KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Assalamualaikum wr.wb. Dengan mengucapkan Alhamdulillahirabbil’alamin, kami menyampaikan puji syukur kehadirat Tuhan Semesta Alam, Allah Subhanahu wa ta’ala Yang telah memberikan kami ilmu dan kesempatan untuk menyusun makalah ini. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami, drg. I Wayan Arya K.F dan juga kepada teman-teman t elah membantu dalam d alam penyusunan makalah mak alah dengan judul ‘Radiografi serta pihak- pihak yang telah Anatomi Gigi dan Struktur Pendukung Gigi‘. Kami berharap bahwa data dan kesimpulan yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi orang yang membacanya. Semoga karya ini juga dapat menjadi referensi dalam penyusunan makalah lainnya. Mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan tata bahasa, salah tafsir ataupun salah ketik, sesungguhnya kami telah berusaha sebaik mungkin untuk menyusun karya ilmiah ini hingga mendekati sempurna. Sekali lagi, kami ucapkan terima kasih kepada para pembaca karya kami ini, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dalam memperbaiki karya kami di kesempatan selanjutnya
Wassalamualaikum Wassalamualaikum Wr. Wb. Banjarmasin, Maret 2012
Tim Penyusun
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .............................................................................................1 Daftar Isi ......................................................................................................2 Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang .................................................................................3 B. . Tujuan Penulisan............................................................................4 C. . Metode Penulisan...........................................................................4
Bab II Pembahasan A. Interpretasi radiografi.......................................................................5 B. Komposisi Gigi ................................................................................6 C. Jaringan Penyangga Gigi .................................................................7 D. Maksila.............................................................................................8 E. Mandibula ......................................................................................11 F. Gambaran Abnormal......................................................................14 Penutup ......................................................................................................18 Daftar Pustaka............................................................................................19
2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Melakukan suatu perawatan penyakit gigi dan mulut agar tercapai hasil yang optimal perlu ditunjang oleh pemeriksaan tambahan, diantaranya pemeriksaan radiografi, sehingga dapat membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit. Salah satu dari pemeriksaan radiografi tersebut adalah periapikal foto, dan juga dapat dibantu dengan pemeriksaan panoramik foto. Gambaran yang dihasilkan dapat berupa: radiolusen, radiopak dan radio intermediate. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan uraian bagaimana teknik menginterpretasi radiografi dengan gambaran radiopak pada periapikal dan panoramik foto, sehingga dalam menentukan diagnosa suatu penyakit dapat lebih akurat Pemeriksaan radiografi adalah salah satu pemeriksaan yang dapat membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit gigi dan mulut. Pemeriksaan radiografi yang dapat dilakukan adalah teknik intra oral dan extra oral. Pada teknik intra oral yang dapat digunakan adalah teknik periapikal, bite wing dan oklusal, sedang pada teknik Extra Oral, adalah: Eissler, PA-Ap, Lateral, Lateral Oblique, Cephalometrik dan Panoramik, serta teknik pemotretan dengan pesawat CBCT-3D (Cone Bean Computerize Tomography-Tiga Dimensi). Gambaran yang dihasilkan (radiografi), dapat berupa radiolusen, radiopak dan radiointermediate. Beberapa kasus sering tidak dapat/sukar di diagnosa, karena radiografinya tidak jelas, buram ataupun kontras dan detail yang kurang sehingga dapat membuat kekeliruan dalam mendiagnosa suatu penyakit gigi dan mulut.Hal tersebut memerlukan teknik interpretasi radiografi sehingga seorang dokter gigi dapat melakukan diagnosa dengan tepat, dan perawatan gigi dan mulut dapat lebih akurat. Menginterpretasi radiografi termasuk pekerjaan yang memerlukan keterampilan, pengalaman dan teori yang menunjang karena pada suatu radiograf dapat terjadi beberapa kesamaan dan ketidak jelasan, sehingga dapat mempengaruhi hasil diagnosa dan perawatan pasien. Beberapa contoh dapat memberikan gambaran radiopak yang sama, yaitu adanya superimpose dan substansi tulang memberikan gambaran radiopak sama dengan bagian gigi yang berada dalam tulang. Gambaran radiopak lain yang sering terjadi pada rahang dan periapikal gigi dapat berupa: sisa akar, benda asing, kondensing osteitis, torus, sementoma, kompoun dan kompleks odontoma, hypersementosis, osteogenik sarkoma dan lain-lain
3
Dengan adanya beberapa karakteristik tertentu pada kasus-kasus tersebut maka pada makalah ini penulis menguraikan cara menginterpretasi dengan cara melihat radiograf periapikal dan panoramik foto. Karena dalam menginterpretasi suatu radiograf seorang interpreter dalam hal ini seorang dokter gigi spesialis radiologi kedokteran gigi harus dapat menginterpretasi sebaik mungkin, dengan kualitas radiografi yang tepat. B. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui mekanisme interpretasi radiografi 2. Memahami anatomi gigi dan jaringan pendukungnya dari hasil radiografi 3. Dapat membedakan gambaran anatomi gigi normal dan abnormal 4. Dapat membedakan jaringan pendukung
gigi yang normal dan abnormal yang
meliputi maksila dan mandibula 5. Dapat menunjukkan contoh gambaran abnormal pada hasil radiografi C. Metode Penulisan
Metode Literatur Penyusun melakukan metode literatur dengan berpedoman pada buku-buku kedokteran dan buku-buku kesehatan lainnya yang relevan dengan topik.
