1
DAFTAR ISI DAFTAR ISI ........................................................................................................... 1 BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 2 A.
LATAR BELAKANG ...................................................................................................2
B.
RUMUSAN MASALAH .............................................................................................3
C.
1.
Apa pengertian Aqidah secara Etimologi dan Terminologi? ...............................3
2.
Apa saja sumber-sumber Aqidah? ......................................................................3
3.
Apa fungsi dari Aqidah?......................................................................................3 TUJUAN PEMBAHASAN ..........................................................................................3
BAB II POKOK PEMBAHASAN.......................................................................... 4 A.
Pengertian Aqidah secara Etimologi dan Terminologi ............................................4
B.
Macam-macam sumber Aqidah .............................................................................7
C.
Macam-macam fungsi Aqidah ..............................................................................14
BAB III ANALISIS DAN DISKUSI .................................................................... 20 BAB IV KESIMPULAN....................................................................................... 22 DAFTAR RUJUKAN ........................................................................................... 23
2
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Segala puji bagi Allah yang maha Esa karena rahmat dan karuniaNya telah memberikan petunjuk agama yang lurus kepada hamba-Nya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW yang membimbing umat-Nya dengan suri tauladan-Nya yang baik. Dan segala Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugrah, kesempatan dan pemikiran kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah ini. Kami penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Banyaknya paham-paham asing di seluruh lapisan masyarakat umum, termasuk banyaknya jaringan teroris yang berkembang di sekitar kita terjadi karena kurangnya pemahaman para generasi penerus bangsa mengenai Aqidah. Maka dari itu, kami menyusun makalah ini dengan harapan agar para pembaca dapat lebih memahami tentang apa pengertian Aqidah baik secara bahasa maupun istilah, darimana saja sumber-sumber Aqidah tersebut diperoleh, dan apa saja fungsi dari Aqidah sesuai dengan ajaran Islam,
sehingga
tidak
terjadi
hal-hal
yang menyimpang
beratasnamakan Aqidah Islam. Aqidah adalah pokok-pokok keimanan yang telah ditetapkan oleh Allah, dan kita sebagai manusia wajib meyakininya sehingga kita layak disebut sebagai orang yang beriman (mu’min). Makalah ini merupakan pengetahuan tentang konsep aqidah dalam islam, semua ini di rangkup dalam makalah ini , agar pemahaman terhadap permasalahan lebih mudah di pahami dan lebih singkat dan akurat. Makalah ini menampilkan
3
beberapa bahasan yang bisa membantu siapa saja yang ingin memahami aqidah. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian Aqidah secara Etimologi dan Terminologi? 2. Apa saja sumber-sumber Aqidah? 3. Apa fungsi dari Aqidah?
C. TUJUAN PEMBAHASAN 1. Ingin memahami pengertian dari Aqidah baik secara Etimologi (bahasa) ataupun Terminologi (istilah) dengan tepat dan benar. 2. Ingin memahami berbagai sumber-sumber Aqidah yang sudah pasti kebenarannya. 3. Ingin memahami apa saja fungsi dari Aqidah.
4
BAB II POKOK PEMBAHASAN
A. Pengertian Aqidah secara Etimologi dan Terminologi 1. Pengertian Aqidah secara Etimologi (Bahasa) a. Menurut KBBI, akidah/aki-dah berarti kepercayaan dasar atau keyakinan pokok.1 b. Aqidah berasal dari bahasa Arab.2 -
( ْال َعدal ‘aqdu) yang berarti ikatan.
-
( التَّوثِيْقat-tautsiiqu) yang berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat/kokoh.
-
الربْط بِق َّوة َّ (ar-rabthu biquw-wah) yang berarti mengikat dengan kuat.
-
اْ ِالحْ كَام
(al-ihkaamu)
yang
artinya
mengokohkan
atau
menetapkan. c. Dari pengertian Aqidah berdasarkan kata di atas, dapat ditarik benang
merah
bahwa,
aqidah
menurut
bahasa
adalah
kepercayaan/keyakinan yang kuat yang terdapat di dalam hati seseorang. Entah apakah yang ada dalam keyakinan orang tersebut benar atau justru salah.3 d. Dapat disimpulkan bahwa, aqidah merupakan keyakinan yang terdapat di dalam hati yang tidak dapat terlihat. Namun kebenarannya sudahlah pasti.
1
Ebta Setiawan, Akidah, Kamus Besar Bahasa Indonesia (versi online/daring), diakses dari https://kbbi.web.id/akidah, 18 September 2017, 11.35 WIB 2
Kontributor Wikipedia, Akidah Islam, Wikipedia, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Akidah_Islam, 18 September 2017, 13.08 3
Admin, Pengertian dan Makna Aqidah Islamiyah, Info Makalah, diakses dari http://www.makalah.info/2016/11/pengertian-dan-makna-aqidah-islamiyah.html, 18 September 2017, 13.30 WIB.
