35
34
1
hari
Rp/ekor/hari
hari
%
MANAJEMEN PEMELIHARAAN PUYUH PERIODE LAYER DI CV AGRI BIRD KARANGANYAR JAWA TENGAH
YOHANES BAYU ANTARIKSA
PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN TERNAK
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI LAPORAN AKHIR DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan laporan tugas akhir Manajemen Pemeliharaan Puyuh Periode Layer di CV Agri Bird Karanganyar Jawa Tengah adalah karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir laporan ini.
Bogor, Juni 2015
Yohanes Bayu Antariksa
NIM J3I112104
ABSTRACT
YOHANES BAYU ANTARIKSA. Layer Period Quail Rearing Management in CV Agri Bird Karanganyar Center Java. Supervised by RUKMIASIH.
CV Agri Bird is a company which sectorally in commercial quail farm. Quail's strain is Coturnix-coturnix japonica which originating from Japan. The layer period of female quail in that farm has aged about 20th month. Population of layer period is approximately 6 000 quails which bred in birdcages. The capacity is about 25 quail for each birdcage or roughly 50 quail for square meter of birdcage compactness. Rearing management layer period quail in CV Agri Bird such as: quail setting, birdcage and equipment arrangement, feeding and drinking, and light setting. The results of quail performance are feed convertion ratio which average 2.94, quail day production (QD) which average 66.26%, mortality which average 0.35% for day, and income over feed cost (IOFC) which average Rp45.64 for each quail a day. Biosecurity or disease preventing are sanitation for day and vitamination during a change of weather. Effluent's caring and treating become catfish feed but it cannot done well because of insufficient farm worker, so the effluent of quail is thrown out to river immediately. The products have many consumers from local and interlocal of Karanganyar, such as Solo, Kudus, and Bandung.
Kata kunci : rearing management, layer period, performance
RINGKASAN
YOHANES BAYU ANTARIKSA. Manajemen Pemeliharaan Puyuh Periode Layer di CV Agri Bird Karanganyar Jawa Tengah. Dibimbing oleh RUKMIASIH.
Praktik Kerja Lapangan dilakukan selama 10 minggu dimulai pada tanggal 9 Febuari sampai 19 April 2015 di CV Agri Bird yang terletak di Dukuh Gunung Wijil, Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan ini untuk menambah keterampilan, wawasan, dan pengalaman kepada mahasiswa dalam bidang peternakan, khususnya pemeliharaan puyuh periode layer dan mempelajari persoalan-persoalan yang ada di lapangan serta tata cara perusahaan untuk menanggulanginya.
CV Agri Bird merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang peternakan puyuh berskala menengah. Strain puyuh yang dipelihara adalah Coturnix-coturnix japonica yang berasal dari Jepang. Umur puyuh betina periode layer tersebut sudah sekitar 20 bulan. Populasi puyuh yang dipelihara sebanyak 6 000 ekor dan ditempatkan di sangkar bertingkat. Sangkar memiliki luas 0,6 m2 dengan ukuran panjang 98 cm, lebar 60 cm, dan tinggi 33 cm. Kepadatan kandang adalah 50 ekor per meter persegi, sehingga kapasitas sangkar adalah 25 ekor puyuh. Manajemen pemeliharaan puyuh periode layer di CV Agri Bird meliputi: lingkungan ternak, persiapan kandang dan peralatan, pemberian pakan dan minum, serta pengaturan pencahayaan. Suhu di dalam kandang berkisar 28-31˚C dengan kelembaban rata-rata 70%. Persiapan kandang dan peralatan meliputi pencucian, penjemuran sangkar dan peralatan, serta pemasangan peralatan ke sangkar. Pakan yang diberikan menggunakan takaran yaitu 20 gram per ekor per hari dan air minum diberikan ad libitum. Pencahayaan dibantu dengan lampu spiral dengan daya 20 watt selain memanfaatkan sinar matahari. Performa puyuh yang dihasilkan meliputi konversi pakan, quail day production (QD), mortalitas, dan income over feed cost (IOFC). Rata-rata konversi pakan puyuh adalah 2.94 dengan pakan yang digunakan adalah pakan Komplit Puyuh Petelur berbentuk crumble. QD rata-rata yang dihasilkan adalah 66.26% dengan mortalitas rendah yaitu 0.35% per hari. IOFC yang didapat oleh CV Agri Bird adalah Rp45.64 per ekor per hari walaupun hasil tersebut berada di bawah standar perusahaan. Biosecurity atau pencegahan penyakit pada ternak yang dilakukan adalah sanitasi kandang dan pemberian vitamin. Sanitasi kandang dilakukan sehari sekali, sedangkan pemberian vitamin dilakukan pada saat terjadi perubahan cuaca. Penanganan limbah yang digunakan sederhana dan limbah tersbut diolah menjadi pakan lele. Pakan lele tersebut dijual dan digunakan untuk pemeliharaan lele yang berada di dekat kandang puyuh. Kekurangan tenaga kerja mengakibatkan limbah langsung dibuang ke sungai dekat lokasi peternakan. Penjualan telur mulai dari sekitar lokasi peternakan sampai ke luar kota seperti Solo, Kudus, dan Bandung.
Kata kunci : Manajemen pemeliharaan, periode layer, performa
MANAJEMEN PEMELIHARAAN PUYUH PERIODE LAYER DI CV AGRI BIRD KARANGANYAR JAWA TENGAH
YOHANES BAYU ANTARIKSA
Laporan Akhir
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya
pada
Program Diploma Keahlian Teknologi dan Manajemen Ternak
PROGRAM KEAHLIAN TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN TERNAK
PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
Judul Tugas Akhir : Pemeliharaan Puyuh Periode Layer di CV Agri Bird Karanganyar Jawa Tengah
Nama : Yohanes Bayu Antariksa
NIM : J3I112104
Disetujui oleh
Dr. Ir. Rukmiasih, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir. Bagus P. Purwanto, M.Agr Ir. Andi Murfi, MSi
Direktur Koordinator Program Keahlian
Teknologi dan Manajemen Ternak
Tanggal lulus :
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapangan yang berjudul Manajemen Pemeliharaan Puyuh Periode Layer di CV Agri Bird Karanganyar Jawa Tengah.
Selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan, penulis menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh selama kuliah dengan cara terjun langsung bekerja di lapangan. Penulis mengalami banyak kesulitan dalam penyusunan laporan, namun berkat bantuan dari pihak-pihak terkait, penulis dapat menyelesaikan laporan tepat waktu. Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan yang telah diberikan terutama untuk :
Kedua Orang Tua yang telah memberikan dukungan moral dan doa;
Ir. Andi Murfi, MSi selaku Koordinator Program Keahlian Teknologi dan Manajemen Ternak;
Dr. Ir. Rukmiasih, MS selaku dosen pembimbing;
Bapak Ir. Suryono, MP selaku pembimbing lapangan dan Konsultan CV Agri Bird;
Dr. Agrifina Bramantyani S. selaku Direktur CV Agri Bird
Ibu Ruri Suprihatini, SP selaku Manajer Pemasaran CV Agri Bird
Bapak Katman selaku karyawan CV Agri Bird:
Bapak Supardi selaku karyawan CV Agri Bird;
Penulis menyadari akan ketidaksempurnaan dalam penulisan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat untuk semua orang, khususnya mahasiswa program keahlian Teknologi dan Manajemen Ternak.
Bogor, Juni 2015
Yohanes Bayu Antariksa
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii
1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 1
2 METODE 1
2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 1
2.2 Teknik Pengumpulan Data 2
3 KEADAAN UMUM CV AGRI BIRD 2
3.1 Lokasi dan Tata Letak 2
3.2 Sejarah dan Perkembangan 3
3.3 Struktur Organisasi 4
3.4 Ketenagakerjaan 4
3.4 Luas Lahan dan Penggunaannya 5
4 SARANA DAN PRASARANA 5
4.1 Peralatan Kandang 5
4.2 Fasilitas Biosecurity 5
4.3 Sumber Air 6
4.4 Sumber Listrik 6
4.5 Jumlah dan Strain Puyuh 7
4.6 Perkandangan 8
4.6.1 Bangunan kandang 8
4.6.2 Sangkar puyuh layer 8
5 MANAJEMEN PEMELIHARAAN 9
5.1 Lingkungan Ternak 9
5.2 Persiapan Kandang dan Peralatan 10
5.3 Pemberian Pakan dan Air Minum 11
5.3.1 Penyediaan pakan 11
5.3.2 Penyediaan air minum 12
5.3.3 Tempat pakan dan tempat air minum 12
5.3.4 Pemberian pakan dan peggantian air minum 13
5.3.5 Pengaturan cahaya 13
6 PENCEGAHAN PENYAKIT 14
6.1 Sanitasi 14
6.2 Pemberian Vitamin 14
7 PERFORMA 15
7.1 Konsumsi Pakan 15
7.2 Konversi Pakan 16
7.3 Produksi Telur 17
7.4 Mortalitas 18
7.5 Income Over Feed Cost 19
8 PENETASAN 21
8.1 Asal Telur Tetas 21
8.2 Pengelolaan Penetasan 22
8.3 Penanganan Telur Tetas 22
8.4 Seksing 23
8.5 Keberhasilan Penetasan 23
9 PENANGANAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH 25
9.1 Jenis Produk Limbah 25
9.2 Penanganan Limbah 26
9.3 Pengolahan Limbah 26
10 PEMASARAN 27
10.1 Bentuk Produk dan Harga 27
10.2 Rantai Tataniaga dan Keuntungan 28
10.3 Konsumen 28
11 SIMPULAN DAN SARAN 29
11.1 Simpulan 29
11.2 Saran 29
DAFTAR PUSTAKA 29
LAMPIRAN 32
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Penggunaan lahan di CV Agri Bird 5
Tabel 2 Kebutuhan nutrisi puyuh periode layer 11
Tabel 3 Konversi pakan puyuh periode layer di CV Agri Bird 16
Tabel 4 Produksi telur puyuh periode layer di CV Agri Bird 17
Tabel 5 Mortalitas puyuh periode layer di CV Agri Bird 18
Tabel 6 Income over feed cost di CV Agri Bird 20
Tabel 7 Keberhasilan penetasan 24
Tabel 8 Pengamatan suhu dan kelembaban mesin tetas 25
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Lokasi CV Agri Bird 2
Gambar 2 Pemeliharaan puyuh di rumah padat penduduk 3
Gambar 3 Struktur organisasi CV Agri Bird 4
Gambar 4 Sprayer 6
Gambar 5 Sumur bor 6
Gambar 6 Sumber listrik di bangunan kandang 7
Gambar 7 Strain puyuh Coturnix-coturnix japonica betina 7
Gambar 8 Bangunan kandang puyuh 8
Gambar 9 Sangkar puyuh periode layer 9
Gambar 10 Thermohigrometer 10
Gambar 11 Pembersihan sangkar dengan air bersih 10
Gambar 12 Alat takar pakan puyuh periode layer 12
Gambar 13 Tempat pakan (a) dan tempat air minum (b) 12
Gambar 14 Pemberian pakan (a) dan penggantian air minum (b) 13
Gambar 15 Penerangan kandang fentilasi (a) dan lampu (b) 14
Gambar 16 Pembersihan kotoran 14
Gambar 17 Vitamin Vita Tetra-Chlor 15
Gambar 18 Jenis pakan puyuh periode layer 15
Gambar 19 Grafik konversi pakan puyuh periode layer selama 30 hari 16
Gambar 20 Grafik produktivitas telur puyuh periode layer selama 30 hari 18
Gambar 21 Proses koleksi telur pada sangkar sample 18
Gambar 22 Grafik mortalitas selama 30 hari 19
Gambar 23 Puyuh yang mati akibat sudah tua 19
Gambar 24 Grafik IOFC selama 30 hari 20
Gambar 25 Kandang puyuh pembibitan 22
Gambar 26 Tempat mesin tetas 22
Gambar 27 Keadaan di dalam mesin tetas 23
Gambar 28 DOQ betina (kiri) dan DOQ jantan (kanan) 23
Gambar 29 Limbah padat berupa kotoran 25
Gambar 30 Penjemuran kotoran 26
Gambar 31 Pengadukan semua bahan (a) dan pencetakan pellet lele (b) 27
Gambar 32 Telur terlalu besar dan terlalu kecil (a), telur tanpa pigmen (b), dan telur tanpa kerabang (c) 27
Gambar 33 Telur dalam kemasan kardus (a) dan pengemasan telur (b) 28
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Peralatan kandang di CV Agri Bird 33
Lampiran 2 Denah peternakan CV Agri Bird 34
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan semakin berkembangnya pola pikir dan pemahaman masyarakat mengenai pemenuhan gizi, kebutuhan protein hewani semakin meningkat. Salah satu pemenuhan kebutuhan protein hewani adalah telur. Burung puyuh merupakan ternak yang yang menghasilkan telur sebagai produk utamanya dan telur puyuh memiliki kandungan protein sekitar 13.6 % (Wheindrata 2013).
