Indikator adalah petunjuk atau tolak ukur, contoh : petunjuk indikator atau tolok ukur status kesehatan antara lain adalah angka kematian ibu, angka kematian bayi, status gizi. Petunjuk atau indikator ini (angka kematian ibu) dapat diukur. Jadi indikator adalah fenomena yang dapat diukur.
Mutu adalah tingkat kesempurnaan yang berupa sesuatu yang diobservasi atau tingkat pemenuhan dengan standar yang ditentukan.
Manajemen mutu adalah sebuah upaya yang dilakukan terus menerus, sistematis, objektif dan terintegrasi dalam identifikasi dan menentukan masalah dan penyebab masalah berdasarkan standar yang ditetapkan, menetapkan dan mengimplementasikan pemecahan masalah menurut kapasitas yang tersedia, dan mengkaji hasil dan memberikan tindak lanjut saran untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan. Indikator mutu asuhan kesehatan atau pelayanan kesehatan dapat mengacu pada indikator yang relevan berkaitan dengan struktur, proses, dan outcomes. Sebagai contoh, indikator struktur: Tenaga kesehatan profesional (dokter, paramedis, dan sebagainya), Anggaran biaya yang tersedia untuk operasional dan lain-lain, Perlengkapan dan peralatan kedokteran termasuk obat-obatan, Metode berupa adanya standar operasional prosedur masing-masing unit, dan sebagainya; indikator proses berupa memberikan petunjuk tentang pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan, prosedur asuhan yang ditempuh oleh tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya, Apakah telah sebagaimana mestinya sesuai dengan prosedur, diagnosa, pengobatan, dan penanganan seperti yang seharusnya sesuai standar; indikator outcomes merupakan indikator hasil daripada keadaan sebelumnya, yaitu Input dan Proses seperti BOR, LOS, TOI, dan Indikator klinis lain seperti: Angka Kesembuhan Penyakit, Angka Kematian 48 jam, Angka Infeksi Nosokomial, Komplikasi Perawatan , dan sebagainya. Selanjutnya Indikator dispesifikasikan dalam berbagai kriteria. Sebagai contoh: Indikator status gizi dapat lebih dispesifikasikan lagi menjadi kriteria tinggi badan, berat badan anak. Untuk pelayanan kesehatan, kriteria ini adalah fenomena yang dapat dihitung.
Setelah kriteria ditentukan dibuatlah standar-standar yang eksak dan dapat dihitung kuantitatif, yang biasanya mencakup hal-hal yang standar baik, misalnya: panjang badan bayi baru lahir yang sehat rata-rata (standarnya) adalah 50 cm; berat badan bayi baru
lahir
yang
sehat
standar
adalah
3
kg.
Mutu asuhan kesehatan suatu organisasi pelayanan kesehatan dapat diukur dengan memperhatikan atau memantau dan menilai indikator, kriteria, dan standar yang diasumsikan relevan dan berlaku sesuai dengan aspek-aspek struktur, proses, dan outcome dari organisasi pelayanan kesehatan tersebut.
Menurut Donabedian, model mutu pelayanan kesehatan yang diberikan sangat dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu:
1) Input (struktur), ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi, informasi, dan lain-lain.
2) Proses, ialah interaksi profesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen (pasien/masyarakat). Proses ini merupakan variable penilaian mutu yang penting
3) Output/outcome, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi pada konsumen.
Pengukuran mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit diawali dengan mengukur dan memecahkan masalah pada tingkat input dan proses maupun output. Rumah sakit diharuskan melakukan berbagai prosedur dan standar sehingga dapat menilai diri sendiri (self-assesment). Untuk menilai keberhasilan rumah sakit dalam menjaga maupun meningkatkan mutu diperlukan indikator-indikator tertentu. Indikator ini telah
disusun dengan WHO untuk menjadi modal bagi rumah sakit untuk melaksanakan selfassesment tersebut.