5
2. Pengertian Aqidah secara Terminologi (Istilah) a. Menurut Hasan al-Banna,4 “Aqidah
adalah
beberapa
perkara
yang
wajib
diyakini
keberadaannya oleh hatimu, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikitpun dengan keragu-raguan”
b. Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy, “Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. (Kebenaran) itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini kesahihan dan kebenarannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu”
c. Imam Ghazali, “Jika dalam diri seseorang telah tumbuh Aqidah pada hatinya, maka mereka akan menganggap hanya Allah Subhanahu Wata'ala sajalah yang memiliki kuasa atas segala sesuatu. Sementara segala yang ada hanyalah mahluk.”
d. Menurut Abdullah Azzam, “Aqidah adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwasanya "beriman" berarti tidak mengingkari adanya enam rukun Iman. Diantaranya adalah Iman kepada; Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, Hari Kiamat serta Qada' dan Qadar”.
e. Menurut Ibnu Tarmiyah,
4
Manan Jumati, Makalah konsep Aqidah Dalam Islam, Mananjumati Wordpress, diakses dari https://mananjumati.wordpress.com/2014/09/13/makalah-konsep-aqidah-dalam-islam/, 19 September 2017, 13.13 WIB
6
“Aqidah adalah sesuatu yang tertanam dalam hati. Akan merasa tenang orang yang memilikinya, dan di dalam jiwanya tidak sedikitpun menaruh prasangka ataupun keraguan”.
f. Menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairy, “Adalah kebenaran logis yang mampu diterima manusia melalui akal, wahyu dan juga fitrahnya. Dan kebenaran tersebut terletak pada hati yang senantiasa akan menolak dengan tegas jika ada yang bertentangan dengannya.”
g. Aqidah adalah Sebuah perkara yang sifatnya wajib untuk dibenarkan oleh hati dan jiwa, sehingga orang yang memiliki kebenaran tersebut akan merasa damai karenanya. Kemudian menjadi suatu kenyataan yang teguh serta kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.
h. Aqidah bisa dikatakan sebagai keimanan yang terdapat di dalam jiwa. Keberadaannya terikat dan sangat kokoh.
Dan apabila
terdapat keraguan atau prasangka, maka tidak dapat dikatakan sebagai aqidah. i. Implementasi dari keberadaannya (iman/aqidah) yang terdapat dalam hati atau jiwa, muncul dalam bentuk ucapan/lisan, dan diwujudkan dalam bentuk perbuatan.
j. Singkatnya, aqidah adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang meyakininya.5
5
^ Lisaanul 'Arab (IX/311: )عقدkarya Ibnu Manzhur (wafat th. 711 H) t dan Mu'jamul Wasiith(II/614:)عقد
7
B. Macam-macam sumber Aqidah6 1. Al-Qur’an sebagai sumber Aqidah Firman Allah SWT yang diwahyukan kepada Rasulullah melalui
perantara
malaikat Jibril. Di dalamnya
Allah telah
menjelaskan segala sesuatu yang telah dibutuhkan oleh hamba-Nya sebagai bekal kehidupan di dunia dan di akhirat. Ia merupakan petunjuk bagi orang-orang yang diberi petunjuk, pedoman hidup bagi orang-orang yang beriman, dan obat bagi jiwa-jiwa yang terluka.
Sebagaimana Firman Allah dalam QS.Al-An’am:115.
َ َ ُ َ َ َّ َ َ َّ ۡۡم َبد َِلۡل ََِك َِمَٰت ِ ۡهِ ۡۦۡ َو ُه َو ُ اۡو َعد ٗٗل َّۡٗل َ ۡصد ٗق ۡ ۡ١١٥ِۡيم ُۡ يعۡٱل َعل ُۡ ٱلس ِم وتمتَۡۡك ِمت ِ ۡربِك ۚ ۚ “dan telah sempurna firman Tuhanmu (Al-Qur’an) dengan benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah Firman-Nya. Dan Dia Maha Mendengar dan Maha Mengetahui”. Al-Imam Asy-Syatibi mengatakan Bahwa sesungguhnya Allah telah menurunkan syariat ini kepada Rasul-Nya yang didalamnya terdapat penjelasan atas segala sesuatu yang dibutuhkan manusia tentang kewajiban dan peribadatan yang dipikulkan diatas pundaknya, termasuk didalamnya perkara aqidah. Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai sumber hukum aqidah karena Allah mengetahui kebutuhan manusia sebagai seorang hamba yang diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Bahkan jika dicermati akan ditemui banyak ayat dalam Al-Qur’an yang dijelaskan tentang aqidah, baik secara tersurat maupun secara tersirat. Oleh karena itu, menjadi hal yang wajib jika kita mengetahui dan memahami aqidah yang bersumber
6
Andiyani Muhadi, Bahriani dan Rezky Nur Wahyuni, Aqidah Akhlak Sumber-sumber Aqidah Islam, “http://avbahriani.blogspot.co.id/2016/06/sumber-sumber-aqidah-islam.html”18 September 2017, 18:11.
