MAKALAH KESEHATAN MATRA DARAT
Disusun Oleh TUTORIAL C3 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Debi Ubaidi Abdillah Asti Nurhidayati Annisa Putri Ayu Hapsari Anak Agung Tri Andri Karnandra Luthfiani Azahra Mahesa Rahmadianto Monica Gea Novita Danar Pratama Sundus Kamal
1010211185 1110211003 1110211037 1110211053 1110211075 1110211082 1110211107 1110211140 1110211144 1110211155 1110211185
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA 2014 – 2015
Kasus Kesehatan Matra Darat PAGE 1 Anda adalah dokter lulusan UPN Veteran Jakarta yang sudah 1 tahun bertugas di puskesmas Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah. Tawangmangu adalah ibukota kecamatan dan berada di lereng G. Lawu. G. Lawu adalah gunung berapi diperbatasan Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan ketinggian 3265 m. Pada bulan Oktober 20xxanda mendapat tugas dari kepala puskesmas anda sebagai dokter Tim pada Ekspedisi G. Lawu. Ekspedisi G. Lawu adalah kegiatan penelitian situs purbakala peninggalan kerajaan Modjopahit yang berada di daerah puncak G. Lawu. Tim Ekspedisi terdiri dari 8 orang ahli kepurbakalaan berasal dari kota Semarang. Anda segera mengadakan koordinasi dengan ketua tim dan menyarankan agar seluruh tim sudah berada di Tawangmangu seminggu sebelum pendakian untuk aklimatisasi dan anda meyarankan agar tim kesehatan dibantu oleh satu orang tenaga perawat mahir serta satu tim evakuasi. Saran anda diterima dan ketua tim meminta agar anda segera mempersiapkan diri serta kelengkapan tim kesehatan. Pada hari H – 8, tim ekspedisi sampai di Tawangmangu dan akomodasi sudah disiapkan oleh bapak Camat Tawangmangu. Anda segera mengadakan koordinasi dann persiapan kegiatan aklimatisasi. Dari hasil koordinasi diperoleh data-data anggota tim sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Ketua Tim Tn. D usia 40 tahun Wakil Ketua Tn. Tr. Usia 38 tahun Tn. Ad. Anggota tim usia 39 tahun Tn. Bu anggota tim usia 40 tahun Tn. Ct anggota tim usia 36 tahun Tn. R anggota tim usia 36 tahun Tn. Pu anggota tim usia 35 tahun
Selain data diatas anda juga mendapatkan data medik seluruh tim dan semua dalam kondisi sehat.
Selanjutnya tim melaksankan kegiatan aklimatisasi dipimpin oleh Komandan Koramil stempat karena yang bersangkutan adalah seorang yang berpengalaman dibidang mendaki gungung dan ditunjuksebagai Ketua Tim SAR kecamatan Tawangmangu. Anda beserta tim kesehatan juga melakukan persiapan-persiapan untuk kegiatan dukungan kesehatan tersebut. PAGE 2 Hari H – 1 diadakan briefing oleh ketua tim didalam briefing tersebut diulangi lagi rencana kegiatan ekspedisi sesuai rencana semula (tidak ada perubahan). Tim akan berangkat dari titik awal (ketinggian 2000 m) dengan berjalan kaki menuju pos I ketinggian 2500 m, kemudian dilanjutkan ke pos II pada keinggian 3000 m dimana pada ketinggian tersebut didirikan tenda basecamp penelitian. Jarak dari titik awal ke pos I sekitar 7 km sedangkan jarak dari pos I ke pos II 8 km. Jalan yang dilalui merupakan jalan setapak yang hanya dapat dilalui dengan berjalan kaki dan menembus hutan pinus. Daerah penelitian meliputi sekitar basecamp sampai dengan Situs Peninggalan Mojopahit pada ketinggian 3100 m. Penelitian direncanakan selama 7 hari. Pada hari H, jam J rombongan ekspedisi berangkat. Sesuai perkiraan waktu semua anggota tim dapat sampai di Basecamp tepat waktu. Di basecamp tersebut sudah disiapkan tenda-tenda dan anda mendapatkan tenda khusus untuk pos kesehatan. Pada hari H + 2 sampai dengan hari H + 5 semua kegiatan berjalan lancer dan tidak ada gangguan kesehatan pada anggota tim meskipun pada sore dan malam hari sering diguyut hujan. Pada hari H + 6 tiba-tiba sekitar pukul 09.00 anggota tim kesehatan anda dating dengan memapah seseorang di luar anggota tim ekspedisi, orang tersebut tampak lemah, sesak napas dan batuk-batuk tidak berdahak. Selain itu juga beserta 1 orang lain dalam kondisi yang agak kebingungan. Keduanya tampak kedinginan dan pakaian dalam kondisi basah. Anda seizing ketua tim segera melaksanakan tindakan medis, anda memerintahkan perawat ahli anda untuk mengganti baju dan memberi selimut serta segera melakukan primary survey dengan hasil: Untuk Pasien yang kondisinya lebih berat
