MAKALAH Mofologi, Anatomi, Fisiologi, dan Metamorfosis pada Kodok Disusun untuk Memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Zoologi Vertebrata
Dosen: Sumiyati Sa’adah, M.Si
Disusun oleh: Yulia Hayati (1142060084) (1142060084) Kelas IV/B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2016
1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Amphibi merupakan salah satu kelas pada Filum Chordata. Amphibi diketegorikan sebagai tetrapoda yang paling rendah dan pertama kali muncul karena memiliki karakteristik lebih maju dari nenek moyang yang diduga menyerupai ikan dan hidup pada zaman Devonian. Karakteristik yang lebih maju tersebut antara lain modifikasi organ serta perkembangan anggota badan yang memungkinkannya memungkinkannya untuk beradaptasi di darat. Berbeda dengan hewan pada kelompok Cyclostomata, Chondrichtyes, dan Osteichthyes yang suhu tubuhnya dapat menyesuaikan dengan lingkungannya (poikilotermis), Amphibi merupakan hewan yang tidak dapat mengatur suhu tubuhnya sendiri sehingga untuk menyesuaikannya dengan lingkungan, memiliki kulit yang lembap dan kebiasaan berjemur. Pada makalah ini akan dibahas lebih mendalam mengenai Amphibi khususnya kodok meliputi klasifikasi, morfologi, anatomi, serta fisiologinya. 1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana karakteristik umum Amphibi? 2. Apa saja odro yang termasuk ke dalam Kelas Amphibi? 3. Bagaimana morfologi, anatomi, dan fisiologi pada kodok? 4. Bagaimana metamorfosis yang terjadi pada kodok? 1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui karakteristik umum hewan pada Kelas Amphibi. 2. Untuk mengetahui macam-macam ordo yang termasuk ke dalam Kelas Amphibi. 3. Untuk mengetahui morfologi, anatomi, dan fisiologi pada kodok. 4. Untuk mengetahui metamorfosis yang terjadi pada kodok.
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1. Kelas Amphibi
Nama Amphibi berasal dari bahasa Yunani yaitu amphi artinya amphi artinya dua dan bios artinya hidup, mengacu pada tahap-tahap kehidupan dari banyak spesies katak yang awalnya hidup di air kemudian di daratan. Sebagian besar anggota spesiesnya hidup di darat pada sebagian masa hidupnya dan hidup di air pada sebagian masa hidup yang lain. Akan tetapi, terlepas dari namanya, banyak amphibi yang tidak menjalani kehidupan ganda aquatik dan terestrial. Ada beberapa kodok, salamander, dan sesilia yang sepenuhnya aquatik atau sepenuhnya terestrial. Sebagian besar bermetamorfosis dari air, bernapas dengan insang dan ketika dewasa bernapas dengan paru-paru, namun beberapa jenis Amphibi tetap memiliki insang selama hidupnya. Amphibi memiliki karakteristik khusus antara lain kulit halus, lembap, tipis, dan tersebar dengan banyak pembuluh darah. Meskipun dari kulitnya yang tipis memungkinkannya untuk banyak kehilangan air tetapi hal tersebut berguna untuk respirasi. Amphibi tidak memiliki telinga luar, akan tetapi dapat mendengar suara melalui membran timpani. Telinga bagian tengah terdiri dari stapes yang merupakan tempat melekatnya membran timpani. Stapes berkembang dari bagian atas lengkungan kedua pada insang dan columella yang berhubungan dengan saraf auditori. Gelombang suara yang merambat melalui udara akan menuju membran timpani atau gendang telinga yang mentransferkan gelombang suara pada lubang telinga pada bagian tengah dan dalam. Otak terdiri dari empat bagian dengan 10 pasang saraf cranial. Pada tahap awal larva, semua Amphibi memiliki sejumlah berkas saraf seperti pada ikan, namun setelah mengalami metamorfosis, katak dan salamander hanya memiliki 1 berkas saraf seperti pada Reptilia. Tengkorak Amphibi berstruktur sederhana memiliki lebih sedikit tulang dibandingkan dengan ikan, tetapi otot anggota badan 3
