BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan
mengadakan hubungan dengan Dia melalui serangkaian kegiatan ibadah
yang sesuai dengan ajaran agama itu.
Sudah menjadi kodrat manusia sebagai ciptaan Tuhan. Sejatinya, manusia
adalah makhluk yang lemah, manusia tidak dapat hidup tanpa adanya
perlindungan dari Tuhannya. Dengan agama yang dimiliki, manusia akan
memperoleh perlindungan dengan menjalin hubungan dengan Tuhannya.
Manusia adalah makhluk yang sangat menarik, makhluk yang paling unik,
dijadikan dalam bentuk yang baik, ciptaan Tuhan yang paling sempurna,
seperti yang dinyatakan Allah di dalam Al Qur'an Surat At Tiin (95);
ayat 4 :
Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang
dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?
Dapat disimpulkan bahwa agama sangat perlu bagi manusia, terutama bagi
orang yang berilmu.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas penyusun dapat merumuskan masalah, sebagai berikut
:
1. Bagaimana hubungan manusia dengan alam semsesta ?
2. Bagaimana manusia menurut agama Islam ?
3. Bagaimana agama dalam arti dan ruang lingkupnya ?
4. Bagaimana hubungan manusia dengan agama ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui hubungan manusia dengan alam semesta.
2. Untuk mengetahui manusia menurut agama Islam.
3. Untuk mengetahui agama dalam arti dan ruang lingkupnya.
4. Untuk mengetahui hubungan manusia dengan agama.
BAB II
PEMBAHASAN
A. MANUSIA DAN ALAM SEMESTA
Sesungguhnya dilihat dari sudut pandang manusia, yang ada adalah Allah
dan Alam Semesta. Allah pencipta, sedang alam yang diciptakan. Alam
adalah segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh pancaindera, perasaan,
dan pikiran, kendatipun samar-samar. Mulai dari partikel atau zarrah
yakni bagian dari benda yang sangat kecil dan berdimensi samapi kepada
jasad (tubuh) yang besar-besar, dari yang inorganik sampai pada yang
organik, dari yang paling sederhana susunan tubuhnya sampai kepada
yang kompleks (rumit, saling berhubungan) seperti tubuh manusia. Ruang
dan waktu (space and time) adalah alam. Juga manusia termasuk alam
atau bagian alam semesta (Osman Raliby).
Sebelum Allah menciptakan Adam sebagai manusia pertama, alam semesta
telah diciptakan-Nya dengan tatanan kerja yang teratur, rapi dan
serasi. Keteraturan, kerapian, dan keserasian alam semsta dapat
dilihat pada dua kenyataan. Pertama, berupa keteraturan, kerapian, dan
keserasian dalam hubungan alamiah antara bagian-bagian di dalamnya
dengan pola saling melengkapi dan mendukung. Perhatikan misalnya apa
yang diberikan matahari untuk kehidupan alam semesta. Selain berfungsi
sebagai penerang di waktu siang, matahari juga berfungsi sebagai salah
satu sumber energi dan kehidupan. Dari pancaran dan gerak edarannya
yang bekerja menurut ketentuan Allah, manusia dapat menikmati
pertukaran musim, perbedaan suhu antara satu wilayah denga wilayah
lain. Semua keteraturan dan ketentuan yang dikerjakan sistim keeja
matahari itu, pada perkembangannya kemudian membentuk sistim
keteraturan dan ketentuan lain yang telah ditetapkan oleh Allah.
Ingatlah, misalnya iklim suatu daerah yang berpengaruh pada keanekaan
potensi alam, jenis flora dan fauna yang tumbuh dan ada di daerah itu.
Kedua, keteraturan yang ditugaskan kepada malaikat untuk menjaga dan
melaksanakannya (Basofi Soediman, 1995:1).
Kedua hal itulah yang kemudian membuat keserasian, kerapian, dan
keteraturan yang kita yakini sebagai sunnatullah yakni ketentuan dan
hukum yang ditetapka Allah. Melalui sunnatullah inilah, bumi dan alam
semesta dapat bekerja secara sistematik (menurut suatu cara yang
teratur rapi) dn berkesinambungan, tidak berubah-ubah, tetap saling
berhubungan, berketergantungan dan sekaligus secara dinamis saling
melengapi. Perhatikanlah, misalnya bagaimana matahari bekerja menurut
ketentuan Allah. Sejak diciptakannya sampai akhir zaman, Insya Allah,
matahari tetap berada pada titik pusat tata surya yang berputar
mengelilingi sumbunya. Dalam proses itu, menurut para ahli, gerak
matahari selalu ketinggalan 3 menit 56 derik dari bintang-bintang yang
ada di tata surya. Karena keterlambatan itu, dalam waktu 365 hari
(jumlah hari dalam satu tahun) matahari sudah melintasi sebuah
lingkaran besra penuh di langit.