A. Nafas tampak sesak, tetapi tidak ditemukan adanya sumbatan pada saluran system respirasi. B. Tampak batuk-batuk tak berdahak, kesulitan bernapas (air hunger). Respiration rate 36x/mnt. C. Muka tampak pucat, tidak ditemukan adanya luka dan atau perdarahan ataupun fraktur. D. Tampak lemah, gelisah dan kebingungan. Secondary Survey: Nama Pasien: bpk. Hod Keadaan umum: tampak lemah, gelisah, sesak nafas namun masih dapat mengeluh sakit kepala. Batuk (+). Tidak ditemukan dahak maupun dahak berdarah. Pemeriksaan: compos mentis, tensi 130/80 mmHg, RR 32x/mnt, nadi 98x/mnt, suhu tubuh 36,8 C Kepala: tampak pucat kedinginan. Sclera tidak anemis dan tak tampak kuning. Thorak: Jantung: takikardia, tidak ada pembesaran jantung. Paru: takipnu, ronkhi basah (+) tersebar, terdengar lemah. Wheezing (-) Abdomen: bising usus (+), masih dalam batas normal Ekstremitas: superior dan inferior kulit teraba dingin. Dari hasil primary survey anda segera mengambil tindakan kegawat daruratan medis dan segera mengontak tim evakuasi. Hasil pemeriksaan Pasien yang lain: Primary Survey: A. B. C. D.
Tal tampak adanya sesak nafas maupun adanya gangguan pada saluran respirasi. Tak tampak adanya sesak nafas. Terlihat batuk-batuk Tak ditemukan adanya perdarahan, luka/fraktur Compos mentis baik hanya tampak sedikit bingung
Secondary Survey Nama Tn. Ob Keadaan Umum: tampak gelisah, mengeluh sakit kepala dan mual. Batuk-batuk (+) tetapi tidak merasa sesak nafas. Pemeriksaan: Pasien bisa berbicara, tensi 130/80 mmHg, RR 24x/mnt, nadi 84x/mnt, suhu tubuh 37,0 C.
Kepala: konjungtiva tidak anemis dan sclera tak tampak kuning. Thorak Jantung & Paru: dbn Abdomen: bising usus (+) masih dalam batas normal. Ekstremitas: superior dan inferior kulit teraba dingin. Karena Tn. Ob dapat berkomunikasi dengan dilakukan anamnesis yang lebih detail didapat kronologis kejadian sebagai berikut: PAGE 3 Rombongan mereka 4 orang dari daerah Kabupaten Blora dengan tujuan untuk ziarah ke situs Mojopahit sesuai dengan aliran kepercayaan mereka. Mereka berangkat hanya karena mendapat informasi dari kelompoknya dan berangkat tanpa persiapan karena kekurangan pengetahuan mereka. Rombongan mereka mulai mendaki satu hari yang lalu sekitar pukul 08.00 pagi. Pada saat tiba di pos I (2500 m) sekitar pukul 13.00, pada waktu itu Tn. Hod merasa agak sesak dan batuk-batuk tanpa dahak, juga merasa sakit kepala. tn. Ob juga merasa lemah sakit kepala dan agak mual. Rombongan mereka menginap di pos I semalam kemudian jam 08.00 melanjutkan pendakian, dalam perjalanan tersebut sempat kehujanan sebentar, tetapi baru 1 jam mendaki Tn. Hod merasa semakin sesak dan batuk-batuk semakin sering serta mulai kebingungan, sedang sakit kepala Tn. Ob timbul kembali bahkan dirasa makin berat disertai dengan muntah. Dalam kondisi tersebut beruntung mereka bertemu dengan perawat kesehatan anda seehingga dibawa ke basecamp anda. Namun untuk kedua temannya karena merasa kondisi masih kuat mereka melanjutkan ke puncak. Pada saat berangkat rombongan dalam keadaan sehat. Untuk Tn. Ob anda segera memerintahkan perawat anda untuk memberikan penatalaksnaan medik karena kondisinya tidak mengkhawatirkan. Tidak berapa lama setelah melakukan penatalaksanaan kepada kedua Pasien tersebuttim evakuasi dating da nada memerintahkan segera dievakuasi ke puskesmas Tawangmangu dan tidak diperbolehkan untuk mendaki kembali.
