MAKANAN TABU IBU HAMIL DAN MENYUSUI DI BANYUWANGI BANYUWANGI SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BUKU ILMIAH POPULAR (FOOD TABOO WITH PREGNANT AND BREASTFEEDING IN BANYUWANGI AND THE USE OF POPULAR POPULAR SCIENTIFIC SCIENTIFIC BOOKS) Whenni Milasari Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember Jln. Kalimantan 37 Kampus Tegalboto, Sumbersari, Jember, Jember 68121 E-mail:
[email protected]
Abstrak Makanan tabu merupakan aturan-aturan sosial yang tidak tertulis berdasarkan alasan agama dan sejarah yang mengatur tentang konsumsi makanan. Biasanya yang masih melaksanakan makanan tabu adalah ibu hamil dan ibu menyusui. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makanan tabu dan alasannya pada ibu hamil dan menyusui pada suku Osing, Jawa dan Madura di Banyuwangi. Desain studi yang adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode diskusi kelompok terarah pada ibu hamil dan wawancara mendalam dengan dukun bayi, keluarga, serta bidan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makanan yang ditabukan meliputi kelompok buah buahan, lauk, makanan yang dianggap panas, dan makanan yang dianggap tidak lazim, seperti makanan dempet atau kembar. Alasan tabu makanan di Banyuwangi karena adanya pendekatan pendekatan secara simbolik, fungsional, dan nilai atau keagamaan. Diperlukan penyuluhan oleh bidan desa terkait gizi kehamilan pada ibu hamil, kader posyandu, tetua masyarakat, dan keluarga. Ibu hamil perlu didorong untuk mengonsumsi makanan yang bergizi dan tidak memantang makanan yang dapat mengeksklusikan zat gizi tertentu dari dietnya. Kata kunci : Ibu hamil dan Menyusui, Makanan Tabu, Suku di Banyuwangi
Abst Abstr act Food taboo is an unwritten social rule based on religious and historical reasons governing the consumption of food. Usually those who still carry taboos are pregnant women and nursing mothers. This study aims to find taboo food and the reason for pregnant and lactating mothers in Osing, Java and Madura in Banyuwangi. The study design is descriptive qualitative by using focus group discussion method on pregnant mother and in-depth interview with dukun baby, family, and midwife. The results showed that the foods taboo included fruit groups, side dishes, foods that were considered hot, and foods that were considered unusual, such as food attached or twins. The reason food taboo in Banyuwangi because of the approach of symbolic, functional, and value or religious. Necessary extension by village midwife related to pregnancy nutrition in pregnant mother, posyandu cadre, community elder, and family. Pregnant women need to be encouraged to eat nutritious foods and not to challenge foods that can exclude certain nutrients from their diet. Keywords: Pregnant Keywords: Pregnant and Breast Feeding, Food Taboo, Tribe in Banyuwangi
PENDAHULUAN Makanan tabu merupakan aturan-aturan sosial yang tidak tertulis berdasarkan alasan agama dan sejarah yang mengatur tentang konsumsi makanan[1]. Makanan tabu dibagi menjadi 2 yaitu makanan tabu permanen dan makanan tabu sementara[2]. Makanan tabu permanen merupakan merupakan pantangan pantangan makanan makanan yang dilarang oleh suatu kelompok tertentu, misalnya agama islam yang melarang umatnya untuk mengkonsumsi daging babi. Sedangkan
