BAB I PENDAHULUAN
A. Lata Latarr B Bel elak akan ang g
Kemampuan untuk mencegah transmisi infeksi di Rumah Sakit dan upay upayaa penc penceg egah ahan an infek infeksi si adal adalah ah ting tingka kata tan n perta pertama ma dalam dalam pemb pember erian ian pelayanan yang bermutu. Dalam pemberian pelayanan yang bermutu, seorang petugas kesehatan harus memiliki kemampuan untuk mencegah infeksi dimana hal ini memiliki keterkaitan yang tinggi dengan pekerjaan karena mencakup setiap aspek penanganan pasien (Soeroso, 200!. Saat ini, masalah infeksi nosokomial makin banyak mendapat perhatian para ahli karena di samping dapat meningkatkan morbilitas maupun mortal mortalitas itas,, juga juga menamb menambah ah biaya biaya pera"a pera"atan tan dan obat#o obat#obat batan, an, "aktu "aktu dan tenaga yang pada akhirnya akan membebani pemerintah$rumah sakit, personil rumah sakit maupun penderita dan keluarganya. %al ini jelas bertentangan deng dengan an
kebi kebija jaks ksan anaa aan n
pemb pemban angu guna nan n
bida bidang ng
kese keseha hata tan n
yang yang
just justru ru
menekankan peningkatan efisiensi pelayanan pela yanan kesehatan (&riatmodjo, ')!. *nfeksi nosokomial adalah semua kasus infeksi yang terjadi sekurang# kurangnya setelah ) + 2 jam dira"at di rumah sakit atau pada "aktu masuk tidak didapatkan didapatkan tanda#tanda tanda#tanda klinik dari infeksi infeksi tersebut. tersebut. -eskipun -eskipun kultur tidak mendukung ke arah infeksi nosokomial, tetap dicatat sebagai infeksi nosokomial (Kurniadi, ')! enularan dapat terjadi melalui cara silang (cross ( cross infection! infection! dari satu pasien kepada pasien yang lainnya atau infeksi diri sendiri di mana kuman sudah ada pada pasien kemudian melalui suatu migrasi (gesekan! pindah tempat dan di tempat yang baru menyebabkan infeksi ( self ( self infection atau auto infection!. infection!. &idak hanya pasien ra"at yang dapat tertular, tapi juga seluruh personil rumah sakit yang berhubungan dengan pasien, juga penunggu dan pengunjung pasien. *nfeksi ini dapat terba"a ke tengah keluarganya masing# masing (/ulkarnain, 200!. ara penularan melalui tenaga tenaga pera"at ditempatkan ditempatkan sebagai sebagai penyebab penyebab yang paling utama infeksi nosokomial. enularan melalui tangan pera"at
'
dapat secara langsung karena tangan yang kurang bersih atau secara tidak langsung melalui peralatan yang in1asif. Dengan tindakan mencuci tangan secara benar saja kejadian infeksi nosokomial dapat mencapai 03 apalagi jika tidak mencuci tangan. eralatan yang kurang steril, air yang terkontaminasi kuman, cairan desinfektan yang mengandung kuman, sering meningkatkan risiko infeksi nosokomial (4tje, ')!. 5erdasarkan pengkajian di ruang empaka ) RS4D dr.6oekmonohadi Kudus pada tanggal ' 7uni 20' mengenai pengendalian infeksi nosokomial diperoleh data bah"a di dalam ruangan sudah terdapat handscrub. &etapi di dalam ruangan jumlah handscrub yang tersedia kurang memadai, karena hanya ada 2 handscrub, yaitu di depan kamar 8 dan di samping ners station. enyediaan handscrub di setiap kamar pasien sangat penting untuk mengurangi atau mencegah terjadinya infeksi nosokomial. 7umlah handscrub yang memadai dapat memudahkan petugas dan pengunjung untuk melakukan hand higyene, sesuai dengan momen cuci tangan, yaitu sebelum ke pasien, sesudah ke pasien, sebelum melakukan tindakan, sesudah melakukan tindakan, dan sesudah terkena cairan tubuh pasien. 5erdasarkan hal tersebut maka mahasis"a tertarik untuk menganalisis masalah 9kurang optimalnya penggunaan handscrub: di ruang cempaka ) RS4D dr.6oekmonohadi Kudus untuk mengurangi terjadinya infeksi nosokomial.