Amphibi lebih kompleks dibandingkan dengan otot sirip lateral ikan. Amphibi memiliki kelamin yang terpisah. 2.2. Klasifikasi
Kelas Amphibi diwakili oleh sekitar 6.150 spesies salamander (Ordo Urodela’yang berekor’), katak (Ordo Anura’yang tak berekor’) dan sesilia (Ordo Apoda’yang tak berkaki’). berkaki’) . a. Ordo Urodela (Caudata)
Gambar 1. Salamander Sumber: Stephen Nowicki. 2008
Hanya terdapat sekitar 550 spesies Urodela, habitatnya di daerah yang beiklim tropis dan memakan inverterbrata berukuran kecil. Sebagian besar salamander yang hidup di daratan berjalan dengan tubuh yang meliuk-liuk ke kiri dan ke kanan, merupakan ciri yang diwarisi dari te trapoda darat awal. Salamander memiliki pemisahan kepala dan leher, badan yang memanjang dan berbentuk silindris atau pipih secara drosoventral dan ekor yang panjang. Skeleton pada salamander terdiri dari banyak ban yak ruas tulang belakang. Salamander terestrial meletakan telurnya di bagian yang dangkal dari tanah atau di bawah batang kayu. Mereka melakukan perkembangan langsung dari telur yang dierami dan menyerupai salamander dewasa yang disebut pedomorfosis. pedomorfosis. Beberapa spesies salamander seperti axolotl mengalami masa juvenil pada pertumbuhannya dengan mempertahankan sifat-sifat larva bahkan ketika ia telah matang secara seksual. Oleh karena itu, larva dan bentuk dewasa memiliki persamaan tidak seperti metamorfosis pada kodok. Axolotl menghabiskan masa hidupnya dalam bentuk larva dan insangnya masih ada sampai dewasa. Insang tersebut berada disamping kepalanya sehingga nampak
4
seperti tanduk. Akan tetapi jika habitatnya di perairan mengalami kekeringan, mereka akan bermetamorfosis ke bentuk darat. Bentuk darat mirip dengan bentuk larvanya dengan insang yang menghilang, ekor lebih kompres, dan mata yang nampak menonjol. Beberapa spesiesnya tidak memiliki paru-paru sehingga pertukaran gasnya melalui kulit dan mulutnya. Di darat, salamander berburu makanan dengan menjulurkan lidahnya yang lengket pada yang dimangsanya dan menariknya kembali ke dalam mulutnya. Beberapa jenis salamander tertentu memiliki kemampuan beregenerasi.
Gambar 2. Paedomorphosis pada salamander, axolotl ( Ambystoma Ambystoma mexicanum mexicanum ) Sumber: flofagriya.wordpres.com
Salamander melakukan fertilisasi internal. Pada salamander perairan, telur yang sudah dibuahi ditempatkan di air dan berubah menjadi larva yang berenang bebas. Larva salamander bernafas dengan insang dan memiliki sirip yang menyerupai ekor. Larva dan salamander dewasa merupakan karnivora yang meakan insekta, cacing, dan siput. b. Ordo Annura (Salientia)
Gambar 3. Kodok Sumber: wakoranews.blogspot.com
Sekitar 3.450 merupakan kodok yang termaju dan te rkenal dengan kulitnya yang kering dan memiliki kaki yang lebih terspesialisasi untuk bergerak di daratan daripada Urodela. Kebanyakan dari masa hidupnya dihabiskan di darat.
