BAB I PENDAHULUAN
A. Lata Latarr B Bel elak akan ang g Deng Dengan an berta bertamb mbah ahny nyaa usia usia harap harapan an hidu hidup p oran orang g Indo Indone nesi sia, a, juml jumlah ah
manusia lanjut usia di Indonesia akan bertambah banyak pula. Dengan demikian, masalah penyakit akibat penuaan akan semamkin banyak kita hadapi. Salah satu penyakit yang harus diantisipasi adalah penyakit osteoporosi dan patah tulang. Pada Pada situ situas asii mend mendat atan ang, g, akan akan terj terjad adii peru peruba baha han n dem demogra ografi fiss yang yang akan akan meningkatkan meningkatkan populasi lanjut usia dan meningkatka meningkatkan n terjadinya terjadinya patah tulang karena osteoporosis. Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit kronik yang ditandai dengan dengan penguranga pengurangan n massa tulang yang disertai kemunduran kemunduran mikroarsitekt mikroarsitektur ur tulan tulang g dan dan penu penuru runa nan n kual kualita itass jarin jaringa gan n tulan tulang g yang yang dapa dapatt menim menimbu bulk lkan an kerapuhan tulang. Keadaan ini berisiko tinggi karena tulang menjadi rapuh dan mudah retak bahkan patah. Banyak orang tidak menyadari bahwa osteoporosis merupakan merupakan penyakit penyakit tersembuny tersembunyii silent diseases!. Osteoporosis Osteoporosis lebih banyak banyak terjadi pada wanita daripada pria. "al ini disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia #$ tahun sedangkan pada pria hormon testoteron turun pada usia %$ tahun. &enurut statistik dunia ' dari # wanita rentan terkena penyakit osteoporosis. Insiden Insiden osteoporosi osteoporosiss meningkat meningkat sejalan dengan dengan meningkatny meningkatnyaa populasi populasi usia lanjut. Pada tahun ())$ terdapat '* juta lanjut usia di Indonesia, Indonesia, jumlah ini akan bertambah hingga ## juta pada tahun ()() dengan usia harapan hidup men+apai ) tahun. &enurut data statistik tahun ())- lebih dari -- juta orang merika mengalami osteopenia dan osteoporosis. Pada wanita usia / $) tahun
terdapat #)0 osteoporosis, #1$-0 osteopenia dan $-0 berisiko terhadap fraktur osteoporotik. &enuru &enurutt 2"O ()'(! ()'(!,, angka angka kejadi kejadian an patah patah tulang tulang fraktu fraktur! r! akibat akibat osteoporosi osteoporosiss di seluruh dunia men+apai men+apai angka angka #, juta orang dan diperkirakan diperkirakan angka ini akan terus meningkat hingga men+apai %,# juta orang pada tahun ()$) dan '0 kejadian kejadian ini akan terdapat di negara1negara negara1negara berkembang. berkembang. Di Indonesia Indonesia '3,0 '3,0 dari dari jumlah jumlah lansia lansia atau sekitar sekitar #,% juta orang orang dianta diantarany ranyaa mender menderita ita osteop osteoporo orosis. sis. 4ima 4ima pro5in pro5insi si dengan dengan risiko risiko osteop osteoporo orosis sis lebih lebih tinggi tinggi adalah adalah Sumatra Sumatra Selatan Selatan (,$ (,$0!, 0!, 6awa 6awa ' 7engah engah (-,)( (-,)(0!, 0!, 8ogyaka gyakarta rta (#,$0 (#,$0!, !, Sumatra Sumatra 9tara ((,*(0!, ((,*(0!, 6awa 7imur 7imur (',-(0!, (',-(0!, Kalimantan 7imur '),$0!. Pre5alensi wanita yang menderita osteoporosis di Indonesia pada golongan umur $)1$ $)1$3 3 tahu tahun n yaitu yaitu (-0 (-0 seda sedang ng pada pada pria pria usia usia %)1 %)1) ) tahu tahun n sebesa sebesarr %(0. %(0. Kemenkes, ()'#! dapun pada pasien fraktur osteoporosis pada tingkatan lebih lanjut akan mengalami dampak sosial maupun dampak ekonomi. Dampak ekonomi meliputi biaya pengeluaran langsung dan tidak langsung. Biaya pengeluaran langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan, misalnya di merika Serikat untuk pengobatan pengobatan osteoporosi osteoporosis, s, biaya
yang
dikeluarkan dikeluarkan
oleh
Pemerintah Pemerintah
merika Serikat adalah sebesar :p. 3).))).))).))).))),1 3).))).))).))).))),1 Sembilan puluh trilyun rupiah! sampai :p.'#$.))).))).))).))),1 :p.'#$.))).))).))).))),1 trilyun
rupiah!
Seratus
tiga
puluh
lima
pertahun. Sedangkan biaya pengeluaran tidak langsung adalah
hilangnya hilangnya waktu kerja ; upah atau produkti5it produkti5itas, as, ketakutan;ke ketakutan;ke+emasan +emasan atau depr depresi esi,, dan dan biay biayaa lain lain yang yang dike dikelu luark arkan an selain selain untu untuk k peng pengob obat atan an sepert sepertii transportasi dan akomodasi selama perawatan pasien. KemenKes, ())*!.
Sebenarnya kejadian osteoporosis dapat ditunda ataupun di+egah, sejak pembentukan tulang dalam kandungan dan balita bawah lima tahun!. Selanjutnya usia pen+egahan yang paling berarti adalah dari usia *1'% tahun, dima dimana na terjad terjadii pema pemada data tan n tulan tulang g dan dan per+ per+ep epata atan n tumb tumbuh uh sewak sewaktu tu remaja remaja.. 7ernyata 7ernyata tidak hanya hanya kuantitas kuantitas tulang tulang yang berpengaruh, berpengaruh, tetapi juga kualitas tulangn tulangnya. ya. In5est In5estasi asi terhadap terhadap tulang tulang terjadi terjadi pada pada usia usia dini, dini, yang yang men+ap men+apai ai pun+aknya pada awal usia () tahunan sampai #) tahun. B. Tujuan 1. Tujuan juan Umum mum
Setel Setelah ah memba memba+a +a makal makalah ah ini ini diha diharap rapka kan n dapa dapatt mema memaha hami mi tentang konsep osteoporosis serta bagaimana proses keperawatan pada penyakit tersebut dan mampu menerapkannya dalam memberikan pelayanan kesehatan nyata 2. Tujuan juan Kh Khus usus us a. &eni &ening ngka katk tkan an
peng penget etah ahua uan n
meng mengen enai ai
peng penger erti tian an,,
etio etiolo logi gi,,
patofisiologi, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan medis, medis , penatalaksanaan Keperawatan pada klien osteoporosis. b. &eningkatkan pengetahuan mengenai asuhan keperawatan pada klien osteoporosis
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. De! De!n n!s! !s!
Osteo Osteopo poro rosis sis beras berasal al dari dari kata kata osteo dan osteo dan porous porous,, osteo artiny artinyaa tulang tulang,, dan porous dan porous berarti berlubang1lubang atau keropos. 6adi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya tulangnya rendah rendah atau berkurang, berkurang, disertai gangguan gangguan mikro1arsitektur mikro1arsitektur tulang tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang 7andra, ())3!. Osteo Osteopo poro rosis sis adala adalah h peny penyak akit it meta metabo boli lism smee tula tulang ng yang yang kron kronik ik dan dan progresif, yang ditandai dengan massa tulang yang rendah dan kerusakan struktural jaringan tulang, yang dapat mengakibatkan kerapuhan tulang. (Sharon L. Lewis, 2007) Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan berkurangnya massa massa tulang tulang dan adany adanyaa peruba perubahan han mikro1a mikro1arsit rsitekt ektur ur jaringa jaringan n tulang tulang yang yang berakibat menurunnya kekuatan tulang dan meningkatnya kerapuhan tulang, sehingga sehingga tulang tulang mudah mudah patah. Definisi lain, osteoporosi osteoporosiss adalah kondisi dimana tulang tulang menjad menjadii tipis, tipis, rapuh, rapuh, keropo keropos, s, dan mudah mudah patah patah akibat akibat berkur berkurang angny nyaa massa tulang yang terjadi dalam waktu yang lama.. Se+ara statistik, osteoporosis didefinisikan sebagai keadaan dimana Densitas &ineral 7ulang D&7! berada di bawah nilai rujukan menurut umur atau standar de5iasi berada di bawah nilai rata1 rata rujukan pada usia dewasa muda KemenKes, ()''!