B. Tujuan ' 4mum Setelah dilakukan praktik kepera"atan manajemen selama ' (satu!
minggu diharapkan petugas dan pengunjung di ruang empaka ) dapat meningkatkan kesadaran terkait upaya mengoptimalkan pemakaian 2
handscrub untuk pengendalian infeksi nosokomial. Khusus a. -ampu meningkatkan pemahaman petugas dan pengunjung Ruang empaka ) RS4D dr.6oekmonohadi Kudus dalam menerapkan hand higyene
2
b. -ampu meningkatkan penggunaan handscrub di ruang cempaka ) RS4D dr.6oekmonohadi Kudus c. -ampu mengurangi serta mencegah terjadinya infeksi nosokomial C. Manfaat '. Sebagai bahan masukan bagi ruang empaka ) RS4D dr.6ukmonohadi
Kudus untuk mengoptimalkan pemakaian handscrub 2. Sebagai salah satu upaya dalam pengendalian infeksi nosokomial di ruang empaka ) RS4D dr.6oekmonohadi Kudus
)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
: Health-care Associated Infections (HAIs): merupakan komplikasi yang paling sering terjadi di pelayanan kesehatan. %;*s selama ini dikenal sebagai *nfeksi
B. Faktr Pen!e"a" #erke$"angan infek%i n%k$ial '. ;gen infeksi asien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama
dira"at di rumah sakit. Kontak antara pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan gejala klinis karena banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Kemungkinan terjadinya infeksi tergantung pada> a. karakteristik mikroorganisme b. resistensi terhadap ?at#?at antibiotika c. tingkat 1irulensi, dan d. banyaknya materi infeksius. Semua mikroorganisme termasuk bakteri, 1irus, jamur dan parasit dapat menyebabkan infeksi nosokomial. *nfeksi ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat dari orang lain ( cross infection! atau disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous
infection!. Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih disebabkan karena faktor eksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya melalui makanan dan udara dan benda atau bahan#bahan yang tidak steril. enyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan disebabkan oleh mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada manusia yang sebelumnya tidak atau jarang menyebabkan penyakit pada orang normal (4tama, 200@!. 2.
Respon dan toleransi tubuh pasien Aaktor terpenting yang mempengaruhi tingkat toleransi dan respon tubuh pasien dalam hal ini adalah> a. 4sia b. status imunitas penderita c. penyakit yang diderita d. Bbesitas dan malnutrisi e. Brang yang menggunakan obat#obatan f. imunosupresan dan steroid g. *nter1ensi yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan terapi. 4sia muda dan usia tua berhubungan dengan penurunan resistensi tubuh terhadap infeksi kondisi ini lebih diperberat bila penderita menderita penyakit kronis seperti tumor, anemia, leukemia, diabetes mellitus, gagal ginjal, S6C dan ;*DS. Keadaan#keadaan ini akan meningkatkan toleransi tubuh terhadap infeksi dari kuman yang semula bersifat opportunistik. Bbat#obatan yang bersifat immunosupresif dapat menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi. 5anyaknya prosedur pemeriksaan penunjang dan terapi seperti biopsi, endoskopi, kateterisasi, intubasi dan tindakan pembedahan juga meningkatkan resiko infeksi (4tama, 200@!.
).
*nfeksi melalui kontak langsung dan tidak langsung *nfeksi yang terjadi karena kontak secara langsung atau tidak langsung dengan penyebab infeksi. enularan infeksi ini dapat melalui tangan, kulit dan baju, seperti golongan staphylococcus aureus. Dapat juga melalui cairan yang diberikan intra1ena dan jarum suntik, hepatitis dan %*. eralatan dan instrumen kedokteran. -akanan yang tidak steril,
tidak dimasak dan diambil menggunakan tangan yang menyebabkan terjadinya infeksi silang. .
