ITGM
Mesin Penggiling adalah alat yang digunakan untuk mengolah padi, dari bijih beras kuning menjadi beras putih, dimana kulit dari tiap padi telah terkelupas. Tahapan mesin Penggiling disini meliputi :
1. Cleaner (Pembersih Cleaner (Pembersih Gabah) Mesin pembersih gabah hampa dan kotoran lainnya. 2. Rice 2. Rice Husker (Pengupas Husker (Pengupas gabah) Mesin pengupas kulit gabah menjadi beras 3. Paddy 3. Paddy Separator (Pemisah Separator (Pemisah Gabah dan Beras) Mesin pemisah beras pecah kulit dari gabah yang tercampur
4. Rice
Polisher (Penyosoh Polisher (Penyosoh Beras) Berfungsi sebagai pemutih beras akhir. Proses ini biasanya dilakukan hingga 2-3 kali agar didapat hasil yang maksimal.
5. Rice 5. Rice Grader (Pemisah Menir) Mesin pemisah beras antara beras kepala dari percampuran beras patah. Mesin ini digunakan untuk mendapatkan beras kualitas ekspor/ super.
Body Power Thresher Model Power Thresher TH-6 modifikasi roda 3
Jenis
Power Thresher Power thresher single purpose ( p adi)
Kapasitas produksi 1000 ± 1500 kg/ jam Dimensi Power thresher a. Panjang b. Lebar c. Tinggi d. Berat tanda diesel a. 1430 ± 1.500 mm b. 650 - 750 mm ( 120mm ditambah ban belakang) c. 1300 mm ± 1690 mm d. 300 kg Sistem penggerak ( kopling utama) V belt dengan tensioner Sistem pembelok ( kopling kemudi) Stir Sistem transmisi Chain- gear Kecepatan 1 kecepatan maju Sertifikasi Test Report LB.620/ B4.BPMA/ 002/ PT.TP/ VII/ 2009 Sistem Rem Dengan kampas rem Motor Penggerak ( Merk : KUBOTA) Model RD 85 DI-2T ( lampu) Tipe Horisontal, pendingin air 4 langkah Jumlah
silinder 1
Diameter x langkah 86 x 84 mm Isi silinder 487 cc Tenaga kontinyu ( HP/ rpm) 7, 5/ 2200 Tenaga max. ( HP/ rpm) 3, 40/ 1600 Sistem pembakaran Direct injection ( pembakaran langsun g) Alat penyeimbang Dua pen yeimbang aksial Cara menghidupkan Dengan engkol starter Jenis
bahan bakar Solar dengan kualitas baik
Sistem pelumasan Oli diedarkan dengan pompa throchoid Jenis
minyak pelumas SAE 30
Arah putaran Berlawanan arah putaran jarum ja m dilihat dari flywheel Pemakaian bahan bakar ( gr/ HP. jam) 185 Sistem pendingin Radiator Isi air pendingin ( lt) 1, 6 Isi tangki bahan bakar ( lt) 9 , 8 Isi minyak pelumas ( lt) 2, 4
Lampu ( V: W/ W) 12 : 32/ 32 ( dengan IC regulator) BeratMesin 90 Sertifikasi SNI Perlengkapan thresher Roda karet a. depan b. belakang a. ring 12 ( ban luar dan dalam kondisi baru) b. ring 13 ( ban luar dan dalam kondisi baru) Buku manual 1 set Tool kit / kunci-kunci 1 set Pengecatan Berlapis ( untuk menghindari karat)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah swt, yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah Nya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik. Makalahini berjudul ³ Thresher´ ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Mesin Peralatan II. Makalah ini membahas tentang cara kerja mesin tersebut pada saat merontokkan padi. Penulisan makalah ini dapat berjalan dengan lancar berkat bimbingan dari Bapak Safrizal, ST.,M.Sc. Oleh karena itu,melalui pengantar ini,kami dari kelompok V
mengungkapkan rasa terima kasih kepada beliau,dan kepada semua pihak yang telah ikut membantu. Kami menyadari bahwa makalah ini mungkin belum cukup sempurna dijadikan sebagai sumber rujukan utama bagi mahasiswa dalam meningkatkan pemahaman . Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak.