B. Et!"l"g!
&enurut KemenKes ()''!, ()''!, Klasifikasi osteoporosis dibagi menjadi # golongan golongan
besar
menurut menurut
penyebabny penyebabnya, a, yaitu< Osteoporosis Osteoporosis Primer adalah
osteoporosis yang bukan disebabkan oleh suatu penyakit proses alamiah!, dan Osteoporosis Osteoporosis sekunder sekunder
bila disebab disebabkan kan oleh oleh berbagai berbagai kondisi kondisi klinis; klinis;penya penyakit, kit,
seper seperti ti infek infeksi si tulan tulang, g, tumo tumorr tula tulang ng,, pema pemakai kaian an obat1 obat1ob obata atan n tert terten entu tu dan dan immobilitas yang lama 1. #ste #ste"$ "$"r "r"s "s!s !s Pr!m Pr!mer er Osteoporosis primer berhubungan dengan berkurangnya massa tulang
dan atau terhentinya produksi hormon khusus perempuan! disamping bertambahnya usia. Osteoporosis primer terdiri dari < a. Osteo Osteopo poro rosi siss Prim Primer er 7ip 7ipee I Sering disebut dengan istilah osteoporosis pas+a menopause, yang terjadi pada wanita pas+a menopause. terjadi karena kurngnya kurngnya hormon estrog estrogen en hormo hormon n utama utama pada pada wanita wanita!, !, yang yang memban membantu tu mengatu mengatur r pengangkutan kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala timbul pada perempuan yang berusia antara $'1$ tahun, tetapi dapat mun+ul lebih +epat atau lebih lambat. "ormon estrogen produksinya menurun (1# tahun sebelum menopause menopause dan terus berlangsung berlangsung #1- tahun setelah meopause. "al ini berakibat menurunnya massa tulang sebanyak '1#0 dalam waktu $1 tahun pertama setelah menopause b. Osteoporosis Primer 7ipe 7ipe II Sering Sering disebu disebutt dengan dengan istilah istilah osteop osteoporo orosis sis senilis, senilis, yang yang terjadi terjadi pada usia lanjut. Pasien biasanya berusia /) tahun, pria dan wanita mempunyai mempunyai kemungkinan kemungkinan yang sama terserang, fraktur biasanya biasanya pada tulang paha. Selain fraktur maka gejala yang perlu diwaspadai adalah
kifosis
dorsalis
bertambah,
makin
pendek
dan
nyeri
tulang
berkepanjangan. Pada osteoporosis primer tipe II, kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidak seimbangan
antara
ke+epatan
han+urnya
tulang (osteoklas) dan
pembentukan tulang baru(osteoblast). 2. #ste"$"r"s!s Skun%er Osteoporosis sekunder, adalah osteoporosis yang disebabkan oleh berbagai penyakit tulang +hroni+ rheumatoid, artritis, tb+ spondilitis, osteomala+ia, dll!, pengobatan steroid untuk jangka waktu yang lama, astronot tanpa gaya berat, paralise otot, tidak bergerak untuk periode lama, hipertiroid, dan lain1lain. &. #ste"$"r"s!s Ju'en!l I%!"$at!k merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. "al ini terjadi pada anak1anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar 5itamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang
(. Pat"!s!"l"g!
Se+ara garis besar patofisiologi osteoporosis berawal dari danya massa pun+ak tulang yang rendah disertai adanya penurunan massa tulang. &assa pun+ak tulang yang rendah ini diduga berkaitan dengan faktor geneti+, sedangkan faktor yang menyebabkan penurunan massa tulang adalah proses ketuaan, menopause, faktor lain seperi obat obatan atau aktifitas fisik yang kurang serta faktor genetik. kibat massa pun+ak tulang yang rendah disertai adanya penurunan massa tulang menyebabkan Densitas tulang menurun yang merupakan faktor resiko terjadinya fraktur. Kejadian osteoporosis dapat terjadi pada setiap
umur kehidupan. Penyebabnya adalah akibat terjadinya penurunan bone turn o5er yang terjadi sepanjang kehidupan. Satu dari dua wanita akan mengalami osteoporosis, sedangkan pada laki1laki hanya ' kasus osteoporsis dari lebih $) orang laki1laki. Dengan demikian insidensi osteoporosis pada wanita jauh lebih banyak daripada laki1laki. "al ini diduga berhubungan dengan adanya fase masa menopause dan proses kehilangan pada wanita jauh lebih banyak. Setelah usia #) tahun, resorpsi tulang se+ara perlahan dimulai akhirnya akan lebih dominan dibandingkan dengan pembentukan tulang. Kehilanga massa tulang menjadi +epat pada beberapa tahun pertama setelah menopause dan akan menetap pada beberapa tahun kemudian pada masa postmenopause. Proses ini terus berlangsung pada akhirnya se+ara perlahan tapi pasti terjadi osteoporosis. Per+epat osteoporosis tergantung dari hsil pembentukan tulang sampai ter+apainya massa tulang pun+ak. &assa tulang pun+ak ini terjadi sepanjang awal kehidupan sampai dewasa muda. Selama ini, tulang tidak hanya tumbuh tetapi juga menjdai solid. Pada usia rata = rata ($ tahun tulang men+apai pembentuk massa tulang pun+ak. 2alaupun demikian massa pun+ak tulang ini se+ara indi5idual sangat ber5ariasi dan pada umumnya pada laki1laki lebih tinggi dibanding pada wanita. &assa pun+ak tulang ini sangatlah penting, yang akan menjadi ukuran seseorang menjadi risiko terjadinya fraktur pada kehidupannya. pabila massa pun+ak tulang ini rendah maka akan mudah terjadi fraktur kan saja, tetapi apabila tinggi makan akan terlindung dari an+aman fraktur.
D. )an!estas! Kl!n!s
Osteoporosis dimanifestasikan dengan < '. >yeri dengan atau tanpa fraktur yang nyata. (.
>yeri timbul mendadak.
#. Sakit hebat dan terlokalisasi pada 5ertebra yg terserang. -. >yeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur. $. >yeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jika melakukan akti5itas. %. Deformitas 5ertebra thorakalis ? Penurunan tinggi badan
E. *akt"r +es!k"
@aktor risiko osteoporosis pada dasarnya terdiri dari faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang tidak dapat modifikasi. 1. *akt"r +!s!k" ,ang T!%ak Da$at D!m"%!!kas!
a. 9sia 9sia adalah salah satu dari faktor risiko osteoporosis yang tidak dapat direkayasa. Pada lansia daya serap kalsium akan menurun seiring dengan bertambahnya usia. b. Aender. Diperkirakan selama hidup, wanita akan kehilangan massa tulang #)0 1 $)0, sedangkan pria hanya ()01#)0, namun tidak berarti
semua wanita yang telah mengalami menopause akan
mengalami osteoporosis.
+. Aenetik Diperkirakan *)0 kepadatan tulang diwariskan se+ara genetik sehingga dapat diartikan bahwa osteoporosis dapat diturunkan. d. Aangguan hormonal
'! 2anita
yang
memasuki
masa
menopause
mengalami
pengurangan hormon esterogen, sehingga pada umumnya wanita diatas usia -) tahun lebih banyak terkena osteoporosis dibanding dengan pria. (! Pria yang mengalami defisit testosteron hormon ini dalam darah diubah menjadi estrogen !. #! Aanguan hormonal lain seperti < tiroid, para retiroid, insulin dan glu+o +orti+oid.
2. *akt"r +!s!k" ,ang Da$at D!m"%!!kas!
a. Imobilitas Imobilitas dalam waktu yang lama memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena osteoporosis dibandingkan menopause. Imobilitas akan berakibat pada penge+ilan tulang dan pengeluaran kalsium dari tubuh hiperkalsiuria!. Imobilitas umumnya dialami orang yang berada dalam masa penyembuhan yang perlu mengistirahatkan tubuhnya untuk waktu lama. b. Potur 7ubuh Kurus Postur tubuh yang kurus +enderung mengalami osteoporosis dibandingkan dengan postur ideal dengan berat badan ideal!, karena dengan postur tubuh yang kurus sangat mempengaruhi tingkat pen+apaian massa tulang. +. Kebiasaan
mengkonsumsi
alkohol,
kopi,
mengandung kafein, dan rokok yang berlebih!
minuman
yang
Dengan berhenti merokok se+ara total, membuat esterogen dalam tubuh seseorang tetap beraktifitas dan juga dapat mengeliminasi risiko kehilangan sel pembentuk tulang selama hidup yang men+akup ()0 1 #)0 pada pria dan -)01$)0 pada wanita. &inuman yang mengandung alkohol, kafein dan soda berpotensi mengurangi penyerapan kalsium ke dalam tubuh, sehingga jenis minuman
tersebut
dikategorikan
sebagai faktor risiko
osteoporosis d. supan Aii :endah Pola
makan
yang
tidak
seimbang
yang
kurang
memperhatikan kandungan gii, seperti kalsium, fosfor, seng, 5itamin B%, C, D, K, serta phytoestrogen estrogen yang berasal dari tumbuh1tumbuhan, seperti toge!, merupakan faktor risiko osteoporosis. e. Kurang terkena sinar matahari Orang jarang terkena sinar matahari, terutama sinar pada pagi dan sore hari, karena pada saat tersebut sinar dibutuhkan untuk memi+u kulit membentuk 5itamin D#, dimana 5itamin D D# D(;berasal dari makanan! di ubah oleh hepar dan ginjal menjadi kalsitriol f. Kurang aktifitas fisik Kurangnya olahraga dan latihan se+ara teratur, menimbulkan efek negatif yang menghambat proses pemadatan massa tulang dan kekuatan tulang. >amun olahraga yang sangat berlebih maraton,
atlit! pada usia muda, terutama anak perempuan yang telah haid, akan menyebabkan haidnya terhenti, karena kekurangan estrogen, sehingga penyerapan kalsium berkurang dengan segala akibatnya. g. Penggunaan obat untuk waktu lama Pasien osteoporosis sering dikaitkan dengan istirahat total yang terlalu lama akibat sakit, kelainan tulang, kekurangan bahan pembentuk dan yang terutama adalah pemakaian obat yang mengganggu metabolisme tulang. 6enis obat tersebut antara lain < kortikosteroid, sitostatika metotreksat!, anti kejang, anti koagulan heparin, warfarin!. h. 4ingkungan 4ingkungan
yang berisiko osteoporosis, adalah lingkungan
yang memungkinkan orang tidak terkena sinar matahari dalam jangka waktu yang lama seperti < daerah padat hunian, rumah susun, apartemen, dan lain1lain. Berikut ini adalah klasifikasi faktor risiko osteoporosis yang dapat dimodifikasi yang menentukan prognosis osteoporosis sekunder 7abel '! 7abel '. Penggolongan faktor risiko osteoporosis yang dapat dimodifikasi N"
Pengg"l"ngan
*akt"r +es!k"
'
:esiko 7inggi
Imobilitas pada Pasien dalam jangka waktu yang lama anggota gerak yang mengalami kelumpuhan, +ontoh stroke!
