MAKALAH TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
KONDISI BELAJAR DAN MASALAHMASALAH BELAJAR
Disusun Oleh:
Nurlaelatul Hilaliah
(3415150684)
Jihan Nuraini
(3415150907)
Raghib Azri Krisna
(3415151099)
Lisa Dwi Ningtyas
(3415151885)
Salma Nur Amalina
(3415152269)
Kelas:
Pendidikan Biologi A 2015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA 2016
KATA PENGANTAR Puji syukur atas karunia Tuhan Yang Maha Esa sehingga penyusun dapat menyelesai-kan makalah yang berjudul “Kondisi Belajar dan Masalah-Masalah Belajar ”. Penyusun mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Pokok materi yang penyusun sajikan meliputi pengertian kondisi belajar, kondisi belajar untuk berbagai jenis belajar, masalah-masalah belajar secara internal dan eksternal, serta cara mendiagnosis masalah belajar dan mengatasinya. Adapun tujuan penyusunan makalah yakni untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran, sekaligus untuk menambah pengetahuan bagi pembaca. Diharapkan melalui makalah ini pembaca dapat lebih memahami pengetahuan terkait kondisi belajar dan masalah-masalah yang ada di dalamnya. Tanpa bantuan dari berbagai pihak, tentu makalah ini tidak dapat diselesaikan. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada bapak Karta Sasmita, PhD. selaku dosen mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran, yang telah memberikan bimbingan dalam menyelesaikan penyusunan makalah. Ungkapan terima kasih juga tak lupa diberikan kepada teman-teman kelas Pendidikan Biologi A 2015 yang telah memberi dukungan dalam menyusun makalah. Penyusun menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun maupun pembacanya.
Jakarta, 25 September 2016
Penyusun
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
1
C. Metode Penelitian
2
D. Tujuan Makalah
2
E. Manfaat Makalah
2
BAB II PEMBAHASAN
3
A. Pengertian Kondisi Belajar
3
B. Kondisi Belajar untuk Berbagai Jenis Belajar
11
C. Masalah-Masalah Belajar Internal dan Eksternal
13
D. Cara Mendiagnosis Masalah Belajar dan Mengatasinya
13
BAB III PENUTUP
15
A. Kesimpulan
15
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
16
ii
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang
Tugas utama seorang guru adalah membelajarkan siswa. Belajar berarti bahwa jika guru bertindak mengajar, maka diharapkan siswa berajar atau belajar. Dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah ditemukan hal-hal berikut. Guru telah mengajar dengan baik. Ada siswa yang giat. Ada siswa yang pura-pura belajar. Ada siswa yang belajar setengah hati. Bahkan ada pula siswa yang tidak belajar. Guru bingung menghadapi keadaan siswa. Guru tersebut berkonsultasi dengan guru konselor sekolah. Kedua petugas pendidik tersebut menemukan adanya masalah-masalah yang dialami siswa. Ada masalah yang dapat diselesaikan oleh konselor sekolah. Adapula yang dkonsultasikan dengan ahli psikologi. Guru menyadari bahwa dalam tugas pembelajaran ternyata masalah-masalah belajar dialami siswa. Bahkan guru harus memahami bahawa kondisi lingkungan siswa juga dapat menjadi sumber timbulnya masalah-masalah belajar. Guru professional berusaha mendorong siswa agar belajar secara berhasil. Ia menemukan bahwa ada bermacam hal yang menyebabkan siswa belajar. Ada siswa yang tidak belajar karena dimarahi oleh orang tua. Ada siswa yang enggan belajar karena pindah tempat tinggal. Ada siswa yang sukar memusatkan perhatian waktu guru mengajarkan topik tertentu. Ada pula siswa yang giat belajar karena bercita-cita menjadi seorang ahli. Bermacam-macam keadaan siswa tersebut menggambarkan bahwa pengetahuan tentang masalah-masalah belajar merupakan hal yang sangat penting bagi guru atau calon guru. Masalah merupakan ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan. Ada yang melihat masalah sebagai tidak terpenuhinya kebutuhan seseorang, dan adapula yang mengartikannya sebagai suatu hal yang tidak mengenakkan atau sesuatu yang dapat menghambat seseorang dalam mencapai tujuannya. Masalah dapat muncul di mana saja, tak terkecuali dalam belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah ditemukan halhal berikut. Guru telah mengajar dengan baik. Ada siswa belajar dengan giat. Ada siswa pura-pura belajar. Ada siswa belajar setengah hati. Bahkan ada siswa yang tidak belajar. Dilihat dari hal-hal tersebut, dapat ditemukan adanya masalah-masalah belajar yang dialami oleh siswa.
