KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Perawatan Post Op Fraktur” ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan guna memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah ini. Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada referensi, buku dan media massa yang berhubungan dengan persepsi &sensori yang telah membantu dalam penyusun makalah ini hingga selesai dan kami ucapkan banyak terima kasih atas pemberian tugas ini, karena kami dapat lebih memahami. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami dan para pembaca pada umumnya. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, mungkin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Malang, 14 November 2017
Penulis
Perawatan Post Op Fraktur
Page 1
DAFTAR ISI Halaman Judul (cover) Kata Pengantar ...................................................................................................................... 1 DAFTAR ISI ......................................................................................................................... 2 BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 3 1.1
Latar Belakang ............................................................................................................ 3
1.2
Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3
1.3
Tujuan ......................................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................................... 5 2.1
Definisi Fraktur .......................................................................................................... 5
2.2
Etiologi Fraktur .......................................................................................................... 5
2.3
Manifestasi Klinis Fraktur .......................................................................................... 6
2.4
Klasifikasi Fraktur ...................................................................................................... 7
2.5
Patofisiologi Fraktur ................................................................................................... 8
2.6
Pemeriksaan Diagnostik Fraktur ................................................................................ 10
2.7
Penatalaksanaan Fraktur ............................................................................................. 11
2.8
Komplikasi Fraktur ..................................................................................................... 14
2.9
Pencegahan Fraktur .................................................................................................... 15
2.10 Perawatan Post Op Fraktur .......................................................................................... 17 1. Perawatan Dalam Menanganni Nyeri (Non Farmakologi) ................................... 17 2. Perawatan Luka ..................................................................................................... 18 3. Pencegahan Injury dengan Latihan aktif dengan ROM ....................................... 19 2.11 SAP (Satuan Acara Penyuluhan) Perawatan Post Op Fraktur .................................... 25 BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 30 3.1 Kesimpulan ..................................................................................................................... 30 3.2 Saran ............................................................................................................................... 30 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 31
Perawatan Post Op Fraktur
Page 2
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas sering sekali terjadi di negara kita, khususnya di kota ini. Ratusan orang meninggal dan luka-luka tiap tahun karena peristiwa ini. Memang di negara ini, kasus kecelakaan lalu lintas sangat tinggi. Kecelakaan lalu-lintas merupakan pembunuh nomor tiga di Indonesia, setelah penyakit jantung dan stroke. Trauma yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah tulang). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya disebabkan oleh tekanan atau rudapaksa. Fraktur dibagi atas fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu menembus kulit sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur tertutup, yaitu jika fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar. Secara umum, fraktur terbuka bisa diketahui dengan melihat adanya tulang yang menusuk kulit dari dalam, biasanya disertai perdarahan. Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui dengan melihat bagian yang dicurigai mengalami pembengkakan, terdapat kelainan bentuk berupa sudut yang bisa mengarah ke samping, depan, atau belakang. Penanganan fraktur harus dilakukan dengan cepat dan tindakan tepat agar imobilisasi dilakukan sesegera mungkin karena pergerakan pada fragmen tulang dapat menyebabkan nyeri. Kerusakan jaringan lunak dan perdarahan yang berlebihan dapat menyebabkan terjadinya syok dan komplikasi neurovaskuler. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat masalah bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan fraktur femur dekstra post pemasangan open reduksi internal fiksation.
1.2
Rumusan Masalah 1. Apa definisi post op ORIF fraktur femur dekstra ? 2. Apa etiologi dari post op ORIF fraktur femur dekstra? 3. Bagaimana manifestasi klinik post op ORIF fraktur femur dekstra? 4. Apa klasifikasi post op ORIF fraktur femur dekstra? 5. Bagaimana patofisiologi dari post op ORIF fraktur femur dekstra? 6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik post op ORIF fraktur femur dekstra? 7. Bagaimana penatalaksanaan post op ORIF fraktur femur dekstra? 8. Apa komplikasi dari post op ORIF fraktur femur dekstra?
Perawatan Post Op Fraktur
Page 3
9. Bagaimana pencegahan primer,skunder dan tersier pada fraktur? 10. Bagaimana perawatan Frkaktur Post Op?
1.3
Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi post op ORIF fraktur femur dekstra ? 2. Untuk mengetahui etiologi dari post op ORIF fraktur femur dekstra? 3. Untuk mengetahui manifestasi klinik post op ORIF fraktur femur dekstra? 4. Untuk mengetahui klasifikasi post op ORIF fraktur femur dekstra? 5. Untuk mengetahui patofisiologi dari post op ORIF fraktur femur dekstra? 6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik post op ORIF fraktur femur dekstra? 7. Untuk mengetahui penatalaksanaan post op ORIF fraktur femur dekstra? 8. Untuk mengetahui komplikasi dari post op ORIF fraktur femur dekstra? 9. Untuk mengetahui pencegahan primer,skunder dan tersier pada Post Op ORIF fraktur dekstra? 10. Untuk mengetahui perawatan Frkaktur Post Op?