(
:esiko Sedang
Badan yang kurus BB kurang dari normal! Konsumsi alkohol
Penggunaan steroid suntikan KB! dalam waktu yang lama dan kejadian laktasi amenorhea Penggunaan obat kortison dan obat osteoatritis O! dalam jangka lama #
:esiko :endah
Konsumsi rokok;tembakau Kurang aktifitas fisik Kurang konsumsi kalsium.
Sumber < Brownson .:C, :emington P4, Da5is 6:. Chroni+ Disease Epidemiology nd Control. meri+an Publi+ "ealth sso+iation, Se+ond editon ())', p. -3
*. *raktur -$atah tulang Pa%a Pas!en #ste"$"r"s!s
7ingkat lanjut dari osteoporosis dapat berupa fraktur osteoporotik, yang paling sering adalah< fraktur panggul, fraktur 5ertebra dan fraktur pergelangan tangan. Sedangkan fraktur osteoporosis yang paling serius ialah fraktur panggul Aambar'!. @raktur pada pasien osteoporosis pada usia lanjut tidak hanya berpengaruh pada kualitas hidup, namun juga mengan+am jiwa life threatening ! 1. *raktur #ste"$"r"s!s Panggul
a. Prognosis semakin jelek jika operasi ditunda hingga lebih dari # hari b. Prognosis pasien fraktur panggul pas+a terapi terkini< '! Sepertiga akan tetap di tempat tidur;kursi roda (! Sepertiga se+ara fungsional terbatas dan memerlukan bantuan #! "anya sepertiganya kembali fungsional se+ara penuh Aambar '. @raktur osteoporosis panggul
2. *raktur #ste"$"r"s!s /erte0rae
Kebanyakan asimtomatik atau menimbulkan gejala yang minimal untuk itu perlu dilakukan anamnesis in5estigasi!.
ntara umur
%)13) tahun,
insidennya pada wanita meningkat () kali lipat, dan pada laki1laki meningkat ') kali lipat. 4okalisasi biasanya mid thoracic atau
thoracolumbar
unction daerah paling lemah!. Kualitas hidup
Pasien lebih rendah daripada Pasien dengan fraktur
pinggul. Sebanyak -0 memerlukan bantuan dalam kehidupan sehari1hari. Beban
ekonomis
pada
umumnya
karena
perawatan
keperawatan sementara, dan kehilangan waktu kerja. Aambar (. @raktur osteoporotik 5ertebra
jalan,
asuhan
dapun konsekuensi jangka panjang dari fraktur kompresi
5ertebra
@KF! adalah< a. Aangguan fungsi '! Deformitas tulang belakang dengan nyeri yang mengganggu (! &enurunnya mobilitas dengan akibat bertambahnya kehilangan massa
tulang.
#! Penekanan pada abdomen sehingga menurunkan selera makan -! Aangguan tidur b. Penurunan kualitas hidup '! kti5itas menurun (! Depresi meningkat #! Keper+ayaan diri menurun -! Ke+emasan meningkat $! Peran sosial menurun %! &eningkatnya ketergantungan terhadap orang lain +. Aangguan pulmoner paru!< '! &enurunkan fungsi pulmoner (! @ungsi paru @FC, @EF '! menurun se+ara signifikan #! Satu @KF thorakal menyebabkan kehilangan 30 for+ed 5ital +apa+ity G pasien
&ortalitas pasien @KF meningkat (# = #-0 dibanding dengan tanpa @KF
G
Penyebab kematian tersering adalah penyakit paru PPK dan pneumonia!
&. *raktur #ste"$"r"s!s Pergelangan Tangan
a. Pasien dengan fraktur pergelangan tangan, memiliki risiko fraktur panggul dua kali lebih besar dikemudian hari b. Sebanyak 3)0 pasien fraktur osteoporosis pergelangan tangan dioperasi +. Pada wanita, umumnya terjadi dalam - tahun pas+a menopause d. Pun+ak kejadian pada umur %)1) tahun e. ngka kesakitan lebih tinggi dibandingkan fraktur panggul.
Aambar #. @raktur osteoporosis pergelangan tangan
. Dam$ak #ste"$"r"s!s Terha%a$ Kesehatan !g! %an )ulut
Beberapa penelitian di bidang kedokteran gigi membuktikan bahwa terjadinya osteoporosis pada tulang paha,
tulang belakang, akan diikuti
dengan oste porosis pada tulang rahang. Penelitian Kusdhany ())#! pada ((% perempuan pas+a perempuan
menoppause
di
Bekasi
menjumpai
bahwa
pas+a menopause dengan tulang rahang normal, yang memiliki
jumlah gigi yang kurang dari '3 buah sebesar (%,%'0 sedang perempuan pas+a menopause dengan osteoporosis, tulang rahang yang mempunyai jumlah gigi kurang dari '3 adalah sebesar $',(* 0. 7ulang yang mengalami osteoporosis kurang dapat menahan beban yang disebabkan oleh kontaknya gigi tiruan dengan gigi lawannya, sehingga memi+u penyusutan tulang rahang se+ara +epat. Keadaan ini mengakibatkan Pasien osteoporosis tulang rahang yang sudah menggunakan gigi tiruan akan merasakan gigi tiruannya menjadi +epat longgar dan goyang apabila dipakai mengunyah makanan Suatu penelitian di 9S menyimpulkan bahwa Pasien osteoporosis yang telah memakai gigi tiruan memerlukan perbaikan gigi tiruannya sebanyak # kali lebih banyak
dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita
osteoporosis. Dampak lain osteporosis tulang rahang adalah adalah peradangan gusi, mudah berdarah dan tampak kemerahan, lama kelamaan dapat menimbulkan kegoyangan gigi.
. Pen3egahan #ste"$"r"s!s
9paya pen+egahan osteoporosis hendaknya memperhatikan kondisi pun+ak massa tulang, dimana kondisi tersebut optimal pada masa dewasa muda. Dengan
ter+apainya pun+ak massa tulang optimal pada masa dewasa muda,
osteoporosis yang mungkin timbul pada usia tua akan lebih ringan.
Pada umumnya pun+ak massa tulang akan ter+apai pada usia () sampai #) tahun, setelah itu akan menurun penyebab utamanya adalah proses penuaan, absorbsi kalsium menurun dan fungsi para tiroid meningkat. Kejadian oestoponia pada wanita dengan hipoestrogen akan menyebabkan kehilangan jaringan tulang pada wanita (1#0 pertahun pada masa perimenipause dan hal ini berlangsung terus menerus sampai $1') tahun pas+a menapause, sehingga men+apai ambang patah tulang. Setelah usia %$ tahun memasuki usia geriatri tetap terjadi kehilangan massa tulang dengan ke+epatan yang lebih rendah. Arafik (. Pun+ak &assa 7ulang Pada 2anita dan 4aki = laki.
Sumber : A. Rachman Irchamsyah. Menopause Pada Wanita dan Osteoporosis, Seminar sadar Dini Cegah Osteoporosis Menuju Masyarakat ertu!ang Sehat, "akarta, #$$%.
@aktor penting yang menentukan pun+ak massa tulang adalah< '! Status hormonal, (! supan kalsium, #! kti5itas fisik, -! @aktor genetik dan konstitusional ras, jenis kelamin, dan lain1lain!. Karena faktor genetik dan konstitusional tidak mungkin dimanipulasi, maka faktor lainnya, seperti nutrisi dengan asupan kalsium yang +ukup, akti5itas fisik, 5itamin D dan sinar matahari merupakan hal penting untuk dimanfaatkan dalam pengobatan
osteoporosis, disamping memperbaiki gaya hidup seperti tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol. &assa tulang optimal pada masa dewasa harus diusahakan agar ter+apai dengan menjamin asupan nutrisi yang mengandung +ukup kalsium selama masa kanak1kanak sampai pada saat terhentinya pertumbuhan tulang. 4atihan fisik yang teratur juga penting untuk meningkatkan massa tulang selama masa pembentukan tulang. Setelah pun+ak massa tulang ter+apai, pada masa dewasa, maka asupan kalsium yang adekuat, latihan fisik yang teratur harus tetap dipertahankan selama hidup 1. !4!