Berdasarkan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (2014) rata-rata produksi telur burung puyuh meningkat per tahun sebanyak 5,54% dan rata-rata perkembangan populasi ternak puyuh meningkat sebesar 3,75% per tahun. Berdasarkan peningkatan produksi dan populasi puyuh yang meningkat setiap tahunnya, maka puyuh dapat dijadikan salah satu peluang usaha dalam budidaya ternak puyuh.
Keberhasilan beternak puyuh dapat tercapai apabila tiga hal berikut dapat dilaksanakan dengan baik, yaitu pembibitan, pemberian pakan, dan manajemen. Pembibitan yang baik akan mempengaruhi sifat-sifat unggul ternak, seperti produksi telur yang tinggi. Pemberian pakan yang baik dengan kandungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan akan mempengaruhi performa puyuh yang dipelihara. Manajemen yang baik akan mempengaruhi kesehatan ternak, sehingga kematian ternak dapat diminimalisir.
Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan di CV Agri Bird Karanganyar, Jawa Tengah karena CV Agri Bird merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang peternakan puyuh berskala menengah. Pemilihan lokasi tersebut karena di CV Agri Bird memiliki ternak puyuh yang unggul dan mampu menerapkan manajemen yang baik.
1.2 Tujuan
Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan di CV Agri Bird adalah untuk menambah keterampilan, wawasan, dan pengalaman kepada mahasiswa dalam bidang peternakan, khususnya pemeliharaan puyuh periode layer dan mempelajari persoalan-persoalan yang ada di lapangan serta tata cara perusahaan untuk menanggulanginya.
2 METODE
2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan selama 10 minggu yang dimulai dari tanggal 9 Februari sampai 19 April 2015. Praktik Kerja Lapangan bertempat di CV Agri Bird Karanganyar, Jawa Tengah.
2.2 Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan untuk penulisan laporan ini adalah berupa data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data primer yang dilakukan selama PKL yaitu dengan cara pengamatan, diskusi, dan wawancara. Pengamatan yang dilakukan di lokasi PKL salah satunya adalah pengamatan mengenai performa puyuh periode layer. Performa puyuh periode layer didapat melalui pengambilan sample sangkar puyuh dari satu bangunan kandang. Sample berjumlah 5 tingkat sangkar yang setiap tingkatnya terdapat 4-6 sangkar. Pengamatan sample dilakukan selama 30 hari berturut-turut dan diolah menjadi data setiap 5 hari pengamatan agar memudahkan dalam penulisan di laporan ini. Data penetasan diperoleh melalui pengamatan tiga buah mesin tetas selama 3 minggu dengan umur yang berbeda sampai telur yang ditetaskan menetas. Diskusi dan wawancara dilakukan dengan pihak perusahaan seperti pembimbing lapangan, karyawan kandang, dan pencatatan informasi yang berada di lokasi peternakan atau perusahaan. Data sekunder diperoleh melalui pencatatan data yang sudah ada di perusahaan sebelumnya. Data tersebut meliputi data sejarah dan perkembangan perusahaan, struktur organisasi, dan data pengolahan limbah.
3 KEADAAN UMUM CV AGRI BIRD
3.1 Lokasi dan Tata Letak
Peternakan puyuh CV Agri Bird berlokasi di Dukuh Gunung Wijil, Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Lokasi peternakan berada di garis lintang 7˚54'-7˚55' LS dan garis bujur 110˚86'-110˚87' BT. Ketinggian rata-rata pada peternakan adalah 511 meter di atas permukaan laut dan beriklim tropis. Temperatur sekitar lokasi peternakan berkisar antara 27˚-33˚ C dengan curah hujan 2 453 mm per tahun. Peternakan puyuh tersebut berjarak ± 2 km dari jalan Ring Road dan jalan raya Sragen-Solo, sehingga peternakan mudah dijangkau oleh pengunjung dan proses akomodasi. Jarak peternakan dengan pemukiman terdekat adalah ± 100 meter. Lokasi peternakan CV Agri Bird dapat dilihat di Gambar 1.
Gambar 1 Lokasi CV Agri Bird
Batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan sawah dan tempat penggilingan beras (rice mill), sebelah Selatan berbatasan dengan kebun dan jalan, sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Bengawan Solo dan peternakan babi, dan sebelah Timur berbatasan dengan sawah, kolam, dan kebun. Peternakan bebek berada di tengah-tengah lokasi peternakan.
3.2 Sejarah dan Perkembangan
CV Agri Bird berdiri pada tahun 2001 dan didirikan oleh Bapak Suryono. Alasan peternakan ini didirikan adalah kurangnya finansial yang dialami keluarga Bapak Suryono yang telah bekerja sebagai dosen di Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta (UNS). Bapak Suryono ingin membahagiakan keluarganya dengan membiayai 3 anaknya untuk sekolah sampai ke perguruan tinggi. Rumah yang ditempati Bapak Suryono dengan keluarganya masih berupa rumah kontrakan, sehingga Bapak Suryono termotivasi untuk membeli rumah. Bapak Suryono menjadi dosen selama ± 26 tahun namun ingin beternak puyuh sebagai usaha sampingannya. Populasi puyuh pada tahun 2001 tersebut adalah 600 ekor dan dipelihara di rumah padat penduduk. Alasan penempatan puyuh di rumah pemilik adalah karena keterbatasan lahan untuk menempatkan puyuh tersebut. Pemilik peternakan memiliki keyakinan bahwa dengan memelihara 600 ekor puyuh dapat membiayai dua anak sekolah sampai lulus dari perguruan tinggi. Keyakinan tersebut diperoleh Bapak Suryono dari seorang peternak yang sukses beternak puyuh di Kabupaten Kudus. Dokumentasi pemeliharaan puyuh di rumah tinggal pemilik dapat dilihat di Gambar 2.
Gambar 2 Pemeliharaan puyuh di rumah padat penduduk
Puyuh yang dipelihara peternak semakin bertambah setiap tahun. Pada tahun 2002 sampai 2003 populasi puyuh yang dipelihara sebanyak 1 000 ekor dalam rumah peternak. Peternak mulai menyewa tempat untuk memelihara puyuh pada tahun 2004. Jumlah puyuh yang dipelihara sebanyak 4 300 ekor sampai tahun 2006, sehingga pemeliharaan puyuh mulai dibantu oleh seorang tenaga kerja. Seiring permintaan telur yang semakin banyak, peternak menambah populasi puyuh sebanyak 17 800 ekor pada tahun 2007 dan 2008. Pemeliharaan puyuh tersebut bertempat di beberapa daerah yaitu di Jatikuwung, Manyaran, Klaten, dan Gemolong. Keuntungan yang diperoleh Bapak Suryono yang semakin besar dari beternak puyuh, sehingga Bapak Suryono dapat menyewa tempat di Karanganyar. Tempat tersebut digunakan untuk memelihara puyuh sebayak 7 000 ekor. Semakin banyak populasi puyuh yang dipelihara maka semakin banyak pula kotoran puyuh yang dihasilkan, sehingga Bapak Suryono memanfaatkan kotoran puyuh tersebut dijadikan pakan lele pada tahun 2009. Lele yang dipelihara berjarak 1 km dari rumah Bapak Suryono, tepatnya di Desa Ngringo Kecamatan Jaten. Pada tahun yang sama, Bapak Suryono membeli lahan di dekat kolam lele yang ditawarkan oleh seseorang. Lahan tersebut dimanfaatkan oleh Bapak Suryono untuk membangun kandang puyuh. Kandang puyuh tersebut mampu menampung puyuh sebanyak 6 000 ekor, sehingga populasi puyuh mencapai puncaknya yaitu 35 100 ekor pada akhir tahun 2009. Lahan yang dibeli Bapak Suryono cukup luas, sehingga Bapak Suryono membangun kandang untuk puyuh sebanyak 6 000 ekor dan 7 000 ekor pada tahun 2010. Umur Bapak Suryono yang semakin lanjut, sehingga pada tahun 2011, Bapak Suryono hanya memelihara puyuh sebanyak 20 000 di kandang yang baru dibangun tersebut. Bapak Suryono melakukan peremajaan puyuh yang dipelihara, sehingga pada tahun 2014 Bapak Suryono hanya memelihara puyuh sebanyak 6 000 ekor di salah satu bangunan kandang. Pada awal tahun 2015 sampai sekarang, Bapak Suryono menambah populasi puyuh sebanyak 3 000 ekor untuk menambah kekurangan permintaan telur puyuh yang semakin tinggi.
