Mekanisme Penularan Gonorrhea I.
PENDAHULUAN
Penyakit menular seksual (PMS) dimaksudkan sebagai penyakit yang ditularkan secara langsung dari seseorang ke orang lain melalui kontak seks. Penyakit gonore ini dapat ditularkan melalui ciuman atau kontak badan yang dekat. Kuman patogen tertentu yang mudah menular dapat ditularkan melalui makanan, transfusi darah, alat suntik yang digunakan untuk obat bius. 1,2,3 Penyakit menular seksual juga disebut penyakit venereal. Ia merupakan penyakit yang paling sering ditemukan di seluruh dunia. Pengobatan penyakit ini efektif dan penyembuhan cepat sekali. Namun, beberapa kuman yang lebih tua telah menjadi kebal terhadap obat-obatan dan telah menyebar ke seluruh dunia dengan adanya banyak perjalanan yang dilakukan orang-orang melalui transportasi udara.2,3 Pengendalian penyakit menular seksual ini adalah dengan meningkatkan keamanan kontak seks dengan menggunakan upaya pencegahan. Gonore adalah PMS yang paling sering ditemukan dan paling mudah ditegakkan diagnosisnya. Nama awam penyakit kelamin ini adalah “kencing nanah”. nanah”. Masa inkubasi 2-5 hari.1,2,3 Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum dan tenggorokan atau bagian putih mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa naik ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga timbul nyeri panggul dan gangguan reproduksi. 1,2,3 Gonore terjadi akibat infeksi dari kuman Neisseria gonorrhea. gonorrhea. Transmisi berlaku mealuli kontak seksua dan tmpat keluarnya kuman melalui pneis, vegina, anus atau mulut. Gonore selalunya terjadi pada orang yg berhubungan seks tidak aman serta yang mengamalkan seks yang bebas. 1,2,3
1
Gejala awal biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra, yang beberapa jam kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih dan keluarnya nanah dari penis. Penderita sering berkemih dan merasakan desakan untuk berkemih, yang semakin memburuk ketika penyakit ini menyebar ke uretra bagian atas. Lubang penis tampak merah dan membengkak. Infeksi bisa menyerang leher rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra dan rektum; menyebabkan nyeri pinggul yang dalam atau nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Nanah yang keluar bisa berasal dari leher rahim, uretra atau kelenjar di sekitar lubang vagina.1,3 Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seksual melalui anus (lubang dubur) bisa menderita gonore pada rektumnya. Penderita merasakan tidak nyaman di sekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah di sekitar anus tampak merah dan kasar, tinjanya terbungkus oleh lendir dan nanah.1,3 Melakukan hubungan seksual melalui mulut (oral sex) dengan seorang penderita gonore bisa menyebabakn gonore pada tenggorokan (faringitis gonokokal). Biasanya infeksi ini tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang menyebabkan nyeri tenggorokan dan gangguan menelan. Jika cairan yang terinfeksi mengenai mata maka bisa terjadi infeksi mata luar (konjungtivitis gonore).1,3 Bayi baru lahir bisa terinfeksi oleh gonore dari ibunya selama proses persalinan, sehingga terjadi pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan dari matanya keluar nanah. Pada dewasa, bisa terjadi gejala yang sama, tetapi seringkali hanya 1 mata yang terkena. Jika infeksi ini tidak diobati bisa terjadi kebutaan.1,3 Penderita pria biasanya mengeluhkan sakit pada waktu kencing. Dari mulut saluran kencing keluar nanah kental berwarna kuning hijau. Setelah beberapa hari keluarnya nanah hanya pada pagi hari, sedikit dan encer serta rasa nyeri berkurang. Bila penyakit ini tidak diobati dapat timbul komplikasi berupa peradangan pada alat kelamin. Pada wanita, penyakit ini tidak menunjukkan gejala yang jelas atau bahkan tidak menimbulkan keluhan sama sekali, sehingga
2
wanita mudah menjadi sumber penularan GO. Kadang penderita mengeluh keputihan dan nyeri waktu kencing. Diagnosis
ditegakkan
berdasarkan
hasil
pemeriksaan
mikroskopik
terhadap nanah dimana ditemukan bakteri penyebab gonore. Jika pada pemeriksaan mikroskopik tidak ditemukan bakteri, maka dilakukan pembiakan di laboratorium. Jika diduga terjadi infeksi tenggorokan atau rektum, diambil contoh dari daerah ini dan dibuat biakan. 1,2,3 Gonore
biasanya
diobati
dengan
suntikan
tunggal
seftriakson
intramuskuler (melalui otot) atau dengan pemberian antibiotik per-oral (melalui mulut) selama 1 minggu (biasanya diberikan doksisiklin). Jika gonore telah menyebar melalui aliran darah, biasanya penderita dirawat di rumah sakit dan mendapatkan antibiotik intravena (melalui pembuluh darah, i nfus).2,3,4 Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangat sensitif terhadap penicilin, banyak „strain‟ yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan tetrasiklin masih tetap merupakan pengobatan pilihan. Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr probonesid per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan yang memadai. Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita yang peka terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita. Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis gonokokus. Pengobatan untuk wanita hamil Ceftriaxone 250mg intramuskuler dosis
tunggal,
dosis
tunggal
sefalosporin
lain
atau
Spectinomycin
2g
intramuskuler dosis tunggal. 1,4
II.
