PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
Salah satu komoditas perikanan yang cukup popular di masyarakat adalah lele dumbo ( Clarias gariepinus ). Ikan ini berasal dari benua Afrika dan pertama kali didatangkan ke Indonesia pada tahun 1984. Karena memiliki berbagai kelebihan, menyebabkan, lele dumbo termasuk ikan yang paling mudah diterima masyarakat. Kelebihan tersebut diantaranya adalah pertumbuhannya cepat, memiliki kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan tinggi, rasanya enak dan kandungan gizi serta protein hewani yang cukup tinggi. Maka tak heran banyak permintaan ukuran konsumsi di kalangan masyarakat, sehingga memungkinkan minat masyarakat untuk membudidayakan lele dumbo sangat besar. Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia . Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele bersifat noktural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempattempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan. Pengembangan usaha budidaya ikan ini semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985 (Sunarma, 2004). Peningkatan tersebut dapat terjadi karena ikan lele dumbo dapat dibudidayakan pada lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar yang tinggi. Pengembangan usaha perikanan budidaya sangat tergantung pada ketersediaan induk dan benih unggul, karena induk dan benih merupakan salah satu sarana produksi yang mutlak dan akan menentukan keberhasilan usaha budidaya. Proses penyediaan dan distribusi benih unggul harus memenuhi kriteria tujuh tepat seperti yang dipersyaratkan, yakni tepat jenis, waktu, mutu, jumlah, tempat, ukuran dan tepat harga. Tingkat konsumsi ikan yang semakin meningkat merupakan suatu peluang yang bagus untuk usaha perikanan, termasuk usaha ikan lele dumbo. Selain itu lele dumbo merupakan salah satu jenis ikan tawar dengan daging yang enak dan gurih dengan tekstur empuk dan memiliki kandungan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Berdasarkan hasil penelitian, Setiap 100 gram dagingnya mengandung 18,2 gram protein. Dengan begitu, 500 gram lele dumbo berukuran kecil
(kira-kira 4 ekor) mengandung 12 gram protein, energi 149 kalori, lemak 8,4 gram, dan karbohidrat 6,4 gram (Khairuman dan Amri, 2008). Tekologi pembenihan merupakan faktor penting dalam penyediaan benih ikan lele dumbo. Kualitas benih sangat ditentukan oleh kualitas induk, pakan, kemampuan pengelolaan lingkungan dan teknik pemijahannya (Sunarma, 2004). Teknik Pemijahan ikan lele dibagi tiga cara yaitu pemijahan alami (natural spawning), pemijahan semi alami (induced spawning) dan pemijahan buatan (induced/artificial breeding). Pemijahan alami dilakukan dengan cara memilih induk jantan dan betina yang benar-benar matang gonad kemudian dipijahkansecara alami di bak/wadah pemijahan dengan pemberian kakaban. Pemijahan semi alami dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara alami. Pemijahan buatan dilakukan dengan cara merangsang induk betina dengan penyuntikan hormon perangsang kemudian dipijahkan secara buatan Pemijahan secara buatan memiliki kelebihan dibandingkan dengan cara alami atau semi alami yaitu; 1) tingkat pembuahan dan penetasan yang lebih tinggi, 2) terhindar dari perubahan faktor lingkungan yang tidak optimal, 3) pertumbuhan dan sintasan yang lebih optimal, dan 4) pengendalian penyakit lebih mudah dilakukan (Ubah et.al., 2011).