Resistensi antibiotika Seiring dengan
penemuan
dan
penggunaan
antibiotika penicillin antara tahun '0#'0, banyak penyakit yang serius dan fatal ketika itu dapat diterapi dan disembuhkan. 5agaimana pun juga, keberhasilan ini menyebabkan penggunaan berlebihan dan penyalahgunaan dari antibiotika. 5anyak mikroorganisme yang kini menjadi
lebih
meningkatkan
resisten. angka
-eningkatnya mortalitas
resistensi
terutama
bakteri
terhadap
dapat pasien
yang immunocompromised . Resitensi dari bakteri ditransmisikan antar pasien dan faktor resistensinya dipindahkan antara bakteri. enggunaan antibiotika yang terus#menerus ini justru meningkatkan multiplikasi dan penyebaran strain yang resisten. enyebab utamanya karena> a. enggunaan antibiotika yang tidak sesuai dan tidak terkontrol b. Dosis antibiotika yang tidak optimal c. &erapi dan pengobatan menggunakan antibiotika yang terlalu singkat d. Kesalahan diagnosa (4tama, 200@! 5anyaknya pasien yang mendapat obat antibiotika dan perubahan dari gen yang resisten terhadap antibiotika mengakibatkan timbulnya multiresistensi kuman terhadap obat#obatan tersebut. enggunaan antibiotika secara besar#besaran untuk terapi dan profilaksis adalah faktor utama
terjadinya
staphylococci, banyak
resistensi.
5anyak
strain
dari
pneumococci,
enterococci, dan tuberculosis telah resisten terhadap
antibiotika,
begitu
juga klebsiella dan pseudomonas
aeruginosa juga telah bersifat multiresisten. Keadaan ini sangat nyata terjadi terutama di negara#negara berkembang dimana antibiotika lini kedua belum ada atau tidak tersedia. *nfeksi nosokomial sangat mempengaruhi angka morbiditas dan mortalitas di rumah sakit, serta menjadi sangat penting karena meningkatnya jumlah penderita yang dira"at, seringnya imunitas tubuh melemah karena sakit, pengobatan atau umur, mikororganisme yang baru (mutasi!, dan -eningkatnya resistensi bakteri terhadap antibiotika.
@
.
Aaktor alat Dari suatu penelitian klinis, infeksi nosokomial terutama disebabkan infeksi dari kateter urin, infeksi jarum infus, infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi dari luka operasi dan septikemia. emakaian infus dan kateter urin lama yang tidak diganti#ganti. Di ruang penyakit dalam, diperkirakan 20#23 pasien memerlukan terapi infus. Komplikasi kanulasi intra1ena ini dapat berupa gangguan mekanis, fisis dan kimia"i. Komplikasi tersebut berupa> a. Ckstra1asasi infiltrat> cairan infus masuk ke jaringan sekitar insersi kanula b. enyumbatan> *nfus tidak berfungsi sebagaimana mestinya tanpa dapat dideteksi adanya gangguan lain c. Alebitis> &erdapat pembengkakan, kemerahan dan nyeri sepanjang 1ena d. &rombosis> &erdapat pembengkakan di sepanjang pembuluh 1ena yang menghambat aliran infus e. Kolonisasi kanul> 5ila sudah dapat dibiakkan mikroorganisme dari bagian kanula yang ada dalam pembuluh darah f. Septikemia> 5ila kuman menyebar hematogen dari kanul g. Supurasi> 5ila telah terjadi bentukan pus di sekitar insersi kanul (4tama, 200@! 5eberapa faktor di ba"ah ini berperan dalam meningkatkan komplikasi kanula intra1ena yaitu> jenis kateter, ukuran kateter, pemasangan melalui 1enaseksi, kateter yang terpasang lebih dari 2 jam, kateter yang dipasang pada tungkai ba"ah, tidak mengindahkan prinsip anti sepsis, cairan infus yang hipertonik dan darah transfusi karena merupakan media pertumbuhan mikroorganisme, peralatan tambahan pada tempat infus untuk pengaturan tetes obat, manipulasi terlalu sering pada kanula. Kolonisasi kuman pada ujung kateter merupakan a"al infeksi tempat infus dan bakteremia
. Da$#ak Infek%i N%k$ial *nfeksi nosokomial memberikan dampak sebagai berikut > '. -enyebabkan cacat fungsional, stress emosional dan dapat menyebabkan cacat yang permanen serta kematian.
2. Dampak tertinggi pada negara berkembang dengan pre1alensi %*$;*DS yang tinggi. ). -eningkatkan biaya kesehatan diberbagai negara yang tidak mampu dengan meningkatkan lama pera"atan di rumah sakit, pengobatan dengan obat#obat mahal dan penggunaan pelayanan lainnya, serta tuntutan hukum.