Setiap waktu, secara teratur dan tetap matahari menyiramkan energinya
kepada alam semesta tanpa bergeser daro prosisi yang ditetapkan Allah
baginya. Bumi, sebagai bagian alam semesta, menyerap sinar matahari
yang turun secara tetap, tidak berubah-ubah. Menurut para ahli, sebesa
seperdua milyar bagian dari seluruh pancaran matahari yang meluncur ke
bumi.
Dari satu bagian tata surya yang sama, dapat dilihat kenyataan,
bagainama luar biasanya keteraturan, karapian, keserasian dan
keseimbangan yang ada pada ciptaan Allah. Tanpa ketepatan (presisi)
yang sangat cermat (akurat), mustahil bumi, sebagai bagian tata surya
dapat mendukung kehidupan dengan keseimbangan yang serasi. Sistem alam
seperti inilah secara faktual membuat para ahli ilmu falak dapat
meramalkan berbagai peristiwa alam seperti gerhana matahari dan bulan,
pergantian musim, prakiraan cuaca dan sebagainya yang sangat bertautan
dengan ketentuan-ketentuan yang telah menjadi hukum dalam sistem alam
semesta (Basofi Soedimen, 1995:2-3).
Dalam lingkup yang lain, bisa pula dilihat bagaimana Sunnatullah
(ketetapan atau ketentuan-ketentuan Allah) berlaku pada benda atau
makhluk lain yang sepintas lalu dianggap tidak berguna, namun ternyata
bermanfaat dan memengaruhi benda atau makhluk lain. Lihatlah,
bagaimana tumbuh-tumbuhan yang membusuk atau kotoran hewan yang
memiliki Sunnatullah pada dirinya berguna sebagai pupuk yang
menumbuhkan tanaman.
Demikian kekuasaan dan kebesaran Allah dalam ciptaan-Nya yang
menyebabkan masing-masing bagian alam ini berada dalam ketentuan yang
teratur rapi, hidup dalam suatu sistem hubungan sebab akibat. Sampai
ke benda yang sekecil apa pun, ketentuan Allah ada dan berlaku, baik
secara mikrokosmetik (berlaku terbatas pada benda kecil itu) maupun
skala makrokosmetik (sistem yang menyeluruh) suatu benda atau zat
membentuk Sunnatullah baru melalui jalinan hubungan yang dibentuknya
(Basofi Soediman, 1995:4).
Sunnatullah atau hukum Allah yang menyebabkan alam semesta selaras,
serasi, dan seimbang dipatuhi sepenuhnya oleh partikel atau zarrah
yang menjadi unsur dalam semesta itu. Ada tiga sifat utama Sunnatullah
yang di singgung dalam al-Quran yang dapat ditemukan oleh ahli ilmu
pengetahuan dalam penelitian. Ketiga sifat itu adalah (1) pasti, (2)
tetap, dan (3) objektif (Imaduddin Abdulrahim, 1966:30).
Sifat Sunnatullah pertama adalah pasti atau tentu disebut pada ujung
ayat 2 al-Quran. Surat 25 (al-Furqan) :
Yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak
mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan
dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-
ukurannya dengan serapi-rapinya.
Di penghujung ayat 3 surat 65 (at-Talaq) Allah berfirman :
Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan
barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan
yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan
bagi tiap-tiap sesuatu.
Sifat Sunnatullah yang pasti, tentu itu menjamin da memberi kemudahan
kepada manusia membuat rencana. Seseorang yang memanfaatkan.
Sunnatullah dalam merencanakan satu pekerjaan besar, tidak perlu ragu
akan ketetapan perhitungannya.karena kalau dia bekerja menurut
Sunnatullah, Allah menjamin ketentuan-letentuan yang sudah pasti itu,
bisa melihat hasil pekerjaan yang dilakukannya. Karena itu pula,
keberhasilan suatu pekerjaan (usaha atau amal) dapat diperkirakan
terlebih dahulu. Jika dalam pelaksanaan suatu rencana atau pekerjaan
ternyata orang itu kurang atau tidak berhasil, dapat dipastikan
perhitungannyalah yang salah bukan kepastian atau ketentuan yang
terdapat dalam Sunnatullah. Manusia yang slah membuat suatu
perhitungan atau perencanaan dengan mudah dapat menelusuri kesalahan
perhitungan dalan perencanaannya.