makanan tabu sementara merupakan makanan yang dihindari hanya untuk jangka waktu tertentu misalnya pada perempuan ketika hamil dan menyusui. Biasanya makanan tabu dilakukan oleh kaum perempuan yaitu ibu hamil, ibu menyusui dan anak-anak. Mereka menganggap bahwa dengan menghindari makanan yang ditabukan akan mencegah bahaya bagi bayi mereka. Namun bagi mereka yang melanggarnya melanggarnya akan mendapatkan ancaman bahaya [3]. Padahal menurut UNICEF, makanan yang dijadikan
sebagai hal yang tabu merupakan salah satu faktor dari penyebab kekurangan gizi. Hal ini juga didukung oleh Sholiha dan sartika bahwa makanan tabu dapat menjadi resiko kekurangan gizi yang tinggi khususnya bagi ibu hamil. Karena makanan tabu tersebut mengandung protein yang tinggi, vitamin A, kalsium dan zat besi sehingga juga dapat menjadi penyebab kematian dalam kasus pendarahan selama proses persalinan [4]. Sekarang ini, makanan tabu sudah tidak asing lagi bagi kalangan masyarakat khususnya masyarakat Banyuwangi. Masyarakat Banyuwangi yang mayoritasnya adalah suku Osing memiliki ciri khas sendiri dalam hal makanan tabu. Meskipun juga memiliki kesamaan dengan suku Jawa dan suku Madura yang ada di Banyuwangi. Umumnya masyarakat yang masih mempercayai makanan tabu adalah ibu hamil. Makanan yang biasa dijadikan sebagai pantangan yaitu mangga kweni, tebu, nanas, durian, cumi-cumi, kepiting, ikan laut, telur, makanan dari olahan lebah, makanan yang banyak mengandung lemak dan makanan yang pedas. Ciri khas dari masyarakat Osing adalah ibu hamil tidak boleh makan tebu karena dapat menyebabkan nyeri dan sangat mulas. Selain itu juga tidak boleh makan makanan dari lebah misalnya dalam bahasa jawa adalah botok tawon karena dianggap ketika bayinya sudah besar suka mencubit. Ciri khas dari masyarakat jawa adalah ibu hamil tidak boleh makan mangga kweni, nanas dan juga durian. Karena dianggap dapat menyebabkan keguguran. Sedangkan bagi masyarakat madura adalah ibu hamil tidak boleh makan udang, karena dianggap ketika melahirkan bayinya keluar masuk sehingga menjadi tidak lancar dalam proses persalinan. Berdasarkan pernyataan diatas, diperlukan identifikasi, inventarisasi dan dokumentasi makanan tabu apa saja yang masih dipercayai beserta alasannya di masyarakat Banyuwangi. Agar masyarakat mengetahui dan memahami pentingnya asupan gizi khususnya bagi ibu hamil. Upaya untuk menyebar luaskan pengetahuan mengenai makanan tabu yaitu melalui buku ilmiah populer. Sehingga didapatkan penelitian dengan judul “Inventarisasi Makanan Tabu pada Masyarakat Banyuwangi dan Pemanfaatannya sebagai Buku Ilmiah Populer”.
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey yang bersifat deskriptif dengan metode penelitian kualitatif. Penelitian ini dilakukan di Banyuwangi dengan 3 kecamatan yaitu Kecamatan Kemiren, Muncar dan Genteng pada bulan Juli sampai September 2018. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data dkumpulkan dari 3 ibu hamil dari masingmasing kecamatan melalui diskusi kelompok dan 4 orang yang meliputi dukun bayi, bidan, kader kesehatan dan keluarga ibu hamil melalui wawancara yang mendalam. Validitas dari penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode. Kemudian data diolah secara manual melalui proses transkripsi dan matrikulasi. Tahap akhir dari penelitian ini yaitu analisis data dengan cara membandingkan informasi yang diperoleh dari informan, membandingkan dengan teori yang sudah ada, dan mengelompokkan data untuk kemudian ditarik kesimpulan.
