Masjid Islamic Center Samarinda Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi navigasi,, cari
Masjid Islamic Center Samarin S amarinda da Masjid Islamic Center Samarinda adalah masjid yang terletak di kelurahan Teluk Lerong Ulu, Ulu, Kota Samarinda, Samarinda, Kalimantan Timur , Indonesia Indonesia,, yang merupakan masjid termegah dan terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Masjid Istiqlal. Istiqlal. Dengan latar depan berupa tepian sungai Mahakam, masjid ini memiliki menara dan kubah besar yang berdiri tegak.
Masjid ini memiliki luas bangunan utama 43.500 43.5 00 meter persegi. Untuk luas bangunan penunjang adalah 7.115 meter persegi dan luas lantai basement 10.235 meter persegi. Sementara lantai dasar masjid seluas 10.270 meter persegi dan lantai utama seluas 8.185 meter persegi. Sedangkan luas lantai mezanin (balkon) adalah 5.290 meter persegi. Lokasi ini sebelumnya merupakan lahan bekas areal penggergajian kayu milik PT Inhutani I yang kemudian dihibahkan kepada Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur . Bangunan masjid ini memiliki sebanyak 7 menara dimana menara utama setinggi 99 meter yang bermakna asmaul husna atau nama-nama Allah yang jumlahnya 99. Menara utama itu terdiri atas bangunan 15 lantai masing-masing lantai setinggi rata-rata 6 meter. Sementara itu, anak t angga dari lantai dasar menuju lantai utama masjid jumlahnya sebanyak 33 anak tangga. Jumlah ini sengaja disamakan dengan sepertiga sepert iga jumlah biji tasbih. Selain menara utama, bangunan banguna n ini juga memiliki 6 menara d i bagian sisi masjid. Masingmasing 4 di setiap sudut masjid setinggi 70 meter dan 2 menara di bagian p intu gerbang setinggi [1] 57 meter. Enam menara ini juga bermakna sebagai 6 rukun iman . Pembangunan Islamic Center diharapkan dapat pula membangkitkan semangat kebersamaan dalam upaya menghadapi era global, selain merupakan tuntutan masyarakat untuk Samarinda memiliki sebuah sarana tempat ibadah yang memadai.
[sunting sunting]] Galeri
Masjid Islamic Center Masjid dilihat dari pada malam hari. Jembatan Mahakam.
Lorong masjid.
Menara 99 Meter Asmaul Husna.
Salat berjamah di Islamic Center.
Gerbang Utama Masjid Islamic Center.
Bedug di dal
Islamic Center Samarinda
yang disebut-sebut sebagai salah satu masjid terbesar di Asia Tenggara kian
mantap menjadi salah satu obyek wisata agama, seperti yang terlihat pada libur Lebaran 1429 H, kawasan itu padat dikunjungi warga. Bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 14 ha itu cukup ramai dikunjungi warga, baik sekedar berfoto maupun shalat di Masjid Islamic Center, pada hari Minggu, 5/10-2008. "Sering mendengar berita di media massa tentang Islamic Center Samarinda namun baru sekali masuk ke lokasi ini, ternyata memang luar biasa. Kita seakan berada di Timur Tengah," kata Jahar, warga asal Bogor yang berlibur di kota itu bersama istrinya yang berasal dari Samarinda.
Jahar menuturkan bahwa tidak salah apabila Pemprov Kaltim menghabiskan dana ratusan miliar rupiah untuk membangun Islamic Center karena kini berkembang menjadi "ikon" atau "land mark" daerah itu. Bahkan diakuinya memiliki potensi besar untuk menjadi obyek wisata agama yang menjadi andalan Kalimantan Timur. Banyaknya jumlah pengunjung terlihat dari jumlah mobil yang parkir memadati halaman Masjid. "Biasanya, jumlah kendaraan parkir akan banyak apabila ada acara di Masjid. Namun, selama libur Lebaran ini, pengunjung selalu padat," kata salah seorang petugas kebersihan masjid yang terletak tidak jauh dari Tepian Mahakam itu.