3.3 Struktur Organisasi
Dr. Agrifina Bramantyani S.Direktur Struktur organisasi di suatu usaha peternakan diperlukan untuk mengatur keberlangsungan semua kegiatan, sehingga manajemen dalam beternak puyuh dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai prosedur yang berlaku. Struktur organisasi juga berfungsi untuk mengetahui sekaligus menangani permasalahan yang terjadi selama pemeliharaan. CV Agri Bird dipimpin oleh seorang Direktur yaitu anak dari Bapak Suryono selaku pendiri peternakan tersebut. Direktur menjalankan tugasnya dibantu oleh Konsultan Perusahaan oleh Bapak Suryono dan Manajer Pemasaran oleh istri dari Bapak Suryono. Struktur organisasi di CV Agri Bird dapat dilihat pada Gambar 3.
Dr. Agrifina Bramantyani S.
Direktur
Ir. Suryono, MPKonsultanRuri Suprihatini, SPManajer Pemasaran
Ir. Suryono, MP
Konsultan
Ruri Suprihatini, SP
Manajer Pemasaran
SupardiKaryawan Kolam LeleKatmanKaryawan Kandang Puyuh
Supardi
Karyawan Kolam Lele
Katman
Karyawan Kandang Puyuh
Gambar 3 Struktur organisasi CV Agri Bird
3.4 Ketenagakerjaan
Tenaga kerja di CV Agri Bird hanya dilakukan oleh seorang pegawai kandang. Pegawai kandang tersebut bekerja dari pukul 02.00-14.00 WIB dengan waktu istirahat satu kali pada pukul 05.00-08.00 WIB. Pegawai kandang mengganti air minum, mengoleksi telur, dan mengemas telur pada pukul 02.00-14.00 WIB. Pegawai kandang bertugas memberi makan, membersihkan kotoran, dan membersihkan lantai kandang pada pukul 05.00-08.00 WIB.
3.4 Luas Lahan dan Penggunaannya
Lahan yang digunakan adalah lahan milik sendiri dengan total luas lahan sekitar 3 850 m2. Lahan digunakan untuk bangunan kandang, kolam lele, mess karyawan, kamar mandi, sumur, gudang, tempat parkir, tempat istirahat, dapur, kebun, tempat penjemuran, dan sebagian lahan masih belum dimanfaatkan. Penggunaan lahan di CV Agri Bird dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Penggunaan lahan di CV Agri Bird
Jenis Bangunan
Jumlah
Ukuran (meter)
Kandang puyuh A
1
21x5
Kandang puyuh B & C
2
15x5
Kolam lele A
1
25x9
Kolam lele B
1
21x15
Kolam lele C
1
13x10
Mess karyawan
2
3x3
Gudang
2
3x4
Kamar mandi
1
2x1,5
Kebun
1
21x35
Lapangan
1
32x5
Tempat parkir
1
15x3
Sumber : CV Agri Bird 2015.
4 SARANA DAN PRASARANA
4.1 Peralatan Kandang
Peralatan yang digunakan untuk menunjang kegiatan pemeliharaan puyuh dari awal masuk sampai menjelang afkir dikerjakan secara manual. Peralatan penunjang produksi yang diperlukan CV Agri Bird selama pemeliharaan puyuh periode layer ditambahkan kardus telur, ember telur, dan rak telur. Peralatan kandang untuk puyuh periode layer lainya seperti tempat pakan dan tempat minum sudah mulai digunakan pada waktu puyuh periode grower. Peralatan kandang puyuh periode layer yang digunakan di CV Agri Bird beserta fungsinya disajikan di Lampiran 1.
4.2 Fasilitas Biosecurity
Fasilitas biosecurity di CV Agri Bird hanya untuk ternak yaitu berupa sprayer dan alat sanitasi. Sprayer jarang digunakan saat pemeliharaan puyuh berlangsung. Sprayer digunakan setelah pemeliharaan puyuh yang terserang penyakit seperti Newcastle Desease (ND) atau Avian Influenza (AI). Sprayer diisi solar dan disemprotkan pada kandang dan sangkar yang diindikasikan terjangkit vektor virus. Penyemprotan dilakukan setelah dibersihkan dengan air bersih sampai dikeringkan kembali. Kandang dapat digunakan kembali setelah dijemur selama dua hari jika matahari sangat terik. Alat sanitasi digunakan untuk membersihkan kotoran puyuh di kandang. Sprayer yang digunakan di CV Agri Bird dapat dilihat di Gambar 4.
Gambar 4 Sprayer
4.3 Sumber Air
Sumber air yang digunakan CV Agri Bird berasal dari air tanah, sehingga dibuat sumur untuk penggunaan air tersebut. Sumur yang digunakan terdapat dua macam, yaitu sumur bor sedalam 85 meter dan sumur galian sedalam 27 meter. Kebutuhan air tidak hanya untuk keperluan beternak puyuh, namun digunakan juga untuk beberapa keperluan seperti: penggantian air kolam lele dan gurame, pengairan untuk peternakan babi, bebek dan sawah di sekitar peternakan. Air pada sumur tersebut terutama sumur bor, tidak pernah habis walaupun pada musim kemarau. Sumur bor yang di CV Agri Bird dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Sumur bor
4.4 Sumber Listrik
Penunjang kegiatan di area peternakan diperlukan listrik agar kegiatan di peternakan dapat berlangsung maksimal dan sesuai prosedur. Energi listrik yang digunakan berasal dari tenaga listrik dengan tenaga 900 volt. Penggunaan listrik meliputi lampu pada saat malam hari dan mesin pompa air yang membutuhkan biaya sebesar Rp75 000 per bulan. Sumber listrik yang digunakan di CV Agri Bird dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Sumber listrik di bangunan kandang
4.5 Jumlah dan Strain Puyuh
Jumlah puyuh periode produksi pada tahun 2014 adalah ± 6 000 ekor dalam satu bangunan kandang. Populasi puyuh jika dihitung ulang terdapat sekitar 2 500 ekor yang dibagi menjadi 221 sangkar dalam satu bangunan kandang pada awal pengamatan yaitu awal bulan Februari 2015. Karyawan kandang melakukan penyatuan puyuh dari 2 sangkar yang berbeda menjadi satu sangkar pada tanggal 1-3 April 2015. Penyatuan puyuh dilakukan untuk memudahkan pemberian pakan, penggantian air minum, dan koleksi telur yang lebih efisien dalam waktu dan tenaga. Sangkar yang digunakan menjadi 179 buah yang digunakan pada jumlah puyuh yang ada saat itu setelah penyatuan ternak.
Puyuh yang dipelihara di CV Agri Bird pada saat pengamatan berumur ± 20 bulan dan akan diafkir pada umur 24 bulan (2 tahun). Puyuh yang dipelihara adalah Strain Coturnix coturnix japonica dengan pemeliharaan puyuh dimulai umur sekitar 6-10 hari atau pada periode starter. Pada saat puyuh masuk, puyuh tidak langsung dimasukkan dalam jumlah yang banyak melainkan secara bertahap. Rata-rata puyuh yang masuk per satu minggu adalah 1 000 ekor. Pemeliharaan puyuh periode layer dilakukan jika terdapat beberapa puyuh sudah mulai bertelur atau pada umur ± 45 hari. Strain puyuh yang terdapat di CV Agri Bird dapat dilihat di Gambar 7.
Gambar 7 Strain puyuh Coturnix-coturnix japonica betina
Listiyowati dan Roospitasari (2009) menyatakan bahwa puyuh Japonica yang biasa disebut peternak ini, mulai bertelur pada umur 35 hari pada betinanya . Kelebihan lain terletak pada suaranya yang cukup keras dan agak berirama. Oleh sebab itulah puyuh ini banyak dipelihara sebagai song birds (burung ocehan atau klangenan dalam bahasa Jawa). Puyuh ini biasa ditemukan di hutan belantara. Hidupnya sering berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Sifat-sifat tertentu dari Coturnix seperti kemampuannya menghasilkan 3-4 generasi per tahun, menarik perhatian sebagai ternak percobaan dalam penelitian. Ciri-ciri jantan dewasa terlihat dari bulu bagian leher dan dadanya yang berwarna coklat muda. Puyuh jantan muda mulai bersuara pada umur 5-6 minggu. Selama puncak musim kawin normal, jantan akan berkicau setiap malam. Puyuh betina warna tubuhnya mirip puyuh jantan kecuali bulu pada kerongkongan dan dada bagian atas yang warna coklatnya lebih terang serta terdapat totol-totol coklat tua. Bentuk badannya kebanyakan lebih besar dibandingkan dengan jantan. Telurnya berwarna coklat tua, biru, putih dengan bintik-bintik hitam, coklat, dan biru.
4.6 Perkandangan
4.6.1 Bangunan kandang
Pembuatan kandang merupakan salah satu langkah awal di bidang usaha beternak puyuh. Pembuatan kandang memerlukan investasi yang tidak sedikit. Bangunan kandang yang digunakan oleh CV Agri Bird adalah bangunan permanen dengan tipe kandang open house. Kandang dibangun dengan tembok beton, atap genteng, dan lantai dilapisi semen. Puyuh periode layer berada di satu bangunan kandang seluas 105 m2 dengan panjang 21 m, lebar 5 m, dan tinggi 6 m. Bangunan kandang di CV Agri Bird dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Bangunan kandang puyuh
4.6.2 Sangkar puyuh layer
Sangkar puyuh layer sebagian besar menggunakan sangkar bertingkat dengan luas 0,6 m2 dengan ukuran panjang 98 cm, lebar 60 cm, dan tinggi 33 cm. Sangkar yang digunakan sebanyak 6 tingkat dengan total tinggi 221 cm dari lantai kandang. Pintu berukuran panjang 23,5 cm yang berjarak 36,5 cm dari kanan dan 34 cm dari kiri. Tebal kayu yang digunakan pada sangkar ini adalah 2 cm pada pintu sangkar dan 3 cm pada sisi-sisi sangkar. Sangkar menggunakan kawat ram pada dinding dan alas sangkar dengan jarak kawat 1 cm. Puyuh dipelihara dengan kepadatan kandang minimal 50 ekor per meter persegi yaitu dengan kapasitas 25 ekor per sangkar dengan luas sangkar 0,6 m2, sesuai menurut Wheindrata (2013). Konstruksi kandang tidak dibuat miring dan telur dikoleksi dengan cara mengambil telur yang ada di dalam sangkar sehari sekali. Hal itu dilakukan agar telur tidak dimakan tikus. Sangkar yang digunakan di CV Agri Bird dapat dilihat di Gambar 9.