1. Indikator Pelayanan Non Bedah, terdiri dari: a. Angka Pasien dengan Dekubitus; b. Angka Kejadian Infeksi dengan jarum infus. c. Angka Kejadian penyulit/infeksi karena Transfusi Darah. d. Angka Ketidak Lengkapan Catatan Medis. e. Angka Keterlambatan Pelayanan Pertama Gawat Darurat.
2. Indikator Pelayanan, yang terdiri dari a. Angka Infeksi Luka Operasi. b. Angka Komplikasi Pasca Bedah. c. Waktu tunggu sebelum operasi effektif. d. Angka Appendik normal.
3. Indikator Ibu Bersalin dan Bayi, terdiri dari a. Angka Kematian Ibu karena Eklampsia Kasus Rujukan dan Bukan Rujukan. b. Angka Kematian Ibu karena Perdarahan Kasus Rujukan dan Bukan Rujukan. c. Angka Kematian Ibu karena Sepsis Kasus Rujukan dan bukan Rujukan. d. Angka Kematian Bayi dengan BB Lahir <= 2000 gram Kasus Rujukan dan Bukan Rujukan.
4. Indikator Mutu Pelayanan Medis a. Angka infeksi nosokomial b. Angka kematian kasar (Gross Death Rate) c. Kematian pasca bedah d. Kematian ibu melahirkan ( Maternal Death Rate-MDR) e. Kematian bayi baru lahir (Infant Death Rate-IDR)
f. NDR (Net Death Rate di atas 48 jam) g. ADR (Anasthesia Death Rate) h. PODR (Post Operation Death Rate) i. POIR (Post Operative Infection Rate)
5. Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS
6. Unit cost untuk rawat jalan a. Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien b. Jumlah keluhan dari pasien/keluarganya 1) Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri dari 2) Jumlah dan pesentase kunjungan rawat jalan/inap menurut jarak PS dengan asal pasien a) Jumlah pelayanan dan tindakan medik b) Jumlah tindakan pembedahan c) Jumlah kunjungan SMF spesialis d) Pemfaatan oleh masyarakat e) Contact rate f) Hospitalization rate g) Out patient rate h) Emergency out patient rate
7. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien
8. Indikator tambahan a. Angka Kematian di IGD (IGD). b. Angka Perawatan Ulang (Rekam Medis). c. Angka Infeksi RS. d. Reject Analisis (Radiologi).
e. Angka Ketidaksesuaian Penulisan Diet (Gizi). f. Angka Keterlambatan waktu pemberian makan (Gizi). g. Angka Kesalahan Pembacaan Hasil (laboratorium). h. Angka Waktu Penyelesain Resep (Farmasi).
9. Angka Kesalahan Pemberian Obat (Farmasi).
10. Angka Banyaknya Resep yang Tidak Terlayani (Farmasi). a. Jumlah penderita yang mengalami dekubitus b. Jumlah penderita yang jatuh dari tempat tidur c. BOR (Bed Occupancy Rate) d. BTO (Bed Turn Over) e. TOI (Turn Over Interval) f. ALOS (Average Length of Stay) g. Normal Tissue Removal Rate
1. Surat pembaca di koran 2. Surat kaleng 3. Surat masuk dari kotak saran, dan sebagainya 4. Survei tingkat kepuasan pengguna pelayanan kesehatan RS
1. Pasien terjatuh dari tempat tidur/kamar mandi 2. Pasien diberi obat yang salah 3. Tidak ada obat/alat emergensi 4. Tidak ada oksigen 5. Tidak ada alat penyedot lendir 6. Tidak tersedia alat pemadam kebakaran 7. Pemakaian obat tidak sesuai standar 8. Pemakaian air, listrik, gas, dan sebagainya.