Pernyataan tersebut di atas didukung oleh sifat Sunnatullah kedua
yaitu tetap, tidak berubah-ubah. Sifat ini terdapat dalam bagian ayat
115 surat AlAnam(6):
Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quraan) sebagai kalimat yang
benar dan adil. Tidak ada yang dapat merobah robah kalimat- kalimat-
Nya dan Dia lah yang Maha Mendenyar lagi Maha Mengetahui.
Dalam bagian ayat 77 surat Al-Isra (17) :
(Kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap rasul-
rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu [864] dan tidak akan kamu
dapati perobahan bagi ketetapan Kami itu.
Sifat Sunnatullah yang ketiga adalah objektif. Sifat ini tergambar
pada firman Tuhan dalam bagian ayat 105 surat Al-Anbiya (21) :
Dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam)
Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh.
Sunnatullah adalah kebenaran objektif, berlaku bagi siapa saja dan di
mana saja. Apa atau siapa saja yang tidak mengikuti Sunnatullah bahkan
melanggar akan mendapat hukuman, apa pun alasan pelanggaran itu,
termasuk kebodohan dan kealpaan di dalamnya (Imaduddin Abdulrahim,
1966:26-35).
Alam semesta yang mengandung dan patuh kepada hukum, ketetapan dan
ketentuan yang disebut Sunnatullah itu, berasal dari suatu masa yang
kemudian berdiferensi menjadi benda-benda langit. Benda-benda langit
itu membentuk gugus bimasakti. Jumlah gugus itu tidak terhitung
banyaknya. Benda-benda langit, baik berkelompok atau sendiri-sendiri
bergerak secara teratur, arahnya tetap, kecepatannya cepat pun tetap
pula seperti yang tertera pada firman Allah yakni surat Yasin (36):40
:
Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak
dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.
dan suran Luqman (31) ayat 20 :
Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk
(kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan
menyempurnakan untukmu ni'mat-Nya lahir dan batin. Dan di antara
manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu
pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.
Demikianlah alam semesta diciptakan Allah dengan hukum-hukum yang
berlaku baginya yang (kemudian) diserahkan-Nya kepada manusia untuk
dikelola dan dimanfaatkan. Manurut agama Islam, manusia selain sebagai
abdi diberi kedudukan sebagai khalifah yang mengelola dan memanfaatkan
alam semesta terutama "mengurus" bumi ini. Agar dapat menjalankan
kedudukannya, manusia diberi bekal berupa potensi berupa akal yang
melahirkan berbagai ilmu. Ketika Adam sebagai manusia diangkat menjadi
khalifah di bumi, Allah megajarkan kepadanya ilmu pengetahuan tentang
"nama-nama (benda). "Dalam bagian pertama ayat 31 surat Al-Baqarah (2)
:
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:
"Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar
orang-orang yang benar!"
Pengetahuan yang diajarka Allah kepada Adam ini merupakan keunggulan
komperatif manusia dari makhluk-makhluk lainnya. Dan, untuk
pelaksanaan kedudukannya sebagai khalifah itu, manusia akan dimintai
pertanggungjawaban di akhirat kelak. Manusia akan ditanya apakah dalam
menjalankan "amanat" yang dipercayakan kepadanya itu, ia mengikuti dan
mematuhi pola dan garis-garis besra kebijaksanaan yang diberika
kepadanya melalui para nabi dan rosul yang termuat dalam ajaran agama.
B. MANUSIA MENURUT AGAMA ISLAM
Manusia adalah makhluk yang sanagat menarik. Oleh karena itu ia telah
menjadi sasaran studi sejak dahulu , kini dan kemudian hari. Para ahli
telah mengkaji manusia menurut bidang studinay masing – masing ,
tetapi sampai sekarang para ahli masih belum mencapai kata sepakat
tentang manusia . Terbukti dari banyaknya penamaan manusia , misalnya
homo sapien ( manusia berakal ), homo economicus ( manusia ekonomi )
yang kadang kala disebut economic animal ( binatang ekonomi ), dan
sebagainya, Al- Qur'an tidak menggolongkan manusia ke dalam kelompok
binatang selama manusia mempergunakan akalnya dan karunia Tuhan
lainnya.
Di dalam Al-Qur'an manusia disebut antara lain dengan:
1. bani Adam (QS. Al Isra (17) : 7 )
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ
لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا
تَتْبِيرًا
Artinya : Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi
dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi
dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang
kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka
kamu dan mereka masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu
memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya
apa saja yang mereka kuasai.