Pada sholat Idul Fitri 1429 H, sedikitnya 40.000 orang memadati Masjid Islamic Center Samarinda yang kapasitasnya 44.000 umat. Masjid senilai Rp 500 miliar itu memadukan tiga artistik masjid terkenal di dunia, yakni Masjid Nabawi (Madinah), Masjid Sofia (Turki) dan Masjid Putra Jaya (Malaysia). Kompleks Islamic Center Samarinda yang dibangun di atas lahan sekitar 14 ha dengan luas bangunan keseluruhan mencapai 50 ribu m2 dan akan dilengkapi berbagai fasilitas seperti rumah sakit yang dilengkapi Unit Gawat Darurat, gedung sekolah TK dan SD, bahkan dilengkapi dengan Business Center berupa hotel, kompleks perkantoran, serta pertokoan. Terletak di Kelurahan Karang Asam, Samarinda Ilir, Samarinda, Kaltim, masjid ini memiliki luas bangunan utama 43.500 meter per segi. Untuk luas bangunan penunjang adalah 7.115 meter per segi dan luas lantai basement 10.235 meter per segi. Sementara lantai dasar masjid seluas 10.270 meter per segi dan lantai utama seluas 8.185 meter persegi. Sedangkan luas lantai mezanin (balkon) adalah 5.290 meter persegi.
Mengikuti Jejak Islam Nusantara : Islamic Center Samarinda Ditulis oleh Administrator Jumat, 08 Januari 2010 18:54
Islamic Center Samarinda Foto : Fajjar Nuggraha Text : Fajjar Nuggraha Siapa yang tidak mengenal kerajaan Kutai Kartanegera dan Mulawarman, dua kerajaan besar di Abad 14 ini berasal dari Kalimantan Timur (Kaltim). Tentunya bagi sebagian besar penduduk Indonesia, mengetahui kedua kerajaan itu melalui pelajaran sejarah yang didapatkan dibangku sekolah. Pada bulan Juli yang lalu saya pun akhirnya berkesempatan untuk menginjakan kaki di pulau Borneo paling timur ini, tempat dimana Kutai dan Mulawarman pernah bersinggasana. Tepatnya saya berkunjung ke dua Kota, yakni Kota Samarinda dan Balikpapan. Tentunya menjadi impian saya dilain waktu akan meniti seluruh kota di Kaltim, mulai dari Bontang hingga ke Berau. Menghabiskan waktu satu bulan di Samarinda, membuat saya takjub akan keindahan Samarinda, masyarakat yang bersahabat dan bersahaja, dan tentunya kenyaman serta keamanan yang tidak saya temukan di Surabaya. Itulah mungkin yang menyebabkan Kota ini banyak didatangi pendatang dari seluruh penjuru Nusantara. Tidak ada yang bisa menolak daya tarik Sungai Mahakam, bahkan keagungan Ikon baru kota Samarinda, yakni Islamic Center Samarinda, Jembatan Mahakam, serta yang terakhir Jembatan yang langsung di resmikan oleh SBY yakni Mahakam Hulu. Semua itu dapat menyihir setiap pendatang termasuk saya untuk melupakan penatnya kehidupan.
The
New Icon Of Samarinda
Samarinda sendiri adalah kota yang memiliki sejarah panjang, keberadaan kota ini tidaklah lepas dari kerajaan Kutai dan Mulawarman. Alkisah, ketika pada jaman Kolonial Belanda terjadi banyak perlawanan di daerah yang melibatkan beberapa kerajaan di Nusantara. Salah satunya Kesultanan GOWA, yang dipimpin oleh Sultan Hasanudin, namun sang Sultan mengalami kekalahan akibat beberapa pengkhianatan dari anak bangsa. Sultan pun terpaksa menandatangani Perjanjian Bongaja yang ditawarkan oleh pihak kompeni. Melalui perjanjian ini lah orang-orang bugis dipaksa untuk tunduk dan patuh terhadap Belanda. Akan tetapi banyak dari sebagian orang-orang bugis ini memilih untuk melarikan diri ke pulau-pulau lainnya untuk menyelamatkan diri daripada harus tunduk dan patuh kepada penjajah. Orang-orang bugis ini pun meminta perlindungan dan bantuan kepada kesultanan Kutai, dimana kala itu Kutai telah menjadi Kerajaan Islam dengan Kesultanannya. Sultan Kutai ini pun menempatkan rombongan orang-orang bugis di sekitaran sungai mahakam, dimana secara geografis memiliki daratan yang sama rendah dengan sungai. Sehingga orang-orang bugis tersebut menyebut pemukiman baru mereka dengan nama Samarenda, namun kelama-lamaan akhirnya ejaannya menjadi Samarinda.
