PERKEMBANGAN TECHNOPRENEURSHIP INDONESIA
Disusun Oleh : I Wayan Wahyu Sastra Wijaksana 12.11.125/B
JURUSAN TEKNIK MESIN S-1 FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUTE TEKNOLOGI NASIONAL MALANG 2014
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Entrepreneurship atau kewirausahaan adalah sebuah tema yang cukup menarik untuk dibicarakan dan coba ditekuni oleh beberapa orang karena menjanjikan sebuah kesuksesan karir dan finansial bagi yang berhasil menjalaninya. Di Indonesia, pembicaraan mengenai entrepreneurship semakin sering terdengar dalam beberapa tahun terakhir ini antara lain dipicu oleh suksesnya penjualan
buku “Rich-Dad-Poor- Dad” karangan
Robert
Kiyosaki
yang
secara
eksplisit
menyarankan kepada pembacanya untuk beriwirausaha sebagai bagian untuk memperoleh kebebasan finansial. Bahkan beberapa pemuda bertutur bahwa mereka ingin menjadi wirausaha dengan mendirikan perusahaan dan memperoleh kebebasan finansial seperti yang disarankan oleh Kiyosaki tanpa menghiraukan bidang apa yang akan mereka terjuni dan hambatan apa saja yang akan mereka temui dalam berwirausaha. Di samping itu, dunia Teknologi Informasi (IT) adalah sebuah dunia usaha dan teknologi yang paling banyak menghasilkan enterpreneur yang sukses baik secara bisnis maupun keuangan. Namanama seperti Hewlet-Packard, Bill Gates, Lerry Elison, Steve Jobs, dan Michael Dell merupakan nama-nama pendiri perusahaan di bidang Teknologi Informasi, dan merupakan entrepreneur murni karena mereka memulai usaha yang baru sama sekali dan di usia yang cukup muda. Melihat kondisi inilah maka tidak heran kalau banyak sekali enterpreneur yang ingin mendirikan usaha dalam bidang IT, bahkan di era dot-com, hampir semua entrepreneur berusaha mendirikan perusahaan dot-com. Seiring dengan berlalunya era dot-com dan dengan jatuhnya banyak perusahaan dot-com, tetap tidak mengurangi semangat para entrepreneur muda untuk mencoba peruntungan mereka dalam dunia IT ini. Maka dari itu dalam tulisan ini akan dipaparkan mengenai hal-hal umum yang menyangkut seputar technopreneurship dan sudah sejauh mana perkembangannya baik dalam dilingkup Indonesia maupun di Asia.
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. KEWIRAUSAHAAN
Kewirausahaan atau entrepreneurship berasal dari bahasa Perancis, yaitu perantara. Menurut para ahli kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha dan perkembangan usaha (Soeharto Prawiro, 1997). Sedangkan menurut Robbin dan Coulter bahwa Entrepreneurship is the process whereby an individual or a group of individuals uses organized efforts and means to pursue opportunities to create value and grow by fulfilling wants and need through innovation and uniqueness, no matter what resources
are currently controlled
(Kewirausahaan adalah proses dimana seorang individu atau kelompok individu menggunakan upaya yang terorganisir dan sarana untuk mencari peluang untuk menciptakan nilai dan tumbuh dengan memenuhi keinginan dan kebutuhan melalui inovasi dan keunikan, tidak peduli sumber daya apa yang dikendalikan). Sedangkan Peter Druker mendefinisikan ; “ the practice of consistently converting good ideas into profitable commercial ventures”. Berdasarkan definisi di atas ada
beberapa kata kunci tentang pengertian entrepreneurship atau di Indonesia di kenal dengan ”kewirausahaan”, yaitu : 1) aktivitas manusia yang creative dan inovatif; 2) kemampuan untuk
membuat dan membangun yang belum ada; 3) visi untuk bersedia mengambil resiko; 4) kewirausahaan adalah ilmu, yang dapat di pelajari (Peter Druker). Beranjak dari pengertian di atas maka entrepreneur atau wirausahawan adalah orang yang memiliki paradigma hidup sebagai innovator, creator dan oportunis, orang ini juga menjadi kunci perubahan yang mampu mencptakan lapangan kerja dan kesejahteraan. Wirausaha adalah orang yang ingin di sebut “boss” yang mampu menjadi penggerak ekonomi.
3.2
TECHNOPRENEURSHIP
Ditilik dari asal katanya, technopreneurship merupakan istilah bentukan dari dua kata, yakni „teknologi‟ dan „enterpreneurship‟. Secara umum, kata teknologi digunakan untuk merujuk pada
penerapan praktis ilmu pengetahuan ke dunia industri atau sebagai kerangka pengetahuan yang digunakan untuk menciptakan alat-alat, untuk mengembangkan keahlian dan mengekstraksi materi guna
memecahkan
persoalan
yang
ada.