Metode Teknologi Penyusun mengambil sebagian bahan dari internet dengan sumber yang valid.
4
BAB II PEMBAHASAN A. Interpretasi Radiografi
Anatomi radiografi (radiologi) adalah ilmu mengenal struktur tubuh dengan menggunakan sinar X atau tehnik penyinaran lain.
1
Dalam menginterpretasikan radiogram periapikal yang pertama-tama di tentukan adalah radiogram rahang atas atau radiogram rahang bawah. Cara menentukannya adalah sebagai berikut.
2
Radiogram rahang atas bagian posterior 1. Trabekula, jalannya ada yang horizontal ada yang vertikal, bentuknya seperti renda. 2. Tulang sigomatikus kalau terlihat merupakan gambaran radioopak yang berbentuk huruf U. 3. Terlihat sinus maksilaris 4. Bantuk anatomi gigi, terutama molar pertama, akarnya adalah 3. 5. Terlihat prosesus koronoideus pada pembuatan radiogram regio molar ketiga. 6. Terlihat tuber maksilaris pd pembuatan radiogram regio molar kedua dan ketiga. Radiogram rahang bawah bagian posterior 1. Trabekula, jalannya horizontal. 2. Foramen mentalis apabila terlihat, maka berada di antara premolar kedua dan molar pertama rahang bawah atau diantara premolar satu dan premolar dua rahang bawah. 3. Terlihat canalis mandibularis. 4. Bentuk anatomi gigi, terutama molar pertama rahang bawah akarnya adalah 2. 5. Linea obliqua interna dan eksterna kadang akan terlihat. Tahap berikut setelah dapat menentukan radiogram rahang atas atau radiogram rahang bawah, maka untuk rahang atas arahkan akarnya ke atas dan untuk rahang bawah arahkan akarnya ke bawah. Kemudian baru dapat menentukan sisi mesialnya.
2
5
Setelah dapat menentukan regio dari radiogram tersebut, maka tahap selanjutnya adalah menginterpretasikan radiogram. Untuk menentukan apakah ada kelainan atau tidak pada radiogram periapikal, dasarnya adalah dengan melihat lamina duranya. Apabila pada radiogram periapikal ada kelainan maka lamina duranya terputus. Lamina dura didefinisikan sebagai bagian pinggir dari tulang yang mengelilingi ligamen periodontium. Jadi dalam radiogram, gambarannya adalah radioopak. Lamina dura terlihat paling radioopak karena susunan tulangnya mengandung kalsium paling banyak.
2
B. Komposisi Gigi
Enamel
Lapisan paling luar atau yang menutup seluruh permukaan mahkota gi gi sampai batas cemento enamel junction.
Paling radiopak dibandingkan lapisan gigi lainnya.
Dentin
Lapisan dibawah enamel dengan gambaran radiografik kurang radiopak dibandingkan dengan enamel karena densitasnya lebih rendah
Batas antara enamel dan dentin akan tampak jelas pada hasil radiograf denga n kualitas baik.
Sementum
Lapisan tipis yang menutupi permukaan akar
Densitasnya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan dentin karena itu dala m radiografik batas antara dentin dan sementum sulit dibedakan.