Mutu pelayanan medis dan kesehatan di RS sangat erat kaitannya dengan manajemen RS (quality of services) dan keprofesionalan kinerja SMF dan staf lainnya di RS (quality of care). Keduanya merupakan oucome dari manajemen manjaga mutu di RS (quality assurance) yang dilaksanakan oleh gugus kendali mutu RS. Dalam hal ini, gugus kendali mutu dapat ditugaskan kepada komite medik RS karena mereka adalah staf fungsional (nonstruktural) yang membantu direktur RS dengan melibatkan semua staf SMF RS. Sumber https://viesaputri.wordpress.com/2010/07/10/indikator-mutu-rumah-sakit/ http://ppmrs.org/indikator-mutu-rumah-sakit/ http://bp-creator.com/manajemen-mutu-rumah-sakit/ http://klikharry.com/2012/03/30/model-manajemen-mutu-rumah-sakit/
:
Instalasi Gizi Medik merupakan instalasi yang menyediakan kebutuhan gizi dan melakukan terapi gizi di rumah sakit.
Mudah dicapai, dekat dengan Instalasi Rawat Inap sehingga waktu pendistribusian makanan bisa merata untuk semua pasien.
Letak dapur diatur sedemikian rupa sehingga kegaduhan (suara) dari dapur tidak mengganggu ruangan disekitarnya.
Tidak dekat dengan tempat pembuangan sampah dan kamar jenazah.
Mempunyai jalan dan pintu masuk sendiri.
Kebutuhan luas ruangan minimal untuk Instalasi Gizi RS klas C
Alur Pelayanan Instalasi Gizi RS Tipe C
Layout desain Gizi Medik
https://galihendradita.wordpress.com/2015/04/10/desain-instalasigizi-rs-kelas-c/
Latar Belakang Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien (Depkes, 2003). Kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit rawat inap dan rawat jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan kesehatan, mengoreksi kelainan metabolisme dalam upaya preventif, kuratif, rehabilitatif dan promotif. Pelayanan gizi rumah sakit merupakan salah satu pelayanan penunjang medik dalam pelayanan kesehatan paripurna rumah sakit yang terintegrasi dengan kegiatan lainnya, mempunyai peranan penting dalam mempercepat pencapaian tingkat kesehatan baik bersifat promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Kegiatan pokok pelayanan gizi di rumah sakit meliputi : pengadaan dan pengolahan/produksi makanan, pelayanan gizi di ruang rawat inap, konsultasi dan penyuluhan gizi serta penelitian dan pengembangan bidang terapan (Depkes, 1992). Kegiatan pelayanan gizi di ruang rawat inap merupakan salah satu kegiatan yang dimulai dari upaya perencanaan penyusunan diit pasien hingga pelaksanaan evaluasi di ruang perawatan. Tujuan kegiatan pelayanan gizi tersebut adalah untuk memberi terapi diit yang sesuai dengan perubahan sikap pasien. Pelayanan gizi untuk pasien rawat jalan dilakukan apabila pasien tersebut masih ataupun sedang memerlukan terapi diit tertentu. Pelayanan gizi penderita rawat jalan juga dilakukan melalui penyuluhan gizi di poliklinik gizi (Depkes RI, 1992). Sasaran penyelenggaraan makanan dirumah sakit adalah pasien. Sesuai dengan kondisi Rumah Sakit dapat juga dilakukan penyelenggaraan bagi pengunjung (pasien rawat jalan atau keluarga pasien). Pemberian makanan yang memenuhi gizi seimbang serta habis termakan merupakan salah satu cara untuk mempercepat penyembuhan dan memperpendek hari rawat inap (Depkes, 2006).
1.2
Tujuan
Tujuan Umum Tersedianya pelayanan gizi yang berdaya guna dan berhasil guna, serta terintegrasi dengan pelayanan kesehatan lainnya untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan gizi rumah sakit. Tujuan Khusus 1. Tersedianya kebutuhan bahan makann sesuai jumlah dan jenis yang direncanakan. 2. Tersedianya makanan sesuai kebutuhan gizi pasien berdasarkan standar yang ditetapkan, cita rasa makanan,dan standar sanitasi makanan. 3. Tersedianya pengkajian dietetik dan preskripsi diit serta pola makanan berdasarkan anamnesa diet dan pola makan.
