SKENARIO 2
Seorang anak laki-laki berumur 3 tahun dibawa oleh ibunya ke puskesmas dengan keluhan utama berak-berak. Keluhan ini dialami sejak 2 hari yang lalu dengan frekuensi hingga 8x dalam sehari dan disertai riwayat muntah 2 kali. Satu minggu sebelumnya anak tidak pernah BAB. Perut anak tampak buncit, BB: 10 kg, suhu tubuh C, denyut nadi 90X/menit. KATA/PROBLEM KUNCI
-
Anak laki-laki 3 tahun
-
Keluhan utma beak-berak sejak 2 hari yang lalu, dengan frekuensi hingga 8x/hari
-
Riwayat muntah 2 kali
-
1 minggu sebelumnya anak tidak pernah BAB
-
Perut tampak buncit
-
BB: 10 kg o
S : 38,0 C N : 90x/menit KLARIFIKASI KATA KUNCI
DS
DO
Klien mengeluh berak-berak sejak 2 hari yang Perut tampak buncit lalu dengan frekuensi hingga 8x/menit Riwayat muntah 2 kali
o
TTV: S= 38,0 C N= 90x/menit
1 minggu sebelumnya anak tidak pernah BAB
BB=10 kg
MIND MAP
Sistem Gastrointestinal
Sistem Pencernaan Bawah Pada Anak
Berak-berak
-
Gastrointeritis
Penyakit yang
-
Penyakit Seliak
Berhubungan dengan
-
Intususepsi
Berak-berak yaitu
-
Colitis ulseratif
-
Definisi
-
Etiologi
-
Manifestasi Klinik
-
Patofisologi
-
Pemeriksaan fisik dan diagnostic
-
Komplikasi
-
ASKEP
PERTANYAAN-PERTANYAAN PENTING
1. 2. 3. 4.
Jelaskan patomekanisme berak-berak ! Jelaskan tanda dan gejala penyakit yang berhubungan dengan berak-berak ! Jelaskan penyakit yang berhubungan dengan skenario ! Jelaskan asuhan keperawatan yang berhubungan dengan skenario !
JAWABAN PERTANYAAN 1. Jelaskan patomekanisme berak-berak ! Jawab: Definisi
Buang air besar (biasanya disingkat menjadi BAB) atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk membuang kotoran berupa tinja atau feses melalui anus yang telah disimpan sementara dalam rectum, baik berbentuk padat atau setengah-padat yang berasal dari sistem pencernaan mahkluk hidup. Lubang anus terdiri atas otot sfingter yang berupa otot polos di bagian dalam dan otot lurik dibagian bawah. Manusia dapat melakukan buang air besar beberapa kali dalam satu hari atau satu kali dalam beberapa hari. Tetapi bahkan dapat mengalami gangguan yaitu hingga hanya beberapa kali saja dalam satu minggu atau dapat berkali-kali dalam satu hari, biasanya gangguan-gangguan tersebut diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak benar dan jika dibiarkan dapat menjadi masalah yang lebih besar. Mekanisme berak Bila pergerakan massa mendorong feses masuk ke dalam rectum, segera timbul keinginan untuk defekasi, termasuk refleks kontraksi rectum dan relaksasi sfingter anus. Pendorongan massa feses yang terus menerus melalui anus dicegah oleh konstriksi tonik dari (1) sfingter ani internus, penebalan otot sirkular sepanjang beberapa sentimeter yang terletak tepat di sebelah dalam anus, dan (2) sfingter ani eksternus, yang terdiri dari otot lurik volunteer yang mengelilingi sfingter internus dan meluas ke sebelah distal. Refleks berakBiasanya, defekasi ditimbulkan oleh refleks defekasi. Satu dari refles-refleks ini adalah Refleks Intrinsik yang diperantarai oleh sistem saraf enteric setempat di dalam dinding rectum. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: Bila feses memasuki rectum, distensi dinding rectum menimbulkan sinyal-sinyal aferen yang menyebar melalui pleksus mienterikus untuk menimbulkan gelombang peristaltic di dalam kolon desenden, sigmoid, dan rectum, mendorong feses kea rah anus. Sewaktu gelombang peristaltic mendekati anus, sfingter ani eksternus juga dalam keadaan
sadar, dan berelaksasi secara volunteer pada waktu yang bersamaan, terjadilah defekasi. Refleks defekasi mienterik intrinsic yang berfungsi dengan sendirinya secara normal bersifat relative lemah. Agar menjadi efektif dalam menimbulkan defekasi, refleks biasanya harus diperkuat oleh refleks defekasi jenis lain, yaitu refleks defekasi parasimpatis yang melibatkan segmen sacral medulla spinalis. Bila ujung-ujung sraf dalam rectum dirangsang, sinyal-sinyal dihantarkan pertama ke dalam medulla spinalis dan kemudian secara refleks kembali ke kolon desenden, sigmoid, rectum dan anus melalui serabut-serabut saraf parasimpatis dalam nervus pelvikus. Sinyalsinyal parasimpatis ini sangat memperkuat gelombang peristaltik dan juga merelaksasikan sfingter ani internus, dengan demikian mengubah refleks defekasi mienterik intrinsic dari suatu usaha yang lemah menjadi suatu proses defekasi yang kuat, yang kadang efektif dalam mengosongkan usus besar sepanjang jalan dari fleksura splenikus kolon sampai ke anus. Sinyal-sinyal defekasi yang masuk ke medulla spinalis menimbulkan efekefek lain, seperti mengambil nafas dalam, penutupan glottis, dan kontraksi otot-otot dinding abdomen untuk mendorong isi feses dari kolon turun ke bwah dan pada saat yang bersamaan menyebabkan dasar pelvis mengalami relaksasi ke bawah dan menarik ke luar cincin anus untuk mengeluarkan feses. Bila keadaan memungkinkan untuk defekasi, refleks defekasi secara sadar dapat diaktifkan dengan mengambil napas dalam untuk menggerakkan diafragma turun ke bawah dan kemudian mengontraksikan otot-otot abdomen untuk meningkatkan tekanan dalam abdomen, jadi mendorong isi feses ke dalam rectum untuk menimbulkan refleks-refleks yang baru. Refleks-refleks yang ditimbulkan dengan cara ini hampir tidak seefektif seperti refleks yang timbul secara alamiah, karena alasan inilah orang yang terlalu sering mengambat refleks alamiahnya cenderung mengalami konstipasi. Selama buang air besar, otot dada, diafragma, otot dinding abdomen, dan diafragma pelvis menekan saluran cerna. Pernapasan juga akan terhenti sementara ketika paru-paru menekan diafragma dada ke bawah untuk
memberi tekanan. Tekanan darah meningkat dan darah yang dipompa menuju jantung meninggi. Buang air besar dapat terjadi secara sadar dan tak sadar. Kehilangan kontrol dapat terjadi karena cedera fisik (seperti cedera pada otot sphinkter anus), radang, penyerapan air pada usus besar yang kurang (menyebabkan diare, kematian, dan faktor faal dan saraf). 2. Jelaskan tanda dan gejala sistem gastrointestinal pada anak ! Jawab: a. Diare
Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal (lebih dari 3 kali/hari), serta perubahan dalam isi ( lebih dari 200 g/hari) dan konsistensi (feses cair). Pada dasarnya semua diare adalah gangguan transportasi larutan usus, adanya perpindahan air melalui membrane usus berlangsung secara pasif dan hal ditentukan oleh aliran larutan secara aktif maupun pasif terutama natrium, klorida, dan glukosa. b. Konstipasi Merupakan suatu gejala, bukan penyakit (toies et,al, 2008). Didefinisikan konstipasi bersifat relative bergantung pada konsinsestensi feses, frekuensi buang air besar (BAB) dengan disertai kelambatan pasase feses, dan kesulitan keluarnya feses (Behrman, 1996). Anak normal yang hanya buang air besar 2-3 hari sekali dengan konsistensi feses lunak tanpa disertai kesuliatan keluar tidak disebut konstipasi; akan tetapi bila anak buang air besar 3 hari dengan konsistensi feses keras dengan disertai kesulitan keluar, sebaiknya anak dianggap sebagai konstipasi. Konstipasi dapat disebabkan karena defek pengisian ataupun pengosongan di rectum. c. Nyeri Merupakan hal yang biasa, sebagai tanda dari kelainan dari saluran cerna, dalam hal ini terutama nyeri perut.Persepsi serta lambung toleransi nyeri pada mkasing-masing individu berbeda-beda. Anak dengan nyeri perut fungsional (yaitu dengan penyebab organic yang tidak diketahui) mungkin sama tidak
enaknya dengan nyeri organic. Factor penyebab nyeri secara umum sifat dan letak lesi yang mendatangkan nyeri dapat ditentukan tanda-tanda klinis. d. Disfagia Gannguan motolitas primer yang menyebabkan rusaknya funsi peristaltic serta disfagia, jarang terjadi pada anak.Disfagia adalah kesukaran untuk menelan, dapat disebabkan karena infeksi seperti tonsillitis, faringitis, atau laryngitis. e. Nausea Nuasea (mual) dapat dijelaskan sebagai perasan yang tidak enak dibelakang tenggorokan dan epigastrium, sering menyebabkan muntah.. Gejala dan tandai mualseringkali adalah pucat, meningkatnya saliva, hendak muntah, hendak pingsan, berkeringat, dan takikardia. f.