7abel berikut ini menggambarkan kebutuhan minimal asupan kalsium untuk setiap orang per hari dan tabel kandungan kalsium per ')) gr bahan makanan, akan tetapi kita juga harus tetap memperhatikan faktor1 faktor yang dapat menghambat penyerapan kalsium dalam usus, sepertiH makanan
yang
memiliki serat berlebih, makanan yang memiliki protein tinggi daging kambing, daging ayam, dan lain1lain!, konsumsi fosfor yang berlebih melebihi '$)) mg, sepertiH soft drink, ikan tuna, daging!, garam, kebiasaan merokok, kopi dan alkohol. Ta0el 2. Ke0utuhan kals!um $erhar! untuk 0er0aga! us!a. Us!a
Kals!um -mg5hr
Ba6! %an anak 7 anak
) = % bulan
#)) = -))
= '( bulan
-))
' = # tahun
$))
- = % tahun
%))
= 3 tahun
))
+emaja
') = '* tahun
'#)) khususnya pada masa pertumbuhan!
Perem$uan
'3 tahun = menopause
')))
Setelah menopause
'#))
"amil
'())
&enyusui Lak! 7 lak!
')))
'3 = %$ tahun
')))
%$ tahun
'#))
Sumber ! "#$%&'$ ! 'uman itamin and ineral *e+uirements, 2002 (ata berdasar pengelompokan di -ropa arat, #merika, dan /anada)
Ta0el &. Datar Kan%ungan Kals!um $er 188 gr 0ahan makanan N"
'
(
#
Kel"m$"k Bahan )akanan
Susu dan produknya
Ikan
Sayuran
Bahan )akanan
)g (a 5 188 gr Bahan
Susu sapi
''%
Susu kambing
'(3
si Keju
##
8oughurt Susu
3) = ''*)
pabrik Kalsium!
'$)
7eri kering
'())
:ebon
%3
7eri segar
$))
Sarden kaleng dengan tulang!
#$-
Daun pepaya
#$#
Bayam
(%
Sawi
(()
Brokoli
'')
'-$) 1 ()))
-
$
Ka+ang = ka+angan dan hasil olahannya
Serealia
Ka+ang panjang
#-
Susu kedelai ($) ml!
($)
7empe
'(3
7ahu
'(-
6ali
('#
"a5ermut
$#
Sumber ! Sayogo, Saitri, $steoporosis dan 1ii, Seminar Sadar ini Segah $steoporosis enuu asyarakat ertulang Sehat, 3akarta 47 September 2005
2. #0at 7 "0atan
Berhati = hati dalam meggunakan obat = obatan. Beberapa jenis obat ternyata dapat mengganggu kinerja tulang. Salah satu +ontohnya adalah obat kortikosteroid yang dapat menekan kerja hormon pembentukan tulang. Contoh lain adalah antasida, obat pen+ahar, +holestiramine, obat diuretik, anti gout dan beberapa jenis obat anti rematik. Obat1obatan tersebut memiliki efek mengganggu penyerapan kalsium. Obat antasida yang umum dikenal sebagai obat anti sakit maag dapat menghambat penyerapan kalsium. Penghambatan dipi+u oleh magnesium dan alumunium hidroksida yang mampu mengikat kalsium dan mengubahnya menjadi bentukan baru yang sulit diserap. Obat +holesteramine yang laim digunakan untuk mengikat asam empedu agar terjadi penurunan kolesterol darah juga dapat menurunkan kadar kalsium tubuh akibat pembuangan melalui urine. &. Batas! K"nsums! aram
Aaram dapur >aCl! terdiri dari unsur natrium >a! dan klorida Cl!. Konsumsi natrium sodium! yang berlebih, baik yang berasal dari garam dapur maupun monosodium glutamat &SA! dapat berdampak buruk terhadap
kesehatan. Selain memiliki efek hipertensi, natrium juga berpotensi untuk menghilangkan kalsium dari tubuh. >atrium akan mengeluarkan kalsium dari tubuh. >atrium akan mengeluarkan kalsium melalui urine. Cara menghindari kehilangan kalsium akibat natrium adalah dengan membatasi konsumsinya. Sebaiknya hindari makanan1makanan tinggi natrium dan makanan awetan yang menggunakan garam sebagai pengawet. . (uku$! K"nsums! /!tam!n D
Fitamin D diketahui mampu memelihara kesehatan tulang dengan +ara meningkatkan penyerapan kalsium dan sistem pen+ernaan, serta mengurangi pembuangannya dari ginjal. 9. Akt!!tas *!s!k
Senam pen+egahan osteoporosis ditujukan untuk meningkatkan densitas tulang kepadatan massa tulang!, dan senam osteoporosis ditujukan kepada Pasien osteoporosis untuk men+egah terjadinya patah tulang J meningkatkan densitas tulang kepadatan massa tulang!. Berikut ini adalah jenis = jenis latihan fisik yang boleh dilakukan serta tidak boleh dilakukan oleh Pasien osteoporosis < •
Em$at Jen!s Lat!han *!s!k ,ang B"leh D!lakukan
a. 4akukan latihan fisik jalan kaki se+ara teratur, dengan ke+epatan minimal # mph -,$ km! per jam selama $) menit, $ kali seminggu. b. 4akukan latihan untuk kekuatan otot, menggunakan beban bebas dumbel ke+il! atau dengan mesin latih beban. 4atihan ini
ditekankan untuk melatih darerah panggul, paha, punggung, lengan, pergelangan tangan dan bahu. +. 4akukan
latihan
untuk
meningkatkan
keseimbangan
dan
kelin+ahan d. 4akukan latihan ekstensi punggung, latihan ini dilakukan dengan +ara duduk di kursi serta melengkungkan punggung ke belakang. •
Em$at Jen!s Lat!han *!s!k ,ang T!%ak B"leh D!lakukan
a. 6angan lakukan latihan fisik yang memberikan benturan dan pembebanan pada tulang punggung, seperti < melompat, senam aerobik benturan keras, jogging atau lari. b. 6angan membungkukan badan kedepan dari pinggang dengan punggung melengkung spinal fleion!, karena bahaya kerusakan pada ruas tulang belakang, seperti< sit1up, +run+h, mendayung, meraih jari = jari kaki. +. 6angan melakukan latihan fisik atau aktifitas yang mudah menyebabkan jatuh, seperti < senam dingklik atau trampolin, atau jangan melakukan latihan pada lantai yang li+in. d. 6angan melakukan latihan menggerakan tungkai kearah samping atau menyilang badan dengan memakai beban anduksi dan aduksi! Setiap latihan fisik harus diawali dengan pemanasan untuk< 1. &enyiapkan otot dan urat agar meregang se+ara perlahan dan
mantap sehingga men+egah terjadinya +edera. 2. &eningkatkan denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh sedikit
demi sedikit. &. &enyelaraskan koordinasi gerakan tubuh dengan keseimbangan
gerak dan, . &enimbulkan rasa santai.
4akukan selama ') menit dengan jalan ditempat, gerakan kepala, bahu, siku dan tangan, kaki, lutut dan pinggul. Kemudian lakukan peregangan selama kira1kira $ menit. 4atihan peregangan akan menghasilkan selama kira1kira $ menit. 4atihan peregangan akan menghasilkan kelenturan otot dan kemudahan gerakan sendi. 4atihan ini dilakukan se+ara berhati1hati dan bertahap, jangan sampai menyebabkan +edera. Biasanya dimulai dengan peregangan otot1otot lengan, dada, punggung, tungkai atas dan bawah, serta otot1otot kaki 4atihan inti, kira1kira () menit, merupakan kumpulan gerak yang bersifat ritmis atau berirama agak +epat sehingga mempunyai nilai latihan yang bermanfaat. 9tamakan gerakan, tarikan dan tekanan pada daerah tulang yang sering mengalami osteoporosis, yaitu tulang punggung, tulang paha, tulang panggul dan tulang pergelangan tangan.Kemudian lakukan juga latihan beban. Dapat dibantu dengan bantal pasir, dumbble, atau apa saja yang dapat digenggam dengan berat #))1'))) gram untuk ' tangan, mulai dengan beban ringan untuk pemula, dan jangan melebihi '))) gram. Beban untuk tulang belakang dan tungkai sudah +ukup memdai dengan beban dari tubuh itu sendiri. Setelah latihan inti harus dilakukan pendinginan dengan memulai
gerakan peregangan seperti awal pemanasan dan lakukan gerakan menarik napas atau ambil napas dan buang napas se+ara teratur. 6ika masih memungkinkan. 4akukan senam lantai kira1kira ') menit. 4atihan ini merupakan gabungan peregangan, penguatan dan koordinasi. 4akukan dengan lembut dan perlahan dalam posisi nyaman, rileks dan napas yang teratur Santoso, ())3!. 9. Pa$aran s!nar matahar!
Sinar matahari dipagi hari dan sore hari menjelang magrib!, berfungsi dalam memi+u kulit membentuk 5itamin D #. Dalam menetralisasi tulang, dimana sel osteoblas sel pembentuk tulang! membutuhkan kalsium sebagai bahan dasar, dan hormon kalsitriol. Kalsitriol ini berasal dari 5itamin D# kulit dan 5itamin D( yang berasal dari makanan mentega, keju, telur, ikan!. Kalsitriol inilah yang merangsang osteoblas dalam menetralisasi tulang. Berdasarkan hasil penelitian &enies :esear+h Institute, "orbat1 ustralia, pada anak1anak tidak akan tumbuh optimal atau bahkan terhenti pertumbuhanya jika
kurang
memperoleh
5itamin
D.
gar
diperoleh
5itamin D yang +ukup, sekurang kurangnya seorang anak terpapar matahari selama * jam dalam seminggu
Kutub
Selatan!.
