1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai sekarang ini, pendidikan masih diyakini sebagai perantara terbaik dalam membentuk generasi ideal masa depan sekaligus instrumen
guna
menyelamatkan
gerak
maju
sebuah
bangsa.
“Keyakinan” ini tetap ada tentu dengan lebih dulu mengesampingkan fakta di lapangan, bahwa produk pendidikan ternyata tidak dapat dijamin berperilaku terpuji. Bahkan hari ini, lembaga pendidikan telah menjadi “peserta baru” sebagai tempat korupsi. Pengenyampingan ini penting agar kita tidak psimis untuk ikut serta dalam mempercantik wajah pendidikan negeri ini. Beragam sekali definisi Pendidikan dari para pakar. UU Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional pun mempunyai
versi
sendiri.
UU
yang
dibuat
tahun
2003
ini
mendefinisikan Pendidikan sebagai seb agai “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual
keagamaan,
pengendalian
diri,
kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara” Menurut Doni Koesoema hakikat pendidikan adalah proses penyempurnaan diri manusia terus menerus yang berlangsung dari generasi yang satu ke generasi yang lain. Tujuan pendidikan Islam, yakni melahirkan pribadi manusi yang sempurna, beragama, kreatif, produktif dan peka terhadap situasi lingkungannya. li ngkungannya. Manusia sepanjang hidupnya sebagian besar akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan pendidikan yang utama tersebut, keluarga, sekolah, dan masyarakat dan ketiganya biasa disebut dengan tripusat pendidikan. RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan
2
informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkanberdasarkan perkembangan
peserta
didik,
tujuan
yang akan
tingkat
dicapai,
dan
kemampuan yang di kembangkan, sedangkan jenis pendidikan adalah kelompok yang di didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga.
Istilah tripusat pendidikan
diperkenalkan oleh Ki Hajar Dewantora yang menggambarkan lembaga atau lingkungan pendidikan yang ada disekitar manusia – yang mempengaruhi perilaku peserta didik.. Yang dimaksud dengan tripusat pendidikan adalah setiap pribadi manusia akan selalu berada dan mengalami perkembangan dalam tiga lembaga pendidikan, yakni : Pendidikan dalam keluarga (pendidikan informal), pendidikan dalam sekolah (pendidika n formal), dan pendidikan di dalam masyarakat (pendidikan non formal). B. Pembatasan Masalah
Dari latar belakang tersebut penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Pengertian Lingkungan Pendidikan 2. Konsep tripusat pendidikan menurut pendidikan islam 3. Peran keluarga, masyarakat, dan sekolah dalam pendidikan islam C. Metode Penulisan
Penulis menggunakan metode browsing internet dan referensi buku untuk menulis makalah ini. Browsing internet, ialah kami mengambil data ataupun materi materi yang dapat mendukung terselesainya karya tulis ini. Begitu pula mereferensi buku-buku yang berkaitan dengan makalah ini.
3
D. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk : 1. Untuk mengetahui arti pendidikan. 2. Untuk mengetahui apa itu pendidikan lingkungan keluarga. 3. Untuk mengetahui apa itu pendidikan lingkungan sekolah. 4. Untuk mengetahui apa itu pendidikan lingkungan masyarakat
4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Lingkungan Pendidikan
Manusia
memiliki
kemampuan
yang
bisa
dikembangkan
melalui
pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena interaksi manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial manusia secara efektif dan efisien itulah yang disebut pendidikan. Sedangkan latar tempat berlangsungnya pendidikan itu disebut lingkungan pendidikan, khususnya pada tiga lingkungan utama pendidikan, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat (Umar Tirtaraharja et. al., 1990:39-40 dalam Tirtarahardja, 2005:163). Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam berinteraksi dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, sosial, dan budaya), utamanya berbagai sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat dicapai tujuan pendidikan yang optimal. Penataan lingkungan pendidikan itu terutama dimaksudkan agar proses pendidikan berkembang secara efektif dan efisien. B. Konsep Tripusat Pendidikan Islam
1) Pendidikan keluarga Kita telah merasakan bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Batas dan bicara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti, dan kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah. Orang tua mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam keluarga terhadap pendidikan anak, lebih bersikap menentukan: watak, budi pekerti, latihan keterampilan, dan pendidikan kesosialan. Selain daripada itu, penanaman nilai-nilai pancasila, nilai-nilai keagamaan dan kepercayaan kepada Allah SWT dimulai dalam keluarga. Menurut Pendidikan Islam, konsep pendidikan
5
keluarga adalah pendidikan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak atas dorongan kasih saying yang dilembagakan islam dalam bentuk kewajiban dan akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT. Orang tua adalah orang yang pertama memikul tanggung jawab pendidikan terhadap anak, secara alami anak pada masa-masa awal kehidupannya berada ditengah-tengah ayah dan ibunya sehingga dasar-dasar pandangan hidup, sikap hidup serta ketrampilan hidup banyak tertanam sejak anak berada ditengah-tengah orang tuanya. Dalam pendidikan anak, Ibu dan Ayah masing-masing mempunyai tanggung jawab yang sama. Hadits Nabi yang menyatakan bahwa “Ibu adalah pengembala dirumah tangga suaminya dan bertanggung jawab atas gembalanya” sesungguhnya mengisyaratkan kerja sama Ibu dan Ayah dalam pendidikan anak, hanya saja terutama dalam lingkungan keluarga yang menuntut ayah lebih banyak berada diluar rumah untuk mencari nafkah dan ibu lebih banyak dirumah untuk mengatur urusan rumah. Dalam hal ini Allah telah berfirman dalam Al Qur’an surat At Tahrim ayat 6 yang berbunyi: Artinya: “Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksa neraka….”. (QS. At Tahrim : 6) Disinilah letak tanggung jawab orang tua untuk mendidik anak-anaknya, karena anak adalah amanat Allah yang diberikan kepada orang tua yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban atas pendidikan anak-an aknya. Sedangkan didalam hadits Nabi SAW secara jelas Beliau mengisyaratkan lewat sabdanya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka orang tuanyalah yang dapat menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi”. Berdasarkan hadits tersebut jelaslah bahwa anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka mendidiknya adalah sudah menjadi tanggung jawab orang tua. Orang tua berkewajiban mendidik anak-anaknya dalam hal pendidikan agama dan