Tn. Ob karena merasa kondisinya membaik masih ingin menyusul teman2nya tetapi dengan penjelasan yang anda berikan Tn. Ob akhirnya menerima dan lebih mengutamakan keselamatannya. Oleh karena adanya informasi tentang masih adanya 2 orang yang mendaki ke puncak Lawu dan kondisi cuacu sudah mulai turun hujan anda juga menginformasikan melalui jaringan komunikasi kepada bpk Danramil selaku Ketua Tim SAR Tawangmangu. Apa yang anda lakukan beserta tim kesehatan anda mendapat apresiasi dari ketua tim ekspedisi. Ketua tim mengucapkan terima kasih karena sampai akhir kegiatan rombongan ekspedisi dapat melaksanakan tugas dengan baik dan dapat kembali dalam kondisi sehat.
KESEHATAN MATRA DARAT I.
Pengertian Matra Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan (UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan disebutkan bahwa Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan lapangan, mempunyai arah tujuan pelayanan keperawatan dengan fokus pelayanan dalam konteks peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), Penyembuhan (kuratif), serta pemulihan (rehabilitatif), sesuai dengan wewenang, dan tanggung jawab serta etika profesi. Disamping itu dalam mewujudkan derajat kesehatan yang optimal dalam lingkungan matra yang serba berubah secara bermakna, kesehatan matra darat juga mempunyai peran untuk memberian pertolongan pertama kegawat daruratan, terutama pada situasi pre hospital trauma/non trauma critical care. Dalam memberikan bantuan hidup di tempat darurat tetap mempertahankan standar tindakan seperti yang tertuang dalam prinsip-prinsip Basic trauma/ non trauma life support, dengan menggunakan sarana prasarana yang ada di lapangan, bahkan bila memungkinkan melaksanakan improvisasi kesehatan di lapangan. Istilah matra diarahkan pada kondisi lingkungan yang berubah, bermakna mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang atau kelompok, lingkungan tersebut bias terjadi di darat (lapangan), laut maupun udara. Kondisi matra akibat lingkungan yang berubah bermakna ini bias terjadi karena sudah direncanakan maupun tidak direncanakan. Aktifitas matra lapangan yang direncanakan antara lain meliputi Haji, trasmigrasi, berkemah, perjalan mudik lebaran, berkumpulnya penduduk saat festival ataupun acara-acara keagamaan, perjalanan wisata, kegiatan bawah tanah dan kegiatan lintas alam. Matra udara adalah penerbangan atau kegiatan kedirgantaraan lainnya. Ada pun kondisi matra yang tidak
direncanakan lingkungan pengungsian akibat terjadi bencana, gangguan kamtibmas maupun krisis lainnya. Kesehatan matra adalah upaya kesehatan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental guna menyesuikan diri terhadap lingkungan yang berubah secara bermakna baik lingkungan darat, udara, angkasa, maupun air (pasal 1 uu Nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan). Kesehatan matra bumi perkemahan adalah Upaya kesehatan Yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan fisik dan mental bagi peserta kemah dan masyarakat sekitarnya. II.
Pengertian Berkemahan Berkemah adalah sebuah kegiatan rekreasi diluar rungan. Kegiatan ini umumnya dilakukan untuk beristirahat dari ramainya perkotaan, atau dari keramaian secara umum, untuk menikmati keindahan alam. Berkemah biasa dilakukan dengan menginap di lokasi perkemahan, atau dengan menggunakan tenda, dibangaun primitive, atau tanpa atap sama sekali. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kemah adalah tempat tinggal darurat, biasanya berupa tenda yang ujungnya hamper menyentuh tanah dibuat dari kain terpal dan sebagainya. Berkemah atau perkemahan adalah suatu macam kegiatan dalam kepramukaan yang dilaksanakan secara outbond. Kegiatan ini merupakan salah satu media pertemuan untuk pramuka. Adapun tujuan diadakannya perkemahan adalah sebagai berikut:
Memberikan pengalaman adanya saling ketergantungan antara unsur-unsur alam dan
kebutuhan
untuk
melaestarikannya,
menjaga
lingkungan
dan
mengembangkan sikap tanggung jawab akan masa depan yang menghormati
keseimbanagan alam. Mengembangkan kempuan diri mengatasi tantangan yang dihadapi, menyadari tidak ada sesuatu yang berlebihan didalam dirinya, menemukan kembali cara
III.
hidup yang menyenangkan dan kesederhanaan. Membina kerjasama, persatuan dan persaudaraan.