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Kegiatan Pelayanan Gizi Rumah Sakit Meliputi :
1. Penyelenggaraan Makanan Proses kegiatan penyelenggaraan makanan meliputi perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan kepada pasien, dalam rangka pencapaian status kesehatan yang optimal melalui pemberian diit yang tepat. 2.
Pelayanan gizi di ruang rawat Serangkaian proses kegiatan yang dimulai dari perencanaan hingga evaluasi diit pasien di ruang rawat. Pelaksanaan kegiatan pelayanan gizi di ruang rawat meliputi: membaca catatan medik pasien dan menganamnesa makanan, merancang diit, penyuluhan konsultasi gizi, pemesanan makanan ke dapur utama, monitoring dan evaluasi diit, pengiriman daftar permintaan makanan dari ruangan, melakukan pengawasan, pencatatan dan pelaporan ke unit terkait.
3.
Penyuluhan konsultasi dan rujukan gizi Serangkaian kegiatan penyampaian pesan-pesan gizi yang direncanakan dan dilaksanakan untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian sikap serta perilaku positif pasien dan lingkungannya terhadap upaya peningkatan gizi dan kesehatan.
4.
Penelitian dan Pengembangan Gizi Kegiatan penelitian dan pengembangan adalah serangkaian kegiatan instalasi gizi dalam upaya mendapatkan cara yang berdaya guna dan berhasil guna dalam meningkatkan kualitas pelayanan gizi, dengan melibatkan dan menggunakan dana dan sarana yang tersedia.
2.2
Mekanisme Sistem Pelayanan Gizi di Rumah Sakit (PGRS) Pelaksanaan sistem pelayanan gizi di rumah sakit (PGRS) harus memperhatikan beberapa
hal diantaranya : a.
Input Input dalam PGRS berbeda- beda tergantung dari kebijakan masing- masing rumah sakit. Namun, pada dasarnya yang paling utama adalah tenaga, dana/RBA, Fasilitas, Pasien, Makanan dan Prosedur. Hal tersebut dipengaruhi oleh kebijakan/ prosedur yang ada dirumah sakit bersangkutan (internal) dan UU/ peraturan yang telah ditentukan oleh pemerintah (eksternal).
b. Proses Proses yang dinilai dalam PGRS adalah skrining status gizi ,
pengkajian gizi, perencanaan diet,
pemesanan diet, penyajian makanan, konseling diet, pemantauan asupan makanan, evaluasi status gizi, pemeliharaan fasilitas/alat, pembinaan/pengembangan tenaga/SDM, pencatatan dan pelaporan dan penyerapan dana c.
Output Luaran yang diharapkan dengan adanya input dan proses yang maksimal adalah optimalisasi status gizi, asupan makanan ≥80%, pasien memahami diet, fasilitas terpelihara, tercapai target kegiatan, laporan kegiatan & realisasi anggaran, jasa asuhan gizi dan SDM handal & trampil.
d. Outcome
Dengan adanya pelayanan yang maksimal maka tercapainya kepuasan pelanggan, pendapatan korporat/ institusi meningkat dan efisiensi kerja. Semua hal diatas dapat diketahui/ dinilai berdasarkan pendapat dari konsumen/ pasien dan indikator kinerja.
Gambar 1. Alur Kerja Pelayanan Gizi di Rumah Sakit
2.3
Kegiatan Utama Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS)
1. Pengadaan Makanan Proses pengadaan makanan meliputi perencanaan menu sampai ke pasien (berdasarkan diet yang tepat, pencatatan, pelaporan dan evaluasi) dengan indikator status gizi pasien optimal/ meningkat. Tujuan pengadaan makanan adalah : Makanan yang dihasilkan berkualitas baik Jumlah sesuai kebutuhan Pelayanan yang layak dan memadai Bentuk pengadaan makanan terdiri dari 2 macam yaitu : a.