Perawatan Post Op Fraktur
Page 4
BAB II TINJAUAN TEORI 2.1
Definisi Fraktur adalah terputusnya kontiunitas tulang dan ditentukan sesuai dengan jenisnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stres yang lebih besar dari yang dapat di absorbsinya (Smeltzer & Bare, 2002 : 2357). Fraktur femur adalah terputusnya kontiunitas batang femur yang bisa terjadi akibat truma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian). Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok (FKUI dalam Jitowiyono, 2010 : 15). Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang rawan yang disebabkan oleh rudapaksa (trauma atau tenaga fisik). Untuk memperbaiki posisi fragmen tulang pada fraktur terbuka yang tidak dapat direposisi tapi sulit dipertahankan dan untuk memberikan hasil yang lebih baik maka perlu dilakukan tindakan operasi ORIF (Open Rreduktion wityh Internal Fixation). ORIF (Open Reduksi Internal Fiksasi),open reduksi merupakan suatu tindakan pembedahan untuk memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah / fraktur sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya.Internal fiksasi biasanya melibatkan penggunaan plat, sekrup, paku maupun suatu intramedulary (IM) untuk mempertahan kan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi. Dari beberapa definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa pengertian fraktur adalah terputusnya kontiunitas tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa atau kekerasan, bisa dalam keadaan normal atau patologis.
2.2
Etiologi 1) Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, kontraksi otot ekstrim. 2) Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu jauh. 3) Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur patologis. Fraktur patologik yaitu fraktur yang terjadi pada tulang disebabkan oleh melelehnya struktur tulang akibat proses patologik. Proses patologik dapat disebabkan oleh kurangnya zat-zat nutrisi seperti vitamin D, kaslsium, fosfor, ferum. Factor lain
Perawatan Post Op Fraktur
Page 5
yang menyebabkan proses patologik adalah akibat dari proses penyembuhan yang lambat pada penyembuhan fraktur atau dapat terjadi akibat keganasan. Menurut Oswari E, (1993) ; Penyebab Fraktur adalah : 1) Kekerasan langsung; Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring. 2) Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan. 3) Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan
2.3
Manifestasi Klinis 1) Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang. 2) Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat. 3) Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm 4) Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya. 5) Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah cedera. 6) Peningkatan temperatur local 7) Pergerakan abnormal 8) Echymosis (perdarahan subkutan yang lebar-lebar) 9) Kehilangan fungsi
Perawatan Post Op Fraktur
Page 6
2.4
Klasifikasi Penampakan fraktur dapat sangat bervariasi tetapi untuk alasan yang praktis, dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu: 1) Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan). -
Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
-
Fraktur Terbuka (Open/Compound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit.
2) Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur. -
Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.
-
Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti: 1. Hair Line Fraktur (patah retidak rambut) 2. Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang spongiosa di bawahnya. 3. Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang. 4. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma. -
Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
-
Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasi juga.
-
Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi.
-
Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.
-
Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang.
3) Berdasarkan jumlah garis patah. -
Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
Perawatan Post Op Fraktur
Page 7
-
Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
-
Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.
4) Berdasarkan pergeseran fragmen tulang. -
Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap tetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
-
Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas: 1. Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan overlapping). 2. Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut). 3. Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh). 4. Berdasarkan posisi frakur, Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian : -
1/3 proksimal
-
1/3 medial
-
1/3 distal
5) Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang. 6) Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendiri yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar trauma, yaitu: -
Tingkat 0: fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya.
-
Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
-
Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan pembengkakan.
-
Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman sindroma kompartement.
2.5
Patofisilogi Patah tulang biasanya terjadi karena benturan tubuh, jatuh atau trauma (Long, 1996: 356). Baik itu karena trauma langsung misalnya: tulang kaki terbentur bemper mobil, atau tidak langsung misalnya: seseorang yang jatuh dengan telapak tangan
Perawatan Post Op Fraktur
Page 8
menyangga. Juga bisa karena trauma akibat tarikan otot misalnya: patah tulang patela dan olekranon, karena otot trisep dan bisep mendadak berkontraksi. (Oswari, 2000: 147) Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar. Terbuka bila terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit. (Mansjoer, 2000: 346). Sewaktu tulang patah perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi peradangan biasanya timbul hebat setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darahketempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah terbentuk fibrin (hematoma fraktur) dan berfungsi sebagai jala-jala untuk melekatkan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tulang baru mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati (Corwin, 2000: 299) Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut saraf yang berkaitan dengan pembengkakanyg tidak ditangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstremitas dan mengakibatkan kerusakan saraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan jaringan, oklusi darah total dapat berakibat anoksia jaringanyg mengakibatkan rusaknya serabut saraf maupun jaringan otot. Komplikasi ini dinamakan
sindrom
kompartemen
(Brunner
&
suddarth,
2002:
2287)
Pengobatan dari fraktur tertutup dapat konservatif maupuan operatif. Terapi konservatif meliputi proteksi dengan mitela atau bidai. Sedangkan terapi operatif terdiri dari reposisi terbuka, fiksasi internal, reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi interna (Mansjoer, 2000: 348) Pada pemasangan bidai, gips atau traksi maka dilakukan imobolisasi pada bagian yang patah. Imobilisasi dapat menyebabkan berkurangnya kekuatan otot dan densitas tulang agak cepat. Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita komplikasi dari imobilisasi antara lain: adanya rasa tidak enak, iritasi kulit dan luka akibat penekanan, hilangnya kekuatan otot. Kurang perawatan diri dapat terjadi bila sebagin tubuh diimobilisasi dan mengakibatkan berkurangnya kemampuan perawatan diri (Carpenito, 1996: 346).
