BAB I PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG Virus Influenza yang kita ketahui pada dasarnya hanya virus influenza biasa yang menyerang anak-anak atau orang dewasa ketika sistem imun sedang menurun. Tetapi virus influenza sebenarnya memiliki berbagai tipe yaitu virus influenza A, virus Influenza B dan virus influenza C. Virus ini memiliki kesamaan dalam hal gejala sehingga sulit untuk dibedakan. Oleh karena itu dibutuhkan pemeriksaan laboratorium untuk membedakan antara virus influenza A, virus influenza B dan virus influenza C. Virus influenza A merupakan virus influenza yang paling sering menyerang manusia dari pada virus influenza B dan virus influenza C. Virus Influenza A merupakan penyebab dari morbiditas dan mortilitas di seluruh dunia. Influenza dikenal sebagai sindrom klinik karena menginduksi produksi sitokin pro inflamasi (Darwish et al, 2011). Virus Influenza A terkadang dianggap remeh oleh masyarakat padahal virus ini dapat mengakibatkan kematian. Virus Influenza A paling sering menyerang orang dewasa tapi tidak menutup kemungkinan dapat menyerang anak-anak. Oleh karena itu dalam makalah ini membahas mekanisme penyakit influenza secara imunologi dan vaksin yang digunakan untuk mencegah terjangkitnya virus Influenza A.
II. TUJUAN 1. PENYAKIT INFLUENZA Mengetahui mekanisme imunologi dari penyakit influenza. 2. TERAPI VAKSIN INFLUENZA Mengetahui efektivitas dan mekanisme vaksin influenza.
1
BAB II ISI
1. PENYAKIT INFLUENZA Infeksi virus influenza dapat menginduksi peradangan pada sistem pernapasan secara berlebihan dan mengakibatkan kerusakan jaringan yang cukup besar di bagian yang terinfeksi. Sistem imun adaptif seperti sel limfosit T helper CD4+ dan sel limfosit T sitotoksik CD8+
dan sel imun bawaan memberikan respon terhadap infeksi yang
diakibatkan virus influenza. Sitem imun berkontribusi untuk membersihkan atau mengeliminasi infeksi virus dengan cara mengontrol terjadinya inflamasi pada sistem pernapasan dan mengurangi terjadinya kerusakan jaringan (Sun, 2013). Antara sel imun adaptif dan sel imun bawaan saling bekerja sama dengan cara selama sel imun adaptif yang berupa sel T memproses terbentuknya sel T efektor yang merupakan bentuk diferensiasi dari sel T dan mengaktifkan sel B yang menghasilkan antibodi didalam nodus limfa, maka yang bekerja untuk menyerang virus adalah sel imun bawaan yang berupa makrofag, sel dendritik, dan sel imun bawaan lainnya. Kerja sama yang dilakukan antara sistem imun adaptif dan sistem imun bawaan ini dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan terapi obat untuk menurunkan terjadinya infeksi virus influenza yang lebih serius ( Sun, 2013). Virus influenza masuk pada sistem pernapasan berpoliferasi memperbanyak diri kemudian menyerang sel epitel jaringan mukosa pada sistem pernapasan (paru-paru). Pada kedaan yang lebih parah virus sini akan menyerang sel alveoli pada pneomosit tipe II (1). Serangan ini mengakibatkan terjadinya inflamasi dan rusaknya jaringan. Virus influenza yang ada pada daerah permukaan dan dalam sel epitel mukosa akan difagosit sel dendritik dengan CD103+ sedangkan pada bagian interstitium paru akan difagosit sel dendritik CD11bhi. Virus yang sudah difagosit kemudian akan dibawa ke organ limfatik (2). Inflamasi yang terjadi menginduksi sel imun adaptif berupa sel T naif yang ada di aliran darah dan sel B naif yang ada di sumsum tulang menuju organ limfatik (3) (Gambar 1).
2
Gambar 1. Proses fagositosis virus oleh sel imun bawaan sebelum dibawa ke organ limfatik (Taeg, 2012).
Di dalam organ limfatik sel dendritik yang sudah memfagosit virus influenza, menyajikan virus dalam bentuk peptida pada MHC yang nanti akan dikenali oleh sel T naif (4). Sel T naif yang sudah mengenali antigen dari sel limfosit Th CD4 + akan menghasilkan sitokin IL-2 yang menginduksi sel limfosit Th CD4 + dan sel limfosit Tc CD8+ untuk berpoliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel T efektor dan sel T memori (5). Sel T efektor dari masing-masing sel limfosit T keluar dari organ limfatik menuju situs infeksi yang ada di paru-paru (6) (Gambar 2).