Sedangkan 2
kata entrepreneurship berasal
dari
kata entrepreneur yang merujuk pada seseorang atau agen yang menciptakan bisnis/usaha dengan keberanian menanggung resiko dan ketidakpastian untuk mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang yang ada (Zimmerer dan Scarborough, 2008). Jika kedua kata diatas digabungkan, maka kata teknologi disini mengalami penyempitan arti, karena Teknologi dalam “technopreneurship” mengacu pada Teknologi Informasi, yakni teknologi
yang
menggunakan
komputer
sebagai
alat
pemrosesan.
Menurut
Posadas
(2007),
istilah technopreneurship dalam cakupan yang lebih luas, yakni sebagai wirausaha di bidang teknologi yang mencakup teknologi semikonduktor sampai ke asesoris komputer pribadi (PC). Sebagai contoh adalah bagaimana Steven Wozniak dan Steve Job mengembangkan hobi mereka hingga mereka mampu merakit dan menjual 50 komputer apple yang pertama, atau juga bagaimana Larry Page dan Sergey Brin mengembangkan karya mereka yang kemudian dikenal sebagai mesin pencari google. Mereka inilah yang disebut sebagai para teknopreneur dalam definisi ini. Dalam wacana nasional, istilah technopreneurship lebih mengacu pada pemanfaatan teknologi informasi untuk pengembangan wirausaha. Berbeda dengan pengertian pertama diatas, jenis wirausaha dalam pengertian technopreneurship disini tidak dibatasi pada wirausaha teknologi informasi, namun segala jenis usaha, seperti usaha mebel, restoran, super market ataupun kerajinan tangan, batik dan perak. Penggunaan teknologi informasi yang dimaksudkan disini adalah pemakaian internet untuk memasarkan produk mereka seperti dalam perdaganganonline (e-Commerce), pemanfaatan perangkat lunak khusus untuk memotong biaya produksi, atau pemanfaatan teknologi web 2.0 sebagai sarana iklan untuk wirausaha. Dalam pengertian kedua ini, tidaklah jelas pihak mana yang bisa disebut sebagai technopreneur. Merujuk pada Dorf and Byers (2005) mendefinisikan technological entrepreneurship sebagai “ style of business leadership that involve identifying high potential, technology intensive commercial opportunities, gathering resources such as talent and capital, and managing rapid growth and significant risk using principled decision making skill. Technology ventures exploit breakthrough advances in science and engineering to develop better products and services for costumer. The leader technology ventures demonstrate focus, passion and unrelenting will to succeed ”. Shane and
Venkataraman (2004) mendefiniskan technological entrepreneurship sebagai proses yang digunakan oleh wirausahawan untuk mengelola sumber daya, system teknis (teknologi), dan strategi organisasi untuk memanfaatkan peluang, sedangkan Canadian Academy Engineering (1998), mendifinisikan sebagai “pengaplikasian inovatif dari pengetahuan teknis dan keilmuan seseorang atau beberapa
orang yang memulai dan mengoperasikan bisnisnya berdasarkan resiko dalam mencapai tujuan organisasi”.
3
Berdasarkan definisi-definisi di atas maka dapat di gambarkan secara umum technological entrepreneurship sebagai gaya bisnis yang berdasarkan kemampuan menjadikan technology dasar untuk mengidentifikasi peluang usaha dan menggunakan teknologi sebagai alat atau system pembuatan keputusan bisnis berdasarkan kemampuan pengetahuan dan keilmuannya, termasuk merancang, membuat dan menditribusikan hasil produksi perusahaan kepada pengguna. Dalam buku Cash Flow Quadrant karya Robert Kiyosaki menyebutkan bahwa ada 4 karakter di dunia ini dalam hal mendapatkan penghasilan, yaitu employee, self-employee, business owner, dan investor. Dan hal yang paling menakjubkan adalah technopreneur adalah satu kategori baru yang keluar dari 4 karakter tersebut.Artinya dunia technopreneur adalah suatu dunia baru, dimana masih sangat terbuka dengan luas kesempatan-kesempatan untuk mendapatkan penghasilan yang besar. Teknologi
komunikasi
dan
informasi
atau
teknologi
telematika
(information
and