Banda Aceh,10 Maret 2011
Kelompok V
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan akan mekanisasi pertanian semakin meningkat seiring dengan makin langkanya tenaga kerja pertanian dan adanya kenaikan upah yang nyata di pedesaan terutama di daerah dengan intensitas tinggi. Indikator paling sederhana untuk mengukur bahwa mekanisasi pertanian makin dibutuhkan dapat dilihat dari meningkatnya jumlah alsintan yang
digunakan terutama di daerah intensifikasi. Selama periode 1973 sampai sekarang, jumlah alsintan pra dan pasca panen terus meningkat. Seperti penggunaan traktor dari tahun ke tahun terus meningkat, berbeda dengan jumlah alat perontok (Threser) masih sangat sedikit dan tidak sebanding dengan luas areal intensifikasi padi sawah. Padahal alat perontok padi (Threser) ini sangat berperan dalam mengurangi tingkat kehilangan hasil padi untuk peningkatan mutu dan nilai tambah. Dalam usahatani padi, thresher merupakan alat untuk merontokkan padi menjadi gabah. Alat ini merupakan alat bantu bagi tenaga kerja untuk memisahkan gabah dengan jeraminya, sehingga penggunaan pedal thresher menjadi satu kesatuan dengan tenaga kerja panen. Terdapat dua jenis thresher berdasar alat penggeraknya yaitu (1) Secara manual dengan menggunakan pedal (pedal thresher) dan (2) digerakkan dengan mesin (power threser). Penggunaan threser untuk merontok padi tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan varietas unggul baru berumur pendek dan mudah rontok. Mesin perontok padi dikenal juga dengan Power Thresher adalah jenis mesin perontok yang telah terbukti handal dan sangat cocok dengan berbagai jenis lahan persawahan di Indonesia. Mesin perontok jenis ini telah banyak digunakan oleh petani di seluruh nusantara karena keunggulannya yang praktis dan mudah dipindahkan dari lahan satu lainnya. Digerakkan dengan mesin bertenaga diesel.
1.2 Tujuan penulisan makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah : y
Memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan kepada mahasiswa tentang malat dan mesin perontok (Thresher), khususnya mesin perontok padi.
y
Mahasiswa mampu memahami kinerja /watak laku teknis dari mesin perontok padi (Thresher)
y
Mahasiswa mengetahui spesifikasi mesin perontok padi dalam kaitannya dengan penggunaan mesin tersebut.
1.3 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dalam penulisan makalah ini adalah : y
Mahasiswa mampu mengenali dan memahami prinsip kerja dan perilaku teknis dari mesin thresher tersebut.
y
Mahasiswa mampu mengaplikasikan mesin thresher ini dilapangan.
BAB II ISI DAN PEMBAHASAN
2.1. Mekanisasi Pasca Panen
Proses pasca panen adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan setelah pemanenan. Proses-proses tersebut dapat berupa perontokan, pembersihan, pengeringan serta penyimpanan dan pengangkutan. Untuk tanaman padi petani banyak menggunakan alat pemanen manual, misalnya ani-ani atau sabit meskipun dapat pula digunakan alat pemanen mekanis meskipun sangat jarang dilakukan petani di Indonesia. Pemilihan penggunaan alat-alat pemanen tersebut tergantung pada proses dan ketersediaan alat pemroses pasca panen. Misalnya apabila digunakan alat ani-ani maka perontokan bulir biasanya dilakukan dengan cara penumbukan. Sedangkan penggunaan sabit apabila perontokan dilakukan dengan cara dipukul-pukulkan ke tanah (g ebod) atau denga menggunakan alat perontok baik manual atau otomatis.