5
Kodok hidup di daerah tropis yang mereka aktif hanya saat musim panas dan berhibernasi di bawah permukaan tanah atau di salju. Katak dewasa memiliki kepala yang berfusi dengan badan dan ekor yang menghilang. c. Ordo Apoda (Gymnophiona)
Gambar 4. Sesilia Sumber: Stephen Nowicky, 2008
Apoda atau sesilia (sekitar 170 spesies) memiliki mata yang tidak terdiferensiasi bahkan tidak ada. Bentuk tubuhnya seperti cacing tetapi memiliki rahang dengan gigi dan tidak berkaki. Sesilia termasuk hewan karnivora yang memakan insekta dan cacing. Ketiadaan kaki merupakan adaptasi kedua, saat mereka berevolusi dari nenek moyang yang berkaki. Selain itu, memiliki kulit scales scales (berasal dari mesodermal) yang menempel pada kulit. Sesilia berkembang biak dengan cara ovipar atau ovovivipar serta melakukan fertilisasi internal. Saat terjadi perkawinan, jantan menyalurkan spermanya langsung kepada betina. Sesilia menghuni daerah tropis, sebagian besar spesiesnya meliang di dalam tanah hutan yang lembap. 2.3. Morfologi, Anatomi Anatomi dan Fisiologi pada Kodok a. Morfologi
Kepala kodok melekat dengan badan, terdapat 2 pasang anggota gerak, tidak memiliki leher dan ekor. Seluruh bagian tubuh ditutupi kulit yang licin dan lembab. Pada bagian kepala terdapat mulut yang lebar, dua lubang hidung di dekat moncong, dua mata berbentuk bulat dan besar, pada setiap mata dilengkapi dengan kelopak mata atas dan bawah. Di bangian dalamnya terdapat kelopak ketiga yang disebut membran nictitan yang transparan dan dapat bergerak menutupi seluruh bola mata sehingga dapat menjaga kelembaban mata dan melindunginya jika berada di dalam air.
6
Gambar 5. Struktur mata pada kodok Sumber: Hickman, Sumber: Hickman, 2006 2006
Anggota tubuh bagian depan berukuran pendek terdiri dari lengan, siku, pergelangan, dan telapak tangan. Telapak tangan terdiri dari 4 jari dan 1 ibu jari yang vestigial. Setiap kaki terdiri dari paha, lutut, dan pergelangan kaki yang dilengkapi 5 jari saling terhubung dengan selaput khususnya pada katak air. Beberapa kodok mempunyai warna yang mencolok yang mensekresikan racun
dari
kelenjar
pada
kulitnya.
Kelenjar-kelenjar
kulitnya
juga
menyekresikan mukus yang berbau tidak sedap bahkan berbisa. Banyak spesies beracun memiliki warna cerah yang tampaknya disesuaikan dengan bahaya dari para predator. Katak-katak yang lain memiliki pola-pola warna yang dapat menyamarkan mereka. Kulit Amphibi khususnya katak memiliki warna yang bermacam-macam karena pada kulitnya terdapat pigmen disebut kromatofora. Kromatofora terletak di bagian atas dari percabangan sel yang memiliki pigmen yang terkonsentrasi di bagian tengahnya atau terperangkap di seluruh sel. Pada kodok maupun katak, tidak ada otot yang terlibat dalam perubahan pigmen, sehingga tidak mampu merubah warna kulitnya seperti pada cumi-cumi. Pada kondisi tertentu, pigmen menjalar menuju percabangan dari sel sehingga secara keseluruhan dapat mewarnai kulitnya. Kulit kodok juga mampu menghasilkan hormon insulin.
7
Gambar 6. Anatomi kulit kodok
Gambar 7. Pigmen kromatofora (A) menjalar. (B) terkonsentrasi di bagian tengah Sumber: Hickman, Sumber: Hickman, 2006 2006
b. Anatomi dan Fisiologi
1)
Sistem Pencernaan Kodok menangkap serangga dan mangsa yang lain dengan menjulurkan
lidahnya yang panjang dan legket yang melekat ke bagian depan mulut. Sistem pencernaan pada katak dewasa relatif pendek, sebagai ciri dari kebanyakan karnivora. Mulutnya lebar dengan gigi kecil pada kedua rahangnya. Gigi runcing pada rahang bagian atas dan gigi vomer pada langit-langit mulut. Lidah bifurcate (menggarpu rangkap) pada bagian ujungnya. Esofagus terhubung ke lambung yang terdiri dari bagian kardiak, fundus, dan pilorus. Pilorus mengatur perpindahan makanan menuju usus halus. Usus besar terdapat di bagian bawah pelvic dari kloaka sebagai saluran akhir pada sistem pencernaan dan juga merupakan tempat menampung urine dari ginjal dan produk dari sistem reproduksi. Hati merupakan kelenjar terlebar di tubuhnya dan mensekesikan bilirubin yang disimpan oleh empedu. Pankreas memiliki ukuran yang lecil dan inconspicuous tersembunyi diantara lambung dan duodenum. Hati dan pankreas terhubung ke duodenum duodenum dan terdapat pula kantung empedu. empedu. Fase larva (berudu) dari kodok yang memakan alga dan tumbuhan lainnya mencerna makanannya dengan waktu yang lebih lama. Ketika mereka makan, makanan harus dikonsumsi untuk difermentasi sebelum produknya dapat diserap.