umum
termasuk
didalamnya
pendidikan
ketrampilan,
hal
ini
dimaksudkan agar kelak anak-anak itu akan dapat mencapai kebahagiaan
6
hidup di dunia dan akherat. 2) Pendidikan sekolah
Konsep Pendidikan Sekolah menurut Pendidikan Islam adalah suatu lembaga pendidikan formal
yang efektif untuk mengantarkan anak pada
tujuan yang ditetapkan dalam Pendidikan Islam. Sekolah yang dimaksud adalah untuk membimbing, mengarahkan dan mendidik sehingga lembaga tersebut menghendaki kehadiran kelompok-kelompok umur tertentu dalam ruang-runag kelas yang dipimpin oleh guru untuk mempelajari kurikulum bertingkat. Bertolak dari konsep tersebut
pendidikan sekolah dalam
mengantarkan dan mengarahkan anak untuk mencapai s uatu tujuan pendidikan Islam, tidak terlepas dari usaha dan upaya guru yang telah menerima limpahan tanggung jawab dari orang tua atau keluarga. Sebab berdasarkan kenyatan orang tua tidak cukup mampu dan tidak memiliki waktu untuk mendidik, mengarahkan anak secara baik dan sempurna. Hal itu disebabkan karena keterbatasan dan kesibukan orang tua dalam memenuhi kebutuhan anaknya setiap saat. Maka dari itu tugas guru dan pimpinan sekolah disamping memberikan
ilmu-ilmu
pengetahuan,
keterampilan-keterampilan
juga
mendidik anak beragama dan berbudi pekerti luhur. Disinilah sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak didik, sekolah merupakan kelanjutan dari apa yang telah diberikan di dalam keluarga. Hal ini dimaksudkan agar anak kelak memiliki kepribadian yang sesuai dengan ajaran islam yaitu kepribadian yang seluruh aspeknya baik itu tingkah laku, kegiatan jiwa maupun filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Allah SWT.
Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali, mustahil suatu kelompok manusia dapat berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
7
nasional Bab II Pasal 2 dicantumkan tujuan pendidikan nasional yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Adapun menurut Islam tujuan pendidikan ialah membentuk supaya manusia, cerdas, patuh dan tunduk kepada perintah Tuhan serta menjauhi laranganlarangannya. Sehingga hidupnya bahagia lahir dan batin, dunia maupun akhirat. Berbagai petunjuk Al Qur’an maupun Sunnah yang menyangkut pendidikan pada umumnya menunjukkan bahwa tujuan utama pendidikan adalah pendidikan moral (akhlak) dan pengembangan kecakapan atau keahlian. Pendidikan adalah sebuah penanaman modal manusia untuk masa depan dengan membekali generasi muda dengan budi pekerti yang luhur dan kecakapan yang tinggi. Sedangkan pendidikan itu sendiri tidak hanya dapat dilakukan di lingkungan keluarga saja, melainkan di tiga lingkungan pendidikan yaitu; lingkungan pendidikam keluarga (pendidikan informal), sekolah (pendidikan formal), dan masyarakat (pendidikan non formal). Jadi baik buruknya akhlak seseorang dan tinggi rendahnya kecakapan atu keahlian seseorang dipengaruhi oleh tiga lingkungan pendidikan tersebut, yang mana ketiga lingkungan tersebut terkenal dengan istilah Tri Pusat Pendidikan. Tri Pusat Pendidikan adalah tiga pusat yang bertanggung jawab atas terselenggaranya pendidikan terhadap anak yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Hal itu juga dikemukakan oleh para tokoh pendidikan, hanya saja ada perbedaan dalam menentukan ketiga pusat pendidikan tersebut, diantaranya : Menurut Dr. M.J Langeveld mengemukakan tiga macam lembaga pendidikan yaitu : a. Keluarga b. Negara c. Gereja. Menurut Ki Hajar Dewantoro mengemukakan system Tri Centra dengan
8
menyatakan : “Didalam hidupnya anak - anak ada tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat pendidikan yang amat penting baginya yaitu alam keluarga, alam perguruan dan alam pergerakan pemuda”. Dari kedua pendapat tersebut itu, kini lahir istilah Tri Pusat Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003, yang meliputi : 1. Pendidikan keluarga 2. Pendidikan sekolah 3. Pendidikan masyarakat Yang mana tiga tempat pergaulan atau lembaga pendidikan tersebut mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam membentuk kepribadian serta tingkah laku anak. Secara rinci pengertian dari masing – masing pusat pendidikan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Pendidikan keluarga
Kita telah merasakan bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Batas dan bicara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti, dan kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah. Orang tua mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam keluarga terhadap pendidikan anak, lebih bersikap menentukan: watak, budi pekerti, latihan keterampilan, dan pendidikan kesosialan. Selain daripada itu, penanaman nilai-nilai pancasila, nilai-nilai keagamaan dan kepercayaan kepada Allah SWT dimulai dalam keluarga. Menurut Pendidikan Islam, konsep pendidikan keluarga adalah pendidikan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak atas dorongan kasih sayang yang dilembagakan islam dalam bentuk kewajiban dan akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah SWT. Orang tua adalah orang yang pertama memikul tanggung jawab pendidikan terhadap anak, secara alami anak pada masa-masa awal kehidupannya berada ditengah-tengah ayah dan ibunya sehingga dasar-dasar pandangan hidup, sikap hidup serta ketrampilan hidup banyak tertanam sejak anak berada ditengah-
9