Sistem Swakelola Pengadaan makanan yang dikelola sendiri oleh pihak rumah sakit dengan langkah- langkah sebagai berikut : Perencanaan anggaran belanja BM Perencanaan menu Pembelian BM Penerimaan BM Persiapan BM Pengolahan BM Penyaluran makanan terdiri Sentralisasi & Disentralisasi
Pencatatan & pelaporan b. Sistem Out- Sourcing Pengadaan makanan yang bekerja sama dengan pihak luar untuk menyediakan makanan yang dibutuhkan misalnya bekerja sama dengan catering diet di luar rumah sakit. Langkah- langkah pengadaannya sebagai berikut : Perencanaan Belanja makanan Perencanaan menu Pembelian Makanan Monitoring, dan evaluasi Pencatatan & pelaporan
2. Pelayanan Gizi Klinik a. Kegiatan gizi klinik rawat inap :
Pengkajian status gizi harus didahului dengan proses skrening (pengumpulan data) pasien mengenai riwayat penyakit, riwayat gizi, sosial ekonomi, antropometri dan obat yang digunakan.
Penentuan kebutuhan gizi berdasarkan status gizi pasien dan penyakit yang diderita
Penentuan jenis diet dan cara pemberian makanan
Konsultasi / penyuluhan gizi
Monitoring, Evaluasi dan tindak lanjut terapi gizi
b. Kegiatan gizi klinik rawat jalan :
Skrening pasien (pengumpulan data) pasien mengenai riwayat penyakit, riwayat gizi, sosial ekonomi, antropometri dan obat yang digunakan.
Pengkajian status gizi
Perhitungan kebutuhan gizi
Penyusunan rancangan diit
Konseling gizi dan monitoring
Evaluasi
Dalam proses kegiatan gizi baik di rawat inap maupun rawat jalan harus berkolaborasi dengan tim terapi gizi (Asuhan Gizi) yang terdiri dari dokter, perawat dan tim kesehatan yang lain. Anggota tim memiliki tugas masing- masing yaitu : a. Dokter Bertanggung jawab dalam segi medis Menegakkan diagnosa Menentukan status gizi pasien Menentukan diet pasien bersama dietisien Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya tentang pentingnya terapi gizi Mengirim pasien untuk konsultasi gizi
b. Dietisien/ Ahli Gizi Mengkaji status gizi pasien Melakukan dan mengkaji anamnesa riwayat gizi pasien Menterjemahkan diet kedalam bentuk makanan yang disesuaikan dengan kebiasaan makan serta keperluan terapi Memperhatikan keadaan umum dan keadaan gizi pasien Memberikan motivasi agar pasien mau makan Memberikan penyuluhan dan konsultasi gizi Melakukan kunjungan keliling bersama tim kesehatan/ sendiri kepada pasien Membuat evaluasi gizi pasien secara berkala, mencatat konsumsi makanan dan perubahan diet pasien pada formuliir evaluasi gizi pasien Mengadakan pertemuan/diskusi langsung dengan dokter, perawat anggota tim lain, pasien dan keluarga dalam rangka evaluasi status gizi c. Perawat Memelihara jalur komunikasi dengan dokter, dietisien untuk memperhatikan kebutuhan gizi pasien
Membantu pasien pada waktu makan Interprestasi diet kepada pasien Melakukan observasi mencatat dan melaporkan tanggapan pasien tentang makanannya Perencanaan perawatan dirumah 3. Penelitian dan Pengembangan Gizi Terapan Penelitian dan pengembangan gizi terapan adalah Peningkatan mutu pelayanan gizi rumah sakit dilakukan secara terencana dan terus menerus. Tujuan : -
Peningkatan mutu pelayanan gizi
-
Tepat cara kerja
-
Tepat kualitas baik dari aspek klinis maupun gizi terapan