HASIL PENELITIAN Banyuwangi memiliki luas sekitar 5.782 km2 yang terdiri dari 25 kecamatan, diantaranya adalah Kecamatan Kemiren, Muncar dan Genteng. Masing-masing kecamatan tersebut memiliki suku yang berbeda meskipun indentiknya banyuwangi memiliki suku Osing. Kemiren ini berada di jalan kearah menuju wisata kawah ijen, yang mana masyarakatnya merupakan asli orang Osing, maka dari itu di Kemiren terdapat wisata osing. Muncar terletak sebelah selatan yang dekat dengan laut. Mayoritas masyarakat yang tinggal disana adalah orang madura yang memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Genteng merupakan kecamatan yang dekat dengan pusat keramaian dimana mayoritas orang-orangnya adalah suku jawa. Penelitian ini melibatkan 7 informan dari masing – masing kecamatan yang meliputi 3 ibu hamil, 1 seorang dukun bayi, seorang bidan, seorang kader kesehatan dan seseorang dari keluarga ibu hamil. Berdasarkan hasil Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan dukun bayi, keluarga, serta diskusi kelompok ibu hamil,
makanan yang dipantangkan untuk kehamilan antara lain dari segi buah-buahan meliputi mangga kweni, nanas, durian, tebu, pisang yang menempel (gandeng), cabai, nangka, tebu dari segi lauk pauk ikan, telur, kepiting, udang, bakso, makanan bersantan. Terdapat beberapa alasan menabukan makanan di kecamatan Kemiren yang mayoritas suku Osing. Dukun bayi mengatakan bahwa ibu hamil tidak boleh makan tebu. “ Buah tebu memiliki ruas – ruas di setiap 5 cm nya, sehingga nanti ketika melahirkan, bayi tidak bisa keluar secara lancar tapi tersendat sendat seperti ada yang menghalangi. “ “ Kalau sedang hamil tidak boleh makan durian karena kondisi didalam perut akan panas sehingga dapat menyebabkan keguguran. Nanas dan mangga kweni juga sama juga dapat menyebabkan keguguran. Kalau lauk pauk, jika dikaji dari segi kesehatan boleh dimakan kepiting karena dapat menyebabkan bayi menjadi cacat yaitu jari-jarinya menempel tanpa ada sela dan juga tidak boleh makan udang karena jalannya udang mundur sehingga ketika dalam proses melahirkan ditakutkan bayinya masuk ke dalam perut lagi (mundur).” Menurut ibu hamil yang merupakan orang suku madura yang bertempat tinggal di Muncar mengatakan bahwa banyak makanan yang menjadi pantangan. “ Ibu yang sedang menyusui tidak boleh makan ikan karena dapat menyebabkan asi yang dikeluarkan menjadi amis selain itu juga tidak boleh makan cumi karena cumi mengeluarkan tinta hiatam sehingga ketika bayi buang air besar warnanya menjadi hitam. Ibu yang sedang hamil juga tidak boleh makan yang banyak lemaknya karena jika melahirkan kulit bayinya terdapat putih-puth seperti ga jih.” Menurut ibu hamil yang tinggal di Genteng yang mayoritas merupakan suku Jawa. “Orang yang baru melahirkan tidak boleh makan tauge karena luka jahitannya masih belum kering sehingga dapat menyebabkan luka jadi basah. Selain itu juga tidak boleh makan pisang yang gandeng yang dapat menyebabkan bayi menjadi kemba siyam”. Tabel 1. Karakteristik Informan
Inform an
Umur
Pendi dikan
Pekerjaan
Suku
Shinta Dewi Siti Saini Lilis Ponijah
27 22 31 57 45 51
SMA SMP SMP SD SMP SD
Wiraswasta Wiraswasta Petani Dukun bayi Dukun bayi Dukun bayi
Madura Jawa Osing Jawa Madura Osing
PEMBAHASAN Makanan yang dipantang ibu hamil di Banyuwangi dapat dikelompokkan menjadi kelompok buah, kelompok lauk, kelompok makanan yang dianggap panas, dan kelompok makanan yang dianggap tidak lazim seperti makanan dempet atau kembar. Ditinjau dari tabu makanan yang ada, terdapat beberapa zat gizi yang mungkin terhindarkan pada ibu hamil di Banyuwang. Zat gizi tersebut antara lain serat, mineral, vitamin, dan protein. Selama kehamilan, kebutuhan zat gizi meningkat dan tabu makanan dapat memperparah kejadian kurang gizi selama kehamilan. Jika tabu makanan bersifat sangat ketat, defisiensi zat gizi tersebut menjadi lebih parah dan dapat berdampak tida saja pada ibu hamil, tetapi juga pada bayi yang dilahirkan[5,6]. Tabu makanan di India meningkatkan risiko defisiensi zat gizi seperti protein hewani, lemak, vitamin A, kalsium, dan zat besi pada ibu hamil [7]. Buah-buahan merupakan kelompok makanan yang paling banyak dipantangkan. Hal ini berbeda dengan pernyataan FAO [8], bahwa makanan hewani merupakan jenis makanan yang paling banyak dipantangkan di dunia. Di Ghana, makanan hewani merupakan makanan yang lebih banyak dipantangkan daripada makanan nabati [9]. Faktor geografis dan kebiasaan makan penduduk mungkin menjadi salah satu faktor pengaruh. Buah-buahan dan sayuran kaya akan serat dan zat gizi. Kekurangan serat dapat memperparah kondisi konstipasi yang umum ditemui pada kehamilan [10]. Selain serat, buah melodi (pepino), mangga kweni, pisang, nanas, nangka, durian, dan merupakan buah yang kaya karoten (prekursor vitamin A), vitamin C, zat besi, asam folat, dan mineral seperti kalium, fosfor, serta kalium [11,12,13]. Defisiensi vitamin A pada kehamilan dapat meningkatkan risiko malformasi organ pada janin seperti paru-
paru, jantung, dan saluran urinaria. Kekurangan zat besi, vitamin C, dan asam folat bersamaTabel 2. Alasan yang mendasari makanan tabu Jenis Makanan Nanas
Durian Mangga kweni Tauge Cabai Tebu Kepiting Udang Cumi-cumi Ikan laut Lebah Makanan bersantan dan berkuah Makanan berlemak Telur Ayam Pisang gandeng
sama dapat menyebabkan anemia ibu hamil dan anak yang dilahirkan [11].