D. Pengellaan Infek%i N%k$ial Seperti diketahui, penderita yang terindikasi harus menjalani proses asuhan kepera"atan, yaitu penderita harus menjalani obser1asi, tindakan medis akut, atau pengobatan yang berkesinambungan. *nfeksi nosokomial ini dapat disebabkan oleh petugas kesehatan, pengunjung, dan juga pasien lainnya. Kunci pencegahan infeksi pada fasilitas pelayanan kesehatan adalah mengikuti prinsip pemeliharaan hygene yang baik, kebersihan dan kesterilan dengan lima standar penerapan yaitu> '. -encuci tangan untuk menghindari infeksi silang. -encuci tangan merupakan metode yang paling efektif untuk mencegah infeksi nosokomial, efektif mengurangi perpindahan mikroorganisme karena bersentuhan 2. -enggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kontak dengan darah atau cairan tubuh lain. ;lat pelindung diri meliputiE pakaian khusus (apron!, masker, sarung tangan, topi, pelindung mata dan hidung yang digunakan di rumah sakit dan bertujuan untuk mencegah penularan berbagai jenis mikroorganisme dari pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya, misalnya melaui sel darah, cairan tubuh, terhirup, tertelan dan lain#lain. ). -anajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko penularan penyakit melalui benda#benda tajam yang tercemar oleh produk darah pasien. &erakit dengan hal ini, tempat sampah khusus untuk alat tajam
=
harus disediakan agar tidak menimbulkan injuri pada tenaga kesehatan maupun pasien. . -elakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan prinsip yang benar. &indakan ini merupakan tiga proses untuk mengurangi resiko tranmisi infeksi dari instrumen dan alat lain pada klien dan tenaga kesehatan . -enjaga sanitasi lingkungan secara benar. Sebagaiman diketahui akti1itas pelayanan kesehatan akan menghasilkan sampah rumah tangga, sampah medis dan sampah berbahaya, yang memerlukan manajemen yang baik untuk menjaga keamanan tenaga rumah sakit, pasien, pengunjung dan masyarakat.
BAB III ANALISA SITUASI A. Pengkajian A%#ek S#e%ifik Fung%i Manaje$en Teri Pengen&alian infek%i n%k$ial Kunci pencegahan infeksi pada fasilitas pelayanan
Anali%i% Situa%i Setelah dilakukan obser1asi
kesehatan adalah mengikuti prinsip pemeliharaan selama 2 hari, telah hygene yang baik, kebersihan dan kesterilan
didapatkan data sebagai
dengan lima standar penerapan yaitu> berikut > '. -encuci tangan untuk menghindari infeksi ada hari pertama dan silang. -encuci tangan merupakan metode kedua '#'@ 7uni 20' > yang paling efektif untuk mencegah infeksi a. &ersedianya handscrub nosokomial, efektif mengurangi perpindahan di ruangan kurang mikroorganisme karena bersentuhan memadai, hanya ada 2 2. -enggunakan alat pelindung diri untuk handscrub menghindari kontak dengan darah atau cairan b. Di setiap kamar pasien tubuh lain. ;lat pelindung diri meliputiE tidak terdapat handscrub pakaian khusus (apron!, masker, sarung tangan, c. Kurang optimalnya topi,
pelindung
mata
dan
hidung
yang
digunakan di rumah sakit dan bertujuan untuk mencegah
penularan
mikroorganisme
dari
berbagai pasien
ke
jenis tenaga
kesehatan atau sebaliknya, misalnya melaui sel darah, cairan tubuh, terhirup, tertelan dan lain# lain. ). -anajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko penularan penyakit melalui benda#benda tajam yang tercemar oleh produk darah pasien. &erakit dengan hal ini, tempat sampah
khusus
untuk
alat
tajam
harus
disediakan agar tidak menimbulkan injuri pada tenaga kesehatan maupun pasien. . -elakukan dekontaminasi, pencucian
dan
sterilisasi instrumen dengan prinsip yang
'0
penerapan momen cuci tangan
benar. &indakan ini merupakan tiga proses untuk mengurangi resiko tranmisi infeksi dari instrumen dan alat lain pada klien dan tenaga kesehatan . -enjaga sanitasi lingkungan secara benar. Sebagaiman
diketahui
akti1itas
pelayanan
kesehatan akan menghasilkan sampah rumah tangga, sampah medis dan sampah berbahaya, yang memerlukan manajemen yang baik untuk menjaga keamanan tenaga rumah sakit, pasien, pengunjung dan masyarakat.