Gambar 1. Contoh ilustrasi berbagai macam peralatan panen secara manual
2.2 Tujuan Perontokan Proses perontokan padi adalah aktivitas kerja dari sebuah sistem manusia-mesin yang dilaksanakan secara manual. Disini kinerja pr oses akan sangat tergantung pada s epenuhnya pada manusia, baik dalam hal penggunaan tenaga maupun pengendalian kerja. Proses kerja dilakukan dengan menggunakan bantuan fasilitas/peralatan kerja berupa mesin perontok padi (thresher ) yang pengoperasiannya sangat ditentukan oleh kinerja operator yang umumnya bekerja dengan posisi berdiri.
Secara umum, tujuan perontokkan adalah untuk mengurangi kehilangan gabah saat perontokan dan mengurangi kerusakan (pecah) butir gabah sehingga petani memperoleh nilai tambah dalam usahataninya (Purwadi, 1990). Proses perontokan dilakukan apabila hasil panen diperoleh dalam bentuk malai (tangkai) seperti padi ataupun kedelai. Proses perontokan yang tertua secara manual dilakukan dengan cara memukul-mukulkan tanaman yang telah dipanen pada batang kayu dengan dialasi tikar. Di beberapa daerah terutama di Jawa perontokan dilakukan dengan cara menginjak-injak tanaman yang telah dipanen., baru setelah itu kemudian dikenal suatu alat perontok lebih maju yang dapat digerakkan secara manual dengan cara diengkol sehingga disebut pedal tresher ataupun secara mekanis ( power tresher).
2.3. Perk embangan Power Thresher
Kegiatan perontokan padi dilakukan setelah kegiatan panen menggunakan sabit atau alat mesin panen (reaper). Kegiatan perontokan ini dapat dilakukan s ecara tradisional (manual) atau menggunakan mesin perontok. Secara tradisional kegiatan perontokan akan menghasilkan susut tercecer yang relatif besar, mutu gabah yang kurang baik, dan
membutuhkan tenaga yang cukup melelahkan. oleh karena itu, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, telah diciptakannya suatu mesin yang digunakan untuk merontokkan hasil panen, seperti padi,jagung dsb. Mesin perontok dirancang untuk mampu memperbesar kapasitas kerja, meningkatkan effisiensi kerja, mengurangi kehilangan hasil dan memperoleh mutu hasil gabah yang baik. Bermacam ± macam jenis dan merk mesin perontok padi dapat dijumpai di indonesia, mulai dari yang mempunyai kapasitas kecil, sedang, hingga kapasitas besar.
Berbagai macam jenis mesin perontok padi (Thresher), yaitu : 1. Pedal Thresher (Thresher Semi Mekanis) 2. Power Thresher (Thesher Mekanis)
1.1 Pedal Thresher (Thresher Semi Mekanis)
Thresher jenis pedal ini mempunyai konstruksi sederhana, dapat dibuat sendiri oleh petani dan cukup dioperasikan oleh satu orang serta mudah dijinjing ketengah lapangan/ sawah. Pada umumnya hanya dipakai untuk merontok padi. Dengan menggunakan pedal tresher maka didapat beberapa keuntugan, yaitu selain menunjukkan hasil lebih baik juga menunjukkan efisiensi waktu dan tenaga lebih tinggi serta kehilangan bulir yang lebih rendah.
Gambar 1 : Pedal Thresher 1.1. 1 Spesif ikasi Pedal Thresher : Mampu menghemat tenaga dan waktu Kebutuhan operatus 1 (satu) orang Mudah dioperasikan dan akan mengurangi susut tercecer
Kapasitas kerja : 75 kg hingga 100 kg per jam
Gambar 2. Contoh ilustrasi alat perontok padi jenis pedal thresher.
Gambar 3. Perontokan padi dengan pedal thresher 1.1.2 Prinsip K er ja Pedal Thresher
Prinsip dasar alat perontok ini adalah merontokkan bulir dari malai atau tangkai tanaman dengan menarik-nariknya dengan menggunakan suatu silinder putar yang dilengkapi gigi-gigi. Silinder diputar dengan menggunakan rantai yang dihubungkan dengan engkol (untuk perontok manual) atau poros mesin yang berputar. Gabah yang telah dirontokkan langsung ditampung dalam karung. Kapasitas perontok manual dapat mencapai 67 kg per jam dengan kebersihan 80%, sedangkan alat perontok mesin dapat mencapai 300 kg/jam dengan tingkat kebersihan 95%.