Perawatan Post Op Fraktur
Page 9
Pada reduksi terbuka fiksasi interna (ORIF) fragmen tulang dipertahankan dengan pin, sekrup, pelat, paku. Namun pembedahan memungkinkan terjadinya infeksi, pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang sebelumnya tidak mengalami cidera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan operasi. (Price, 1995: 1192) Pembedahan yang dilakukan pada tulang, otot dan sendi dapat mengakibatkan nyeri yang hebat. (Brunner & Suddarth, 2002: 2304)
2.6
Pemeriksaan Diagnostik 1) Pemeriksaan Radiologi Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan” menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment. Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk mendeteksi struktur fraktur yang kompleks. 2) Pemeriksaan Laboratorium a) Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang. b) Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang. c) Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH-5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang. 3) Pemeriksaan lain-lain a) Pemeriksaan
mikroorganisme
kultur
dan
test
sensitivitas:
didapatkan
mikroorganisme penyebab infeksi. b) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi. c) Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur. d) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang berlebihan. e) Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang. f) MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.(Ignatavicius, Donna D, 1995)
Perawatan Post Op Fraktur
Page 10
2.7
Pentalaksanaan Prinsip penatalaksanaan dengan konservatif dan operatif 1. Cara Konservatif Dilakukan pada anak-anak dan remaja dimana masih memungkinkan terjadinya pertumbuhan tulang panjang. Selain itu, dilakukan karena adanya infeksi atau diperkirakan dapat terjadi infeksi. Tindakan yang dilakukan adalah dengan gips dan traksi. 2. Gips Gips yang ideal adalah yang membungkus tubuh sesuai dengan bentuk tubuh. Indikasi dilakukan pemasangan gips adalah : -
Immobilisasi dan penyangga fraktur
-
Istirahatkan dan stabilisasi
-
Koreksi deformitas
-
Mengurangi aktifitas
-
Membuat cetakan tubuh orthotic Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan gips adalah :
Gips yang pas tidak akan menimbulkan perlukaan
Gips patah tidak bisa digunakan
Gips yang terlalu kecil atau terlalu longgar sangat membahayakan klien
Jangan merusak / menekan gips
Jangan pernah memasukkan benda asing ke dalam gips / menggaruk
Jangan meletakkan gips lebih rendah dari tubuh terlalu lama
3. Traksi (mengangkat / menarik) Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstermitas pasien. Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa sehingga arah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang patah. Metode pemasangan traksi antara lain : 1. Traksi manual Tujuannya adalah perbaikan dislokasi, mengurangi fraktur, dan pada keadaan emergency 2. Traksi mekanik, ada 2 macam : -
Traksi kulit (skin traction)
Perawatan Post Op Fraktur
Page 11
Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk sturktur yang lain misal otot. Digunakan dalam waktu 4 minggu dan beban < 5 kg. -
Traksi skeletal Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal / penjepit melalui tulang / jaringan metal.
-
-
Kegunaan pemasangan traksi, antara lain :
Mengurangi nyeri akibat spasme otot
Memperbaiki & mencegah deformitas
Immobilisasi
Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi)
Mengencangkan pada perlekatannya
Prinsip pemasangan traksi :
Tali utama dipasang di pin rangka sehingga menimbulkan gaya tarik
Berat ekstremitas dengan alat penyokong harus seimbang dengan pemberat agar reduksi dapat dipertahankan
Pada tulang-tulang yang menonjol sebaiknya diberi lapisan khusus
Traksi dapat bergerak bebas dengan katrol
Pemberat harus cukup tinggi di atas permukaan lantai
Traksi yang dipasang harus baik dan terasa nyaman
5. Cara operatif / pembedahan Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak keunggulannya mungkin adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut fiksasi interna dan reduksi terbuka. Pada umumnya insisi dilakukan pada tempat yang mengalami cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik menuju tempat yang mengalami fraktur. Hematoma fraktur dan fragmen-fragmen tulang yang telah mati diirigasi dari luka. Fraktur kemudian direposisi dengan tangan agar menghasilkan posisi yang normal kembali. Sesudah direduksi, fragmen-fragmen tulang ini dipertahankan dengan alat-alat ortopedik berupa pen, sekrup, pelat, dan paku. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi perkutan dengan K-Wire (kawat kirschner), misalnya pada fraktur jari.
Perawatan Post Op Fraktur
Page 12
1. Reduksi terbuka dengan fiksasi internal (ORIF: Open Reduction internal Fixation). Merupakan tindakan pembedahan dengan melakukan insisi pada derah fraktur, kemudian melakukan implant pins, screw, wires, rods, plates dan protesa pada tulang yang patah -
-
Tujuan:
Imobilisasi sampai tahap remodeling
Melihat secara langsung area fraktur
Jenis Open Reduction Internal Fixation ( ORIF ) Menurut Apley (1995) terdapat 5 metode fiksasi internal yang digunakan, antara lain: 1) Sekrup kompresi antar fragmen 2) Plat dan sekrup, paling sesuai untuk lengan bawah 3) Paku intermedula, untuk tulang panjang yang lebih besar 4) Paku pengikat sambungan dan sekrup, ideal untuk femur dan tibia 5) Sekrup kompresi dinamis dan plat, ideal untuk ujung proksimal dan distal femur
-
Indikasi ORIF : 1. Fraktur yang tak bisa sembuh atau bahaya avasculair nekrosis tinggi, misalnya fraktur talus dan fraktur collum femur. 2. Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup. Misalnya fraktur avulse dan fraktur dislokasi. 3. Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan. Misalnya fraktur Monteggia, fraktur Galeazzi, fraktur antebrachii, dan fraktur pergelangan kaki. 4. Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik dengan operasi, misalnya : fraktur femur
2. Reduksi terbuka dengan fiksasi eksternal (OREF: Open reduction Eksternal Fixation). Fiksasi eksternal digunakan untuk mengobati fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak. Alat ini memberikan dukungan yang stabil untuk fraktur kominutif (hancur atau remuk -
Indikasi OREF : Fraktur terbuka derajatI II, Fraktur dengan kerusakan jaringan lunak yang luas, Fraktur dengan gangguan neurovaskuler Fraktur Kominutif dan Fraktur Pelvis.