1
2
Seorang guru yang profesional harus mampu menemukan masalah yang dihadapi oleh siswanya dan memberikan solusi atau jalan keluar baik berupa dorongan, motivasi atau nasehat-nasehat yang dapat membantu siswa menyelesaikan masalah yang dihadapinya agar tidak berlarut-larut mengganggu proses belajarnya.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka berikut di bawah ini rumusan masalah yang akan dibahas dalam penulisan makalah. 1.
Apakah pengertian dari kondisi belajar?
2.
Bagaimana kondisi belajar yang efektif untuk berbagai jenis belajar?
3.
Apa saja masalah yang ditemui dalam belajar?
4.
Apa faktor internal dan eksternal penyebab masalah belajar?
5.
Bagaimana cara mendiagnosis masalah belajar dan mengatasinya?
C.
Metode Penelitian
Penelitian dalam menyusun makalah ini menggunakan metode tinjauan pustaka (dokumentasi). Metode tinjauan pustaka (dokumentasi) dilakukan dengan mencari dan mengumpulkan data-data dari buku-buku cetak. Data-data tersebut menjadi bukti atau keterangan dalam pembahasan.
D.
Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka tujuan makalah ini adalah untuk mengetahui: 1. pengertian dari kondisi belajar, 2.
kondisi belajar yang efektif untuk berbagai jenis belajar,
3.
masalah-masalah yang ditemui dalam belajar,
4.
faktor internal dan eksternal penyebab masalah belajar, dan
5.
cara mendiagnosis masalah belajar beserta cara mengatasinya
E.
Manfaat Makalah
Penyusunan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca dan penyusun mengenai kondisi belajar, masalah-masalah yang dihadapi dalam belaja, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta cara mendiagnosis masalah belajar dan mengatasinya.
BAB II PEMBAHASAN A.
Pengertian Kondisi Belajar
Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Definisi lain tentang kondisi belajar adalah suatu keadaan yang terjadi pada aktivitas pengetahuan dan pengalaman melalui berbagai proses pengolahan mental. Kondisi belajar juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang harus dialami siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar. Gagne dalam bukunya Condition of Learning (1977) menyatakan, “The occurrence of learning is inferred from a difference in human being’s performance before and after being placed in a learning situation ”. Terjadinya belajar pada manusia dapat disimpulkan bila terdapat perbedaan dalam penampilan atau kinerja manusia sebelum dan sesudah ia ditempatkan pada situasi belajar. Dengan kata lain, ia menyatakan bahwa kondisi belajar adalah suatu situas belajar (learning situation) yang dapat menghasilkan perubahan perilaku ( performance) pada seseorang setelah ia ditempatkan pada situasi tersebut. Gagne membagi kondisi belajar atas dua kategori, yaitu sebagai berikut. a. Kondisi internal (internal condition) adalah kemampuan yang telah ada pada diri individu sebelum ia mempelajari sesuatu yang baru. Kondisi internal ini dihasilkan oleh seperangkat proses transformasi (ingat information processing theory Gagne). b. Kondisi eksternal (external condition) adalah situasi perangsang di luar diri si belajar: Kondisi belajar yang dipelukan untuk belajar berbeda-beda untuk tiap kasus. Jenis kemampuan belajar yang berbeda akan membutuhkan kemampuan belajar sebelumnya yang berbeda dan kondisi eksternal yang berbeda pula.
B.