Makanan merupakan salah satu komponen penting dalam rantai penyembuhan pasien di RS. Makanan yang diberikan tidak hanya harus memenuhi unsur gizi tetapi juga unsur keamanannya, dalam arti harus bebas dari komponen-komponen yang menyebabkan penyakit. Sesuai dengan (Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Makanan) Secara umum tempat penyimpanan harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut : 1) Tempat penyimpanan bahan makanan harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi baik oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya maupun bahan berbahaya. 2) Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first out (FIFO) dan first expired first out (FEFO) yaitu bahan makanan yang disimpan terlebih dahulu dan yang mendekati masa kadaluarsa dimanfaatkan/digunakan lebih dahulu. 3) Tempat atau wadah penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan makanan contohnya bahan makanan yang cepat rusak disimpan dalam lemari pendingin dan bahan makanan kering disimpan ditempat yang kering dan tidak lembab. 4) Ketebalan dan bahan padat tidak lebih dari 10 cm 5) Kelembaban penyimpanan dalam ruangan : 80% – 90% 6) Penyimpanan bahan makanan olahan pabrik 7) Makanan dalam kemasan tertutup disimpan pada suhu + 10 oC. 8) Penyimpanan bahan makanan harus memperhatikan suhu sebagai berikut :
No
Jenis bahan makanan
1
Lama Waktu Penyimpanan < 3hari
≤ 1minggu
> 1minggu
Daging, ikan, udang, dan hasil olahnya
-5 − 0°C
-10 − 50°C
< -10°C
2
Telur, buah dan hasil olahnya
5 − 7°C
-5 − 0°C
< -5°C
3
Sayur, buah, dan minuman
10°C
10°C
10°C
4
Tepung dan biji-bijian
25°C
25°C
25°C
9) Tidak menempel pada lantai, dinding atau langit-langit dengan ketentuansebagai berikut : Jarak bahan makanan dengan lantai : 15 cm. Jarak bahan makanan dengan dinding : 5 cm. Jarak bahan makanan dengan langit-langit : 60 cm. syarat-syarat penyimpanan bahan makanan berdasarkan jenis bahan makanannya : 1. Penyimpanan bahan makanan kering, a. Bahan makanan harus ditempatkan secara teratur menurut macam golongan ataupun urutan pemakaian bahan makanan. b. Menggunakan bahan makanan yang diterima terlebih dahulu (FIFO = First In First Out). Untuk mengetahui bahan makanan yang diterima diberi tanggal penerimaan. c. Pemasukan dan pengeluaran bahan makanan serta berbagai pembukuan di bagian penyimpanan bahan makanan ini, termasuk kartu stok bahan makanan harus segera diisi tanpa ditunda, letakan pada tempatnya, diperiksa dan diteliti secara kontinyu. d. Kartu atau buku penerimaan, stok dan pengeluaran bahan makanan, harus segera di isi dan diletakan pada tempatnya. e. Gudang dibuka pada waktu yang telah ditentukan. f. Semua bahan makanan ditempatkan dalam tempat tertutup, terbungkus rapat dan tidak berlobang. Diletakan di atas rak bertingkat yang cukup kuat dan tidak menempel pada dinding. g. Pintu harus terkunci pada saat tidak ada kegiatan serta dibuka pada waktu-waktu yang ditentukan. Pegawai yang keluar masuk gudang juga hanya pegawai yang ditentukan. h. Suhu ruangan harus kering hendaknya berkisar antara 19 – 21°C. i. Pembersihan ruangan secara periodik 2 kali seminggu.