Perawatan Post Op Fraktur
Page 13
Keuntungan perawatan fraktur dengan pembedahan antara lain :
-
Ketelitian reposisi fragmen tulang yang patah
-
Kesempatan untuk memeriksa pembuluh darah dan saraf yang berada didekatnya
-
Dapat mencapai stabilitas fiksasi yang cukup memadai
-
Tidak perlu memasang gips dan alat-alat stabilisasi yang lain
-
Perawatan di RS dapat ditekan seminimal mungkin, terutama pada kasuskasus yang tanpa komplikasi dan dengan kemampuan mempertahankan fungsi sendi dan fungsi otot hampir normal selama penatalaksanaan dijalankan
2.8
Komplikasi 1) Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring 2) Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal. 3) Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali. 4) Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat. 5) Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada fraktur. 6) Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun, usia 70 sam pai 80 fraktur tahun. 7) Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah ortopedil 8) Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat. 9) Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia.
Perawatan Post Op Fraktur
Page 14
10) Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri, perubahan tropik dan vasomotor instability.
2.9
Pencegahan Pada Fraktur Pencegahan fraktur dapat dilakukan berdasarkan penyebabnya. Pada umumnya fraktur disebabkan oleh peristiwa trauma benturan atau terjatuh baik ringan maupun berat. Pada dasarnya upaya pengendalian kecelakaan dan trauma adalah suatu tindakan pencegahan terhadap peningkatan kasus kecelakaan yang menyebabkan fraktur. 1. Pencegahan Primer Pencegahan primer dapat dilakukan dengan upaya menghindari terjadinya trauma benturan, terjatuh atau kecelakaan lainnya. Dalam melakukan aktifitas yang berat atau mobilisasi yang cepat dilakukan dengan cara hati – hati, memperhatikan pedoman keselamatan dengan memakai alat pelindung diri. 2. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder dilakukan untuk mengurangi akibat – akibat yang lebih serius dari terjadinya fraktur dengan memberikan pertolongan pertama yang tepat dan terampil pada penderita. Mengangkat penderita dengan posisi yang benar agar tidak memperparah bagian tubuh yang terkena fraktur untuk selanjutnya dilakukan pengobatan. Pemeriksaan klinis dilakukan untuk melihat bentuk dan keparahan tulang yang patah. Pemeriksaan dengan foto radiologis sangat membantu untuk mengetahui bagian tulang yang patah yang tidak terlihat dari luar. Pengobatan yang dilakukan dapat berupa traksi, pembidaian dengan gips atau dengan fiksasi internal maupun eksternal. 3. Pencegahan Tersier Pencegahan tersier pada penderita fraktur yang bertujuan untuk mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih berat dan memberikan tindakan pemulihan yang tepat untuk menghindari atau mengurangi kecacatan. Pengobatan yang dilakukan disesuaikan dengan jenis dan beratnya fraktur dengan tindakan operatif dan rehabilitasi. Rehabilitasi medis diupayakan untuk mengembalikan fungsi tubuh untuk dapat kembali melakukan mobilisasi seperti biasanya. Penderita fraktur yang telah mendapat pengobatan atau tindakan operatif, memerluka n latihan fungsional perlahan untuk mengembalikan fungsi gerakan dari tulang yang patah. Upaya rehabilitasi
dengan
Perawatan Post Op Fraktur
mempertahankan
dan
memperbaiki
fungsi
dengan
Page 15
mempertahankan reduksi dan imobilisasi antara lain meminimalkan bengkak, memantau status neurovaskuler, mengontrol ansietas dan nyeri, latihan dan pengaturan otot, partisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari, dan melakukan aktivitas ringan secara bertahap
Perawatan Post Op Fraktur
Page 16
2.10 Perawatan Post Op Fraktur 1. Perawatan Dalam mengatasi Nyeri dengan Guided imager(Non Farmakolgi.
Definisi: Guided imagery menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu yang direncanakan secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu.Imajinasi bersifat individu dimana individu menciptakan gambaran mental dirinya sendiri, atau bersifat terbimbimng.Banyak teknik imajinasi melibatkan imajinasi visual tapi tehnik ini juga menggunakan indera pendengaran, pengecapan dan penciuman (Potter & Perry, 2009 dalam Novaretna, 2013)
Tujuan: Tujuan dari tehnik guided imagery yaitu menimbulkan respon psikofisiologis yang kuat seperti perubahan dalam fungsi imun (Potter & Perry, 2009 dalam Novarenta, 2013).
Manfaat: Manfaat dari tehnik guided imagery yaitu sebagai intervensi perilaku untuk mengatasi kecemasan, stres dan nyeri (Smeltzer dan Bare, 2002 dalam Novarenta, 2013).