Kondisi Belajar untuk Berbagai Jenis Belajar
Gagne (dalam Richey, 2000), menyatakan bahwa dibutuhkan kondisi belajar yang efektif untuk berbagai jenis/kategori kemampuan belajar. Kondisi belajar dibagi atas lima kategori berikut. a. Keterampilan intelektual (intellectual skill ): untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali keterampilan-keterampilan bawaan (yang
3
4
sebelumnya), pembimbingan dengan kata-kata atau alat lainnya, pendemostrasian penerapan oleh siswa dengan diberikan balikan, pemberi review. b. Informasi verbal (verbal information): untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali konteks dan informasi bermakna, kinerja ( performance) dari pengetahuan baru yang direkonstruksi, balikan. c. Strategi kognitif (cognitive strategy/problem solving ): untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali aturan-aturan dan konsep-konsep relevan, penyajian situasi masalah baru yang berhasi l, pendemonstrasian oleh siswa. d. Sikap (attitude): untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali informasi dan keterampilan intelektual yang relevan dengan tindakan pribadi yang diharapkan, pembentukan atau pengingatan kembali model manusia yang dihormati, penguat tindakan pribadi dengan pengalaman langsung yang berhasil maupun yang dialami oleh orang lain dengan mengamati orangy yang dihormati. e. Keterampilan motorik (motor skill ) untuk jenis belajar ini, kondisi belajar yang dibutuhkan adalah pengambilan kembali rangkaian unsur motorik, pembentukan atau pengingatan kembali kebiasaan-kebiasaan yang dilaksanakan, pelatihan keterampilanketerampilan keseluruhan, balikan yang tepat.
C.
Masalah-Masalah Belajar Internal dan Eksternal
Secara umum, kondisi belajar internal dan eksternal akan mempengaruhi belajar. Kondisi itu pertama, lingkungan fisik. Lingkungan fisik yang ada dalam proses dan disekitar proses pembelajaran member pengaruh bagi proses belajar. Kedua, susasana emosional siswa. Suasana emosional siswa akan member pengaruh dalam proses pembelajaran siswa. Hal ini bisa dicermati ketika kondisi emosional siswa sedang labil maka proses belajarpun akan mengalami gangguan. Ketiga, lingkungan sosial. Lingkungan sosial yang berada disekitar siswa juga turut mempengaruhi bagaimana seorang siswa belajar. Dalam hal pembelajaran, maka problematika (masalah-masalah) dalam hal pembelajaran dikategorikan ke dalam dua hal berdasarkan sifatnya, yaitu internal dan eksternal. Masalah belajar internal adalah masalah-masalah yang timbul dari dalam diri siswa atau faktor-faktor internal yang menimbulkan kekurangberesan siswa dalam belajar. Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak itu sendiri, seperti berikut ini.
5
a. Kesehatan. b. Rasa aman. c. Faktor kemampuan intelektual. d. Faktor afektif seperti perasaan dan percaya diri. e. Motivasi. f. Kematangan untuk belajar. g. Usia. h. Jenis kelamin. i. Latar belakang sosial. j. Kebiasaan belajar. k. Kemampuan mengingat. l. Kemampuan pengindraan seperti melihat, mendengar atau merasakan. Contoh dari masalah belajar internal dapat dilihat dari kasus berikut. Ita gadis cantik berusia 9 tahun. Akhir-akhir ini prestasinya sangat menurun. Hasil ulangannya selalu buruk kalau soal-soal ulangan ditulis dipapan tulis. Namun, ketika ujian sumatif, hasil ulangan Ita tidak begitu butuk. Soal-soal ulangan dicektak dan dibagikan kepada setiap murid. Namun demikian, peringkat Ita turun secara drastis, dari peringkat 5 menjadi peringkat 20. Dari kasus tersebut, dapat dilihat bahwa masalah yang ditekankan adalah kemampuan indera untuk menangkap rangsangan. Ita tampaknya mempunyai kesulitan dalam penglihatan. Ini tebukti dari berbedanya hasil yang dicapai di papan tulis dengan ulangan sumatif yang soalnya dicetak dan dibagikan kepada setiap murid. Dengan pemahaman tersebur, maka dapat dikemukakan bahwa masalah-masalah nelajar internal bersifat biologis dan psikologis. Masalah yang bersifat biologis artinya menyangkut masalah yang bersifat kejasmanian, seperti kesehatan,cacat badan, kurang makan dan sebagianya. Sementara, hal yang bersifat psikologis adalah masalah yang bersifat psikis seperti perhatian, minat, bakat, IQ, konstelasi psikis yang berwujud emosi dan gangguan psikis. Masalah belajar eksternal adalah masalah-masalah yang timbul dari luat diri siswa sendiri atau faktor-faktor eksternal yang menyebabkan kekurangberesan siswa dalam belajar. Faktor eksternal adalah faktor yang dating dari luar diri siswa, seperti berikut ini. a. Kebersihan rumah. b. Udara yang panas.
