MANAJEMEN LAKTASI 14.47 TEGUH SUBIANTO 1 COMMENT
Share :
A). Anatomi Payudara Agar memahami tentang manajemen laktasi perlu terlebih dahulu memahami memahami anatomi payudara dan fisiologi laktasi. Dibedakan menurut struktur internal dan struktur external : Struktur internal payudara terdiri dari : kulit, jaringan dibawah kulit dan korpus. Korpus terdiri dari : parenkim atau jaringan kelenjar dan stroma atau jaringan penunjang. Parenkim merupakan merupakan struktur yang terdiri dari : 1.
Saluran kelenjar : duktulus, duktulus, duktus dan sinus laktiferus. Sinus laktiferus yaitu duktus yang melebar tempat ASI mengumpul (reservoir ASI), selanjutnya saluran mengecil dan bermuara pada puting. Ada 15-25 sinus laktiferus.
2.
Alveoli yang terdiri dari sel kelenjar yang memproduksi ASI.
Tiap duktus bercabang menjadi duktulus, tiap duktulus bercabang menjadi alveolus y ang semuanya merupakan satu kesatuan kelenjar. Duktus membentuk lobus sedangkan duktus dan alveolus membentuk lobulus. Sinus duktus dan alveolus dilapisi epitel otot (myoepithel) yang dapat berkontraksi. Alveolus juga dikelilingi pembuluh darah yang membawa zat gizi kepada sel ke lenjar untuk diproses sintesis menjadi ASI. Stroma terdiri dari : jaringan ikat, jaringan lemak, pembuluh darah syaraf dan lymfa. Struktur External payudara terdiri dari : puting dan areola yaitu bagian lebih hitam sekitar puting pada areola terdapat beberapa kelenjar montgomery yang mengeluarkan cairan untuk membuat puting lunak dan lentur ( Depkes RI, 2005) B). Fisiologi Laktasi
Pada masa hamil, terjadi perubahan pada payudara, dimana ukuran payudara bertambah basar. Ini disebabkan proliferasi sel duktus laktiferus dan sel kelenjar pembuat ASI. Karena pengaruh hormon yang dibuat plasenta yaitu laktogen, prolaktin koriogonadotropin, estrogen dan progesteron. Pembesaran juga disebabkan oleh bertambanya pembuluh darah. Pada kehamilan lima bulan atau lebih, kadang-kadang dari ujung puting mulai keluar cairan yang disebut kolostrum. Sekresi cairan tersebut karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta dan hormon prolaktin dari kelenjar hipofise. Produksi cairan tidak berlebihan karena meski selama hamil kadar prolaktin cukup tinggi pengaruhnya dihambat oleh estrogen. Setelah persalinan, dengan dengan terlapasnya plasenta, kadar estrogen dan progesteron menurun, sedangkan prolaktin tetap tinggi. Karena tak ada hambatan oleh
estrogen maka terjadi sekresi ASI. Pada saat mulai menyusui, maka dengan segera, rangsangan isapan bayi memacu lepasnya prolaktin dan hipofise yang memperlancar sekresi ASI( Depkes, 2005). C). Komposisi ASI
Komposisi ASI sedemikian khususnya, sehingga komposisi ASI dari satu ibu dan ibu lainya berbeda. Pada kenyataanya komposisi ASI tidak tetap dan tidak sama dari waktu ke waktu dan disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Jenis-jenis ASI sesuai perkembangan bay i i .
Langkah-langkah kegiatan Menejemen Laktasi menurut Depkes RI (2005) adalah :
a). Masa Kehamilan (Antenatal). 1.
Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi mengenai manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi ibu, bayi dan kel uarga serta cara pelaksanaan management laktasi.
2.
Menyakinkan ibu hamil hamil agar ibu mau dan mampu menyusui bayinya.
3.
Melakukan pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan dan payudara. payudara. Disamping itu, perlu perlu pula dipantau kenaikan berat badan ibu hamil selama kehamilan.
4.
Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan sehari-hari termasuk termasuk mencegah kekurangan zat besi. Jumlah makanan sehari-hari perlu ditambah mulai kehamilan trimester ke -2 (minggu ke 13-26) menjadi 1-2 kali porsi dari jumlah makanan pada saat sebelum hamil untuk kebutuhan gizi ibu hamil.
5.
Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Penting pula perhatian keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya bahwa kehamilan merupakan anugerah dan tugas yang mulia.
b). Saat segera setelah bayi lahir. 1.
Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotivasi agar mulai kontak dengan bayi (skin to skin contact) dan mulai menyusui bayi. Karena saat ini bayi dalam keadaan paling peka terhadap rangsangan, selanjutnya bayi akan mencari payudara ibu secara naluriah.
2.
Membantu kontak langsung langsung ibu-bayi sedini mungkin mungkin untuk memberikan rasa aman aman dan kehangatan.
c). Masa Neonetus
1.
Bayi hanya diberi ASI saja atau ASI Eksklusif tanpa diberi minum minum apapun.
2.
Ibu selalu dekat dengan bayi atau atau di rawat gabung.
3.
Menyusui tanpa tanpa dijadwal atau setiap kali bayi meminta meminta (on demand).
4.
Melaksanakan cara menyusui menyusui (meletakan (meletakan dan melekatkan) yang baik baik dan benar.
estrogen maka terjadi sekresi ASI. Pada saat mulai menyusui, maka dengan segera, rangsangan isapan bayi memacu lepasnya prolaktin dan hipofise yang memperlancar sekresi ASI( Depkes, 2005). C). Komposisi ASI
Komposisi ASI sedemikian khususnya, sehingga komposisi ASI dari satu ibu dan ibu lainya berbeda. Pada kenyataanya komposisi ASI tidak tetap dan tidak sama dari waktu ke waktu dan disesuaikan dengan kebutuhan bayi. Jenis-jenis ASI sesuai perkembangan bay i i .
Langkah-langkah kegiatan Menejemen Laktasi menurut Depkes RI (2005) adalah :
a). Masa Kehamilan (Antenatal). 1.
Memberikan komunikasi, informasi dan edukasi mengenai manfaat dan keunggulan ASI, manfaat menyusui bagi ibu, bayi dan kel uarga serta cara pelaksanaan management laktasi.
2.
Menyakinkan ibu hamil hamil agar ibu mau dan mampu menyusui bayinya.
3.
Melakukan pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan dan payudara. payudara. Disamping itu, perlu perlu pula dipantau kenaikan berat badan ibu hamil selama kehamilan.
4.
Memperhatikan kecukupan gizi dalam makanan sehari-hari termasuk termasuk mencegah kekurangan zat besi. Jumlah makanan sehari-hari perlu ditambah mulai kehamilan trimester ke -2 (minggu ke 13-26) menjadi 1-2 kali porsi dari jumlah makanan pada saat sebelum hamil untuk kebutuhan gizi ibu hamil.
5.
Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Penting pula perhatian keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya bahwa kehamilan merupakan anugerah dan tugas yang mulia.
b). Saat segera setelah bayi lahir. 1.
Dalam waktu 30 menit setelah melahirkan, ibu dibantu dan dimotivasi agar mulai kontak dengan bayi (skin to skin contact) dan mulai menyusui bayi. Karena saat ini bayi dalam keadaan paling peka terhadap rangsangan, selanjutnya bayi akan mencari payudara ibu secara naluriah.
2.
Membantu kontak langsung langsung ibu-bayi sedini mungkin mungkin untuk memberikan rasa aman aman dan kehangatan.
c). Masa Neonetus
1.
Bayi hanya diberi ASI saja atau ASI Eksklusif tanpa diberi minum minum apapun.
2.
Ibu selalu dekat dengan bayi atau atau di rawat gabung.
3.
Menyusui tanpa tanpa dijadwal atau setiap kali bayi meminta meminta (on demand).
4.
Melaksanakan cara menyusui menyusui (meletakan (meletakan dan melekatkan) yang baik baik dan benar.
5.
Bila bayi terpaksa dipisah dari ibu karena indikasi medik, bayi harus tetap mendapat ASI dengan cara memerah ASI untuk mempertahankan agar produksi ASI tetap lancar.
6.
Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI) dalam waktu kurang dari 30 hari setelah melahirkan.
d). Masa menyusui selanjutnya (post neonatal). 1.
Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selama 6 bulan pertama pertama usia bayi, yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan atau minuman lainnya.
2.
Memperhatikan kecukupan gizi gizi dalam makanan ibu menyusui menyusui sehari-hari. Ibu menyusui menyusui perlu makan 1½ kali lebih banyak dari biasanya (4-6 piring) dan minum minimal 10 gelas sehari.
3.
Cukup istirahat (tidur siang/berbaring 1-2 jam), menjaga ketenangan pikiran pikiran dan menghindari kelelahan fisik yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.
4.
Pengertian dan dukungan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang menunjang keberhasilan menyusui.
5.
Mengatasi bila ada masalah menyusui (payudara bengkak, bengkak, bayi tidak mau menyusu, puting lecet, dll ).
6.