Langkah-langkah Tehnik ini dimulai dengan proses relaksasi pada umumnya yaitu meminta kepada klien untuk perlahan-lahan menutup matanya dan fokus pada nafas mereka, klien didorong untuk relaksasi mengosongkan pikiran dan memenuhi pikiran dengan bayangan untuk membuat damai dan tenang (Rahmayati, 2010 dalam patasik et al, 2013). 1) Untuk persiapan, mencari lingkungan yang nyaman dan tenang, bebas dari distraksi. Lingkungan yang bebas dari distraksi diperlukan oleh subjek guna berfokus pada imajinasi yang dipilih. Untuk pelaksanaan, subjek harus tahu rasional dan keuntungan dari tehnik imajinasi terbimbing. Subjek merupakan partisipan aktif dalam latihan imajinasi dan harus memahami secara lengkap tentang apa yang harus dilakukan dan hasil akhir yang diharapkan. Selanjutnya memberikan kebebasan kepda subjek. Membantu subjek keposisi yang nyaman dengan cara: membantu subjek untuk bersandar
dan
meminta
menutup
matanya.
Posisi
nyaman
dapat
meningkatkan fokus subjek selama latihan imajinasi. Menggunakan sentuhan jika hal ini tidak membuat subjek terasa terancam. Bagi beberapa subjek, senthan fisik mungkin menganggu karena kepercayaan budaya dan agama mereka
Perawatan Post Op Fraktur
Page 17
2) Langkah berikutnya menimbulkan relaksasi. Dengan cara memanggil nama yang disukai. Berbicara jelas dangan nada yang tenang dan netral. Meminta subjek menarik nafas dalam dan perlahan untuk merelaksasikan semua otot. Untuk mengatsi nyeri atau stress, dorong subjek untuk membayangkan hal-hal yang menyenangkan. Setelah itu embantu subjek merinci gambaran dari bayanganya. Mendorong subjek untuk menggunakan semua inderanya dalam menjelaskna bayangan dan lingkungan bayangan tersebut 3) Langkah selanjutnya meminta subjek untuk menjelaskan perasaan fisik dan emosional yang ditimbulkan oleh bayanganya. Dengan mengarahkan subjek untuk mengeksplorasi respon terhadap bayangan karena ini akan memungkinkan subjek memodifikasi imajinasinya. Respon negatif dapat diarahkan kembali untk emberikan hasil akhir yang lebih positif. Selanjutnya memberikan umpan balik kontinyu kepada subjek. Dengan memberi komentar pada tanda-tanda relaksasi dan ketentraman. Setelah itu membawa subjek
keluar
dari
bayangan.
Setelah
pengalaman
imajinasi
dan
emndiskusikan perasaan subjek mengenai pengalamnya tersebut. Serta mengidentifikasi setiap hal yang dapat meningkatkan pengalaman imajinasi. Selanjutnya motivasi subjek untuk mempraktikan tehnik imajinasi secara mandiri. 2. Perawatan Luka Penatalaksanaan atau Perawatan Luka Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan. 1) Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi). 2) Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik. 3) Pembersihan Luka Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan, memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka serta menghindari terjadinya infeksi. Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka yaitu :
Perawatan Post Op Fraktur
Page 18
-
Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang jaringan mati dan benda asing.
-
Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.
-
Berikan antiseptik.
-
Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi lokal.
-
Bila perlu lakukan penutupan luka.
4) Penjahitan luka Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh. 5) Penutupan Luka Penutupan luka adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal. 6) Pembalutan Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan hematom. 7) Pemberian Antibiotik Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik. 8) Pengangkatan Jahitan Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi, jenis pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi. 3. Pencegahan Injury dengan Latihan aktif a) Definisi : Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan
atau
memperbaiki
tingkat
kesempurnaan
kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal
Perawatan Post Op Fraktur
Page 19
b) Tujuan 1. Mencegah terjadinya kelumpuhan pada otot – otot. 2. Memprlancar predaran darah. 3. Mencegah terjadinya atrofi. 4. Untuk mendorong dan membantu agar pasien dapat menggunakan lagi anggota gerak yang lumpuh. c) Macam – macam Pergerakan 1. Latihan aktif dengan bantuan. Seseorang melakukan gerakan secara disadari / mengikuti aba – aba dan terapis memberi bantuan. 2. Latihan aktif bebas. Seseorang menggerakan anggota tubuh yang dilatih dengan kekuatan sendiri tanpa bantuan. 3. Latihan aktif dengan beban / tahanan. Pasien menggerakan anggota tubuh yang dilatih dngan kekuatan sendiri ditambah melawan beban. d) Indikasi 1. Pada pasien sehabis operasi. 2. Pada kondisi sehabis fraktur. 3. Pada kondisi kelemahan otot. 4. Pada kondisi stroke. e) Tekhnik aplikasi Posisi yang enak, relaks dan stabil dengan ruang gerak yang mencukupi. Pemberian beban gerakan / bantuan yang optimal.Usahakan pasien bias mengerjakan sendiri dengan alat. ROM aktif post operasi fraktur femur Pasien yang telah dilakukan operasi fraktur femur seringkali dapat menimbulkan permasalahan adanya luka operasi pada jaringan lunak dapat menyebabkan proses radang akut dan adanya oedema dan fibrosis pada otot sekitar sendi yang mengakibatkan keterbatasan gerak sendi terdekat. Latihan rentang gerak sendi merupakan hal sangat penting bagi pasien sehingga setelah operasi fraktur femur, pasien dapat segera melakukan berbagai pergerakan yang di perlukan untuk pempercepat proses penyembuhan. Keluarga pasien seringkali mempunyai pandangan yang keliru tentang pergerakan pasien setelah operasi. Banyak pasien yang tidak berani mengerakan tubuh karena takut jahitan operasi sobek atau takut luka operasinya lama sembuh. pandangan yang seperti ini jelas keliru karena justru jika pasien selesai operasi dan segera bergerak maka pasien akan lebih cepat
Perawatan Post Op Fraktur
Page 20
merangsang peristaltik usus sehingga pasien cepat platus, menghindarkan penumpukan lendir pada saluran pernapasan dan terhindar dari kontraktur sendi, memperlancar sirkulasi untuk mencegah stasis vena dan dekubitus. Menurut Garrison, (2002) Pedoman perawatan pasca bedah fraktur femur Sering kali di perlukan intervensi bedah ORIF dengan mengunakan sekrup dan plate pada hari ke 2-3 latihan aktif (ROM) yang di bantu dapat dimulai dari bidang anatomi yang normal, pada hari ke 4 berjalanlah pada cara berjalan tiga titik dengankruk axilla pembantu berjalan standar dan kemudian penahan berat badan sesuai toleransi