6
c. Ruang belajar yang tidak memenuhi syarat. d. Alat-alat pelajaran yang tidak memadai. e. Lingkungan sosial maupun lingkungan alamiah. f. Kualitas proses belajar mengajar. Contoh dari masalah belajar eksternal, dapat dilihat dari kasus berikut. Talia seorang gadis cilik duduk di kelas III SD. Ia termasuk salah seorang dari sejumlah anak dikelasnya yang belum dapat membaca dengan lancar. Setiap pelajaran membaca, ia menjadi ketakutan karena setiap membuka mulut ia ditertawakan oleh teman-temannya. Gurunya hanya membiarkannya saja dan mengalihkan giliran kepada murid lain. Akibatnya, Talia selalu ketinggalan dari teman-temannya. Di rumah, Talia selalu dimarahi karena dalam membaca dikalahkan Doli adikya yang duduk di kelas II. Pada kasus ini, tampaknya lebih banyak menekankan pada pengaruh lingkungan, ketinggalan Talia disebabkan oleh rasa takut dan tertekan yang ditimbulkan oleh sikap lingkungan yang tidak mendorong Talia untuk belajar. Oleh karena itu belajar sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal maupun eksternal.
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri siswa baik kondisi jasmani maupun rohani. Adapun faktor internal dibedakan menjadi faktor fisiologis dan faktor psikologis. a. Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis adalah sesuatu kondisi yang berhubungan dengan keadaan jasmani seseorang. Misalnya tentang fungsi organ, sususnan tubuh yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Faktor fisiologis yang dapat mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi dua macam. Kedua macam pengaruh tersebut adalah sebagai berikut. 1) Tonus (kondisi) badan Kondisi jasmani pada umumnya dapat dikatakan melatarbelakangi kegiatan belajar. Keadaan jasmani yang optimal akan berbeda sekali hasil belajarnya bila dbandingkan dengan keadaan jasmani yang lemah. Sehubungan dengan keadaan/kondisi jasmani tersebut, maka ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu sebagai berikut.
7
Cukupnya nutrisi (nilai makanan dan gizi) Tubuh yang kekurangan gizi makanan, akan mengakibatkan merosotnya kondisi jasmani. Sehingga, menyebabkan seseorang dalam kegiatan belajar cepat lesu, mengantuk dan tidak ada semangat untuk belajar. Pada akhirnya siswa tidak dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan.
Beberapa penyakit ringan yang diderita. Dapat berupa flu, sakit gigi, batuk dan lainnya. Semua itu tentu akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
2) Keadaan fungsi-fungsi fisiologis tertentu Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar di sini adalah fungsi-fungsi panca indera, panca indera yang memegang peranan penting dalam belajar adalah mata dan telinga. Apabila mekanisme mata dan telinga kurang berfungsi, maka tanggapan yang disampaikan oleh guru tidak mungkin dapat diterim oleh anak didik. Jadi, siswa tidak dapat menerima dan memahami bahan-bahan pelajaran, baik yang lansung disampaikan oleh guru maupun melalui buku bacaan.
b. Faktor Psikologis
Faktor psikologis adalah suatu kondisi yang berhubungan dengan keadaan kejiwaan siswa. Faktor psikologis dapat ditinjau dari aspek bakat, minat, intelegensi dan motivasi. 1) Bakat Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki anak untuk mencapai keberhasilan. Bakat anak akan mulai tampak sejak ia dapay berbicara atau sudah masuk Sekolah Dasar (SD). Bakat yang dimiliki anak tidak sama. Bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang stud tertentu. Jadi, merupakan hal yang tidak bijaksana apabila orang tua memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada jurusan atau keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki anaknya. Dengan tidak adanya faktor penunjang dan usaha untuk mengembangkannya, maka bakat tersebut lamakelamaan akan punah. Untuk berhasilnya kegitn belajar yang telah didasari atas bakat tersebut, maka harus ada faktor penunjang. Diantaranya, fasilitas untuk sarana, pembiyaaan dan dorongan moral dari orang tua serta minat yang dimiliki.