communication technology – ICT) telah diakui dunia sebagai salah satu sarana dan prasarana utama untuk mengatasi masalah-masalah dunia.Teknologi telematika dikenal sebagai konvergensi dari teknologi komunikasi (communication), pengolahan (computing) dan informasi (information) yang diseminasikan mempergunakan sarana multimedia. Technopreneurship adalah sebuah inkubator bisnis berbasis teknologi, yang memiliki wawasan untuk menumbuh-kembangkan jiwa kewirausahaan di kalangan generasi muda, khususnya mahasiswa sebagai peserta didik dan merupakan salah satu strategi terobosan baru untuk mensiasati masalah pengangguran intelektual yang semakin meningkat ( +/- 45 Juta orang). Dengan menjadi seorang usahawan terdidik, generasi muda, khususnya mahasiswa akan berperan sebagai salah satu motor penggerak perekonomian melalui penciptaan lapangan-lapangan kerja baru. Semoga dengan munculnya generasi technopreneurship dapat memberikan solusi atas permasalahan jumlah pengangguran intelektual yang ada saat ini.Selain itu juga bisa menjadi arena untuk meningkatkan kualitas SDM dalam penguasaan IPTEK, sehingga kita bisa mempersiapkan tenaga handal ditengah kompetisi global. Salah satu cara untuk mempersiapkan seorang tecnopreneurship ialah dengan memberikan dasar-dasar dalam technopreneur, yakni memberikan bekal dimana salah satunya ialah teknologi komunikasi dan informatika. Dimana teknologi ialah salah satu dasar penting yang harus dimiliki seorang entrepreneur untuk menjadi seorang technopreneur. Salah satu jurusan di perguruan tinggi yang menjalankan program perkuliahan dengan berbasiskan technopreneur adalah jurusan TI.Secara teknis, implementasi pendidikan berbasis technopreneurship ini, sama saja seperti perkuliahan pada umumnya, hanya saja pada 2 semester pertama secara intensif para mahasiswa diberikan pelatihan (training ) sebagai pondasi awal berupa
4
penguasaan bahasa pemrograman (VB.Net/C#/Java) atau disain grafis 3D, WEB, dan in i disesuaikan dengan kebutuhan dunia industri TI saat itu. 2.2.1
Aspek Pembentukan Karakter Technopreneurship
Berikut adalah beberapa aspek yang harus diperhatikan untuk menjadi seorang technopreneur selain menyiapkan pengetahuan tentang teknologi : 1. Menggali diri
Kunci untuk mengidentifikasi jiwa pengusaha adalah dengan cara melihat karakter seseorang, khususnya pada hal-hal yang menjadi kebiasaan, alami dan dilakukan dengan baik. Setiap dari kita, memiliki susunan karakter tertentu yang menjadikan kita, apa adanya. Digunakan kata Tema Karakter untuk menggambarkan unsur-unsur yang membentuk susunan karakter.Mengetahui Tema Karakter Seseorang adalah permulaan. Tema Karakter adalah inti, seperti pusat bola salju yang mengumpulkan lebih banyak salju ketika menggelinding menuruni bukit. Ia mengumpulkan pengetahuan dan pengalaman dalam prosesnya. Tema Karakter membentuk pengetahuan dan pengalaman dalam satu wilayah yang berhubungan. Bila seseorang dengan kreativitas sebagai tema karakter yang dominan, akan memiliki kemampuan lebih untuk mengatasi situasi yang membutuhkan adaptasi dan perubahan dibandingkan dengan yang memiliki tema karakter dengan kreativitas yang lebih rendah. Pengalaman Hidup dapat mengembangkan dan memperkuat tema karakter, tetapi dapat juga menguranginya. Pendidikan dan latihan juga memberikan bentuk dan ukuran bola salju, pentingnya mengetahui tema karakter kita tidak
dapat
diremehkan
sebaliknya
semakin
cepat
kita
mengetahuinya
akan
lebih
baik. Wirausahawan memiliki enam tema karakter utama yang membentuk akronim: F ( Focus) untuk fokus, A ( Advantage) untuk keuntungan, C (Creativity) untuk kreativitas, E ( Ego) untuk ego, T (Team) untuk tim, S (Social ) untuk sosial 2. Kemampuan yang Diperlukan
Keterampilan yang dibutuhkan oleh para pengusaha dapat dikelompokkan menjadi tiga area utama: keterampilan teknis seperti menulis, mendengarkan, presentasi lisan, pengorganisasian, pembinaan,
bekerja
dalam
tim,
dan
teknis
tahu-bagaimana(know-how),
keterampilan manajemen usaha termasuk hal-hal dalam memulai, mengembangkan, dan mengelola 5
perusahaan.