Latihan aktif anggota gerak atas dan bawah - Latihan I 1) Angkat tangan yang kontraktur menggunakan tangan yang sehat ke atas 2) Letakan kedua tangan diatas kepala 3) Kembalikan tangan ke posisi semula - Latihan II 1) Angkat tangan yang kontraktur melewati dada ke arah tangan yang sehat 2) Kembalikan ke posisi semula - Latihan III 1) Angkat tangan yang lemah menggunakan tangan yang sehat ke atas 2) Kembalikan ke posisi semula. - Latihan IV 1) Tekuk siku yang kontraktur mengunakan tangan yang sehat 2) Luruskan siku kemudian angkat ketas 3) Letakan kembali tangan yang kontraktur ditempat tidur. - Latihan V 1) Pegang pergelangan tangan yang kontraktur mengunakan tangan yang sehat angkat keatas dada 2) Putar pengelangan tangan ke arah dalam dan ke arah luar. - Latihan VI 1) Teknik jari-jari yang kontraktur dengan tangan.yang sehat kemdian luruskan 2) Putar ibu jari yang lemah mengunakan tangan yang sehat - Latihan VII 1) Letakan kaki yang seht dibawah yang kontraktur 2) Turunkan kaki yang sehat sehingga punggung kaki yang sehat dibawah pergelangan kaki yang kontraktur
Perawatan Post Op Fraktur
Page 21
3) Angkat kedua kaki ke atas dengan bantuan kaki yang sehat,kemudian turunkan pelan-pelan. - Latihan VIII 1) Angkat kaki yang kontraktur mengunakan kaki yang sehat ke atas sekitar 3 cm 2) Ayunkan kedua kaki sejauh mungkin kearah satu sisi kemudian ke sisi yang satunya lagi 3) Kembali ke posisi semula dan ulang sekali lagi - Latihan IX 1) Anjurkan pasien untuk menekuk lututnya, bantu pegang pada lutut yang kontraktur dengan tangan Satu 2) Dengan tangan lainnya penolong memegang pingang pasien 3) Anjurkan pasien untuk memegang bokongnya 4) Kembali keposisi semula dan ulangi sekali lagi
Gerak gerakan ROM 1) Leher, spina, serfikal -
Fleksi : Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45°
-
Ekstensi : Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45°
-
Hiperektensi : Menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin, rentang 40-45°
-
Fleksi lateral : Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh mungkin kearah setiap bahu, rentang 40-45°
-
Rotasi : Memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan sirkuler, rentang 180° Ulangi gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
2) Bahu -
Fleksi : Menaikan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan ke posisi di atas kepala, rentang 180°
-
Ekstensi : Mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh, rentang 180°
-
Hiperektensi : Mengerkan lengan kebelakang tubuh, siku tetap lurus, rentang 45-60°
-
Abduksi : Menaikan lengan ke posisi samping di atas kepala dengan telapak tangan jauh dari kepala, rentang 180°
-
Adduksi : Menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh
sejauh
mungkin, rentang 320° -
Rotasi dalam : Dengan siku pleksi, memutar bahu dengan menggerakan lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam dan ke belakang, rentang 90°
Perawatan Post Op Fraktur
Page 22
-
Rotasi luar : Dengan siku fleksi, menggerakan lengan sampai ibu jari ke atas dan samping kepala, rentang 90°
-
Sirkumduksi : Menggerakan lengan dengan lingkaran penuh, rentang 360° Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
3) Siku -
Fleksi : Menggerakkan siku sehingga lengan bahu bergerak ke depan sendi bahu dan tangan sejajar bahu, rentang 150°
-
Ektensi : Meluruskan siku dengan menurunkan tangan, rentang 150°
4) Lengan bawah -
Supinasi : Memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan menghadap ke atas, rentang 70-90°
-
Pronasi : Memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menghadap ke bawah, rentang 70-90° Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
5) Pergelangan tangan -
Fleksi : Menggerakan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan bawah, rentang 80-90°
-
Ekstensi : Mengerakan jari-jari tangan sehingga jari-jari, tangan, lengan bawah berada dalam arah yang sama, rentang 80-90°
-
Hiperekstensi : Membawa permukaan tangan dorsal ke belakang sejauh mungkin, rentang 89-90°
-
Abduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari, rentang 30°
-
Adduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke arah lima jari, rentang 3050° Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
6) Jari- jari tangan -
Fleksi : Membuat genggaman, rentang 90°
-
Ekstensi : Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90°
-
Hiperekstensi : Menggerakan jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin, rentang 30-60°
-
Abduksi : Mereggangkan jari-jari tangan yang satu dengan yang lain, rentang 30°
-
Adduksi : Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30° Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
7) Ibu jari
Perawatan Post Op Fraktur
Page 23
-
Fleksi : Mengerakan ibu jari menyilang permukaan telapak tangan, rentang 90°
-
Ekstensi : menggerakan ibu jari lurus menjauh dari tangan, rentang 90°
-
Abduksi : Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30°
-
Adduksi : Mengerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30°
-
Oposisi : Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada tangan yang sama
-
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
8) Pinggul -
Fleksi : Mengerakan tungkai ke depan dan atas, rentang 90-120°
-
Ekstensi : Menggerakan kembali ke samping tungkai yang lain, rentang 90120°
-
Hiperekstensi : Mengerakan tungkai ke belakang tubuh, rentang 30-50°
-
Abduksi : Menggerakan tungkai ke samping menjauhi tubuh, rentang 30-50°
-
Adduksi : Mengerakan tungkai kembali ke posisi media dan melebihi jika mungkin, rentang 30-50°
-
Rotasi dalam : Memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain, rentang 90°
-
Rotasi luar : Memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain, rentang 90° Sirkumduksi : Menggerakan tungkai melingkar
-
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
9) Lutut -
Fleksi : Mengerakan tumit ke arah belakang paha, rentang 120-130°
-
Ekstensi : Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130°
-
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.