8
2)
Sistem Respirasi Amphibi bernapas melalui kulit dan paru-paru (meskipun beberapa
amphibi tidak memiliki paru-paru dan melakukan melakukan pertukaran gas melalui kulit). Respirasi melalui kulit merupakan hal terpenting bagi katak pada musim panas ketika bersembunyi di bawah kayu. Keadaaan yang demikian membuatnya tidak melakukan pernafasan melalui paru-paru akan tetapi mendapatkan suplay oksigen tambahan melalui kulitnya. Beberapa respirasi terjadi melalui rongga mulut. Oksigen dari luar akan masuk menuju dua nostril yang langsung terhubung ke rongga mulutnya kemudian bronkus, laring, glotis, faring, dan berakhir di paru-paru. Kodok tidak memliki diafragma sehingga untuk menghirup udara kedalam mulut dilakukan dengan cara mengatur rongga mulutnya dan untuk mengatur faring dan laring dibantu oleh glottis. oleh glottis.
Gambar 8. Mekanisme pernafasan pada kodok. (A) Bagian dasar mulut turun, udara dihirup melalui nostril. (B) Nostril menutup dan glotis membuka, kodok memasukkan udara ke dalam paru-paru dengan menaikkan bagian dasar mulut. (C) Gglotis menutup, rongga mulut akan mengeluarkan suara dan membuka beberapa saat. (D) Udara di paru-paru akan keluar dengan kontraksi otot di dinding tubuh dan dengan menyusutnya paru-paru. Sumber: Hickman, Sumber: Hickman, 2006 2006
3)
Sistem Peredaran Darah
Gambar 9. Gambar 9.
Organ pernafasan pada kodok Sumber: Hickman, Sumber: Hickman, 2006 2006
9
Perubahan dari bernapas dengan insang menuju bernapas dengan paru paru saat kodok berevolusi mengharuskannya untuk merubah sistem peredaran
darahnya.
menghilangkan
insang
Perubahan yang
tersebut
merupakan
dilakukan komponen
dengan utama
cara untuk
mengedarkan darah. Tetapi muncul dua masalah yaitu pertama untuk menyediakan pembuluh darah ke paru-paru. Hal ini dilakukan dengan mengubah percabangan terakhir dari lengkungan aorta menuju arteri pulmonalis. Pembuluh darah paru baru kemudian dikembangkan untuk kembalinya darah beroksigen ke jantung. Masalah kedua yaitu untuk memisahkan aliran darah di seluruh tubuh sehingga darah yang kaya oksigen dari paru-paru akan diedarkan ke tubuh dan darah yang miskin oksigen dari tubuh menuju paru-paru. Hal tersebut dapat dicapai dengan sekat pada jantung ketika pemompaan ganda dengan masing-masing bagian melayani setiap jalur peredaran darah. Dengan cara demikian, peredaran darah ganda yang menuju paru-paru dan seluruh tubuh dapat dilakukan. Semua Amphibi memiliki tiga ruang jantung yaitu 2 atrium dan 1 ventrikel, darah yang kaya oksigen bercampur dengan darah yang kekurangan oksigen di ventrikel. Sinus venosus dilewati darah ketika menuju atrium kanan. Darah meninggalkan ventrikel melalui trucus arterious arterious dengan percabangan menuju paru-paru dan terbagi lagi menjadi tiga cabang yaitu carotid, systemic, dan pulmocutaneous pulmocutaneous (dari anterior ke posterior).