>amun
untuk
anak
ataupun orang dewasa di Indonesia, +ukup tertapar oleh sinar matahari pagi dan sore selama $ sampai '$ menit sebanyak # kali dalam seminggu.
H. Penatalaksanaan )e%!s
a. 7erapi
7erapi dan pengobatan osteoporosis bertujuan untuk meningkatkan kepadatan tulang untuk mengurangi retak tambahan dan mengontrol rasa sakit. 9ntuk terapi dan pengobatan osteoporosis sebenarnya memerlukan suatu tim yang terdiri dari multidisipliner minimal antara lain departemen bedah, departemen penyakit dalam, departemen psikologi, departemen biologi, departemen obstetri dan ginekologi, departemen farmakologi. Penyakit
osteoporosis
selain
mempengaruhi
tubuh,
juga
mempengaruhi kondisi psikis penderitanya terutama akibat patah tulang sehingga terapi dan pengobatan osteoporosis pun melibatkan spesialis kejiwaan. 7idak hanya itu, departemen kedokteran olahraga juga diperlukan dalam terapi dan pengobatan osteoporosis. 9ntuk mempertahankan kepadatan tulang, tubuh memerlukan persediaan kalsium dan mineral lainnya yang memadai, dan harus menghasilkan hormon dalam jumlah yang men+ukupi hormon paratiroid, hormon pertumbuhan, kalsitonin, estrogen pada wanita dan testosteron pada pria!. Se+ara progresif, tulang meningkatkan kepadatannya sampai ter+apai kepadatan maksimal sekitar usia #) tahun!. Setelah itu kepadatan tulang akan berkurang se+ara perlahan. Oleh sebab itu, kepadatan tulang harus dijaga sejak masih muda agar saat tuanya tidak menderita osteoporosis. Semua wanita, terutama yang menderita osteoporosis, harus mengkonsumsi kalsium dan 5itamin D dalam jumlah yang men+ukupi. 2anita pas+a menopause yang menderita osteoporosis juga bisa
mendapatkan estrogen biasanya bersama dengan progesteron! atau alendronat
golongan
bifosfonat!
yang
bisa
memperlambat
atau
menghentikan penyakitnya. Pria yang menderita osteoporosis biasanya mendapatkan kalsium dan tambahan 5itamin D, terutama jika hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa
tubuhnya
tidak
menyerap
kalsium
dalam
jumlah
yang
men+ukupi.6ika kadar testosteronnya rendah, bisa diberikan testosteron. Pada kolaps tulang belakang disertai nyeri punggung yang hebat, diberikan obat pereda nyeri, dipasang supporti5e ba+k bra+e dan dilakukan terapi fisik. Penjepit punggung mungkin penting untuk mendukung 5ertebra yang lemah dan operasi dapat memperbaiki beberapa keretakan. Pengobatan hormonal dan flouride dapat membantu. Penyakit osteoporosis yang disebabkan oleh gangguan lain dapat di+egah melalui pengobatan yang efektif pada gangguan dasarnya, seperti terapi kortikosteroid. P!l!han "0at "ste"$"r"s!s
Beberapa obat meningkatkan ketebalan tulang atau memperlambat ke+epatan penghilang tulang. 1. Natr!um Alen%r"nat In%!kas!:
untuk pengobatan osteoporosis pada wanita pas+amenopause. Osteoporosis dikonfirmasi dengan temuan masa tulang yang rendah atau dengan keberadaan atau riwayat fraktur osteoporotik. Interaks!:
pemberian bersamaan dengan suplemen kalsium, antasida, dan pengobatan oral lainnya dapat mempengaruhi absorbsi alendronat, oleh karena itu psien harus menunggu sekurang1kurangnya setengah jam setelah minum alendronat sebelum minum obat oral lainnya. Penggunaan alendronat dengan ":7 menyebabkan peningkatan masa tulang yang lebih besar dan penurunan bone turno5er yang lebih besar. Studi klinis menunjukkan ,penggunaan alendronat dosis lebih besar dari ') mg per hari dengan produk yang
mengandung
aspirin
dapat
meningkatkan
kejadian
sampingan upper gastrointestinal, namun kejadian ini tidak terlihat pada penggunaan alendronat #$ mg atau ) mg sekali seminggu. K"ntra!n%!kas!:
abnormalitas esophagus yang dapat memperlambat pengosongan esophagus seperti stri+ture atau a+halasiaH tidak mampu berdiri atau duduk untuk sekurang1kurangnya #) menitH hipersensitifitas terhadap
alendronate
>a
atau
komponen
obat
lainnya.H
hipokalsemiaH pasien dengan peningkatan resiko aspirasi tidak diberikan alendronat dalam bentuk larutan buffer. D"s!s:
dosis yang direkomendasikan adalah ) mg sekali seminggu atau ') mg sekali sehari. Obat diberikan harus diberikan sekurang1 kurangnya setengah jam sebelum makan. 7idak diperlukan penentuan dosis untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal ringan hingga sedang dan untuk manula.
Eek Sam$!ng:
kejadian gastrointestinal bagian atas nyeri perut, dyspepsia, ulkus esophagus, disfagia dan abdominal distention!H ruam dan eritemaH nyeri muskuloskeletal, konstipasi, diare, dlatulensi dan sakit kepalaH mual,muntah, keram otot. Efek samping yang dilaporkan pada penggunaan pas+a pemasaran< reaksi hipersensiti5itas termasuk
urti+aria
dan
angioedema!H
mual
dan
muntah,
esofagitis,erosi esophageal, ulkus esophagus, esophageal stri+ture atau perforasi, dan ulkus orofaringeal, ulkus duodenum dan gaster jarang, beberapa kasus berat dan dengan komplikasi!H rashH u5eitis dan s+leritis jarang!. Per!ngatan:
lendronat dapat menyebabkan iritasi lo+al pada mukosa gastrointestinal bagian atas. Kejadian sampingan pada esophagus dilaporkan terjadi pada penggunaan alendronat dan beberapa di antaranya merupakan kasus parah dan memerlukan perawat di rumah sakit, oleh karena itu dokter harus waspada terhadap reaksi esophagus ini dan apabila terjadi pengobatan harus dihentikan. Peringatan
harus
diberikan
pada
pasien
dengan
masalah
gastrointestinal bagian atas sebelum menggunakan alendronat. lendronat tidak dianjurkan untk diberikan pada pasien dengan klirens kreatinin L #$ m4;min gangguan fungsi ginjal berat!. Penyebab osteoporosis selain dari kekurangan estrogen, penuaan dan
penggunaan
glukokortikoid
harus
dipertimbangkan.
"ipokalsemia harus diobati sebelum terapi alendronat dimulai. Aangguan metabolisme mineral seharusnya diobati dengan efektif, dikarenakan efek positif dari alendronat, khususnya pada pasien dengan penyakit Paget dan pada pasien yang ke+epatan bone turno5er meningkat dengan besar sebelum pengobatan dan pada pasien yang mendapatkan glukokortikoid serta pada pasien yang absorbsi kalsiumnya menurun. lendronat seharusnya tidak diberikan pada wanita hamil dan menyusui.
2. Asam I0an%r"nat In%!kas!:
pengobatan osteoporosis pas+amenopause, mengurangi risiko fraktur, pen+egahan bone loss pada wanita pas+amenopause yang memiliki risiko terhadap berkembangnya osteoporosis. K"ntra!n%!kas!:
hipersensiti5itas, un+orre+ted hypo+al+emia, ketidakmampuan berdiri atau duduk tegak selama paling sedikit %) menit, kehamilan, menyusui D"s!s:
Pengobatan dan pen+egahan< (,$ mg sekali sehari. Obat harus diminum %) menit sebelum mengkonsumsi makanan atau minuman pertama kali selain air! atau mengkonsumsi obat atau suplemen oral lainnya termasuk kalsium!. 7ablet harus ditelan utuh dengan segelas penuh air putih '*) hingga (-) m4! sambil
duduk atau berdiri dalam posisi tegak. Pasien tidak boleh berbaring selama %) menit setelah meminum obat ini. ir putih adalah satu1satunya minuman yang boleh diminum dengan obat ini. Beberapa air mineral dapat mengandung kadar kalsium yang lebih tinggi sehingga tidak boleh digunakan. Obat ini tidak boleh dikunyah atau dihisap karena dapat menyebabkan ulserasi orofaringeal.Pengobatan osteoporosis pas+amenopause, oral, '$) mg satu kali sebulan atau injeksi intra5ena diberikan selama '$1#) detik, # mg setiap # bulan.