Ruang pulpa
Ruang yang berisi pembuluh darah dan syaraf sehingga tampak radiolusen
Saluran akar
Saluran yang merupakan kelanjutan dari ruang pulpa sampai ke ujung apikal mengikuti bentuk akar gigi, tampak radiolusen.
Bentuk dan jumlahnya bervariasi sesuai anatomi gigi masing-masing
6
C. Jaringan Penyangga Gigi
Lamina Dura
Gambaran radiografik lamina dura adalah garis radiopak tipis yang mengelili ngi akar gigi, menyambung dengan tulang korteks pada puncak alveolar (alv eolar crest). Ketebalan dan kepadatannya bervariasi sesuai dengan tekanan o klusi yang diterima masing-masing gigi.
Sudut penyinaran sangat mempengaruhi gambaran lamina dura, kadangkadang tampak agak diffuse atau bahkan tidak terlihat.
Pada gigi vital lamina dura tampak utuh mengelilingi seluruh akar gigi , tetapi karena gambaran yang tampak sangat bergantung pada sudut pe nyinaran maka untuk menentukan vitalitas gigi harus dikombinasikan deng an pemeriksaan klinis dan anamnesa kecuali pada gigi dengan kelainan peria pikal dengan gambaran lamina dura yang tampak jelas terputus.
Ligamen Periodontal
Ligamen periodontal tersusun terutama dari kolagen sehingga tampak s ebagai ruang radiolusen diantara akar gigi dan lamina dura mulai dari alveol ar crest sampai ke ujung apikal dan kembali ke alveolar crest pada sisi lain g igi tersebut.
Gambaran yang tampak bervariasi pada setiap individu, setiap gigi pad a individu yang sama atau pada lokasiyang berbeda pada gigi yang sa ma. Biasanya lebih tipis pada bagian tengah akar dan sedikit lebih lebar m endekati alveolar crest dan apikal
Gambaran ligamen periodontal tampak paling tipis pada gigi yang tertanam dan gigi yang kehilangan antagonisnya (fungsi minimal), tetapi gambaran paling tebal belum tentu didapatkan pada gigi dengan oklusi berat atau br uxism.
Tulang Trabekula
Disebut juga tulang cancellous atau spongiosa
Dalam radiografik tampak terdiri dari lempengan dan batang radiopak yang mengelilingi kantong7
kantong radiolusen sumsum tulang. Pola radiografnya bervariasi pada s etiap individu atau pada sisi berbeda dari individu yang sama.
Pada anterior RA biasanya tipis dan tampak membentuk pada bergranular, ta jam, jelas dengan ruang sumsum tulang yang kecil dan relatif sedikit, sedang kan pada posterior RA ruang sum-sum tulangnya sedikit lebih besar.
Pada anterior RB agak lebih tebal dibandingkan dengan RA sehingga tampa k pola yang
lebih kasar dengan lempengan trabekula lebih sedikit tetapi ruang sumsum tulangnya lebih besar, dan pada posterior RB sedikit lebih besar lagi.
Jumlah trabekula di bawah apikal geligi posterior banyak berkurang, kadangkadang sampai tepi inferior mandibula tampak hampir tidak di jumpa i trabekula.
Jika gambaran trabekula menghilang dan dicurigai adanya kelainan ma ka perlu
dibandingkan dengan radiograf yang dibuat sebelumnya. Jika tidak ada rad iograf yang dibuat sebelumnya maka dapat dibuat radiograf kedua dengan meng urangi pajanannya, dan jika belum membantu sebaiknya dibuat proyeksi radiogr af yang lain.
D. Maksila
Sutura intermaksilaris
Disebut juga sutura palatina mediana
Dalam radiografik tampak garis radiolusen tipis diantara regio I1 RA. Kadang-kadang tampak menyerupai garis fraktur
Sutura ini dimulai dari batas alveolar crest diantara I1 RA ke spina nasalis anterior dan berlanjut sampai ke posterior (palatum)
Spina Nasalis Anterior
Tulang yang terletak 1,5 – 2 cm di atas alveolar crest geligi insisif sentral RA, biasanya
sedikit di bawah sambungan batas inferior nasal septum dan nasal fossa
Tampak radiopak menyerupai huruf V terbalik. 8
Fossa Nasalis
Kavitas yang terletak sedikit si atasm rongga mulut
Fossa ini tampak radiolusen karena dipenuhi udara, dibatasi dinding ra diopak bilateral dimulai dari dasar spina nasalis anterior sampai posterior m andibula. Tampak jelas pada radiografi periapikal regio I1 RA
Pada radiografi periapikal regio C dan posterior RA dapat terlihat superimpo sed dengan sinus maksilaris sehingga sukit dibedakan.