Memperhatikan kecukupan gizi makanan bayi, terutama setelah setelah bayi berumur 6 bulan; selain ASI, berikan MP-ASI yang cukup, baik kualitas maupun kuantitasnya secara bertahap
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laktasi Laktasi adalah bagian terpadu dari proses reproduksi yang memberikan makanan bayi secara ideal dan alamiah serta merupakan dasar biologik dan psikologik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Air susu ibu(ASI) merupakan makanan yang ideal bagi pertumbuhan neonatus (Nugroho, 2011, p.3). Komponen yang terkandung didalam ASI sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhan dan perlindungan pertama terhadap infeksi. P roses pembentukan air susu merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan hipotalamus, dan payudara yang telah dimulai saat fetus sampai pada paska persalinan. ASI yang dihasilkan memiliki komponen yang tidak sama,dengan terjadinya kehamilan pada wanita akan berdampak pada pertumbuhan payudara dan proses pembentukan air susu (Laktasi). Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui,mulai dari ASI di produksi sampai bayi manghisap dan menelan (Prasetyono, 2009, p.61). Laktasi adalah suatu seni yang harus di pelajari kembali tanpa diperlukan alat-alat khusus dan biaya yang mahal, yang diperlukan adalah kesabaran, waktu, pengetahuan tentang menyusui dan dukungan dari berbagai pihak khususnya suami (Roesli, 2005, p.1).10 Menyusui terbaik untuk bayi karena ASI mudah di cerna dan memberikan gizi dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan bayi, Menyusui lebih nyaman dan lebih murah dari pada susu formula, dan ASI selalu siap pada suhu yang stabil dengan temperatur tubuh (Proverawati, 2010, p.33). B. Manajemen Laktasi 1. Pengertian Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang
dilakukan untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan terhadap ibu dalam 3 tahap,yaitu pada masa kehamilan(antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan pada masa menyusui selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun(postnatal) (Perinasia, 2007, p.1). Manajemen laktasi adalah suatu upaya yang dilakukan o leh ibu, ayah dan keluarga untuk menunjang keberhasilan menyusui (Prasetyono, 2009, p.61) . Dan ruang lingkup manajemen laktasi dimulai pada masa kehamilan,setelah persalinan,dan masa menyusui bayi. 2. Periode Manajemen laktasi a. Masa kehamilan (Antenatal) Hal yang perlu diperhatikan dalam menejemen laktasi sebelum kelahiran adalah:11 1) Ibu mencari informasi tentang keunggulan ASi, manfaat menyusui bagi ibu dan bayi, serta dampak negative pemberian susu formula. 2) Ibu memeriksakan kesehatan tubuh pada saat kehamilan kondisi puting payudara,dan memantau kenaikan berat badan saat hamil. 3) Ibu melakukan perawatan payudara sejak kehamilan berumur 6 bulan hingga ibu siap untuk menyusui, ini bermaksut agar ibu mampu memproduksi dan memberikan ASI yang mencukupi kebutuhan bayi. 4) Ibu senantiasa mencari informasi tentang gisi dan makanan tambahan sejak kehamilan trimester ke-2.makanan tambahan saat hamil sebanyak 1 1 /3 kali dari makanan yang dikonsumsi sebelum hamil (Prasetyono, 2009, p.62). b. Masa Persalinan (Perinatal)
Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi saat kelahiran adalah : 1) Masa persaliinan merupakan masa yang paling penting dalam kehidupan bayi selanjutnya,bayi harus menyusui yang baik dan benar baik posisi maupun cara melekatkan bayi pada payudara ibu. 2) Membantu ibu kontak langsung dengan bayi selama 24 jam agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.12 3) Ibu nifas diberi kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan (Prasetyono, 2009, p.62). c. Masa Menyusui (Postnatal) Hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen laktasi setelah kelahiran adalah: 1) Setelah bayi mendapatkan ASI pada minggu pertama kelahiran,ibu harus menyusui bayi secara eksklusif selama 4 bulan pertama setelah bayi lahir dan saat itu bayi hanya di beri ASI tanpa makanan tambahan. 2) Ibu mencari informasi yang tentang gisi makanan ketika masa menyusui agar bayi tumbuh sehat. 3) Ibu harus cukup istirahat untuk menjaga kesehatannya dan menenangkan pikiran serta menghindarkan diri dari kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat. 4) Ibu selalu mengikuti petunjuk petugas kesehatan(merujuk posyandu atau puskesmas). Bila ada masalah dalam proses menyusui. 5) Ibu tetap memperhatikan gisi/makanan anak,terutama pada bayi usia 4 bulan (Prasetyono, 2009, p.63).13 3. Manfaat menyusui Jika seorang ibu memberikan air susu ibu(ASI) kepada
bayinya,hal ini dapat menguntungkan baik bagi bayinya maupun ibu,antara lain: a. Manfaat ASI bagi bayi: 1) Sebagai makanan tunggal untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia 6 bulan. 2) Meningkatkan daya tahan tubuh karena mengandung berbagai zat anti kekebalan sehingga akan lebih jarang sakit. 3) Melindungi anak dari serangan alergi. 4) Mengandung asam lemak yang diperlukan untuk pertumbuhan otak sehingga bayi lebih pandai. 5) Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian berbicara. 6) Membantu pembentukan rahang yang bagus. 7) Menunjang perkembangan motorik sehiingga bayi akan cepat bias berjalan(Roesli, 2005, p.6). b. Manfaat ASI bagi ibu: 1) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan. 2) Mengurangi terjadinya anemia 3) Menjarangkan kehamilan 4) Mengecilkan rahim 5) Ibu lebih cepat mengalami penurunan berat badan 6) Mengurangi kemungkinan menderita kanker14 7) Lebih ekonomis dan murah 8) Tidak merepotkan dan hemat waktu 9) Lebih praktis dan portable 10) Memberi kepuasan bagi ibu tersendiri (Roesli, 2005, p.7) . c. Manfaat ASI bagi Lingkungan: 1) Mengurangi bertambahnya sampah dan polusi di dunia 2) Tidak menambah polusi udara karena pabrik-pabrik yang mengeluarkan asap. d. Manfaat ASI bagi Negara: 1) Penghemat devisa untuk membeli susu formula dan
perlengkapan menyusui 2) Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntahmuntah,mencret dan sakit saluran nafas 3) Penghematan obat-obatan,tenaga dan sarana kesehatan. 4) Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk membangun Negara. e. Manfaat ASI bagi keluarga 1) Aspek ekonomi: ASi tidak perlu dibeli dan membuat bayi jarang sakit sehingga dapat mengurangi biaya berobat 2) Aspek psikologis: menjarangkan kelahiran,dan mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga. 3) Aspek kemudahan : Sangat praktis sehingga dapat di berikan dimana saja dan kapan saja dan tidak merepotkan orang lain.