Pengertian Bumi Perkemahan
Bumi perkemahan adalah tempat di alam terbuka, dimana para pemakai dapat mendirikan kemah-kemah untuk keperluan belama-lamadan melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan motivasi mereka masing-masing. Kegiatan perkemahan merupakan kegiatan yang positif dalam menguji daya tahan di alam liat, uji keberanian, latihan survive dan leadership. Oleh karenah itu, kegiatan ini biasanya diadakan rutin oleh sekolah-sekolah mulai dari tingkatan dasar sampai perguruan tinggi. Rata-rata mereka yang megikuti kegiatan perkemahan ini merasakan ada pengaruh positif yang signifikan terutama dalam soal kemandirian hidup. Lokasi bumi perkemahan juga perpengaruh dalam dalam apakah kegiatan pelaksanaan perkemahan itu menarik atau membosankan untuk itu patut dipilih lokasi yang bias memberikan kesan mendalam dari para peserta kemah. A. Dasar Hukum Kesehatan Matra Bumi Perkemahan Pelaksanaan kesehatan matra pada bumi perkemahan dilandaskan pada beberapa aturan yang telah ditetapkan dan berlaku di negara Republik Indonesia, yaitu: UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan
Kepariwisataan, Pasal 67-71. Peraturan Presiden RI Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan
Nasional. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1215/MENKES/SK/XI/2001
tentang Pedoman Kesehatan Matra. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 331/MENKES/SK/V/2006
tentang Rencana Strategis Departemen Kesehatan Tahun 2005-2009. Piagam Kerjasama Depkes RI, Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat dengan
Kwartir
Nasional
Gerakan
Pramuka
Nomor
292/Bankesmas/DJ/IV/83 dan 054. B. Organisasi Pelaksana Kesehatan Bumi Perkemahan Penanggung jawab Kesehatan Di Bumi Perkemahan merupakan bagian dari Kepanitian yang dibentuk untuk kegiatan perkemahan tersebut. Panitia Perkemahan disesuaikan dengan organisasi mana yang bertanggung jawab tehadap pelaksanaan perkemahan tersebut (baik dari instansi Pemerintah maupun dari LSM atau swasta. Penanggung jawab Kesehatan Bekerjasama dengan Dinas
Kesehatan setempat (termasuk Rumah Sakit & Puskesmas yang akan menjadi rujukan bila ada peserta yang perlu penanganan medis berkelanjutan). Besar kecilnya kegiatan perkemahan yang akan dilaksanakan, maka memengaruhi besar kecilnya panitia yang terbentuk, dan semakin banyak tenaga yang terlibat. Bukan hanya dari pelaksana, misalnya kwartir pusat,cabang, atau ranting, tapi juga dari instansi pemerintah, misalnya Dinas Kesehatan, bahkan bisa melibatkan masyarakat sekitar bumi perkemahan untuk menjadi pelaksana, menurut bidang dan keahlian masing-masing. C. Kegiatan-kegiatan Kesehatan Matra di Bumi Perkemahan. 1) Penyiapan lokasi Hal yang harus diperhatikan dalam penyiapan lokasi adalah potensi bahaya dan kesesuaian kemampuan calon peserta dengan medan yang akan dihadapi. Ini penting untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya penyakit dan kecelakaan. 2) Pemeriksaan kesehata Pemeriksaan kesehatan di awal dan berkala penting untuk memastikan peserta perkemahan tetap dalam kondisi yang sehat sejak awal kegiatan perkemahan, sampai berakhirnya perkemahan. Juga untuk menghindari terjadinya penyakit menular. Sehingga bila ditemukan peserta yang sakit, maka dilakukan pengobatan, bahkan mengisolasi penderita sampai sembuh agar tidak menularkan penyakit. 3) Penyuluhan kesehatan Penyuluhan kesehatan bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada peserta, agar senantiasa mengupayakan kesehatannya. 4) Higiene dan sanitasi Higiene dan sanitasi penting selama perkemahan karena bila ini tidak dijaga, maka akan menyebabkan penyakit-penyakit yang bisa menular 5)
secara meluas ke peserta perkemahan. Surveilans bumi perkemahan Surveilans mencakup pengamatan penyakit, termasuk pengamatan penyakit yang sedang dan berpotensi untuk muncul, sehingga bisa
dilakukan penanganan dan pencegahan yang tepat. 6) Pencegahan penyakit menular Interaksi orang-orang saat perkemahan sangat besar, sehingga peluang untuk penularan penyakit juga besar. Untuk itu, perlu segera dilakukan upaya pencegahan penyakit menular.