tengah orang tuanya. Dalam pendidikan anak, Ibu dan Ayah masing-masing mempunyai tanggung jawab yang sama. Hadits Nabi yang menyatakan bahwa “Ibu adalah pengembala dirumah tangga suaminya dan bertanggung jawab atas gembalanya” sesungguhnya mengisyaratkan kerja sama Ibu dan Ayah dalam pendidikan anak, hanya saja terutama dalam lingkungan keluarga yang menuntut ayah lebih banyak berada diluar rumah untuk mencari nafkah dan ibu lebih banyak dirumah untuk mengatur urusan rumah.[2] Dalam hal ini Allah telah berfirman dalam Al Qur’an surat At Tahrim ayat 6 yang berbunyi: .....(
: 6)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari siksa neraka….”. (QS. At Tahrim : 6) Disinilah letak tanggung jawab orang tua untuk mendidik anak-anaknya, karena anak adalah amanat Allah yang diberikan kepada orang tua yang kelak akan dimintai pertanggung jawaban atas pendidikan anak-anaknya. Sedangkan didalam hadits Nabi SAW secara jelas Beliau mengisyaratkan lewat sabdanya: Artinya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka orang tuanyalah yang dapat menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi”. Berdasarkan hadits tersebut jelaslah bahwa anak dilahirkan dalam keadaan suci, maka mendidiknya adalah sudah menjadi tanggung jawab orang tua. Orang tua berkewajiban mendidik anak-anaknya dalam hal pendidikan agama dan umum termasuk didalamnya pendidikan ketrampilan, hal ini dimaksudkan agar kelak anak-anak itu akan dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akherat. Pendidika Keluarga adalah lembaga sosial yang terbentuk setelah adanya suatu perkawinan. Keluarga mempunyai otonom melaksanakan pendidikan, orang tua mau tidak mau, berkeahlian atau tidak, berkewajiban secara kodrati untuk menyelenggarakan pendidikan terhadap anak – anaknya. Pendidikan yang terjadi di lingkungan keluarga berlangsung secara alamiah dan wajar sehingga disebut pendidikan informal yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari – hari dengan sadar atau tidak yang mana kegiatan pendidikannya dilaksanakan tanpa suatu organisasi yang ketat dan tanpa adanya program waktu. Menurut Ki Hajar Dewantoro, suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik baiknya untuk melakukan pendidikan individu maupun social. Oleh karena itu
10
keluarga adalah tempat pendidikan yang sempurna untuk melangsungkan pendidikan kearah penbentukan pribadi yang utuh. Perkembangan kebutuhan dan aspirasi individu maupun masyarakat menyebabkan peran keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya juga mengalami perubahan. Seperti telah dikemukakan bahwa pada mulanya keluargalah yang terutama berperan baik pada aspek pembudayaan, maupun penguasaan pengetahuan dan keterampilan. Dengan meningkatnya kebutuhan dan aspirasi anak, maka keluarga pada umumnya tidak mampu memenuhinya. Oleh karena itu, sebagian dari tujuan pendidikan itu akan dicapai melalui jalur pendidikan sekolah ataupun jalur pendidikan luar sekolah lainnya. Bahkan peran jalur pendidikan semakin lama semakin penting, namun bukan berarti bahwa keluarga dapat melepaskan tanggung jawab pendidikan anaknya itu, karena keluarga diharapkan bekerja sama dan mendukung kegiatan pusat pendidikan lainnya. Fungsi dan peranan keluarga, di samping pemerintah dan masyarakat dalam Sisdiknas Indonesia tidak terbatas hanya pada pendidikan keluarga sja, akan tetapi keluarga ikut berperan dan bertanggung jawab terhadap pendidikan lainnya. Dama UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sisdiknas yang menegaskan fungsi dan peranan keluarga dalam pencapaian tujuan pendidikan yakni membangun manusia yang seutuhnya. Pendidikan keluaraga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya,nilai moral, dan keterampilan. Lingkungan keluarga sungguh-sungguh merupakan pusat pendidikan yang penting dan menentukan karena itu tugas pendidikan adalah mencari cara, membantu para ibu dalam tiap keluarga agar dapat mendidik anak-anaknya dengan optimal. Dan ditegaskan lagi bahwa di samping pendidikan keluarga itu, keluarga juga seyogianya ikut mendukung program-program lingkungan pendidikan lainnya ( kelompok bermain, penitipan anak, sekolah, kursus, organisasi pemuda, dll). Keikutsertaan keluarga itu daoat pada tahap perencanaan , pemantauan, dan dengan berbagai cara. 2) Pendidikan sekolah
Konsep Pendidikan Sekolah menurut Pendidikan Islam adalah suatu lembaga pendidikan formal yang efektif untuk mengantarkan anak pada tujuan
11
yang ditetapkan dalam Pendidikan Islam. Sekolah yang dimaksud adalah untuk membimbing,
mengarahkan
dan
mendidik
sehingga
lembaga
tersebut
menghendaki kehadiran kelompok-kelompok umur tertentu dalam ruang-runag kelas yang dipimpin oleh guru untuk mempelajari kurikulum bertingkat.[3] Bertolak dari konsep tersebut pendidikan sekolah dalam mengantarkan dan mengarahkan anak untuk mencapai suatu tujuan pendidikan Islam, tidak terlepas dari usaha dan upaya guru yang telah menerima limpahan tanggung jawab dari orang tua atau keluarga. Sebab berdasarkan kenyatan orang tua tidak cukup mampu dan tidak memiliki waktu untuk mendidik, mengarahkan anak secara baik dan sempurna. Hal itu disebabkan karena keterbatasan dan kesibukan orang tua dalam memenuhi kebutuhan anaknya setiap saat. Maka dari itu tugas guru dan pimpinan sekolah disamping memberikan ilmu-ilmu pengetahuan, keterampilanketerampilan juga mendidik anak beragama dan berbudi pekerti luhur. Disinilah sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak didik, sekolah merupakan kelanjutan dari apa yang telah diberikan di dalam keluarga. Hal ini dimaksudkan agar anak kelak memiliki kepribadian yang sesuai dengan ajaran islam yaitu kepribadian yang seluruh aspeknya baik itu tingkah laku, kegiatan jiwa maupun filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Allah SWTSekolah sebagai lembaga pendidikan telah ada sejak beberapa abad yang lalu, yaitu pada zaman Yunani kuno. Kata sekolah berasal dari bahasa yunani “Schola” yang berarti waktu menganggur atau waktu senggang.