Manajemen Laktasi Pemberian ASI bergantung pada empat macam proses : 1. Proses pengembangan jaringan penghasil ASI dalam payudara 2. Proses yang memicu produksi ASI setelah melahirkan 3. Proses untuk mempertahankan produksi ASI 4. Proses sekresi ASI (refleks let down) Perkembangan jaringan penghasil ASI Proses ini dicapai dalam kehamilan dengan adanya rangsangan pada jaringan kelenjar serta saluran payudara oleh hormon-hormon estrogen, progesteron dan hormon laktogenik plasenta (Farrer, 2001). Memicu produksi ASI setelah melahirkan Setelah plasenta dilahirkan, penurunan produksi hormon dari organ tersebut terjadi dengan cepat. Hormon hipofise anterior, yaitu prolaktin, yang tadinya dihambat oleh kadar estrogen dan progesteron yang tinggi di dalam darah, kini dilepaskan. Prolaktin akan mengaktifkan sel- sel kelenjar payudara untuk memproduksi ASI. Dalam waktu 3-4 hari setelah bayi dilahirkan, produksi ASI sudah dimulai dan susu yang matur disekresikan pada akhir minggu pertama (Farrer, 2001). Mempertahankan produksi ASI dan refleks “let -down” pada eksresi ASI Proses ini bergantung pada hormon lain, yaitu oksitosin, yang dilepas dari kelenjar hipofise posterior sebagai reaksi terhadap pengisapan puting. Oksitosin mempengaruhi sel-sel mio-epitelial yang mengelilingi alveoli mammae sehingga alveoli tersebut berkontraksi dan mengeluarkan air susu yang sudah diskresikan oleh kelenjar mammae. Refleks let-down ini tidak terjadi karena tekanan negatif oleh pengisapan dan juga bukan karena payudara yang penuh, namun disebabkan oleh refleks neurogenik yang menstimulasi pelepasan oksitosin. Ibu menyusui akan mengalami refleks let-down sekitar 3 0-60 menit setelah bayi mulai menyusu. Refleks let-down dapat pula disebabkan oleh faktor-faktor yang murni kejiwaan, seperti mendengar tangisan bayi, berpikir tentang bayinya atau bahkan berpikir tentang bayinya atau bahkan
berpikir tentang pemberian ASI sendiri. Sebaliknya, refleks tersebut dapat dihambat oleh kecemasan, ketakutan, perasaan tidak aman atau ketegangan. Faktor-faktor ini diperkirakan dapat menigkatkan kadar epinefrin dan neroinefrin dan selanjutnya akan mengambat transportasi oksitosin ke dalam payudara. Begitu produksi ASI sudah terjadi dengan baik, pengosongan sakus alveolaris mammae yang teratur akan mempertahankan produksi tersebut (Farrer, 2001). Mempersiapkan Pemberian ASI Cara terbaik dalam mempersiapkan pemberian ASI adalah keadaan kejiwaan ibu yang sedapat mungkin tenang dan tidak mengahadapi banyak permasalahan. Higiene perorangan dan kesejahteraan yang normal sangat penting, kebersihan tangan dan kuku jari tangan ibu atau orang lain yang akan merawat bayi juga ditekankan. P utting susu tidak boleh disentuh dengan tangan yang belum dicuci bersih dan saputangan tidak boleh digunakan sebagai ganjal di balik BH untuk menghentikan perembasan ASI. Bantalan disposabel kini sudah tersedia untuk keperluan ini dan dapat dikenakan dalam waktu yang relatif singkat jika perembasan ASI menimbulkan masalah. Ibu harus mengenakan pakaian yang tidak menghalangi pemberian ASI, jika gaun yang dikenakan harus dinaikkan dahulu ke atas untuk mengeluarkan payudara, maka cara ini tentunya tidak mengenakkan pada bagian bawah pakaian semacam ini bisa terdapat lokia. BH khusus untuk laktasi yang bersih dan dapat juga menyangga payudara harus dikenakan sepanjang siang serta malam harinya untuk memberikan kenyamanan dan mencegah statis air susu pada daerah-daerah payudara yang tergantung. Jika ibu tidak memiliki BH khusus semacam ini, ia dapat mengggunakan alat penguat (binder) untuk mengatasi untuk mengatasi masalah ini. BH untuk laktasi harus dapat dibuka dari depan dan talinya bisa diturunkan sebelum ibu menyusui bayinya. Tali tersebut dapat dipasang kembali setelah ibu selesai menyusui. Prosedur membersihkan puting berbeda antara rumah sakit yang satu dan rumah sakit lainnya. Namun, selama puting berada dalam
keadaan bersih, apakah dibersihkan dengan cara mengusapnya memakai air yang steril ataukah dibersihkan secara khusus dengan larutan pembersih, caranya tidak menjadi masalah. Setiap kerak atau air susu yang mengering dan setiap bekas krim/ salep yang dioleskan sebelumnya harus dibersihkan dengan hati-hati. Larutan alkohol tidak boleh dipakai untuk membersihkan puting karena dapat membuat puting menjadi kering dan mudah pecah-pecah. Bayi harus berada dalam keadaan bersih, tangan, mata, hidung, pakaian, popok dan selimut harus diperiksa dahulu sebelum bayi disusui. Perhatian terhadap semua detail ini akan membantu mengurangi kemungkinan infeksi pada payudara dan menghidari komplikasi lainnya (Farrer, 2001).
Makalah Seminar Managemen Laktasi " MASALAH-MASALAH DALAM MENYUSUI" Disusun Oleh Restuning Widiasih, S.Kp., M. Kep., Sp. Mat Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran 2008MASALAH-MASALAH DALAM MENYUSUI PENDAHULUAN Kegagalan dalam proses menyusui sering disebabkan karena timbulnya beberapa masalah, baik masalah pada ibu maupun pada bayi. Pada sebagian ibu yang tidak paham masalah ini, kegagalan menyusui sering dianggap problem pada anak saja. Masalah dari ibu yang timbul selama menyusui dapat dimulai sejak sebelum persalinan (periode antenatal), pada masa pasca persalinan dini, dan pasca masa persalinan lanjut. Masalah menyusui dapat pula diakibatkan karena keadaan khusus. Selain itu ibu sering benar mengeluhkan bayinya sering menangis, ayau “menolak” menyusu, dsb yang sering diartikan bahwa ASInya tidak cukup, atau ASInya tidak enak, tidak baik atau apapun pendapatnya sehingga sering menyebabkan diambilnya keputusan untuk menghentikan menyusui. Masalah pada bayi umumnya berkaitan dengan manajemen laktasi, sehingga bayi sering menjadi “bingung puting” atau sering menangis, yang sering diinterprestasikan oleh ibu dan keluarga bahwa ASI tidak tepat untuk bayinya. A.Masalah Menyusui Masa Antenatal Pada masa antenatal, masalah yang sering timbul adalah: kurang/salah informasi putting susu terbenam (retracted) atau putting susu datar. Kurang / salah informasi Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang. Petugas kesehatanpun masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi. Sebagai contoh, banyak ibu/petugas kesehatan yang tidak mengetahui bahwa: -minggu pertama defekasinya encer dan sering, sehingga dikatakan
bayi menderta diare dan sering kali petugas kesehatan menyuruh menghentikan menyusui. Padahal sifat defekasi bayi yang mendapat kolostrum memang demikian karena kolostrum bersifat sebagai laksans.
minuman lain, padahal bayi yang baru lahir cukup bulan dan sehat mempunyai persediaan kalori dan cairan yang dapat mempertahankannya tanpa minuman selama beberapa hari. Disamping itu, pemberian minuman sebelum ASI keluar akan memperlambat pengeluaran ASI oleh bayi menjadi kenyang dan malas menyusu. nggap kurang menghasilkan ASI padahal ukuran payudara tidak menentukan apakah produksi ASI cukup atau kurang karena ukuran ditentukan oleh banyaknya lemak pada payudara sedangkan kelenjar penghasil ASI sama banyaknya walaupun payudara kecil dan produksi ASI dapat tetap mencukupi apabila manajemen laktasi dilaksanakan dengan baik dan benar. Informasi yang perlu diberikan kepada ibu hamil/menyusui antara lain meliputi :
menyusui yang baik dan benar
Putting susu datar atau terbenam Putting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya tidak selalu menjadi masalah. Secara umum ibu tetap masih dapat menyusui bayinya dan upaya selama antenatal umumnya kurang berfaedah, misalnya dengan memanipulasi Hofman, menarik-nerik puting, ataupun penggunaan brest shield dan breast shell. Yang paling efisien untuk memperbaiki keadaan ini adalah isapan langsung bayi yang kuat. Maka sebaiknya tidak dilakukan apa-apa, tunggu saja sampai bayi lahir, segera setelah pasca lahir lakukan : -to-skin kontak dan biarkan bayi mengisap sedini mungkin an mengisapnya, dan bila perlu coba berbagai posisi untuk mendapat keadaan yang paling menguntungkan. Rangsang putting biar
-benar tidak bisa muncul, dapat “ditarik” dengan pompa putting susu (nipple puller), atau yang paling sederhana dengan sedotan spuit yang dipakai terbalik.
penekanan pada areola mammae dengan jari sehingga terbentuk dot ketika memasukkan putting susu ke dalam mulut bayi.
cangkir, atau teteskan langsung ke mulut bayi. Bila perlu lakukan ini hingga 1-2 minggu. B.Masalah Menyusui Pada Masa Pasca Persalinan Dini Pada masa ini, kelainan yang sering terjadi antara lain : putting susu datar, atau terbenam, putting susu lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat dan mastitis atau abses. 1. Putting susu lecet Pada keadaan ini seringkali seorang ibu menghentikan menyusui karena putingnya sakit. Yang perlu dilakukan adalah : -bayi
kadang gatal, terasa sakit yang menetap, dan kulit kering bersisik (flaky) Pada keadaan putting susu lecet, yang kadang kala retak-retak atau luka, maka dapat dilakukan dengan cara-cara seperti ini :
), jangan sekali-sekali memberikan obat lain, seperti krim, salep, dan lain-lain.
1x24 jam, dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24 jam. susu diistirahatkan, sebaiknya SAI tetap dikeluarkan dengan tangan, dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri.
bengkak Dibedakan antara payudara penuh, karena berisi ASI, dengan payudara bengkak. Pada
payudara penuh; rasa berat pada payudara, panas dan keras. Bila diperiksa ASI keluar, dan tidak ada demam. Pada payudara bengkak; payudara udem, sakit, puting kencang, kulit mengkilat walau tidak merah, dan bila diperiksa/isap ASI tidak keluar. Badan bisa demam setelah 24 jam. Hal ini terjadi karena antara lain produksi ASI meningkat, terlambat menyusukan dini, perlekatan kurang baik, mungkin kurang sering ASI dikeluarkan dan mungkin juga ada pembatasan waktu menyusui. Untuk mencegah maka diperlukan (1) menyusui dini (2) perlekatan yang baik (3) menyusui “on demand”/ Bayi harus lebih sering disusui. Apabila terlalu tegang, atau nayi tidak dapat menyusu sebaiknya ASI dikeluarkan dahulu, agar ketegangan menurun. Dan untuk merangsang reflex Oxytocin maka dilakukan :
-pelan kea rah tengah)
Selanjutnya kompres dingin pasca menyusui, untuk mengurangi udem. Pakai lah BH yang sesuai. Bila terlalu sakit dapat diberikan obat analgetik. 3. Mastitis atau abses payudara Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Di dalam terasa ada masa padat (lump), dan diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurangnya AS I diisap/dikeluarkan atau pengisapan yang tak efektif. Dapat juga karena kebiasaan menekan payudara dengan jari atau akrena tekanan baju/BH. Pengeluaran ASI yang kurang baik pada payudara yang besar, terutama pada bagian bawah payudara yang menggantung.Ada dua jenis Mastitis ; yaitu yang hanya karena milk stasis adalah Non Infective Mastitis dan yang telah terinfeksi bakteri : iInfective Mastitis. Lecet pada puting dan trauma pada kulit juga dapat mengundang infeksi bakteri. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan:
pijat leher-punggung, dan lain-lain. -10 hari.
h disusukan karena mungkin memerlukan tindakan bedah. C. Masalah Menyusui Pada Masa Pasca Persalinan L anjut Yang termasuk dalam masa pasca persalinan lanjut adalah sindrom ASI kurang, ibu bekerja. 1. Sindrom ASI kurang Sering kenyataannya ASI tidak benar-benar k urang. Tanda-tanda yang “mungkin saja” ASI benar kurang antara lain:
waktu yang sangat lama. Tapi juga terkadang bayi lebih cepat menyusu. Disangka produksinya berkurang padahal dikarenakan bayi telah pandai menyusu.