7) Penatalaksanaan pelayanan medik dan keperawatan. Dimaksudkan dalam hal ini adalah pelayanan medis yang tepat bila terjadi penyakit dan kecelakaan selama kegiatan perkemahan. 8) Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan mencakup pencatatan kondisi kesehatan peserta kemah serta pelayanan kesehatan yang diberikan dilaksanakan sesuai dengan sistem yg telah baku. Pelaporan dilaksanakan setiap hari kepada otoritas kesehatan di lokasi perkemahan, termasuk rujukan penderita di RS Rujukan 9) Pembinaan dan pengawasan Dilaksanakan oleh Penanggung Jawab Kes. Perkemahan bersama dengan Dinas Kesehatan setempat (termasuk RS dan Puskesmas). Hal-hal yg berkaitan dgn aspek legal dari pelaksanaan kesehatan tersebut, maka pembinaan
&
pengawasannya
berada
pada
institusi
pelaksana
perkemahan. 10) Pemantauan dan Evaluasi Pemantauan dilaksanakan setiap hari oleh Penanggung Jawab kesehatan perkemahan dan dinas kesehatan setempat. Evaluasi mencakup: jumlah kesakitan dan rujukan penderita . D. Indikator Keberhasilan Program Kesehatan Matra Bumi Perkemahan. Untuk menilai berhasil tidaknya program kesehatan matra di bumi perkemahan, ada beberapa hal yang harus terpenuhi, yaitu : Meningkatnya jumlah individu dan kelompok yang mampu bertahan dalam kondisi sehatnya pada kondisi matra yang berubah. Hal itu dibuktikan dengan laporan surveilans penyakit, rendahnya angka kesakitan, dan tingginya presentase pemulihan terhadap peserta yang sakit selama pelaksanaan perkemahan. Penanganan dan antisipasi permasalahan di bumi perkemahan secara tanggap. Hal itu bisa tergambar dari berfungsinya setiap tim, misalnya tim surveilans, tim sanitasi, tim medis, dan tim-tim lain yang telah dipersiapkan menurut perannya. Pulihnya kembali kondisi lingkungan dan aspek-aspek matra menuju ke kondisi normalnya kembali.
ALTITUDE SICKNESS Altitude Sickness(AS) termasuk beberapa gejala terkait disebabkan oleh penurunan ketersediaan O 2 di ketinggian. Acute mountain sickness (AMS), bentuk paling ringan, adalah sakit kepala ditambah satu atau lebih manifestasi sistemik. High-altitude cerebral edema (HACE)adalah ensefalopati pada orang dengan AMS. High-altitude pulmonary edema (HAPE) adalah suatu bentuk edema paru noncardiogenic menyebabkan dyspnea berat dan hipoksemia. AMS dapat terjadi pada pejalan kaki rekreasi dan pemain ski di pegunungan. Diagnosa klinis. Pengobatan AMS ringan adalah dengan analgesik dan acetazolamide. sindrom berat membutuhkan O2 tambahan jika tersedia. Selain itu, deksametason mungkin berguna untuk HACE, dan nifedipin mungkin berguna untuk HAPE.
Seiring dengan peningkatan ketinggian, tekanan atmosfer menurun sedangkan persentase O 2 di udara tetap konstan, dengan demikian, tekanan parsial O 2 berkurang dengan ketinggian dan, pada 5800 m (19.000 ft), adalah sekitar ½ bahwa pada permukaan laut. Kebanyakan orang bisa naik ke 1500-2000 m (5000-6500 ft) dalam 1 hari tanpa masalah, namun sekitar 20% yang naik ke 2500 m (8000 ft) dan 40% yang naik ke 3000 m (10.000 kaki) menyebabkan beberapa bentuk AS. Tingkat pendakian, ketinggian maksimum yang dicapai, dan pengaruh ketinggian tidur kemungkinan menyebabkan gangguan tersebut. Faktor risiko: Pengaruh ketinggian bervariasi antara individu.Tapi pada umumnya, risiko meningkat dengan * Pergi terlalu tinggi terlalu cepat * Pengerahan tenaga Risiko lebih besar