Simbol kemegahan dan keagungan arsitektur Islam Tak heran banyak nama daerah dan pemukiman penduduk di Samarinda diberi nama dengan bahasa bugis seperti halnya LOA, Pua Ado, hingga Daeng. Terlepas dari sejarah tersebut, nuansa Islam sangat kental mewarnai kota samarinda, apalagi kelahiran kota ini juga terjadi dari upaya untuk melindungi sesama umat muslim, dimana kerjaan GOWA pun juga adalah kesultanan Islam terbesar di Nusantara kala itu. Nuansa Islam itu semakin terasa kental setelah kita menelusiri sungai mahakam, dimana disana banyak berdiri masjid-masjid yang berumur sangat tua, seperti salah satunya masjid Mesjid Darrunni'mah. Hal ini menadakan bahwasanya sungai yang menjadi pusat kehidupan kota Samarinda ini adalah sebagai pemukiman muslim. Seminggu di Samarinda saya selalu menelusuri sungai Mahakam untuk menuju ke Lokasi Galangan Kapal, tetapi tidak ada sesuatu yang dapat menarik perhatian saya selain Islamic Center Samarinda. Ya!, Islamic Center yang berdiri kokoh di pinggir sungai Mahakam ini menambah keindahan Samarinda, apalagi jika dikombinasikan dengan Jembatan Mahakam yang telah lebih dulu dibangun. Islamic Center Samarinda sendiri belum menyelesaikan seluruh pembangunannya, jika dikelilingi bangunan yang menghabiskan triliunan Rupiah ini masih terdapat proses penyelesaian di beberapa bagian masjid.
Islamic Center Samarinda ini jika dilihat dari atas Je mbatan Mahakam, akan terlihat lebih indah dan sangat megah. Mengingatkan saya dengan Masjid Nabawi di Madinah, menara dan kubah yang menjulang tinggi, luas area yang mencapai 12 hektar lebih lengkap dengan asrama, sekolah, dan gerbang-gerbang tinggi menjulang bak arsitektur turki semakin membuat saya tidak akan melupakan keindahan arsitektur rumah Allah SWT ini. Masjid ini berdiri di atas lahan yang dulunya merupakan bekas tanah milik perusahaan kayu PT Inhutani 1 yang diwakafkan ke Pemerintah Kaltim. Bahkan pembangunan kala itu, termasuk keputusan fenomenal mengingat, banyaknya Dana yang dikeluarkan untuk merealisasi proyek besar pertama Kaltim ini.Waktu saya berkunjung ke Islamic Center tepat ketika akan memasuki waktu maghrib, dimana matahari akan mulai turun dan menutup keindahan hari dilangit
khatulistiwa Borneo. Tiba di masjid terbesar kedua di Asia Tenggara, setelah masjid Istiqal di Jakarta ini saya langsung menuju kedalam masjid untuk melihat-lihat Islamic Center Samarinda. Saya beserta teman saya yang bernama Amad seorang lulusan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya ITS begitu terkaget, sekaligus bangga dengan bangunan yang super megah itu. Islamic Center ini memiliki ruangan wudhu yang sangat bersih, mewah, dan elegan, kamar mandi yang sangat nyaman dan tentunya canggih. Hebatnya lagi kita tidak dipungut biaya untuk menikmati fasilitas tersebut, termasuk pakiran Islamic Center. Untuk menuju ke lantai yang lebih tinggi, Islamic Center dilengkapi dengan elevator, juga lift, serta jalur khusus penyandangan cacat, Interior bangunan pun tidak kalah megah, lampu cristal yang menawan, lampu dinding yang unik yang bertemakan tulisan kaligrafi, dinding-dinding masjid yang dihiasi dengan asma ul husna', dan pegawai-pegawai yang ramah, mulai dari petugas kebersihan hingga supervisor. Mereka selalu menjawab pertanyaan dari saya, dengan ketulusan hati dan bersahabat. Dimana kondisi ini tidak saya dapatkan di Masjid Sunan Ampel sekalipun. Ber beda dengan masjid Sunan Ampel yang masih dipengaruhi dengan alkuturisasi dari budaya lokal dan hindu-budha lewat arsitektur bangunannya, Islamic Center Samarinda telah mengadaptasi aristektur timur tengah dengan perpaduan unsur Eropa dan Nusantara. Tempat pilihan di waktu senja, seperti yang dilakukan dua warga Samarinda ini