“dating”, pasca lahir. Walaupun ada tanda-tanda tersebut perlu diperiksa apakah tanda-tanda tersebut dapat dipercaya. Tanda bahwa ASI benar-benar kurang, antara lain : -rata 500 gram per bulan -rata kurang dari 6 kali dalam 24 jam; cairan urin pekat, baud an warna kuning. Cara mengatasinya disesuaikan dengan penyebab, terutama dicari pada ke 4 kelompok factor penyebab : 1. Faktor tehnik menyusui, keadaan ini yang paling sering dijumpai, a.I. masalah frekuensi, perlekatan, penggunaan dot/botol dan lain-lain 2. Faktor psikologis, juga sering terjadi 3. Faktor fisik ibu (jarang); a.I. KB, kontrasepsi, diuretic, hami , merokok, kurang gizi, dll
4. Sangat jarng, adalah factor kondisi bayi, missal : penyakit, abnormalitas dan lain-lain Ibu dan bayi dapat saling membantu agar produksi ASI meningkat dan bayi terus memberikan isapan efektifnya. Pada keadaan-keadaan tertentu dimana produksi ASI memang tidak memadai maka perlu upaya yang lebih, misalnya pada relaktasi, maka bila perlu dapat dilakukan pemberian ASI dengan suplementer yaitu dengan pipa nasogastrik atau pipa halus lainnya yang ditempelkan pada putting untuk diisap bati dan ujung lainnya dihubungkan dengan ASI atau formula. 2. Ibu yang bekerja Seringkali alas an pekerjaan membuat seseorang ibu berhenti menyusui. Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat dianjurkan pada ibu menyusui yang bekerja :
n di rumah sebelum berangkat kerja -4 jam
bekerja dengan cangkir
menyusuinya sehingga banyak menyusui di malah hari
mulai dipraktekkan sejak satu bulan sebelum kembali bekerja
menyusui nayinya.Pengeluaran ASI : Keluarkan ASI sebanyak mungkin dan tamping ke cangkir atau tempat/teko yang bersih. Ada ibu yang dapat mengeluarkan sampai 2 cangkir (400-500 ml) atau lebih walaupun setelah bayi selesai menyusui. Tetapi meskipun hanya 1 cangkir (200 ml) sudah bisa untuk pemberian 2 kali A 100 ml. Penyimpanan ASI : -8 jam di temperature ruangan (19o-25 o C), bila masih kolostrum (susu awal, 1-7 hari) bisa sampai 12 jam -2 hari di lemari es (4 oC) -18 oC) ASI beku perlu dicairkan dahulu dalam lemari es 4 oC. ASI kemudian tidak boleh
dimasakkan, hanya dihangatkan dengan merendam cangkir dalam air hangat. D. Masalah Menyusui Pada Keadaan Khusus a.Ibu melahirkan dengan bedah Caesar Segera rawat gabung,jika kondisi ibu dan bayi membaik,dan menyusui segera. b.Ibu sakit Ibu yang menderita Hepatitis dan AIDS, tidak diperkenankan untuk menyusui, namun pada masyarakat yang tidak dapat membeli PASI, ASI tetap dianjurkan. c. Ibu hamil Tidak ada bahaya bagi ibu maupun janin, perlu diperhatikan untuk makan lebih banyak. Jelaskan perubahan yang dapat terjadi: ASI berkurang, kontraksi uterus.Masalah Pada Bayi A. Bayi sering menangis Perhatikan sebab bayi menangis, jangan biarkan bayi menangis terlalu lama, puaskan menyusu. Sebab bayi menangis :
Tindakan ibu : ibu tidak perlu cemas, karena akan mengganggu proses laktasi, perbaiki posisi menyusui, periksa pakaian bayi: apakah basah, jangan biarkan bayi menangis terlalu lama. B. Bayi bingung putting Nipple Confusion adalah keadaan yang terjadi karena bayi mendapat susu formula dalam botol berganti-ganti dengan menyusu pada ibu. Terjadi karena mekanisme menyusu pada puting berbeda dengan botol. Tanda-tanda : mengisap puting seperti menghisap dot, menghisap terbutus-putus dan sebentar, bayi menolak menyusu. Tindakan: jangan mudah memberi PASI,jika terpaksa berikan dengan sendok atau pipet. C. Bayi premature Susui dengan sering,walau pendek-pendek, rangsang dengan sentuh langit-langit
bayi dengan jari ibu yang bersih, jika tidak dapat menghisap berikan dengan pipa nasogastrik, tangan, dan sendok. Uraian sesuai dengan umur bayi :
selama 24-48 jam. Lalu diberikan ASI menggunakan pipa nasogastrik -32 mgg : BBL 1250 – 1500 gram. Dapat menerima ASI dari sendok, 2 kali sehari, namun masih menerima makanan lewat pipa, namun lama kelamaan ma kanan pipa makin berkurang dan ASI ditingkatkan. -34 mgg : BBL 1500-1800 gram. Bayi mulai menyusui langsung dari payudara namun perlu sabar. gram. Mendapatkan semua kebutuhan dari payudara. D. Bayi kuning Pencegahan : segera menyusui setelah lahir, dan jangan dibatasi atau susui sesering mungkin. Berikan bayi kolustrum, kolustrum mengandung purgatif ringan, yang membantu bayi untuk mengeluarkan mekonium. Bilirubin dikeluarkan melalui feses, jadi kolustrum berfungsi mencegah dan menghilangkan bayi kuning. E. Bayi kembar Ibu optimis ASI nya cukup, susui dengan football position, susui pada payudara dengan bergantian untuk variasi bayi, dan kemampuan menghisap mungkin berbeda F. Bayi sakit Tidak ada alasan untuk menghentikan pemberian ASI. Untuk bayi tertentu seperti diare, justru membutuhkan lebih banyak ASI untuk rehidrasi. Yakinkan ibu bahwa alam telah menyiapkan air susu bagi semua makhluk, sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu semua ibu sebenarnya sanggup menyusui bayi kembar.G. Bayi sumbing Bayi tidak akan mengalami kesulitan menyusui, cukup dengan berikan posisi yang sesuai, untuk sumbing pallatum molle ( langit-langit lunak ), dan pallatum durum ( langit-langit keras) Manfaat menyusui bagi bayi sumbing : melatih kekuatan otot rahang dan lidah,
memperbaiki perkembangan bicara, mengurangi resiko terjadinya otitis media. Untuk bayi dengan palatoskisis ( celah pada langit-langit ) : Menyusui dengan posisi duduk, putting dan areola pegang saat menyusui, ibu jari ibu digunakan sebagai penyumbat lubang, kalau mengalami labiopalatoskisis, berikan ASI dengan sendok, pipet, dot panjang H. Bayi dengan lidah pendek ( Lingual Frenulum ) Keadaan ini jarang terjadi, dimana bayi mempunyai jaringan ikat penghubung lidah dan dasar mulut yang tebal dan kaku, sehingga membatasi gerak lidah, dan bayi tidak dapat menjulurkan lidah untuk menangkap puting. Cara menyusui : Ibu membantu dengan menahan kedua bibir bayi segera setelah bayi dapat menangkap puting dan areola dengan benar. I. Bayi yang memerlukan perawatan Ibu ikut dirawat supaya pemberian ASI bisa dilanjutkan. Seandainya tidak memungkinkan, ibu dianjurkan untuk memerah ASI setiap 3 jam dan disimpan didalam lemari untuk kemudian sehari sekali daiantar kerumah sakit. Perlu ditandai pada botol waktu ASI tersebut ditampung, sehingga dapat diberikan sesuai jam nya.
Home > Askeb III (Nifas) > Fisiologi Laktasi
Fisiologi Laktasi Sep 26, 200911 Commentsby lusa
Laktasi atau menyusui mempunyai dua pengertian, yaitu produksi ASI (prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin).