Gambar 9 Sangkar puyuh periode layer
Sistem sangkar paling banyak digunakan oleh peternak puyuh di Indonesia. Pemeliharaan puyuh di CV Agri Bird mulai menggunakan sangkar layer sejak puyuh periode grower, sehingga jumlah puyuh saat dipindahkan tidak dalam jumlah banyak. Menurut Listiyowati dan Roospitasari (2009), jika puyuh dipindahkan dalam jumlah sedikit, pemeliharaan jadi lebih mudah dan puyuh tidak saling berkelahi karena populasi terlalu besar. Jumlah puyuh saat dipindahkan pada saat puyuh periode starter ke periode grower adalah 30-40 ekor. Pemindahan puyuh sebanyak 25 ekor per sangkar ketika puyuh berumur 4 minggu atau menjelang puyuh memasuki periode layer.
Dinding dan lantai sangkar terbuat dari kombinasi kayu dan kawat kasa atau ram sehingga perlu disediakan alas di bawah lantai untuk menampung kotoran (dropping board). Tempat penampung kotoran di CV Agri Bird terbuat dari karung dan mudah dipindahkan. Tempat penampung kotoran tersebut memudahkan pembersihan kotoran dan tidak menimpa puyuh yang ada di bawahnya. Kandang ini memiliki sistem sirkulasi udara yang bagus dan dapat mencegah beberapa penyakit yang disebabkan oleh parasit (Listiyowati dan Roospitasari 2009).
5 MANAJEMEN PEMELIHARAAN
5.1 Lingkungan Ternak
Manajemen lingkungan sangat penting untuk menjaga ternak merasa nyaman. Suhu di dalam kandang untuk pemeliharaan puyuh periode layer di CV Agri Bird berkisar 28˚C pada pagi hari, pada siang hari 31˚C, sedangkan pada malam hari sekitar 30˚C. Suhu lingkungan yang optimal untuk pertumbuhan puyuh adalah 20-25˚C (Tetty 2002). Suhu yang terlalu tinggi akan menurunkan kesuburan sperma pada puyuh pejantan dan pada puyuh betina. Suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan kerabang telur yang dihasilkan lebih tipis dan mudah retak menurut North dan Bell (1990).
Kelembaban udara di dalam bangunan kandang untuk pemeliharaan puyuh periode layer di CV Agri Bird pada pagi hari sekitar 78%, siang hari 64%, sore hari 68%, dan malam hari 70%. Kelembaban dalam kandang sangat penting untuk diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan ternak. Kelembaban udara dalam kandang idealnya sekitar 30-80%. Kelembaban kandang yang terlalu tinggi akan menyebabkan puyuh mudah terserang penyakit karena kelembaban yang tinggi akan mendukung perkembangan mikroorganisme dan bakteri (Tetty 2002). Thermohigrometer yang digunakan untuk mengamati suhu dan kelembaban selama pengamatan dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Thermohigrometer
5.2 Persiapan Kandang dan Peralatan
Pemindahan puyuh ke sangkar layer dimulai sejak puyuh periode grower atau berumur 2 minggu. Persiapan kandang meliputi pencucian sangkar, tempat kotoran, tempat pakan, dan tempat air minum menggunakan air bersih. Tempat pakan, tempat air minum, dan tempat penampungan kotoran dipasang setelah peralatan dan sangkar tersebut kering. Vitamin disiapkan pada air minum dan pakan disediakan di tray terlebih dahulu sebelum puyuh dipindahkan ke sangkar layer. Tempat pakan yang disediakan ada dua yaitu pakan yang tersedia pada tray dan pakan yang tersedia pada tempat pakan kayu pada sangkar. Pakan di tray berupa pakan berbentuk mash (BR-1) dan pakan pada tempat pakan kayu disediakan pakan berbentuk crumble (PP). Kandang tidak didesinfeksi jika pemeliharaan sebelumnya puyuh tidak terjangkit penyakit yang disebabkan oleh virus. Kandang dan sangkar akan didesinfeksi menggunakan solar yang diisi pada sprayer, jika pemeliharaan sebelumnya puyuh terjangkit penyakit seperti ND atau AI. Pembersihan sangkar meggunakan air bersih dapat dilihat di Gambar 11.
Gambar 11 Pembersihan sangkar dengan air bersih
5.3 Pemberian Pakan dan Air Minum
5.3.1 Penyediaan pakan
Pemberian pakan dilakukan sekali dalam sehari yaitu pada siang hari menggunakan takaran berupa mangkok kecil dengan ukuran 500 gram untuk 25 ekor atau 20 gram per ekor. Jenis pakan yang diberikan adalah pakan Komplit Puyuh Petelur (umur 5 minggu ke atas) dengan merk dagang Comfeed. Analisa kandungan nutrisi pakan yang diberikan dengan kebutuhan puyuh pada periode layer dapat dilihat pada Tabel 2. Energi metabolisme pada pakan komplit di Tabel 2 yang digunakan tidak tercantum, namun berdasarkan analisa nutrisi yang lain, pakan tersebut sudah sesuai kebutuhan puyuh.
Pakan merupakan komponen yang persentasenya paling tinggi di antara komponen biaya yang lain dalam beternak puyuh, sehingga masalah pakan harus diperhatikan oleh peternak. Pakan disarankan terbuat dari bahan pakan yang berkualitas dengan harga relatif murah. Pakan pabrik dapat digunakan sebagai alternatif untuk digunakan pada saat pemeliharaan puyuh. Pakan pabrik mudah didapatkan dengan membeli di poultry shop sekitar lokasi peternakan dan harganya relatif lebih murah daripada pakan racikan sendiri. Komposisi bahan dasar pakan pabrik sudah sesuai dengan kebutuhan gizi puyuh dan umur puyuh.
Tabel 2 Kebutuhan nutrisi puyuh periode layer
Nutrisi
Persentase
Menurut Wheindrata (2013)
Energi metabolisme
-
2 600 kkal/kg
Kadar air
Max 12%
-
Protein
Min 19%
20%
Lemak
Min 3%
3.9%
Serat
Max 6%
4.4%
Abu
Max 13%
-
Kalsium
Min 2.5%
3%
Phospor
Min 0.6%
0.8%
Sumber : CV Agri Bird 2015.
Pakan merupakan faktor utama dari pertumbuhan puyuh dari DOQ sampai diafkir. Kualitas pakan akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan puyuh. Kualitas pakan yang baik terdiri dari nutrisi yang lengkap dan sesuai dengan yang dibutuhkan puyuh. Pakan puyuh periode layer di CV Agri Bird disediakan terbatas, namun jika terdapat satu sangkar yang pakannya habis maka diberikan pakan lagi. Pakan yang digunakan adalah pakan Komplit Puyuh Petelur untuk umur 6 minggu atau lebih dengan bentuk crumble. Alat takar pakan yang digunakan di CV Agri Bird dapat dilihat di Gambar 12.
Gambar 12 Alat takar pakan puyuh periode layer
5.3.2 Penyediaan air minum
Kebutuhan air minum puyuh disediakan pada 5 ember air dengan volume ±10 liter per ember untuk sekitar 3 000 ekor puyuh. Tempat minum yang digunakan berbentuk galon dengan volume 800 ml. Ketersediaan air tersebut sebelumnya disediakan di drum air dengan volume ± 100 liter yang dialirkan dari sumur. Air minum diganti setiap hari yaitu pada saat malam hari dan diberikan ad libitum.
5.3.3 Tempat pakan dan tempat air minum
Tempat pakan yang digunakan di CV Agri Bird berbentuk segitiga yaitu bagian bawah lebih kecil daripada bagian atasnya. Jika pakan yang berada di bagian bawah di dalam sangkar berkurang, bagian atas yang berada di luar sangkar akan turun dan dan memenuhi bagian bawah tempat pakan. Bahan tempat pakan di CV Agri Bird belum sesuai menurut Sugiarto (2005) namun fungsi dari tempat pakan tersebut sudah sesuai. Tempat pakan dapat dibuat dari bahan bambu, pipa paralon, plastik, atau baki. Bentuk tempat pakan yang menyudut ke bawah dan bahannya terbuat dari kayu menyebabkan pakan mudah tersangkut dalam tempat pakan tersebut. Upaya yang dilakukan CV Agri Bird adalah menurunkan pakan menggunakan kayu kecil sehingga pakan menjadi rata. Tempat pakan yang digunakan sudah sesuai dengan fungsinya yaitu bahan pakan tidak bercampur dengan kotoran, tidak mudah terinjak-injak oleh puyuh, dan puyuh tidak masuk ke tempat pakan. Pakan masih bisa tercecer jika pakan diisi terlalu penuh pada bagian dalam tempat pakan. Pakan akan mudah tumpah jika pegawai tidak memeriksa pakan yang tersangkut di tepat pakan. Bentuk tempat pakan kayu dan tempat air minum dapat dilihat pada Gambar 13.
(a) (b)
Gambar 13 Tempat pakan (a) dan tempat air minum (b)
Tempat air minum puyuh periode layer di CV Agri Bird menggunakan botol atau galon berukuran 800 ml. Tempat air minum diletakkan di luar sangkar yang bertujuan agar sangkar tidak basah saat air minum tersebut tumpah. Tempat minum disediakan di luar dengan penyangga agar tempat minum tersebut tidak jatuh ke lantai.
5.3.4 Pemberian pakan dan peggantian air minum
Pemberian pakan puyuh periode layer di CV Agri Bird dilakukan sehari sekali pada pukul 11.00 WIB. Pemberian langsung diberikan secara terbatas dengan menggunakan takaran yaitu mangkok kecil dengan takaran 500 gram untuk 2 ekor puyuh atau 25 gram per ekor. Penggantian air minum dilakukan sehari sekali pada pukul 02.00 WIB. Penggantian air minum dilakukan pada malam hari karena efisiensi tenaga kerja karena setelah itu pegawai melakukan koleksi telur. Air minum dialirkan dari sumur ke drum air dekat kandang selanjutnya ditampung pada ember air yang ada di dalam kandang. Penyediaan air minum dilakukan pada siang hari setelah pegawai kandang memberi makan pada puyuh. Pemberian pakan dan penggantian air minum yang dilakukan di Cv Agri Bird dapat dilihat pada Gambar 14.