Puas melihat-lihat keindahan interior Islamic Center Samarinda, saya dan amad menuju beranda masjid untuk menghabiskan waktu di Sore hari yang indah itu. Melihat kesibukan orang yang melalui jalan raya yang berada persih disamping Sungai Mahakam, menjadi hiburan tersendiri bagi kami. Tidak hanya itu kita juga bisa sekaligus mengamati lalu lalang transportasi yang hilir-mudik di Sungai Mahakam. Tidak hanya kapal-kapal tug boat, dan tongkang pengangkut batu bara saja yang bisa masuk ke sungai Mahakam. Kapal-kapal tanker pun banyak lalu lalang melintasi sungai yang menjadi tempat endemik Ikan Pesut ini. Pesona Mahakam di kala Senja ini menjadi semakin indah jika di nikmati dari Islamic Center Samarinda. Belum lagi melihat aktifitas penduduk Samarinda atau bahkan pengunjung yang sengaja datang dari luar pulau atau propinsi lainnya di luar Kaltim. Seperti halya Pak Suriansyah yang berasal dari Banjarmasin Kalimantan Selatan, beliau menyempatkan diri berkunjung disela waktu tugas dinas kantornya. Belum lagi pak Teddy yang mengenakan wearpack bertuliskan TOTAL Oil n Gas, pastinya pria asli Jember ini mencoba menghabiskan waktu untuk istrihat sejenak, sembari ingin menunaikan salat maghrib di Islamic Center Samarinda. Menyesal saya tidak dari awal ke Islamic Center ini, kenapa saya selalu tenggelam dengan rutinitas kerja dan tidak menyempatkan diri dari awal untuk berkunjung ketempat yang sungguh indah ini. Hati ini semakin tertegun miris, kala melihat segerombolan orang tua dan muda dari klub-klub dan komunitas fotografi, membawa kamera DSLR, asyik mengambil gambar dari berbagai angle. Ah sial!! saya hanya bermodalkan kamera Pocket, dan tentunya hasilnya tidak sebegitu bagus jepretan mereka. Kekecewaan itu sedikit berkurang setelah berdiam diri dan menikmati nikmatnya menunggu senja di Samarinda. Kemujuran tidak memihak saya, maksud hati ingin melihat Samarinda dari atas menara Islamic Center Samarinda seperti halnya dengan menara yang ada di masjdi Al- Akbar Surabaya, namun karena masih dalam tahap maintenance menara tersebut tidak dapat di akses.
Simbolisasi kebersamaan masyarakat Samarinda
Namun tekad saya sudah kuat, saya harus pulang ke SBY dengan membawa liputan Islamic Center Samarinda. Alhasil pun saya juga berasyik ria untuk mengambil gambar. Saya tidak ingin menikmati keindahan Islamic Center ini sendirian, akan saya share untuk teman-teman melalui MOD ini. Saya akan bagikan bagaimana keindahan Islam Nusantara di Samarinda, bagaimana bahagia dan cerianya penduduk Samarinda, keindahan langit dan matahari senja yang menyelimuti Islamic Center Samarinda, Serta semangat kebersamaan masyarakat Samarinda yang tersimbolisasikan melalui keelokan dan ke megahan Islamic Center Samarinda. Tempat pilihan di waktu senja, seperti yang dilakukan dua warga Samarinda ini
ISLAMIC CENTER DI KOTAMADYA SAMARINDA Betariah, Sukma (2003) ISLAMIC CEN T ER DI KOT AMADYA SAMARINDA. Undergraduate thesis, Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Undip. PDF - Published Version 55Kb
Preview
Abstract 1.1 Latar Belakang Dalam ajaran agama islam terdapat 3 aspek pokok Aqidah (dokrin keimanan), aspek syariah (hokum atau norma illahi), dan aspek akhlak (moral atau budaya). Ketiga aspek tersebut melandasi kehidupan muslim untuk mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat. Konsepsi islam tentang pembinaan dan pengembangan ibadah dan muamalah adalah menganut hokum perimbangan antara dunia dan akhirat. Agama islamdalam sejarah perkembangannya tidak mengutamakan segi peribadatan saja, tetapi juga mengembangkan nilainilai kebudayaan. Dalam hal ibadah, syariah islam telah menetapkan hokum-hukum yang bersifat pasti tetapi dalam bidang muamalah diletakkan gar is besarnya. Umat islam dewasa ini telah mengalami kemerosotan dalam pemahaman agamanya, yang merupakan salah satu penyabab kemunduran umat. Sebagian mereka memisahkan antara ibadah dan muamalah sehingga cenderung menekankan urusan dunia dan meninggalkan akhirat atau sebaliknya meninggalkan urusan dunia sama sekali. Akibat dari pemahaman sekuler ini, masjid yang semula berfungsi ganda untuk tempat ibadah dan muamalah berubah fungsi hanya sebagai tempat