Produksi ASI (Prolaktin) Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika mulai menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen dan progesteron yang membantu maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI. Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruhhormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu dikarenakan isapan bayi.
Refleks Prolaktin Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih tinggi. Pascapersalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka estrogen danprogesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekanpengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi prolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihananak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namunpengeluaran air susu tetap berlangsung.
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2 – 3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu
Refleks Aliran (Let Down Reflek) Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan bayidilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah,hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktuslactiferus masuk ke mulut bayi. Faktor -faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi. Faktor -faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas. Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi: 1.
Refleks menangkap (rooting refleks)
2.
Refleks menghisap
3.
Refleks menelan
Refleks Menangkap (Rooting Refleks) Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu.
Refleks Menghisap (Sucking Refleks) Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada di bawah areola, tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar.
Refleks Menelan (Swallowing Refleks) Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.
Pengeluaran ASI (Oksitosin) Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula.Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus. Biladuktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.
Referensi Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. (hlm: 10-11) Arianto, 2004. Anatomi Payudara dan Fisiologi Payudara. Diunduh Ahad, 6 September 2009; pukul 10:55 WIB sobatbaru.blogspot.com/2009/02/anatomi-payudara-dan-fisiologi-laktasi.html botefilia.com/index.php/archives/2009/01/10/asi-laktasi/ diunduh Ahad, 6 September 2009; pukul 10:50 WIB. Program Manajemen Laktasi, 2004. Buku Bacaan Manajemen Laktasi . Jakarta. (hlm:3-5)
Roesli, U., 2005. Panduan Praktis Menyusui . Jakarta: Puspaswara. (hlm: 10-17) Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika (hlm: 11-18)
Home
IDAI Mail
IDAI Network
Login Contact
Book Navigation Public Professional Resources Development Continuing Publications Registry IDAI About St Articles I oDre AI Professional
Return to Content
Untuk Ayah dan Bunda Pengasuhan Anak Keluhan Anak Imunisasi ASI Hiburan Review Seputar Kesehatan Anak ASI 26 AUGUST 2013 K e n d a l a P e m b e r i an A S I E k s k l u s i f
Setiap orangtua pasti menginginkan bayinya lahir secara normal, sehat dan dapat tumbuh secara optimal, serta diharapkan menjadi manusia yang berkualitas dan berguna bagi masyrakat. Tugas mulia seorang ibu adalah hamil, melahirkan, kemudian menyusui bayinya. Sementara kewajiban orang tua adalah mendidik, membesarkan dan menjadi panutan bagi anak-anaknya agar impian mendapatkan anak yang berkualitas dapat terwujud. Bayi baru lahir perlu mendapat perawatan yang optimal sejak dini, termasuk pemberian makanan yang ideal. Tidak ada satupun makanan yang ideal untuk bayi baru lahir selain ASI. World Health Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF) menganjurkan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan, tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain selain ASI. Dalam kenyataannya, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan tidak sesederhana yang dibayangkan. Banyak kendala yang timbul dalam upaya memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Akan tetapi dengan motivasi ibu/ayah yang kuat, pengetahuan dasar yang dimiliki ibu dan ayah, serta usaha yang terus menerus, sabar dan tekun, serta didukung oleh fasilitas persalinan SAYANG BAYI tidak mustahil pemberian ASI eksklusif dapat berhasil.
Beberapa kendala yang sering menjadi alasan ibu melakukan konsultasi ke Klinik Laktasi, yaitu 1.
produksi ASI kurang
2.
ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar
3.
ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi formula (relaktasi)
4.
bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian air gula/dekstrosa, susu formula pada hari-hari pertama kelahiran)
5.
kelainan ibu: puting ibu lecet, puting ibu luka, payudara bengkak, engorgement, mastitis dan abses
6.
ibu hamil lagi padahal masih menyusui
7.
ibu bekerja
8.
kelainan bayi: bayi sakit, abnormalitas bayi.
Berikut ini akan dibahas satu persatu kendala tersebut agar dapat dipahami masalah dan t ata laksananya. Produksi ASI kurang Air saya kurang, ASI saya belum keluar, atau bagaimana memperbanyak ASI adalah rangkaian pertanyaan yang sering disampaikan oleh ibu, terutama saat pertama kali berkonsultasi. Ibu merasa ASI nya kurang, padahal sebenarnya cukup, hanya ibunya yang kurang yakin dapat memproduksi ASI cukup. Payudara makin sering dihisap menyebabkan ASI akan makin sering dikeluarkan dan produksi ASI makin bertambah banyak. Ada dua hal yang dapat diyakini sebagai tanda ASI kurang, yaitu :
Pada bulan pertama berat badan bayi meningkat kurang dari 300 gram. (dalam 1 minggu pertama kelahiran berat badan bayi masih boleh turun sampai 10% dan dalam kurun waktu 2 minggu sudah kembali ke berat badan semula), sedangkan pada bulan kedua sampai bulan keenam kurang dari 500 gram per bulan, atau bayi belum mencapai berat lahirnya pada usia 2 minggu. Bayi mengeluarkan urine (air seni) yang pekat, baunya tajam / menyengat, dengan kekerapan kurang dari 6 kali per hari. Hal yang dapat dilakukan untuk menolong ibu yang ASI nya kurang adalah mencoba menemukan penyebab. Ada beberapa faktor yang perlu diidentifikasi dan diperbaiki sebagai penyebab berkurangnya ASI, yaitu :
1. Faktor menyusui Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah (1) tidak melakukan inisiasi menyusu dini, (2) menjadwal pemberian ASI, (3) memberikan minuman prelaktal (bayi diberi minum sebelum ASI keluar), apalagi memberikannya dengan botol/dot, (4) kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusu, (5) tidak mengosongkan salah satu payudara saat menyusui Inisiasi menyusu dini adalah meletakkan bayi di atas dada iatau perut ibu segera setelah dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian menghisapnya setidaknya satu jam setengah kelahiran. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini disebut sebagai baby crawl . Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui paling baik dilakukan sesuai permintaan bayi (on demand ) termasuk pada malam hari, minimal 8 kali per hari. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi menyusu. Makin jarang bayi disusui biasanya produksi ASI akan berkurang. Produksi ASI juga dapat berkurang bila bayi menyusu terlalu sebentar. Pada minggu pertama kelahiran seringkali bayi mudah tertidur saat menyusu. Ibu sebaiknya merangsang bayi supaya tetap menyusu dengan cara menyentuh telinga/telapak kaki bayi agar bayi tetap mengisap. Penggunaan kempeng akan membuat perlekatan mulut bayi pada payudara ibu tidak tepat dan sering menimbulkan masalah “bingung puting”. Pemberian makanan pendamping pada bayi sebelum waktunya juga sering berakibat berkurangnya produksi ASI. Bayi menjadi cepat kenyang dan lebih jarang menyusu. Posisi dan perlekatan mulut bayi saat menyusu juga mempengaruhi pengeluaran ASI. Posisi dan perlekatan yang baik dapat dibaca selengkapnya di bab Manajemen Laktasi. 2. Faktor psikologis Ibu Persiapan psikologis ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ibu yang tidak mempunyai keyakinan mampu memproduksi ASI umumnya akhirnya memang produksi ASI nya berkurang. Stres, khawatir, ketidakbahagiaan ibu pada periode menyusui sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI eksklusif. Peran keluarga dalam meningkatkan percaya diri ibu sangat besar. 3. Faktor Fisik Ibu
Faktor fisik ibu seperti ibu sakit, lelah, ibu yang menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol, perokok, atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat mengurangi produksi ASI. Khusus untuk ibu menyusui yang sedang sakit, hanya sebagian kecil yang tidak boleh menyusui. Ibu yang sedang mengkonsumsi obat anti kanker atau mendapat penyinaran zat radioaktif tidak diperkenankan untuk menyusui. Sedangkan, ibu penderita infeksi HIV memerlukan pendekatan khusus. Bila ibu dirawat di rumah sakit, rawatlah bersama bayinya sehingga dapat tetap menyusui. Bila ibu merasa tidak mampu untuk menyusui anjurkan untuk memerah ASI setiap 3 jam dan memberikan ASI perah tersebut dengan cangkir kepada bayinya. Bila keadaan memungkinkan atau ibu mulai sembuh dianjurkan untuk menyusui kembali dan bila perlu dilakukan proses relaktasi. Ibu harus diyakinkan bahwa obat yang diberikan oleh dokter tidak membahayakan bila menyusui. Obat yang diminum oleh ibu hanya sebagian kecil yang masuk ke dalam ASI (kurang dari 1%). Begitu pula sangat sedikit laporan tentang efek samping obat yang diminum oleh ibu selama proses laktasi. Walaupun demikian beberapa obat pernah dilaporkan memberikan efek samping, antara lain: obat psikiatri, obat anti kejang, beberapa golongan antibiotika, sulfonamid, estrogen (pil anti hamil), dan golongan diuretika. Bayi yang mengantuk, malas minum, kuning perlu dipikirkan pengaruh obat tertentu. Segera konsultasi ke dokter untuk memastikan hal tersebut. apabila obat tersebut tidak dapat diganti dengan jenis obat lain, maka untuk sementara dianjurkan memberikan susu formula kepada bayinya dan konsultasi ke klinik laktasi rumah sakit terdekat. Obat antipiretik (parasetamol, ibuprofen), antibiotika (ampisilin, cloxacilin, pebisilin, eritromisin) dapat dikonsumsi selama ibu menyusui. Sedangkan obat anti tuberkulosa, obat cacing, antihist amin, antasida, hipertensi, bronkodilator, kortikosteroid, obat diabetes, digoksin, dan beberapa suplemen nutrisi (yodium) bila memang diperlukan dapat diberikan tetapi dengan pemantauan ketat dari dokter. 4. Faktor Bayi Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi, misalnya bayi sakit, prematur, dan bayi dengan kelainan bawaan. Ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar Ibu sering kurang memahami tata laksana laktasi yang benar, misalnya pentingnya memberikan ASI, bagaimana ASI keluar (fisiologi menyusui), bagaimana posisi menyusui dan perlekatan yang baik sehingga bayi dapat menghisap secara efektif dan ASI dapat keluar dengan optimal, termasuk cara memberikan ASI bila ibu harus berpisah dari bayinya. Bila bayi terpisah dengan ibu untuk s ementara waktu, ibu memerah ASInya dan diberikan kepada bayinya dengan sendok atau cangkir. Sebaiknya tidak menggunakan dot karena akan mempersulit bayi bila kembali menyusu (bingung puting). Untuk mengurangi kemungkinan ibu belum memahami tata laksana laktasi yang benar, pada saat usia kehamilan lebih dari 32 minggu ibu perlu melakukan konsultasi ke klinik laktasi untuk melakukan persiapan pemberian ASI eksklusif. Ibu ingin melakukan relaktasi Relaktasi merupakan suatu keadaan ibu yang telah berhenti menyusui ingin memulai menyusui kembali. Biasanya setelah tidak menyusu beberapa lama, produksi ASI akan berkurang, dan bayi akan malas menyusu dari ibunya apalagi jika ia sudah diberikan minuman melalui botol. Untuk mengembalikan agar bayi dapat menyusu dari ibu kembali, kita dapat menggunakan alat yang disebut „suplementer‟. Suplementer menyusui adalah alat yang digunakan sebagai suplemen kepada bayi saat bayi menyusu pada payudara yang kurang memproduksi ASI. Jenis suplementer yang tersedia, antara lain cangkir dan slang plastik atau breast feeding supplementer . Dengan menggunakan suplementer bayi tidak marah karena mendapatkan susu dari selang dan payudara ibu akan terangsang kembali untuk memproduksi ASI.