8
dari Al-Qur’an. Kitab mulia ini merupakan penjelasan langsung dari Rabb manusia, yang hak dan tidak pernah sirna ditelan masa.
2. As-Sunnah sumber kedua Aqidah Seperti halnya Al-Qur’an, As-Sunnah adalah satu jenis wahyu yang datang dari Allah SWT walaupun Lafadznya bukan dari Allah tapi maknanya datang darinya. Hal ini diketahui dalam firman Allah QS. An-Najm: 3-4.
َّ
ُ َ َو َماۡيَنط ُق َ ۡه َوۡإٗل ٞ ۡو َٰ َ ُۡحۡي ۡ ۡ٤ۡوۡح ۡۡإِن٣ۡۡۡع ِنۡٱل َه َوى ِ ِ
“dan tidaklah yang diucapkan-Nya itu (Al-Qur’an) menurut keinginan-Nya. Tidak lain (Al-Qur’an itu) adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.”
Rasulullah saw bersabda, ”tulislah demi dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidak keluar dari-Nya kecuali kebenaran sambil menunjuk lidahnya” (HR. Abu dawud). Yang menjadi persoalan adalah banyaknya hadits lemah yang beredar ditengah umat dianggap “mutiara” yang bukan berasal dari Rasulullah SAW dinisbahakan kepada beliau. Hal ini tidak lepas dari usaha penyimpangan yang dilakukan oleh musuh-musuh Allah untuk mendapatkan keuntungan yang sedikit. Akan tetapi, maha suci Allah yang telah menjaga kemurnian As-Sunnah hingga akhir zaman melalui para ulama ahli ilmu. Selain melakukan penjagaan terhadap ahli sunnah, Allah telah menjadikan As-Sunnah sebagai sumber hukum dalam Agama. Kekuatan As-Sunnah dalam menetapkan syari’at termasuk perkara
9
aqidah ditegaskan dalam banyak ayat Al-Qur’an, diantaranya firman Allah dalam QS.An-nisa:59.
َ َ َ ُ َ ُ ْ ُ َ َ َ َّ ْ ُ َ ْ ُ َ َّ َ ُ َّ ۡ طيعوا ۡول ۡ َوأ ْو ِِل ۡٱۡلم ِۡر ۡمِنكمۖۡ ۡفإِن ۡ ٱلرس ِۡ ٱّلل ۡوأ ۡ ۡ ِين ۡ َءامن ٓوا ۡأطِيعوا َۡ يأ ُّي َها ۡٱَّل
َ ُ ُ ُ َ َ َّ َ َّ َ ُ ُّ ُ َ ُ َ ََ َّ ٱّللِۡ َۡو ۡٱّللِۡ َۡوٱۡلَو ِۡمۡٱٓأۡلخ ِِۡرۡذَٰل ِك ۡ ِ نتمۡتؤم ُِنونۡۡب ٱلر ُسو ِۡلۡإِنۡك ۡ ۡوهۡإَِل ِۡفَۡش ٖءۡفرد ِ تنَٰزعتم
ََ َ ُ َ اٞ َ ۡ ۡ٥٩ۡنۡتأ ِويًل ۡس ۡ خۡيۡوأح
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) diantara kamu.Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah pada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (AsSunnah), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian.Yang demikian itu, lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya.”
Firman Allah di atas menunjukkan bahwa tidak ada pilihan lain bagi seorang muslim untuk mengambil sumber-sumber hukum aqidah dari As-Sunnah dengan pemahaman ulama. Ibnu Qayyim juga pernah berkata “Allah memerintahkan untuk mentaati-Nya dan mentaati Rasul-Nya”, dengan mengulangi kata kerja (taatilah) yang menandakan bahwa menaati Rasul wajib secara independen tanpa harus mencocokkan terlebih dahulu dengan Al-Qur’an, jika beliau memerintahkan sesuatu. Hal ini dikarenakan tidak akan pernah ada pertentangan antara Qur’an dan Sunnah. 3. Ijma’ Para Ulama Sumber aqidah yang berasal dari kesepakatan para mujtahid Umat Muhammad saw setelah beliau wafat, tentang urusan pada suatu masa. Mereka bukanlah orang yang sekedar tahu tentang ilmu tetap juga memahami dan mengamalkan ilmu. Berkaitan dengan ijma’, Allah swt berfirman dalam QS.An-Nisa:115.