Eek Sam$!ng:
hipokalsemia, hipofosfatemia, gejala seperti influena termasuk demam, menggigil dan nyeri otot!, nyeri tulang, reaksi esofageal lihat keterangan di bawah!, diare, mual, muntah, nyeri abdominal, dyspepsia, faringitis, sakit kepala, asthenia, jarang anemia, reaksi hipersensiti5itas
pruritus,
bronkospasmus
dan
dilaporkan
angioudem!.:eaksi Esofageal. Dilaporkan reaksi esofageal yang berat dengan seluruh bifosfonat oralH pasien dianjurkan untuk berhenti mengkonsumsi obat ini dan konsultasi ke dokter jika mengalami gejala1gejala iritasi esofageal seperti dysphagia, nyeri menelan, nyeri retrosternal, atau nyeri ulu hati. Per!ngatan:
kerusakan ginjal lampiran #!H monitor fungsi ginjal dan kadar serum kalsium, fosfat dan magnesiumH penyakit jantung hindari
asupan +airan yang berlebih!H keamanan pada anak belum ditetapkan. &. Asam ;"le%r"nat In%!kas!:
hiperkalsemia malignan K"ntra!n%!kas!:
pasien yang hipersensitif terhadap asam oledronat, bifosfonat, atau at tambahan dalam obat ini, kehamilan, menyusui. D"s!s:
dewasa dan lansia< dosis yang dianjurkan untuk "C& albumin1 +orre+ted serum +al+ium /'(.) mg;dl atau #.) mmol;l! rekonstitusi - mg asam oledronat dilarutkan dalam +airan infus dilarutkan dalam $) m4 ).30 >aCl atau $0 glukosa! diberikan se+ara infus intra5ena dosis tunggal selama '$ menit. Status hidrasi pasien harus dipantau terutama pada sebelum pemberian infus dan +airan infus yang diberikan disesuaikan dengan kondisi klinik pasien. Penderita gagal ginjal tidak ada penyesuaian dosis atau waktu infus yang diperlukan pada pasien dengan gangguan ginjal ringan sampai sedang kreatinin serum L -))Mmol;l atau L -.$ mg;dl!. Penderita insufisiensi hati tidak ada data klinik pada pengobatan pasien dengan penyakit hati yang parah, tidak ada rekomendasi khusus untuk pasien ini Eek Sam$!ng:
hipokalsemia, anemia, influena like symptoms termasuk nyeri pada tulang, mialgia, artralgia, demam dan kaku, gangguan saluran +erna, sakit kepala, konjungti5itis, gagal ginjal jarang gagal ginjal akut!, gangguan saraf penge+apan, mulut kering, stomatitis,
nyeri
dada,
hipertensi,
dispnea, batuk, pusing,
parastesia, gemetar, ansietas, gangguan tidur, pandangan kabur, peningkatan berat badan, pruritus, ruam berkeringat, keram otot, hematuria,
proteinuria,
reaksi
hipersensiti5itas
termasuk
angioderma!, asthenia, udem perifer, trombositopenia, leu+openia, hipomagnesemia, hipokalemia, reaksi di tempat penyuntikanH jarang
bradikardi,
bingung,
hiperkalemia,
hipernatremia,
pansitopenia, osteoporosis rahangH sangat jarang u5eitis dan episkleritis. Per!ngatan:
kadar kreatinin, kalsium, fosfat dan magnesium dalam serum harus dimonitor setelah pengobatan dimulai. Pasien pas+a pengobatan tiroid, pasien dengan risiko hipokalsemia seperti pada hipoparatiroidisme relatif. 7idak dianjurkan pada pasien dengan serum kreatinin L -))Mmol;l atau L -.$ mg;dl. Pada beberapa pasien yang memerlukan pengulangan pemberian obat, serum kreatinin harus die5aluasi sebelum pemberian tiap dosis. Pasien dengan perburukan fungsi ginjal harus dipantau dengan baik dan perlu
dipertimbangan
manfaat
pemberian
obat
dibanding
kemungkinan risiko yang dapat terjadi. 6angan diberikan pada
wanita hamil ke+uali manfaat resiko lebih besar pada ibu dibandingkan terhadap bayi. . I0an%r"nat In%!kas!:
kanker tulang metastase, menurunkan risiko komplikasi skeletal pada penyakit malignant pada tulang termasuk hiperkalsemia, nyeri, kebutuhan radioterapi untuk mengatasi nyeri akibat luka tulang bone lesion! dan fraktur, dan menurunkan resiko fraktur. Interaks!:
Interaksi Obat1makanan Produk mengandung kalsium atau kation multi5alen seperti alumunium, magnesium, besi!, termasuk susu dan makanan, dapat mempengaruhi absorbsi asam ibandronat. Oleh karena itu, produk tersebut harus diberikan dengan selang waktu minimal %) menit setelah dosis oral asam ibandronat. Bioa5ailabilitas berkurang sekitar $0 jika tablet asam ibandronat diberikan ( jam setelah makan. Oleh karena itu, direkomendasikan bahwa tablet harus diberikan setelah puasa satu malam setidaknya % jam! dan puasa harus dilanjutkan selama %) menit setelah dosis diberikan. "ati1hati penggunaan bersamaan bifosfonat dengan aminogliserida karena keduanya dapat menurunkan tingkat kalsium serum jika digunakan dalam jangka waktu yang lama dan kemungkinan dapat menyebabkan hipo1magnesemia.
Interaksi Obat1obat :anitidin intra5ena meningkatkan bioa5ailabilitas asam ibandronat sekita ()0 masih dalam rentang normal bioa5ailabilitas asam ibandronat!, kemungkinan karena keasaman lambung yang berkurang. >amun, tidak diperlukan penyesuaian dosis jika asam ibandronat diberikan bersamaan dengan antagaonis "( atau obat lain yang meningkatkan P" lambung. D"s!s:
Oral< $) mg sekali sehari. 7ablet asam ibandronat harus diminum %) menit sebelum makan dan minum selain air putih!, atau minum obat dan suplemen lain termasuk kalsium!. 7ablet asam ibandronat harus diberikan setelah puasa selama semalam minimal % jam! dan %) menit sebelum makan dan minum pada pagi hari atau sebelum mengkonsumsi obat atau suplemen lain termasuk kalsium!. Puasa dilanjutkan #) menit setelah tablet diminum. ir putih dapat diminum bersama dengan pemberian tablet asam ibandronat. Pasien tidak boleh berbaring %) menit setelah minum tablet asam ibandronat K"ntra!n%!kas!:
"ipersensitif terhadap asam ibandronat atau golongan bifosfonat lainnyaH asam ibandronat tidak boleh diberikan pada anak1anak karena penelitian ilmiah yang masih terbatasH asam ibandronat
tidak boleh diberikan pada wanita hamil dan ibu menyusui karena belum ada data keamanan yang memadai. Eek Sam$!ng:
9mum terjadi '0 dan L ')0!< hipokalsemia, dispepsia, mual, nyeri abdomen, esofagitis, astenia. 7idak umum terjadi ),'0 dan L '0!< anemia, parestesia, disgesia penge+apan yang tidak normal!, perdarahan, ulkus duodenum, gastritis, disfagia, mulut kering, pruritus, aotemia uremia!, nyeri dada, gejala seperti influena, mengantuk, nyeri, peningkatan hormon paratiroid dalam darah. Per!ngatan:
"ipokalsemia dan gangguan metabolisme tulang dan mineral harus diobati terlebih dahulu sebelum terapi asam ibandronat dilakukan. supan kalsium dan 5itamin D yang +ukup sangat penting pada semua pasien. Pasien harus menerima asupan kalsium dan 5itamin D yang +ukup, jika asupan tersebut tidak terpenuhi dari makanan maka pasien harus diberi suplemen kalsium dan 5itamin D. Bifosfonat oral sering mengakibatkan disfagia, esofagitis, dan esofageal atau luka pada lambung gastri+ ul+er!. Oleh karena itu, pasien harus memperhatikan +ara pemberian obat. Dokter harus waspada terhadap tanda atau gejala reaksi esofageal yang mungkin terjadi selama terapi dan pasien diperintahkan untuk tidak melanjutkan terapi asam ibandronat. Bantuan medis
harus segera dilakukan jika pasien mengalami gejala iritasi esofageal seperti disfagia, nyeri saat menelan, rasa sakit pada belakang sternum atau dada terbakar. Perhatian harus diberikan saat pemberian oral sam Ibandronat bersamaan dengan I>S karena I>S sering dikaitkan dengan iritasi gastrointestinal. Osteonekrosis rahang pernah dilaporkan terjadi pada pasien kanker yang menerima pengobatan termasuk bifosfonat intra5ena. Banyak dari pasien tersebut juga menerima kemoterapi dan kortikosteroid. Osteonekrosis rahang juga dilaporkan terjadi pada pasien osteoporosis yang menerima bifosfonat oral. Pemeriksaan gigi sebaiknya dilakukan sebelum pengobatan dengan bifosfonat pada pasien yang melakukan terapi lain dalam waktu yang bersamaan kemoterapi, radioterapi, kortikosteroid!. Bagi pasien yang mengalami osteonekrosis rahang saat terapi bifosfonat, operasi gigi dapat memperparah kondisinya. 9ji klinik tidak menunjukkan bukti penurunan pada ginjal dengan terapi asam ibandronat jangka panjang. >amun, direkomendasikan untuk memonitor fungsi ginjal, kalsium, fosfat dan megnesium serum pada pasien yang diterapi asam ibandronat. "idrasi berlebihan harus dihindari pada pasien yang memiliki resiko gagal jantung. 9. Kl"%r"nat D!natr!um In%!kas!:
hiperkalsemia malignan. Interaks!:
dilaporkan kejadian gagal ginjal jika digunakan bersama dengan antiinflamasi non steroid I>S! lebih sering diklofenak, hati1hati penggunaan bersama aminoglikosid karena dapat menyebabkan peningkatan
resiko
hipokalsemia,
penggunaan
bersama
estramustin fosfat dengan klodronat dilaporkan meningkatkan kadar serum estramustin fosfat maksimal *)0, penggunaan bersama makanan atau obat yang mengandung kation di5alent misalnya antasida atau preparat besi se+ara bermakna menurunkan bioa5ailabilitas klodronat. K"ntra!n%!kas!:
hipersensiti5itas, pemberian bersama dengan bifosfonat lain. D"s!s:
'%)) mg diberikan dalam dosis tunggal atau dua kali sehari, dapat ditingkatkan hingga #()) mg dalam dosis terbagi, dosis tunggal dan dosis pertama diminum pagi sebelum makan bersama air putih dalam jumlah +ukup, pasien tidak boleh makan terutama produk suplemen mengandung kalsium, besi, mineral dan antasida pada dua jam sebelum atau satu jam setelah minum klodronat, jaga asupan +airan, tidak ada dosis khusus untuk lansia, diberikan ( kali sehari dosis terbagi, dosis yang separuh harus diminum pada hari yang sama, klodronat dinatrium tidak boleh digerus atau dilarutkan sebelum digunakan.