Muntah Muntah didefinisikan sebagai penegluaran isi lambung (esophagus) melalui mulut secara paksa (Ismail dan Wahyu, 1996). Muntah adalah proses refleks yang sangat terkoordinasi yang mungkin didahului oleh peningkatan air liur dan dengan muntah-muntah secara tidak sengaja. Muntah dimulai dengan penurunan diafragma yang hebat dan kontraksi otot-otot perut dengan relaksasi dibagian kardiak lambung, mekanisme tersebut secara aktif mendesak isi lambung kembali ke esophagus.
g. Anoreksia Pusat rasa lapar dan kenyang berada di hipotalamus. Pusat yang tampak seperti saraf-saraf aferen dari saluran cerna ke pusat otak ini berfungsi penting bagi penentu rasa mual (anoreksia) yang akan menjadi pertanda dari berbagai penyakit lambung serta usus. Anoreksia dapat disebabkan karena kelainan kebiasaan makan, gagguan psikologis, serta adanya penyakit tertentu. Cirri anoreksia yang disebabkan karena kelainan kebiasaan makan antara lain memilih makanan,
selera
anak
beruabah-ubah.
Anoreksia
biasanya
menimbulkan
kekuranagan gizi yang nyata. h. Regurgitasi Adalah gerakan isi lambung tanpa usaha ke dalam esophagus dan mulut. i.
Distensi abdomen dan massa di abdomen
Pembesaran perut dapat diakibatkan karena berkurangnya tonus otot dinding perut atau bertambahnya isi cairan, gas, atau zat padat.Distensi abdomet tidak hanya terjadi karena penyakit.Bayi yang menelan banyak udara selama menyusu atau menelan udara saat menagis untuk waktu yang lama dapat mengakibatkan distensi abdomen. 3. Jelaskan penyakit yang berhubungan dengan skenario ! Jawab: a. Gastroentritis
Definisi Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung, usus besar, dan usus halus disebabkan oleh infeksi makanan yang mengandung bakteri atau virus yang memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih banyak dengan konsistensi encer dan kadang-kadang disertai dengan muntah-muntah. Dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen. Etiologi 1. Faktor infeksi a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama gastroenteritis, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi p arasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans). b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan gastroenteritis seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. 2. Faktor Malabsorbsi Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab gastroenteritis yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein. 3. Faktor Makanan Gastroenteritis dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu. 4. Faktor Psikologis
Gastroenteritis dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas) Patofisiologi Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya gastroenteritis ialah: Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut. Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Ganggu an multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah. Manifestasi Klinik
Diare yang berlangsung lama (berhari-hari atau b erminggu-minggu) baik secara menetap atau berulang à panderita akan mengalami penurunan berat badan.
Berak kadang bercampur dengan darah.
Tinja yang berbuih.
Konsistensi tinja tampak berlendir.
Tinja dengan konsistensi encer bercampur dengan lemak.
Penderita merasakan sekit perut.
Rasa kembung.
Kadang-kadang demam.
Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada klien dengan gastroenteritis : 1. Laboratoris (pemeriksaan darah) Peningkatan LED (pada penyakit Chron dan kolitis). Anemia terjadi pada penyakit malabsorbsi. Di jumpai pula hipokalsemia dan avitaminosis D, peningkatan serum albumin, fosfatase alkali dan masa protrombin pada klien dengan malabsorbsi. Penuruna jumlah serum albumin pada klien penyakit chron. 2. Radiologis - Barrium Foloow through à penyakit chron. - Barrium enema skip lession, spasme pada sindroma kolon iritable. 3. Kolonoskopi Pemeriksaan ini di anjurkan pada pasien yang menderita peradangan kolon. Penatalaksanaan a. Pemberian cairan. b. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan
tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan : 1. Memberikan asi. 2. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih. 3. Obat-obatan. Racecordil adalah Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi, mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf pusat, dan yang tak kalah penting, tidak menyebabkan ketergantungan. Loperamide merupakan golongan opioid yang bekerja dengan cara emeperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus. Nifuroxazide adalah senyawa nitrofuran memiliki efek bakterisidal terhadap Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus, Staphylococcus dan Pseudomonas aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan. Dioctahedral smectite (DS), suatu aluminosilikat nonsistemik berstruktur filitik, secara in vitro telah terbukti dapat melindungi barrier mukosa usus dan menyerap toksin, bakteri, serta rotavirus.
Keterangan: Pemberian cairan,pada klien Diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum. a. cairan per oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang,cairan diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na,Hco,Kal dan Glukosa,untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan,atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/I dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut. b. Cairan parenteral Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi,yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya. b. Penyakit seliak
Defenisi Penyakit seliak ( Nontropical sprue, enteropati gluten, celiac prue ) merupakan suatu penyakit keturunan, dimana terjadi alergi karena intoleransi ,terhadap gluten ( sejenis protein ), yang menyebabkan perubahan dalam usus sehingga terjadi mallabsorbsi. Etiologi Penyakit seliak merupakan penyakit permanen yang bersifat jangka panjang. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya penyakit seliak, yaitu genetik, lingkungan, dan kepekaan terhadap gluten. Makanan yang mengandung bahan tersebut adalah roti, biskuit, pasta, saos, dan sebagainya. Proses terjadinya kelainan ini adalah adanya autoantibodi terhadap gluten yang dapat mengganggu permukaan usus halus. Gangguan ini menyebabkan lapisan usus yang berjonjot-jonjot menjadi rata. Permukaan yang rata ini kurang mampu mencerna dan menyerapan makanan pada penderita penyakit seliak. Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi proses terjadinya p enyakit ini diantaranya faktor genetik, faktor lingkungan, dan faktor imunitas saluran cerna. Faktor genetik yang telah diidentifikasi adalah protein HLA-DQ2 dan HLA-DQ8 yang merupakan produk dari gen HLA. Faktor lingkungan yang berpengaruh adalah pemberian ASI eksklusif, pemberian diet gluten terlalu dini atau terlalu ban yak dalam pemberian diet gluten dan infeksi rotavirus saluran cerna pada usia bayi muda.