8
2) Minat Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tingi atau keinginan yang besar untuk sesuatu. Dalam hal ini, terdapt dua hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut.
Minat pembawaan. Minat ini muncul dengan tidak dipengaruhi oleh faktorfaktor lain, baik kebutuhan maupun lingkungan.
Minat yang muncul karena adanya pengaruh dari luar. Minat seseorang bisa saja berubah karena adanya pengaruh lingkungan dan kebutuhan. Spesialisasi bidang studi yang menarik minat seseorang akan dapat dipelajari dengan sebaik baiknya. Sebaliknya, jika bidang studi yang tidak sesuai minatnya, tidak mempunyai daya tarik baginya.
3) Inteligensi Intelegensi adalah kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Kemampuan dasar yang tinggi pada anak, memungkinkan anak dapat menggunakan pikiran nya untuk belajar dan memecahkan persoalan baru secara tepat, cepat dan berhasil. Sebaliknya, tingkat kemampuan dasar yang rendah dapat mengakibatkan murid mengalami kesulitan dalam belajar. 4) Motivasi Motivasi adalah keadaan internal manusia yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Fungsi motivasi adalah mendorong seseorang untuk interest pada kegiatan yang akan dikerjakan, menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai, dan mendorong seseorang untuk pencapaian prestasi, yakni dengan adanya motivasi yang baik dalam belajar, maka akan menunjukan hasil belajar yang baik.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar diri siswa. Faktor eksternal dibagi menjad dua macam, yaitu sebagai berikut. a. Faktor Sosial
Faktor sosial pun dispesifikasikan dalam beberapa kategori lingkungan, yaitu seperti berikut ini. 1) Lingkungan keluarga
9
Orang tua Dalam kegiatan belajar, seorang anak perlu diberikan dorongan dan pengertian dari orang tua. Apabila anak sedang belajar, jangan diganggu dengan tugastugas dirumah. Orang tua berkewajiban memberi pengertian dan dorongan semaksimal mungkin membantu dalam memecahkan masalah-masalah anak yang dihadapi di sekolah. Apabila semangat belajar anak lemah, kemudian orang tua memanjakan anaknya, maka ketika anaknya masuk sekolah ia akan menjadi siswa yang kurang bertanggung jawab dan takut menghadapi tantangan kesulitan. Demikian juga orang tua yang mendidik anaknya terlalu keras, maka anak tersebut akan menjadi takut, tidak supel dalam bergaul dan mengisolasi diri.
Suasana rumah Hubungan antar anggota keluarga yang kurang harmonis, akan menimbulkan suasana kaku dan tegang dalam keluarga yang menyebabkan anak kurang bersemangat
dalam
belajar.
Sedangkan
suasana
rumah
yang
akrab,
menyenangkan dan penuh kasih sayang akan memberikan dorongan yang kuat bagi anak.
Kemampuan ekonomi keluarga Hasil belajar yang baik tidak dapat diperoleh hanya dengan mengandalkan keterangan yang diberikan oleh guru di depan kelas, tetapi membutuhkan alatalat yang memadai. Seperti buku, pensil, pena, peta bahkan buku bacaan. Sedangkan sebagian besar alat-alat pelajaran itu harus disediakan sendiri oleh murid yang bersangkutan. Bagi orang tua yang keadaan ekonominya kurang memadai, sudah tentu tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya secara memuaskan. Apabila keadaan ini terjadi pada orang tua murid, maka murid yang bersangkutan akan menanggung risiko yang tidak diharapkan.
Latar belakang kebudayaan Tingkat pendidikan dan kebiasaan dalam keluarga akan mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Jadi, anak-anak hendaknya ditanamkan kebiasaan yang baik agar mendorong anak untuk belajar.
2) Lingkungan guru
Interaksi guru dan murid
10
Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara rutin akan menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar dan menyebabkan anak didik merasa ada distansi (jarak) dengan guru, sehingga segan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
Hubungan antarmurid Guru yang kurang bisa mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka tidak akan mengetahui bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersang secara tidak sehat. Suasana kelas semacam ini sangat tidak diharapkan dalam proses belajar. Maka, guru harus mampu membina jiwa kelas supaya dapat hidup bergotong-royong dalam belajar bersama agar kondisi belajar individual siswa berlangsung dengan baik.