10
َ َّ َ َ َٰ َ ُ ُ َ َ َّ َ َ َ َ ۢ َ ُ َّ َ ُ َ َ ۡي َ ۡغ َۡلِۦ ِۡ َِّيۡن َو ۡ يلۡٱل ُمؤ ِمن ب ۡس ىۡويتبِع ۡ ولۡمِنۡبعدِۡماۡتبَّيَۡلۡٱلهد ۡ َو َمنۡيُشاق ِِقۡٱلرس ِ ِ
ٓ َ َ َّ َ َ ُ َ َٰ َّ َ َ َ َ ص ا ۡ ۡ١١٥ۡۡيا ماۡتوِل ِ ۡو َسا َءتۡم ۡۖۡونصل ِ ۡهِۦۡجهنم
“dan barang siapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan masukkan ia kedalam Neraka Jahannam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali.” Imam Syafi’I menyebutkan bahwa ayat ini merupakan dalil pembolehan disunnatkannya Ijma’, yaitu diambil dari kalimat “Jalannya orang-orang yang beriman” yang berarti Ijma’. Beliau juga menambahkan bahwa dalil ini adalah dalil Syar’I yang wajib untuk diikuti karena Allah menyebutkannya secara bersamaan dengan larangan menyelisihi Rasul. Di dalam pengambilan Ijma’ terdapat juga beberapa kaidahkaidah penting yang tidak boleh ditinggalkan. Ijma’ dalam masalah akidah harus bersandarkan kepada dalil dari Al-Qur’an dan AsSunnah yang shahih karena perkara aqidah adalah perkara tauqifiyah yang tidak diketahui kecuali dengan jalan wahyu. Sedangkan fungsi Ijma’ adalah menguatkan Al-Qur’an dan As-Sunnah serta menolak kemungkinan terjadinya kesalahan dalam dalil yang dzani sehingga menjadi qotha’i.
4. Akal Sehat Manusia Selain ketiga sumber diatas, akal juga menjadi sumber hukum aqidah dalam Islam. Hal ini merupakan bukti bahwa Islam sangat memuliakan
akal
serta
memberikan
haknya
sesuai
dengan
11
kedudukannya,
dengan
cara
memberikan
batasan
dan
petunjuk kepada akal agar tidak terjebak kedalam pemahamanpemahaman yang tidak benar. Hal ini sesuai dengan sifat akal yang memiliki keterbatasan dalam memahami suatu ilmu atau peristiwa. Apa yang akan Anda lakukan jika seseorang yang Anda percaya berkata kepada Anda bahwa ada korsleting listrik di rumah Anda yang dapat menyebabkan kebakaran? Apa yang akan Anda lakukan jika seseorang berkata kepada Anda bahwa di kantor tempat Anda bekerja ada bahan peledak? Walaupun kemungkinan benarnya berita itu kecil sekali, tentu Anda akan langsung mencari dan memeriksa rumah Anda sampai Anda yakin bahaya tersebut tidak ada. Begitu juga jika seseorang mengatakan kepada Anda bahwa mati bukan akhir dari segalanya, bahwa Pencipta alam ini telah menetapkan aturan-aturan yang mengakibatkan kesengsaraan abadi (neraka) bagi orang yang tidak menaatinya. Anda, seperti manusia lain, dengan fitrah Anda akan memperhatikan hal-hal ini walaupun Anda sebenarnya berpikir bahwa kemungkinan benarnya kata-kata tersebut kecil sekali. Sebab, apa yang dikatakan orang tersebut sangat penting dan bernilai. Itulah yang mendorong manusia untuk terus mencari dan mengetahui hakikat mengenai hal tersebut sampai dia mendapatkan hasil yang meyakinkan, terlepas dari positif atau negatifnya hasil yang dia dapatkan. Agama Islam tidak membenarkan pengagungan terhadap akal dan tidak pula membenarkan pelecehan terhadap kemampuan akal manusia, seperti yang biasa dilakukan oleh beberapa golongan (firqoh)
yang menyimpang.