pada orang yang telah sebelumnya AS dan pada mereka yang tinggal di ketinggian rendah (<900 m [<3000 ft]).Anak-anak dan orang dewasa muda mungkin lebih rentan. Gangguan seperti diabetes, penyakit arteri koroner, dan PPOK ringan tidak faktor risiko untuk AS, tetapi hipoksia buruk dapat mempengaruhi gangguan ini. kebugaran fisik tidak protektif. Patofisiologi hipoksia akut (misalnya, seperti yang terjadi selama pendakian cepat dengan ketinggian tinggi di pesawat unpressurized) mengubah fungsi SSP dalam beberapa menit. Namun, hasil AS dari respon tubuh neurohumoral dan hemodinamik untuk hipoksia dan berkembang selama jam untuk hari. SSP dan paru-paru terutama terpengaruh. Dalam keduanya, peningkatan tekanan kapiler, kebocoran kapiler, dan pembentukan edema akibatnya mungkin terjadi. Di paru-paru, hipoksia diinduksi elevasi tekanan arteri pulmonalis menyebabkan edema paru interstisial dan alveolar, sehingga oksigenasi terganggu. Small-vessel hypoxic vasoconstriction is patchy, causing overperfusion with elevated pressure, capillary wall damage, and capillary leakage in less constricted areas. Vasokonstriksi pembuluh darah kecil hipoksia
tidak merata, menyebabkan overperfusion dengan tekanan tinggi, kerusakan dinding kapiler, dan kebocoran kapiler di daerah terbatas kurang.Berbagai mekanisme tambahan telah diajukan, mereka termasuk overactivity simpatik, disfungsi endotel, penurunan oksida nitrat alveolar (mungkin karena oksida nitrat sintase menurun), dan cacat di amiloride Beberapa Beberapa faktor tersebut mungkin memiliki komponen genetik. Patofisiologi pada SSP kurang jelas, tetapi mungkin melibatkan kombinasi dari hipoksia-induced vasodilatasi serebral, perubahan penghalang darah-otak, dan Na dan retensi air menghasilkan edema serebral. Satu hipotesis adalah bahwa pasien dengan rasio rendah CSF terhadap volume otak kurang mampu mentolerir pembengkakan (yaitu dengan perpindahan dari CSF) dan dengan demikian lebih mungkin untuk mengembangkan AS. Peran peptida natriuretik atrium, aldosteron, renin, dan angiotensin tidak jelas. Aklimatisasi: Aklimatisasi merupakan rangkaian terpadu dari respon yang secara bertahap mengembalikan oksigenasi jaringan terhadap normal pada orang pada ketinggian. Namun, meskipun aklimatisasi, semua orang pada ketinggian tinggi telah hipoksia jaringan.Kebanyakan orang membiasakan diri untuk ketinggian sampai 3000 m (10.000 kaki) dalam beberapa hari. The higher the altitude, the longer full acclimatization takes. Semakin tinggi ketinggian, semakin lama aklimatisasi yang membutuhkan. Namun, tak seorang pun dapat sepenuhnya membiasakan diri untuk tinggal jangka panjang di> 5100 m (> 17.000 ft). Fitur aklimatisasi meliputi berkelanjutan hiperventilasi, yang meningkatkan oksigenasi jaringan tapi juga menyebabkan alkalosis pernafasan.PH darah cenderung untuk menormalkan dalam beberapa hari karena HCO 3 diekskresikan dalam urin, ketika pH normal, ventilasi dapat meningkatk lebih lanjut. Cardiac output meningkat pada awalnya, massa RBC dan toleransi untuk bekerja aerobik juga meningkat.Setelah banyak generasi di ketinggian, beberapa kelompok etnis telah beradaptasi dengan cara yang sedikit berbeda. Gejala dan Tanda Bentuk klinis AS tidak entitas yang terpisah tapi bagian dari spektrum di mana satu atau lebih bentuk mungkin ada dalam derajat yang berbeda.