Berbagai faktor inilah yang ikut menentukan mengapa gejala klinis pada penderita berbeda dan dangat bervariasi (Fadhli, 2010). Patofisiologi Penyakit seliak disebabkan oleh interaksi yang kompleks antara sistem kekebalan tubuh, diet gluten, dan genetik dari individu. Respon imun terhadap gluten dapat ditemukan dalam gandum dan gandum hitam yang dapat menyebabkan kerusakan pada usus halus. Masuknya gluten ke dalam saluran pencernaan akan menyebabkan reaksi autoimun (men yerang sistem kekebalan sendiri) yang merusak lapisan pelindung dinding usus. Kerusakan ini menyebabkan lapisan usus yang berjonjot-jonjot menjadi rata sehingga kurang mampu menyerap nutrisi makanan, yang akhirnya berakibat pada malnutrisi. Jika alergi gluten disebabkan oleh reaksi antibodi IgE, penyakit seliak disebabkan oleh reaksi antibodi IgA dan IgG. Beberapa literatur menjelaskan tentang susunan genetik individu dengan penyakit seliak. Hampir semua pasien dengan penyakit seliak memiliki gen yang berpasangan dari antigen leukosit manusia (HLA) varian gen atau alel, HLA-DQ2 atau HLA-DQ8. Alel yang umum, muncul sekitar 40% dari populasi di Amerika (Gainer, 2011). Pemeriksaan Fisik dan Diagnostik 1. gejala tampak pada anak sebelum mencapai usia 2 tahun yaitu setelah pemberian makanan tambahan (sekitar 4-6 bulan). 2. anak mengalami gagal tumbuh yang progresif sejak saat pengenalan makanan padat yang mengandung gluten. 3. pubertas terlambat. 4. malabsorbsi terlihat saat saat anak mengalami gagal tumbuh dan pubertas yang terlambat (Hull dan Johnston, 2008). 5. Diare. 6. perut kembung yang terasa sakit. 7. sering rewel. 8. nyeri perut. 9. sulit makan. 10. sering buang angin. 11. produksi tinja yang banyak, berlemak, pucat, dan sangat berbau busuk serta bila disiram di dalam kloset terdapat bentukan benda padat yang melayang. Dicurigai, suatu penyakit seliak bila anak tampak pucat, bokongnya datar dan perutnya buncit meskipun makannya benar, terutama jika ada riwayat penyakit ini dalam keluarga.
Pemeriksaan laboratorium dan foto rontgen dapat membantu memperkuat diagnosis . Kadang dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengukur penyerapan xilosa, suatu gula sederhana. Diagnosis juga diperkuat dengan melakukan biopsi usus halus, yang permukaannya yang mendatar dan pemeriksaan diulan setelah makanan yang mengandung gluten dihentikan. Manifestasi klinik Gluten mutlak harus dihindari karena dengan hanya makan sedikit gluten saja sudah menimbulkan keluhan . Sebaiknya penderita berkonsultasi pada seorang ahli gizi untuk mengetahui makannan apa saja yang dapat dimakannya, sebab gluten juga terdapat pada roti-rotian , yang terbuat dari terigu ataupun gandum hitam. Kadang anak-anak cukup serius menderita penyakit ini pada saat pertama kali di diagnosis, membutuhkan makanan yang diberikan melalui infuse secara berkala . Tetapi hal ini juga jarang terjadi pada orang dewasa. Sebagian penderita memberikan respon yang buruk atau gejalanya akan muncul lagi. Hal ini bisa terjadi karena didiagnosis yang salah satun ya karena kelainan ini sudah masuk kedalam fase yang tidak memberikan respon. Bila hal ini terjadi maka diberikan kortikosteroid seperti Hydrocortisone, prednisolone, methylprednisolone, prednisone, dexamethasone, betamethasone. Pemberian makanan yang tidak mengandung gluten akan memperbaiki prognosis penyakit ini pada anak-anak maupun dewasa. Tetapi penyakit ini bisa berakibat fatal terutama jika terjadi pada dewasa. Sebagian kecil penyakit seliak pada dewasa berkembang menjadi limfoma usus. Penatalaksanaan Tidak ada obat untuk penyakit celiac , satu-satunya pengobatan adalah diet bebas gluten . Pasien penyakit celiac bervariasi dalam toleransi mereka terhadap gluten - beberapa pasien dapat menelan sejumlah kecil gluten tanpa gejala berkembang , sementara yang lain mengalami diare besar dengan hanya jumlah menit gluten . Pengobatan standar panggilan untuk menghindari lengkap gluten seumur hidup. Prinsip-prinsip diet bebas gluten termasuk: 1. Hindari semua makanan yang terbuat dari gandum , rye , dan barley . Contohnya adalah roti, sereal, pasta, biskuit, kue, kue, cookies, dan gravies.
2. Hindari gandum . Beberapa pasien dengan penyakit celiac dapat mentolerir oats dalam diet . Tapi keamanan jangka panjang dari oats pada pasien penyakit celiac tidak diketahui , dan beberapa persiapan oat dapat terkontaminasi dengan gandum . Oleh karena itu, mungkin lebih baik untuk menghindari oats setidaknya selama pengobatan awal dengan diet bebas gluten . Setelah penyakit ini dalam remisi dengan diet bebas gluten yang ketat dimungkinkan untuk memperkenalkan sejumlah kecil gandum dalam diet di bawah pengawasan medis. 3. Perhatikan makanan olahan yang mungkin mengandung gluten. Tepung terigu merupakan bahan umum di banyak makanan olahan. Contoh makanan yang mungkin mengandung gluten termasuk : Sup kalengan Salad dressing Es Krim Permen bar Kopi instan Luncheon daging dan daging olahan atau kalengan Kecap dan mustard Yogurt Pasta 4. Waspadalah terhadap tablet, kapsul, dan persiapan vitamin yang mengandung gluten. Pati gandum biasanya digunakan sebagai bahan pengikat tablet dan kapsul. Gluten juga dapat ditemukan dalam banyak produk vitamin dan produk kosmetik seperti lipstick. 5. Hindari bir, tapi anggur, brendi , wiski , dan alkohol lainnya tanpa barley baik-baik saja di moderasi. 6. Hindari susu dan produk susu lainnya yang mengandung laktosa . Pasien yang tidak diobati dengan penyakit celiac sering tidak toleran laktosa . Dengan pengobatan yang berhasil , produk susu dapat kembali perlahan-lahan ke dalam diet nanti. 7. Konsultasikan ahli gizi dan masyarakat penyakit celiac nasional untuk daftar makanan bebas gluten. Baca label makanan dan produk sebelum membeli atau mengkonsumsi produk apapun. Hal ini diperlukan, karena produsen dapat mengubah bahan-bahan produk setiap saat. Sebuah produk yang bebas gluten di masa lalu sekarang mungkin mengandung gluten. Bahkan produk bermerek mungkin bebas gluten di satu negara namun mengandung gluten di negara lain. Jika salah satu tidak pasti setelah membaca label, hubungi produsen. 8. Karena orang-orang dengan penyakit celiac yang memiliki malabsorpsi parah dapat mengembangkan kekurangan vitamin dan mineral, suplemen vitamin dan mineral penting. Semua pasien harus mengambil multivitamin setiap hari.