Basyar QS. Al Khafi (18) :110)
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِّثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاء
رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحاً وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَداً ١١٠
Artinya : Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia
seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan
kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". "Barangsiapa mengharap perjumpaan
dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan
janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Tuhannya".
3. Al-Insan ( QS. Al Insan (76):1 )
Artinya : Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa,
sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?
4. An-nas (QS.An-Nas (14):1)
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
Artinya: Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara
dan menguasai) manusia.
Bertolak dari rumusan singkat itu , menurut ajaran Islam , manusia ,
dibandingkan dengan makhluk lain , mempunyai berbagai ciri, antara
lain ciri utamanya adalah :
1. Makhluk yang paling unik, dijadikan dalam bentuk yang baik ,
ciptaan Tuhan yang paling sempurna, (QS. At –Tiin (95):4) :
Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang
dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?
Manusia , sebagai makhluk , karena itu seyogyanya menyadari
kelemahannya . Kelemahan manusia berupa sifat yang melekat pada
dirinya disebutkan Alloh dalam Al-Qur'an , diantaranya adalah
melampaui batas (QS.Yunus (10):11) :
Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia
seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah
diakhiri umur mereka. Maka Kami biarkan orang-orang yang tidak
mengharapkan pertemuan dengan Kami, bergelimangan di dalam
kesesatan mereka.
Zalim (bengis, kejam, tidak menaruh belas kasihan , tidak adil,
aniaya ) dan mengingkari karunia Alloh (QS.Al -Ibrahim (14):34) :
Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa
yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung ni'mat
Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia
itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (ni'mat Allah).
Tergesa-gesa (QS.Al- Isra (17):11) :
Dan manusia mendo'a untuk kejahatan sebagaimana ia mendo'a untuk
kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.
Suka membantah (QS.Al-Kahfi (18):54) :
Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al
Quran
Berkeluh kesah dan kikir (QS.Al-Ma'arij (70):19-20) :
Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.
Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah.
Ingkar dan tidak terima kasih (QS. Al-Adiyat (100):6) :
Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih
kepada Tuhannya.
2. Manusia memiliki potensi ( daya atau kemempuan yang mungkin
dikembangkan ) beriman kepada Alloh.
3. Manusia diciptakan Alloh untuk mengabdi kepada-Nya . Tugas manusia
untuk mengabdi kepada Alloh dengan tegas dinyatakan-Nya dalam Al-
Qur'an surat Az-Zariyat (51):56 :
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku.
4. Manusia diciptakan Tuhan untuk menjadikan Khalifah-Nya di bumi.
Hal ini dinyatakan Alloh dalam firman-Nya didalam surat Al-Baqoroh
(2):30 :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."
Manusia mempunyai kedudukan sebagai khalifah (pemegang kekuasaan
Alloh) di bumi itu bertugas memakmurkan bumi dan segala isinya.
Memakmurkan artinya mensejahterakan kehidupan di dunia ini. Untuk
itu manusia wajib bekerja, beramal saleh serta menjaga
keseimbangan alam dan bumi yang didiaminya , sesuai dengan
tuntunan Alloh.
5. Di samping akal , manusia dilengkapi dengan perasaan dan kemauan
atau kehendak . Dengan akal dan kehendaknya manusia akan tunduk
dan patuh kepada Alloh, menjadi muslim,tetapi dengan akla dan
kehendaknya juga manusia dapat tidak percaya , tidak tunduk dan
tidak patuh kepada kehendak Alloh, bahkan mengingkari-Nya .
6. Secara individual manusia bertanggungjawab atas segala
perbuatannya. Ini dinyatakan Tuhan dalam firman-Nya yang kini
dapat dibaca dalam Al-Qur'an surat At Thur (52) ujung ayat 21 :
Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti
mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan
mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal
mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.
7. Berakhlak. Berakhlak adalah ciri utama manusia dibandingkan
dengan makhlik lain. Artinya , manusia adalah makhluk yang diberi
Alloh kemempuan untuk membedakan yang baik dengan yang buruk.
Setelah menguraikan rumusan tentang manusia di atas kini kita catat
pula asal-usulnya.Di dalam Al-Qur'an Alloh menyebutkan dari apa
manusia diciptakan , dari bahan apa manusia berasal. Di dalam Surat
Al An'am (6):2 :
Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya
ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya
(yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu
(tentang berbangkit itu).
Di tempat lain Alloh menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari
lumpur (tanah) hitam yang diberi bentuk (QS.Al Hijr (15):26) :
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah
liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
Dalam surat Ar Rahman (55) ayat 14 :
Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar.