2. Tujuan -
Mengetahui teknik pembenihan lele dumbo dengan pemijahan buatan
-
Mengetahui manajemen produksi pembenihan produksi
-
Mengetahui analisa produksi dan pemasaran
PEMBAHASAN
1. Manajemen Produksi
Pelaksanaan usaha pembenihan ikan lele dumbo meliputi : Persiapan kolam, persiapan pemijahan dan pemijahan (fase persiapan pemijahan, fase perawatan telur, fase perawatan larva, dan fase pemanenan), pemberian pakan, penyeleksian benih menurut ukuran, serta pemasaran
benih. Alat-alat yang digunakan dalam usaha pembenihan ikan lele dumbo ini yaitu antara lain : serok induk, serok larva, serok benih, happa (jaring untuk panen benih), kakaban (jaring untuk menempelnya telur), pompa air, selang, sikat kolam, pipa paralon, bak plastik, alat seleksi benih. Kolam yang digunakan dalam pembenihan yaitu antara lain : kolam induk, bak pemijahan sekaligus pemeliharaan larva, bak/kolam pendederan, bak penampungan benih, dan bak pakan alami A. Persiapan Bak / Kolam
Dalam usaha pembenihan lele dumbo, langkah yang pertama yaitu mempersiapkan wadah berupa bak penetasan telur. Persiapan wadah perlu dilakukan sebelum kegiatan pemijahan dilakukan, sebelum wadah digunakan untuk penetasan telur wadah tersebut harus dibersihkan terlebih dahulu dengan cara mengeringkan air yang ada di bak tersebut setelah dikeringkan barulah menyikat kotoran-kotoran atau lumut-lumut yang ada di bak tersebut yang bertujuan untuk menghilangkan bibit penyakit yang ada setelah disikat barulah bak tersbut dibilas dengan air bersih agar kotoran-kotoran dan lumut terbuang atau terbawa air ke saluran pembuangan. Pembersihan bak harus benar-benar bersih karena kebersihan bak berpengaruh terhadap keseterilan kualitas air, sehingga tidak menggangu dalam proses penetasan telur. setelah dibilas bak dikeringkan kemudian diisi air setinggi 30 cm. Setelah diisi air barulah pemasangan happa dilakukan, happa di pasang dengan cara mengikat pada keempat sudutnya ke kayu yang terdapat di sudut bak. happa yang digunakan berukuran 2 m x 1 m dan kemudian memastikan sirkulasi air berjalan lancar untuk penetasan telur. B. Pematangan Gonad
Pematangan gonad dilakukan di kolam seluas 50 s/d 200 m2 dengan kepadatan 2 s/d 4kg/m2. Induk lele Dumbo sebaiknya dipelihara secara terpisah dalam kolam tanah atau bak tembok dan dengan air mengalir ataupun air diam. Setiap hari diberi pakan tambahan berupa pellet sebanyak 3 persen perhari dari berat tubuhnya. C. Seleksi Induk
Persyaratan reproduksi induk betina ikan lele Dumbo antara lain: umur minimal dipijahkan 1 tahun, berat 0,70 – 1,0 kg dan panjang standar 25 – 30 cm. Sedangkan induk jantan antara lain: umur 1 tahun, berat 0,5 – 0,75 kg dan panjang standar 30 – 35 cm (Sunarma, 2004).
Induk betina yang siap dipijahkan adalah induk yang sudah matang gonad. Secara fisik, hal ini ditandai dengan perut yang membesar dan lembek. Secara praktis hal ini dapat diamati dengan cara meletakkan induk pada lantai yang rata dan dengan perabaan pada bagian perut. Sedangkan induk jantan ditandai dengan warna alat kelamin yang berwarna kemerahan . Jumlah induk jantan dan induk betina tergantung pada rencana produksi dan sistem pemijahan yang digunakan. Pada sistem pemijahan buatan diperlukan banyak jantan sedangkan pada pemijahan alami dan semi alami jumlah jantan dan betina dapat berimbang. D. Pemberokan
Pemberokan atau memuasakan ikan dilakukan setelah seleksi induk. Induk jantan dan betina yang memenuhi persyaratan, kemudian dimasukkan ke dalam bak pemberokan dengan luas 4 s/d 6m dan tinggi 1m secara terpisah dan pemberokan dilakukan selama 1-2 hari. Tujuan dari pemberokan ini adalah mengurangi lemak pada tubuh induknya agar telur mudah dikeluarkan dan membersihkan saluran pencernaan atau isi perut. E. Penimbangan Induk
Penimbangan induk dilakukan untuk mengetahui berat induk sebagai penentu kebutuhan banyaknya ovaprim yang akan disuntikkan pada induk lele. F. Ovaprim / Kelenjar Hipofisa
Kelenjar hipofisa banyak sekali mengandung hormon terutama hormon yang berhubungan dengan perkembangan dan pematangan gonad. Hormon tersebut diantaranya adalah Gonadotropin yaitu GTH I dan GTH II, sehingga ekstrak kelenjar hipofisa sering digunakan sebagai perangsang pematangan gonad (Gusrina, 2008). Kelenjar hipofisa banyak mengandung kelemahan diantaranya adalah: (1) hilangnya ikan donor karena diambil kelenjar hipofisanya. (2) standarisasi ekstrak kelenjar hipofisa ikan sebagai bahan suntikan untuk induksi pematangan akhir sel telur dan sel sperma tidak tepat. (3) belum diketahui dengan pasti hormon mana yang sebenarnya berpotensi untuk ovulasi dan kematangan gonad. (4) penyakit mudah menular( Hardjamulia. 1980). Ovaprim adalah campuran analog salmon GnRH dan Anti dopamine dinyatakan bahwa setiap 1 ml ovaprim mengandung 20 ug sGnRHa ( D-Arg6-Trp7, Lcu8, Pro9-NET) – LHRH dan 10 mg anti dopamine(Gambar 1). Ovaprim juga berperan dalam memacu terjadinya ovulasi.