Syaikhul
Islam
Ibnu
Taimiyah
mengatakan : “akal merupakan syarat untuk memahami ilmu dan kesempurnaan beramal dengan keduanyalah ilmu dan dan amal
12
menjadi sempurna, hanya saja ia tidak dapat berdiri sendiri. Di dalam jiwa ia berfungsi sebagai sumber kekuatan, sama seperti kekuatan penglihatan pada mata yang jika mendapatkannya cahaya Iman dan Al-Qur’an seperti mendapat cahaya matahari dan api. Tetapi jika berdiri sendiri, ia tidak akan mampu melihat (hakikat) sesuatu dan jika sama sekali dihilangkan ia akan menjadi sesuatu yang berunsur kebinatangan”. Eksistensi akal memiliki keterbatasan pada apa yang bisa dicerna tentang perkara-perkara nyata yang memungkinkan panca indra untuk menangkapanya. Adapun masalah-masalah gaib yang tidak dapat disentuh oleh panca indra maka tertutup jalan bagi akal untuk sampai pada hakikatnya. Sesuatu yang abstrak/gaib, seperti akidah tidak dapat diketahui oleh akal kecuali mendapatkan cahaya dan petunjuk wahyu baik dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih. Al-Qur’an dan As-Sunnah menjelaskan bagaimana cara memahami dan melakukan masalah tersebut. Salah satu contohnya adalah akal mungkin tidak bisa menerima surga dan neraka karena tidak bisa diketahui melalui indera. Akan tetapi melalui penjelasan yang berasal dari Al-Qur’an dan As-Sunnah maka akan dapat diketahui bahwasanya setiap manusia harus meyakininya. Mengenai hal ini Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa apa yang tidak terdapat dalam AlQur’an, As-Sunnah, dan ijma’ yang menyelisih akal sehat karena sesuatu yang bertentangan dengan akal sehat adalah batil. Sedangkan tidak ada kebatilan dalam Al-Qur’an, Sunnah, dan ijma’. Tetapi padanya terdapat kata-kata yang mungkin sebagian orang tidak memahaminya atau mereka memahaminya dengan makna yang batil.
5. Fitrah Kehidupan Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :
13
“setiap anak yang lahir dalam keadaan fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang membuat ia menjadi yahudi, nasrani, atau majusi.”( H. R. Muslim ) Dari hadits dapat diketahui bahwa sebenarnya manusia memiliki kecenderungan untuk menghamba kepada Allah. Akan tetapi bukan berarti bahwa bayi yang lahir telah mengetahui rincian agama islam. Setiap bayi yang lahir tidak mengetahui apaapa. Tetapi setiap mamiliki fitrah untuk sejalan dengan Islam sebelum dinodai oleh penyimpangan-penyimpangan. Bukti mengenai hal ini adalah fitrah manusia untuk mengakui bahwa mustahil ada dua pencipta alam yang memiliki sifat dan kemampuan yang sama. Bahkan ketika ditimpa musibah pun banyak manusia yang menyeruh kepada Allah seperti dijelaskan dalam firmannya: Q. S Al- Israa’:67.
َ ُ َّ َ َّ َ َ ُ َّ ٓ َّ َ ُ َ َ َّ َ َ ُّ ُ ۡب ِۡ َ َۡنىَٰكم ۡإَِل ۡٱل ٱلّض ۡ ِِف ۡٱۡلَح ِۡر ۡضل ۡمن ۡتدعون ۡإِٗل ۡإِياهۖۡ ۡفلما ُّۡ ۡ ِإَوذا ۡ َم َّسك ُم َ ََ ُ َ َ نۡ َك ُف ا َٰ َ ٱۡل ۡ ۡ٦٧ۡورا ُۡ نس ِ ۡأعرضت ۚمۡوَكن “dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilang
semua yang biasa kamu seru, kecuali Dia. Tapi ketika Dia menyelamatkan kamu kedaratan, kamu berpaling dari-Nya. Dan manusia memang selalu ingkar (tidak bersyukur).”
14
C. Macam-macam fungsi Aqidah Aqidah adalah dasar, pondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi bangunan semakin tinggi bangunan yang akan didirikan, harus semakin kokoh pondasi yang dibuat. Kalau pondasinya lemah bangunan itu akan cepat ambruk, tidak ada bangunan tanpa pondasi. Seseorang yang memiliki aqidah yang kuat pasti akan melaksanakan ibadah yang tertib dan memiliki akhlak yang mulia. Ibadah seseorang tidak akan diterima oleh Allah SWT kalau tidak dilandasi dengan aqidah. Aqidah sesuai dengan fungsinya sebagai dasar agama, maka keberadaan aqidah Islam sangat menentukan bagi seorang muslim, sebab dalam sistem teologi agama ini diyakini bahwa sikap, perbuatan dan perubahan yang terjadi dalam perilaku dan aktivitas seseorang sangat dipengaruhi oleh sistem teologi atau aqidah yang dianutnya. Untuk itu signifikansi akidah dalam kehidupan seseorang muslim dapat dilihat paling tidak dalam tujuh hal, yaitu:
1. Aqidah Islam merupakan landasan seluruh ajaran Islam.
Di atas keyakinan dasar inilah dibangun ajaran Islam lainnya, yaitu syari’ah (hukum islam) dan akhlaq (moral Islam). Oleh karena itu, pengamalan ajaran Islam lainya seperti shalat, puasa, haji, etika Islam (akhlak) dan seterusnya, dapat diamalkan di atas keyakinan dasar tersebut. Tanpa keyakinan dasar, pengamalan ajaran agama tidak akan memiliki makna apa-apa.
15
2. Akidah Islam berfungsi membentuk kesalehan seseorang di dunia, sebagai modal awal mencapai kebahagiaan di akhirat.
Hal ini secara fungsional terwujud dengan adanya keyakinan terhadap kehidupan kelak di hari kemudian dan setiap orang mempertanggungjawabkan perbuatannya di dunia, Semua ibadah yang kita laksanakan jika tanpa ada landasan aqidah maka ibadah kita tersebut tidak akan diterima.
3. Akidah Islam berfungsi menyelamatkan seseorang dari keyakinan-keyakinan yang menyimpang, seperti bid’ah, khurafat, dan penyelewengan-penyelewengan lainya,
4. Menuntun dan mengembangkan dasar ke Tuhanan yang dimiliki manusia sejak lahir. Akidah islam berfungsi untuk menetapkan seseorang sebagai muslim atau non muslim. Begitu pentingnya kajian akidah islam hingga bidang ini telah menjadi perbincangan serius dikalangan para ahli sejak zaman awal Islam sampai hari ini, termasuk di Indonesia. Di dalam apresiasinya, kajian mengenai bidang ini melahirkan beberapa aliran, seperti Muktazilah, Asy’ariyah, Murjiah, Syiah, Khawarij, Qadariyah, Jabbariyah dan lain-lain. Sebagai hal yang sangat fundamental bagi seseorang, aqidah oleh karenanya disebut sebagai titik tolak dan sekaligus merupakan tujuan hidup. Atas dasar itu maka aqidah memiliki peran yang sangat penting di dalam memunculkan semangat peningkatan kualitas hidup seseorang.
16
5. Akidah Dapat Menimbulkan Optimisme Dalam Kehidupan. Sebab manusia yang di dalam dirinya tertanam akidah atau keyakinan yang kuat, akan selalu merasa optimis dan merasa akan berhasil dalam segala usahanya. Keyakinan ini didorong oleh keyakinan yang lain bahwa allah sangat dekat padanya, bahkan selalu menyertainya dalam usaha dan aktivitasaktivitasnya. Sementara bagi orang yang tidak memiliki akidah yang benar dan kuat tidak akan memilki keyakinan yang kuat, jiwanya akan menjadi gersang dan hampa, dan selalu diliputi keraguan dalam bertindak. Sehingga jika tertimpa sedikit cobaan dan rintangan, ia menjadi gelisah, keluh kesah, yang sering kali berakhir dengan putus asa, karena ia tidak memiliki pegangan batin yang kuat di luar kemampuanya.
6. Akidah Dapat Menumbuhkan Kedisiplinan. Disiplin dimaksud, seperti disebut oleh Yusuf Qardhawiy, adalah kepatuhan dan ketaatan dalam mengikuti semua ketentuan dan tata tertib yang berlaku, termasuk hukum alam (sunnah Allah) dengan kesadaran dan tanggung jawab. Akidah yang mantap akan mampu menempatkan diri seseorang sebagai makhluk berdisiplin tinggi dalam kehidupannya. Disiplin adalah kata kunci untuk keberhasilan. Karena itu bila seseorang muslim ingin berhasil, ia harus berdisplin. Tanpa disiplin, tidak mungkin seseorang
dapat
meraih
kesuksesannya.
Dalam
konteks
peningkatan kualitas hidup displin sangat dituntut terutama: Disiplin dalam waktu. Artinya, tertib dan teratur dalam memanfaatkannya dalam penanganan kerja maupun dalam melakukan ibadah mahdhah. Disiplin dalam bekerja. Artinya, seorang muslim yang berakidah
menyadari
bahwa
ia
harus
bekerja,
sebagai
pelaksanaan tanggung jawabnya sebagai khalifah Allah. Dan
17
agar kerjanya berhasil baik, diperlukan sikap displin. Sebab penangan kerja dengan kedisplinan akan menghasilkan sesuatu secara maksimal dan membahagiakan.