Gambar 10. Anatomi jantung kodok Sumber: Hickman, Sumber: Hickman, 2006 2006
10
4)
Sistem Ekskresi Ginjal kodok berwarna merah kecoklatan yang terletak di kanan dan
kiri tulang belakang, berada dekat dengan dinding tubuh bagian dorsal serta dipisahkan dari rongga tubuh dengan peritoneum tipis. Ginjalnya bertipe mesonephros mesonephros dan saluran ginjal yang disebut mesonephric ducts (saluran mesonephros) yang dihubungkan dengan ureter di vesika urinaria (kandung urinaria (kandung kemih) dan berakhir di kloaka. Ketika mengempis, kandung kemih terlihat seperti massa yang lunak tersusun dari jaringan tipis dan bermuara di kloaka.
Gambar 11. Anatomi ginjal (kidney ( kidney)) kodok Sumber: sites.google.com
Saat mengalami metamorfosis, amphibi mengubah produk ekskresi dari amonia menjadi urea. Ginjal tersebut berperan dalam membersihkan sisa metabolisme melalui pemisahan urin dari darah juga dibantu oleh paru-paru dan kulit yang keduanya mengatur keseimbangan air di dalam tubuh. Kodok menyesuaikan dirinya terhadap kandungan air sesuai dengan lingkungan dengan cara mengatur laju filtrasi yang dilakukan oleh glomerulus, sistem portal renal berfungsi untuk membuang bahan-bahan bahan-ba han yang diserap kembali oleh tubuh selama masa aliran darah melalui glomerulus dibatasi. Kandung kemih digunakan untuk konservasi air. Apabila sedang berada di dalam air, kandung kemih terisi urine yang encer dan pada saat berada di darat, air diserap kembali ke dalam darah menggantikan air yang hilang melalui evaporasi kulit dengan dikendalikan oleh hormon ADH ( Antidiuretic ( Antidiuretic Hormone). Hormone).
11
5)
Sistem Reproduksi
Gambar . Organ reproduksi kodok (A) Jantan. (B) Betina Gambar 12. Organ reproduksi (A) Jantan (B) Betina. Sumber: Hickman, Sumber: Hickman, 2006 2006
Kodok
betina
memiliki
dua
ovarium
di
bagian
ventral
dari
mesonephros. Ovum yang telah matang keluar menuju ceolom, muncul dari kedua oviduct dan disalurkan menuju kloaka. Ovarium berdampingan dengan mesenteris pada dinding bagian dorsal rongga tubuh. Ovdiuct yang melilit
melebar
di
bagian
dorsal
dari
paru-paru
menuju
corong
(infundibulum) infundibulum) dan ke bagian posterior menuju uterus serta kloaka. Telur yang
dilepaskan
dari
ovarium
menuju
selom.
Selubung
gelatin
menyelubungi telur pada oviduct. Pada kodok Rana sp., sp., oviduct vestigial berada sejajar dengan saluran mesonephric. Kodok jantan memiliki testis kecil yang berada pada bagian ventral di setiap ginjal. Sperma disalurkan dari testis ke dalam saluran ginjal dan dibawa oleh saluran mesonephric mesonephric meluju kloaka. Saluran mesonephric menyediakan jalan bagi saluran genital. Fertilisasi berlangsung secara eksternal, dengan cara clasping (katak jantan menaiki tubuh katak betina dan mengeluarkan sperma ketika telur dilepaskan). Jantan memegang erat betina dan menumpahkan spermanya di atas telur-telur yang sedang dikelurkan oleh betina. Kodok biasanya bertelur di dalam air atau di lingkungan darat yang lambap. Telur tidak memiliki cangkang dan cepat mengering jika disimpan diudara kering. Beberapa spesies kodok bertelur dalam jumlah yang sangat banyak dikolam sementara dan mortalitas telurnya tinggi. Sebaliknya spesies yang 12
bertelur dalam jumlah yang relatif sedikit dan menunjukkan berbagai macam pengasuh anak, bergantung pada spesies jantan atau betina mungkin membawa telur-telurnya di punggung, di dalam mulut, atau bahkan di dalam lambung.