Pada proses pematangan gonad GnRH analog yang terkandung didalamnya berperan merangsang hipofisa untuk melepaskan gonadotropin. Sedangkan sekresi gonadotropin akan dihambat oleh dopamine. Bila dopamine dihalangi dengan antagonisnya maka peran dopamine akan terhenti, sehingga sekresi gonadotropin akan meningkat (Gusrina, 2008). Dari kedua macam hormon yang dapat digunakan untuk melakukan pemijahan ikan seperti yang telah dijelaskan, maka pemilihan hormone yang akan digunakan sangat bergantung pada jenis ikan yang akan dibudidayakan, harga ekonomis dan efisiensi dalam penggunaannya. Perbandingan penggunaan kelenjar hypofisa dan ovaprim telah diteliti oleh More et.al (2010) yang mendapatkan persentase pembuahan dan daya tetas telur pada ovaprim yaitu 88.1197.94% dan 74.7-95-92. Sedangkan peda kelenjer hypofisa persentase pembuahan dan daya tetas telur masing 53.19 - 85.48% dan 60 - 58.82%. Ovaprim yang akan disuntikkan terlebih dahulu ditentukan dosisnya, yaitu 0,2-0,5 ml/kg berat induk, jika menggunakan kelenjar hipofisa ikan mas/donor sebanyak 2 dosis ( 1 kg induk membutuhkan 2 kg ikan mas ). Setelah diketahui jumlah ovaprim yang dibutuhkan, maka dilakukan pengenceran menggunakan aquades/aquabides hingga volume larutan mencapai 0,5 ml. G. Penyuntikan Induk
Induk lele yang akan disuntik sebaiknya ditutup kepalanya dengan kain lap basah agar tidak stress. Penyuntikan dilakukan pada induk betina maupun induk jantan secara intramuskuler yaitu pada otot punggung dengan kemiringan spuit 45 derajat. H. Inkubasi Induk
Setelah penyuntikan induk ikan, tahap selanjutnya menginkubasi induk, agar hormon dapat bekerja optimal. Inkubasi ini dilakukan pada wadah atau bak penyimpanan yang telah tersedia selama 8 – 10 jam. Wadah sebaiknya ditutup agar induk lele tidak meloncat selama proses inkubasi. I.
Pemijahan Pada pemijahan secara buatan Langkah pertama adalah menyiapkan larutan sperma .
Pada beberapa jenis ikan, pengambilan sperma dapat dilakukan dengan striping, namun pada ikan lele dumbo (Clarias gariepinus), pengambilan sperma dengan cara tersebut tidak bisa
dilakukan karena kantong sperma/ gonad ikan lele berbentuk spiral, sehingga, pengambilannya dengan cara membedahnya. Langkah-langkah pengambilan kantong sperma: -
Induk jantan dibunuh terlebih dahulu.
-
Induk jantan diletakan di atas talenan pada posisi terlentang, kemudian di belah pada bagian perut, dari anal ke arah kepala dengan menggunakan gunting bedah secara hatihati.