(a) (b)
Gambar 14 Pemberian pakan (a) dan penggantian air minum (b)
5.3.5 Pengaturan cahaya
Pencahayaan puyuh periode layer di CV Agri Bird pada pukul 06.00-17.00 WIB memanfaatkan sinar matahari dan pada malam hari menggunakan lampu. Atap bangunan kandang dibuat transparan pada sisi kanan dan kiri. Ventilasi pada sisi-sisi bangunan kandang disediakan agar cahaya matahari dapat masuk secara merata. Arah kandang membujur dari Utara ke Selatan, sehingga cahaya yang masuk cukup untuk membantu pencahayaan sampai sore hari. Pencahayaan pada pukul 17.00-06.00 WIB dibantu dengan lampu sebanyak 6 buah lampu spiral dengan daya 20 watt.
Fungsi utama cahaya ada tiga yaitu untuk memudahkan penglihatan, untuk merangsang siklus internal dalam kaitannya dengan perubahan panjang hari, dan untuk merangsang pelepasan hormon. Pada periode layer cahaya berperan dalam pematangan dan pelontaran ovum yang pada akhirnya mempengaruhi produksi telur. Peningkatan jumlah cahaya menjadi 20 jam per hari dapat meningkatkan produksi telur dan konversi ransum. Pemberian cahaya di CV Agri Bird adalah selama 24 jam, hal tersebut tidak sesuai dengan pernyataan bahwa puyuh petelur membutuhkan 17 jam cahaya setiap harinya untuk produksi telur yang optimum (Triyanto 2007). Hal tersebut sudah sesuai menurut Sudjarwo (2000) bahwa puyuh diberikan jenis lampu dengan lama pencahayaan setiap hari 24 jam agar memberikan hasil performa yang baik. Pengaturan pencahayaan selama pemeliharaan puyuh periode layer di CV Agri Bird dapat dilihat pada Gambar 15.
(a) (b)
Gambar 15 Penerangan kandang fentilasi (a) dan lampu (b)
6 PENCEGAHAN PENYAKIT
6.1 Sanitasi
CV Agri Bird tidak melaksanakan kegiatan biosecurity secara keseluruhan. Pencegahan penyakit meliputi sanitasi kandang yaitu pembersihan kotoran puyuh pada sangkar dan pembersihan lantai kandang. Sanitasi dilakukan setiap pagi hari dan limbah dibuang langsung ke sungai. Kotoran dibuang ke sungai langsung tanpa ada perlakuan tambahan, namun pada pemeliharaan sebelumnya, kotoran puyuh diolah menjadi pellet lele. Pembersihan kotoran puyuh di CV Agri Bird dapat dilihat di Gambar 16.
Gambar 16 Pembersihan kotoran
6.2 Pemberian Vitamin
Pemeliharaan puyuh periode layer di CV Agri Bird beberapa kali diberikan vitamin untuk mencegah stres pada puyuh. Pemberian vitamin dilakukan pada saat terjadi perubahan cuaca di lokasi peternakan. Pemberian vitamin dilakukan selama 3-5 hari secara berturut-turut pada saat penggantian air minum. Dosis yang diberikan pada puyuh periode layer adalah satu sendok makan (sdm) per 5 liter air atau 2 gram per liter air. Vitamin yang digunakan di CV Agri Bird dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17 Vitamin Vita Tetra-Chlor
7 PERFORMA
7.1 Konsumsi Pakan
Konsumsi pakan puyuh periode layer sekitar 20 gram per ekor per hari. Pakan yang dikonsumsi pada umumnya tidak ada sisa di tempat pakan. Pakan habis tanpa sisa karena pakan berbentuk crumble sehingga memiliki palatabilitas tinggi. Adanya sisa pakan disebabkan oleh tersangkutnya pakan di tempat pakan yang berbahan dasar dari kayu tersebut. Pakan masih bisa tercecer jika tempat pakan penuh akibat banyaknya pakan yang tersangkut. Pakan yang digunakan CV Agri Bird dapat dilihat pada Gambar 18.
Konsumsi pakan puyuh periode layer di CV Agri Bird sudah mencukupi karena jika diamati dari umurnya, kebutuhan pakan puyuh mulai umur 6-60 minggu atau sampai afkir adalah 20-22 gram per hari (Saparinto dan Marsudi 2012). Jika terdapat sisa pakan pada pemberian pakan, konsumsi pakan dapat dihitung selisih dari jumlah pakan yang diberikan dengan sisa pakan tersebut (Scott et al. 1982).
Gambar 18 Jenis pakan puyuh periode layer
7.2 Konversi Pakan
Konversi pakan pada puyuh di CV Agri Bird rata-rata kurang dari 3 selama pengamatan berlangsung. Data konversi pakan di CV Agri Bird dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Konversi pakan puyuh periode layer di CV Agri Bird
Umur (hari)
Jumlah puyuh (ekor)
Total konsumsi pakan (gram)
Total bobot telur (gram)
Konversi pakan
560
1335
26 700
9745
2.74
565
1298
25 960
8750
2.98
570
1287
25 740
8789
2.94
575
1270
25 400
8765
2.9
580
1240
24 800
7937
3.13
585
1220
24 400
8214
2.97
Sumber : CV Agri Bird 2015.
Total konsumsi pakan yang berbeda-beda pada tabel di atas tergantung pada jumlah puyuh yang ada. Total bobot telur pada umur 560-564 hari adalah 9 745 gram dengan total jumlah telur 934 butir menghasilkan konversi pakan yang kecil yaitu 2.74. Hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah pakan yang diserap untuk memproduksi telur masih efisien. Konversi pakan berikutnya mengalami kenaikan dan penurunan secara tidak stabil, hal tersebut menunjukkan bahwa konversi pakan dipengaruhi oleh jumlah total bobot telur yang berkurang lebih banyak daripada total konsumsi pakan. Pada umumnya konversi pakan puyuh pada umur 80 minggu ke atas adalah kurang dari 3. Konversi pakan puyuh selama pengamatan dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 19 Grafik konversi pakan puyuh periode layer selama 30 hari
Konversi pakan merupakan rasio pakan yang dikonsumsi dalam jangka waktu tertentu dibandingkan dengan bobot telur yang dihasilkan dalam waktu tertentu (Suprijatna et al. 2008). Berdasarkan Gambar 3, konversi pakan mengalami kenaikan yang paling tinggi pada umur 580-584 hari atau pengamatan hari ke 20-24, hal tersebut disebabkan adanya peringkasan jumlah puyuh pada sangkar. Tingginya konversi pakan dipengaruhi oleh produksi telur yang rendah. Produksi telur dipengaruhi oleh tiga lingkungan pada puyuh yaitu lingkungan termal, lingkungan fisik, dan lingkungan sosial. Pada saat penyatuan ternak, puyuh mengalami stres karena puyuh masih belum beradaptasi dengan puyuh yang lain yang berbeda sangkar sebelumnya, sehingga produksi telur menurun dan konversi pakan meningkat.
7.3 Produksi Telur
Produksi telur di CV Agri Bird adalah produksi telur per lima hari yang dijumlah dan dihitung untuk mendapatkan QD dan QH. Produksi telur di CV Agri Bird selama pengamatan dapat dilihat di Tabel 4.
Tabel 4 Produksi telur puyuh periode layer di CV Agri Bird
Umur (hari)
Jumlah puyuh (ekor)
Jumlah telur (butir)
Rata-rata bobot telur (gram)
Total jumlah telur(butir)
QD(%)
QH(%)
560
1335
934
10.45
8036
69.97
69.44
565
1298
836
10.46
7949
64.39
62.16
570
1287
850
10.35
7543
66.04
63.20
575
1270
864
10.17
7279
68.03
64.24
580
1240
788
10.11
7111
63.54
58.59
585
1220
800
10.3
8036
65.57
59.48
Sumber : CV Agri Bird 2015.
Pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa puyuh umur 560 hari atau 80 minggu, produksinya tinggi, yaitu QD hampir 70%. Hal ini disebabkan bibit puyuh yang digunakan memiliki produktivitas tinggi dan pakan yang sesuai kebutuhan puyuh. Manajemen pemeliharaan yang baik yaitu kebersihan, kandang tidak lembab, dan pencahayaan yang cukup mampu membuat puyuh nyaman dan produktivitasnya tinggi. Puyuh umur 580 hari mengalami penurunan QD. Hal tersebut disebabkan stres oleh penyatuan puyuh dari dua sangkar berbeda menjadi satu sangkar. Vitamin diberikan selama 2 hari berturut-turut agar 3-5 hari kemudian produksi telur meningkat kembali. Bobot telur puyuh rata-rata adalah 10 gram atau sekitar 8% dari bobot badan puyuh betina (Listiyowati dan Roospitasari 2009). Hal tersebut menunjukkan bahwa telur yang dihasilkan masih di atas standar. Produksi telur puyuh dapat dilihat pada grafik di Gambar 20.
Menurut Wuryadi (2013), masa reproduksi puyuh sampai 18 bulan dengan puncak produksi terjadi saat umur 3-5 bulan, dengan rata-rata tingkat produksi telur dalam satu periode adalah 78-85%. Puyuh yang dipelihara lebih dari umur 18 bulan produksi telur di bawah 70%. QD merupakan metode yang sering dipakai karena dapat menentukan tingkat produksi telur sesuai dengan jumlah puyuh yang ada dalam satu bulan pengamatan (Nugroho dan Mayun 1986). Proses koleksi telur yang dilakukan di CV Agri Bird dapat dilihat di Gambar 21.
Gambar 20 Grafik produktivitas telur puyuh periode layer selama 30 hari
Gambar 21 Proses koleksi telur pada sangkar sample
7.4 Mortalitas
Penyebab kematian yag pernah terjadi adalah kaki terjepit kawat pada alas kandang, stress akibat koleksi telur, penyakit snot, dan dimakan oleh predator berupa kucing. Jumlah kematian puyuh di CV Agri Bird rata-rata kurang dari 0.5 per hari. Selama pengamatan, dalam sehari puyuh tidak ada yang mati, karena hewan lain maupun terjepit. Persentase mortalitas di CV Agri Bird dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Mortalitas puyuh periode layer di CV Agri Bird
Umur (hari)
Jumlah puyuh (ekor)
Jumlah puyuh mati (ekor)
Mortalitas (%)
Aktual
Menurut Setiawan (2006)
560
1335
7
0.52
1.11
565
1298
3
0.23
1.11
570
1287
3
0.23
1.11
575
1270
6
0.47
1.11
580
1240
4
0.32
1.11
585
1220
4
0.32
1.11
Sumber : CV Agri Bird 2015.