Cara penyajian bahan pelajaran Guru yang hanya bisa mengajar dengan metode ceramah saja membuat siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif adalah guru yang berani mencoba metode-metode baru yang dapat membantu dalam meningkatkan kondisi belajar siswa.
3) Lingkungan masyarakat
Teman bergaul Pergaulan dan teman sepermainan sangat dibutuhkan dalam membuat dan membentuk kepribadian dan sosialisasi anak. Orang tua harus memperhatikan agar anak-anaknya jangan sampai mendapat teman bergaul yang memiliki tingkah laku yang tidak diharapkan. Karena perilaku yang tidak baik, akan mudah sekali menular kepada anak lain.
Pola hidup lingkungan Pola hidup tetangga yang berada di sekitar rumah di mana anak itu berada, punya pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika anak berada di kondisi masyarakat kumuh yang serba kekurangan, dananakanak pengangguran misalnya, akan sangat mepmpengaruhi kondisi bealajar anak, karena ia akan mengalami kesulitan kita memerlukan teman belajar atau berdiskusi atau meminjam alat-alat belajar.
Kegiatan dalam masyarakat Kegiatan dalam masyarakat dapat berupa karang taruna, menari, olah raga, dan lain sebagainya. Bila kegiatan tersebut dilakukan secara berlebihan, tentu akan
11
menghambat kegiatan belajar. Jadi, orang tua perlu memperhatikan kegiatan anak-anaknya.
Media massa Media massa adalah sebagai salah satu faktor penghambat dalam belajar, misalnya bioskop, radio, TV, video-kaset, novel, majalah, dan lain-lain. Banyak anak yang terlalu lama menonton TV, membaca novel, majalah yang tidak dibertanggungjawabkan dari segi dari segi pendidikan, sehingga mereka akan lupa akan tugas belajrnya. Maka dari itu, buku bacaan, video-kaset, majalah dan mass media lainnya perlu diadakan pengawasan yang ketat dan diseleksi dengan teliti.
b. Faktor Non-Sosial
Faktor non-sosial dapat dibedakan menjadi seperti berikut. 1) Sarana dan prasarana sekolah
Kurikulum Sistem instruksionalis sekarang menghendaki, bahwa dslsm proses belajar mengajar yang dipentingkan adalah kebutuhan anak. Maka, guru perlu mendalami dengan baik dan harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani anak belajar secara individual.
Media pendidikan Dapat berupa buku-buku diperpustakaan, laboratorium, LCD, komputer, layanan internet, dan lain sebagainya. Pada umumnya, sekolah masih kurang memiliki media teresebut, baik dalam jumlah maupun kualitas.
Keadaan gedung Dengan banyaknya jumlah siswa yang membludak, keadaan gedung dewasa ini masih sangat kurang. Mereka harus duduk berjejal-jejal di dalam kelas. Faktor ini tentu akan menghambat lancarnya kondisi belajar siswa. Keadaan gedung yang sudah tuadan tidak direnovasi, serta kenyamanan dan kebersihan di dalam kelas yang masih kurang.
Sarana belajar Sarana yang terdapat di sekolah, juga akan mempengaruhi kondisi belajar siswa. Perpustakaan yang tidak bekerja, papan tulis yang sudah buram, laboratorium yang darurat atau tidak lengkap, dan tempat akan mempengaruhi
12
kualitas belajar, dan pada akhirnya akan juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Adakalanya juga, sarana yang sudah begitu lengkap tidak diikuti dengan sistem pelayanan yang ramah, dan tidak membantu, peraturan peraturan yang tidak memberikan layanan yang jelas terhadap pemakai sarana, sikap arogan petugas yang menganggap bahwa pusat-pusat layanan itu adalah miliknya karena ia mempunyai otoritas. 2) Waktu belajar Sebagian gedung sekolah yang terbatas, sedangkan jumlah siswanya yang banyak, menjadikan siswa yang harus terpaksa sekolah di siang hingga sore hari. Waktu tersebut seharusnya anak-anak beristirahat, tetapi harus masuk sekolah. Sehingga, mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk. Berbeda dengan anak yang belajar di pagi hari, pikiran dan jasmani mereka segar, dan dalam kondisi baik. Belajar di pagi hari, lebih efektif daripada belajar pada waktu lainnya. 3) Rumah Kondisi rumah yang sempit dan berantkan serta perkampungan yang terlalu padat dan tidak memiliki sarana umum untuk kegiatan anak, akan mendorong siswa untuk berkeliaran ke tempat-tempat yang sebenarnya tidak pantas dikunjungi. Kondisi rumah dan perkampungan seperti ini jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa. 4) Alam Dapat
berupa
keadaan
cuaca
yang
tidak
mendukung
anak
untuk
melangsungkan proses belajar mengajar. Kalaupun berlangsung, tentu kondisi belajar siswapun akan kurang optimal.
