dalam sukses penugasan audit maupun, adalah komunikasi yang baik di antara anggota tim audit. Komunikasi simulai dengan menugaskan anggota tim,
mengatur pertemuan tim untuk merencanakan penugasan dan kemudian berlanjut sepanjang penugasan. Manfaat komunikasi berkelanjutan di antara anggota tim, yakni:
Produktivitas audit;
Efektivitas audit; dan
Pengembangan staf.
Komunikasi berkelanjjutan yang efektif memerlukan:
Keterlibatan penuh dari partner penugasan dan anggota tim inti lainnya; dan
Kesediaan personel senior untuk mendengar “suara” personel yang lebih junior. Termasuk memahami penugasan dari perspektif staf junior, mendorong mereka untuk bertanya dan memberi saran-saran, dan kemudian memberikan mereka umpan balik.
Hal yang harus dipertimbangkan terkait komunikasi tim audit, yakni:
Membagi tugas dan peran kepada anggota tim;
Pertemuan mengenai perencanaan dalam tim; dan
Selama dan sesudah audit.
Pertemuan perencanaan tim audit. Dalam penugasan yang besar, pertemuan mengenai perencanaan dijadwalkan jauh sebelum dimulainya pekerjaan lapangan. Penjadwalan dini memberikan cukup waktu untuk membuat perubahan, jika diperlukan, dalam rencana audit terinci. Untuk penugasan yang sangat kecil, perencanaan justru akan baik sekali melalui diskusi-diskusi singkat pada awal penugasan dan selama audit berjalan. Anggota tim pendorong untuk datang ke pertemuan dengan pernyataan dan sikap mempertanyakan, dan siap untuk berpartisipasi dan berbagai informasi dengan sikap skeptisisme profesional. Tiga hal yang terkait akan didkusi tim audit, yakni: 1. Berbagi insights tentang entitas, tujuan terkait hal t ersebut yakni: Entitas;
Manejemen; dan
Faktor risiko yang diketahui.
2. Bertukar pikitan, pertemuan tim penugasan dalam hal ini adalah bertukar pikiran mengenai gagasan-gagasan dan pendekatan audit yang mungkin diterapkan, seperti berikut.
Potensi untuk kesalahan (error ) dan kecurangan (fraud ).
Tanggapan terhadap risiko.
Perencanaan audit.
3. Komunikasi selama dan pada akhir audit. Setiap anggota audit mempunyai sedikit perbedaan dalam perspektif mereka mengenai entitas. Jadi diskusi tim audit janganlah dibatasi dalam pertemuanpertemuan mengenai perencanaan audit. Tim audit perlu didorong untuk berkomunikasi dan berbagi informasi yang mereka peroleh, dengan berbagai relevansinya, khususnya ketika informasi itu berdampak pada penilaian risiko KESIMPULAN: Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa pembahasan ini membantu dalam menilai risiko dan mempererat hubungan terhadap tim audit. Dapat dikatakan bahwa proses audit dapat terbantu jika auditor menerapakan kedua bab ini. Seorang auditor harus melakukan sebuah perencanaan dalam menentukan dan menggunakan materialitas serta melakukan penjadwalan untuk bertukar informasi terkat akan sebuah hal yang di temukan oleh anggota-anggota dari tim audit. Auditor akan terbantu dengan menggunakan kedua hal ini dalam tugas pengauditannya.
REFERENSI Tuanakotta, Theodorus M. 2016. Audit Kontemporer. Jakarta : Salemba Empat.