Masjid Ibn Thoulun dibangun pada masa dinasti Abbasiyah, dibangun oleh Ahmad Ibn Thoulun yang merupakan gubernur gubernur pada masa itu dan berkuasa antara tahun 868-884 Masehi. Masjid ini sebenarnya berada di atas sebuah bukit kecil yang bernama Gabal Yashkur , namun karena saat ini sudah menjadi kawasan pemukiman padat maka bukitnya sudah tidak terlihat lagi. Menurut sejarah masjid ini adalah masjid istana dan letaknya berdekatan dengan istana Ibn Thoulun, tapi pada abad awal abad 10 bangunan istananya di runtuhkan sehingga peninggalan dinasti Tulunid hanya hanya berupa masjid yang sedang saya ceritakan ini. Ruangan masjid Ibn Thoulun hampir tidak bersekat dan berdaun pintu, terdiri dari pilar-pilar dengan bentuk melengkung. Bagian pilar masjid terdapat ragam hias berupa ukiran dan kaligrafi. Mimbar untuk khutbah berada di atas, mirip sebuah panggung. Istana Qasruzzabad
Istana ini merupakan tempat tinggal keluarga Khalifah Abbasiyah. Istana ini dibangun di atas tanah seluas 160 ribu meter persegi. Sebelum membangun istana, Khalifah terlebih dahulu menugaskan beberapa orang ahli untuk meneliti dan mempelajari kondisi geografis Baghdad. Di bawah istana dibuatkan parit besar yang berfungsi sebagai saluran air dan sekaligus sebagai benteng pertahanan istana. Posisi istana ini dibuat semudah mungkin untuk mengakses jalan di perkotaan. Kiri dan kanan jalan dibuat gedung bertingkat, di luar Kota Baghdad dibangun seperti Rushafah dan Karakh. Kedua kota tersebut dilengkapi dengan kantor, toko, rumah, taman, kolam, dan lainnya. lainn ya.
Istana Ukhaidir
Dibangun pada 775 di dekat Kufah, wilayah yang berjarak 200 km selatan Baghdad, istana ini sedikit banyak memberi gambaran mengenai bentuk kota melingkar. Selasar yang luas ini dikelilingi tembok setinggi 19 meter dan berbentuk persegi agak memanjang, tepatnya berukuran 175 m x 169. Di dalamnya terdapat sejumlah pekarangan, aula, dan tempat-tempat fasilitas untuk penghuninya. Bentuk pola bangunan yang melingkar ini memang sengaja dibuat karena merupakan ciri khas Khalifah Abbasiyah. Karena itu, bangunan ini berbentuk bundar.
Masjid Al-Azhar: Dibangun Syiah,
Pada abad ke sepuluh masehi, perpecahan kekhilafahan Abbasiyah yang berpusat di Baghdad menimbulkan faksi-faksi. Kaum Syiah yang tadinya menjadi mitra Bani Abbasiyah dalam menggusur Dinasti Umayyah berbalik melakukan oposisi terhadap pemerintah Abbasiyah di Baghdad. Penyebabnya, mereka kerap kali dikecewakan oleh kebijakan Bani Abbasiyah setelah mereka berkuasa. Sementara Bani Abbasiyah semakin melemah, gerakan politik religius kaum Syiah justru sedang mengalami perkembangan yang sangat cepat. Pusat perjuangan kaum Syiah dalam oposisinya terhadap Baghdad tidak menetap pada satu daerah, melainkan berpindah-pindah. Hingga ketika mereka mengangkat Abu Ubaidillah al-Mahdi sebagai pemimpin, dikirimlah seorang misionaris Syiah ke Afrika Utara. Misinya berhasil menggalang penduduk Barbar dan daerah Ifriqiya (sekarang Tunisia).
Masjid Al-Mansur
Masjid ini dibangun oleh Khalifah Abu Ja’far Al-Mansur di Baghdad. Sang khalifah telah mengumpulkan para insinyur, seniman dan dan teknokrat dari seluruh negeri untuk merancang kota perdamaian yaitu kota Baghdad. Desain kotanya berbentuk lingkaran dengan istana setinggi 39 meter dan Masjid Agung sebagai pusatnya. Disekitarnya terdapat beberapa tepat pusat kajian. Salah satunya adalah perpustakaan. Perpustakaan ini dibangun atas dasar inspirasi dari perpustakaan Persia yang lengkap. Terdapat buku-buku ilmu pengetahuan dari umat Hindu, bangsa Persia dan Yunani Kuno dikumpulkan dan dikumpulkan untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Pada tahun 800-an, ilmu pengobatan, matematika, sains, tumbuh subur diwilayah ini. Istana Emas
Istana dengan pola arsitektur persia ini dikenal dengan Istana Khalifah. Lokasi istana ini berada di tengah-tengah Kota Baghdad. Istana ini dilengkapi beberapa fasilitas privat untuk penghuninya. Karenanya, di sana ada masjid, ruang pengawal istana, kantor polisi, dan puri-puri tempat tinggal keluarga khalifah. Istana ini diapit oleh empat pintu gerbang, yakni Bab Al-Kufah yang terletak di sebelah daya. Bab al-Syam di barat laut, Bab al-Bashrah di tenggara, dan Bab al-Khurasan di timur Laut. Di antara masing-masing pintu gerbang ini dibangun 28 menara sebagai tempat pengawal yang bertugas mengawasi keadaan di l uar kota.
5 kota yang dijadikan sebagai pusat peradaban dinasti abbasiyah , yaitu 1) Damaskus : sebagaimana hadits riwayat bukhori , yg artinya “Jika penduduk Syam (Damaskus) rusak agamanya maka tak tersisa kebaikan di tengah kalian. Akan selalu ada satu kelompok dari umatku yang dimenangkan oleh Allah, tak terpengaruh orang yang menggembosi dan tidak pula orang yang berseberangan hingga datang hari Kiamat.” dari hadits tersebut tampak jelas bahwa damaskus merupakan pusat peradaban sejak dari zaman Rosulullah sampai dinasti Abbasiyah
2) kairoh : bukti bahwa kairoh sebagai pusat peradaban dinasti Abbasiyah adalah dg dijadikannya Al-Azhar sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan , baik ilmu agama maupun ilmu dunia , dan sekarang kairoh terkenal dg sebutan kota seribu menarah
3) kufah : kufah ini awalnya adalah pusat dari golongan syi'ah , namun pada dinasti Abbasiyah kufah diambil alih dan dijadikan sebagai pusat peradaban islam
4) Madinah : kota madinah sebagai pusat peradaban sejak zaman Nabi muhammad SAW , dan pada masa dinasti Abbasiyah madinah tetap sebagai pusat peradaban islam 5) Baghdad : merupakan kota terbesar kedua di asia barat , baghdad pernah menjadi pusat peradaban pada masa pemerintahan al-manshur dari dinasti Abbasiyah