MAKALAH PRAKTIKUM VERTEBRATA TAKSIDERMI TAKSIDERMI DAN PEMBUATAN JEJAK MAMALIA
Untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah taksonomi vertebrata
Disusun oleh : Bebeto Romario Hutabarat 140410140076
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN AN ALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN 2016
BAB I ISI
1.1 Taksidermi Burung
Taksidermi berasal dari bahasa Yunani yang artinya “penataan kulit” (Purnomo, 2009). Taksidermi merupakan istilah pengawetan untuk hewan pada umumnya, vertebrata pada khususnya, dan biasanya dilakukan terhadap hewan yang berukuran relatif besar dan hewan yang dapat dikuliti. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Emda (2011), taksidermi merupakan proses pengolahan kulit hewan yang dibentuk kembali sesuai dengan aslinya setelah dikeringkan dan isi tubuhnya diisi dengan benda lain. Organ dalam dikeluarkan dan kemudian dibentuk kembali seperti bentuk asli ketika hewan tersebut hidup (dikuliti, hanya bagian kulit yang tersisa) (Purnomo, 2009). Dengan kata lain taksidermi merupakan pengetahuan tentang skinning (pengulitan), preserving (pengawetan kulit), stuffing (pembentukan), dan mounting/opzet /pajangan (penyimpanan sesuai kondisi waktu hidup) (Suyitno, 2010). Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui macam-macam koleksi, mengetahui macam-macam pengawetan, dan mengetahui tata kerja pengawetan spesimen (khususnya taksidermi). Taksidermi dapat berfungsi sebagai media dalam pembelajaran biologi untuk mengamati spesimen secara praktis tanpa harus mencari bahan segar baru, memenuhi kebutuhan pada masa yang akan datang dalam membantu perkembangan ilmu, membantu pengadaan alat peraga dan koleksi, dan juga sebagai hiasan. Keunggulan
taksidermi sebagai media
pembelajaran biologi adalah keasliannya karena terbuat dari hewan asli dan tidak membahayakan bagi mahasiswa. Sedangkan kelemahannya adalah hanya morfologi hewan saja yang bias diamati melalui taksidermi. Taksidermi dapat dilakukan pada semua spesies vertebrata dari hewan, termasuk mamalia, ikan, burung, amfibi, dan reptil. Orang yang mereproduksi dan ahli mengisi kulit hewan disebut taxidermist. Para taxidermist dapat berlatih secara profesional untuk
museum atau sebagai bisnis untuk kebutuhan para pemburu dan nelayan, atau sebagai amatir karena pemburu dan nelayan harus mengerti tentang anatomi, patung, lukisan, dan penyamakan (Purnomo, 2009). Dalam praktikum taksidermi ini digunakan spesies burung merpati (Columba livia). Burung merpati merupakan hewan vertebrata dari kelas Aves yang memiliki ciri dapat terbang dan satu-satunya kelas dari vertebrata yang memiliki bulu (Suyitno, 2010). Langkah pertama yang dilakukan untuk mengawetan Columba livia dengan cara taksidermi yaitu terlebih dahulu memerhatikan ukuran Columba livia. Hal ini dikarenakan semakin kecil ukuran spesies maka akan semakin kecil pula rangka dalamnya. Oleh karena itu dipilih Columba livia dengan ukuran besar sehingga dapat mempermudah proses pembentukan kembali ( stuffing ) (Suyitno, 2010). Setelah itu dilakukan dislokasi pada merpati hingga mati, lalu diletakan secara merentang pada baki bedah, diukur panjang badan dari ujung paruh hingga ujung bulu ekor, sebagai referensi dalam pengisian burung. Dilenturkan tubuh burung dan digerakan semua ekstremitas, untuk melepaskan lekatan kulit dan membebaskan otot-otot yang kaku akibat kematian, direntangkan sayap dan dipatahkan tulang humerus pada bagian tengah dikedua sayapnya. Hal ini untuk memudahkan pada saat pelepasan sayap dari otot sayap pada saat pengulitan (Suyitno, 2010). Selanjutnya paruh burung ditutup dengan cara memasukkan gumpalan kapas kecil kedalam rongga mulut, untuk mencegah keluarnya cairan tubuh sehingga tidak merusak dan mengotori bagian muka burung. Kemudian burung dibedah bagian perutnya menggunakan gunting bedah dan scalpel, daging dan lemak dibersihkan. Tinggalkan kranium, tulang rahang, dan tengkorak secara keseluruhan. Lalu keluarkan semua otot dan jaringan halus dari tempurung kepala dan isi semua rongga dengan kapas. Cincin mata harus tetap utuh karena cincin mata merupakan salah satu ciri pembeda setiap burung. Pada saat pembedahan, diusahakan agar tidak mengenai pembuluh darah, namun bila mengenai pembuluh darah dapat ditaburi dengan tepung maizena untuk mencegah keluarnya darah terus menerus. Setelah itu, kapas digulungkan ke batang kayu membentuk badan