Gambar 1. Menyusu dengan cangkir dan slang plastica (sumber: Breastfeeding Counseling: A training course. W HO, UNICEF. 1993)
Gambar 2. Alat Bantu menyusui (breastfeeding supplementer) (sumber: Packing supplementer Produksi ASI dapat bertambah bergantung dari motivasi ibu dan keinginan bayi untuk menyusu kembali. Bila produksi ASI sudah mencukupi, suplementer tidak perlu digunakan lagi. Makin lama tidak menyusui, makin lama diperlukan penggunaan suplementer. Bayi sudah terlanjur mendapat prelakteal feeding Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih, air gula, air madu, atau susu formula dengan dot. Hal ini tidak diperbolehkan karena selain akan menyebabkan bayi malas menyusu, bahan tersebut mungkin menyebabkan reaksi intoleransi atau alergi. Kelainan ibu Kelainan ibu yang sering dijumpai adalah puting lecet, puting datar, puting luka, payudara bengkak, mastitis dan abses. Puting lecet / puting luka Kelainan ini merupakan salah satu kendala dalam proses menyusui. Penyebab yang paling utama dari puting lecet ini adalah perlekatan yang kurang baik. Bila bayi tidak melekat dengan baik, bayi akan menarik puting, menggigit dan menggesek kulit payudara, sehingga menimbulkan rasa sangat nyeri dan bila bayi terus menyusu akan merusak kulit puting dan menimbulkan luka ataupun retak pada puting. Bagaimana mengatasinya?
Yang pertama dan utama diperhatikan adalah posisi bayi saat menyusu dan pelekatannya. Puting yang retak, luka juga dapat disertai jamur (Kandidiasis). Mulut bayi sebaiknya dilihat apakah terdapat jamur yang d apat mengganggu proses menyusu atau adakah ikatan dibawah lidah yang membuat lidah tidak dapat menjulur keluar (tongue tie). Pengobatan yang sesuai baik untuk ibu maupun bayi harus segera diberikan. Membangkitkan rasa percaya diri ibu sangat diperlukan. Membangkitkan rasa percaya diri ibu dan penjelasan bahwa kelainan hanya bersifat sementara akan membantu ibu melanjutkan untuk menyusui bayi. Posisikan bayi agar mulutnya melekat de ngan baik sehingga rasa nyeri akan segera berkurang. Tidak perlu mengistirahatkan payudara, tetapi tetaplah menyusu on demand . Bila diperlukan, bantu ibu untuk memerah ASI, dan ASI perah diberikan dengan cangkir. Pengobatan dengan antibiotik atau anti jamur dapat diberikan bila memang diperlukan, seringkali dengan mengoleskan ASI yang diperah luka dapat sembuh. Membersihkan payudara hanya pada waktu mandi, hindari penggunaan sabun, lotion , salep, atau menggosok-gosok dengan handuk. Payudara penuh dan/atau bengkak Ibu sering datang ke Klinik Laktasi karena payudaranya bengkak, penuh dan terasa nyeri. Biasanya terjadi pada minggu-minggu pertama setelah bayi lahir dimana proses menyusu masih belum mantap. Payudara penuh berbeda dengan payudara bengkak. Payudara penuh, (1) terjadi beberapa hari setelah persalinan, yaitu saat ASI sudah mulai diproduks i, (2) payudara terasa nyeri berat, keras, tapi ASI masih dapat mengalir keluar, (3) ibu tidak merasa demam. Yakinkan ibu bahwa payudara penuh adalah suatu hal yang normal dan usahakan ibu menyusui sesering mungkin sehingga payudara terasa lebih nyaman, rasa berat akan berkurang dan payudara menjadi lebih lunak. Payudara bengkak (engorgement ), (1) payudara tampak merah, mengkilat, dan sangat nyeri, (2) terjadi karena bendungan pada pembuluh darah dan limfe, (3) sekresi ASI sudah mulai banyak, (4) ASI tidak dikeluarkan sempurna. Payudara bengkak dapat dicegah dengan menyusukan bayi segera setelah lahir, menyusukan bayi tanpa jadwal, dan jangan memberi minuman lain pada bayi. Lakukan masase dan keluarkan ASI. Apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencegah payudara bengkak? Segera menyusui setelah bayi lahir. Inisiasi dini sangat membantu bayi/ibu dapat melakukan proses menyusui selanjutnya. Pastikan bayi mel ekat dengan baik di payudara. Menganjurkan ibu untuk menyusui on demand (sesuka bayi). Bila bayi dapat menghisap susuilah bayi sesering mungkin, jangan mengistirahatkan payudara. Namun bila bayi tak dapat menghisap, bantu ibu untuk memerah ASI dan berikan ASI dengan cangkir. Melakukan stimulasi refleks oksitosin sebelum menyusui atau memerah dengan cara kompres hangat pada payudara atau mandi dengan air hangat, memijat ibu dengan lembut pada tengkuk dan punggung, mengurut payudara dengan lembut, merangsang payudara dan putting, dan selalu mengusahakan ibu merasa rileks. Setelah menyusui kompres payudara dengan air dingin, dan bangkitkan rasa percaya diri ibu, yakinkan bahwa ibu segera dapat menyusui kembali, dan rasa nyeri akan berkurang. Mastitis dan Abses Mastitis merupakan reaksi reaksi peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak. Abses payudara merupakan suatu komplikasi dari mastitis berupa kumpulan nanah yang terlokalisir diantara jaringan payudara. Mastitis, memperlihatkan gejala klinis payudara nampak merah, bengkak keras, terasa panas dan nyeri sekali. Dapat mengenai kedua atau hanya satu payudara. Penyebabnya antara lain puting lecet atau saluran ASI tersumbat yang tidak ditatalaksana dengan baik. Mastitis dapat di tatalaksana dengan mengistirahatkan ibu, ASI tetap harus dikeluarkan, berikan antibiotik dan kompres/minum obat pengurang rasa sakit Abses, memperlihatkan gejala klinis berupa benjolan kemerahan, panas, bengkak, dan terasa sangat nyeri. Pada benjolan teraba fluktuasi dan suhu tubuh meningkat. Bila dijumpai keadaan ini, ibu harus istirahat, ASI tetap dikeluarkan, berikan antibiotik, insisi abses, dan kompres / minum obat pengurang rasa sakit Ibu hamil saat masih menyusui Menyusui eksklusif adalah salah satu cara kontrasepsi, sehingga biasanya ibu jarang hamil lagi selama menyusui. Akan tetapi seandainya ibu hamil lagi saat masih menyusui, maka dianjurkan: 1.