Selain dari tanah , Al-Qur'an juga mengatakan dalam beberapa ayat-
Nya menyebutkan bahwa air (yang menjadi asal manusia ) itu adalah
air hina (mani) yang terpencar dari tulang sulbi (pinggang) dn
tulang dada (QS. At Tariq (86):6-7) :
Dia diciptakan dari air yang dipancarkan.
Yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada
perempuan.
Dari uraian diatas dapatlah diambil suatu kesimpulan bahwa manusia
berasa dari tanah dan air. Yang dimaksud adalah air mani yang
berasal dari saripati makanan yang timbul di atas tanah .Selain dari
air yang berasal dari saripati tanah , komponen pembentukan manusia
adalah ruh (ciptaan) Alloh.
Dari uraian singkat mengenai asal manusia itu dapat diketahui bahwa
manusia , menurut agama islam ,terdiri dari dua unsure yaitu unsure
material dan unsure immaterial . Unsur material adalah tubuh yang
berasal dari tanah dan air. Unsur immaterial adalah ruh yang yang
berasal dari alam ghaib. Proses kejadian manusia itu secara jelas
disebutkan dalam Al-Qur'an surat Al-Mu'minun (23) ayat 12-14 :
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah.
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami
jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus
dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
dan surat Al-Sajdah (32) ayat 7,8,9 :
Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan
Yang memulai penciptaan manusia dari tanah.
Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina.
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-
Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati;
(tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur
Dari proses kejadian dan asal manusia m,enurut Al-Qur'an , Ali
Syari'ati sejarawan dan ahli sosiologi islam , mengenukakan
pendapatnya berupa interpretasi tenetang hakikat penciptaan manusia
. Menurut beliau ada simbolisme dalam penciptaan manusia dari tanah
dan dari ruh (ciptaan) Alloh. Makna simbolisnya adalh manusia
memounyai dua dimensi : dimensi ketuhanan,dan dimensi dimensi
kerendahan atau kehinaan. Ali Syari'ati lalu memberikan rumusan
tentang filsafat manusia sebagai berikut : pertama,manusia tiadak
saja sama, tetapi bersaudara .Perbedaan antara persamaan dan
persaudaraan adalah jelas . Persamaan menunjuk pada esensi yang
identik dalam diri seliruh umat manusia terlepas dari latarbelakang
ras, jenis kelamin, dan warna kulit. Kedua,terdapat persamaan antara
pria dan wanita , karena mereka berasal dari sumber asal yang sama
yakni dari Tuhan, kendatipun dalam beberapa aspek terdapat perbedaan-
perbedaan (karena kodratnya atau bawaan sejak lahir).Ketiga,manusia
mempunyai drajat lebih tinggi dibandingkan dengan malaikat karena
pengetahuan yang di milikinya.Yang di maksud adalah pengetahuannya
tentang nama-nama.Allah telah mengajarkan nama-nama pada manusia,dan
dengan demikian manusia member nama pada (benda) di
dunianya,menyebutkan segala sesuatu dengan tepat.Keempat,manusia
mempunyai fenomena dualistis: terdiri dari tanah dan roh (ciptaan)
Tuhan.Karena fenomena dualistis itu,manusia bebas untuk
memilih.Dengan kebebasanya,manusia bias kemana saja dapat memilih
apa saja,tetapi harus mempertanggung jawabkan pilihannya itu.
Manusia kalau diamati perjalanan hidupnya,tanpa kecuali,melalui
beberapa tahap. Tahap pertama manusia hidup dan berada dialam ghaib
dimana alam ghaib berada tidak ada manusia yang mengetahuinya dengan
pasti.Manusia seperti telah di kemukakan diatas berasal dari
saripati tanah dan ruh (ciptaan) Tuhan.Tahap kedua kehidupan manusia
sudah dapat di ketahui dengan pasti yakni dalam kandungan manusia
seorang wanita.Lamanya pun hidup didalam rahim di perkirakan sekitar
9 bulan.Tahap ketiga lahirlah janin kea lam dunia.Yang menarik
adalah setiap bayi normal dan sehat akan menangis setelah keluar
dari nkandungan ibunya,sedangkan keluarga yang menanti kehadiranya
tertawa.Makna simbolistangis itu adalah manusia yang baru lahir ke
alam dunia "merasakan tantangan" yang akan dihadapinya berupa suka
duka silih berganti dalam kehidupan di tahap ketiga itu nanti.Dan
setelah sampai waktunya ruh (ciptaan) Allah yang merupakan hakikat
manusia itu dipisahkan malaikat izrail dari tubuh manusia.Terjadilah
kematian yang pada hakikatnya adalah perpisahan ruh dengan jasad
yang bersatu pada diri manusia selama waktu tertentu.Masuklah
kehidupan manusia ke tahap keempat . Di alam ini ruh menunggu sanpai
dunia kiamat (berakhir). Setelah itu semua yang pernah hidup di
dunia dibangkitkan untuk diperiksa , dihitung segala perbuatannya
selama kehidupan tahap ketiga , di suatu yempat yang disebut Padang
Mahsyar (tempat dikumpulkan seperti manusia berkumpul disuatu tempat
waktu melakukan ibadah haji di padang Arafah).Orang yang beriman dan
bertakwa , mengikuti pedoman yang diberikan Alloh dan
melaksanakannya , dimasukkan ke dalam janah atau surge. Sebaliknya,
jika manusia tidak beriman dan tidak bertakwa serta tidak melakukan
amal saleh selama hidupnya di dunia dimasukkan ke dalam nar atau
neraka.