kapas, lalu dimasukkan ke bagian perut yang sudah tidak ada isinya lalu dijahit. Bentuk dan ukuran badan kapas harus sesuai dengan isi perut yang sebenarnya. Bulu dan kulit kepala dirapihkan dan diatur menjadi terlihat seperti alami untuk selanjutnya dibungkus dan dikeringkan. Tubuh dibungkus dengan gulungan kain perban membentuk “korset”, dan tancapkan pada papan mounting untuk dikeringkan. Sebelum dibungkus, diberi label identitas burung pada bagian tungkai. Pengeringan spesimen tidak boleh dioven dan dipanaskan dengan panas matahari. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan cara dibiarkan pada suhu ruangan (Lawrence, 1964). 1.2 Cara Pembuatan Jejak kaki
Survey jejak kaki berarti jejak kaki yg ditinggalkan hewan darat di atas tanah atau pasir sebagai sampel. Tujuannya dari praktikum ini adalah untuk mengetahui macam-macam jejak, mengetahui tata kerja koleksi jejak mamalia, mengetahui tata kerja identifikasi spesimen jejak. Dalam kasus dimana metode survey lain tidak memungkinkan, survey jejak kaki memiliki manfaat untuk membuktikan bahwa hewan ada di satu tempat. Biasanya hanya dapat digunakan untuk mengetahui jika hewan ada atau tidak di dalam suatu kawasan. Umumnya, metode survey jejak kaki merupakan metode yang tidak cocok untuk estimasi kepadatan hewan karena dapat bervariasi tergantung kondisi tanah, musim dan faktor-faktor lain. Biasanya survey jejak kaki cocok untuk sebagian mamalia dengan badan besar karena jejak kaki kebanyakan mamalia kecil mirip sekali dan dapat sangat bervariasi tergantung kondisi. Tapi jika bisa membandingkan plaster cast , sket, atau foto jejak kaki mamalia kecil dengan spesimen di museum atau hewan yg ditangakap, jejak kaki juga bisa dipakai untuk mamalia kecil (Marshall, 2015). Plaster cast merupakan salah satu cara inventarisasi, yaitu dengan cara penghitungan jejak kaki/track . Biasa ditemukan di tepi-tepi sungai, tempat berkubang atau tempat biasanya mereka minum. Pembuatan jejak pada hewan terdiri atas dua jenis yaitu jejak positif dan jejak negatif. 1.
Cara pembuatan jejak negatif yaitu:
Mula-mula jejak hewan dijajarkan di atas meja. Disiapkan adonan plastercast sekucupnya. Untuk membuat plaster cast yaitu dituangkan bubuk gypsum 1000 gram ke dalam wadah yang cukup besar. Lalu ditambahkan 300-500 gram semen putih yang berisi gypsum 400 gram. Adonan plaster cast diaduk sampai rata kemudian dituangkan pada bak preparat dan disebarkan sampai rata permukaannya. Adonan dibiarkan sebentar sampai agak mengeras. Jejak kaki negatif diambil dan ditekankan pada adonan sampai masuk lalu dibiarkan beberapa detik. Setelah itu, negatif jejak diangkat dari adonan. Kemudian adonan plaster cast dibiarkan sampai mengeras. Setelah mengeras, cetakan jejak kaki plaster cast dibersihkan, diperhatikan bentuknya, dan diukur panjang serta lebar jejak tersebut. 2.
Cara pembuatan negatif jejak kaki hewan Bak preparat disimpan di atas meja, diisi bak preparat dengan tanah liat
sampai penuh dan diratakan permukaannya. Negatif jejak kaki hewan disimpan di atas meja, tekankan negatif jejak kaki hewan ke tanah liat. Negatif jejak kaki hewan keluarkan dari tanah liat, adonan plaster cast disiapkan secukupnya. Cara pembuatan plaster cast yaitu dituangkan bubuk gypsum 1000 gram ke dalam wadah, lalu ditambahkan 250 gram bubuk semen putih ke dalam wadah yang sudah berisi gypsum. Di aduk sampai merata, lalu ditambahkan 500 ml air dan diaduk lagi sampai merata. Selanjutnya, cetakan jejak kaki hewan pada tanah liat dibersihkan dengan kuas, lalu adonan plaster cast dituangkan pada cetakan sampai penuh dan dibiarkan sampai mengeras. Setelah cetakan mengeras, negatif jejak kaki dikeluarkan dari cetakan dan dibersihkan menggunakan kuas (Marshall, 2015).
DAFTAR PUSTAKA
Emda, Amna. 2011. PEMANFAATAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI SEKOLAH. Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA Agustus 2011 VOL. XII NO. 1, 149-162. download.portalgaruda.org (diakses 12 Mei 2016 Pukul 14.12). Marshall,Andrew. 2015. Survei Jejak Kaki Mamalia. Taman Nasional Gunung Palu. Purnomo,B. 2009. Penuntun Praktikum Daslintan. Ps agroekotek . Bengkulu: Faperta Unib. Suyitno. 2010. Penyiapan
Spesimen
Universitas Sebelas Maret.
Awetan
Objek
Biologi. Semarang:
LAMPIRAN
1. Taksidermi -
Beberapa tahapan pembuatan
-
Contoh taksidermi lain
Taksidermi ikan
2. Hasil Pembuatan Jejak Hewan