Pasien dengan anemia defisiensi besi harus diperlakukan dengan besi. Pasien dengan anemia karena folat atau B12 harus diperlakukan dengan asam folat dan B12. Pasien dengan ProTime abnormal harus diobati dengan vitamin K. Pasien dengan kadar kalsium darah yang rendah atau dengan osteoporosis harus diobati dengan suplemen kalsium dan vitamin D.
c. Intususepsi
Definisi Intususepsi adalah invaginasi (telescoping) salah satu bagian usus ke bagian usus lain, yang mengakibatkan obstruksi di bagian atas defek (Wong, 1996). Menurut bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (1991), invaginasi terjadi bila sebagian segmen usus masuk ke bagian distal.Intususepsi terjadi jika suatu bagian saluran cerna dimasuki oleh segmen bagian bawahnya (Catzel, 1992). Keadaan invaginasi usus paling sering ditemukan pada bayi yang mulai mendapat makanan padat (weaning period ) dan merupakan keadaan akut abdomen yang memerlukan tindakan pembedahan. Etiologi Secara umum penyebab intususepsi tidak diketahui, akan tetapi pada anakanak yang masih muda inseden terbesar terjadi antara bulan ke-4 dan ke-8; hal ini dapat terjadi karena pada usia tersebut terdapat kesempatan untuk mengonsumsi diet lebih padat- yang akan mengubah peristaltik. Terdapat hubungan dengan infeksi – infeksi virus adeno dan keadaan tersebut dapat mempersulit gastroenteritis. Bercak – bercak peyeri yang banyak terdapat di dalam ileum mungkin berhubungan dengan keadaan tersebut, bercak jaringan limfoid yang membengkak dapat merangsang timbulnya gerakan peristaltic usus dalam upaya untuk mengeluarkan massa tersebut sehingga menyebabkan intususepsi. Pada puncak insidens penyakit ini, saluran cerna bayi juga mulai diperkenalkan dengan bermacam bahan baru. Pada sekitar 5% penderita dapat
ditemukan penyebab – penyebab yang dikenali, seperti divertikulum meckeli terbalik, suatu polip usus, duplikasi atau limfosarkoma. Secara jarang, keadaan ini akan mempersulit purpura Henoch – Schonlein dengan sutau hematom intramural yang bertindak sebagai puncak dari intususepsi. Suatu intususepsi pasca pembedahan jarang dapat didiagnosis, intususepsi – intususepsi ini bersifat iloileal. Manifestasi Klinik Umumnya bayi dalam keadaan sehat dan gizi baik.Pada tahap awal muncul gejala strangulasi berupa nyeri perut hebat yang tiba – tiba.Bayi menangis kesakitan saat serangan dan kembali normal di antara serangan.Terdapat muntah berisi makanan/minuman yang masuk dan keluarnya darah bercampur lendir (red currant jelly) per rektum. Pada palpasi abdomen dapat teraba massa yang umumnya berbentuk seperti pisang (silindris). Dalam keadaan lanjut muncul tanda obstruksi usus, yaitu distensi abdomen dan muntah hijau fekal, sedangkan massa intraabdomen sulit teraba lagi. Bila invaginasi panjang hingga ke daerah rektum, pada pemeriksaan colok dubur mungkin teraba ujung invaginat seperti porsio uterus, disebut pseudoporsio.Pada sarung tangan terdapat lendir dan darah. Pemeriksaan Fisik dan Diagnostik Beberapa hal yang mendasari diagnosis intususepsi antara lain : Anamnesa: Ras
Usia
riwayat penyakit intestinal riwayat operasi gejala diare atau muntah.
Pemeriksaan fisik:
Palpasi abdominal disertai rasa sakit dan adanya bentukan seperti sosis yang merupakan loop usus yang menebal akibat intususepsi (terutama intususepsi jejunojenjunal). Dengan stetoskop, diperiksa suara normal dari usus yang berfungsi (bising usus). Pada penyakit ini, bising usus mungkin terdengar sangat keras dan bernada tinggi, atau mungkin tidak terdengar sama sekali. Bila peritonitis terjadi karena adanya perforasi, penderita akan merasakan sakit ketika dokter menekan perutnya dan nyerinya bertambah jika dokter mendadak melepaskan tekanan tersebut. Foto rontgen bisa menunjukan lingkaran usus yang melebar, yang menunjukkan lokasi dari penyumbatan. Foto rontgen juga bisa menunjukkan adanya udara di sekitar usus di dalam perut, yang merupakan tanda adanya perforasi. Radiografi: dengan menggunakan media kontras bubur barium, terjadi daerah radiopaque akibat akumulasi media kontras pada lumen intususeptum dan intususipien. USG: bentukan cincin hiperekogenik dan hipoekogenik akibat akumulasi cairan pada proksimal intususepsi Endoskopi: terlihat invaginasi dari lumen intususipien Pemeriksaan laboratoris: bersifat pendukung, terjadi leukositosis akibat stress, kenaikan PCV, anemia (Fossum, 2007). Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi Penatalaksanaan Farmakologi a. rususitasi dengan cairan fisiologis intravena dengan pengosongan lambung dengan pipa nasogastric b. puasa untuk persiapan operasi c. reduksi radiologic bila memungkinkan d. reduksi operatif/reseksi
Operasi dilakukan jika anak tersebut memiliki tanda pelubang usus, jika enema udara tidak berhasil dengan baik dalam memperbaiki intususepsi, atau jika anak tersebut mengalami kondisi yang berulang. Pada kasus berulang, operasi dilakukan tidak hanya untuk memperbaiki keadaan tersebut tetapi:juga untuk melihat polip, tumor, atau kelainan yang bisa menjelaskan kenapa intususepsi berulang. Penatalaksanaan Non Farmakologi Penurunan dari intususepsi dapat dilakukan dengan suntikan salin, udara, atau barium ke dalam kolon.Metode ini tidak sering dikerjakan selama terdapat suatu risiko perforasi, walaupun demikian, kecil dan tidak terdapat jaminan penurunannya yang berhasil. Pendorongan dengan barium dapat berhasil bila dilakukan dalam 24 jam setelah gejala-gejala pertama timbul. Intususepsi
Invaginasi salah satu bagian dari usus ke ba ian lain
Halangan untuk bagian isi di luar cacat Dua dinding usus menekan satu sama lain
Peradangan Edema Gangguan aliran darah ―Currant jelly‖feses
Pengurangan tekanan catat
Nekrosis
atau bedah perbaikan
Pendarahan Perforasi Peritonitis
d.Colitis Ulteratif
Definisi Kolitis ulserativa merupakan penyakit radang non spesifik kolon yang umumnya berlangsung lama disertai masa remisi dan eksaserbasi yang b ergantiganti.Sakit abdomen, diare dan perdarahan rektum merupakan tanda dan gejala yang penting.Lesi utamanya berupa reaksi peradangan daerah subepitel yang timbul pada basis kriptus Lieberkuhn, yang akhirnya dapat menimbulkan pertukakan pada mukosa. Frekuensi penyakit paling banyak antara usia 20 -40 tahun, dan menyerang ke dua jenis kelamin sama banyak. Insiden kolitis ulserativa adalah sekitar 1 per 10.000 orang dewasa kulit putih per tahun. Etiologi Penyebab yang pasti belum diketahui Faktor Risiko : 1. Genetik faktor genetik tampaknya berperan dalam etiologi, karena terdapat hubungan familial. 2. Lingkungan 3. PenyakitAutoimun Autoimunnita berperan dalam patogenisis kolitis ulserativa.Antibodi antikolon telah ditemukan dalam serum penderita penyakit ini. Dalam biakan jaringan limfosit dari penderrita kolitis ulterativa merusak sel epitel pada kolon.Patofisiologis Beberapa fakor yang dicurigai menjadi penyebab terjadinya colitis ulseratif diantaranya adalah : a. hipersensitifitas terhadap faktor lingkungan dan makanan,
b. Interaksi imun tubuh dan bakteri yang tidak berhasil (awal dari terbentuknya ulkus), c. Pernah mengalami perbaikan pembuluh darah, dan stress. Manifestasi Klinis Gejala yang sering timbul pada penyakit colitis ulseratif ini adalah : a. b. c. d. e. f. g.