7. Aqidah Berpengaruh Dalam Peningkatan Etos Kerja. Sebab seseorang yang memilki keyakinan yang mantap akan selalu berupaya keras untuk keberhasilan kerjanya, sebagai bagian dari pemenuhan kataatanya pada Allah. Dengan demikian melalui aqidahnya akan tersembul etos kerja yang baik yang tercermin dari ciri-ciri berikut ini: a) Memiliki jiwa kepeloporan dalam menegakan kebenaran. Kepeloporan disini dimaksud sebagai mengambil peran secara aktif untuk mempengaruhi orang lain agar dapat meningkatkan kemampuan
kualitas untuk
hidupnya.
Jadi,
mengambilposisi
ia
dan
memilki sekaligus
memainkan peran (role) sehingga kehadirannya selalu dirasakan memberikan spirit bagi munculnya semangat peningkatan kualitas hidup setiap orang di sekitarnya. b) Memiliki perhitungan (kalkulatif) Setiap langkah dalam hidupnya selalu diperhitungkan dari segala aspek, termasuk untung dan resikonya, dan tentu saja sebuah perhitungan yang rasional. c) Tidak merasa puas dalam berbuat kebajikan. Tipe muslim yang memilki aqidah yang kaut akan tampak dari semangatnya yang tak kenal lelah melakukan berbagai aktivitas untuk mencapai dan menegakan kebaikan. Sekali dia berniat, ia akan menepati cita-citanya secara serius dan cermat, serta tidah mudah menyerah bila berhadapan dengan cobaan dan rintangan. Dengan semangat semacam ini
18
seorang muslim selalu berusahamengambil posisi dan memainkan peranan positif, dinamis, dan keratif dalam penanganan kerjanya,dan memberi contoh kepada orang yang disekitarnya. Sedemikian pentingnya peran dan kontribusi aqidah bagi peningkatan kualitas hidup seorang muslim, hingga pemerhati masalah-masalah tauhid, Ismail Razi alfaruqi menyebut aqidah (tauhid) sebagai prinsip ekonomi Islam dalam bentuk etika produksi, etika distribusi dan etika konsumsi. Aqidah sebagai kebenaran merupakan landasan keyakinan bagi seorang muslim memiliki fungsi dan peranan yang sangat besar dalam hidupnya antara lain : 1) Menopang seluruh perilaku, membentuk dan memberi corak dan warna kehidupannya dalam hubungannya dengan makhluk lain dan hubungannya dengan Tuhan. 2) Aqidah/ keyakinan akan memberikan ketenangan dan ketentraman dalam pengabdian dan penyerahan dirinya secara utuh kepada Dzat Yang Maha Besar. 3) Dengan iman seorang muslim akan senantiasa menghadirkan dirinya dalam pengawasan Allah semata. 4) Aqidah sebagai filter, penyaring budaya-budaya non Islami (sekuler). 5) Mengikhlaskan niat hanya kepada Allah. 6) Membebaskan akal dan pikiran dari kekeliruan yang timbul karena jiwa yang kosong dari aqidah .
19
7) Memperoleh ketenangan jiwa.
8) Meluruskan tujuan dan perbuatan dari penyelewengan dalam beribadah kepada Allah dan bermu’amallah dengan orang lain. 9) Menuntun
orang
untuk
mempertanggungjawabkan
berbuat
perbuatannya
dan dengan
sungguh-sungguh.
Seseorang yang memiliki aqidah yang kuat, pasti akan beribadah dengan tertib, memiliki akhlaq mulia dan bermu’amallah (hubungan sesama manusia) dengan baik dan tanpa pamrih.
20
BAB III ANALISIS DAN DISKUSI A. Analisis 1. Aqidah adalah iman/kepercayaan/ keyakinan yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi orang yang meyakininya. 2. Al-Qur’an, As Sunnah, Ijma’ Para Ulama, Akal Sehat Manusia, dan Fitrah Kehidupan adalah beberapa sumber-sumber Aqidah. 3. Seseorang yang memiliki aqidah yang kuat pasti akan beribadah dengan taat kepada Allah SWT, memiliki akhlak mulia dan memiliki hubungan yang baik dan tanpa pamrih kepada sesama manusia.
B. Diskusi 1. Pertanyaan dari Aditya Alim Pratama, kelompok 2. -
Apakah seluruh umat Islam harus memiliki aqidah ?