Foramen Insisivus
Disebut juga foramen nasopalatina/foramen palatina anterior karena merupa kan terminal oral dari kanalis nasopalatina
Dalam radiografik tampak bulatan radiolusen, biasanya terletak diantara akar geligi insisif sentral RA kirakira 1/3 apikal, tetapi gambaran bentuk, ukuran, letak dan ketajamannya sangat bervariasi bergantung pada sudut penyinaran dan variasi anatomi indiviKa
Kadangkadang gambaran foramen ini bergeser mendekati apikal gigi se hingga dapat dikelirukan dengan kelainan periapikal (abses/kista/granuloma )
Foramen Superior dari Kanalis Nasopalatina
Kanalis nasopalatina berasal dari 2 foramen pada dasar cavum nasi dari masi ngmasing septum nasi sampai batas anteroinferior bertemu di bagian medi al menjadi foramen insisivus
Tampak jelas pada proyeksi oklusal anterior atau periapikal I1 RA den gan sudut penyinaran lebih vertikal berupa 2 bulatan radiolusen di atas apikal I1 RA pada dasar cavum nasi.
Fossa Lateral
Disebut juga fossa insisivus
Fossa ini merupakan sedikit penurunan/lekukan pada maksila di dekat apeks I2 RA. 9
Pada proyeksi periapikal tampak radiolusen diffuse pada tulang alveola r sekitar I2 RA yang dapat menyebabkan salah interpretasi. Bila gigi tidak ada keluhan dan lamina dura intact di sekeliling akar gigi menunjukkan gigi normal
Bayangan Hidung
Bayangan ujung hidung yang tampak sebagai gambaran radiopak tipis (slight) dengan batas jelas superimposed dengan akar geligi I1 dan I2 RA.
Kanalis Nasolacrimal
Kanalis yang dibentuk dari tulang hidung dan tulang maksila, mulai dari bag ian tengahanteroinferior orbita sampai di bawah concha kearah cavum nasi.
Tampak jelas pada proyeksi oklusal RA berupa bulatan radiolusen di atas regio molar
Pada proyeksi periapikal dengan sudut penyinaran agaka vertikal dapat ta mpak di atas apeks C
Sinus Maksilaris
Rongga berisi udara yang tampak radiolusen dan batas garis radiopak t ipis, biasanya dimulai di atas distal C sampai ke dinding posterior maksila d i atas tuber maksilar
Pada keadaan normal biasanya bentuk dan ukuran sinus maksilaris sim etris kanan dan kiri, menyerupai huruf W karena adanya septum posterior s inus maksilaris
Kadangkadang tampak menyerupai huruf Y terbalik, bila dasar sinus d an cavum nasi superimposed dan saling menyilang
Pada area yang sudah tidak bergigi dasar sinus meluas sampai ke tulang alve olar bahkan dapat sampai ke alveolar crest
Processus Zygomaticus
Bagian dari tulang zygomaticus yang tampak berupa garis radiopak teb al menyerupai huruf U di sekitar apeks M1-M2 RA.
10
Pterygoid Plates
Pterygoid plates terletak posterior dari tuber maksila
Bayangan yang tampak sangat bervariasi dan tidakselalu terlihat pada proye ksi intra oral.
Bila pterygoid plates meluas ke inferior dapat terlihat bayangan hamular pro cess
Nasolabial Fold
Lipatan nasolabial yang menampakkan gambaran samar garis radiopak oblique pada regio premolar RA
Batas garis radiopak
ini tampak
tajam/jelas dan meluas ke posterior dari garis tersebut
Gambaran nasolabial fold ini tampak lebih jelas dengan bertambahnya usia.
E. Mandibula
Symphisis
Garis radiolusen pada garis tengah mandibula yang tampak diantara ba yangan geligi incisive sentral sulung RB dalam massa pembentukan
Sutura ini biasanya mengalami fusi pada akhir usia 1 tahun sehingga s etelah itu tidak tampak lagi dalam radiografi.