Bangsa Yunani kuno mempunyai kebiasaan berdiskusi guna
menambah ilmu dan mencerdaskan akal. Lambat laun usaha diselenggarakan secara teratur dan berencana (secara formal) sehingga akhirnya timbullah sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang bertugas untuk menambah ilmu pengetahuan dan kecerdasan akal. Sekolah sebagai pusat pendidikan formal merupakan perangkat masyarakat yang diserahi kewajiban pemberian pendidikan dengan organisasi yang tersusun rapi, mulai dari tujuan, penjejangan, kurikulum, administrasi
dan
pengelolaannya.
Sekolah
sebagai
lembaga
pendidikan
sebenarnya ada banyak ragamnya, dan hal ini tergantung dari segi mana melihatnya.
12
a) Ditinjau dari segi mana yang mengusahakan :
Sekolah Negeri, yaitu sekolah yang diusahakan oleh pemerintah baik dari segi pengadaan fasilitas, keuangan maupun pengadaan tenaga pengajar.
Sekolah Swasta, yaitu sekolah yang diusahakan oleh selain pemerintah, yaitu badan – badan swasta.
b) Ditinjau dari sudut tingkatan :
Pendidikan Pra Sekolah, yaitu pendidikan yang diperuntukkan bagi anak sebelum memasuki pendidikan dasar.
Pendidikan Dasar, yaitu meliputi :
Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah
SMP/ MTs
Pendidikan Menengah, yaitu meliputi :
SMU dan Kejuruan
Madrasah Aliyah
Pendidikan Tinggi, yang meliputi :
Akademi
Institut
Sekolah Tinggi
Universitas
c) Ditinjau dari sifatnya :
Sekolah Umum, yaitu sekolah yang mengutamakan perluasan ilmu pengetahuan, yang termasuk dalam sekolah ini adalah SD/ MI, SMP/ MTs, SMU/ MA.
Sekolah Kejuruan, yaitu sekolah yang mempersiapkan anak untuk menguasai keahlian – keahlian tertentu, yang termasuk dalam sekolah ini adalah SMEA, MAK, SMKK, STM. Di antara tiga pusat pendidikan, sekolah merupakan sarana secara sengaja
dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga terutama dalam hal ilmu pengetahuan. Keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan
13
aspirasi generasi muda terhadap IPTEK. Prof. Dr. Sikun Pribadi menyatakan. “Karena orang tua tidak mampu memberikan pendidikan selanjutnya dalam berbagai kecakapan dan ilmu. Kita dapat menggambarkan masyarakat tanpa sekolah. Di dalam sekolah bekerja orang-orang khusus didik untuk keperluan mengajar (Sikun Pribadi. :1982 : 92). Semakin maju masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam proses pembangunan masyarakatnya itu. Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan, diantaranya sebagai berikut:
Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang baik.
Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.
Sekolah
melatih
anak-anak
memperoleh
kecakapan-kecakapan
seperti
membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan benar atau salah, dan sebagainya.