-
Keluarkan isi perut ikan, sehingga gonad/ kantong sperma terlihat
-
Kantong sperma diambil dan dibersihkan dari darah dan lemak menggunakan larutan NaCl fisiologis (cairan infus) sampai benar-benar bersih, dan dikeringkan menggunakan tisu.
-
Setelah kantong sperma dibersihkan dan dikeringkan menggunakan tisu, kantong sperma dimasukkan ke dalam wadah berisi larutan fisiologis/ cairan infus kemudian kantong sperma tersebut digunting agar sperma keluar seluruhnya. Pengenceran sperma menggunakan larutan NaCl fisiologis tersebut bertujuan agar telur yang dibuahi lebih banyak dan memperpanjang umur sperma. Banyaknya larutan NaCl fisiologis yang digunakan ditentukan dengan perbandingan berat induk jantan, untuk satu kg induk jantan, larutan NaCl fisiologis yang diperlukan 50-100 ml. Striping pada induk betina merupakan proses pengeluaran telur dengan cara mengurut
perut induk betina ke arah lubang genital. Langkah-langkah melakukan striping adalah sebagai beriut : -
Timbang induk terlebih dahulu sebelum distriping untuk mengetahui berat gonad.
-
Kepala induk betina ditutupi dengan kain lap dan dipegang untuk menghindari ikan memberontak dan jatuh yang akan menimbulkan stress.
-
Induk betina diurut bagian perutnya ke arah lubang genitalnya dengan hati-hati untuk mengeluarkan telur, telur tersebut ditampung dalam wadah berupa mangkok besar/ baskom.
-
Induk betina setelah distriping ditimbang kembali.
Pencampuran telur dengan sperma bertujuan untuk terjadinya pembuahan eksternal. Pembuahan eksternal adalah proses bertemunya sel telur dengan diluar tubuh ikan. Pembuahan eksternal dilakukan dengan cara : -
Telur yang ditampung di dalam mangkok selanjutnya dicampur dengan sperma yang sudah diencerkan dengan larutan fisiologis.
-
Aduk menggunakan bulu ayam yang sudah disterilkan dan kering hingga merata.
J. Penebaran Telur
Telur yang telah dibuahi, ditebar dalam kolam yang berisi air dengan ketinggian 15 – 20 cm secara merata, adapun langkah-langkahnya adalah: -
Mematikan aerasi dengan mengangkat selang aerasi dari dalam akuarium.
-
Campuran telur dan sperma dituangkan sedikit demi sedikit ke dalam air dan dilakukan pengipasan bulu ayam atau tangan sehingga telur dapat tersebar merata didasar akuarium.
-
Diamkan beberapa saat hingga telur melekat di dasar wadah.
-
Langkah terakhir yaitu menyalakan aerasi kembali.
K. Penetasan telur
Setelah proses pembuahan selesai langkah selanjutnya adalah penetasan telur. Penetasan telur dilakukan pada happa. Penetasan telur berlangsung selama 3 hari terhitung sejak pembuahan dari wadah penetasan. Santoso (1993), yang menyatakan bahwa telur ikan lele menetas semua dalam tempo 2-3 hari. Cepat lambatnya penetasan dipengaruhi oleh suhu air. Semakin tinggi suhu air maka semakin lambat waktu penetasan. Sebaliknya semakin rendah suhu air maka semakin cepat waktu penetasan. Pada suhu 23-26 ˚C telur ikan lele menetas dalam 2 hari, sedangkan pada suhu 27-30 ˚C, telur menetas dalam 3 hari. Sebelum telur menetas terlebih dahulu telur tersebut akan dibuahi. Untuk membedakan telur yang terbuahi dengan telur yang tidak terbuahi dapat dilihat dari warna telurnya, biasanya telur yang terbuahi akan berwarna bening dan transparan sedangkan untuk telur yang tidak terbuahi yaitu bewarna putih susu dan berjamur. Jumlah telur yang dibuahi tidak dapat diketahui
secara pasti karena sifat telur ikan lele yang menempel (adesif) sehingga penghitungan menggunakan metode sampling tidak memungkinkan dilakukan. Dalam kegiatan praktek, tempat penetasan telur merupakan wadah yang juga digunakan untuk pemeliharaan larva. Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso (1993), yang menyatakan bahwa happa penetasan sekaligus digunakan sebagai bak pemeliharaan larva. Penetasan telur dilakukan pada happa yang berukuran 2 m x 1 m dengan ketinggian air 30 cm. Telur ditebar kedalam happa dengan hati-hati saat penebaran tangan sudah harus berada di air untuk menggusar telur agar telur tidak mengumpal. L. Pemeliharaan Larva