Gambar 13. Larva yang dibawa di tubuh induk betinanya (A) di kantung dorsal (B) di punggung (C) di kulit (D) di mulut. Sumber: Hickman, Sumber: Hickman, 2006 2006
Katak-katak pohon pohon di daerah tropis tertentu, mengaduk-aduk massa telurnya menjadi jaring-jaring berbuih yang tahan terhadap kekeringan. Ada pula spesies ovovivipar dan vivipar yang menyimpan telur-telurnya di dalam saluran reproduksi betina, tempat embrio berkembang tanpa mengalami kekeringan. Pada musim kawin,katak biasanya diam namun jantan pada kebanyakan spesies bersuara untuk menarik perhatian betina. Pada beberapa spesies, migrasi ke tempat perbiakan tertentu mungkin melibatkan komunikasi suara, navigasi selestial, atau sinyal kimiawi. 6)
Sistem Rangka
Gambar 14. Sistem rangka pada kodok Sumber: www.pinterest.com
13
Pada
Amphibia,
berkembang
tulang
sebagai
kerangka
untuk
menempelnya otot, bergerak, dan melindungi organ dalam serta saraf. Perpindahan meuju daratan menunjukkan perubahan dari sirip untuk mendayung menjadi kaki untuk melompat. Perubahan tersebut terlihat jelas pada kodok ketika otot rangkanya terspesifikasi untuk melompat dan berenang dengan melakukan extensor pada anggota an ggota gerak bagian belakang. Kodok juga tidak dapat berpindah terlalu jauh dengan gerakan seperti ikan, akibatnya kolum vertebra tidak fleksibel. Kodok tidak memiliki tulang rusuk, tulang ekor bagian ujung yang biasanya berkembang menjadi ekor berfusi menjadi satu bagian. Sistem skeletal pada larva seluruhnya terdiri dari kartilago yang kemudian berubah menjadi tulang sejati. Sejumlah kartilago tetap ada sampai katak dewasa yaitu pada bagian ujung tulang kaki yan membentuk sendi dan di berapa bagian tengkorak. Tengorak, kolom vertebra, dan sternum tersusun atas skeleton axial sedangkan anggota badan tersusun dari skeleton apendicular. Tengkorak yang lebar meliputi (1) cranium yang membungkus otak, (2) pasangan kapsul sensori di hidung dan telinga, rongga yang besar untuk mata, dan (3) rahang hyoid, da laring yang berkartilago (skeleton vsceral). Cranium dilindungi frontoparietal, kapsul nasal ditutup nasal cover. Setiap sisi rahang atas terdiri dari premaksila dan maksila dengan gigi dan quadratojugal, yang semuanya melekat pada cranium. Rahang bawah pada setiap sisinya terdiri atas kartilago berbentuk batang (Meckel’s) dilengkapi dengan gigi dan tulang angulosplenial. Kolom vertebra mendukung postur tubuh, terhubung ke kepala dan anggota badan dan berfungsi melindungi saraf dan tulang belakang. Tulang belakang katak terdiri dari 9 ruas, pendek, tidak terlalu fleksibel seperti kebanyakan tulang belakang pada vertebrata lain. anggota badan depan dan belakang berbeda ukurannya ukurannya teta memiliki struktur serupa.