Infus intra5ena #)) mg satu ampul $ m4! per hari dilarutkan kedalam $)) m4 natrium klorida ),30 atau glukosa $0, diberikan selama minimal ( jam hingga diperoleh kadar kalsium normal, biasanya di+apai dalam $ hari, terapi tidak boleh dilanjutkan lebih dari hari, sebagai alternatif dosis klodronat '$)) mg dapat diberikan sebagai dosis tunggal, dilarutkan dalam $)) m4 natrium klorida ),30 atau glukosa $0 dan diberikan selama - jam. Pada penderita gagal ginjal< klodronat disarankan dikurangi sesuai tingkat keparahan gagal ginjal< gagal ginjal ringan klirens kreatinin $)1*) m4;min!, dosis dikurangi sebanyak ($0, gagal ginjal sedang klirens kreatinin '( = $) m4;min, dosis dikurangi ($1$)0, gagal ginjal berat klirens kreatinin L '(! dosis dikurangi sebanyak $)0, disarankan dosis #)) mg klodronat diberikan sebelum hemodialisis dan dosis dikurangi $)0 pada hari non1 dialisis dan membatasi jadwal pengobatan selama $ hari. Eek Sam$!ng:
umum<
mual,
muntah,
diare,
hipokalsemia
asimptomatik,
peningkatan hepatobiliari transaminase biasanya dalam batas normal!H jarang< hipokalsemia simptomatik, peningkatan hormon paratiroid akibat penurunan kalsium darah, peningkatan fosfatase alkali darah, peningatan transaminase lebih dari ( kali nilai normal tanpa penyebab abnormalitas pada fungsi hati, hipersensiti5itas Per!ngatan:
hidrasi harus +ukup, kadar kalsium dalam darah harus dimonitor, hiperkalsemia atau gagal ginjal, hamil, meyusui, efikasi dan keamanan pada anak belum diketahui, dosis pemberian se+ara intra5ena lebih tinggi dari yang dianjurkan dapat menyebabkan kerusakan ginjal terutama jika diberikan ke+epatan pemberian infus terlalu tinggi, pemeriksaan gigi dan pen+egahan kerusakan gigi harus dilakukan sebelum memulai terapi, penghentian terapi bifosfonat pada pasien yang diduga mengalami atypi+al femur fra+ture, pasien agar melaporkan gejala nyeri pda paha, pangkal paha atau pinggul untuk diperiksa lebih lanjut kemungkinan mengalami in+omplete femur fra+ture, dilaporkan osteonekrosis rahang terutama pada pasien yang sebelumnya mendapat amino1 bifosfonat seperti oledronat dan pamidronat
<. +!se%r"nat Natr!um In%!kas!:
osteoporosis, osteoporosis akibat glukokortikoid, penyakit tulang PagetNs disease Interaks!:
pemberian pada waktu yang berbeda dengan obat mengandung kation seperti kalsium, magnesium, besi, aluminium, antasida K"ntra!n%!kas!:
gangguan ginjal berat klirens kreatinin kurang dari #) m4;min!, kehamilan, menyusui
D"s!s:
terapi osteoporosis $ mg per hari atau #$ mg sekali seminggu atau '$) mg sekali sebulan pada tanggal yang sama, untuk profilaksis osteoporosis termasuk osteoporosis akibat kortikosteroid! pada wanita pas+amenopause, $ mg sehari, untuk dosis yang terlupa pada penggunaan dosis bulanan, minum segera setelah ingat, ke+uali dosis terlupa berjarak kurang dari hari dengan dosis berikutnya, tidak direkomendasikan pada anak, penyakit tulang PagetNs disease, #) mg sehari selama ( bulan, dapat diulangi jika diperlukan, setelah sekurang1kurangnya ( bulan, Konseling. 7ablet diminum utuh dengan segelas air pada keadaan perut kosong, paling sedikit #) menit sebelum makanan; minuman pertama pada hari itu atau jika tidak diminum pada pagi hari, hindari makanan;minuman sekurang1kurangnya selama ( jam sebelum atau sesudah risedronat terutama hindari produk yang mengandung kalsium, seperti susu, suplemen yang mengandung at besi dan mineral dan antasida!. Berdiri atau duduk tegak selama paling sedikit #) menit dan jangan berbaring sampai setelah makan pagi. tablet jangan ditelan pada waktu akan tidur atau sebelum bangun dari posisi berbaring untuk menghindari iritasi orofaringeal. "ati1hati pada beberapa daerah, kadar kalsium dalam air minum +ukup tinggi sehingga harus dihindari. Eek Sam$!ng:
nyeri abdomen atas, diare, mual, konstipasi, dispepsia, muntah, nyeri abdomen, flatulens, gastritis, distensi abdomen, hiatus hernia, mulut kering, influena, nasofaringitis, infeksi saluran kemih, bronkitis, gastroenteritis, infeksi saluran napas atas, sistitis, nyeri punggung, artralgia, osteoartritis, nyeri ekstremitas, spasme otot, nyeri muskuloskeletal, nyeri leher, astenia, nyeri dada, pireksia, sakit kepala, pusing, rasa ingin jatuh, hipertensi, batuk, depresi, hiperkolesterolemia Per!ngatan:
abnormalitas esofageal dan faktor lain yang menunda transit atau pengosongan misal< stri+ture atau a+halasia lihat juga di bawah keterangan efek samping!, kerusakan ginjal, kondisi hipokalsemia, disfungsi tulang dan metabolisme mineral misal< defisiensi 5itamin D dan abnormalitas paratiroid! perlu diperbaiki sebelum memulai terapi, riwayat ganguan esofageal, sebelum dimulai terapi diperlukan pemeriksaan gigi dengan tindakan pen+egahan pada pasien dengan faktor risiko seperti kanker, sedang menjalani kemoterapi, radioterapi, kortikosteroid, tidak menjaga kebersihan mulut.
Se+ara umu penatalaksanaan Osteoporosis dapat dilihat pada bagan berikut dibawah ini bagan '!
Bagan 1. Penatalaksanaan #ste"$"r"s!s namnese
Pemeriksaan @isik
Pemeriksaan Penunjang < laboratorium, radiologi, densitometer! Identifikasi faktor resiko
>on1medikamentosa < promosi kesehatan KIE! ktifitas fisik ; Olah raga Paparan sinar matahari supan gii
:esiko :endah
&edika mentosa < "ormonal dan >on "ormonal
Kondisi pasien 7erkontrol
Kondisi pasien 7idak 7erkontrol
:esiko Sedang :esiko 7inggi @raktur Osteoporosis
:ujuk Kerumah Sakit
:ehabilitasi ; Pre5entif Berpola "idup Sehat
7eruskan Pengobatan E5aluasi Berkala
I. Penatalaksanaan Ke$era=atan 1. Pengkaj!an a. Anamnese
2awan+ara meliputu pertanyaan mengenai terjadinya osteoporosis dalam keluarga, fraktur sebelumnya, konsumsi kalsium diet harian, pola latihan, awitan menopause, dan penggunaan kortikosteroid selain asupan al+ohol, rokok dan kafein. Setiap gejala yang dialami pasien, seperti nyeri pingggang, konstipasi atau gangguan +itra diri, harus digali.