Mortalitas paling tinggi terjadi pada puyuh umur 560-564 hari, yaitu 0.52%. Hal tersebut terjadi karena banyaknya puyuh yang dimakan oleh kucing karena sangkarnya dirusak oleh kucing. Kematian yang lain disebabkan oleh terjepitnya kaki puyuh pada alas sangkar, sehingga puyuh tersebut terinjak oleh puyuh yang lain. Penyebab kematian puyuh jarang disebabkan oleh penyakit yang berasal dari bakteri bahkan virus. Grafik mortalitas dapat dilihat di Gambar 22.
Gambar 22 Grafik mortalitas selama 30 hari
Pada grafik dapat dilihat tingkat kematian yang tidak stabil menunjukkan bahwa kematian puyuh tidak bisa dihindari. Mortalitas atau kematian (%) puyuh secara kumulatif tidak tentu saat puyuh menjelang afkir. Selama 30 hari pengamatan, terdapat sekitar 15 hari mortalitas puyuh adalah 0%. Hal tersebut sering terjadi di peternakan burung puyuh karena bibit puyuh yang baik dan jarang terserang penyakit. Mortalitas puyuh di CV Agri Bird selama pengamatan tersebut lebih rendah dari standar yang ditetapkan yaitu 1.11 % (Setiawan 2006), namun menurut Romanoff dan Romanoff (1963), mortalitas banyak terjadi setelah melewati puncak produksi. Contoh puyuh yang mati akibat umur yang sudah tua dapat dilihat pada Gambar 23.
Gambar 23 Puyuh yang mati akibat sudah tua
7.5 Income Over Feed Cost
Income Over Feed Cost (IOFC) di CV Agri Bird dapat dihitung dengan menghitung antara jumlah telur yang dijual dengan jumlah konsumsi pakan. Penjualan telur yang dilakukan di CV Agri Bird adalah per butir adalah Rp250 dan pakan yang digunakan dengan harga per karung adalah sekitar Rp300 000. IOFC merupakan pendapatan yang diperoleh dari selisih penjualan telur dikurangi biaya pakan dalam kurun waktu tertentu. IOFC di CV Agri Bird selama pengamatan dapat dilihat di Tabel 6.
Tabel 6 Income over feed cost di CV Agri Bird
Umur (hari)
Penjualan telur (Rp)
Biaya pakan (Rp)
IOFC (Rp/ekor/hari)
Aktual
Standar
560
46 700
32 040
54.91
50
565
41 800
31 152
40.98
50
570
42 500
30 888
45.10
50
575
43 200
30 480
50.07
50
580
39 400
29 760
38.85
50
585
40 000
29 280
43.93
50
Sumber : CV Agri Bird 2015.
CV Agri Bird memiliki standar keuntungan yang didapatkan dari pemeliharaan puyuh pada saat periode layer, yaitu Rp50 per ekor per hari.IOFC pada umur 560 hari di atas standar yaitu Rp54 per ekor per hari, hal ini dipengaruhi oleh produksi telur yang tinggi dan kematian puyuh yang rendah. Puyuh pada umur di atas 565 hari didapatkan IOFC yang tidak stabil, namun hasil tersebut belum memnuhi standar perusahaan. Berdasarkan data pada Tabel 5, rata-rata IOFC selama 30 hari pengamatan adalah Rp45 per ekor per hari.
Rendahnya IOFC disebabkan oleh umur puyuh yang sudah menjelang 21 bulan dan kerusakan telur sebelum dan sesudah koleksi telur. Kerusakan telur banyak terjadi pada saat sebelum telur dikoleksi yaitu retak atau pecah di dalam sangkar akibat terinjak puyuh. Telur yang pecah disebabkan oleh pemberian pakan yang terlambat yang mengakibatkan penyerapan nutrisi pakan oleh puyuh. Proses pembuatan telur di dalam tubuh puyuh membutuhkan kalsium untuk pembuatan kerabang telur, namun kalsium tersebut tidak dapat diserap dengan baik karena pakan yang diperlukan tidak tersedia tepat pada waktunya. Grafik IOFC dapat dilihat pada Gambar 24.
Gambar 24 Grafik IOFC selama 30 hari
IOFC terendah pada saat pengamatan adalah hari ke 8 yaitu Rp31 per ekor per hari, hal itu dipengaruhi oleh produksi telur yang rendah. Pada saat penyatuan puyuh, IOFC menjadi penurunan selama 4 hari. Pada hari ke 5 setelah penyatuan puyuh mulai meningkat kembali, namun peningkatan tersebut masih berada di bawah standar perusahaan. IOFC yang rendah tersebut, puyuh tetap dipertahankan karena faktor kebutuhan peternak. Pada saat pemeliharaan sebelumnya, perusahaan hanya memelihara sekitar 6 000 ekor puyuh karena perusahaan sedang melakukan peremajaan puyuh. Perusahaan juga berusaha mempertahankan pembeli yang sudah menjadi pelanggan tetap agar tidak mengecewakan pembeli tersebut.
8 PENETASAN
Pengusaha-pengusaha ternak puyuh skala menengah ke bawah biasanya tidak melakukan usaha penetasan. Usaha penetasan dilakukan untuk usaha ternak puyuh skala besar yang mengusahakan penyediaan anakan puyuh sendiri. Namun ada juga yang hanya usaha di bidang penetasan saja yang anakannya dijual pada peternak puyuh petelur. Di CV Agri Bird tidak terdapat usaha penetasan sehingga pengamatan mengenai penetasan dilakukan di peternakan lain yaitu di peternakan milik Mas Wirit yang secara langsung merupakan jaringan yang dimiliki CV Agri Bird dalam membeli DOQ. Beberapa hal yang diamati di dalam penetasan antara lain asal telur tetas, pengelolaan, penanganan, seksing, dan keberhasilan penetasan.
8.1 Asal Telur Tetas
Telur tetas berasal dari puyuh pembibit yang dipelihara di dekat tempat penetasan tersebut. Puyuh pembibit yang dipelihara berumur sekitar 9-12 bulan untuk puyuh betina dan 6 bulan untuk puyuh pejantan. Puyuh pembibit betina ditetaskan oleh peternakan sedangkan puyuh pembibit jantan dibeli dari peternakan lain, sehingga tidak terjadi perkawinan sedarah atau inbreeding. Sangkar yang digunakan sama seperti sangkar puyuh petelur komersil, dengan kapasitas 25 ekor per sangkar dan kepadatannya 50 ekor per m². Perbandingan puyuh pejantan dengan puyuh betina adalah 1:5 atau 5 ekor puyuh pembibit jantan dan 20 puyuh pembibit betina.Hal tersebut masih belum sesuai dengan pernyataan Rasyaf (1993) bahwa telur burung puyuh yang akan ditetaskan sebaiknya diambil dari induk betina yang dipelihara bersama pejantan dengan perbandingan 2-3:1. Suhu di dalam kandang sekitar 29-33˚C dengan kelembaban sekitar 60-70%. Kandang puyuh pembibit dapat dilihat di Gambar 25.
Gambar 25 Kandang puyuh pembibitan
8.2 Pengelolaan Penetasan
Telur dikoleksi di suatu rak telur plastik dan langsung dimasukkan ke dalam mesin tetas jika rak tersebut penuh. Kapasitas maksimal rak tersebut adalah 1 500 butir. Pengumpulan telur dilakukan seiring menunggu mesin tetas yang kosong dan sudah dibersihkan. Mesin tetas yang disediakan hanya 11 buah dan penetasan dilakukan apabila sudah terdapat minimal 1 000 butir telur tetas. Setelah telur dimasukkan ke mesin tetas, dilakukan pencatatan tanggal pemasukan dan identitas mesin tetas yang digunakan. Mesin tetas untuk menetaskan telur puyuh dapat dilihat pada Gambar 26.
Gambar 26 Tempat mesin tetas
8.3 Penanganan Telur Tetas
Selama penetasan, mesin tetas diperiksa suhu dan kelembaban secara berkala. Pemutaran telur dilakukan 3 kali dalam sehari, yaitu pada pagi, siang, dan malam hari. Pemutaran pagi dilakukan pada pukul 05.00 WIB, pemutaran kedua atau pada siang hari dilakukan pada pukul 14.00 WIB, dan pemutaran pada malam hari dilakukan sekitar pukul 19.00 WIB. Pemutaran telur dilakukan setelah telur sudah berumur 3 hari di dalam mesin tetas dan berhenti diputar pada hari ke 14 selama dalam mesin tetas atau 3 hari sebelum telur menetas. Penyemprotan dengan air bersih dilakukan setiap hari pada saat 3 hari menjelang menetas untuk membantu meningkatkan kelembaban dan memudahkan pipping saat menetas. Waktu penyemprotan dilakukan pada waktu yang bersamaan dengan pemutaran telur. Keadaan di dalam mesin tetas saat pengamatan dapat dilihat di Gambar 27.
Gambar 27 Keadaan di dalam mesin tetas
8.4 Seksing
Pemisahan jantan dengan betina berdasarkan warna bulu dari DOQ tersebut. Jantan berwarna hitam garis-garis coklat sedangkan betina berwarna merah bergaris coklat. Jika terjadi kelainan warna bulu seperti berwarna kuning atau yang tidak mengidentifikasikan DOQ tersebut termasuk jenis kelamin janta atau betina adalah dengan menekan kloakanya, jika terdapat tonjolan maka puyuh tersebut jantan dan jika tidak terdapat tonjolan maka DOQ tersebut berjenis kelamin betina. Perbedaan DOQ betina dengan DOQ jantan dapat dilihat pada Gambar 28.
Gambar 28 DOQ betina (kiri) dan DOQ jantan (kanan)
8.5 Keberhasilan Penetasan
Berdasarkan tiga mesin tetas yang sudah diamati selama 3 minggu didapat hasil sebagai berikut pada Tabel 7. Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa rata-rata telur infertil yang dimasukkan yaitu 9.2% dari telur masuk rata-rata 1 004 butir. Hal tersebut terjadi karena di tempat penetasan tidak memiliki candler untuk memeriksa telur yang kosong atau tidak dibuahi. Telur infertil diketahui dengan cara dibuka kerabang telurnya satu per satu setelah hari ke 18 telur ditetaskan. Fertilitas telur sudah sesuai menurut Listiyowati dan Roospitasari (2009), yaitu fertilitas telur puyuh dapat mencapai 85-95% dalam kondisi normal dengan sex ratio yang benar dan pemberian ransum yang baik.