Nyeri perut Diare berdarah, berlendir dan bernanah Anemia Turunnya berat badan Buang air besar beberapa kali dalam sehari (10-20 kali sehari) Terdapat darah dan nanah dalam kotoran. Perdarahan rektum (anus).
Patofisiologi Lesi patologis awal adalah terbatas pada lapisan mukosa dan terdiri atas pembentukan abses dalam kriptus.Pada permulaan penyakit, terjadi udema dan kongesti mukosa.Udema dapat mengakibatkan kerapuhan yang hebat sehingga terjadi perdarahan dari trauma yang ringan, seperti gesekan ringan pada permukaan.Pada stadium penyakit yang lebih lanjut, abses kriptus pecah melewati di dinding kriptus dan menyebar dalam lapisan mukosa, menimbulkan terowongan dalam mukosa.Mukosa kemudian terkelupas dalam lumen usus, meninggalkan daerah yang tidak diliputi mukosa (tukak). Pertukakan mula-mula tersebar dan dangkal, tetapi pada stadium lebih lanjut permukaan mukosa yang hilang luas sekali mengakibatkan banyak kehilangan jaringan, protein dan darah Pada kondisi yang fisiologis system imun pada kolo n melindungi mukosa kolon dari gesekan dengan feses saat akan defekasi, tetapi karena aktifitas imun yang berlebihan pada colitis maka system imunnya malah menyerang sel-sel dikolon sehingga menyebabkan terjadi ulkus. Ulkus terjadi di sepanjang permukaan dalam (muk osa) kolon atau rectum yang menyebabkan darah keluar bersama feses. Darah yang keluar biasanya bewarna merah, karena darah ini tidak masuk dalam proses pencernaan tetapi darah yang berasal dari pembuluh darah didaerah kolon yang rusak akibat ulkus. Selain itu ulkus yang lama ini kemudian akan menyebabkan peradangan menahun sehingga terbentuk pula nanah (pus). Ulkus dapat terjadi pada semua bagian kolon baik, pada sekum, kolon ascenden, kolon transversum maupun kolon sigmoid.Akibat ulkus yang menahun maka terjadilah perubahan bentuk pada kolon baik secara mikroskopik ataupun makroskopik.
Pemeriksaan Penunjang Untuk mengetahui pasti diagnosa penyakit ini adalah dengan cara melakukan beberapa test penunjang.Tes pertama yang dilakukan adalah anamnesis dan pemeriksaaan fisik tentunya, pada pemeriksaan fisik , periksalah kekauan dari otot-otot abdominal kemudian perhatikan apakah pasien demam dan dehidrasi jika ya, kemungkinan pasien mengalami gejala awal ulkus. 1. Pemeriksaan feses (berdarah, lendir dan nanah) 2. Pada pemeriksaan laboratorium terlihat anemik dan malnutrisi Pengobatan ditujukan untuk mengendalikan peradangan, mengurangi gejala dan mengganti cairan dan zat gizi yang hilang.Penderita sebaiknya menghindari buah dan sayuran mentah untuk mengurangi cedera fisik pada lapisan usus besar yang meradang. Diet bebas susu bisa mengurangi gejala. Penambahan zat besi bisa menyembuhkan anemia yang disebabkan oleh hilangnya darah dalam tinja.
4.Jelaskan asuhan keperawatan yang berhubungan dengan skenario !
Asuhan Keperawatan Gastroenteritis
Pengkajian Keperawatan
1. Dapatkan riwayat penyakit termasuk hal-hal berikut : a. Kemungkinan memakan makanan atau air terkontaminasi b. Kemungkinan infeksi di tempat lain (misalnya pernapasan, infeksi saluran kemih). 2. Lakukan pengkajian fisik rutin 3. Observasi adanya manifestasi gastroenteritis 4. Kaji status dehidrasi 5. Catat keluaran rectal yang meliputi jumlah, volume dan karakteristik 6. Observasi dan catat adanya tanda-tanda yang berkaitan seperti tenesmus, kram, dan muntah 7. Bantu dengan prosedur diagnostic, misalnya tamping specimen sesuai kebutuhan: feses untuk pH, berat jenis, frekuensi; urin tampak pH, berat jenis, frekuensi; HDL, elektrolit serum, kreatinin, dan BUN. 8. Identifikasi sumber infeksi misalnya periksa anggota rumah yang lain dan rujuk pada pengobatan bila indikasikan. Diagnosis dan Intervensi Keperawatan
1. Kurang volume cairan b.d kehilangan gastrointestinal berlebihan melalui feses atau emesis Sasaran Hasil yang diharapkan Intervensi Beri larutan rehidrasi oral (LRO) untuk Anak menunjukkan Anak menunjukkan tanda-tanda rehidrasi tanda-tanda hidrasi yang rehidrasi dan penggantian kehilangan dan mempertahankan adekuat (uraikan) cairan melalui feses. Berikan LRO hidrasi adekuat sedikit tapi sering, khususnya bila anak muntah, kecuali jika muntah hebat -- bukanlah kontraindikasi untuk penggunaan LRO Beri agens antimikroba sesuai ketentuan untuk mengobati pathogen khusus yang mentebabkan kehilangan cairan berlebihan Setelah rehidrasi, berikan diet regular pada anak sesuai toleransi karena penelitian menunjukkan pemberian ulang diet normal secara dini bersifat menguntungkan untuk menurunkan berat badan serta pemendekan durasi penyakit Ganti LRO dengan cairan rendah natrium seperti air, ASI, formula bebas laktosa, atau formula yang mengandung setengah laktosa untuk mempertahankan terapi cairan Pertahankanb pencatatan yang ketat terhadap masukan dan keluaran (urine, feses, dan emesis) untuk mengevalusi kefektifan intervensi Pantau berat jenis urine setiap 8 jam atau sesuai indikasi untuk mengkaji hidrasi Timbang berat badan anak untuk mengkaji dehidrasi Kaji tanda-tanda vital, turgor kulit, membrane mukosa, dan status mental setiap 4 jam atau sesuai indikasi untuk mengkaji hidrasi Hindari masukan cairan seperti jus buah, minuman berkarbonat, dan gelatin karena cairan ini biasanya tinggi karbohidrat, rendah elektrolit, dan mempunyai osmolalitas tinggi Instruksikan keluarga dalam memberikan terapi yang tepat,
pemantauan masukan dan keluaran, dan mengkaji tanda-tanda dehidrasi untuk menjamin hasil yang optimum dan memperbaiki kepatuhan terhadap aturan terapeutik