D.
Cara Mendiagnosis Masalah Belajar dan Mengatasinya
Hal yang dimaksud dengan proses mendiagnosis adalah proses pemeriksaan terhadap suatu gejala yang tidak beres. Diagnosi masalah belajar dilakukan jika guru menandai atau mengidentifikasi adanya kesulitan dalam belajar pada muridnya. Diagnosis masalah belajar dilakukan secara sistematis dan terarah dengan langkah-langkah seperti berikut ini. 1. Mengidentifikasi adanya masalah belajar
13
Untuk mengidentifikasi masalah belajar diperlukan seperangkat keterampilan khusus, sebab kemampuan mengidentifikasi yang berdasarkan naluri belaka kurang efektif. Semakin luas pengetahuan guru tentang gejala-gejala kesulitan belajar dan makin banyak pengalaman guru dalam mengidentifikasi kesulitan belajar, akan makin terampil guru melakukan diagnosis masalah belajar. Gejala-gejala munculnya masalah belajar dapat diamati dalam berbagai bentuk, biasanya muncul dalam meurunnya hasil belajar. Perilaku yang menyimpang juga muncul dalam berbagai bentuk seperti : suka mengganggu teman, merusak alat-alat pembelajaran, sukar memusatkan perhatian, sering termenung, menangis, hiperaktif, sering bolos dan sebagainya.
2. Menelaah atau menetapkan status siswa
Penelaahan dan penetapan status murid dilakukan dengan cara sebagai berikut ini. a. Menetapkan tujuan khusus yang diharapkan murid. b. Menetapkan tingkat ketercapaian tujuan khusus oleh murid dengan menggukan teknik dan alat penilaian yang tepat. c. Menetapkan pola pencapaian murid yaitu seberapa jauh ia berbeda dari tujuan yang ditetapkan itu.
3. Memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar
Membuat perkiraan yang tepat adalah suatu perbuatan yang kompleks yang keberhasilannnya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Beberapa prinsip yang harus diingat dalam memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar sebgai berikut. a. Gejala yang sama dapat ditimbulkan oleh sebab yang berbeda. b. Sebab yang sama dapat menimbulkan gejala yang berbeda c. Berbagai penyebab dapat berinteraksi yang dapat menimbulkan gejala masalah yang makin kompleks.
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa. Definisi yang lain tentang kondisi belajar adalah suatu keadaan yang mana terjadi aktivitas pengetahuan dan pengalaman melalui berbagai proses pengolahan mental. Kondisi belajar juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang harus dialami siswa dalam kegiatan belajar. Kondisi belajar dibagi menjadi dua, yaitu kondisi belajar internal dan kondisi belajar eksternal. Kondisi belajar internal adalah kondisi di mana suatu proses belajar itu terjadi, sedangkan kondisi belajar eksternal adalah kondisi di mana siswa membutuhkan situasi belajar sehingga dapat menghasilkan hasil bela jar yang bagus. Masalah belajar internal adalah masalah yang ditimbulkan dari disi siswa atau adanya faktor-faktor internal yang menimbulkan kekurangberesan siswa dalam belajar. Masalah belajar eksternal adalah masalah yang ditimbulkan dari luar diri siswa, atau adanya faktor-faktor eksternal yang menimbulkan kekurangberesan siswa dalam belajar. Diagnosis masalah belajar dilakukan secara sistematis dan terarah dengan langkahlangkah berikut ini. 1.
Mengidentifikasi adanya masalah belajar.
2.
Menelaah atau menetapkan status siswa.
3.
Memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar.
B.
Saran
Penyusunan makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam penyempurnaannya.
14
15
DAFTAR PUSTAKA Siregar, E., & Nara, H. (2011). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.