Dari uraian tersebut di atas dapatlah disimpulkan bahwa manusia
adalah makhluk ciptaan Alloh yang terdiri dari jiwa dan raga ,
berwujud fisik dan ruh (ciptaan) Alloh (QS. Al-Hijr (15):29) :
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-
Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati;
(tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.
Sebagai makhluk ilahi hidup dan kehidupannya berjalan melalui lima
tahap, masing-masing tahap disebut "alam" yaitu : (1) di alam
ghaib,(2) di alam rahim,(3) di alam dunia ,(4) di alam barzah dan
(5) di alam akhirat yakni alam tahap terakhir hidup dan kehidupan
manusia.
C. AGAMA : ARTI DAN RUANG LINGKUPNYA
Agama berasal dari bahasa Sansekerta yang erat hubungannya dengan
agama Hindu dan Budha.
Ada bermacam teori mengenai kata agama. Pada mulanya akar kata agama
adalah gam yang mendapat awalan a sehingga menjadi a-gam-a. Akar
tersebut dapat pula mendapat awalan i dengan akhiran yang sama,
sehingga menjadi i-gam-a. Dan mendapat awalan u dengan akhiran yang
sama, sehingga menjadi u-gam-a. Dalam bahasa bali, ketiga bahasa
tersebut mempunyai makna sebagai berikut;
1. Agama artinya peraturan, tata cara, upacara hubungan manusia dengan
raja.
2. Igama artinya peraturan, tata cara, upacara dalam berhubungan
dengan dewa-dewa,
3. Ugama artinya peraturan, tata cara dalam berhubungan dengan sesama
manusia.
Dalam bahasa Belanda terdapat kata ga,gaan dan dalam bahasa Inggris
kata go yang artinya sama dengan gam yaitu pergi. Namun setelah
mendapat awalan a pengertian tersebut berubah menjadi jalan.
Kata jalan sebagai perubahan arti pergi juga terdapat dalam agama
Shinto (Jepang), Budha menyebut undang-undang pokonya :jalan. Dalam
agama islam terdapat kata syari'at dan tariatknya artinya jalan.
Selain arti yang disebutkan di atas, menurut teori, ada beberapa arti
lain yang terkandung dalam kata agama yaitu tradisi. Yang dimaksud
adalah tradisi atau kebiasaan dalam agama Hindu dan Budha.
Setelah agama islam datang ke Indonesia, masyarakat yang berbahasa
melayu mempergunakan kata ag ama untuk menunjukkan sistem ajaran yang
dibawa oleh islam. Sistem dan ruang lingkup ajaran agama islam berbeda
dengan sistem ajaran agama Hindu dan Budha. Ajaran agama Islam tidak
berasal dari tradisi, tetapi dari Alloh melalui wahyu-Nya yang
mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan dirinya
sendiri, manusia dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat, dan
dengan lingkungan hidupnya.
Dalam bahasa aslinya agama islam disebut din, tetapi mulai timbul
kerancuan pengertian karena lambing yang biasa dipakai dalam agama
Hindu dan Budha dipergunakan untuk din al Islam yang memiliki sistem
ajaran dan ruang lingkup yang sangat berbeda dengan agama yang
mendahuluinya.
Kedatangan agama islam ke Indonesia kemudian disusul oleh agama
Nasrani dan timbul istilah baru yang menunjukkan sistem dan ruang
lingkup agama Nasrani. Istilah tersebut adalah religion yang berasal
dari bahasa Latin relegere mempunyai arti berpegang pada norma-norma.