Genial Tubercle / Foramen Lingualis
Disebut juga spina mentalis
Penojolan tulang yang terletak pada permukaan lingual garis tengah mandib ula sedikit di atas batas inferior dan tampak jelas pada proyeksi oklusal mandibula
Pada proyeksi periapikal tampak sebagai massa radiopak, diameter + 3 – 4 mm, pada
pertengahan mandibula di bawah akar geligi I1 RB, kadangkadang tampak bersamaan dengan foramen lingualis berupa titik radiolusen dikelilingi dinding korteks.
11
Bila hanya terlihat genial tubercle tanpa foramen lingualis DD : kondensasi tulang.
Mental Ridge
Merupakan 2 garis radiopakyang dimulai dari regio premolar RB kiri dan ka nan, bertemua pada bagian mendibula sedikit di bawah regio incisive RB
Densitas dan tebalnya bervariasi
Fossa Mentalis
Fossa ini merupakan sedikit lekukan/penurunan tulang mandibula pada aspe k labial yang meluas ke lateral di atas mental ridge
Dalam radiografik tampak radiolusen pada tulang alveolar sebelah later al geligi incisive RB yang dapat dikelirukan dengan kelainan yang melibatk an gigi tersebut.
Foramen Mentale
Terletak kirakira pada pertengahan inferior mandibula dan alveolar crest di s ekitar apeks P1 – P2 RB.
Pada proyeksi periapikal kadangkadang tampak superimposed dengan apeks gigi
sehingga dapat dikelirukan dengan kelainan periapikal (abses/granuloma/kista)
Canalis Mandibularis
Kanalis yang menghubungkan foramen mentale dengan foramen mandibula
Tampak sebagai garis radiolusen memanjang yang dibatasi garis radiopak tipis
Dapat berjarak sangat dekat denga apeks geligi P2,M3 RB, dapat juga terleta k jauh darapeks geligi posterior. Jika sangat dekat dengan apeks geligi molar kadangkadang lamina dura tampak seperti terputus atau ligamen periodontal m elebar sehingga perlu lebih teliti pada gigi dengan karies/tumpatan besar
Kanal Nutrisi (Nutrient Canal) 12
Berisi pembuluh darah dan syaraf
Tampak sebagai garis radiolusen vertikal dari inferior dental canal ke apeks geligi. Dapat juga tampak kearah interdental space diantara geligi incisive RB
Pada radiografik untuk geligi postrior tampak radiopak karena dibatasi oleh korteks
Tampak jelas pada ras kulit hitam, orang tua, penderita hipertensi dan pender ita penyakit periodontal parah
Mylohyoid Ridge (Internal Obliqua Ridge)
Merupakan penonjolan tulang pada permukaan lingual body mandibula, me manjang dari region premolar sampai ramus ascendens, tempat perlekata n musculus mylohyoid.tampak radiopak agak diffuse dengan lebar berva riasi, kadang-kadang superimposed dengan apeks geligi posterior
Fossa Glandula Submandibula
Terletak pada permukaan lingual body mandibula di bawah mylohyoid ridge yang tampak sebagai area radiolusen dengan pola trabekula yang jarang dan karakteristik
Bagian atas dibatasi oleh mylohyoid ridge dan bagian bawah dibatasi t epi inferior mandibula dari region P sampai ramus ascendens
External Obliqua Ridge
Merupakan penebalan tulang pada sisi anterior ramus ascendens
Tampak garis radiopak memanjang dari apeks geligi molar sampai ke ramus ascendens,kadang-kadang superimposed dengan apeks geligi molar
Foramen Mandibula
Merupakan muara posterior dari canalis mandibularis
Tampak jelas pada proyeksi ekstra oral lateral (straight atau oblique) b erupa bulatan radiolusen pada ramus mandibula
13
Processus Coronoideous
Tulang bagian atas dari ramus mandibula tempat perlekatan musculus tempo ralis
Tampak radiopak tebal sebelah distal M3 RA, superimposed dengan tuber maksila
Kadang-kadang dikelirukan dengan gigi impaksi.
F. GAMBARAN ABNORMAL
Karies
Karies adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yang diakibatkan oleh mikroorganisme pada karbohidrat yang dapat difermentasikan sehingga terbentuk asam dan menurunnya kadar pH di bawah pH kritis. Akibatnya terjadi demineralisasi jaringan keras. Tanda karies adalah terjadi terjadinya demineralisasi mineral email dan dentin diikuti oleh disintegrasi bagian organiknya. Terdapat empat faktor yang penting terjadinya karies yaitu kuman yang kariogenik, karbohidrat yang cocok, permukaan gigi yang rentan, dan waktu. Gambaran radiologisnya dari karies tampak radiolusen pada mahkota / akar gigi. 3
Abses Periapikal Kronis Merupakan respons peradangan yang berlanjut dari jaringan penyambung periapeks terhadap iritasi pulpa, yang ditandai adanya parulis atau pembentukan nanah yang aktif. 4 Gambaran radiografi berupa rarefaksi tulang yang luas.