j. Penyemprotan ruangan dengan insektisida hendaknya dilakukan secara periodik dengan mempertimbangkan keadaan ruangan. k. Semua lubang yang ada di gudang harus berkasa, serta bila terjadi perusakan oleh binatang pengerat, harus segera diperbaiki. 2. Penyimpannan bahan makanan segar a. Suhu tempat harus betul-betul sesuai dengan keperluan bahan makanan, agar tidak menjadi rusak. b. Pengecekan terhadap suhu dilakukan dua kali sehari dan pembersihan lemari es/ruangan pendingin dilakukan setiap hari. c. Pencairan es pada lemari es harus segera dilakukan setelah terjadi pengerasan. Pada berbagai tipe lemari es tertentu pencairan terdapat alat otomatis di dalam alat pendingin tersebut. d. Semua bahan yang akan dimasukan ke lemari/ruang pendingin sebaiknya dibungkus plastik atau kertas timah. Peralatan a. Peralatan yang kontak dengan makanan Peralatan masak dan peralatan makan harus terbuat dari bahan tara makanan (food grade) yaitu peralatan yang aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam suasana asam/basa atau garam yang lazim terdapat dalam makanandan tidak mengeluarkan bahan berbahaya dan logam berat beracun seperti Timah Hitam (Pb), Arsenikum (As), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Cadmium (Cd), Antimon (Stibium) dan lainlain. Talenan terbuat dari bahan selain kayu, kuat dan tidak melepas bahan beracun. Perlengkapan pengolahan seperti kompor, tabung gas, lampu, kipas angin harus bersih, kuat dan berfungsi dengan baik, tidak menjadi sumber pencemaran dan tidak menjadi sumber bencana (kecelakaan). Peralatan bersih yang siap pakai tidak boleh dipegang dibagian yang kontak langsung dengan makanan atau yang menempel di mulut. Kebersihan alat artinya tidak boleh mengandung Eschericia coli dan kuman lainnya. Keadaan peralatan harus utuh, tidak cacat, tidak retak, tidak gompal dan mudah dibersihkan. b. Wadah penyimpanan makanan Wadah yang digunakan harus mempunyai tutup yang dapat menutup sempurna dan dapat mengeluarkan udara panas dari makanan untuk mencegah pengembunan (kondensasi). Terpisah untuk setiap jenis makanan, makanan jadi/masak
serta makanan basah dan kering. 5. Persiapan pengolahan harus dilakukan dengan menyiapkan semua peralatan yang akan digunakan dan bahan makanan yang akan diolah sesuai urutan prioritas. 6. Pengaturan suhu dan waktu perlu diperhatikan karena s Biaya merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting dalam menentukan pelayanan gizi di rumah sakit. Biaya harus diperhitungkan setepat mungkin,
sehingga secara ekonomi dapat dipertanggungjawabkan dan dikendalikan seefisien dan seefektif mungkin. Biaya adalah suatu pengorbanan sumber ekonomi diukur dalam satuan uang, yang telah dan akan terjadi untuk mendapatkan barang/ jasa yang diharapkan akan memberikan keuntungan/manfaat saat ini atau masa yang akan datang. Dari pengertian diatas maka biaya pelayanan gizi rumah sakit adalah biaya yang telah atau akan dikeluarkan dalam rangka melaksanakan kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit. Biaya tersebut meliputi biaya untuk kegiatan asuhan gizi, biaya untuk kegiatan penyelenggaraan makanan. 1. Biaya bahan baku atau bahan dasar; Biaya bahan baku atau bahan dasar adalah biaya yang telah dikeluarkan atau pasti akan dikeluarkan secara langsung dan digunakan dalam rangka menghasilkan suatu produk dan jasa. Pada penyelenggaraan makanan, unsur – unsur dari komponen biaya bahan baku contohnya adalah bahan makanan. Pada pelayanan gizi rawat jalan dan rawat inap, biaya bahan baku seperti leaflets/brosur, formulir-formulir yang digunakan dalam PAGT, hasil print out asupan zat gizi dan sebagainya. 