Acute mountain sickness bentuk ini adalah jauh yang paling umum dan dapat mengembangkan pada ketinggian serendah 2000 m (6500 ft). Ini mungkin disebabkan edema otak ringan dan ditandai dengan sakit kepala ditambah setidaknya salah satu dari berikut: kelelahan, gejala GI (anoreksia, mual, muntah), pusing, dan gangguan tidur. pengerahan memperburuk gejala. Gejala biasanya terjadi 6 sampai 10 jam setelah pendakian dan mereda dalam 24 hingga 48 jam, tetapi mereka kadang-kadang berkembang menjadi HAPE, HACE, atau keduanya.AMS adalah umum terjadi di resor ski, dan beberapa orang yang terkena oleh itu keliru disangka karena konsumsi alkohol yang berlebihan (mabuk) atau penyakit virus. High-altitude cerebral edema (HACE): edema serebral bermanifestasi Ditandai sebagai sakit kepala dan ensefalopati luas dengan kebingungan, mengantuk, stupor, dan koma. ataxia adalah tanda peringatan dini.Kejang dan defisit fokal (misalnya, saraf kranial palsy, hemiplegia) kurang umum. Papilledema dan perdarahan retina dapat hadir tetapi tidak diperlukan untuk diagnosis.Koma dan kematian dapat terjadi dalam beberapa jam. High-altitude pulmonary edema(HAPE): HAPE biasanya terjadi 24-96 jam setelah pendakian cepat untuk> 2500 m (> 8000 kaki) dan bertanggung jawab atas kematian sebagian besar karena AS.infeksi pernafasan, bahkan yang kecil, tampaknya meningkatkan risiko. HAPE lebih sering terjadi pada laki-laki (tidak seperti bentuk lain dari AS). penduduk yang tinggal di dataran tinggi lama dapat berkembang HAPE ketika mereka kembali setelah tinggal sebentar di ketinggian rendah. Awalnya, pasien mengalami dispnea, penurunan toleransi kerja, dan batuk kering. Pink or bloody sputum and respiratory distress are later findings. Dahak berwarna merah muda atau dahak berdarah dan gangguan pernapasan ditemukan kemudian.Pada pemeriksaan, sianosis, takikardi, tachypnea, dan demam rendah (<38,5 ° C) adalah biasa. Focal atau rales difus (kadang-kadang terdengar tanpa stetoskop) biasanya hadir. HAPE dapat memperburuk dengan cepat, koma dan kematian dapat terjadi dalam beberapa jam. Gangguan lain: edema perifer dan wajah adalah umum pada ketinggian tinggi. Sakit kepala, tanpa gejala lain dari AMS, sering terjadi. Perdarahan retina dapat terjadi pada ketinggian serendah 2700 m (9000 ft) dan umum pada> 5000 m (> 16.000 ft). They are usually asymptomatic unless they occur in the macular region;
they resolve rapidly without sequelae. Biasanya tidak bergejala kecuali bila terjadi di daerah makula, bisa sembuh dengan cepat tanpa sequelae. Orang dengan keratotomi radial mungkin memiliki gangguan visual signifikan pada ketinggian> 5000 m (> 16.000 ft) atau bahkan terendah 3000 m (10.000 ft).Gejala yang mengkhawatirkan ini menghilang cepat setelah turun dari ketinggian. Chronic mountain sickness (Monge's disease) adalah gangguan yang mempengaruhi penduduk dataran tinggi lama, khas ditandai dengan kelelahan, dyspnea, sakit dan nyeri, sianosis, polycythemia berat, dan kadang-kadang tromboemboli. Kelainan sering melibatkan hipoventilasi alveolar. Pasien harus turun ke ketinggian rendah; pemulihan lambat, dan kembali ke ketinggian yang tinggi dapat menyebabkan kambuh. Repeated phlebotomy can reduce polycythemia, but polycythemia may recur. plebotomi berulang dapat mengurangi polycythemia, tetapi polisitemia bisa kambuh. Diagnosis * Evaluasi klinis Diagnosis of most forms of AS is clinical; laboratory tests are nonspecific and usually unnecessary. Diagnosis kebanyakan bentuk SA klinis; tes laboratorium yang spesifik dan biasanya tidak perlu. HACE can usually be differentiated from other causes of coma (eg, infection, ketoacidosis) by the history and by absence of fever and nuchal rigidity. HACE biasanya dapat dibedakan dari penyebab lain dari koma (misalnya, infeksi, ketoasidosis) dengan sejarah dan dengan tidak adanya demam dan kekakuan nuchal. If done, blood and CSF studies are normal. Jika dilakukan, darah dan CSF studi normal. In HAPE, hypoxemia is often severe, with pulse oximetry showing 40 to 70% saturation. Dalam HAPE, hipoksemia sering parah, dengan pulsa oksimetri menunjukkan 40 sampai kejenuhan 70%. If obtained, chest x-ray shows a normal-sized heart and patchy lung edema (often middle or lower lobes), unlike what is seen in heart failure. Jika diperoleh, dada x-ray menunjukkan ukuran jantung normal dan edema paru
merata (sering menengah atau lebih rendah lobus), tidak seperti apa yang terlihat pada gagal jantung. Treatment Pengobatan * Untuk AMS ringan atau sedang, pendakian berhenti, cairan, analgesik, dan kadang-kadang acetazolamide Beberapa Nama dagang: Diamox * Untuk gejala-gejala berat, turun langsung ke tempat rendah dan pengobatan dengan O 2, obatobatan, dan tekanan udara AMS: Pasien harus menghentikan pendakian dan mengurangi tenaga sampai gejala hilang. Perawatan lain adalah termasuk cairan dan analgesik untuk sakit kepala. For severe symptoms, descent of 500 to 1000 m (1650 to 3200 ft) is usually rapidly effective. Acetazolamide Some Trade Names Untuk gejala-gejala berat, turun 500 sampai 1000 m (1650-3200 ft) biasanya cepat efektif. Asetazolamide 250 mg po bisa meringankan gejala dan memperbaiki tidur. HAPE dan HACE: Pasien harus turun ke ketinggian rendah segera. Jika tertunda, pasien harus istirahat dan diberikan O 2.Jika keturunan tidak mungkin, O 2, obat-obatan, dan tekanan udara dalam kantong hyperbaric portabel membantu tetapi tidak pengganti Untuk HAPE, nifedipin (Nama dagang Adalat,Procardia) 10 mg sublingually diikuti dengan tablet slow-release 30-mg menurunkan tekanan arteri paru dan bermanfaat. Diuretics (eg, furosemide Some Trade Names Diuretik (misalnya, furosemide (Nama dagang: Lasix)Adalah kontraindikasi. Jantung normal di HAPE, dan digitalis tidak ada nilainya. Ketika segera turun dari ketinggian, pasien biasanya sembuh dari HAPE dalam waktu 24 hingga 48 jam Orang-orang yang telah memiliki satu episode HAPE cenderung memiliki lain dan harus begitu diperingatkan.