2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d kehilangan cairan melalui diare. Masukan yang tidak adekuat Sasaran Hasil yang diharapkan Intervensi Anak mengkonsumsi Anak mengkonsumsi Setelah rehidrasi, instruksikan ibu nutrisi adekuat untuk nutrisi yang ditentukan melanjutkan pemberian ASI, karena hal mempertahankan berat dan menunjukkan ini cenderung mengurangi kehebatan badan yang sesuai penambahan berat badan dan durasi penyakit dengana memuaskan Hindari pemberian diet pisang, beras, apel, dan roti panggang atau the, karena diet ini rendah energy dan protein, terlalu tinggi dalam karbohidrat, dan rendah elektrolit Observasi dan catat respons terhadap pemberian makanan untuk mengkaji toleransi pemberian makanan Instruksikan keluarga dalam memberikan diet yang tepat untuk meningkatkan kepatuhan terhadap program teraupetik Gali masalah dan prioritas anggota keluarga untuk memperbaiki kepatuhan terhadap program teraupetik
3. Risiko infeksi b.d mikroorganisme yang menembus gastrointestinal Sasaran Hasil yang diharapkan Anak (orang lain) tidak Infeksi tidak menyebar menunjukkan tanda ke orang lain infeksi gastrointestinal
Intervensi Lakukan implementasi isolasi terhadap subtansi tubuh atau praktik pengendalian infeksi rumah sakit, termasuk pembuangan feses dan pencucian yang tepat, serta penanganan specimen yang tepat untuk mencegah penyebaran infeksi Pertahankan mencuci tangan yang benar untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi Pakaikan pokok dengan tepat untuk
mengurangi kemungkinan risiko penyebaran infeksi Gunakan pokok sekali pakai superabsorbent untuk menampung feses dan menurunkan kemungkinan terjadinya dermatitis popok Upayakan mempertahankan bayi dan anak kecil dari menempatkan tangan dan objek pada area terkontaminasi Ajarkan anak — bila---mungkin tindakan perlindungan untuk mencegah penyebaran infeksi seperti pencucian tangan setelah menggunakan toilet Instruksikan anggota keluarga dan pengunjung dalam praktik isolasi, khususnya mencuci tangan untuk mengurangi risiko infeksi
4. Kerusakan integritas kulit b.d iritasi karena diare Sasaran Kulit anak tetap utuh
Hasil yang diharapkan Anak tidak mengalami bukti-bukti kerusakan kulit
Intervensi Ganti pokok dengan sering untuk menjaga agar kulit tetap bersih dan kering Bersihkan bokong perlahan-lahan dengan sabun lunak nonalkalin dan air atau celupkan anak dalam bak untuk pembersihan yang lembut karena feses diare sangat mengiritasi kulit Beri salep seperti seng oksida untuk melindungi kulit dari iritasi (tipe salep dapat bervariasi untuk setiap anak dan memerlukan periode percobaan) Pajankan kulit utuhkemerahan dengan ringan pada udara, jika mungkin, untuk meningkatkan; berikan salep pelindung pada kulit yang sangat teriritasi atau kulit terekskoriasi untuk memudahkan penyembuhan Hindari menggunakan tisu basah yang mengandung alcohol pada kulit terekskoriasi, karena akan menyebabkan rasa menyengat Berikan obat anti jamur yang tepat untuk mengobati infeksi jamur kulit Observasi bokong dan perineum akan
adanya infeksi seperti candida, sehingga terapi yang tepat dapat dimulai
5. Cemas (takut) b.d perpisahan dengan orangtua, lingkungan tidak kenal, prosedur yang menimbulkan stress Sasaran hasil yang diharapkan Intervensi Beri perawatan mulut dan empeng Anak menunjukkan anak menunjukkan tanda-tanda tanda-tanda stress fisik untuk bayi untuk memberikan rasa kenyamanan atau emosional yang nyaman minimal. Keluarga Dorong kunjungan dan partisipasi berpartisipasi dalam keluarga dalam perawatan sebanyak perawatan anak sebanyak yang mampu dilakukan keluarga untuk mungkin mencegah stress yang berhubungan dengan perpisahan Sentuh, gendong, dan bicara pada anak sebanyak mungkin untuk memberikan rasa nyaman dan menghilangkan stress Beri stimulasi sensoris dan pengalihan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan kondisinya untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
6. Perubahan proses keluarga b.d krisis situasi kurang pengetahuan Sasaran Hasil yang diharapka Intervensi Keluarga memahami Kaluarga menunjukkan Berikan informasi pada keluarga tentang penyakit anak kemampuan untuk tentang penyakit anak dan tindakan dan pengobatannya merawat anak, khususnya teraupetik untuk mendorong kepatuhan serta mampu di rumah terhadap program terapi, khususnya memberikan perawatan jika sudah berada di rumah Bantu keluarga dalam memberikan rasa nyaman dan dukungan pada anak Izinkan anggota keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan anak sebanyak yang mereka inginkan untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga Instruksikan keluarga mengenai tindakan untuk mencegah penyebaran infeksi Atur perawatan kesehatan pascahospitalisasi untuk menjamin pengkajian dan pengobatan yang
kontinu Rujuk keluarga pada lembaga perawatan kesehatan komunitas untuk pengawasan perawatan di rumah secara kebutuhan
Askep Penyakit Seliak
Pengkajian keperawatan
1. Lakukan pengkajian rutin 2. Kaji riwayat kesehatan dengan cermat, khususnya mengenai kebiasaan defekasi yang berhubungan dengan pemasukan 3. Observasi adanya menifestasi penyakit seliak 4. Diare mungkin akut atau terus menerus 5. Feses sering cair, pucat, dan berbau menyengat 6. Anoreksia 7. Nyeri abdomen 8. Distensi abdomen 9. Penyusun otot, khususnya pada bokong dan ekstremitas 10. Muntah 11. Anemia 12. Konstipasi 13. Perubahan perilaku umum: peka rangsang, rewel, apatis 14. Bantu dalam prosedur diagnostik dan pengkajian, misalnya penampungan feses, antibodi IgG dan IgA serum. Diagnosis dan Intervensi Keperawatan
1. Perubahan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan absorpsi Sasaran Hasil yang diharapkan Intervensi: Anak menunjukkan tandaAnak mengonsumsi Beri diet bebas gluten tanda penurunan iritasi diet khusus dan tidak untuk meningkatkan mukusa usus menunjukkan bukti penyembuhan bukti inflamasi usus mukosa usus dan Anak mengonsumsi nutrisi mencegah yang adekuat Anak mengonsumsi malabsorpsi.