Bila bayi belum berusia 6 bulan, terus menyusui karena ASI masih merupakan makanan tunggal.
2.
Bila bayi berusia 6-12 bulan, terus menyusui karena ASI masih merupakan makanan utama.
3.
Bila bayi sudah berusia lebih dari 12 bulan, boleh disapih.
Bila menyusui tetap diteruskan, maka perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu (1) volume ASI dapat berkurang karena pengaruh hormon ibu hamil, (2) puting akan lecet, (3) ibu akan mengalami keletihan, (4) rasa ASI berubah ke arah kolostrum, (5) terjadi kontraksi rahim karena hormon ibu hamil
Ibu bekerja Ibu bekerja bukan merupakan alasan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang ingin kembali bekerja diharapkan berkunjung ke Klinik Laktasi untuk menyiapkan cara memberikan ASI bila bayi harus ditinggal. Langkah-langkah bila ibu ingin kembali bekerja : 1.
Siapkan pengasuh bayi (nenek, kakek, anggota keluarga lain, baby sitter , pembantu) sebelum ibu mulai bekerja kembali.
2.
Berlatihlah memerah ASI sebelum ibu bekerja kembali. ASI yang diperah dapat dibekukan untuk persediaan / tambahan apabila ibu mulai bekerja. ASI beku dapat disimpan antara 1 -6 bulan, bergantung dari jenis lemari es nya. Di dalam lemari es dua pintu ASI beku dapat disimpan lebih dari 3 bulan.
3.
Latihlah pengasuh bayi untuk terampil memberikan ASI perah dengan cangkir.
4.
Hindari pemakaian dot/empeng karena kemungkinan bayi akan menjadi “bingung puting”.
5.
Susuilah bayi sebelum ibu berangkat bekerja, dan pada sore hari segera setelah ibu pulang, dan diteruskan pada malam hari.
6.
Selama di kantor, perah ASI setiap 3-4 jam dan disimpan di lemari es, diberi label tanggal dan jam ASI diperah. ASI yang disimpan dalam lemari es pendingin dapat bertahan selama 2×24 jam. ASI perah ini akan diberikan esok harinya selama ibu tidak di rumah. ASI yang diperah terdahulu diberikan lebih dahulu.
7.
ASI yang disimpan di lemari es perlu dihangatkan sebelum diberikan kepada bayi dengan merendamnya dalam air hangat. ASI yang sudah dihangatkan tidak boleh dikembalikan ke dalam lemari es. Maka yang dihangatkan adalah sejumlah yang habis diminum bayi satu kali.
8.
Apabila ASI yang diperah kemarin tidak mencukupi kebutuhan bayi sampai ibu kembali dari bekerja, dapat digunakan ASI beku yang sudah disiapkan sebelumnya. ASI beku ini kalau akan di berikan harus ditempatkan di lemari es pendingin supaya mencair dan harus digunakan dalam 24 jam.
Gambar 3. Pemberian ASI dengan Cangkir (sumber: Leaflet Penatalaksanaan ASI eksklusif pada Ibu Bekerja. PODI ASI PKSC) Kelainan bayi Bayi yang menderita sakit atau dengan kelainan kongenital m ungkin akan mengganggu proses menyusu. Kelainan ini perlu ditatalaksana dengan benar agar keadaan tersebut tidak menjadi penghambat dalam proses menyusui. Kesimpulan Air susu ibu sebagai makanan bayi yang paling i deal dan tidak dapat digantikan oleh susu formula s udah tidak perlu disangkal lagi. Keberhasilan pemberian ASI Eksklusif 6 bulan dapat diwujudkan dengan motivasi yang kuat, pengetahuan dasar tentang menyusui, usaha yang terus menerus, dan dukungan fasilitas persalinan “S ayang Bayi”. Pengetahuan dan keterampilan petugas yang terkait dalam keberhasilan manajemen menyusui harus selalu ditingkatkan agar mereka dapat berperan aktif dalam mengatasi kendala yang mungkin timbul s elama proses menysusui.
Sumber : Buku Bedah ASI IDAI
Penulis : I G. Ayu Nyoman PartiwI dan Jeanne Purnawati
Klinik Konsultasi IDAI Anda dapat bertanya seputar masalah kesehatan anak anda. Pertanyaan akan dijawab oleh Dokter spesialis anak dalam waktu 2x24 jam pada hari kerja. Kirim Pertanyaan >
Nama Email
Kirim
Artikel Terpopuler IMUNISASI
Jadwal Imunisasi Anak IDAI – 2011 BACA SELENGKAPNYA
GROWTH CHART
Kurva Pertumbuhan WHO BACA SELENGKAPNYA
PEDIATRIC DRUG DOSE
Formularium Spesialistik Ilmu Kesehatan Anak BACA SELENGKAPNYA
Artikel Terbaru MULTIDISCIPLINARY LEARNING PROGRAM
Menanggapi isu tidak rasional mengenai imunisasi BACA SELENGKAPNYA
ARCHIVES
Gangguan Homeostasis pada Bayi dan Anak 1 BACA SELENGKAPNYA
ARCHIVES
Gangguan Homeostasis pada Bayi dan Anak 2 BACA SELENGKAPNYA
Professional Resources
Rekomendasi
Guideline & Consensus
Growth Chart
Pediatric Drug Dose
Ethic
Format Rujukan
ICD
Publications
Buku Ajar
Buku IDAI
Paediatrica Indonesiana
Sari Pediatri
Buletin IDAI
International Journal Link
IDAI Store Continuing Professional Development
CPD Online
Multidisciplinary Learning Program
Online Symposium
Case Illustration
Lecture Notes
Archives
About IDAI
Message from the President
IDAI Statement
IDAI Research Grant
History
Structure
By Laws
Distribution of IDAI Member
Directory of IDAI
Website Committee
Public Articles
Pengasuhan Anak
Keluhan Anak
Imunisasi
ASI
Ruang Bermain
Seputar Kesehatan Anak
Registry Contact
Komite Website IDAI
Gedung IDAI, Jl. Dempo no. 13,
Matraman Dalam
DKI JAKARTA
Telepon : 021-3148610
Fax : 021-3913982
Email:
[email protected]
Sitemap
Privacy Statement
Contact us Copyright IDAI. 2012.
myzone
okezone.tv
photo
dahsyat
okegames
okefood
suar
News International Economy Lifestyle Celebrity Music Sports Bola Techno Autos Kampus Travel Index
Home Lust & Love Beauty Family Trend & Fashion Ask Expert Catwalk Video Index Topic » Miss World 2013 Miss Indonesia more...
KAMIS, 03 Oktober 2013 - 17:46:44
»
ASI Susah Keluar? Jangan Menyerah Mom& Kiddie Sabtu, 2 Oktober 2010 08:03 wib
M o m s !
ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak. (Foto: gettyimages)
DIKARUNIAI bayi mungil yang tampan atau cantik merupakan kebahagiaan luar biasa bagi Moms bukan? Namun sesaat setelah buah cinta lahir, bagaimana bila ASI Anda belum lancar keluar? Alhasil pihak rumah sakit pun memberikan susu formula. Tahukah Moms bahwa tindakan ini tidak sepenuhnya benar! Begitu pula dengan promosi berbagai produk yang „mengelu -elukan‟ bisa meningkatkan kecerdasan si k ecil.
Hal ini ditolak dengan tegas oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Seperti yang terjadi pertengahan Agustus lalu, BPOM mengungkapkan pelanggaran terhadap cara mengiklankan produk susu formula. “Khususnya untuk produk susu formula lanjutan,” ujar Tati Amal, Direktur Penilai Keamanan Pangan
BPOM.
Tati menjelaskan bahwa pelanggaran tersebut banyak terjadi dalam konten iklan. Antara lain adalah pemakaian bayi sebagai model iklan. Selanjutnya, produsen susu formula lanjutan kerap mengklaim bahwa susu produksinya dapat meningkatkan kecerdasan, itu dianggap sebagai sebuah pelanggaran. “Bagaimanapun, ASI eksklusif tetap lebih baik daripada susu formula,” tegasnya.
Tati menerangkan, terdapat dua jenis susu formula. “Ada susu formula untuk bayi di bawah enam bulan, dan susu formula lanjutan untuk bayi usia di atas satu tahun,” paparnya.