Keterampilan
dalam
membuat
keputusan, pemasaran,
manajemen,
pembiayaan, akuntansi, produksi, kontrol, dan negosiasi juga sangat penting dalam membangun dan mengembangkan
usaha
baru.Keterampilan
terakhir
melibatkan
keterampilan
kewirausahaan.Beberapa keterampilan ini, membedakan pengusaha dari manajer termasuk disiplin, pengambil risiko, inovatif, teguh, kepemimpinan visioner, dan yang berorientasi perubahan. 3. Memulai usaha
Ada empat subkategori menjadi wirausahawan: 1. Penemu, mendefinisikan konsep, unik, baru, penemuan atau metodologi 2. Inovator, menerapkan sebuah teknologi baru atau metodologi untuk memecahkan masalah baru. 3. Marketer, mengidentifikasi kebutuhan di pasar dan memenuhinya dengan produk baru atau produk substitusi yang lebih efisien. 4. Oportunis, pada dasarnya sebuah broker, pialang, yang menyesuaikan antara kebutuhan dengan jasa diberikan dan komisi.
3.3
PERKEMBANGAN TECHNOPRENEURSHIP DI ASIA
Jika kita menengok ke 2 -3 dekade yang lalu, maka sebut saja Taiwan, Korea Selatan dan Singapura masih digolongkan sebagai Negara Berkembang. Namun sekarang negara-negara ini telah menjadi negara maju dengan perekonomian yang didasarkan pada Industri teknologi. Perkembangan Korea diawali dengan industri tradisional kemudian diikuti oleh industri semikonduktor. Sedangkan Singapura memiliki kontrak di bidang elektronik dengan perusahaan-perusahaan barat kemudian diikuti juga oleh manufaktur semikonduktor. Taiwan terkenal dengan industri asesoris komputer pribadi (PC). Rahasia lain yang membuat perkembangan negara-negara ini melejit adalah adanya inovasi. Inovasi di bidang teknologi Informasi inilah yang juga membuat India berkembang dan menjadi incaran industri dunia barat baik bagi outsourcing maupun penanaman modal. Contoh teknologi yang dikembangkan oleh India adalah sebuah Handheld PC yang disebut sebagai simputer. Simputer dikembangkan untuk pengguna pemula dan dari sisi finansial adalah pengguna kelas menengah bawah. Simputer dijalankan oleh prosesor berbasis ARM yang murah dan menggunakan sistem operasi berbasis opensource. Harga di pasaran adalah sekitar $200. Inovasi India yang luar biasa datang dari perusahaan Shyam Telelink Ltd. Shyam Telelink memperlengkapi becak dengan telefon CDMA yang berkekuatan 175 baterai. Becak inipun diperlengkapi juga dengan mesin pembayaran otomatis. Penumpang becak bisa menelpon dan tarif yang dikenakan adalah sekitar 1.2 rupee per 20 menit. Lalu perusahaan ini mempekerjakan orang 6
yang tidak memiliki keahlian untuk mnegemudikan becak. Upah para pengemudi becak tidak didasarkan pada gaji yang tetap namun merupakan komisi sebesar 20% dari tiap tarif telepon yang diperoleh (Wireless week, 2003). Di Filipina, perusahaan telepon SMART mengembangkan metode untuk melayani transfer pengiriman uang dari para pekerja Filipina yang diluar negeri melalui telepon seluler dengan SMS. Menurut laporan Asian Development Bank (ADB), SMART dapat meraup sekitar US $14 – 21 trilyun per tahunnya dari biaya transfer program ini. China mengikuti jejak yang sama. Perusahaan-perusahaan China mulai menunjukkan kiprahnya di dunia internasional. Akuisisi IBM oleh perusahaan China Lenovo di tahun 2004 dan akuisisi
perusahaan
televisi
Perancis
Thomson
oleh
Guangdong
membuktikan
bahwatechnoprenuership di China semakin kukuh. Studi Posadas menunjukkan bahwa technopreneurship di Asia berkembang disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, faktor inovasi yang diinsiprasikan oleh Silicon Valley. Jika revolusi industri Amerika di abad 20 yang lalu dipicu oleh inovasi yang tiada henti dari Silicon valley, maka negaranegara Asia berlomba untuk membangun Silicon Valley mereka sendiri dengan karakteristik dan lokalitas yang mereka miliki. Kedua, Inovasi yang dibuat tersebut diarahkan untuk melepaskan diri dari ketergantungan dunia barat. Sebagian besar teknologi yang diciptakan oleh dunia barat diperuntukkan bagi kalangan atas atau orang/instansi/perusahaan yang kaya dan menciptakan ketergantungan pemakaiannya. Sementara itu sebagian besar masyarakat (baca pasar) Asia belum mampu memenuhi kriteria pasar teknologi barat tersebut. Masih banyak masyarakat asia yang memiliki penghasilan dibawah $1 per hari, sehingga mereka tidak memiliki akses ke teknologi yang diciptakan oleh dunia barat. Ini merupakan peluang yang besar bagi para teknopreneur untuk berinovasi dalam menciptakan sebuah produk teknologi yang menjangkau masyarakat marginal.