Kolam atau tempat penetasan telur biasanya sekaligus dijadikan sebagai tempat pemeliharaan larva, agar kegiatan pembenihan dapat berhasil sesuai dengan yang diharapkan, benih-benih lele dumbo yang baru menetas harus dirawat atau dipelihara dengan baik. Telur yang menetas menjadi larva dibiarkan larva di bak penetasan selama 3 hari larva tersebut belum diberi pakan karena masih mempunyai kuning telur Santoso (2007), menyatakan bahwa sampai hari ke 3 larva lele belum membutuhkan pakan tambahan karena masih mempunyai cadangan makanan berupa kantong kuning telur setelah berumur 4-6 hari larva harus diberi pakan tambahan berupa kuning telur karena kuning telur yang menjadi makanannya sudah habis. Pada fase ini larva sangat rentan akan sifat kanibal, dengan demikian untuk meminimalisir tingkat kanibalisme tersebut larva harus diberi pakan yang cukup. Dilapangan pakan larva yang diberikan yaitu tepung udang. Pakan diberikan 2 kali sehari yaitu pada pukul 7.00 dan sore pada pukul 17.00 dengan cara pakan tepung udang tersebut dituangkan kedalam serok untuk diberikan yang halusnya saja sehinga pakan yang kasar tersaring kemudian ditebar dari bagian piggir hingga merata. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan selama pemeliharaan larva, yakni kualitas air dan pemberian pakan yang berkualitas. M. Pemberian pakan
Larva yang baru menetas sekitar umur 1 – 2 hari tidak perlu diberi pakan karena masih mempunyai cadangan makanan (yolk sack). Larva yang berumur 3 – 4 hari cadangan makanan telah habis, segera disuplai makanan yang bergizi yang sesuai bukaan mulutnya. Pada tahap awal larva dapat diberi pakan berupa suspensi kuning telur atau zooplankton. Zooplankton dapat
berupa Artemia, Daphnia, Moina. Pemberian pakan alami berupa zooplankton tersebut diperlukan sekitar 3–10 hari saja, selanjutnya bisa diberikan pakan berupa cacing Tubifex. N. Kualitas air
Ikan Lele (C. gariepinus) terekenal sebagai ikan yang sangat tahan terhadap perubahan lingkungan hidup. Ikan Lele (C. gariepinus) dapat hidup di lingkungan air tawar. Nilai pH air tempat hidup Ikan Lele (C. Gariepinus) berkisar antara 6,5 – 8 namun pertumbuhan optimal terjadi pH 7 – 8 (Khairuman dan Amri, 2008). Ikan Lele (C. gariepinus) dapat hidup di perairan yang dalam dan luas maupun di kolam yang sempit dan dangkal. Suhu optimal untuk Ikan Lele (C. Gariepinus) antara 22 – 34 º C. Oleh karena itu cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi 1 m – 800 dpl (Lesmana, 2007). Pada pemeliharaan ikan lele oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis harus lebih banyak dari pada oksigen yang digunakan. Kandungan oksigen yang baik untuk budidaya ikan lele sebanyak 3 mg / liter air (Noga, 1996). 2. Analisis Usaha
Modal Tetap Tetap Dapat dikatakan bahwa modal tetap yang dimiliki oleh petani pembenih ikan Lele Dumbo terdiri dari: biaya pembuatan kolam pemeliharaan induk, bak pembenihan, hapa, pembelian induk, kakaban, serok induk, serok benih, aerator, hapa, suntik, aquades, ovaprim, pompa air, timbangan, instalasi air dan alat pelengkap lainnya ( selang, lampu penerangan, sikat ember, baskom sortiran, dsb ). Modal Kerja Modal kerja yang digunakan oleh petani pembenih ikan Lele Dumbo terdiri dari pakan induk, pakan benih, plastik packing, karet, listrik, upah tenaga kerja, anti jamur, transportasi dan penunjang lainnya jika tersedia. Pemasaran Benih yang telah mencapai ukuran tertentu telah dapat dipanen dan dijual oleh petani pembenih ke petani pembesaran lokal maupun luar daerah serta agen- agen pemasaran benih lele.
