TECHNOPRENEUR Apa itu Technopreneur?
Technopreneur berasal dari gabungan dua kata, yaitu technolgy dan entrepreneur. Techonology berarti sesuatu yang dapat memudahkan pekerjaan manusia, sedangkan entrepreneur berarti kemampuan untuk bekerja sendiri. Secara luas, technopreneur sendiri berarti menciptakan sesuatu yang dapat membantu kehidupan manusia untuk mendapatkan penghasilan. Dalam buku Cash Flow Quadrant karya Robert Kiyosaki menyebutkan bahwa ada 4 karakter di dunia ini dalam hal mendapatkan penghasilan, yaitu employee, e mployee, self-employee, business owner , dan investor . Dan hal yang paling menakjubkan adalah technopreneur adalah satu kategori baru yang keluar dari 4 karakter tersebut. Artinya dunia technopreneur adalah suatu dunia baru, dimana masih sangat terbuka dengan luas kesempatan-kesempatan untuk mendapatkan penghasilan yang besar. Teknologi komunikasi dan informasi atau teknologi telematika (information ( information and communication technology – ICT ) telah diakui dunia sebagai salah satu sarana dan prasarana utama untuk mengatasi masalah-masalah dunia. Teknologi telematika dikenal sebagai konvergensi dari teknologi komunikasi (communication ( communication), ), pengolahan (computing (computing ) dan informasi (information (information)) yang diseminasikan mempergunakan sarana multimedia. Technopreneurship adalah sebuah inkubator bisnis berbasis teknologi, yang memiliki wawasan untuk menumbuh-kembangkan jiwa kewirausahaan di kalangan generasi muda, khususnya mahasiswa sebagai peserta didik dan merupakan salah satu strategi terobosan baru untuk mensiasati masalah pengangguran intelektual yang semakin meningkat ( +/- 45 Juta orang). Dengan menjadi seorang usahawan terdidik, generasi muda, khususnya mahasiswa akan berperan sebagai salah satu motor penggerak perekonomian melalui penciptaan lapangan-lapangan kerja baru. Semoga dengan munculnya generasi technopreneurship dapat memberikan solusi atas permasalahan jumlah pengangguran intelektual yang ada saat ini. Selain itu juga bisa menjadi arena untuk meningkatkan kualitas SDM dalam penguasaan IPTEK, sehingga kita bisa mempersiapkan tenaga handal ditengah kompetisi global. Disisi lain bahwa kurikulum Pendidikan yang berbasis Technopreneurship yang diberikan di perguruan tinggi memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Memberikan kontribusi kongkret dalam mensiasati masalah pengangguran intelektual di Indonesia.
2. Mengembangkan spirit kewirausahaan di dunia perguruan tin ggi. 3. Meminimalisir gap antara pemahaman teori dan realita praktek dalam pengelolaan bisnis.
Manfaat bagi mahasiswa dalam proses implementasi Technopreneurship Based Curicullum adalah sebagai berikut : 1. Memperoleh pencerahan mengenai alternatif profesi sebagai wirausaha selain sebagai ekonom, manajer atau akuntan atau profesi lainnya. 2. Memiliki skill-based yang memadai dalam bidang Teknologi Informasi. 3. Mendapatkan pengetahuan dasar dalam bentuk teori maupun praktek magang dalam mengelola suatu bisnis. 4. Memperoleh akses untuk membangun networking dunia bisnis.
Sedangkan manfaat bagi Perguruan Tinggi sebagai fasilitator adalah : 1. Menjadi bentuk tanggung jawab sosial sebagai lembaga pendidikan untuk berkontribusi dalam mengatasi masalah pengangguran. 2. Menjadi bagian penting dalam upaya menjembatani gap kurikulum pendidikan antara lembaga pendidikan dan industri pengguna. 3. Menjadi salah satu strategi efektif untuk meningkatkan mutu lulusan. 4. Menjadi wahana interaksi untuk komunitas Perguruan Tinggi yang terdiri dari alumni, mahasiswa, dosen, dan karyawan dengan masyarakat umum.