3.4
PERKEMBANGAN TECHNOPRENEURSHIP DI INDONESIA
Sebagian besar wacana di negara kita mengarahkan technopreneurship seperti dalam definisi kedua di atas. Baik dalam seminar, lokakarya dan berita, maka bisa dijumpai bahwa pemakaian teknologi Informasi dapat menunjang usaha bisnis. Terlebih dimasa krisis global seperti sekarang ini, maka peluang berbisnis lewat Internet semakin digembar-gemborkan. Ada kepercayaan bahwa technopreneurship menjadi solusi bisnis dimasa lesu seperti ini. Sebagai contoh, penggunaan perangkat lunak tertentu akan mengurangi biaya produksi bagi perusahaan mebel. Jika sebelumnya, mereka
harus
membuat prototype dengan
membuat
kursi
sebagaisample dan
mengirimkan sample tersebut, maka dengan pemakaian perangkat lunak tertentu, maka perusahaan 7
tersebut tidak perlu mengirimkan sample kursi ke pelanggan, namun hanya menunjukkan desain kursi dalam bentuk soft-copy saja. Asumsi ini tidak memperhitungkan harga lisensi software yang harus dibeli oleh perusahaan mebel tersebut. Jika technopreneurship dipahami seperti dalam contoh-contoh ini, maka kondisi ini menyisakan beberapa pertanyaan: Apakah benar technopreneurship mampu menjadi solusi bisnis di masa kini? Akan
dibawa
kemanakah
arah technoprenership di
negara
kita?
Menurut
hemat
penulis, technopreneurship yang dipahamai dalam makna yang sesempit ini justru akan menjadi bumerang bagi pelaku bisnis, karena ini akan menciptakan ketergantungan terhadap teknologi buatan barat. Dan ini tidak sejalan dengan semangat technopreneurship yang dikembangkan oleh negaranegara Asia lainnya. Selain itu, inovasi yang berkembang belum mampu melepas ketergantungan tersebut karena masih berskala individu, seperti inovasi dan kreatifitas dalam pembangunan website, penggunaan teknologi web 2.0 sebagai media promosi. Inovasi yang diharapkan adalah inovasi dalam pengembangan kapasitas lokal dengan basis teknologi dari dunia barat, sehingga hasil inovasi tersebut mampu melepaskan kita dari kungkungan ketergantungan penggunaan lisensi dan ketergantungan teknologi barat. Untuk dapat menuju ke arah yang sama seperti negara-negara tetangga kita lainnya, maka hal pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan dekonstruksi pemahaman technopreneurship. Ini penting
sekali
karena
kita
semua
pemahaman technopreneurship seperti
tahu
dalam
bahwa
persepsi
menentukan
aksi.
definisi
pertama
maka
memungkinkan
akan
Dengan
bermunculannya para technopreneurship sejati yang akan membawa Indonesia berjalan bersamasama dengan India, Korea Selatan maupun Taiwan.
3.5 Tecnopreuner Ship Sebagai Pengurangan Tingkat Pengangguran Indonesia
Kemiskinan dan pengangguran yang menjadi masalah bagi pemerintah Indonesia dari tahun ke tahun. Dengan wirausaha tentunya kita juga membuka peluang kerja yang sangat banyak dan juga sebagai wadah lapangan pekerjaan yang sempit. Mengkombinasikan IT dengan keterampilan juga lebih cepat untuk mengurangi yang tinggi.
Perekonomian Negara Indonesia
semakin menurun. Banyaknya masalah yang dihadapi Indonesia seperti tingkat pengangguran yang terus melonjak,tingkat kemiskinan yang tinggi dan juga lapangan pekerjaan yang kurang memadai . Terbukti pada data Badan Pusat Statistik tingkat pengganguran pada tahun 2012 yaitu tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 6,32% atau 7,61 juta orang.
Jumlah ini turun 6% dari Februari 2012
yang sebesar
8,12 juta
orang.
Kepala BPS Suryamin mengatakan, angka persentase pengangguran 6,32% di Februari 2012
8
turun dibandingkan Agustus 2011 yang sebesar 6,56% dan Februari 2011 yang sebesar 6,8%. Menurut kepala BPS bahwa pada Februari 2011 adalah 8,12 juta, Agustus 2011 adalah 7,7 juta, dan Februari 2012 adalah 7,61 juta, terus menurun. Sedangkan menurut BPS tingkat kemiskinan tahun 2012 juga menurun sekitar 3,2 %. BPS menghitung, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Maret 2011 sebanyak 30,02 juta orang. Jumlah ini mengalami penurunan 1 juta orang atau 3,2% dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret tahun lalu yang mencapai 31,02 juta orang.