2.1. Power Thresher (Thresher Mekanis)
Mesin Power Thresher (Mesin Perontok Padi) adalah jenis mesin perontok yang telah terbukti handal dan sangat cocok dengan berbagai jenis lahan persawahan di Indonesia.
Gambar 4. Contoh ilustrasi alat perontok padi jenis power thresher Alat dan Mesin Pertanian (mesin perontok padi) dapat memberi kontribusi yang cukup berarti dalam rangka meningkatkan keuntungan usahatani padi sawah. Unsur-unsur yang mendukung peningkatan keuntungan adalah kecepatan proses perontokan dan pembersihan sehingga menghemat waktu. Lebih penting lagi power thresher terbukti dapat mengurangi kehilangan gabah saat perontokan dan mengurangi kerusakan (pecah) butir gabah sehingga petani memperoleh nilai tambah dalam usaha taninya.
Gambar 5 : Power Thresher 2.1.1. Spesif ikasi Thresher Mekanis:
y
y
Berat keseluruhan : 110 kg
y
Panjang X Lebar X Tinggi : 1325 X 965 X 1213
y
Kapasitas kerja : 500 hingga 600 kg per jam Padi 350 hingga Kedelai 700 hingga 1000 kg per jam Jagung
y
Kecepatan putar silinder :
o padi 600 rpm
o kedelai 600 ± 650 rpm
450
kg per jam
o jagung 650 ± 700 rpm
Kebutuhan tenaga : 3 sampai
4
orang
Kebutuhan bahan bakar : 0,9 liter per jam bensin 1,0 liter per jam solar
2.1.2 Prinsip K er ja Pedal Thresher
Power Thresher ini dapat dipakai untuk merontok biji-bijian (padi, jagung dan kedelai) dan dilengkapi dengan pengayak sehingga biji ± bijian yang dihasilkan relatif bersih. Power thresher ini yang selanjutnya berkembang dan beredar di pasar indonesia dengan modifikasi yang berbeda ± beda tergantung kepada merk dan model yang dikembangkan oleh masing ± masing pabrikan.
2.3. Petun juk Operasional 2.3.1 Petun juk k eselamatan k er ja : 1.
Jalankan
thresher hanya bila operator benar ± benar telah memahami cara
pengoperasiannya. Gunakan buku petunjuk ini sebagai panduan. 2. Sebelum menjalankan thresher, yakinkan bahwa lingkungan sekitar aman dan ingat bahwa
gas dari knalpot di ruangan yang tertutup sangat berbahaya. 3.
Jaga
bagian tubuh (tangan, lengan, rambut dan kaki) dari sentuhan komponen
mesin yang berputar. Kenakan pakaian yang tidak longgar supaya tidak tersangkut bagian mesin yang berputar. 4. Gunakan masker penutup hidung agar terhindar dari debu yang ditimbulkan sewaktu
proses perontokan berlangsung. Dan rambut yang panjang sebaiknya diikat supaya tidak terjepit oleh bagian mesin yang berputar. 5.
Jangan
bekerja pada mesin yang kondisinya buruk (mur, baut kendor, dan lain-lain).
6. Tangki bahan bakar diisi secukupnya, jangan sampai melimpah, dan jangan mengisi
bahan bakar sewaktu mesin dalam keadaan hidup, jangan memakai lentera, dan jangan merokok, dsb) 7.
Apabila menggunakan mesin diesel dengan pendingin air, usahakan uap air pada tangki pendingin tidak berpengaruh terhadap bahan yang akan/ sedang dirontok.
8.
Apabila menggunakan mesin diesel dengan penggerak listrik, periksa terlebih dahulu kesempurnaan seluruh rangkaian kelistrikan, bahaya hubungan pendek arus listrik dapat menimbulkan kebakaran.
9.
Sediakan selalu kotak perlengkapan PPPK (Pert olongan Pertama Pada Kecelakaan).