ibadah. Dalam rangka memperbaiki kondisi tersebut, diperlukan suatu bentuk baru sarana pembinaan, berupa badan atau lembaga keagamaan islam yangsecara intensif memikirkan, melahirkan gagasan baru yang kemudian disumbangkan dalam kehidupan masyarakat. Sarana tersebut merupakan pengembangan lebih lanjut dari fungsi masjid yang memahami umat pada saat ini. Disisi lain gagasan mulai muncul dikalangan masyarakat muslim Indonesia untuk mendirikan suatu wadah berupa suatu lembaga yang mampu menampung berbagai kegiatan pengajian, pembinaan dan pengembangan agama serta kebudayaan, yang bersifat non formal. Lembaga ini berupa pusat kegiatan islam atau disebut Islamic center. Samarinda yang memiliki penduduk berjumlah ± 500.717 jiwa dan mayoritas beragama Islam 82 %, sedangkan yang bukan Islam di Samarinda jumlahnya banyak, baik yang bersifat formal dan non formal. Untuk mnjaga kesinambungan perkembangan yang jauh dari perpecahan diperlukan pembinaan yang intensif dan terpadu secara sehat dan optimal. Namun belum ada lembaga islam yang presentative mampu mewadahi kegiatan pengembangan agama islam secara menyeluruh ( Pusat Kegiatan Agama Islan ). Sehingga dapat diperlukan suatu fasilitas yang dapat menampung semua kegiatan umat islam yang berupa Islamic Center, hal ini disebabkan di Samarinda belum ada Islamic Center, walaupun sudah ada rencana dari pemerintah daerah tapi belum terealisi. Islamic center diharapkan mampu memenuhi cita-cita ialam yang menjadikan seluruh kehidupan ini sebagai kapada Allah SWT, berupa tatacara peribadatan dan muamalah kemasyarakatan sebagai manifestasi ketaatan secara vertical, manusia dengan Allah ( Hablum minallah ), antara manusia dengan manusia dan manusia dengan alam. Selain itu lembaga Islamic center juga diharapkan berfungsi sebagai dapur ide atau gagasan baru, sekaligus dapat memikirkan dan mengatasi permasalahan umat islam, serta dapat dijadikan sebagai lembaga ilmiah, koordinatif dan konsultatif yang berusaha pengembangan iklim yang selaras antara kegiatan dakwah dan pengembangan yang terus berkembang. 1.2 Tujuan dan Sasaran Tujuan dari pembahasan adalah untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan Islamic Center di samarinda sebagai wadah pusat kegitan pengembangan agama dan kebudayaan Islam sehingga dapat merumuskannya sebagai landasan konseptual dalam penyusunan Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Islamic Center di Samarinda. Sasaran pembahasan ini adalah untuk mendapatkan konsep Program perencanaan dan Perancangan sebagai dasar perwujudan fisik Islamic Center. 1.3. Ruang Lingkup 1.3.1. Ruang Lingkup Substansial Islamic center di Samarinda adalah suatu perencanaan dan perancangan yang layak dalam mewadahi aktivitas kegiatan agama islam dan layak adri segi kuantitas dan kualitas bangunan, dengan kategori bangunan jamak 1.3.2. Ruang Lingkup Spasial Secara administrative daerah perencanaan adalah dikelurahan Karang Asam Kecamatan Sungai Kunjang kotamadya Samarinda. 1.4. Metode Pembahasan Untuk mengarahkan materi pembahasan diperlukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Survey lapangan dan komparasi untuk melihat realisasi Islamic Center ( data primer ) di lapangan ( Islamic Center di bribes, Islamic Center di Cirebon, Islamic Center Jawa Barat di Bandung ) dalam membandingkannya dengan potensi rencana tapak di Samarinda. 2. Studi pustaka untuk mendapatkan data sekunder yang berkaitan dengan referensi Islamic Center di Sa marinda ( perpustakaan, Depag, Bappeda, Majalah ) 3. Wawancara untuk mendapatkan data sekunder dari nara sumber terkait ( Depag, dan Pemda). Metode yang dipakai dalam pembahasan ini yaitu metode deskriptif yaitu membuat gambaran suatu o byek data primer dan data sekunder secara obyektif untuk dianalisa sebagai pendekatan masalah yang akan digunakan untuk merumuskan konsepsi perencanaan dan perancangan Islamic center di Samarinda. 1.5. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam penyusunan landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan, menguraikan tentang latar