2 Biaya tenaga kerja yang terlibat dalam proses kegiatan; Biaya tenaga kerja adalah biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang terlibat dalam proses kegiatan, baik tenaga kerja langsung mauoun tenaga kerja tidak langsungg. Unsur-unsur komponen biaya tenaga kerja terdiri dari gaji, honor, lembur Pembinaan tenaga kerja dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti dengan memberikan pelatihan bersertifikat (sertifikasi), pendidikan lanjutan, kursus, mengikuti symposium/ seminar yang bertujuan untuk untuk memberi, memperoleh, meningkatkan serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan keahlian tetertentu, sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau pekerjaan. Beberapa pencatatan dan pelaporan dalam pelayanan gizi rumah sakit : a. Pencatatan dan Pelaporan Pengadaan Makanan
1) Formulir pemesanan bahan makanan harian. 2) Pencatatan bahan makanan yang diterima oleh bagian gudang instalasi gizi pada hari itu. 3) Pencatatan sisa bahan makanan (harian/bulanan), meliputi bahan makanan basah dan bahan makanan kering 4) Pencatatan permintaan/pemesanan bahan makanan berdasarkan bonbon pemesanan dari masing-masing unit kerja. 5) Pencatatan pemakaian dan stok bahan makanan b. Pencatatan dan Pelaporan Penyelenggaraan Makanan 1) Buku laporan timbang terima antara pergantian rotasi (berisi pesanpesan yang penting). 2) Buku laporan pasien baru/yang berdiet khusus. 3) Buku laporan pasien baru makanan biasa. 4) Buku laporan pergantian/pertukaran diet pasien. 5) Laporan jumlah pasien pada pagi hari setiap harinya. 6) Laporan jumlah petugas yang dilayani Instalasi Gizi c. Pencatatan dan Pelaporan Perlengkapan & Peralatan Instalasi Gizi 1)) kartu inventaris peralatan masak. 2)) kartu inventaris peralatan makan. 3)) kartu inventaris peralatan kantor. 4)) Formulir untuk pelaporan alat-alat masak. 5)) Laporan utilisasi peralatan gizi d. Pencatatan dan Pelaporan Anggaran Belanja Bahan Makanan 1)) Pencatatan pemasukan dan pemakaian bahan makanan harian selama 1 kali putaran menu. 2)) Perhitungan rencana kebutuhan bahan makanan untuk yang akan datang selama triwulan/tahunan. 3)) Rekapitulasi pemasukan dan pemakaian bahan makanan. 4)) Perhitungan harga rata-rata pemakaian bahan makanan per orang per hari dalam satu kali putaran menu. 5)) Pelaporan tentang kondite rekanan harian/tahunan. 6)) Pencatatan tentang penggunaan bahan bakar per-bulan. 7)) Informasi survey harga bahan makanan 8)) Laporan/usulan anggaran belanja bahan makanan 9)) Realisasi penggunaan anggaran belanja 10)) Evaluasi anggaran belanja d. Pencatatan dan Pelaporan Pelayanan Gizi di Ruang Rawat Inap 1) Buku catatan makanan pasien berisi nama pasien dan diet dibuat setiap hari untuk rekapitulasi order diet. 2) formulir catatan makanan sisa yang tidak dihabiskan. 3) Formulir permintaan makanan untuk pasien baru.
4) Formulir pembatalan makanan untuk pasien pulang. 5) Formulir perubahan diet 6) Formulir permintaan makan pagi, siang dan sore. 7) Laporan harian tentang kegiatan penyuluhan 8) Catatan asuhan gizi rawat inap 9) Laporan kegiatan asuhan gizi rawat inap b. Pencatatan dan Pelaporan Penyuluhan dan Konsultasi Gizi/ Poliklinik Gizi. 1) Catatan registrasi pasien (nama, diagnosa, jenis diet, antropometri). 2) Formulir anamnese. 3) Formulir frekuensi makanan. 4) Formulir status pasien. 5) Laporan penyuluhan (laporan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit, laporan penyuluhan pada pasien rawat jalan dan rawat inap). 6) Catatan asuhan gizi rawat jalan