Alasan Menyebabkan kondisi didalam perut panas sehingga dapat menyebabkan keguguran. Menyebabkan kondisi didalam perut panas sehingga dapat menyebabkan keguguran. Menyebabkan kondisi didalam perut panas sehingga dapat menyebabkan keguguran. Menyebabkan luka jahitan menjadi basah kembali Menyebabkan ketika bayi lahir ada beleknya dan bayi menjadi mencret. Menyebabkan proses persalinan tidak lancar atau tersendat-sendat. Menyebabkan anak menjadi cacat, tangannya seperti cupit. Menyebabkan ketika bayi akan keluar menjadi masuk lagi kedalam atau mundur. Menyebabkan feses bayi menjadi hitam. Menyebabkan air asi menjadi amis. Menyebabkan anak mempunyai sifat mencubit seperti lebah. Menyebabkan luka jahitan menjadi basah. Menyebabkan bayi ketika lahir terdapat putih-putih seperti gajih pada kulitnya. Menyebabkan bayi menjadi bonongan. Menyebabkan terdapat nanah pada bayi. Menyebabkan bayi menjadi kembar siya,m
Lauk yang ditabukan pada ibu hamil di Banyuwangi adalah kepiting karena bentuk tangannya seperti cupit. Makanan yang ditabukan karena dianggap panas antara lain merica, cabai, nanas, dan durian. Dikotomi makanan panas dan dingin bukan berasal dari suhu makanan tersebut. Sistem pengelompokkan tersebut datang dari China dan India dan merupakan penyimbolan suatu makanan. Sehat didefinisikan sebagai kondisi seimbang antara unsur panas dan unsur dingin. Ibu yang hamil diibaratkan sedang mengalami kondisi sangat panas sehingga diperlukan makanan dingin dan terdapat larangan mengonsumsi makanan panas. Makanan panas baru boleh dikonsumsi menjelang proses kelahiran untuk mempercepat persalinan [14,15]. Kelompok makanan tabu yang tidak lazim antara lain buah dempet atau telur yang berkuning dua. Makanan tersebut dipercaya mempunyai dampak yang buruk bagi kehamilan di masyarakat Banyuwangi. Semua tabu makanan ibu hamil bertujuan untuk melindungi ibu hamil dan janin dari bahaya yang
dapat ditimbulkan dari makanan tertentu baik karena alasan yang bersifat magis atau kesehatan. Dari sisi magis, bahaya makanan diasosiasikan dengan bentuk makanan. Pantangan makan jenis ini menggunakan alasan pendekatan secara simbolis. Alasan pendekatan pantangan makan lainnya yaitu secara fungsional melihat suatu makanan berdasarkan nilai manfaatnya terhadap kesehatan [16]. Pantangan makan seperti ini misalnya adalah pantangan makan buah melodi yang dapat mengakibatkan darah rendah, makanan „panas‟ dan makanan yang bersifat menggugurkan, kol dan kubis yang mengandung zat kimia berbahaya (pestisida), es, dan makan buah yang banyak. Masyarakat Banyuwangi juga memantangkan makanan berdasarkan nilai dan agama yang mereka anut seperti pada vegetarianisme dan masyarakat beragama Islam. Jenis pantangan yang didasarkan atas agama merupakan perilaku makan yang bersifat absolut atau tidak dapat berubah karena didasarkan atas larangan agama [17].