14
Kerangka axial terdiri dari tengkorak, vertebral, dan tulang dada. Kerangka apendikular terdiri dari pectoral dan pelvic girdles,tungkai bagian depan dan tungkai bagian belakang. 7)
Sistem otot Tubuh katak dan vertebrata lainnya terdiri dari 3 jenis otot yaitu otot
polos, otot lurik, dan otot jantung. Ketiga jenis otot tersebut memiliki perbedaan struktur dan fisiologi. Sistem otot eksternal terdiri dari otot sadar sada r yang melekat pada tulang dan berperan dalam proses gerak dan berpindahnya tubuh. Otot sadar merupakan otot yang bekerja dibawah kesadaran, tersusun oleh sel otot lurik yang disatukan leh jaringan konektif. Setiap ujung serabut ototnya melekat pada tulang dengan bantuan jaringan ikat. Otot berperan dengan melakukan kontraksi sehingga dua baian yang dihubungkan otot tersebut dapat saling mendekat. Sejumlah otot bekerja secara berlawanan. Otot sadar terdiri atas 3 bentuk (1) lapisan otot yang tipis, contoh dinding abdomen (2) otot memanjang seperti pita, contoh (bisep dan deltoid) dan (3) sfingter dengan serat yang tersusun melingkar, contoh di anus. Pada beberapa jenis gerak sejumlah otot bekerja secara bersamaan. Untuk itu terdapat koordinasi yang diatur sistem saraf. Pada setiap serabut atau berkas otot terdapat ujung saraf motorik yang melewatkan impuls untuk merangsang kontraksi. 8)
Metamorfosis Metamorfosis adalah perubahan bentuk, habitat, dan mengakibatkan
perubahan yang sangat besar pada bentuk tubuh, fisiologi, dan kebiasaan hewan. Telur yang ditetaskan tumbuh menjadi berudu yang bernapas dengan insang. Berudu merupakan bentuk embrio yang hidup secara bebas dan bersifat aquatis. Sebagian besar makan dari substansi yang terdapat di lingkungan dan sebagian memakan cadangan makanan yang disediakan oleh kuning telur. Umumnya berudu mempunyai pirigan yang mengelilingi mulutnya berupa cakram, bagian pinggirnya dikelilingi papila yang kemungkinan
15
berfungsi untuk kemosensori, tactile, dan mendeteksi arus air. Sebagai pengganti gigi, larva umumnya memiliki paruh yang berfungsi untuk mengambil
makanan
berupa
partikel
tumbuhan
atau
alga.
Saat
bermetamorfosis, berudu mengalami berbagai perubahan, insang akan terabsorpsi menjadi paru-paru setelah itu muncul kaki dilengkapi rangka, otot, dan saraf.
Gambar 15. Organ reproduksi (A) Jantan (B) Betina. Sumber: www.britannica.com
Tahap-tahap metamorfosis pada kodok: a. Sel telur yang dikeluarkan oleh betina dibuahi oleh sperma yang berasal dari kodok jantan. b. Telur kodok yang telah dibuahi ditutupi dengan kapsul mirip agar-agar yang mengembang saat menyentuh air, pengembangan ini membuat volumenya membesar dan janin terlindungi. Rata-rata telur berkembang lebih cepat di suhu yang tinggi daripada di suhu yang rendah. c. Setelah menetas, berudu masih mengandalkan sisa kuning telur untuk mencukupi kebutuhan manakannya. Pada tahap ini, berudu belum sempurna dalam pembentukkan organ insang, mulut, dan ekor sehingga
16
masih sangat lemah. Selain itu memiliki sistem gurat sisi menyerupai vertebrata aquatik dan bersirip. d. Setelah 7-10 hari, perkembangan organ-organ tersebut telah sempurna dan berudu mulai aktif berenang mencari makan berupa alga karena telah terbentuk ekor dan gigi yang tipis. Berudu bernafas menggunakan insang di permukaan luar tubuhnya. e. Sekitar minggu ke 4, insang akan ditutupi oleh struktur kulit sehingga akan masuk ke dalam tubuh. t ubuh. f. Sekitar minggu ke 6 sampai 9 mulai terbentuk kaki belakang kemudian kaki depan. Selain itu terjadi pembentukkan tubuh seperti bentuk kepala dan badan. Pada periode ini kodok mulai memakan serangga mati yang masuk ke perairan dan masih m asih mengkonsumsi tumbuhan. g. Setelah minggu ke 9, berudu telah sempurna memiliki bentuk seperti kodok dengan ekor yang panjang. h. Minggu ke 12, kodok muda masih memiliki ekor tetapi sangat pendek. Pada fase ini mulai bermigrasi ke daratan disertai pergantian dari insang menjadi paru-paru. Terbentuk sepasang gendang telinga eksternal disertai hilangnya gurat sisi dan sistem pencernaan yang beradaptasi untuk memakan serangga (karnivora). i.