Tabel 7 Keberhasilan penetasan
Indikator
Mesin A
Mesin B
Mesin C
Rata-rata
Telur masuk (butir)
1 009
988
1 016
1 004
Fertilitas (%)
91.08
94.03
87.3
90.8
Infertil (%)
8.92
5.97
12.7
9.2
Daya tetas
Berdasarkan telur masuk (%)
Berdasarkan telur fertil (%)
70.56
77.48
65.38
73.66
62.20
71.25
66.05
74.13
Tidak menetas (%)
Mati 1-7 hari (%)
Mati 8-14 hari (%)
Mati 15-17 hari (%)
22.52
30.91
12.07
57.01
24.87
27.70
16.01
56.28
28.75
9.80
6.27
83.92
25.38
22.8
11.45
65.74
Mortalitas DOQ (%)
1.26
19.20
1.11
7.19
Jumlah betina (%)
50.5
48.47
45.76
48.24
Sumber : CV Agri Bird 2015.
Daya tetas yang dihasilkan dari penetasan tersebut adalah rata-rata 74.13% dan angka tersebut rendah karena menurut Lisma (2009) bahwa daya tetas yang baik adalah 85-95%. Daya tetas akan menurun apabila telur disimpan terlalu lama. Telur tetas akan menurun daya tetasnya kira-kira 3% tiap tambahan hari penyimpanan telur tersebut (Nugroho dan Mayun, 1986). Telur yang gagal menetas dibedakan menjadi 3 yaitu embrio mati pada umur: 1-7 hari, 8-14 hari, dan 15-17 hari. Kematian embrio banyak terjadi dalam keadaan kritis Selma waktu penetasan. Periode kritis tersebut terbagi menjadi dua, yaitu selama tiga hari pertama dari masa penetasan dan masa telur akan menetas. Kegagalan menetas pada ketiga mesin tetas paling banyak terjadi pada kematian embrio umur 15-17 hari. Kematian yang tinggi pada hari ke 14-18 dapat disebabkan karena kurangnya asupan kalsium dan fosfor pada puyuh yang berpengaruh pada pembentukan embrio (Hartono, 2004). Hal tersebut disebabkan oleh kelembaban yang kurang dari kebutuhan telur tetas menjelang menetas atau 3 hari sebelum menetas. Pengamatan suhu dan kelembaban mesin tetas selama penetasan berlangsung dapat dilihat di Tabel 8.
Mortalitas DOQ tertinggi selama pengamatan adalah pada mesin B yaitu mencapai 19.2%. Hal tersebut bisa terjadi karena pada saat DOQ menetas di mesin B lupa diberi pembatas pada bagian depan mesin tetas. Pembatas tersebut berupa kayu tipis panjang yang berfungsi untuk mencegah DOQ terjerembab di baki berisi air. Baki tersebut berfungsi untuk menjaga kelembaban di dalam mesin tetas.
Pengamatan suhu dan kelembaban dilakukan pada siang hari sekitar pukul 10.00-14.00 WIB. Kelembaban masih rendah selama penetasan karena baki air yang disediakan masih sedikit dan penyemprotan pada telur dan sekitar telur belum dilakukan secara berkala. Penambahan baki air dan penyemprotan dengan air secara berkala mulai dilakukan pada Mesin C pada umur penetasan 13 hari. Penyemprotan secara berkala adalah menyemprot atau membasahi telur dan sekitar telur di dalam mesin tetas menggunakan sprayer. Suhu yang masih belum stabil disebabkan oleh pengaturan suhu yang masih manual atau menggunakan thermostat dan thermostat tersebut selalu diubah pada saat malam hari. Pada malam hari suhu dalam mesin tetas turun sekitar di bawah 37˚C, sehingga peternak menaikan suhu tersebut. Pada siang hari saat dilakukan pengamatan, suhu menjadi di atas 40˚C sehingga dilakukan penurunan suhu pada thermostat.
Tabel 8 Pengamatan suhu dan kelembaban mesin tetas
Hari ke
Mesin A
Mesin B
Mesin C
Suhu (˚C)
RH (%)
Suhu (˚C)
RH (%)
Suhu (˚C)
RH (%)
3
-
-
-
-
38.3
40
4
-
-
-
-
38
50
5
-
-
-
-
39
52
6
-
-
-
-
39
48
7
-
-
-
-
39
50
8
-
-
-
-
39
58
9
-
-
-
-
38.5
48
10
-
-
39
45
38.7
50
11
-
-
38
54
39
53
12
-
-
39
60
39
58
13
-
-
38.5
55
39
75
14
39
42
38.7
62
39
70
15
39
55
39
62
38.5
67
16
38.7
57
39
60
38
70
17
39
65
39
65
38
67
Sumber : CV Agri Bird 2015.
9 PENANGANAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH
9.1 Jenis Produk Limbah
Jenis produk limbah di CV Agri Bird adalah berupa kotoran dan air sisa pencucian kandang dan peralatan kandang. Kotoran dihasilkan setiap hari karena kotoran puyuh yang agak basah, sehingga harus dibersihkan setiap hari. Pembersihan kotoran puyuh dilakukan dua kali sehari pada saat pemeliharaan puyuh periode layer yang dipelihara di rumah peilik peternakan. Limbah padat yang terdapat di CV Agri Bird dapat dilihat pada Gambar 29.
Gambar 29 Limbah padat berupa kotoran
9.2 Penanganan Limbah
Penanganan limbah di CV Agri Bird dibuang langsung di sungai, baik itu kotoran puyuh maupun air sisa pencucian kandang dan peralatan kandang. Pemelihraan puyuh pada tahun sebelumnya, kotoran puyuh dijadikan pakan lele. Penanganan kotoran puyuh untuk dijadikan pakan leleyang pertama adalah dijemur di bawah sinar matahari langsung sampai tidak berbau dan kering. Pada musi kemarau penjemuran kotoran dilakukan hanya membutuhkan waktu sehari, sedangkan pada musim penghujan kotoran puyuh dijemur 2-3 hari. Kotoran dijemur segera setelah kotoran tersebut dibersihkan dari kandang. Kotoran puyuh yang tidak segera dijemur atau disimpan terlalu lama di tempat yang agak lembab bisa menimbulkan belatung dan hewan dekomposer lainnya yang sangat mengganggu lingkungan sekitar kandang. Kotoran puyuh yang sudah kering bisa dimasukkan ke dalam karung untuk disimpan di penampungan kotoran atau langsung diolah menjadi pellet lele. Proses penjemuran kotoran puyuh yang dilakukan di CV Agri Bird dapat dilihat di Gambar 30.
Gambar 30 Penjemuran kotoran
9.3 Pengolahan Limbah
Pengolahan limbah di CV Agri Bird mengunakan peralatan sederhana. Bahan-bahan yang digunakan merupakan racikan dari CV Agri Bird dan didapatkan dengan mudah karena lokasinya berdekatan dengan lokasi peternakan. Peralatan dan bahan-bahan disiapkan terlebih dahulu sebelum pengolahan limbah dilakukan. Peralatan yang diperlukan meliputi alat pengilingan daging yang dimodifikasi, nampan plastik, ayakan, gayung plastik, ember plastik, kuali, panci presto, kompor gas dan timbangan. Bahan-bahan yang diperlukan selain kotoran puyuh adalah limbah ikan yang berupa jeroan, tepung ikan, tepung bulu, dan kotoran ayam.
Cara pembuatan pakan tersebut adalah pertama bulu direbus sampai lunak menggunakan panci presto, digiling, dan dijemur sampai kering. Kotoran puyuh yang telah dijemur sampai kering kemudian digiling sampai halus. Limbah ikan direbus sampai matang menggunakan kuali yang besar. Campuran tepung bulu (1 bagian), kotoran puyuh (1 bagian), tepung ikan (0,25 bagian), dan limbah ikan (0,04 bagian) dicampur dalam satu wadah. Tahapan terakhir adalah campuran tersebut dicetak menggunakan mesin penggiling daging. Pellet lele yang sudah digiling, kemudian dijemur selama sehari sampai kering. Pellet dikemas dalam karung dengan ukuran 50 kg dan disimpan di tempat pakan lele. Tahapan pembuatan pellet lele di CV Agri Bird dapat dilihat di Gambar 31.
(a) (b)
Gambar 31 Pengadukan semua bahan (a) dan pencetakan pellet lele (b)
10 PEMASARAN
10.1 Bentuk Produk dan Harga
Produk yang dihasilkan CV Agri Bird berupa telur konsumsi, pellet lele, dan lele konsumsi. Telur yang dihasilkan dikoleksi sehari sekali yaitu pada malam hari pada pukul 03.00 WIB, sehingga telur berada di kandang terlebih dahulu sebelum dipasarkan. Rata-rata telur yang dihasilkan CV Agri Bird adalah 1 500 butir per hari. Telur diseleksi yaitu dipisahkan dari telur yang abnormal. Kelainan telur tersebut adalah telur tanpa pigmen atau pigmen lain (polos atau putih, coklat, dan hijau), kerabang tipis, tanpa kerabang, telur terlalu kecil, dan telur terlalu besar atau lonjong. Telur abnormal tersebut tidak dijual karena untuk menjaga kualitas telur pada saat pemasaran agar tidak pecah dalam kardus. Kualitas telur dijaga untuk kepuasan konsumen selama pembelian, sehingga konsumen akan tetap mebeli telur puyuh di CV Agri Bird tersebut. Macam-macam telur abnormal yang terdapat di CV Agri Bird dapat dilihat pada Gambar 32.
(a) (b) (c)
Gambar 32 Telur terlalu besar dan terlalu kecil (a), telur tanpa pigmen (b), dan telur tanpa kerabang (c)
Pellet lele dijual dan digunakan untuk perikanan lele yang dipelihara di dekat kandang puyuh milik CV Agri Bird. Pellet lele dijual jika terjadi kelebihan kebutuhan pakan untuk lele yang dipelihara peternak. CV Agri Bird tidak melakukan pembuatan pellet lele sejak akhir tahun 2014, sehingga hasil penjualan pellet lele tidak ada saat dilakukan pengamatan. Pemeliharaan lele diberikan pakan dari pellet yang sudah dibuat oleh peternakan atau limbah jeroan ikan bandeng. Limbah ikan bandeng hanya digunakan pada saat CV Agri Bird tidak melakukan pengolahan limbah menjadi pellet. Lele dipelihara di kolam berukuran 3x4 meter dengan jumlah kolam 42 kolam pembesaran. Ukuran kepala lele yang dipelihara untuk pembesaran sekitar 5 cm dengan jumlah awal pemeliharaan 100-300 ekor. Lele dipelihara selama 3-4 bulan sampai ukuran kepala lele sekitar 7-12 cm. Kolam lele yang menampung 100 ekor mampu menghasilkan lele sebanyak 1-1.5 kwintal, sedangkan lele dengan jumlah 300 ekor mampu mengasilkan 2.5-3 kwintal. Pemanenan dilakukan sekali dalam dua hari dengan rata-rata lele yang dipanen sebanyak 2 kwintal.