PATHOMEKANISME GONNORHEA
Nisseria Gonorrheae merupakan pathogen yang cuma terdapat pada manusia sebagai host dan transmisi melaui kontak seks. Transmisi melalui kontak antara vagina atau anal secara fisikal dengan permukaan mukosa pasangan seks dengan
3
tanda asymptomatis atau gejala simptomatis yang sedang merupakan penularan yang paling efisien. 1 Telah banyak kajian yang dilakukan tentang pathomekanisma oleh organism gennokokus namun mekanisme molekuler yang tepat tentang cara invasi genokokus ke dalam sel host itu masih beluh dapat dipastikan. Terdapat beberapat faktor virulensi yang bermain peranan seperti proses perlengkatan, inflamasi dan invasi mukosa. Hal ini kerana, pili atau fimbriae yang terdapat di genokokus memperkuat perlengkatan pada sel host (sel epitel kolumnar). Jesturu itu dapat mengenal pasti kenapa genokokus yang tanpa pilli jarang menginfeksi manusia. Tempat yang paling sering terjadi perlengketan adalah pada sel mukosa urogenital lelaki dan perempuan. Perlekatan genokokus pada sel epitel host dan polimorphonuclear neutrofil bukan sekadar bergantung pada pili nya sahaja bahkan opa ligand juga memainkan peranan yang penting. Peranan dari PilC dan Opa yang bisa ditemui pada bakteri adalah untuk membantu dalam perlengketan dan invasi local. Invasi in dicetus oleh adhesins bakteri dan sphingomyelinase yang mengkontribusi dalama mekanisme endocytosis. Antiplus antibody berfungsi untuk menghambat perlekatan pada sel epitel dan meningkatkan fagosit. Selain itu, ekspresi dari transferrin reseptor juga memainkan peranan yang penting serta ekspresi full-length-lipo-oligosaccharide (LOS) juga penting dalam faktor menginfeksi. Genokokus mempunyai kemampuan untuk bermultiplikasi dan membelah intraselular dan immunitas terhadap mekanisma pertahan tubuh host. Invasi dari mikroorganisma meningkat apabila terdapat ekspresi jenis-jenis protein Opa dan non-sialylated LOS.1,2,3 Genokoki mempunyai kemampuan untuk merusak tissue dengan cara memproduksi pelbagai jenis peptide dan lipid seperti fosfolipase, peptidase, lipid A dan peptidoglycans. Hal ini dapat dilihat pada kerusakan tuba fallopian dan pembetukan postinflammatory arthritis.
Edukasi
4
Pasien harus diberi keterangan yang jelas tentang kondisi yang dialami dan implikasi kesihatan yang bisa terjadi terhadap diri sendiri dan pasangannya. Pasien harus diperingatkan supaya tidak bisa ada hubungan seks sehingga dia, pasangannya atau kedua-duanya bebas dari penyakit gonorrhea. Selain itu, pasien lelaki yang simptomatis pada infeksi kantung kemih harus ditanyakan sesiapa sahaja pasangan yang berhubungan seks dengannya dalam jangka waktu dua minggu atau pasangan yang
terakhir dia berhubungan seks jika sudah lama
sedangkan pada pasien yang terdapat gejala di lokasi lain atau asimptomatis harus ditanyakan sesiapa sahaja dia berhubungan seks dalam jangka waktu tiga bulan. Pasangannya sebaiknya di lakukan pemeriksaan untuk diberikan terapi dini. 5 Diagnosa Banding Chlamydia
Chlamydia adalah penyakit menular seks yang sering terjadi pada lelaki dan perempuan. Chlamydia sangat berbahaya kerna bisa menyebabkan kemandulan pada wanita. Simptom yang dialami pada perempuan adalah sekret vagina yang abnormal dan terasa seperti terbakar waktu kencing.