Anak (keluarga) disiapkan untuk kontrol diet terhadap penyakit sepanjang hidup.
diet yang ditentukan Anak menunjukkan pertumbuhan yang tepat Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang pembatasan diet (uraikan pembelajaran dan metode demonstrasi) Anak dan keluarga mematuhi diet yang ditentukan Anak dan keluarga menggunakan sumber-sumber yang tepat.
2. Resiko tinggi seliak behubungan dengan krisis seliak Sasaran: anak tidak mengalami Hasil yang diharapkan
Hindari produk susu yang mengandung laktosa bila anak mengalami intoleransia laktosa (biasanya membaik bersamaan dengan sembuhnya mukosa usus) Beri kortikosteroid, bila diresepkan, untuk menurunkan inflamasi usus berat. Pantau karakteristik feses untuk mengkaji penurunan inflamasi usus setelah penghentian gluten Beri diet yang ditentukan Atur pertemuan dengan ahli diet untuk membantu memilih makanan yang sesuai dengan diet dan kesukaan anak Beri suplemen vitamin yang dapat dicampur dengan air, asam folat, dan besi sesuai instruksi untuk pengobatan khusus Pantau tinggi dan barat badan untuk mengkaji keadekuatan nutrisi Kaji pemahaman anak dan keluarga tentang gangguan dan pengobatan untuk menjamin hasil yang optimal dan keamanan.
Intervensi
komplikasi karena krisi seliak
Anak kembali dari kondisi krisis Komplikasi di kenali dan perawatan yang tepat dilakukan
Pantau cairan intravena dengan ketat untuk mencegah dehidrasi atau overdehidrasi Beri perawatan mulut selama periode puasa untuk meningkatkan rasa nyaman. Observasi anak dengan ketat untuk tanda-tanda asidosis metabolik (kelemahan, peka rangsang, penurunan tingkat kesadaran,denyut jantung tidak teratur, kontrol otot buruk) karena kehilangan cairan usus. Observasi anak dengan ketat untuk adanya tanda-tanda dehidrasi. Pantau pengisapan nasogastrik dan catat drainase. Observasi adanya tanda-tanda syok, sehingga pengobatan dapat dimulai secara dini. Berikan steroid sesuai instruksi untuk menurunkan inflamasi, bila dihentikan dengan menurunkan dosis, observasi kembalinya tanda-tanda yang menunjukkan penyakit seliak. Apabila di perlukan hiperalimentasi, observasi semua
kewaspadaan untuk mencegah infeksi karena hal ini merupakan kemungkinan komplikasi. 3. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak dengan penyakit kronis Sasaran Hasil yang diharapkan Intervensi Keluarga menerima Orangtua Rujuk pada kelompok dukungan yang adekuat mengungkapkan pendukung dan perasaan dan masalah lembaga-lembaga Anak (keluarga) berkaitan dengan yang tepat. menunjukkan perilaku komplikasi penyakit penyesuaian yang positif Beri kesempatan pada terhadap diagnosis Keluarga keluarga untuk mendemonstrasikan menyesuaikan diri Anak (keluarga) sikap penerimaan dan pada penemuan menunjukkan pemahaman penyesuaian diagnosis tentang gangguan Keluarga Antisipasi reaksi Anak (keluarga) mengalami mendemonstrasikan berduka terhadap penurunan rasa takut dan pemahaman tentang kehilangan anak yang ansietas penyakit (uraikan) sempurna karena hal Keluarga menunjukkan ini biasanya terjadi Anggota keluarga kemampuan untuk merawat dalam proses mendiskusikan rasa anak penyesuaian takut dan ke Keluarga menunjukkan khawatiran mereka Gali perasaan perilaku adaptasi positif pada keluarga tentang anak Pasien (keluarga) anak dan kemampuan mengungkapkan Anak dan keluarga mereka untuk perasaan dan menunjukkan hubungan menghadapi kekhawatirannya keluarga yang positif gangguan. tentang kebutuhan Anak dan keluarga mendapat khusus anak dan Dorong keluarga dukungan adekuat efeknya pada proses untuk Anak (keluarga) siap untuk keluarga mengespresikan perawatan di rumah. kekhawatiran mereka Anggota keluarga Keluarga berpartisipasi menunjukkan sikap Ulangi informasi dalam perawatan percaya diri pada sesering yang di berkelanjutan pada anak, kemampuan mereka butuhkan untuk saudara kandung dalam menghadapi menguatkan menunjukkan perilaku masalah. pemahaman keluar. kedekatan positif dengan Keluarga menyusun Bertindak sebagai anak sasaran realitis untuk model peran diri mereka sendiri, berkaitan dengan anak, dan orang lain. sikap dan perilaku terhadap anak. Keluarga menunjukkan Bantu keluarga untuk perilaku positif yang memahami gangguan,
meningkatkan pertumbuhan.
Asuhan Keperawatan Intususepsi
terapi, dan implikasinya. Kuatkan informasi yang diberikan oleh orang lain untuk meningkatkan pemahaman yang lebih baik. Perjelas kesalahan konsep Berikan informasi akurat dan perlahan pada keluarga agar dapat diserap dengan baik, karena informasi yang diberikan terlalu cepat tidak akan dapat dipelajari. Diskusikan keuntungan dan keterbatasan rencana terapeutik Dorong keluarga untuk menunjukkan pertanyaan dan mengekspresikan kekhawatirannya Gali kekhawatiran dan perasaan luka, rasa bersalah, marah, kecewa, tidak adekuat, dan perasaan lainyang dialami keluarga. Bantu keluarga membedakan antara rasa takut yang realistis dan tidak, bantu hilangkan rasa takut yang tidak realistis.
Pengkajian Keperawatan 1. Lakukan pengkajian fisik rutin. 2. Dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat, terutama deskripsi keluarga tentang gejala. 3. Observasi pola defekasi dan perilaku praoperasi dan pascaoperasi. 4. Observasi adanya manifestasi intususepsi sebagai berikut: a. Nyeri abdomen akut tiba-tiba b. Anak berteriak dan menarik lutut ke dada c. Anak tampak normal dan nyaman selama interval di antara episode nyeri d. Muntah e. Letargi f.
Keluarganya feses seperti jeli merah (feses bercampur darah dan muk us)
g. Abdomen lunak (pada awal penyakit) h. Nyeri tekan dan distensi abdomen (penyakit lanjut) i.
Massa berbentuk sosis yang dapat diraba di kuadran kanan atas
j.
Kuadran kanan bawah kososng (tanda Dance)
k. Demam, prostrasi, dan tanda-tanda lain peritonitis 5. Observasi adanya manifestasi intususepsi yang lebih kronis a. Diare b. Anoreksia c. Penurunan berat badan d. Muntah (kadang-kadang) e. Nyeri periodic f. Nyeri tanpa gejala lain (pada anak yang lebih besar) 6. Bantu dengan produser diagnostic dan pengujian, misalnya radiografi abdomen atau enema barium. Diagnosis dan Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan ivaginasi usus Sasaran
Hasilyang diharapkan
Intervensi
Rasional
Anak tidak
Anak tidak
Kaji tingkat
menunjukkan
nyeri atau nyeri
tanda-tanda
seberapa
berkurang
nyeri atau
berat rasa
sampai tingkat
ketidaknyam
nyeri yang
yang dapat
anan
dirasakan dan
Anak dan
mengetahui
Anak dan
keluarga
pemberian
keluarga
menunjukkan
terapi sesuia
disiapkan untuk
pemahaman
indikasi.
pembedahan
tentang terapi
atau koreksi
yang
posisi
mengurangi
nonpembedahan
ditentukan
senyaman
rasa nyeri dan
mungkin.
memberikan
nyeri.