Sekilas angka tersebut memang lebih baik dari tahun sebelumnya itu terjadi karena faktor pendorong turunnya jumlah penduduk miskin di Indonesia disebabkan oleh tingkat inflasi yang rendah, membaiknya kondisi perekonomian Indonesia, upah buruh naik, dan adanya perbaikan penghasilan petani. Angka kemiskinan sangat mempengaruhi laju perekonomian Negara. Semakin meningkatnya pengangguran
itu juga menyebabkan tingkat kemiskinan meningkat. Selain itu juga
meningkatnya kematian masyarakat karena apabila tingkat kemiskinan meningkat maka manusia tak dapat mencukupi kebuhan hidup. Pengganguran ini terjadi karena peningkatan jumlah angkatan kerja di suatu daerah tidak diimbangi dengan peningkatan daya serap lapangan kerja. Penganguran merupakan masalah pokok dalam suatu masyarakat modern. Situasi ini menimbulkan kelesuan ekonomi yang berpengaruh pula pada emosi masyarakat.
9
Untuk itu harus mencari solusi guna mengurangi tingkat pengangguran dan menampung tenaga kerja yang semakin melonjak. Entrepreneurship adalah langkah cerdas untuk mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran. Entrepreneur muda yang jumlahnya tidak begitu banyak di Indonesia, kini pemerintah harus mampu memberikan modal untuk berwirausaha. Ternyata bukan hanya modal saja yang di perlukan dalam beriwrausaha namun juga jiwa wirausaha dari individu itu sendiri. Kunci sukses berwirausaha adalah keyakinan , impian ,aksi dan doa. Yakin bahwa anda mampu menjadi wirausaha yang sukses .Impian yang tinggi untuk mendorong kita melakukan suatu hal yang berguna ,tentunya dalam berwirausaha. Aksi adalah hal terpenting dalam berwirausaha, karena tanpa aksi kita tidak akan dekat dengan impian kita. Setelah semua usaha anda lakukan berdoalah kepada sang Maha Pencipta dan hanyalah Tuhan yang menetukan semuanya.kita sebagai manusia hanya bisa berusaha dan berusaha. Suatu perusahaan juga dapat bekerja sama dengan sekolah kejuruan ataupun kampus untuk menyediakan kesempatan bagi siswa dan mahasisa untuk magang pada perusahaan tersebut. Selain itu pemerintah juga harus mempertegas kepada perguruan Tinggi yang ada di Indonesia untuk memasukan kurikulum baru berbasis entrepreneur. Karena masih banyak kampus-kampus belum memasukan kurikulum ini. Efeknya sangat besar sekali terhadap pengangguran. Tahun 2009 sarjana yang menganggur mencapai 900.000 akan sangat menyedihkan bila hampir tiap tahun Perguruan tinggi yang ada di Indonesia menambah beban bangsa ini dengan menambah jumlah pengangguran. Sumber daya alam Indonesia yang selama ini dijual dalam keadaan mentah tanpa diolah, namun dengan teknologi dan seni bisnis dari para pengusaha muda dapat diolah menjadi produk yang memiliki nilai tambah. Berbagai kebutuhan hidup dapat dipenuhi dengan produksi dalam negeri sehingga tercipta kemandirian ekonomi bangsa. Selain itu sangat memungkinkan memproduksi untuk keperluan ekspor sehingga akan menambah cadangan devisa negara. Faktanya, saat ini sudah sudah ada program pemerintah yang diberikan untuk mengatasi pengangguran dan kemiskinan di masyarakat seperti PNPM Mandiri. Bahkan program wirausaha ini juga sudah sampai ke kampus-kampus melalui wirausaha mandiri. Untuk itu kita harus bisa memanfaatkan program tersebut, sebab program tersebut tidak akan berhasil jika tidak bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Berwirausaha dengan menggunakan teknologi yang sudah canggih dan alhasil menggiurkan bagi pengangguran. Banyak sekali cara untuk berwirausaha antara lain berjualan online di internet maupun facebook yang dapat mengeruk keuntungan yang sangat besar. Dengan adanya teknologi yang handal seharusnya kita dapat memanfaatkan hal tersebut utuk menunjang berwirausaha kita. Wirausaha harus dilakukan secara continue. Dampak yang 10
ditimbulkan dengan adanya wirausaha adalah meningkatnya generasi produktif untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran. 3.6 Persaingan Teknologi Dalam Technopreneurship di Indonesia
Globalisasi, inovasi teknologi dan persaingan yang ketat pada abad ini memaksa perusahaan perusahaan mengubah cara mereka menjalankan bisnisnya. Agar dapat terus bertahan, perusahaan-perusahaan mengubah dari bisnis yang didasarkan pada sumber daya (resourcesbased business) menuju (bisnis berdasarkan pengetahuan), dengan karakteristik utama ilmu