B. I&entifika%i Ma%ala' &an Anali%a Data N( ).
DATA F(KUS ("%er*a%i +
MASALAH a. Kurang optimalnya
%asil obser1asi didapatkan bah"a setiap selesai
penggunaan
tindakan pera"at selalu cuci tangan. &erdapat
handscrub
handscrub pada ners station tapi tidak ada pada setiap kamar pasien. Didapatkan hasil bah"a pada ruangan jumlah handscrub kurang memadai, yaitu hanya ada 2.
''
C. Pengen&alian Infek%i N%k$ial ;nalisa SFB& engendalian infeksi nosokomial
Strengt' ,Kekuatan;danya
eakne%% ,Kele$a'anDi ruangan
handscrub
jumlah
dan panduan
handscrub
cara mencuci
kurang
tangan
memadai, yaitu
(##rtunit! ,Ke%e$#atan-elindungi diri dari
infeksi nosokomial
T'reatene& ,An/a$an&erkena infeksi
nosokomial
hanya ada 2
-asalah > a. Kurang optimalnya penggunaan handscrub dalam pengendalian infeksi nosokomial *nter1ensi > a. b. c. d. e. f.
4payakan menggunakan ;D -engoptimalkan penyediaan handscrub di depan kamar pasien -engoptimalkan momen cuci tangan pada petugas -enyediakan tempat handscrub di depan kamar pasien Sosialisasikan cara cuci tangan yang baik dan benar ;njurkan penyediaan panduan cara cuci tangan di depan kamar pasien
'2
D. Fi%'"ne
g. -aterial> h. # &ersedianya i. handscrub kurang j. memadai
-an> # era"at kurang memperhatikan kebiasaan cuci tangan sebelum dan sesudah ke pasien # engunjung kurang memperhatikan pentingnya cuci tangan S O N I i g g n i t o k i s e R
-ethode> # Kurang optimalnya kebiasaan cuci tangan E. Pengen&alian Infek%i N%k$ial B; -asalah pengendalian infeksi nosokomial Ma%ala'
0en/ana
Tujuan
Tin&akan a. 4payakan
Kurang optimalnya penggunaan handscrub
a.-engoptimalkan
menggunakan ;D b. enyediaan
penggunaan handscrub b.-engurangi dan
handscrub pada
menekan
masing#masing
terjadinya
kamar pasien c. Bptimalkan momen
Sa%aran
Te$#a
era"at
t Ruang
dan
empa
pengunju
ka ***
akt u
'
Kepala
7uni 20'
ruang
ng di ruangan
infeksi nosokomial
cuci
tangan BAB I1 PENUTUP
A. Ke%i$#ulan
: Health-care Associated Infections (HAIs): merupakan komplikasi yang paling sering terjadi di pelayanan kesehatan. %;*s selama ini dikenal sebagai *nfeksi
')
PJ
Kalaupun tak berakibat kematian, pasien dira"at lebih lama sehingga pasien harus membayar biaya rumah sakit yang lebih banyak. -encuci tangan merupakan salah satu upaya yang efektif untuk pengendalian infeksi nosokomial. %al tersebut dapat ditunjang dengan mengoptimalkan penggunaan handscrub dan momen cuci tangan pada petugas dan pengunjung.
B. Saran 1. Diharapkan kepada penentu kebijakan dalam hal ini rumah sakit agar
memfasilitasi alat yang dibutuhkan dalam mencegah infeksi nosokomial 2.
di rumah sakit Diharapkan kepada petugas dan pengunjung untuk ikut berperan serta dalam pengendalian infeksi nosokomial, salah satunya yaitu dengan
3.
melakukan kebiasaan cuci tangan yang baik dan benar Diharapkan kepada petugas untuk mengoptimalkan momen cuci tangan dengan baik
'
DAFTA0 PUSTAKA
Depkes R* bekerjasama dengan erdalin. 200. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di umah !akit dan "asiltas Pelayanan #esehatan $ainnya. SK -enkes Kemenkes R*
%asibuan, -. (200)! %rganisasi dan &oti'asi, 7akarta>&. 5huana ;ksara
Kurniadi, %. (')! paya Pencegahan Infeksi osokomial di ! &itra #eluarga *akarta, ermin Dunia Kedokteran
Schaffer, et al (2000! Pencegahan Infeksi + Praktik yang Aman, 7akarta> C8.
'