2.3.2 Petun juk Operasional Mesin Perontok (Power Thresher)
A. Prosedur Sebelum Pemakaian y
Taruhlah mesin ditempat yang rata, dekat dengan tumpukan hasil yang akan dirontok, bila perlu taruhlah alas terpal/ lembaran plastik di bawah mesin, untuk mengurangi susut karena tercecer.
y
Taruhlah dan posisikan mesin sedemikian rupa sehingga kotoran akan keluar searah dengan arah angin.
y
Untuk mengurangi susut tercecer posisikan mesin menghadap dinding atau buatlah dinding buatan berupa lembaran plastik/ anyaman bambu didepan mesin sedemikian rupa sehingga butiran bijian yang terlempar dapat dikumpulkan.
y
Bukalah penutup mesin dan periksalah : drum, semua gigi perontok, konkaf, bersihkan bagian dalam mesin dari kotoran dan benda asing yang sekiranya akan mengganggu dan merusak mesin dan juga berbahaya bagi operator.
y
Putarlah drum perontok dengan tangan sehingga yakin tidak ada yang lepas atau bersentuhan/ bergesekan.
y
Periksalah ketegangan dan garis lini sabuk puli, bila sabuk tidak dalam satu garis lini dan ketegangan tidak tepat maka sabuk puli akan cepat rusak sebelum waktunya. Untuk permukaan puli yang kasar sebaiknya diamplas dan bila puli retak, sebaiknya segera diganti.
y
Lumasilah semua bantalan dengan minyak pelumas atau pasta pelumas, periksa juga secara menyeluruh terhadap kemungkinan adanya mur, baur yang kendor.
y
Periksalah mesin apakah sudah cukup oli dan bahan bakarnya.
B. Cara K er ja Mesin Perontok (Power Thresher) y
Setelah semuanya siap, star/ hidupkan mesin, biarkan sebentar mesin tanpa muatan. Periksalah posisi unit keseluruhan mesin, jangan sampai bergeser akibat getaran atau berpindah tempat.
y
Masukkan sedikit bahan asupan untuk memeriksa kemampuan alat, tambah kecepatan putar (rpm) drum perontok bila ternyata masih ada biji ± bijian yang belum terontok.
y
Setelah mesin siap dioperasikan, masukkan bahan asupan yang akan dirontok ke pintu pemasukan secara teratur sebanyak mungkin tanpa menimbulkan overload, Tumpuklah bahan di meja pemasukan seefektif mungkin dua sampai tiga orang diperlukan untuk melayani mesin ini.
y
Kurangi pemasukan bahan bila terasa akan menjadi overloadin g , terutama untuk bahan yang masih belum kering. Apabila mesin macet/ slip karena overloading, matikan mesin, bukalah tutup mesin dan bersihkan bagian dalamnya.
y
Apabila dirasa posisi meja pengumpan terlalu tinggi, pergunakan alat bantu meja atau kursi untuk tempat berdiri operator pengumpan atau rendahkan posisi dudukan mesin perontok Cegahlah jangan sampai ada benda asing (batu, kayu, logam, mur, baut, kawat dsb) yang masuk kedalam mesin.
y
Kotoran berbentuk jerami yang keluar dari pintu pelempar jerami atau kipas penghembus harus segera dijauhkan dari mesin, agar tidak menyumbat saringan atau tercampur dengan gabah bersih hasil perontokan, bila perlu gabah ditampung langsung menggunakan karung di depan mulut pintu pengeluaran gabah.
y
Apabila proses perontokan telah selesai, mesin harus segera dibersihkan (terutama bagian dalamnya) untuk disimpan ditempat yang bersih dan kering, bila perlu diberi selimut agar tidak berkarat. Menyimpan mesin dalam keadaan kotor akan menjadikannya mesin sebagai sarang hama dan penyakit.