Berdasarkan tujuan tersebut di atas, maka Program Pengembangan Budaya Technopreneurship atau kewirausahaan di Perguruan Tinggi dirancang meliputi 6 (enam) kegiatan yang saling terkait, yaitu: 1. Pelatihan materi ”Techno SKILL BASED”
2. Magang Kewirausahaan 3. Kuliah Kewirausahaan 4. Kuliah Kerja Usaha 5. Karya Alternatif Mahasiswa 6. Konsultasi Bisnis dan Peluang usaha
Salah satu cara untuk mempersiapkan seorang tecnopreneurship ialah dengan memberikan dasar-dasar dalam technopreneur, yakni memberikan bekal dimana salah satunya ialah teknologi komunikasi dan informatika. Dimana teknologi ialah salah satu dasar penting yang harus dimiliki seorang entrepreneur untuk menjadi seorang technopreneur. Salah satu jurusan di perguruan tinggi yang menjalankan program perkuliahan dengan berbasiskan technopreneur adalah jurusan TI. Secara teknis, implementasi pendidikan berbasis TECHNOPRENEURSHIP ini, sama saja seperti perkuliahan pada umumnya, hanya saja pada 2 semester pertama secara intensif para mahasiswa diberikan pelatihan (training ) sebagai pondasi awal berupa penguasaan bahasa pemrograman (VB.Net/C#/Java) atau disain grafis 3D, WEB, dan ini disesuaikan dengan kebutuhan dunia industri TI saat itu. Proses pelatihan diberikan bersamaan dengan perkuliahan reguler, sehingga mereka mendapat pembinaan secara intensif & fokus untuk mempersiapkan SKILL Based mereka. Pada saat mereka menginjak semester 3, mereka melakukan proses pemagangan di perusahaan/industri TI, setelah itu diharapkan para mahasiswa sudah bisa bekerja secara part time di beberapa perusahaan, sehingga ketika mereka telah menyelesaikan studinya, mereka memiliki asset berupa knowledge & experince yang cukup untuk menjadi Technopreneur, atau alternatif lainnya mereka tetap bisa bersaing secara kompetitif untuk mendapatkan lapangan pekerjaan dengan bekal IPTEK yang mereka telah kuasai. Menatap masa depan berarti mempersiapkan generasi muda yang memiliki kecintaan terhadap pembelajaran dan merupakan terapi akademis & kesehatan jiwa bagi anak bangsa, semoga munculnya generasi technopreneurship dapat memberikan solusi atas permasalahan jumlah pengangguran intelektual yang ada saat ini. Selain itu juga bisa menjadi arena untuk meningkatkan kualitas SDM dalam penguasaan IPTEK, sehingga kita bisa mempersiapkan tenaga handal di tengah kompetisi global. Mulailah dari diri sendiri untuk berbuat sesuatu guna menciptakan pendidikan kita bisa lebih baik dan berkualitas, karena ini akan menyangkut masa depan anak-anak kita dan juga Bangsa Indonesia.
Berikut adalah beberapa aspek yang harus diperhatikan untuk menjadi seorang technopreneur selain menyiapkan pengetahuan tentang teknologi : Menggali diri
Kunci untuk mengidentifikasi jiwa pengusaha adalah dengan cara melihat karakter seseorang, khususnya pada hal-hal yang menjadi kebiasaan, alami dan dilakukan dengan baik. Setiap dari kita, memiliki susunan karakter tertentu yang menjadikan kita, apa adanya. Digunakan kata Tema Karakter untuk menggambarkan unsur-unsur yang membentuk susunan
karakter. Mengetahui Tema Karakter Seseorang adalah permulaan. Tema Karakter adalah inti, seperti pusat bola salju yang mengumpulkan lebih banyak salju ketika menggelinding menuruni bukit. Ia mengumpulkan pengetahuan dan pengalaman dalam prosesnya. Tema Karakter membentuk pengetahuan dan pengalaman dalam satu wilayah yang berhubungan. Bila seseorang dengan kreativitas sebagai tema karakter yang dominan, akan memiliki kemampuan lebih untuk mengatasi situasi yang membutuhkan adaptasi dan perubahan dibandingkan dengan yang memiliki tema karakter dengan kreativitas yang lebih rendah. Pengalaman Hidup dapat mengembangkan dan memperkuat tema karakter, tetapi dapat juga menguranginya. Pendidikan dan latihan juga memberikan bentuk dan ukuran bola salju, pentingnya mengetahui tema karakter kita tidak dapat diremehkan sebaliknya semakin cepat kita mengetahuinya akan lebih baik. Wirausahawan memiliki enam tema karakter utama yang membentuk akronim: F ( Focus) untuk fokus, A ( Advantage) untuk keuntungan, C (Creativity) untuk kreativitas, E ( Ego) untuk ego, T (Team) untuk tim, S (Social ) untuk sosial.