Istilah religion kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia
menjadi religi.
Bagi orang Eropa, religion hanya mengatur hubungan tetap atau
vertikal antara manusia dengan Tuhan saja, tetapi menurut ajaran
Islam, istilah dini yang tercantum dalam Q.S. al-Maidah(5): 3 ُرِّمَتْ
عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ
وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى
النُّصُبِ وَأَنْ تَسْتَقْسِمُوا بِالأزْلامِ ذَلِكُمْ فِسْقٌ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ
فَلا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ
الإسْلامَ دِينًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لإثْمٍ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (٣)
Artinya : Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan
(daging) hewan yang disembelih bukan atas nama Allah, yang tercekik,
yang dipukul, yang jatuh (dari tempat tinggi), yang ditanduk, dan yang
diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan
(diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula)
mengundi nasib dengan azlam (anak panah), (karena) itu suatu perbuatan
fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk
(mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka,
tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu
untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhai
Islam sebagai agamamu. Tetapi barang siapa terpaksa karena lapar bukan
karena ingin berbuat dosa, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.
Mengandung pengertian hubungan manusia dengan Tuhan (vertikal) dan
hubungan manusia dengan manusia dalam masyarakat, termasuk dirinya
sendiri dad lingkungan hidupnya (horizontal). Kedua tata hubungan ini
hablum minallah wa hablum minannas (Q.S. al-Imran (3): 112)
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ وَبَاءُوا
بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ۚ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ
وَيَقْتُلُونَ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ۚ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ
Artinya : Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali
jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian)
dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan
mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir
kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar.
Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.
Merupakan komponen yang berjalan dan terjalin di dalam sistem ajaran
islam.
Kita harus menghormati pemeluk agama yang sistem dan ruang lingkupnya
berbeda, namun perlu ditegaskan bahwa persamaan istilah dalam agama
tidak dijadikan alasan untuk mengatakan semua agama adalah sama.
Menurut Paul Tillich, setiap orang yang beragama selalu berbeda dalam
keadaan involved (terlibat) dengan agama yang dianutnya. Menurut prof.
Rasjidi, manusia yang beragama itu "aneh", ia melibatkan diri dengan
agama yang dipeluknya dan mengikatkan dirinya kepada Tuhan. Tetapi
bersamaan dengan itu ia merasa bebas, karena bebas menjalankan sesuatu
menurut keyakinannya. Ia tunduk kepada Yang Maha Kuasa, tetapi ia
merasa dirinya terangkat karena mendapat kesleamatan. Keselamatanlah
yang menjadi tujuan akhir kehidupan manusia dan keselamatan itu akan
diperoleh melalui pelaksanaan keyakinan agama yang ia anut.
Jadi dapat disimpulkan bahwa agama adalah kepercayaan kepada Tuhan
yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan Dia melalui upacara,
menyembah dan permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut
ajaran agama tersebut.
D. HUBUNGAN MANUSIA DENGAN AGAMA
Dalam masyarakat sederhana banyak peristiwa yang terjadi dan
berlangsung di sekitar manusia dan di dalam diri manusia, tetapi tidak
dipahami oleh mereka. Yang tidak dipahami itu dimasukkan ke dalam
kategori gaib. Karena banyak hal atau peristiwa gaib ini menurut
pendapat mereka, meraka merasakan hidup dan kehidupan penuh dengan
kegaiban. Menghadapi peristiwa gaib ini mereka merasa lemah tidak
berdaya. Untuk mengautkan diri, merela mencari perlindungan pada
kekuatan yang menurut anggapan mereka menguasai alam gaib yaitu dewa
atau Tuhan. Karena itu hubungan mereka dengan para dewa atau Tuhan
menjadi akrab. Keakraban hubungan dengan dewa-dewa atau Tuhan itu
terjalin dalam berbagai segi kehidupan : social, ekonomi, kesenian,dan
sebagainya. Kepercayaan dan system hubungan manusia dengan para dewa
atau Tuhan itu membentuk agama. Manusia, karena itu, dalam masyarakat
sederhana mempunyai hubungan erat dengan agama. Gambaran ini berlaku
di seluruh dunia.
Dalam masyarakat modern yaitu masyarakat yang telah maju, masayarakat
yang telah memahami peristiwa-peristiwa alam dan dirinya melalui ilmu
pengetahuan, ketergantungan kepada kekuatan yang dianggap menguasai
alam gaib dalam masyarakat sederhana menjadi berkurang bahkan di
beberapa bagian dunia menjadi hilang. Perkembangan pemikiran manusia
terhadap diri dan alam sekitarnya menjadi berubah. Timbullah berbagai
teori mengenai hubungan manusia dengan diri dan alam sekitarnya.