KESIMPULAN Makanan yang menjadi pantangan bagi ibu hamil dan menyusui di 3 kecamatan di Banyuwangi yang meliputi Kecamatan kemiren, Muncar dan Genteng dapat dikelompokkan menjadi kelompok buah – buahan, kelompok lauk, kelompok makanan yang dianggap panas dan kelompok makanan yang dianggap tidak alzim seperti makanan dempet atau kembar. Alasan makanan tabu di 3 kecamatan tersebut terjadi karena pendekatan secara simbolis, fungsional dan nilai atau keagamaan.
[5]
[6]
[7]
[8]
SARAN Diperlukan penyuluhan terkait gizi kehamilan kepada ibu hamil, kader kesehatan, dukun bayi dan keluarga oleh pihak terkait seperti bidan desa. Ibu hamil perlu didorong untuk mengonsumsi makanan yang bergizi dan tidak memantang makanan yang dapat mengeksklusikan zat gizi tertentu dari dietnya.
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan untuk Kemenristekdikti yang telah mendanai penelitian ini hingga selesai. DAFTAR PUSTAKA [1]
[2]
[3]
[4]
Ekwochi, Uchena., Osuorah, Chidiebere., Ndu, Ikene. 2016. Food Taboos and Myths in South Eastern Nigeria: The Belief and Practice of Mothers in the Region. Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine. 12:7. Humaeni, Ayatullah. 2015. Tabu Perempuan dalam Budaya Masyarakat Banten. Humaniora. 27 : 174-178. Kartikowati, Sri dan Hidir, Achmad. 2014 Sistem Kepercayaan di Kalangan Ibu Hamil dalam masyarakat Melayu. Jurnal Paralel. 1(2) : 89-167. Widowati, Indar., Harnany, Alfiyah dan Amirudin, Zaenal. 2016. Peran Keluarga dalam Pengambilan Keputusan Ibu Nifas untuk Melakukan Praktek Pantang Makanan di Kota Pekalongan. Jurnal Litbang. 10.
[9]
[10]
[11]
[12]
[13]
[14] [15]
[16]
[17]
Alwi Q, Oemiati R. 2010. Tradisi makanan sehari-hari dan makanan pantang ibu-ibu Papua selama hamil dan persalinan. Jurnal Kedokteran Yarsi. 12: 61-71. Simkiss K, Edmond AJ, Waterson R, Bose A, Troy S, Bassat Q. 2014. Practical mother, newborn and child care in developing countries. New York : Oxford University Press. Varadarajan A, Prasad S. 2012. Regional variations in nutritional status among tribals of Andhra Pradesh. Study Tribes Tribals. 7(2): 137-41 Food Agriculture Organization (FAO). 2013. Human nutrition in developingworld . http://www.fao.org/docrep/W0073E/W0073E00 .htm. Gadegbeku C, Wayo R, Badu GA, Nukpe E, Okai A. 2013. Food taboos among residents at Ashongman-Accra, Ghana. Food Science and Quality Management. 15: 21-29. Martin HD. 2012. Pregnancy and lactation. Historicalmaterials [monograph on the internet] . Lincoln : University of NebraskaLincoln Extension. Ozcan MM, Arslan D. 2011. Bioactive and some nutritional characteristic of pepino (SolanummuricatumAiton) fruits. Journal of Agricultural Science and Technology. 1: 133-7. Khoo HE, Ismail A, Esa NM, Idris S. 2013. Carotenoid content of underutilized tropical fruits. Plant Food Human Nutrition. 63: 170-5. Brown JE. 2008. Nutrition through the life cycle. 3rd ed. United States, Belmont : Wadsworth/Thomson. Helman CG. 2009. Culture, health, and ilness. Great Britain : ButterworthHeinemann.. Montesanti S. 2015. Cultural perceptions of maternal illness among khmer woman in Krong Kep. Cambodia. Explorations in Anthropology. 11(1): 90-106. Fessler DMT, Navarette CD. 2014. Meat is good to taboo: dietary proscription as a product of the interaction of psychological mechanism and social process. Journal of Cognitive and Culture. 3: 1-25. Sediaoetama AD. 2008. Ilmu gizi. Jakarta: PT Dian Rakyat.