Minggu 12-16, kodok muda telah sempurna kehilangan ekornya dan berubah menjadi kodok dewasa. Kodok dewasa akan kembali ke perairan untuk melakukan perkawinan dan meletakan telurnya di perairan.
17
BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan
a. Amphibi memiliki karakteristik umum antara lain dapat hidup di dua alam, kulit yang tipis dan lembap, jantung beruang tiga, bermetamorfosis, fertilisasi eksternal atau internal, dan lain sebagainya. b. Amphibi terbagi atas tiga ordo meliputi Urodela (berekor) contohnya salamander, Anura (tidak berekor) contohnya kodok, dan Apoda (tidak berkaki) cotohnya sesilia. c. Kodok memiliki kepala yang berfusi dengan badan serta tidak mempunyai ekor (kecuali pada fase berudu). Respirasinya dilakukan melalui kulit dan paru-paru. Organ pencernaannya lengkap dan berakhir di kloaka sebagai saluran akhir pada sistem pencernaan dan juga merupakan tempat menampung urine dari ginjal dan produk dari sistem reproduksi. Organ ekskresinya yaitu ginjal yang bertipe mesonepros mesonepros dengan produknya berupa urea. Kodok memiliki alat kelamin terpisah dan fertilisasi eksternal, telur akan bermetamorfosis menjadi kodok dewasa dengan medium air. d. Metamorfosis kodok diawali dengan pembentukkan telur, berudu berekor dan memiliki insang luar, kemudian insang luar tertutup kulit dan masuk ke dalam tubuh. Terbentuk kaki belakang kemudian kaki depan serta pembentukkan tubuh dan kepala, kodok muda berekor panjang, kodok muda berekor pendek dan pergantian insang menjadi paru-paru. Terbentuk sepasang gendang telinga eksternal dan menghilangnya gurat sisi. Akhirnya
kodok
muda
berubah
menjadi
kodok
dewasa
disertai
menghilangnya ekor. Kodok dewasa akan kembali ke perairan untuk melakukan perkawinan dan meletakkan telurnya.
18
3.2. Saran
Sebaiknya pembaca dapat mempelajari lebih dalam mengenai Amphibi kususnya kodok dan menambah wawasan dengan membaca dari sumber lain yang relevan selain yang telah dipaparkan diatas.
19
Daftar Pustaka
Alexander, Gordon. 1951. General Zoology. Zoology . New York : Barnes & Noble,Inc. Campbell, Neil A., Dkk. 2012. Biologi 2012. Biologi jilid 2. 2. Jakarta: Erlangga. Hickman, Cleveland P. 2006. Laboratory Studies in Integrated Principles of Zoology. Zoology. New York:McGraw-Hill. Lewis, Ricki. at Al. 1997. Life 1997. Life 3ℎ ed . New York: McGraw-Hill Companies. Nowicki, Stephen. 2008. 2008. Biology Biology.. Canada: McDougal Littell. Sa’adah, Sumiyati. 2016. Materi 2016. Materi Ajar Zoologi Vertebrata. Vertebrata. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati. Raven, Peter H. et all. 2002. Biology 2002. Biology.. New York: McGraw-Hill. L Marenah, P R Flatt, D F Orr, C Shaw and Y H A Abdel-Wahab. 2006. Skin secretions of Rana saharica frogs reveal antimicrobial peptides esculentinses culentins1 and -1B and brevinins-1E and -2EC with novel insulin releasing activity. (188) J. Loman. 2009. Journal 2009. Journal of Zoology: Primary and and secondary phenology. Does it pay a frog to spawn early? Irfan
Syahputra.
2015.
Proses
Metamorfosis
Katak.
Tersedia
di:
www.kelasipa.com. (Diakses www.kelasipa.com. (Diakses 21 Mei 2016, jam 10.09 WIB)
20