3) Pendidikan masyarakat
Pendidikan dalam Islam juga merupakan tanggung jawab bersama setiap anggota masyarakat. Sebab masyarakat adalah kumpulan individu-individu yang menjalani satu kesatuan, apabila terjadi kerusakan pada sebagiannya maka sebagian yang lain akan terancam kerusakan pula. Masyarakat harus mampu mengaplikasikan konsep dan ketrampilan kedalam usaha-usaha yang nyata secara tepat dan benar, dan tidak boleh melakukan kesalahan-kesalahan ataupun membiarkan anggota masyarakat lain melakukan kesalahan. Oleh sebab itu setiap individu hendaknya peduli terhadap kebaikan kesatuannya, setiap anggota masyarakat bertanggung jawab atas kebaikan lainnya. Dengan perkatan lain setiap anggota masyarakat bertanggung jawab atas pendidikan lainnya, tidak bisa memikulkan tanggung jawab hanya kepada orang
14
tua dan guru , atau setidaknya bila melihat kemungkaran hendaknya mencegahnya sesuai dengan kemampuannya, sabda Nabi Muhammad SAW: Artinya: “Barang siapa diantara kalian melihat suatu kemungkaran maka hendaknya dia merubahnya dengan tangannya apabila tidak mampu maka dengan lisannya dan apabila tidak mampu juga maka dengan hatinya dan yang demikian itu merupakan perwujudan iman yang paling lemah”. (HR. Muslim). Menurut pendidikan Islam, konsep pendidikan masyarakat itu adalah usaha untuk meningkatkan mutu dan kebudayaan agar terhindar dari kebodohan. Usaha-usaha tersebut dapat diwujudkan melalui berbagai macam kegiatan masyarakat seperti kegiatan keagamaan, pengajian/ ceramah keagamaan, sehingga diharapkan adanya rasa memiliki dari masyarakat akan dapat membawa suatu pembaharuan dimana masyarakat memiliki tanggung jawab terlebih-lebih untuk meningkatkan kwalitas pribadi dibidang Ilmu, ketrampilan, kepekaan perasaan dan kebijaksanan atau dengan perkataan lain peningkatan ketiga wawasan kognitif, afektif maupun psikomotor. Didalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan bahwa masyarakat adalah pergaulan hidup manusia atau perkumpulan orang yang hidup bersama disuatu tempat dengan ikatan – ikatan aturan tertentu yang membuat warga masyarakat itu menyadari diri mereka sebagai suatu kelompok serta saling membutuhkan. Kelompok-kelompok masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih dan bekerja sama dibidang tertentu untuk mencapai tujuan tertentu adalah merupakan sumber pendidikan bagi warga masyarakat , seperti lembaga – lembaga sosial budaya, yayasan – yayasan, organisasi – organisasi, perkumpulan – perkumpulan yang semuanya itu merupakan unsur – unsur pelaksana asas pendidikan masyarakat. Masing – masing kelompok tersebut melakukan aktifitas – aktifitas keterampilan, penerangan dan pendalaman dengan sadar dibawah pimpinan atau koordinator masing – masing kelompok. Kesemua kelompok sosial tersebut diatas adalah merupakan unsur – unsur pelaku atau pelaksana asas pendidikan yang dengan sengaja dan sadar membawa masyarakat kepada kedewasaan, baik jasmani maupun rohani yang realisasinya terlihat pada perbuatan dan sikap kepribadian warga masyarakat. Maka pendidikan masyarakat adalah pendidikan non formal yang memberikan pendidikan secara sengaja, terencana dan terarah kepada seluruh anggotanya yang pluralistic (majemuk)
15
tetapi tidak dipersyaratkan berjenjang serta dengan aturan-aturan yang lebih longgar untuk mengarahkan menjadi anggota masyarakat yang baik demi tercapainya kesejahteraan social para anggotanya. Dalam kehidupan sebagai makhluk sosial pastinya kita hidup dalam sekumpulan masyarakat. Masyarakat apabila dilihat dari konsep sosiologi adalah sekumpulan manusia yang bertempat tinggal dalam suatu kawasan dan saling berinteraksi, sebuah interaksi atau hubungan sosial dapat memberi kita pendidikan, kebutuhan, pembentukan karakter dan lainnya. Bila dilihat dari konsep pendidikan, masyarakat adalah sekumpulan orang dengan berbagai ragam kualitas diri mulai dari yang tidak berpendidikan sampai pada yang berpendidikan tinggi. Ia adalah laboratorium besar tempat para anggotanya mengamalkan semua keterampilan yang dimilikinya. Masyarakat disebut lingkungan pendidikan non formal yang memberikan pendidikan secara sengaja dan berencana kepada seluruh anggotanya, teteapi tidak sistematis.Jadi bisa dibilang lingkungan atau masyarakat bisa kita katakan sebagai "Pendidikan nonformal". Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan perantara antara lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas. Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang,
baik
pembentukan
kebiasaan-kebiasaan,
pembentukan
pengertia-
pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan. Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga se gi, yakni: Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dilembagakan
maupun yang tidak dilembagakan. Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan atau kelompok sosial di masyarakat,
baik langsung maupun tidak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif.
16
Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang (by
design) maupun yang dimanfaatkan (utility).
C. Pengaruh
timbal
balik
antara
tripusat
pendidikan
terhadap
perkembangan peserta didik
1) Keluarga Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh adn berkembang dengan baik. Pendidikan keluarga berfungsi: Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak Menjamin kehidupan emosional anak Menanamkan dasar pendidikan moral Memberikan dasar pendidikan sosial Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.
2) Sekolah Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam keterampilan. Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah. Sekolah bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan, diantaranya sebagai berikut: Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik
serta menanamkan budi pekerti yang baik. Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat
yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah. Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti
membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan. Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan
17
benar atau salah, dan sebagainya.
3) Masyarakat Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan lingkungan keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan tersebut tampaknya lebih luas.
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaankebiasaan, pembentukan pengertia-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan. Pengaruh
Timbal
Balik
antara
Tripusat
Pendidikan
Terhadap
Perkembangan Peserta Didik Perkembangan peserta didik, seperti juga tumbuh-kembang anak pada umumnya, dipengaruhi oleh berbagai faktor yakni hereditas, lingkungan, proses perkembangan, dan anugerah. Khusus untuk faktor lingkungan, peranan tripusat pendidikan itulah yang paling menentukan, baik secara sendiri-sendiri ataupun secara bersama-sama. Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan, yakni: pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.