Perawatan Post Op Fraktur
Page 24
2.11 SATUAN ACARA PENYULUHAN
Satuan Aacara Penyuluhan Perawatan Fraktur Post Op Topik
: Perawatan Fraktur Post Op
Sasaran : Mahasiswa PSIK Kelas A Hari/Tgl : Kamis, 23 November 2017 Waktu
: 20 menit
Tempat : Kelas I. Tujuan 1. Tujuan Intraksional Utama : Menambah Pengetahuan tentang bagaimana cara perawatan Fraktur Post Op 2. Tujuan Intraksional Khusus : a. Mampu memahami pengertian fraktur b. Mampu memahami penyebab fraktur c. Mampu memahami pengertian perawatan post op d. Mampu menyebutkan kembali tujuan perawatan post op e. Menyebutkan apa saja yang diperlukan saat perawatan fraktur post op f. Manyebutkan bagaimana cara perawatan fraktur post op pada femur dextra II. Pokok Bahasan / sub. Pokok bahasan : -
Pokok bahasan Perawatan fraktur post op
-
Sub. Pokok bahasan Perawatan fraktur post op pada femur dextra
III. Materi 1) Mengetahui Pengertian fraktur 2) Mengetahui penyebab fraktur 3) Mengetahui pengertian perawatan post op 4) Mengetahui tujuan perawatan post op 5) Mengetahui apa yang diperlukan saat perawatan post op 6) Mengetahui cara perawatan fraktur post op IV. Media yang digunakan : LCD/PowerPoint, Leaflet, Selebaran, Pamflet V. Metode : ceramah, diskusi, dan Tanya jawab
Perawatan Post Op Fraktur
Page 25
VI. Kegiatan pembelajaran : No
Kegiatan
Waktu
1.
Pra
3 menit
kegiatan
Penyuluh
Kegiatan Peserta
Menyiapkan media
Menyiapkan alat tulis
Menyediakan tempat/ruangan
2.
Kegiatan
15menit
1. Memberi salam
1.Menjawab salam
2. kegiatan inti :
2.Kegiatan Inti :
a. menjelaskan pengetian
a. Menyimak
inti
fraktur
b.Menjelaskan penyebab
b.Menyimak
fraktur
c.menjelaskan pengertian
c.Menyimak
perawatan post op
d.Menjelaskan tujuan perawatan post op
d.Menyimak
e.menjelaskan apa yang diperlukan saat perawatan post op
e.Menyimak
f.Menjelaskan cara perawatan post op f.Menyimak 3.penutup a.melakukan evaluasi 3.Penutup a.Menjawab
Perawatan Post Op Fraktur
Page 26
3.
Penutup
2menit
1.Memberi salam
1.Menjawab salam
VII. Evaluasi 1. Prosedur
: Post test
2. Jenis
: lisan
3. Pertanyaan : -
Sebutkan pengertian fraktur?
-
Sebutkan pengertian perawatan post op?
-
Sebutkan tujuan perawatan post op?
-
Sebutkan apa saja yang diperlukan saat perawatan post op?
-
Sebutkan cara perawatan fraktur post op pada femur dextra?
VIII. Lampiran Materi : Fraktur atau patah tulang merupakan gangguan penuh atau sebagian pada kontinuitas struktur tulang. Fraktur terjadi dikarenakan hantaman langsung sehingga sumber tekanan lebih besar daripada yang bisa diserap. Dan ketika tulang mengalami fraktur maka struktur sekitarnya akan ikut terganggu (Smeltzer, 2013). Ada beberapa penyebab fraktur. Diantaranya yaitu : Kekerasan langsung: Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya kekerasan. Fraktur demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah melintang atau miring. Kekerasan tidak langsung: Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan. Kekerasan akibat tarikan otot: Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan. Pengertian perawatan post op adalah perawatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan setelah tindakan operasi fraktur sebagai tindak lanjut. Perawatan post operatif yang kurang sempurna akan menghasilkan ketidakpuasan dan tidak memenuhi standart operasi.