2.4. K endala Permasalahan Pokok Adopsi Teknologi Power Thresher
2.4.1 K endala Ekonomi
Beberapa kendala ekonomi yang dipandang sebagai kendala dalam penerapan adopsi power thresher adalah : 1. Lemahnya permodalan petani, karena power thresher harganya mahal (Rp. 10-12 Juta/unit
tergantung kapasitas) 2. Tingginya harga BBM (solar) yang menyebabkan meningkatnya biaya operasional power
thresher. Implikasi dari temuan ini perlu adnya dorongan dari pihak lain baik swasta maupun pemerintah untuk memecahkan masalah permodalan alsintan berupa :
(a) Bantuan permodalan pengadaan alsintan ditingkat petani; (b)Pengembangan sistem sewa yang adil antara pemilik alsinta n dan petani.
2.4.2. K endala Sosial
Kendala sosial kelembagaan dalam adopsi t eknologi power thresher, 1. Luas penguasaan lahan yang kecil dapat membatasi petani dalam melakukan
investasi modal power thresher. 2. Sebagian besar petani di perdesaan Pandeglang berstatus sebagai petani penggarap
dengan sistem bagi hasil makro, diduga juga membatasi petani dalam melakukan investasi modal berupa power thresher 3. Belum berkembangnya sistim panen secara tebasan dan berkembangnya
kelembagaan kelompok panen dengan keanggotaan cukup (20 orang) 4. Kurangnya jiwa kewirausahaan (Enterpreneurship), sehingga sebagian besar petani
dan pelaku swasta kurang berani mengambil resiko dengan berinvestasi power thresher 5. Tidak dikehendaki oleh buruh tani dan petani lahan sempit, karena akan
mengurangi kesempatan kerja dan pendapatan berburuh panen yang telah ada 6. Rata-rata tingkat pendidikan yang rendah diperkirakan semakin sulit melakukan
adopsi teknologi power thresher . 7. Eksistensi dan dinamika kelembagaan di t ingkat kelompok tani rendah, sehingga
posisi petani makin lemah dan cenderung tergantung pada program-program' bantuan pemerintah, seperti bantuan power t hresher.
2.4.3.
K endala Aspek K ebijakan Pemerintah
Kendala Aspek Kebijakan Pemerintah adalah belum adanya bantuan power thresher secara memadai di perdesaan Pandeglang, sehingga sebagian besar petani belum tahu manfaat dan efektivitas penggunaan power t hresher. Berdasarkan faktor - faktor tersebut, diperlukan pengembangan power thresher dengan memberdayakan bengkel-bengkel yang ada di wilayah setempat dengan menggandeng pihak swasta dan lembaga penelitian seperti Balai Besar Mekanisasi Pertanian dala m permodalan dan perancangan alat. Di Kab. Serang terdapat bengkel yang mampu menghasilkan power thresher yang dijual dengan harga sekitar Rp.7 juta. Bantuan langsung dari pemerintah pusat maupun daerah untuk power thresher maupun pedal thresher juga sangat dibutuhkan, Namun
pemberian bantuan alsintan tersebut hendaknya disesuaikan dengan kondisi fisik, sosialekonomi serta kelembagaan panen dan pasca panen yang ada di masyarakat.
2.5. K elebihan dan K ek urangan Thresher A. K elebihan
Mobilitas tinggi (menggunakan roda transportasi).
Pengumpanan (Input) jerami fleksibel dengan menutup dan membuka pintu input.
Metode potong pendek (Through In), pengumpanan langsung jerami ke mesin perontok.
Metode potong panjang (Hold On), pengumpanan jerami dipegang dengan tangan.
Kecepatan putar kipas penghembus dapat diatur (rpm) dengan cara mengganti diameter pully kipas penghembus.
B. K ek urangan
Biaya awal lebih mahal.
Biaya perawatan lebih mahal
BAB III K ESIMPULAN
Dari uraian tentang p embahasan,dapat diambil beberapa kesimpulan : Ada 2 jenis mesin perontok (Thresher), yaitu : 1. Pedal Thresher (Thresher Semi Mekanis) 2. Power Thresher (Thesher Mekanis)
Dalam usahatani padi, thresher merupakan alat untuk merontokkan padi menjadi gabah. Alat ini merupakan alat bantu bagi tenaga kerja untuk memisahkan gabah dengan jeraminya. Thresher jenis pedal mempunyai konstruksi sederhana, dapat dibuat sendiri oleh petani dan cukup dioperasikan oleh satu orang serta mudah dijinjing ketengah lapangan/ sawah. Pada umumnya hanya dipakai untuk merontok padi.