Produk berupa telur puyuh konsumsi yang masih mentah dengan harga Rp250 per butir dan Rp127 500 per kardus dengan jumlah 750 butir. Proses pengemasan telur konsumsi di CV Agri Bird dapat dilihat di Gambar 33. Harga pellet lele yang dijual ke peternak lain adalah Rp5 000 per kg, sehingga harga pellet per karug adalah Rp250 000. Harga lele yang dijual ada dua macam berdasarkan ukuran yaitu lele dengan ukuran 7-9 cm seharga Rp15 000 per kg dan lele dengan ukuran 9-12 dijual dengan harga Rp20 000 per kg.
(a) (b)
Gambar 33 Telur dalam kemasan kardus (a) dan pengemasan telur (b)
10.2 Rantai Tataniaga dan Keuntungan
Berdasarkan data yang diperoleh, CV Agri Bird menjual telur terdapat tiga macam pembeli yaitu pemborong, pedagang, dan konsumen yang datang ke rumah peternak. Penjualan pellet lele dilakukan ke peternak lele langsung, sedangkan lele dijual ke pedagang yang akan dijual ke pasar dan konsumen yang datang ke peternakan.
10.3 Konsumen
Konsumen adalah masyarakat lokal pada sekitar peternakan dan perumahan di tempat pemilik peternakan tinggal yaitu di Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Penjualan yang lain sampai ke daerah luar Jawa Tengah yaitu Jawa Barat, seperti Bandung.
11 SIMPULAN DAN SARAN
11.1 Simpulan
Pemeliharaan puyuh periode layer di CV Agri Bird sudah baik berdasarkan produksi telur dan mortalitas puyuh. Pengamatan performa puyuh selama 30 hari menunjukkan bahwa puyuh yang sudah berumur 20 bulan ini memiliki rata-rata QD mencapai 66.26%, selain itu tingkat mortalitas yang rendah yaitu dengan rata-rata 0.35% per hari. Pemeliharaan puyuh tersebut juga masih menguntungkan karena dilihat dari rata-rata keuntungan yang diperoleh CV Agri Bird dari penjualan telur yaitu Rp45.64 per ekor per hari, walaupun keuntungan tersebut berada di bawah dari standar yang ditetapkan perusahaan.
Pendapatan yang diperoleh CV Agri Bird tinggi dan dapat diketahui dari penjualan telur puyuh dan lele. Pendapatan yang diperoleh sekitar Rp2 125 000 per hari yaitu dari penjualan telur puyuh Rp375 000 per hari dan penjualan lele Rp1 750 000 per hari. Pendapatan tersebut masih berupa pendapatan kotor yang belum dikurangi dari biaya produksi, antara lain: pakan puyuh, bibit puyuh, bibit lele, listrik, tenaga kerja, dan biaya lain yang tak terduga.
11.2 Saran
Pemeliharaan puyuh periode layer di CV Agri Bird perlu diperbaiki dalam hal ketenagakerjaan, peralatan kandang, dan penyebab mortalitas puyuh. Penambahan jumlah tenaga kerja dilakukan agar lebih efisien waktu dan untuk kesejahteraan tenaga kerja. Penambahan tenaga kerja juga dapat dilakukan untuk memaksimalkan pengolahan limbah berupa kotoran agar limbah tidak dibuang ke sungai. Penambahan peralatan kandang berupa gen set untuk mengantisipasi terjadi padam listrik. Peralatan kandang yang lain seperti thermohigrometer dan baki air untuk memudahkan pengecekan suhu dan kelembaban dalam mesin tetas serta untuk meningkatkan kelembaban di dalam mesin tetas. Penyebab mortalitas puyuh salah satunya adalah predator berupa kucing, sehingga diperlukan perbaikan sangkar dan tempat fentilasi agar predator tidak dapat memangsa puyuh.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah. 2014. Statistik Peternakan 2014. Jawa Tengah. [ diunduh Kamis 30 April 2015 ] tersedia di www.pertanian.co.id/dinnakkeswan_jateng/hal-data-statistik.html
Listiyowati E, Kinanti R. 2009. Beternak Puyuh secara Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nugroho, Mayun K T. 1986. Beternak Burung Puyuh. Eka Offset. Semarang.
Romanoff A P, A J Romanoff. 1963. The Avian Egg. 2nd Edition. John Willey and Sons Inc. New York.
Saparinto C, Marsudi. 2012. Puyuh. Penebar Swadaya. Jakarta.
Scott M L, C Nesheim, R J Young. 1982. Nutrition of The Chicken. 3rd Edition. Cornell University. M. L. Scott of Ithaca. New York.
Setiawan D. 2006. Performa Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) pada Perbandingan Jantan dan Betina yang Berbeda. Skripsi Program Studi Teknologi Produksi Ternak. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. [ diunduh Kamis 7 Mei 2015 ] tersedia di www.repository.ipb.ac.id/handle/123456789/3232#sthash.hnPyKnLd.dpbs
Suprijatna E, S. Kismiati, N R Furi. 2008. Penampilan Produksi dan Kualitas Telur pada Puyuh yang Memperoleh Protein Rendah dan Disuplementasi Enzim Komersial. Fakultas Peternakan Universitas Diplonegoro. Semarang.
Wheindrata. 2013. Panduan Lengkap Beternak Burung Puyuh Petelur. Lily Publisher. Surakarta.
Wuryadi S. 2013. Beternak Puyuh. PT Agro Media Pustaka. Sukabumi.
Tetty. 2002. Puyuh Si Mungil Penuh Potensi. PT Agro Media Pustaka. Jakarata.
North M O, Bell D D. 1990. Commercial Chicken Production Manual, 4th Edition. Van Nostrand Reinhold. New York.
Sugiarto R E. 2005. Meningkatkan Keuntungan Beternak Puyuh. PT Agro Media Pustaka. Jakarta.
Triyanto. 2007. Performa Produksi Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Periode Produksi Umur 6-13 Minggu pada Lama Pencahayaan yang Berbeda. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sudjarwo E. 2000. Upaya Peningkatan Penampilan melalui Perlakuan Jenis Lampu dan Lama Penambahan Cahaya pada Burung Puyuh. Tesis. Fakultas Peternakan. Univesitas Brawijaya Malang. Malang.
Rasyaf M. 1993. Pengelolaan Penetasan. Kanisius. Yogyakarta.
Lisma P R. 2009. Pemberian Tepung Cangkang Telur Ayam Ras dalam Ransum terhadap Fertilitas, Daya Tetas, dan Mortalitas Burung Puyuh (Coturnix-coturnix japonica). Skripsi. Departemen Peternakan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Hartono T. 2004. Permasalahan Burung Puyuh dan Solusinya. Penebar Swadaya. Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Peralatan kandang di CV Agri Bird
Peralatan
Jumlah (buah)
Fungsi
Cetokan
3
Membersihkan kotoran dari sangkar
Drum air
2
Menampung air dari sumur untuk air minum
Ember air
8
Menampung penyediaan air minum puyuh
Ember telur
3
Menampung telur puyuh saat koleksi telur
Gerobak roda satu
1
Memindahkan kotoran dari dalam kandang
Kardus telur
25
Mengemas telur agar bisa dipasarkan
Kawat ram
75
Mencegah puyuh mengais-ais tempat pakan dalam tray
Lampu balon
13
Alat penerangan sangkar starter
Lampu spiral
6
Alat penerangan kandang saat malam hari
Lap kain
2
Membersihkan peralatan kandang
Mangkok plastik
3
Alat takar pakan
Motor
1
Alat transportasi pegawai
Palu
2
Alat bantu pemasangan tempat pakan kayu
Penyemprot
2
Alat desinfeksi kandang saat sanitasi
Sangkar layer
805
Sangkar untuk puyuh umur lebih dari 3 minggu
Sangkar starter
3
Sangkar untuk DOQ sampai umur 3 minggu
Sapu lidi
3
Membersihkan lantai kandang dan sekitarnya
Sapu lidi panjang
1
Membersihkan atap dan dinding kandang
Selang air
2
Menyalurkan air dari sumur ke drum air
Tang
2
Alat bantu pemasangan tempat pakan kayu
Tempat air minum kecil
30
Tempat air minum puyuh fase starter
Tempat air minum sedang
805
Tempat air minum puyuh fase grower dan layer
Tempat pakan kayu
805
Tempat penyediaan pakan puyuh
Tray
75
Tempat pakan puyuh fase starter dan grower
Sumber : CV Agri Bird 2015.
Lampiran 2 Denah peternakan CV Agri Bird
14765219102138331211122222423
14
7
6
5
2
1
9
10
2
13
8
3
3
12
11
12
2
2
2
2
4
2
3
Keterangan : 1. Sungai 2. Kolam lele pembesaran3. Kandang puyuh4. Kolam lele kecil5. Mess karyawan6. Kamar mandi7. Gudang8. Sumur9. Tempat penyimpanan peralatan10. Tempat parkir11. Kandang bebek12. Kandang babi13. Rice mill14. KebunSumber : CV Agri Bird 2015.
Keterangan :
1. Sungai
2. Kolam lele pembesaran
3. Kandang puyuh
4. Kolam lele kecil
5. Mess karyawan
6. Kamar mandi
7. Gudang
8. Sumur
9. Tempat penyimpanan peralatan
10. Tempat parkir
11. Kandang bebek
12. Kandang babi
13. Rice mill
14. Kebun
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jombang, Jawa Timur pada tanggal 13 Agustus 1994. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak FX. Bintang Wahyudi, SPd dan Ibu MM. Sri Rejeki.
Pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 1998 di TK Pertiwi Ploso Jombang dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan ke SD Negeri 1 Ploso Jombang hingga lulus pada tahun 2006. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Jombang dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 2 Jombang dan lulus pada tahun 2012.
Pada tahun 2012, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada Program Diploma Keahlian Teknologi dan Manajemen Ternak melalui jalur PMDK (Penelusuran Minat dan Keahlian). Penulis telah melaksanakan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan peternakan dan salah satunya adalah Praktik Kerja Lapangan selama penulis menempuh pendidikan di IPB. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan I selama 4 minggu di CV Waluya Wijaya Farm Sentul Bogor, Jawa Barat yang bergerak di bidang sapi perah. Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan II pada tahun 2015 selama 10 minggu di CV Agri Bird Jaten Karanganyar, Jawa Tengah. Perusahaan tersebut bergerak di bidang peternakan burung puyuh.
hari
%
hari
nilai konversi