Kemampuan yang Diperlukan
Keterampilan yang dibutuhkan oleh para pengusaha dapat dikelompokkan menjadi tiga area utama: keterampilan teknis seperti menulis, mendengarkan, presentasi lisan, pengorganisasian, pembinaan, bekerja dalam tim, dan teknis tahu-bagaimana(know-how), keterampilan manajemen usaha termasuk hal-hal dalam memulai, mengembangkan, dan mengelola perusahaan. Keterampilan dalam membuat keputusan, pemasaran, manajemen, pembiayaan, akuntansi,
produksi,
kontrol,
dan negosiasi juga
sangat
penting
dalam
membangun dan mengembangkan usaha baru. Keterampilan terakhir melibatkan keterampila n kewirausahaan. Beberapa keterampilan ini, membedakan pengusaha dari manajer termasuk disiplin, pengambil risiko, inovatif, teguh, kepemimpinan visioner, dan yang berorientasi perubahan.
Memulai usaha
Ada empat subkategori menjadi wirausahawan: 1. Penemu, mendefinisikan konsep, unik, baru, penemuan atau metodologi
2. Inovator, menerapkan sebuah teknologi baru atau metodologi untuk memecahkan masalah baru. 3. Marketer, mengidentifikasi kebutuhan di pasar dan memenuhinya dengan produk baru atau produk substitusi yang lebih efisien. 4. Oportunis, pada dasarnya sebuah broker, pialang, yang menyesuaikan antara kebutuhan dengan jasa diberikan dan komisi.
Langkah-langkah untuk menjadi seorang technopreneur dapat dilihat pada bagan berikut ini :
Pada bagan diatas dapat dilihat bahwa seorang entrepreneur dapat dibentuk menjadi seorang technopreneur dengan menambahkan factor teknologi informasi pada setiap usahanya.
Kesalahan umum dan solusi
Berikut adalah sepuluh kesalahan umum yang sering dilakukan oleh wirausahawan, saat awal menjalankan bisnisnya : 1. Kesalahan dalam Mengelola 2. Kurangnya Pengalaman Manajer bisnis kecil perlu memiliki pengalaman jika mereka ingin mengembangkan usahanya.
3. Kontrol Keuangan Kurang Bisnis yang sukses membutuhkan kontrol keuangan yang tepat. 4. Upaya Pemasaran yang Lemah, Membangun konsumen untuk bertambah secara berkesinambungan membutuhkan usaha, pemasaran secara terus-menerus dan kreatif. Slogan, pelanggan secara otomatis akan datang, hampir tidak pernah terjadi. 5. Kegagalan untuk Mengembangkan Rencana Strategis. Gagal dalam merencanakan, berarti gagal untuk bertahan. 6. Pertumbuhan Tidak Terkendali Pertumbuhan adalah hal yang alami, sehat dan diinginkan oleh setiap perusahaan. Namun, harus
direncanakan
dan
dikendalikan.
Pakar
manajemen Peter
Drucker berkata
perusahaan-perusahaan baru lebih baik untuk memperkirakan pertumbuhan modal hanya setiap peningkatan penjualan 40 hingga 50 persen. 7. Lokasi Kurang Strategis Memilih lokasi yang tepat adalah sebagian seni dan sebagian ilmu. Seringkali, lokasi bisnis dipilih tanpa penelitian yang benar, investigasi, dan perencanaan. 8. Kontrol Persediaan yang Barang Buruk Pengendalian persediaan barang adalah salah satu tanggung jawab manajerial yang sering terabaikan.
9. Harga Tidak Tepat Menetapkan harga yang tepat sehingga menghasilkan keuntungan yang diperkirakan menuntut pemilik bisnis mengerti berapa biaya untuk membuat, memaasarkan dan mendistribusikan barang dan jasa. 10. Ketidakmampuan dalam Membuat Transisi Entreprenurial Setelah memulai,akan terjadi pertumbuhan, biasanya membutuhkan gaya manajemen yang sangat berbeda. Pertumbuhan mengharuskan wirausahawan untuk mendelegasikan wewenangnya dan tidak menangani - kegiatan operasional sehari-hari - sesuatu yang tidak bisa dilakukan olehnya.
Berikut adalah solusi untuk mengatasinya: 1. Mengenal bisnis secara mendalam. 2. Mengembangkan rencana bisnis yang matang. 3. Mengelola keuangan.
4. Memahami laporan keuangan. 5. Belajar mengelola manusia secara efektif. 6. Jaga kondisi Anda.
Penghargaan
Untuk memacu dan mengukur kualitas usahawan kita dapat mengikuti kompetisi wirausaha. Berikut bebebapa contoh kompetisi wirausaha di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://alihasyim.blogspot.com/2012/04/technopreneur-bagi-mahasiswa.html http://aa-technopreneur.blogspot.com/2009_04_01_archive.html https://id.wikipedia.org/wiki/Wirausahawan