pengetahuan. Ketika pencapaian utama perusahaan adalah sustainable competitive advantage atau pencapaian daya saing bisnis berkelanjutan, maka manajemen perusahaan akan didorong pada proses pencapaian dan pengembangan pengetahuan sebagai strategi bersaing perusahaan. Competitiveness juga didorong oleh perkembangan teknologi yang semakin canggih dan cepat,
ketertinggalan dalam penguasaan teknologi akan berdampak pada kesulitan untuk memenangkan persaingan, baik itu di level negara atau organisasi. Persaingan antar negara ditandai dengan peningkatan skala produksi yang dapat dihasilkan, investasi langsung yang dating dari luar negeri dan peningkatan standar hidup masyarakat. Merujuk pada hasil pertemuan Word Economic Forum (WEP), keunggulan kompetitif negara dihasilkan oleh dua factor utama yaitu kompetitif
dalam pertumbuhan dan kompetitif pada mikroekonominya. keunggulan kompetitif ini dihasilkan oleh factor penguasaan teknologi, peran instutusi publik dan sumber daya makroekonomi. Daya saing seperti inilah yang dewasa ini menurun bagi Indonesia, peranan produk nasional yang di hasilkan oleh peran tenologi tinggi masih sangat rendah, produksi Indonesia masih didominasi oleh hasil teknologi rendah dan menengah, konsekwensinya adalah Indonesia sulit untuk memperoleh keungulan kompetitif, karena kapabilitas teknologinya masih rendah. Dengan kata lain upaya yang paling layak untuk di kedepankan adalah bagaimana meningkatkan penguasaan tekologi untuk meningkatkan daya saing, baik itu pada level organisasi maupun level negara. Salah satu jawabannya adalah dengan konsep penerapan technopreneurship untuk mencapai keunggulan masa yang akan datang. Prespektif bisnis masa yang akan datang harus dibangun dari pondasi penguasaan teknologi, konsepsi ini memerlukan sinergi antara penguasaan teknologi dan kapasitas pembangunan, kemudian teknologi di trasformasikan menjadi dasar bisnis. Esensinya adalah techonopreneurship sebagai pembangunan yang berbasis pada teknologi atau Technologybusiness-based.
11
Pada level negara diperlukan sinergitas antara teknologi dan pembangunan, seperti sinkronisasi antara pemerintah dan peraturan bisnis, dalam jangka panjang sinergi ini akan menciptakan pertumbuhan berkelanjutan, dan dengan dukungan teknologi yang maksimal yang pada akhirnya akan menciptakan peluang sebagai motor penggerak pertumbuhan. Kondisi yang sama diterapkan pada level bisnis atau organisasi, organisasi yang ingin mencapai keunggulan kompetitif berkelanjutan adalah organisasi yang berbasis pada penguasaan teknologi dan menjadi teknologi sebagai motor penggerak organisasinya. Di zaman modern sekarang telah banyak technopreneur yang berhasil melakukan komersial tekhnologi, sehingga menjadi sebuah produk yang diterima secara luas di pasar. Salah satu contohnya produk mobil ford yang diciptakan oleh Henry Ford. Begitupun di negara Indonesia, banyak technopreneur yang sukses dan berhasil menciptakan produk-produk yang berbasis tekhnologi. Saat ini perkembangan tekhnopreneurship di Indonesia semakin pesat. Banyak penemuan dan ide-ide baru yang diciptakan oleh entrepreneur indonesia, berbagai kemajuan yang dicapai diawali dengan riset dan penemuan baru didalam bidang tekhnologi yang kemudian dikembangkan sedemikian rupa sehingga memberikan keuntungan bagi penciptanya dan masyarakat pengguna. Fenomena perkembangan bisnis dalam bidang tekhnologi di Indonesia, diawali dari sebuah ide-ide kreatif dibeberapa pusat penelitian yang mampu dikembangkan sehingga memiliki nilai jual di pasar. Pada saat ini perkembangan bisnis dalam bidang tekhnologi, sebagian besar dihasilkan dari sinergi antara technopreneur yang umumnya berpartisifasi dengan berbagai pusat riset, dengan penyediaan modal yang akan digunakan dalam berbisnis. Hubungan tersebut akan mendorong pada perkembangan bisnis tekhnologi yang ada dibeberapa negara. Jika kita perhatikan, di negara kita saat ini, telah banyak penemuan-penemuan baru yang diciptakan oleh tekhnopreneur. Bahkan sekarang banyak entrepreneur-entrepreneur yang lahir yang akan mengembangkan Indonesia. Perkembangan technopreneurship di Indonesia dalam 5 tahun kedepan akan pesat sekali. Akan lahir penemuan-penemuan baru yang diciptakan oleh entrepreneur-entrepreneur yang akan menciptakan sebuah inovasi yang tidak ada menjadi ada, dan yang tidak mungkin menjadi mungkin, baik dalam segi ekonomi, maupun tekhnologinya. Dalam perkembangan 5 tahun kedepan tekhnologi akan terus meningkat semakin canggih dan semakin meluas di masyarakat.