Fig 1. Cervicitis
Simptom pada lelaki sekresi dari penis, terasa seperti terbakar waktu kencing atau terasa nyeri dan bengkak pada satu atau kedua-dua testis .
5
Fig 2. Urethritis
Selain itu, bisa terjadi infeksi pada anal pada lelaki dan wanita dengan simptom nyeri pada anal, terdapat sekret di daerah anal atau ada pedarahan pada daerah anal.
Trichomoniasis
Trichomoniasis adalah suatu penyakit jangkitan secara seksual yang sangat umum. Trichomoniasis disebabkan oleh infeksi dengan parasit protozoa yang disebut Trichomonas Vaginalis. Gejala Klinis: Gejalanya bisa bermacam mulai dari iritasi ringan sampai ke radang parah. Pada laki-laki, sering ditemukan gatal atau radang dalam penis, rasa nyeri terbakar setelah berkemih atau ejakulasi, bisa juga didapatkan secret dari penis. Pada perempuan, ditemukan rasa gatal, nyeri terbakar, kemerahan di genital, ketidaknyamanan ketika berkemih, dan bias didapatkan secret dengan bau khas dan berwarna jernih, putih, kekuningan atau kehijauan.
Infeksi Jamur Vaginalis ( vaginal yeast in f ection )
Infeksi jamur vaginalis adalah suatu iritasi pada vagina dan sekitarnya (vulva). Keadaan ini sering disebabkan oleh pertumbuhan berlebihan dari jamur di sekitar vagina.
6
Gejala Klinis: Gatal ringan dan gumpalan keputihan yang keluar dari vagina, nyeri waktu berkemih, nyeri waktu berhubungan seksual, iritasi dan kemerahan pada kulit sekitar vagina.
References 1. Anonymous. (2010). Gonococcal Infection, Gonorrhoea. In S. B. Tony Burns, Rook's Textbook of Dermatology, 8th Edition (pp. 30.45-30.46, 34.24-34.28). USA: Wiley-Blackwell. 2. Anonymous. (2008). Gonorrhea. In J. L. Jean L Bolognia, Bolognia: Dermatology 2nd Edition (pp. 1-10). USA: Mosby ELSEVIER. 3. Rosen, T. (2012). Chapter 205 Gonorrhea, Mycoplasma, and Vaginosis. In S. I. Lowell A. Goldsmith, Ftizpatrick's Dermatology in general Medicine (pp. 35733579). USA: Mc Graw Hill. 4. Kirk D. Ramin, D. V. (2012). Chapter 49 Maternal and Perinatal Infection: The Sexual Transmitted Diseases Chalmydia, Gonorrhea, and Syphilis. In J. R. Steven G. Gabbe, Obstetrics: Normal and Problem Pregnancies (pp. 1098-1106). ELSEVIER. 5. C Bignell, M. F. (2011). UK National Guideline for the Management of Gonorrhoea in Adults, 2011. International Journal of STD & AIDS, 541-547.
6. Andrea Chisholm, B. R. (2013). Vaginal Yeast Infection. Nursing Reference Centre, 1-2. 7. Ann E. Jerse, M. C. (2013). Vaccine Against Gonorrhea: Current Status and Future Challanges. ELSEVIER, 1579-1585.
7
8. Guiso, N. (2013). Bordotella Pertussis: Why is it Still Circulating? ELSEVIER, S119S124. 9. Matthew R. Golden, H. H. (2012). Nisseria Gonorrgheae Infection. In A. I. Lee Goldman (MD.), Goldman's Cecil Medicine (pp. e144-e149). ELSEVIER. 10. Raymond Heymans, S. M. (2012). Clonally Related Neisseria gonorrhoeae Isolates with Decreased Succeptibility to the Extended-Spectrum Cephalosphorin Cefotaxime in Amsterdam, the Netherlands. Antimicrobial Agents and Chemotheraphy , 1516-1522.
8