Untuk
mengalami
diterima
Berikan
mengetahui
Untuk
kenyamanan.
Berikan
Untuk
lingkungan
mendukung
yang
tindakan yang
nyaman.
telah diberikan guna mengurangi rasa nyeri.
Jelaskan risiko kekambuha n pada keluarga sehingga perhatian
Agar dapat dicegah segera mungkin.
medis dapat segera dicari
2. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan anak yang mengalami gangguan serius. Sasaran
Hasilyang
Intervensi
Rasional
diharapkan Keluarga
Keluarga
Tunjukkan sikap
Sikap
mendapat
menunjukka
perhatian dan
perhatian dan
dukungan
n perilaku
menghargai pada
menghargai
yang adekuat
yang
anak dan keluarga
sangat
menunjukka
penting dalam
n perasaan
menunjukkan
menghargai
rasa peduli.
diri sendiri
Keluarga menggunaka
Supaya kelurga yakin
Dukung dan
dan percaya
n layanan
tekankan kekuatan
diri.
pendukung
dan kemampuan
Agar keluarga
keluarga
mengetahui
Berikan umpan
salah dan baik
balik dan pujian.
suatu tindakan mereka.
Setiap manusia memiliki
Rujuk pada
keyakinan
professional untuk
masing-
dukungan
masing. Jika
interpersonal
kita lebih
tambahan dan
mendekatkan
konkret (misalnya
diri kepada-
pelayanan social,
Nya pasti kita
rohaniawan)
merasa lebih nyaman.
Mendengarkan
Menyusun
dengan minat saat
contoh dan
pasien.
memberikan rasa kompunen danhrga diri, dimana pasien telah mendengar dan meyelesaikan nya.
3. Kelemahan otot abdomen berhubungan dengan nyeri tekan pada abdomen Sasaran Hasil yang Intervensi Rasional diharapakan Menyatakan Anjurkan Agar nyeri nyeri hilang. pasien untuk tersebut meminta obat berkurang nyeri sebelum dan tidak defekasi untuk nyeri memfasilitasi mengeluarkan pengeluran feses. feses tanpa nyeri. Catat keluhan nyeri, termasuk Nyeri tidak
lokasi, lamanya, intensitas (skala 0-10).
Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala nyeri pasien sebelum dimana dapat membantu mendiagnosa etiologi perdarahan dan terjadinya komplikasi.
Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
INFORMASI TAMBAHAN
1. Jelaskan perbedaan Kolitis Ulseratif dengan Penyakit Crohn ! 2. Jelaskan tentang sindrom Malasorbsi ! KLARIFIKASI INFORMASI PENTING 1. Perbedaan Kolitis Ulseratif dan Penyakit Crohn Gambaran Karakteristik
Kolitis Ulseratif
Penyakit Crohn
Bagian usus yang terserang
Mukosa dan submukosa
Transmural
Respon
peradangan Jarang
Sering
granulomatosa Mengenai rectum
95%
50%
Mengenai usus halus
Biasanya normal
80%
Mengenai kolon kanan
Kadang-kadang terkena
Sering terkena
Penyebaran lesi
Menyeluruh sampai rektum
Lesi ―melompat‖ diskontinu
Massa peradangan
Jarang
Biasanya teraba
Diare
Sering
Sering
Perdarahan rectum
Sering, terus menerus
Jarang
Fistula interna
Jarang
Sering
Abses ani
Jarang
Sering
Fisula dan fistula anorektal
Jarang
Sering
Mukosa tampak seperti batu Jarang (pseudopolip, granular, Sering koral (cobblestone)
kasar)
Megakolon toksik
Kadang-kadang
Jarang
Potensi menjadi ganas
Tinggi setelah 10 tahun
Rendah
Manifestasi
Kadang-kadang
Lebih jarang daripada colitis
ekstragastrointestinal (missal,
ulseratif
arthritis,keterlibatan mata dan kulit, dsb) Striktur
Kadang-kadang, ringan
Sering
Jari tabuh
Jarang
Sering
Frekuensi relative
Tiga hingga empat kali lebih Sering sering
daripada
penyakit
Crohn Bersifat familiar dan terkait
Ya
Ya
Autoantibody
Sering
Tidak ditemukan
2. Sindrom Malasorbsi
Sindrom malabsorpsi adalah suatu kondisi di mana nutrisi termasuk karbohidrat, protein, lemak, air, elektrolit, mineral, dan vitamin yang tidak efektif diserap oleh mukosa usus, mengakibatkan ekskresi pada tinja. Sindrom malabsorpsi disebabkan oleh berbagai gangguan usus. Penyakit usus kecil sering disertai dengan malabsorpsi. Selain itu, medis dan pembedahan dapat mengakibatkan malabsorpsi jika mempengaruhi pencernaan atau mukosa usus. Penyakit
utama dari mukosa usus kecil, seperti sariawan usus, enteritis regional (penyakit Crohns), dan infeksi akut dapat menyebabkan malabsorpsi. Mungkin juga hasil dari maldigesti, suatu situasi di mana chyme tidak adekuat untuk mengabsorpsi. Terlepas dari penyebabnya, sindroma malabsorpsi dicirikan oleh manifestasi umum akibat gangguan penyerapan nutrisi chyme. Dominan lokal atau manifestasi gastrointestinal termasuk anoreksia; perut kembung, diare dengankehilangan, besar, tinja berbau busuk dan steatorrhea (lemak tinja). Penurunan berat badan, kelemahan, malaise umum, kejang otot, nyeri tulang, perdarahan, dan anemia sering terjadi manifestasi sistemik malabsorpsi. Manifestasi ini adalah hasil dari malnutrisi dan kehilangan cairan akibat penyerapan yang buruk. Klasifikasi malabsorbsi terjadi karena: a.
Biokimia atau defisiensi enzim
b.
Proliferasi bakteri
c.
Perpecahan mukosa usus kecil
d.
Gangguan limfatik dan sirkulasi vaskuler
e.
Kehilangan area permukaan
Tiga gangguan malabsorpsi umum pada orang dewasa adalah sariawan, laktosa intoleransi, dan sindrom usus pendek. Intoleransi laktosa adalah kelainan malabsorbsi yang paling umum, diikuti oleh peradangan usus, nontropical (celiac), sariawan tropikal, da n cystic fibrosis.
LAPORAN DISKUSI
Pertemuan I: Selasa, 3 Agustus 2013 membahas klarifikasi kata kunci, tpik tree, pertanyaan penting Pertemuan II: Rabu, 4 Agustus 2013 membahas jawaban penting, informasi tambahan, dan klarifikasi informasi tambahan Pertemuan III: Kamis, 5 Agustus 2013 tutorial mandiri
DAFTAR PUSTAKA
Suratun & Lusianah. 2010. Asuhan Keperawatn Klien Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media. Sylvia & Lorrane. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Volume 1 Edisi 6. Jakarta: EGC. Wilkinson, Judith.M, 2011, Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC, Edisi 9, EGC, Jakarta. Arif & Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.