-
Iya, dapat dilihat dari pembahasan macam-macam fungsi Aqidah, bahwa Aqidah sesuai dengan fungsinya sebagai dasar agama, maka keberadaan aqidah Islam sangat menentukan bagi seorang muslim, sebab dalam agama ini diyakini bahwa sikap, perbuatan dan perubahan yang terjadi dalam perilaku dan aktivitas seseorang sangat dipengaruhi oleh sistem aqidah yang dianutnya. (Dijawab oleh Kartika Ning Tyas)
2. Pertanyaan dari Vicky Zulfatul Amna, kelompok 13. -
Apakah Aqidah sama dengan Ideologi bagi sebuah negara ?
-
Dapat dilihat dari pembahasan macam-macam fungsi Aqidah, bahwa Aqidah adalah dasar, pondasi untuk mendirikan bangunan. Semakin tinggi bangunan semakin tinggi bangunan yang akan didirikan, harus semakin kokoh pondasi yang dibuat. Kalau pondasinya lemah bangunan itu akan cepat ambruk, tidak ada bangunan tanpa pondasi. Sama halnya
21
dengan Ideologi bagi sebuah negara, jika pondasi suatu negara lemah, maka negara itu akan cepat ambruk. (Dijawab oleh Dwi Nielam) 3. Pertanyaan dari Andy Prabowo, kelompok 5. -
Apa pendapat kelompok mengenai orang yg terlalu fanatik terhadap agama, tanpa memikirkan dunia sama sekali ?
-
Dapat dilihat dari pembahasan macam-macam fungsi Aqidah, bahwa seseorang yang memiliki aqidah yang kuat, pasti akan beribadah dengan tertib, memiliki akhlaq mulia dan bermu’amallah (hubungan sesama manusia) dengan baik dan tanpa pamrih. Jadi sesorang yang terlalu fanatik terhadap agama dan tidak memikirkan dunia sama sekali, tidak menerapkan konsep Aqidah di dalam dirinya. (Dijawab oleh Junita Retnosari)
22
BAB IV KESIMPULAN Menurut Etimologi (Bahasa) Aqidah dapat diartikan sebagai kepercayaan dasar atau keyakinan pokok. Dan menurut Terminologi (Istilah) Aqidah bisa dikatakan sebagai keimanan yang terdapat di dalam jiwa. Keberadaannya terikat dan sangat kokoh. Dan apabila terdapat keraguan atau prasangka, maka tidak dapat dikatakan sebagai aqidah. Pada hakikatnya aqidah tetap bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah. Allah menganugerahkan kebijakan dan kecerdasan berfikir kepada manusia untuk mengenalkan adanya Allah SWT dengan memperhatikan alam sebagai bukti hasil perbuatan kekuasaan-Nya. Dalam keseluruhan bangunan Islam, aqidah dapat diibaratkan sebagai pondasi. Dimana seluruh ajaran Islam berada di atasnya. Aqidah merupakan beberapa prinsip keyakinan. Dengan keyakinan itulah seseorang termotivasi untuk menunaikan kewajiban-kewajiban agamanya. Karena sifatnya keyakinan maka materi aqidah sepenuhnya adalah informasi yang disampaikan oleh Allah SWT melalui wahyu kepada Nabi-Nya, Muhammad Saw. Semoga apa yang kita sampaikan dapat diterima dan bermanfaat, semoga berguna bagi kehidupan kita sekarang dan di masa yang akan datang.
23
DAFTAR RUJUKAN - Ebta Setiawan, Akidah, Kamus Besar Bahasa Indonesia (versi online/daring), diakses dari https://kbbi.web.id/akidah, 18 September 2017, 11.35 WIB - Kontributor
Wikipedia,
Akidah
Islam,
Wikipedia,
diakses
dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Akidah_Islam, 18 September 2017, 13.08 - Admin, Pengertian dan Makna Aqidah Islamiyah, Info Makalah, diakses dari http://www.makalah.info/2016/11/pengertian-dan-makna-aqidahislamiyah.html, 18 September 2017, 13.30 WIB. - Manan Jumati, Makalah konsep Aqidah Dalam Islam, Mananjumati Wordpress,
diakses
dari
https://mananjumati.wordpress.com/2014/09/13/makalah-konsep-aqidahdalam-islam/, 19 September 2017, 13.13 WIB - ^ Lisaanul 'Arab (IX/311: )عقدkarya Ibnu Manzhur (wafat th. 711 H) t dan Mu'jamul Wasiith(II/614:)عقد - Andiyani Muhadi, Bahriani dan Rezky Nur Wahyuni, Aqidah Akhlak Sumbersumber
Aqidah
Islam,
“http://avbahriani.blogspot.co.id/2016/06/sumber-
sumber-aqidah-islam.html”18 September 2017, 18:11.