0. Pemer!ksaan *!s!k
Pemeriksaan fisik kadang menemukan adanya patah tulang, kifosis 5ertebra torakalis atau pemendekan tinggi badan. &asalah mobilitas dan pernafasan dapat terjadi akibat perubahan postur dan kelemahan otot. Konstipasi dapat terjadi akibat inaktifitas. Kelainan yang sering dijumpai adalah adanya deformitas 5ertebra torakalis yang mengakibatkan keluhan penurunan tinggi badan. 6adi klien merasa lebih pendek
2. Pemer!ksaan Penunjang a. Pemer!ksaan la0"rat"r!um
Pemeriksaan laboratorium terutama ditujukan untuk mengetahui se+ara tidak langsung adanya resorpsi tulang gangguan terhadap keseimbangan antara resorpsi dan pembentukan tulang!. Pemeriksaan untuk mengetahui adanya resorpsi tulang se+ara tidak langsung antara lain < '! &engukur kadar kalsium dalam air kemih pusas dibagi dengan kreatinin, perlu diingat bahwa adanya gangguan absorbsi kalsium dalam intestin akan berakibat pengeluaran kalsium dalam air kemih pun sangat rendah (! mengukur kadar hidroksi1prolin dalam air kemih puasa bagi dengan kreatinin. "idroksiprolin dipakai sebagai indikator adanya resorpsi tulang, akan tetapi hidrosiprolin dalam air kemih akan dijumpai pula
pada orang dengan diet tinggi protein 6adi pemeriksaan ini spesifisitas serta sensi5itasnya rendah. Pemeriksaan untuk mengetahui adanya pembentukan tulang adalah < '! &engukur kadar fosfatase alkali serum, fosfatase alkali diproduksi oleh osteoblas, jadi hal ini dapat dipakai sebagai indikator adanya pembentukan tulang, akan tetapi fosfatase alkali juga dibentuk oleh jaringan lain. gar pemeriksaan ini mempunyai arti yang spesifik, perlu adanya pemeriksaan bone speifik assay. (! &engukur bane1Ala1protein plasma osteocalcin!. Osteokalsin disekresi hanya oleh osteoblas, jadi pemeriksaan ini dapat dipakai sebagai indikator adanya pembentukan osteoid yang bertambah. 0. Pen!la!an )assa Tulang
Osteoporosis merupakan suatu keadaan dimana terjadi kehilangan massa tulang yang berlebihan dengan komposisi tulang yang masih normal tidak berubah!, sehingga mengakibatkan mudahnya terjadi fraktur pada tulang yang bersangkutan. 7ulang terdiri dari dua komponen < '! Komponen atau bagian 7rabekula (! Komponen atau bagian Korteks Pada klien osteoporosis bagian 7rabekula akan mengalami penipisan dan tampak lebih jarang, sedang bagian korteks akan terjadi pengurangan tebal korteks dan pelebaran kanal "a5ersi. Pengurangan pada korteks dan trabekula ini tidak mempunyai pola yang sama pada setiap pasien, Oleh karena itu pada setiap kasus
osteoporosis perlu untuk menentukan status atau keadaan kedua bagian tulang tersebut &. D!agn"sa Ke$era=atan
'! Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi ditandai dengan klien mengatakan kurang ,mengerti tentang penyakitnya, klien tampak gelisah. (! >yeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur 5ertebra ditandai dengan klien mengeluh nyeri tulang belakang, mengeluh bengkak pada pergelangan tangan, terdapat fraktur traumati+ pada 5ertebra, klien tampak meringis. #! "ambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan skeletal kifosis!, nyeri sekunder, atau fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak +epat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina menurun, dan terdapat penurunan tinggi badan. -! :isiko +edera yang berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak +epat menurun, tulang belakang terlihat bungkuk. . +en3ana Ke$era=atan 1 Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program
terapi yang berhubungan dengan kurang informasi, salah persepsi
ditandai dengan klien mengatakan kurang ,mengerti tentang penyakitnya, klien tampak gelisah. Tujuan :
Setelah
diberikan
tindakan
keperawatan
diharapkan
klien
memahami tentang penyakit osteoporosis dan program terapi dengan +riteria hasil klien mampu menjelaskan tentang penyakitnya, mampu menyebutkan program terapi yang diberikan, klien tampak tenang Kriteria hasil < Klien mampu menjelaskan tentang penyakitnya, dan mampu menyebutkan program terapi yang diberikan, klien tampak tenang Inter'ens! :
a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga mengenai penyakit osteoporosis b. 6elaskan
pada
klien
patofisiologi
dari
penyakit
dan
bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi dengan +ara yang tepat. +. Aambarkan tanda dan gejala yang biasa mun+ul pada penyakit dengan +ara yang tepat. d. Identifikasi kemungkinan penyebab penyakit dengan +ara yang tepat. e. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan f. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan se+ond opinion dengan +ara yang tepat atau di indikasikan
g. Berikan pendidikan kepada klien mengenai efek samping pengguronaan obat
2 >yeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur
5ertebra ditandai dengan klien mengeluh nyeri tulang belakang, mengeluh bengkak pada pergelangan tangan, terdapat fraktur traumati+ pada 5ertebra, klien tampak meringis. Tujuan :
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan
nyeri
berkurang. Kriteria "asil < Klien akan mengekspresikan nyerinya, klien dapat tenang dan istirahat yang +ukup, klien dapat mandiri dalam perawatan dan penanganannya se+ara sederhana. Inter'ens! :
a. 4akukan pengkajian nyeri se+ara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitsasi b. Obser5asi reaksi non15erbal dari ketidaknyamanan +. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pen+ahayaan dan kebisingan. d. kurangi faktor presipitasi nyeri. e. jarkan tentang tehnik non farmakologi < >apas dalam, relaksasi distraksi, kompres hangat;dingin. f. Kolaborasi untuk pemberian obat anti nyeri.
g. 7ingkatkan istirahat klien h. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan berkurang.
& "ambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi
sekunder akibat perubahan skeletal kifosis!, nyeri sekunder, atau fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak +epat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina menurun, dan terdapat penurunan tinggi badan. Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan klien mampu melakukan mobilitas fisik Kriteria hasil < Klien dapat meningkatan mobilitas fisik H klien mampu melakukan akti5itas hidup sehari hari se+ara mandiri Inter'ens! :
a. Konsultasikan dengan terapi fisik tentang ren+ana ambulasi sesuai dengan kebutuhan b. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan +egah terhadap +idera. +. jarkan klien tehnik ambulasi d. Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi. e. 4atih klien dalam pemenuhan kebutuhan D4S se+ara mandiri sesuai kemampuan
f. Dampingi dan bantu klien dalam mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan D4S g. Berikan alat bantu jika klien memerlukan -! :isiko +edera yang berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak +epat menurun, tulang belakang terlihat bungkuk. Tujuan :
7ujuan < Cedera tidak terjadi Kreteria "asil < Klien tidak jatuh dan fraktur tidak terjadi< Klien dapat menghindari akti5itas yang mengakibatkan fraktur Inter'ens! :
a. Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien b. "indarkan dari lingkungan yang berbahaya misalnya < memindahkan perabotan! +. Pasang side rail tempat tidur. d. Sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih e. 7empatkan saklar lampu ditempat yang mudah dijankau klien f. Berikan penerangan yang +ukup g. njurkan keluarga untuk menemani pasien h. &engontrol lingkungan dari kebisingan
i.
Berikan penjelasan pada klien dan keluarga atau pengunjung adanya perubahan status kesehatan dan penyebab penyakit klien
BAB III PENUTUP
A. Kes!m$ulan Proses menua merupakan proses yang terus1menerus berlanjut! se+ara
alamiah yang dimulai sejak lahir dan umumnya dialami pada semua makhluk hidup. Proses menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dalam maupun luar tubuh. 2alaupun demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menyerang kaum lanjut usia. Seperti diketahui bahwa lanjut usia akan selalu mengalami perubahan fisiologik maupun psikologik. Oleh karena itu dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanjut usia harus se+ara holistik dan kompehensif yang memandang klien lanjut usia sebagai manusia yang utuh dan unik sehingga teknik dan pendekatan yang diberikan perawatan berbeda1beda namun tetap berfokus pada kebutuhan dasar manusia itu sendiri. B. Saran
7idak ada saran yang terlalu mengikat dalam kasus ini, hanya saja Diharapkan makalah ini bisa memberikan masukan bagi rekan1 rekan mahasiswa +alon
perawat, sebagai bekal untuk dapat memahami mengenai >Aske$
)uskul"skeletal #ste"$"r"s!s? menjadi bekal dalam pengaplikasian dan
praktik bila menghadapi kasus yang kami bahas ini. 9ntuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan maka penulis memberikan saran1saran sebagai berikut <
'. Pada pengkajian perawat perlu melakukan pengkajian dengan teliti melihat kondisi klien serta senantiasa mengembangkan teknik terapeutik dalam berkomunikasi dengan klien. (. gar dapat memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap profesional dalam menetapkan diagnosa keperawatan
DA*TA+ PUSTAKA
lih
Brunner J Suddart. '33-!. uku #ar /eperawatan edikal edah. -disi 6. Bahasa Kun+oro, " 8, dkk, 6akarta < Penerbit EAC. Kemenkes ())*!, edoman &enteri Kesehatan :epublik Indonesia.
engendalian
$steoporosis.
Kumar, et all. ())$!. *obbins and 8otran athologic asis of isease . Se5enth Edition. Philadelphia < Else5ier Saunders. 4ewis, Sharon 4. ())!. edical anagement
Surgical
9ursing !
#ssessment and
of 8linical roblems olume 2. Se5enth Edition. St.4ouis < &osby. &uttain, rif. ())*!. uku #ar #suhan /eperawatan /lien 1angguan Sistem uskuloskeletal. 6akarta < Penerbit Buku Kedokteran EAC >oor Ferawaty, Sri J :ahayu, 4isdyawati ()'(!. erawat dan enaga /esehatan Seksual &anita. Bandung < P7 Arafindo &edia Pratama, +etakan '. Pramudto, et all. '33%!. uku #ar Balai Penerbit @K9I, jilid I edisi ketiga.
:lmu
enyakit
alam. 6akarta <
Pri+e, Syl5ia dan 4orraine &. 2ilson. lih bahasa < Brahm 9. Pendit. ())$!. Patofisiologi < /onsep /linis roses ; proses enyakit olume 4. Edisi %. 6akarta < EAC. :osyidi ()'(!, uskuloskeletal . 6akarta < 7rans Info &edia Sherwood, 4auralee. lih bahasa < Brahm 9. anusia ari Sel ke Sistem. -disi 2. 6akarta < EAC.
Pendit ())'!.
"isiologi