Power Thresher dapat dipakai untuk merontok biji-bijian (padi, jagung dan kedelai) dan dilengkapi dengan pengayak sehingga biji ± bijian yang dihasilkan relatif bersih, serta mengurangi kehilangan gabah saat perontokan dan mengurangi kerusakan (pecah) butir gabah. Fungsi dari Power Thresher / Mesin perontok padi / Mesin Perontok Serbaguna digunakan sebagai alat mesin pertanian yang serbaguna. Mesin perontok jenis ini dapat digunakan sebagai mesin perontok padi, perontok kedelai dan perontok jagung, dsb.
DAFTAR PUSTAKA
Fadli Rustam, di adopsi dari Modul tentang Mekanisasi Pertanian, Pemberdayaan P3AWISMP-IMRI Fakultas Pertanian. Universitas Jember ; Jember.
Irwanto, A.K., 1983, Alat dan Mesin Budidaya Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor; Bogor.
Purwadi, T., 1999, Mesin dan Peralatan, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada; Jogjakarta.
Sukirno. 1999, Mekanisasi Pertanian , Fakultas Teknologi Pertanian .Universitas Gadjah Mada ;Jogjakarta
Mesin panen combine jenis ini dikembangkan di Jepang. Mesin ini hanya mengumpankan bagian malainya saja dari padi yang dipotong ke bagian perontok mesin. Gabah hasil perontokan dapat ditampung pada karung atau tangki penampung gabah sementara. Bagian pemotong dari mesin ini adalah hampir sama dengan bagian pemotong dari binder, bagian pengikatnya digantikan dengan bagain perontokan. Jerami, setelah perontokan, bisa dicacah kecil-kecil sepanjang 5 cm dan ditebar di atas lahan, atau tidak dicacah, tetapi diikat dan dilemparkan ke satu sisi, untuk kemudian dikumpulkan untuk kemudian dapat dimanfaatkan untuk hal lain.
Combine jenis ini tersedia dalam tipe dorong maupun tipe kemudi. Lebar pemotongan bervariasi dari 60 cm hingga 1,5 meter. Enjin yang digunakan bervarias dari 7 hingga 30 hp. Karena jauh lebih berat dari pada binder bagian penggerak majunya dibuat dalam bentuk trak karet (full track rubber belt)..
Kecepatan maju berkisar antara 0,5 hingga 1 m/detik. Dengan memperhitungkan waktu belok dan waktu pemotongan dengan manual di bagian pojok lahan, biasanya waktu yang dibutuhkan untuk pemanenan berkisar 30 hingga 70 menit per 10 are, jika lebar pemotongan 1 m.
Keterangan : 1. pengarah malai 2. kursi operator 3. sensor ketinggian malai
4.
penutup perontok padi
5. tuas perontok (thresher) 6. lampu belok 7. penjepit batang padi 8. rantai pengarah dan penjepit perontokan 9. rantai pembawa padi ke perontok 10. batang pemisah tanaman yang belum dipotong 11. pisau pemotong 12. divider 13. lampu depan
Gambar 7. Head-feed combine harvester
b. Standard type combine harvester Mesin panen padi jenis ini adalah mesin yang dikembangkan di Amerika dan Eropa, yang dipergunakan juga untuk memanen gandum. Padi yang dipotong termasuk jeraminya, semuanya dimasukkan ke bagian perontokan. Gabah hasil perontokan ditampung dalam tangki, dan jeraminya di tebarkan secara acak di atas permukaan tanah. Semua jenis combine ini dioperasikan dengan cara dikendarai (riding type). Lebar pemotongan berkisar antara1,5 hingga 6 meter. Namun yang populer adalah
4
meter. Enjin sebagai sumber tenaga gerak adalah
sekitar 25 hp per 1 meter lebar pemotongan. Bagian penggerak majunya adalah menggunakan roda, atau half-track type atau full-track type.
investment.