Untuk HACE (dan AMS berat), deksametason (Nama dagang:DECADRON,DEXASONE, HEXADROL) 4 sampai 8 mg awalnya, diikuti dengan 4 mg q 6 jam, dapat membantu. Ini dapat diberikan po, sc, IM, atau IV. Asetazolamide (DIAMOX) 250 mg po dapat ditambahkan. Pencegahan Yang paling penting adalah naik lambat-lambat. minum banyak air penting karena bernafas volume besar udara kering pada ketinggian sangat meningkatkan kehilangan air, dan dehidrasi dengan beberapa derajat hipovolemia memperburuk gejala. Alkohol tampaknya memperburuk AMS dan mengurangi ventilasi malam hari, sehingga menonjolkan gangguan tidur. Meskipun kebugaran fisik memungkinkan tenaga yang lebih besar di ketinggian, tidak melindungi terhadap segala bentuk AS. Pendakian: pendakian Graded sangat penting untuk kegiatan di> 2500 m (> 8000 ft). Tidur di malam pertama harus di <2500-3000 m (8.000 hingga 10.000 kaki), dan pendaki harus tidur pada saat itu ketinggian untuk 2 sampai 3 malam jika ketinggian tidur berikutnya yang lebih tinggi direncanakan.Setiap hari setelah itu, ketinggian tidur dapat ditingkatkan dengan sekitar 300 m (1000 ft), walaupun kenaikan hari lebih tinggi dapat diterima dengan kembali ke tingkat yang lebih rendah untuk tidur. Pendaki bervariasi dalam kemampuan untuk naik tanpa menimbulkan gejala; pihak memanjat harus mondar-mandir untuk anggotanya paling lambat. Aklimatisasi membalikkan cepat.Setelah turun ke tingkat rendah selama lebih dari beberapa hari, diaklimatisasi pendaki sekali harus lebih mengikuti pendakian dinilai. Obat: Asetazolamide 125 to 250 mg po q 12 h reduces the incidence of AMS. 125-250 po mg q 12 h mengurangi kejadian AMS. Sustained-release capsules (500 mg sekali / hari) juga tersedia. Acetazolamide dapat dimulai pada hari pendakian; bertindak dengan menghambat dan anhydrase karbonat sehingga meningkatkan ventilasi. Acetazolamid Po 125 mg sebelum tidur mengurangi jumlah pernapasan periodik (hampir universal selama tidur pada ketinggian tinggi), sehingga
membatasi tajam jatuh dalam darah O 2. Asetazolamide tidak boleh diberikan kepada pasien alergi terhadap obat sulfa. analog Acetazolamide tidak ada gunanya. Asetazolamidedapat menyebabkan mati rasa dan parestesia jari-jari, gejala-gejala ini jinak tapi dapat mengganggu. minuman bersoda rasa datar untuk orang yang memakai acetazolamide Dexamethasone 2 mg po q 6 h adalah sebuah alternatif untuk acetazolamide Rendah-aliran O 2 selama tidur di ketinggian efektif namun nyaman dan dapat menimbulkan kesulitan logistik. Pasien yang telah memiliki episode sebelumnya HAPE harus mempertimbangkan profilaksis dengan terus-release nifedipine Beberapa Nama Perdagangan ADALAT,Procardia 20 to 30 mg po bid. Inhalasi β-agonis mungkin juga efektif. Analgesik dapat mencegah sakit kepala tinggi-ketinggian.