14
Granuloma
Granuloma gigi adalah suatu pertumbuhan jaringan granulomatus yang bersambung dengan ligament periodontal disebabkan oleh matinya pulpa dan difusi bakteri dan toksin bakteri dari saluran akarke dalam jaringan periradikular di sekitarnya melalui foramen apikal dan lateral. Tampak daerah radiolusen pada daerah periradikular gigi.
5
Kista Radikular
Suatu kista adalah suatu kavitas tertutup atau kantung yang bagian dalam dilapisi oleh epithelium dan pusatnya terisi cairan atau bahan semisolid. Biasanya pada pemeriksaan radiografik, terlihat tidak adanya kontinuitas lamina dura, dengan suatu daerah refraksi. Daerah radiolusen biasanya bulat dalam garis bentuknya, kecuali bila mendekati gigi sebelahnya, yang dalam kasus ini dapat mendatar atau mempunyai bentuk oval. Daerah radiolusen lebih besar daripada suatu granuloma dan dapat meliputi lebih dari satu gigi.
5
15
Kista radikuler disebut juga kista periapikal. Kista ini merupakan jenis kista yang paling sering ditemukan. Kista radikuler terbentuk oleh karena iritasi kronis gigi yang sudah tidak vital. Kista ini tumbuh dari epitel rest of Malassez yang mengalami proliferasi oleh karena respon terhadap proses radang yang terpicu oleh karena infeksi bakteri pada pulpa yang nekrosis
Sementoma
Pada apical gigi yang msih vital, radiolusen diinterpretaikan sebagai sementoma stadium 1. Sementoma mempunyai 3 stadium : Stadium 1 gambarannya adalah radiolusen ,stadium 2 gambarannya adalah campuran antara radiolusen dan radiopak, dan stadium 3 adalah radiopak. Sementoma terjadi pada gigi anterior rahang bawah. Gigi yang pada periapikalnya ada sementoma dianggap masih vital dan pada radiogram kemungkinan tidak terlihat adanya karies yang besar dan tambalan yang besar. Sementoma stadium 1 harus dibedakan dengan Krista traumatikyang gambaran periapikalnya juga radiolusen.
2
16
17
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Penggunaan sinar Rontgen telah lama di kenal sebagai suatu alat dalam bidang kedokteran umum dan kedokteran gigi yang sangat membantu dalam menegakkan diagnosa dan untuk menentukan rencana perawatan. Gambaran yang dihasilkan foto Rontgen panoramik atau periapikal seorang pasien bagi seorang dokter gigi sangat penting terutama untuk melihat adanya kelainan – kelainan yang tidak tampak dapat diketahui secara jelas, sehingga akan sangat membantu seorang dokter gigi dalam hal menentukan diagnosa serta rencana perawatan. Pada hasil rontgen terlihat dengan tampakan hitam (radiolusen) misalnya pada pulpa, sutura intermaksilaris, fossa dan foramen serta canalis yang terdapat pada maksila ataupun mandibula. Tampakan putih (radioopak) misalnya pada email, sementum, lamina dura,spina nasalis anterior, prosessus zygomaticus dan prosessus coronaideus. Tampakan abu-au pada foto rontgen disebut juga radiointermedial. Tampakan radiolusen atau radioopak tersebut dapat menunjukkan beberapa kelainan pada maksila atau mandibula yang meliputi gigi dan jaringan penyangganya.
18
DAFTAR PUSTAKA
1. Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta : EGC 2. Margono, Gunawan. 1998. Radiografi Intraoral : Tehnik, Prosesing, Interpretasi Radiogram. Jakarta : EGC
3. Sumawinata, Narlan. 2004. Senarai Istilah Kedokteran Gigi Inggris Indonesia. Jakarta : EGC
4. Tarigan, Rasinta. 2004. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti) Ed. 2. Jakarta : EGC 5. Grossman, Louis I. 1995. Ilmu Endodontik dalam Praktek. Jakarta : EGC
19