Kontribusi itu akan berada bukan hanya antar individu, tetapi juga faktor pusat pendidikan itu sendiri yang bervariasi di seluruh wilayah Nusantara. Namun kecenderungan umum, utamanya pada masyarakat modern, kontribusi keluarga pada aspek penguasaan pengetahuan dan pemahiran keterampilan makin mengecil dibandingkan dengan kontribusi sekolah dan masyarakat. Saling Pengaruh antara Tripusat Pendidikan dengan Perkembangan Peserta Didik
18
gambar 1
Gambar 1 tersebut melukiskan setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar dalam tiga kegiatan pendididkan yakni: Pembinaan dalam upaya pematapan pribadi yang berbudaya Pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan Pengajaran dalam upaya penguasan pengetahuan
Setiap pusat pendidikan perlu ditingkatkan kontribusinya terhadap perkembangan peserta didik, keserasian antara kotribusi itu, serta kejasama yang erat dan harmonis antar tripusat tersebut. Dengan kontribusi pusat pendidikan yang saling memperkuat dan melengkapi itu akan member perluang mewujudkan sumber manusia terdidik yang bermutu. Perkembangan peserta didik, seperti juga tumbuh kembang anak pada umumnya, dipeengaruhi oleh berbagai faktor yakni hereditas, lingkungan, proses perkembangan dan anugerah. Khusus untuk faktor lingkungan, peranan tripusat itulah yang paling menentukan, baik secara sendiri-sendiri ataupun bersama-sama. Setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi yang besar dalam ketiga kegiatan pendidikan sehingga dapat mempengaruhi perkembangan peserta didik. Ketiga kegiatan pendidikan tersebut adalah :
Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya.
Pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan.
Pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.
D. Peran Keluarga, Masyarakat, dan Sekolah Dalam Pendidikan Islam
1) Peran Keluarga dalam Pendidikan Islam
19
Perintah untuk mendidik seorang anak agar selamat dari siksaan neraka pertamakali dibebankan kepada keluarga oleh Islam. Hal ini tampak dari firman Allah yang artinya;
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu..”( Q.S. Al-Tahrim, 6), ayat ini mewajibkan kepada bangunan rumah tangga untuk mengajarkan suatu kebajikan bagi seorang anak. Para sosiolog meyakini bahwa keluarga memiliki peran penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa, sehingga mereka berteori bahwa keluarga adalah unit yang penting sekali dalam masyarakat, Oleh karena itu para sosiolog yakin, segala macam kebobrokan masyarakat merupakan akibat lemahnya institusi keluarga. Bagi seorang anak keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi pertunbuhan dan perkembangnnya. Menurut resolusi Majelis Umum PBB, fungsi utama keluarga adalah sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh dan mensosialisasikan anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta, memberikan kepuasan dan lingkungan yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera”. Keluarga merupakan tempat yang paling awal dan efektif untuk menjalankan fungsi departemen kesehatan , pendidikan adan kesejahteraan. Jika keluarga gagal untuk megajarkan kejujuran, semangat, keinginan untuk menjadi yang terbaik, dan menguasai kemampuan- kemampuan dasar, maka akan sulit sekali bagoi institusi lain untuk memperbaiki kegagalannya. Karena kagagalan keluarga dalam membentuk karakter anak akan berakibat pada tumbuhnya masyarakat yang berkarakter buruk atau tidak berkarakter. Oleh karena itu setiap keluarga harus memiliki kesadaran bahwa karakter bangsa sangat tergantung pada pendidikan karakter anak di rumah.Dalam pendidikan Islam agar anak menjadi pribadi yang shaleh, taat beragama perintah pertama Rasulullah adalah menyayangi sang anak, menampakkan wajah segirang kepada anak-anaknya. Sebagainya sabda Rasul, yang artinya
20
“Ya Allah sayangilah keduanya, karena sesungguhnya ak u menyayangi keduanya” (HR. Bukhari). Hadits ini disabdakan oleh Rasulullah ketika beliau memangku usamah bin zaid lalu menudukkannya di atas paha beliau dan menudukkan hasan dipaha lainnya.[6] Menyayangi seorang anak berarti memenuhi semua kebutuhannya baik fisik maupun psikis (kebutuhan jiwa). Orang tua harus mampu mengenali kebutuhan kasih sayang seorang anak dan kebutuhan jiwa mereka baik pada masa kanak-kana atau remaja untuk dapat memberikan bimbingan sebagai bekal masa dewasanya.[7] Selain diatas, diantara kewajiban kedua orang tua sebagai pendidikan di rumah tangga adalah: a. Membiasakan anak supaya mengingat keagungan dan nikmat Allah swt serta menunjukkan dalil-dalil agama. b. Menampakkan keteguhan sikap di hadapan anak dalam menghadapi berbagai bencana. c. Di dalam keluarga harus terjalin interaksi yang Islami, kondusif, suamiistri tidak tengkar. d. Menerapkan budaya yang Islami, seperti membaca al-qur’an, shalat berjamat dan sebagainya. Ayah, ibu dan anggota keluarga adalah demikian penting dalam proses pembentukan dan pengembangan pribadi. Keluarga wajib berbuat sebagai ajang yang diperlukan sekolah dalam hal melanjutkan pemantapan sosialisasi kognitif.