Harga jual benih ditentukan berdasarkan ukurannya. Benih yang berukuran 2-3 cm dijual oleh petani seharga Rp 75,- benih yang berukuran 3-4 cm dijual dengan harga Rp 100,- dan benih yang berukuran 5-6 cm dijual dengan harga Rp 125,-. Namun harga tersebut tidak tetap, tergantung tawar menawar antara petani dengan pembeli. Ukuran benih yang sering diminta oleh petani pembesaran dan agen adalah benih lele berukuran 2-3 cm, 3-4 cm, 4-5 cm, 5-7 cm.
PENUTUP Kesimpulan Dari kegiatan pembenihan ikan lele dumbo dapat disimpulkan bahwa : - Teknik pemijahan dilakukan dengan secara buatan (induseed breeding), dimana induk betina disuntik dengan hormone ovaprime. - Perawatan larva dengan memberi pakan berupa pakan tepung udang setelah larva berumur 4 hari atau sudah habis kuning telurnya kemudian selanjutnya diberi makan cacing tubifex - Analisa produksi yaitu terdapat modal tetap dan modal kerja. Sementara pemasaran mengikuti kesepakatan pembeli
Saran Dalam usaha pembenihan lele sering petani mengalami berbagai masalah seperti: kesulitan petani untuk memperoleh cacing sutera sebagai pakan benih yang jumlahnya cukup besar. Berdasarkan wawancara dengan petani pembenih, diketahui bahwa petani pembenih belum mampu membudidayakan cacing sutera. Selama ini petani pembenih hanya memperoleh cacing sutera dari hasi tangkapan di alam. Sehingga diharapkan lembaga dinas daerah melakukan penyuluhan akan budidaya pakan alami tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Gusrina., 2008. Budaya Ikan Untuk Smk. Diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008
Hardjamulia. 1980. Pembenihan dan Teknik Hipofisasi. BBAT, Sukabumi Khairuman dan Amri, K, 2008. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi. PT. Agromedi Pustaka Lesmana D.S., 2007. Reproduksi dan pembenihan ikan hias air tawar. Loka Riset Budidaya Ikan Hias Air Tawar Pusat Riset Perikanan Budidaya BRKP Jakarta More.P.R., R.Y. Bhandare, S.E. Shinde,T.S. Pathan and D.L. Sonawane. 2010. Comparative Study of Synthetic Hormones Ovaprim and Carp Pituitary Extract Used in Induced Breeding of Indian Major Carps. Libyan Agriculture Research Center Journal Internation 1 (5): 288-295 Noga, E. J. 1996. Fish Disease Diagnosis and Treatment. Mosby. St. Louis. Weisbaden Santoso, Heru. 2002. Teknik Kawin Suntik Ikan Ekonomis. Penebar Swadaya. Jakarta. Sunarma, A., 2004. Peningkatan Produktifitas Usaha Lele Sangkuriang (Clarias sp.). Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi Ubah, S.A.,M.A. Ogunbodede dan S. Mailafia., 2011. Selection of Broodstocks and management of fingerlings of Clarias Gariepinus under Dark and Light Enviroment journal Of Agriculture and veterinary sciences. Vol 3. March 2011.
TUGAS MAKALAH MANAJEMEN AKUAKULTUR TAWAR PEMBENIHAN LELE DUMBO ( Clarias gariepinus ) dengan TEKNIK PEMIJAHAN INDUCE BREEDING
Oleh: Muhamad Akbar Hakim R 11/318184/PN/12486
JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2013