12
Seperti akan terciptanya mobil terbang, sepatu terbang, robot pembantu rumah tangga, kipas angin tanpa listrik, dan sebagainya. Sekarang pemerintah telah menciptakan banyak pendidikan yang bertujuan untuk mencetak anak-anak bangsa supaya indonesia maju. Salah satunya adalah Universitas Surya University yang didirikan oleh prof. Yohanes Surya, Ph.D di Jl. Scientia Boulevard Blok U/7 Summarecon Serpong, Tangerang-Banten. Didalamnya mencetak anak-anak menjadi orang yang hebat khususnya technopreneurship yang akan membawa perkembangan tekhnologi di Indonesia dan memiliki kompetensi tinggi yang mampu mencetak gengerasi dengan jiwa wirausaha. Perkembangan technopreneurship di Indonesia juga memerlukan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait secara integral, pemerintah memiliki peran besar dalam pembuatan aturan yang mendorong iklim usaha kompetitif dan pemberdayaan, lembaga keuangan memiliki peran dalam peningkatan kapasita usaha, perguruan tinggi berperan dalam riset dan pengembangan terhadap teknologi tepat guna, termasuk program industrial cluster dan incubator bisnis, berkaitan juga dengan pembangunan sumber daya manusia dan lainnya, yang semuanya dapat dikoordinasikan oleh pemerintah. Tujuan jangka panjangnya adalah peningkatan kemampuan penciptaan laba oleh perusahaan berbasis teknologi tersebut, wirausahawan juga harus menempatkan strategi level bisnisnya yang mendorong inovasi dan kreatifitas dan pemerintah juga mendorong peningkatan level usaha kearah persaingan tingkat internasional. Peran pemerintah dalam membangun budaya kewirausahaan juga sangat penting dalam peningkatan
mutu dan membangun spirit transpormasi kewirausahaan Indonesia dari
konvensional kea rah wirausaha berbasis teknologi.
13
BAB III PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Menjadi seorang technopreneurship merupakan salah satu alternatif dalam menunjang kebutuhan financial saat ini. Dengan dukungan besarnya kebutuhan akan teknologi informasi disegala bidang menjadikan technopreneurship menjadi suatu bidang karir yang memiliki prospek yang baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menjadi seorang technopreneurship adalah 1. Pengetahuan akan teknologi informasi 2. Memiliki jiwa entrepereneur yang meliputi sikap untuk menggali diri, mengetahui keterampilan yang dimilikinya kemudian berani untuk memulai usaha
14
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Gani, Dedeng. 2009. “Technopreneurship”. Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran. Bandung Arifin,
Syamsul.
2012.
“Trend
Solusi
Bisnis
Masa
http://syamsulgunadarma.blogspot.com/2012/11/trend-solusi-bisnis-masa-kini.html.
Kini”.
Diakses
pada tanggal 17 Desember 2013. Dana, L.P. 2007. “Asian Models of Entrepreneurship from Indian Union and the Kin gdom of Nepal to the Japanese Archipelago: Context, Policy, and Practice”. New Jersey: World Scientific
Publishing Co. Darmanto,
Mala.
2013.
“Kewirausahaan”.
http://ono.suparno.staff.ipb.ac.id/articles/technopreneurship-2/. Diakses tanggal 11 Desember 2013 Suparno,
Ono.
2008.
“Technopreneurship”
http://techno009.blogspot.com/2013/03/kewirausahaan.html. Diakses tanggal 11 Desember 2013 http://finance.detik.com/read/2012/05/07/141833/1911053/4/bps-jumlah-pengangguran-di-indonesia761-juta-turun-6 http://www.google.com/imgres?imgurl=http://1.bp.blogspot.com/http://alihasyim.blogspot.com/2012/04/technopreneur-bagi-mahasiswa.html http://aa-technopreneur.blogspot.com/2009_04_01_archive.html https://id.wikipedia.org/wiki/Wirausahawan http://lilisdayani71.wordpress.com/2013/09/16/technopreneurship/
15