Untuk susu formula bagi bayi di bawah enam bulan, sama sekali tak boleh diiklankan. Hal tersebut dilakukan agar masyarakat lebih memilih memberi ASI daripada susu formula. Sedangkan untuk susu formula lanjutan bebas untuk diiklankan. Yuk, Mengulik Masalah ASI! Nah, agar Moms tak buru-buru memutuskan untuk memberi susu formula kepada si kecil akibat salah kaprah mengenai ASI, dr. Mulya Rahma Karyanti, SpA, Fasilitator Laktasi - Sentra Laktasi Indonesia akan menjelaskan beberapa hal mengenai hal tersebut. Catat baik-baik, ya! - Kapan ASI mulai keluar? Belum keluarnya ASI pada hari pertama kelahiran adalah sesuatu yang normal. Hari-hari pertama ditandai dengan keluarnya kolostrum dengan jumlah yang kecil tetapi sangat penting untuk antibodi bayi. ASI resminya baru keluar dua hingga tiga hari sejak melahirkan. Bayi sendiri secara alami akan tahan selama 72 jam sejak kelahirannya tanpa mengonsumsi apapun, termasuk ASI. Sayangnya, tak sedikit Momsterlanjur pesimis karena „dihantui‟ ketakutan bahwa ASI -nya tidak langsung keluar. Padahal sebenarnya hal tersebut normal. - Bila ASI belum keluar pada hari pertama kelahiran, perlukah diberi susu formula? “Tidak! Karena belum keluarnya susu pada hari -hari pertama melahirkan bukan alasan yang tepat
untuk memberikan susu formula. Malah, pemberian botol pada hari pertama sejak lahir bisa mengakibatkan bayi menjadi bingung puting, yang menyebabkan mengisap puting ibunya dengan cara yang salah, dan ini menyebabkan lecet puting dan berbagai masalah menyusui lainnya,” urai Karyanti. - Mengapa harus tetap menyusui pada masa sebelum ASI keluar? Pertama, meskipun tidak ada ASI, payudara ibu tetap mengandung kolostrum, yang berisi konsentrasi antibodi yang penting untuk bayi. Sekaligus membersihkan pencernaan bayi, merangsang keluarnya kotoran pertama bayi. Kedua, mekanisme isapan bayi pada payudara ibu akan membawa dua keuntungan yaitu merangsang keluarnya ASI yang sesungguhnya dengan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan bayi,
dan dapat merangsang rahim menciut karena isapan puting merangsang produksi hormon oksitosin. Karena itu, sebisa mungkin susui bayi Anda pada hari-hari pertama melahirkan, secepatnya! - Bagaimana prosedur pemberian ASI jika melahirkan secara cesar? Bayi yang terlahir lewat operasi cesar, mungkin lebih banyak tidur dan terlihat lesu karena terkena imbas obat anestesi operasi cesar, ketimbang bayi yang terlahir normal. Butuh waktu beberapa hari bagi bayi agar serangan kantuk hilang. Untuk sementara bayi Anda yang masih lemah, masih sulit mengisap ASI. “Pemberian ASI sebaiknya dilakukan sedini mungkin kar ena akan membantu rahim berkontraksi dan
kembali ke ukuran semula dengan lebih cepat. ASI mulai bisa diberikan sejak di ruang operasi begitu proses kelahiran selesai, asalkan ada yang memegangi posisi bayi. Atau jika ASI mulai diberikan di ruang pemulihan, posisi bayi bisa ditidurkan di atas bantal atau selimut agar lebih mudah saat menghisap ASI. Anda juga harus berhati-hati karena efek pembiusan mungkin masih terasa. Sebaiknya ada orang yang ikut membantu agar bayi dan Anda merasa nyaman,” ulas Karyanti. Beberapa rumah sakit memberlakukan peraturan ibu dan bayi baru bisa bersama setelah 24 jam. Namun tak perlu khawatir, peraturan ini bisa dilonggarkan karena sang dokter tentu menyadari pentingnya bagiMoms bersama bayi Anda setelah kelahiran, dengan asumsi tidak ada masalah yang ditemui. - Jika terlanjur diberi susu formula, bisakah kembali ke ASI? Puting payudara bersifat lembut dan fleksibel, sehingga bayi harus membuka mulut dengan lebar untuk melekat pada areola dan diperlukan usaha otot-otot mulutnya. Sebaliknya, puting buatan biasanya keras dan tidak fleksibel, sehingga tidak membutuhkan usaha dari bayi untuk mengisap. “Akibatnya, bayi baru lahir yang diberikan puting buatan akan menyusu dari payudara ibu
menggunakan mekanisme yang sama saat ia menyusu dari botol atau empeng, hal ini tentu saja tidak cukup kuat untuk memerah ASI dari payudara. Akibatnya bayi akan frustasi dan menjadi rewel menangis atau menolak untuk menyusu lagi,” imbuh Karyanti. Moms harus segera mengatasi hal tersebut, karena bingung puting yang berlangsung terlalu lama
membuat bayi malas menyusu. Akhirnya, suplai ASI akan berkurang, bahkan tidak ada sama sekali. Walaupun masalah ini sangat menantang tapi dapat diatasi dengan sesegera mungkin menyusui di waktu-waktu anak biasa menyusu. Itulah langkah pertama yang harus dilakukan untuk memperbaiki masalah bingung puting ini. “Sedangkan untuk mempersiapkan bayi, ibu bekerja harus mulai membiasakan untuk memberi ASI
perahan dengan sendok, bukan botol susu. Berikan dengan cara menyuapinya dengan sendok agar bayi tidak bingung puting. Memang pada hari-hari pertama, bayi mungkin menolak, karena mengalami cemas dan gelisah. Namun, jangan khawatir, tiga atau empat hari setelahnya bayi akan terbiasa,” terang Karyanti. Mari Kenali Keunggulan ASI! Keunggulan dan manfaat ASI dapat dilihat dari beberapa aspek, berdasarkan Buku Panduan
Manajemen Laktasi: Dit.Gizi Masyarakat-Depkes RI, 2001, antara lain:
1. Aspek Gizi Manfaat Kolostrum - Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama diare. - Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama kelahiran. Walaupun sedikit namun cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus diberikan pada bayi. - Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang tinggi dan mengandung karbohidrat dan lemak rendah, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi pada hari-hari pertama kelahiran. - Membantu mengeluarkan mekonium yaitu kotoran bayi yang pertama berwarna hitam kehijauan. Komposisi ASI - ASI mudah dicerna, karena selain mengandung zat gizi yang sesuai, juga mengandung enzimenzim untuk mencernakan zat-zat gizi yang terdapat dalam ASI tersebut. - ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi/anak. - Selain mengandung protein yang tinggi, ASI memiliki perbandingan antara Whey dan Casein yang sesuai untuk bayi, yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan protein ASI lebih mudah diserap. Sedangkan pada susu sapi perbandingan Whey : Casein adalah 20 : 80, sehingga tidak mudah diserap. Komposisi Taurin, DHA dan AA - Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak. - Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk dari substansi pembentuknya, yaitu masingmasing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat). 2. Aspek Imunologik - ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas kontaminasi. - Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran
pencernaan. - Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan. - Lysosim, enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi. - Sel darah putih pada ASI di dua minggu pertama berjumlah lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri dari tiga macam yaitu: Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernafasan, Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernafasan, dan Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan payudara ibu. - Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen, menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga keasaman flora usus bayi dan berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan. 3. Aspek Psikologik - Rasa percaya diri untuk menyusui, bahwa Moms mampu menyusui dengan produksi ASI yang mencukupi untuk bayi. Menyusui dipengaruhi oleh emosi ibu dan kasih sayang terhadap bayi akan meningkatkan produksi hormon terutama oksitosin yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi ASI. - Interaksi Ibu dan Bayi: Pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi tergantung pada kesatuan ibu-bayi tersebut. - Ikatan kasih sayang ibu dan bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti skin to skin contact. Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak bayi masih dalam rahim. 4. Aspek Kecerdasan - Interaksi ibu-bayi dan kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan sistem syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi. - Penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi ASI memiliki IQ point 4,3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8,3 point lebih tinggi pada usia 8,5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI. 5. Aspek Neurologis Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna. 6. Aspek Ekonomis Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk makanan bayi sampai
bayi berumur 4 bulan. Dengan demikian akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk membeli susu formula dan peralatannya. 7. Aspek Penundaan Kehamilan Dengan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan, sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).(ftr)
Berita Terkait : Kesehatan
Cara Jitu Tahan Keinginan Makan Cokelat Ingin Tubuh Ramping? Makan Pelan-Pelan Awas, Bakteri E Coli Intai Makanan Bayi Minyak Ikan Bikin Penderita Leukemia Sembuh Total Bagaimana Memilih Sikat Gigi Terbaik? 10 Pertanyaan Wajib Ditanyakan pada Dokter ( II-Habis) 10 Pertanyaan Wajib Ditanyakan pada Dokter (I) Perlukah Cek Tekanan Darah Secara Teratur? Waspada Kanker Saat Pesta Barbeque Selain ARV, Adakah Obat Alternatif Sembuhkan AIDS? Beri komentar BACA JUGA »
Kamis, 03 Oktober 2013 16:09 WIB
Anak Phil Collins Jadi Brand Ambassador Lancome
Kamis, 03 Oktober 2013 14:02 WIB
2500 Busana Desainer Bakal Dipamerkan di JFW 2014
Kamis, 03 Oktober 2013 13:10 WIB
Marc Jacobs Hengkang dari Rumah Mode Louis Vuitton
1. 2. 3. 4.
Megan Juara Miss World 2013, Apa Kata Vania? Horoskop 2-4 Oktober 2013 (VI-Habis) Siapa Mau Jadi Pacar Miss Nepal? Keseharian Megan Young Sangat Sederhana