Demikian
juga
keluarga
dapat
berperan
sebagai
sarana
pengembangan kawasan afektif dan psikomotor. Dalam keluarga diharapkan berlangsungnya pendidikan yang berfungsi pembentukan kepribadian sebagai makhluk individu, makhluk sosial, makhluk susila, dan makhluk keagamaan. 2) Peran Masyarakat dalam Pendidikan Islam Masyarakat sebagai kontrol sosial harus mampu memberikan contoh dan pegangan bagi anak muda yang lemah dalam pengetahuan agama, sosial dan sebagainya. Dan seandainya melihat orang lain melakukan kemungkaran maka hendaknya ia menegurnya. Didalam pendidikan, masyarakat harus ikut serta dalam mencerdaskan
21
generasi selanjutnya, baik melalui pendidikan di mushalla, penyelenggaraan ceramah atau membangun lembaga sekolah masyarakat. Sekolah masyarakat bisa didirikan berangkat dari asumsi bahwa masyarakat sebagai dasar dari pendidikan dan masyarakat sebagai pendidik (educative agent). Sifat sekolah masyarakat adalah; 1. Mengajarkan anak-anak untuk dapat mengembangkan dan menggunakan sumeber-sumber dari keadaan setempat. 2. Sekolah ini melayani keseluruhan masyarakat, tidak hanya anak-anak. Sehingga nantinya sesuatu yang tidak ada di sekolah formal masyarakat mampu menjelaskannya. Pendidikan haruslah membuka jiwa manusia terhadap alam jagat dan Penciptanya, terhadap kehidupan dan benda hidup, dan terhadap bangsa bangsa dan kebudayaan-kebudayaan yang lain. Islam tidak mengenal fanatisme, perbedaan kulit atau sosial, sebab di dalam Islam tidak ada rasialisme, tidak ada perbedaan antara manusia kecuali karena taqwa dan iman. Firman Allah swt: “Wahai manusia, Kami ciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa dan bersuku-suku supaya mengenal satu sama lain. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu adalah yang paling bertaqwa.” (QS. Al-Hujurat: 13) Jadi pendidikan Islam adalah pendidikan kemanusiaan yang berdiri di atas persaudaraan seiman (tidak ada beda antara orang Arab atau orang ‘Ajam kecuali karena taqwa). Pendidikan Islam adalah pendidikan universal yang diperuntukkan kepada umat manusia seluruhnya. Pendidikan Islam menginginkan adanya egalitereanisme baik dalam penyelenggaraannya, proses pembelajaran ataupun didalam menerima peserta didik. Didalam pendidkan Islam semua peserta didik sama kedudukannya kecuali taqwa disisi Allah. Masyarakat sebagai kelompok sosial harus mampu menjadi
kontrol
penyelenggaraan
pendidikan
di
lembagai
sekolah.
Pendidikan menjadi entitas yang seakan tidak berdiri sendiri. Ia senantiasa berkelindan dan berdialektika dengan dengan konteks sosial masyarakat dan negara. Standart keberhasilan juga tidak akan pernah lepas dari kontribusi kongkrit pendidikan terhadap proyek kebudayaan dan perhelatan akbar sebuah peradaban.
22
Tidak heran apabila Ahmad Tafsir mengatakan bahwa sekolah adalah miniatur masyarakat atau masyarakat dalam bentuk mini. Jika orang ingin meneropong masyarakat teroponglah sekolahnya. Bila sekolah penuh disiplin, maka masyarakatnya tak jauh beda, dan jika sekolah penuh dengan penipuan, maka penipuan itu juga terjadi dalam masyarakat. Lembaga pendidikan dalam kontek ini seakan menjadi cermin dari sebuah kehidupan masyarakat. Ketika sekolah sudah acuh dengan orang miskin, kaum difabel, maka dapat disimpulkan masyaraktnyapun lebih parah. Akan tetapi pendidikan Islam menginginkan masyarakat menjadi kontrol terhap penyelenggaraan pendidikan, apakah yang dipraktikkan di sekolah masih sesuai dengan ajarang Islam, jiwa kemanusiaan, dan konsep Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur. 3) Peran Sekolah Dalam Pendidikan Islam Hasan Langgulung memandang bahwa pendidikan dewasa ini berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Untuk itu, i a menawarkan bahwa tindakan yang perlu diambil ialah dengan memformat kurikulum pendidikan Islam dengan format yang lebih integralistik dan bersifat universal. Hasan Langgulung menjabarkan beberapa aspek yang termasuk dalam dasar-dasar pokok pendidikan Islam, yaitu: a. Keutuhan (syumuliyah) Pendidikan Islam haruslah bersifat utuh, artinya memperhatikan segala aspek manusia: badan, jiwa, akal dan rohnya. Pendidikan dalam rangka pengembangan SDM, ditemukan al-Qur.an, menghadapi peserta didiknya dengan seluruh totalitas unsur-unsurnya. Al-Qur.an tidak memisahkan unsur jasmani dan rohani tetapi merangkaikan pembinaan jiwa dan pembinaan akal, sekaligus tidak mengabaikan jasmaninya. Karena itu, seringkali ditemukan uraian-uraiannya disajikan dengan argumentasi logika, disertai sentuhansentuhan kepada kalbu. Hal ini merupakan salah satu prinsip utama dalam pengembangan kualitas. Diharapkan dengan melaksanakan prinsip ini, bukan hanya kesucian jiwa yang diperoleh, tetapi juga pengetahuan yang merangsang kepada daya cipta, karena daya ini dapat lahir dari penyajian materi secara rasional, serta
23