Salah satu teori yang banyak mempengaruhi perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu pengetahuan social, adalah teori August
Comte yang terdapat dalam bukunya yang mashur : Course de la
Philosophie (1842). Ia menyebut tiga tahap perkembangan manusia, yaitu
:
a. Tahap Teologik, yaitu tahap pemikiran manusia yang percaya kepada
Tuhan, percaya kepada ajaran agama. Dalam pemikiran teologik ini
manusia belum tahu tentang musabab kejadian di alam ini, tidak tahu
mengenai hal atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya.
b. Tahap Metafisik, yaitu tahap pemikiran manusia yang percaya pada
ketakutan atau hal-hal non fisik, yang tidak terlihat. Untuk
keselamatan dirinya, dalam tahap ini manusia berusaha menjinakkan
kekuatan-kekuatan non fisik itu dengan sajian-sajian. Dan apabila
pengalaman serta pengetahuan manusia tumbuh dan berkembang lebih
lanjut, tahap pemikirannya pun meningkat ke tingkat yang lebih
tinggi. Pada tingkat atau tahapan nin sepei jaman modern sekarang,
manusia telah mempunyai pengetahuan yang cukup tentang alam dan
dirinya sendiri.
c. Tahap Positif, yaitu tahap pemikiran manusia yang masih tetap
percaya pada Tuhan dan metafisika. Di Eropa dan Amerika cenderung
kembali pada Tuhan atau ajaran agama di penghujung abad XX dan
dalam abad XXI yang akan datang. Sekuralisme yang berasal dari
Inggris, menyeberang ke Eropa dan Amerika serta menjalar ke seluruh
dunia, menopang teori August Comte.
Sejarah umat manusia di barat menunjukkan kepada kita bahwa dengan
mengenyampingkan agama dan menempatkan ilmu dan akal manusia semata-
mata sebagai satu-satunya ukuran untuk menilai segala-galanya
(anthropocentrisme yaitu paham yang mejadikan manusia menjadi pusat),
telah menyebabkan berbagai krisis dan malapetaka. Dan karena
pengalaman itu, kini perhatian manusia di bagian dunia itu dan di
selururh dunia kembali kepada agama. Ini disebabkan karena beberapa
hal, di antaranya adalah :
1. Para ilmuwan yang selama ini meninggalkan agama, kembali berpaling
pada agama sebagai pegangan hidup yang sesungguhnya.
2. Karena harapan manusia kepada otak manusia untuk memecahkan segala
masalah yang dihadapinya pada abad-abad lalu, ternyata tidak terwujud.
Memang, sains dan teknologi telah memudahkan dan menyenangkan
kehidupan manusia, namun bersamaan dengan itu teknologi itu sendiri
telah mengancam kehidupan manusia yang membuatnya. Dengan panduan
agama, terutama agama yang berasal dari Alloh SWT, teknologi dapat
dikembangkan dan diarahkan untuk tujuan-tujuan yang bermanfaat bagi
kehidupan, membawa keselamatan dan kebahagiaan umat manusia.
Agama sangat perlu bagi manusia terutama bagi orang yang berilmu, apa
pun disiplim ilmunya. Sebabnya, karena dengan agama ilmunya akan lebih
bermakna.Bagi kita umat Islam, agama yang dimaksud adalah agama yang
kita peluk yaitu agama Islam.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dengan akal dan ilmu yang dikuasainya manusia akan mampu
menjalankan kedudukannya sebagai khalifah mengelola dan
memanfaatkan alam semesta serta mengurus bumi ini untuk kepentingan
hidup dan kehidupan manusia serta makhluk lain di lingkungannya.
2. Al Qur'an tidak memandang manusia sebagai makhluk yang tercipta
secara kebetulan, atau tercipta dari kumpulan atom, tapi diciptakan
setelah sebelumnya direncanakan untuk mengemban tugas mengabdi dan
menjadi khalifah di bumi.
3. Agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan
mengadakan hubungan dengan Dia melalui ibadah dan membentuk sikap
hidup manusia menurut atau berdasarkan ajaran agama itu.
4. Agama sangat perlu bagi manusia, terutama bagi yang berilmu. Karena
dengan agama ilmunya akan lebiih bermakna. Bagi kita umat Islam,
agama yang dimaksud adalah agama yang kita peluk yaitu agama Islam.
DAFTAR PUSTAKA