Gambar 2. Aktivasi sel T naif menjadi sel T efektor di organ limfatik (Taeg, 2012). 3
Sel T efektor kembali menuju situs infeksi yaitu paru-paru. Di dalam paru-paru sel limfosit Th CD4+ dalam bentuk efektor akan diaktifkan kembali oleh antigen berupa selsel yang terinfeksi dan menghasilkan berbagai macam fungsi seperti mengaktifkan makrofag untuk memfagosit antigen. Makrofag yang sudah memfagosit antigen akan dibunuh dan dihancurkan oleh sel efektor dari sel limfosit Th CD8 + . Residu dari makrofag yang dibunuh tadi akan dibersihkan oleh antibodi. Kemudian untuk menghentikan sistem imunitas agar tidak terjadi autoimun, peran dari sel limfosit Treg diperlukan. Fungsi dari sel limfosit Treg yaitu menekan proses imunitas pada jaringan yang terinfeksi sehingga kembali dalam keadaan normal.
2. TERAPI VAKSIN INFLUENZA Terapi yang dilakukan untuk virus influenza tipe A yaitu dengan vaksin yang berisi protein matriks 2 (M2e). Vaksin ini menggunakan rekombinan inti kapsomer antigen Hepatitis B (HBc) untuk menghasilkan partikel yang sama dengan virus atau disebut juga virus rekombinan (VLPs). Virus rekombinan (VLPs) memiliki kepadatan yang tinggi karena adanya matriks 2 (M2e) sehingga dapat menginduksi sistem imun adaptif dan bawaan yang muncul ketika ada virus influenza tipe A (Ibanez, 2012). Mekanisme yang terjadi yaitu, virus rekombinan akan dikenali oleh sel limfosit T CD4+ yang di sajikan oleh sel makrofag atau sel dendritik yang berperan sebagai APC pada MHC kelas II. Kemudian sel limfosit T helper CD4+ mengeluarkan sitokin berupa IL-2 yang menginduksi T helper itu sendiri dan sel limfosit T sitotoksik CD8 + untuk berpoliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel T efektor dan sel T memori. IL-2 juga menginduksi sel B untuk berdiferensisai menjadi sel plasma yang menghasilkan antibodi. Kemudian sel T efektor akan kembali ke situs infeksi dan menyerang sel yang terinfeksi virus rekombinan. Selama sel imun adaptif memproses sel efektor maka yang bekerja menyerang virus rekombinan yaitu sel imun bawaan yang berupa makrofag dan sel dendritik. Kemudian residu yang dihasilkan akan dibersihkan oleh antibodi yang ada pada situs infeksi. Dengan adanya vaksin ini dapat memberikan kekebalan tubuh karena tubuh sudah memiliki sel T memori yang dihasilkan dari paparan pertama.
4
BAB III KESIMPULAN
1. Virus Influenza merupakan virus yang menyerang sel epitel jaringan mukosa pada si stem pernapasan. Imunitas tubuh yang bekerja yaitu imunitas adaptif dan imunitas bawaan. Sel imun adaptif yang berperan adalah Th dan Tc. Selama imunitas adaptif berpoliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel yang aktif atau sel penyerang (T efektor) maka virus ini akan ditangani oleh sel imun bawaan. Sel imun bawaan yang berperan dalam pen yakit ini adalah sel dendritik. Setelah menjadi sel T efektor maka virus ini akan dihancurkan, sisa atau residu dari virus ini akan dibersihkan atau dinetrelkan oleh antibody. 2. Vaksin merupakan salah satu pengobatan yang digunakan untuk penyakit influenza type A. Vaksin ini mengandung matriks 2 (M2e) sehingga dapat menginduksi sistem imun adaptif dan bawaan yang muncul ketika ada virus influenza tipe A.
5
DAFTAR PUSTAKA
Darwish I, Mubareka S, Liles WC, 2011, Expert Rev Anti Infect Ther , Immunomodulatory therapy for severe influenza, Vol 9(7):807-22. Ibanez LI, et al ., 2012, M2e-Displaying Virus-Like Particles with Associated RNA Promote T Helper 1 Type Adaptive Immunity against Influenza A, 10.1371. Sun J, Braciale TJ, 2013, Curr Opin Virol , Role of T cell immunity in recovery from influenza virus infection, 3(4):425-9. Taeg S Kim, Jie Sun, Thomas J Braciale, 2012, Trends Immunol , T Cell Responses during Influenza Infection: Getting and Keeping Control, 32(5): 225 – 231.
6