rangsangan pertanyaan-pertanyaan melalui diskusi timbal balik. b. Kesinambungan / Keseimbangan Pendidikan Islam haruslah bersifat kesinambungan dan tidak terpisah pisah dengan memperhatikan aspek-aspek berikut: 1) Sistem pendidikan itu perlu memberi peluang belajar pada tiap tingkat umur, tingkat persekolahan dan setiap suasana. Dalam Islam tidak boleh ada halangan dari segi umur, pekerjaan, kedudukan, dan lain-lain. 2) Sistem pendidikan Islam itu selalu memperbaharui diri atau dinamis dengan perubahan yang terjadi. Sayyidina Ali r.a. pernah memberikan nasehat: .Ajarkan anak-anakmu ilmu lain dari yang kamu pelajari, sebab mereka diciptakan bagi zaman bukan zamanmu.. c. Keaslian Pendidikan Islam haruslah orisinil berdasarkan ajaran Islam seperti yang disimpulkan berikut ini: 1) Pendidikan Islam harus mengambil komponenkomponen, tujuan-tujuan, materi dan metode dalam kurikulumnya dari peninggalan Islam sendiri sebelum ia menyempurnakannya dengan unsurunsur dari peradaban lain. 2) Haruslah memberi prioritas kepada pendidikan kerohanian yang diajarkan oleh Islam. 3) Pendidikan kerohanian Islam sejati menghendaki agar kita menguasai bahasa Arab, yaitu bahasa al-Qur.an dan Sunnah. 4) Keaslian ini menghendaki juga pengajaran sains dan seni modern dalam suasana perkembangan dimana yang menjadi pedoman adalah aqidah Islam. d. Bersifat Ilmiah Pendidikan Islam haruslah memandang sains dan teknologi sebagai komponen terpenting dari peradaban modern, dan mempelajari sains dan teknologi itu merupakan suatu keniscayaan yang mendesak bagi dunia Islam jika tidak mau ketinggalan .kereta api.. Selanjutnya memberi perhatian khusus ke berbagai sains dan teknik modern dalam kurikulum dan berbagai aktivitas pendidikan, hanya ia harus sejalan dengan semangat Islam. e. Bersifat Praktikal Kurikulum pendidikan Islam tidak hanya bisa bicara secara teoritis saja, namun ia harus bisa dipraktekkan. Karena ilmu tak akan berhasil jika tidak dipraktekkan atau realita. Pendidikan Islam hendaknya memperhitungkan
24
bahwa kerja itu adalah komponen terpenting dalam kehidupan sehari-hari. Kerja itu dianggap ibadah. Jadi pendidikan Islam itu membentuk manusia yang beriman kepada ajaran Islam, melaksanakan dan membelanya, dan agar ia membentuk pekerja produktif dalam bidang ekonomi dan individu yang aktif di masyarakat
25
BAB III PENUTUP
A. Simpulan
Pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan melibatkan berbagai pihak khususnya keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan yang dikenal sebagai tripusat pendidikan. Fungsi dan peranan tripusat pendidikan itu baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama merupakan faktor penting dalam mencapai tujuan pendidikan, yakni membangun manusia Indonesia seutuhnya serta menyiapkan sumber daya manusia pembangunan yang bermutu. Dengan demikian, pemenuhan fungsi dan peranan itu secara optimal merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan pembangunan nasional.
B. Saran
Adapun saran yang penulis berikan adalah perlunya peningkatan pelayanan dari tripusat pendidikan kepada peserta didik agar dapat meningkatkan tiga kegiatan pendidikan (membimbing, mengajar, dan melatih) sehingga dapat meningkatkan perkembangan peserta didik kearah yang lebih baik.
26
DAFTAR PUSTAKA
Tirtarahardja, Umar. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Rangkuman
Tri
Pusat
Pendidikan.
[Online].
Tersedia:
http://pakdesofa.wapgem.com/peng%20ilmu%20pend/RANGKUMAN%20TRI% 20PUSAT%20PENDD.txt [24 Oktober 2013] Adurrahman an-Nawawi, Prinsip-Prinsip dan Metode Pendidikan Islam: Dalam Keluarga, Di Sekolah dan Di Masyarakat,(Bandung: CV. Dipenogoro,1989) cet. Pertama Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta,2004) , Cet, Kedua Abd. Rachman Assegaf, ‘Membangun Format Pendidikan Islam di Era Globalisasi’, dalam Imam Machali dan Musthofa (Ed.), Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2004), Cet. I Diktat Kuliah Filsafat Pendidikan Islam, yang diampuh oleh H. Maragustam Siregar, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010 Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta:Grasindo,2007) Heri Noer Ali, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:Logos Wacana Ilmu,1999) http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah, jam, 08:00 tanggal 15 Juni 2012 Imam Barnadib, Pemikiran Tentang Pendidikan Baru, (Yogyakarta:Penerbit Andi Offiset, 1983) Kitab B. Marom yang dikutib oleh Zuhairi, dkk, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta:Bumi Aksara, 1992) Khairuddin, Sosiologi Keluarga, (Yogyakarta: Nur Cahaya,1985) Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, (Jakarta:Aksara Baru,1980) Musthafa. Fahri, Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, sekolah, dan Masyarakat, (Jakarta: Bulan Bintang), jilid I M. Quraish Shihab, .Prinsip-prinsip Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Pandangan Islam., dalam Majalah Triwulan Mimbar Ilmiah, Universitas Islam Djakarta, Tahun IV No. 13, Januari 1994 Kuntowijoyom, Paradigma Islam: Interpretasi Untuk Aksi, (Bandugn: Mizan, 1991)
27
Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid: Esai-Esai Agama, Budaya, dan Politik dalam Bingkai Strukturalisme Transsindental, (Bandung: Mizan, 2001) Pengantar editor pada Tim Peneliti, Potret Ujian Nasional di Indonesia: Antara Harapan dan Realita, (Yogyakarta:Program DPP Fak. Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga,2009) Shahih Bukharim Vol.IV, p. 37, al-Mathba’ah al-Ustsmaniyah, Mesir, 1351 H Soerjono Soekanro, Sosiologi Keluarga: Tantangan Ikhwal Keluarga Remaja dan Anak, (Jakarta:PT Rineka Cipta,1992), Cet, kedua Tim Dosen IKIP Malang, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan,(Surabaya,Usaha Nasional, 2003) Undang – Undang (Jakarta:Depag,2006)
RI.
No.
20
Tahun
2003,
Tentang
Sisdiknas,