Perawatan Post Op Fraktur
Page 27
Tujuan prawatan post op adalah untuk menghilangkan rasa nyeri, sedini mungkin mengidentifikasi masalah dan mengatasi sedini mungkin. Yang diperlukan saat perawatan post op adalah:
Memberi dukungan pada pasien.
Menghilangkan rasa nyeri.
Antisipasi dan atasi segera komplikasi.
Memelihara komunikasi yang baik dengan tim. Komunikasi yang tidak baik merupakan masalah yang sering menyebabkan kegagalan dalam perawatan post op.
Cara perawatan fraktur post op pada femur dextra adalah Reduksi. Usaha dan tindakan untuk memanipulasi fragmen tulang yang patah sedapat mungkin kembali seperti letak asalnya
Cara penanganan secara femur dextra : -
Pemasangan gips Untuk mempertahankan posisi fragmen tulang yang fraktur.
-
Reduksi tertutup (closed reduction external fixation) Menggunakan gips sebagai fiksasi eksternal untuk memper-tahankan posisi tulang dengan alat-alat:
skrup, plate, pen, kawat, paku yang
dipasang di sisi maupun di dalam tulang. Alat ini diangkut kembali setelah 1-12 bulan dengan pembedahan. -
Debridemen Untuk mempertahankan/memperbaiki keadaan jaringan lunak sekitar fraktur pada keadaan luka sangat parah dan tidak beraturan.
-
Rehabilitasi Memulihkan kembali fragmen-fragmen tulang yang patah untuk mengembalikan fungsi normal. o Perlu dilakukan mobilisasi o Kemandirian bertahap. o Beri posisi yang nyaman pada tulang yang fraktur sesuai anatomi.Posisi anatomi membuat rasa nyaman dan melancarkan sirkulasi darah. Anjurkan klien untuk imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring. Beri therapi Obat sesuai program medik. Anjurkan dan bantu klien untuk mobilisasi fisik secara bertahap
Perawatan Post Op Fraktur
Page 28
sesuai kemampuan klien dan sesuai program medik. Mobilisasi dini secara bertahap membantu dalam proses penyembuhan. o Meningkatkan pergerakan sehingga dapat melancarkan aliran darah. Rawat luka operasi dengan tehnik aseptikuntuk mencegah dan menghambat berkembangbiaknya bakteri. Tutup daerah luka dengan kasa steril, kasa steril menghambat masuknya kuman dalam luka. Jaga daerah luka tetap bersih dan kering, luka yang kotor dan basah menjadi media yang baik bagi perkembangbiakan bakteri.
Perawatan Post Op Fraktur
Page 29
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Umumnya penanganan fraktur dibagi 2 macam, yaitu; secara konservatif (penanganan tanpa pembedahan) dan operatif meliputi operasi ORIF dan OREF. maka dilakukan penatalaksanaan untuk mencegah infeksi dan injury pada oref (Open Reduction External Fixation) pada fraktur dengan cara Perawatan luka merupakan
tindakan
keperawatan
yaitu
berupa
mengganti
balutan
dan
membersihkan luka baik pada luka yang bersih maupun luka yang kotor untuk mencegah infeksi. Dan untuk mencegah injury dalam penatalaksanaan dilakukan dengan traksi dan latihan aktif.
3.2 Saran Penulis menyarankan kepada pembaca khususnya mahasiswa keperawatan agar dapat memahami konsep pencegahan infeksi dan injury pada OREF maupun penatalaksanaanya baik medis maupun dari sisi perawatannya. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan kinerja dan kualitas perawat di indonesia dalam menangani berbagai kasus penyakit dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan sehingga tercapainya visi indonesia sehat 2017.
Perawatan Post Op Fraktur
Page 30
DAFTAR PUSTAKA Eka Ermawan, E., Maliya, A., & Kep, S. (2016). Upaya Peningkatan Mobilitas Fisik Pada Pasien Post Orif Fraktur Femur di RSOP Dr. Soeharso Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta). HUDA, N. (2015). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.“S “DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL (FRAKTUR FEMUR DAN HUMERUS) DI PAVILIUN ASOKA RSUD JOMBANG (Doctoral dissertation, Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum) Malau, A. P., & NUSWANTORO, F. K. U. D. (2017). EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF KASUS FRAKTUR DIAKIBATKAN KECELAKAAN LALU LINTAS DI RSUD TUGUREJO SEMARANG TRIWULAN 4 TAHUN 2016 DAN TRIWULAN 1 TAHUN 2017 SALATIGA, R., EFENDI, R., & HUSADA, S. T. I. K. K. PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. S DENGAN POST OPERASI FRAKTUR RADIUS SINISTRA 1/3 DISTAL DI RUANG FLAMBOYAN I. Dewi, R., & Putri, M. E. (2017, February). PENGARUH TEKHNIK HIPNOTHERAPI TERHADAP NYERI KLIEN POST APPENDICTOMY DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH RADEN MATTAHER PROVINSI JAMBI. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL & INTERNASIONAL. Aris Purwanti, N., Suyatno Hadi, S., Kep, S., Festy, P., KM, S., & Kes, M. (2016). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST OP FRAKTUR FEMUR DENGAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK DI RS SITI KHODIJAH SEPANJANG SIDOARJO (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surabaya). Muttakin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : EGC
Perawatan Post Op Fraktur
Page 31