belakang, tujuan, dan sasaran, Ruang Lingkup, Metode Pembahasan, Sistematika Pembahasan serta alur pemikiran Islamic Center di Samarinda. BAB II Bab ini berisi Tinjauan Pustaka mengenai pengertian dan pokok ajaran islam, arsitektur dalam kebudayaan islam, sarana pembinaan umat, Tinjauan Umum Islamic Ce nter mengenai pengertian Islamic Center, tujuan dan fungsi Islamic Center, kegiatan Islamic Center, Klasifikasi, sifat, status dan pengeloalan Islamic Center. Studi banding terhadap Islamic Center yaitu Islamic Center di Brebes, Islamic Center di Cirebon dan Islamic Center di Bandung Jawa Barat. BAB III Tinjauan Islamic Center Samarinda menguraikan tentang tinjauan Samrinda ( gambaran umum, dan potensi masyarakat ), Islamic Center di Samarinda ( latar belakang, pengelolaan ruang lingkup pelayanan, kegiatan dan fasilitas ). BAB IV Kesimpulan, batasan sebelumnya, batasan per masalahan sehingga tidak melebar dan beberapa anggapan yang diperlukan dalam menyusun program perencanaan dan perancangan. BAB V Bab ini merupakan pendekatan, Program perencanaan dan Perancangan Arsitektur, berisi tentang titik tolak pendekatan, pendekatan pelaku dan aktifitas pendekatan kebutuhan ruang, studi besaran ruang, persyaratan bangunan, sistem utilitas bangunan bangunan, pendekatan modul, dan system struktur. Pendekatan sirkulasi hubungan ruang dan organisasi ruang, pendekatan ekterior, pendekatan interior, pendekatan penekanan desain dan filosofi lokasi dan tapak. BAB VI Landasan Progarm Perencanaan dan perancangan Arsitektur menguraikan tentang konsep perencanaan dan perancangan ( konsep dasar perancangan, konsep filosofi arsitektur dan persyaratan perancangan ), program ruang Islamic Center di samarinda ( program ruang, lokasi dan tapak ).
Tinjauan Arsitektur Islam terhadap Rencana Pembangunan Islamic Centred an Business Centre Samarinda Kalimantan Timur Pendahuluan Dengan penuh rasa bangga dan bahagia, bahwa Samarinda sebagai Ibu Kota Propinsi Kalimantan Timur, akan memiliki Islamic Centre dan Business Centre yang terbesar di Asia Tenggara. Setelah mempelajari secara sekilas, pada gambar perencanaan bahwa perwujudan Islamic Centre Samarinda, diilhami oleh bentuk-bentuk Arsitektur Byzantine Akhir atau Awal Arsitektur Islam yang berkembang, di Istambul/Constantinopel, Turki dan khususnya Mesjid Sophia. Maksud dan Tujuan. Tanpa mengurangi rasa bangga dan hormat/salut kepada seluruh unsur terkait dalam Perencanaan ini, mohon izinkan kami untuk sedikit turut dalam memberi masukan at au meninjau hal-hal yang sederhana guna lebih meningkatkan karakteristik budaya dan jaman saat ini yang terdapat pada daerah Kalimantan Timur dan khususnya Sepanjang Tepian Mahakam. Sejarah singkat Turki Seperti yang kita ketahui bersama, Turki dalam sejarah adalah wilayah Anatolia dengan batas utara, Pantai Selatan Laut Hitam, sebelah barat-utara dengan Bulgaria, diselatan sebagian patai utara Laut Mediterania, Siria, Irak, dan sebelah timur dengan Iran dan Rusia. Anatolia sebelum Islam Adalah dibawah Imperium Romawi di bawah Diocletian (284-304 M) dibagi dua w ilayah Barat dan Timur, dan dilanjutkan oleh Constantine yang kemudian menjadikan Constantinopel sebagai Pusat Pemerintahan, Kebudayaan dan Agama Kristen setelah dijadikan Agama Negara.