KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
segala rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas ilmu produksi ternak perah tentang manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan pedet sapi perah. Makalah ini dapat digunakan sebagai wahana untuk menambah pengetahuan, sebagai teman belajar, dan sebagai referensi tambahan dalam belajar ilmu produksi ternak perah khususnya tentang anatomi ambing manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan pedet sapi perah. Makalah ini dibuat sedemikian rupa agar a gar pembaca dapat dengan mudah mempelajari dan memahami tentang manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan pedet sapi perah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan pedet sapi perah. Jangan segan bertanya jika pembaca menemui kesulitan. Semoga keberhasilan selalu berpihak pada kita semua.
Palu, 9 april 2018
Penulis
i
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Produktivitas sapi perah di Indonesia termasuk rendah yaitu bervariasi dari 3000 – 4000 liter per 305 hari laktasi (kurnianto, (kurnianto, 1991; 1991; gusrianto 1994; nahyyudin nahyyudin et al., al., 1996; talib talib et al., 1999) dimana persentase terbesar mempunyai kapasitas produksi yang lebih rendah dari 3500 liter perlaktasi dan hanya sekitar 3% yang berproduksi lebih besar dari 5000 liter (TALIB et al., 1999). Rendahnya produksi ini merupakan akibat dari buruknya kondisi sapi dara dan pejantan sebelum sebelum dikawinkan. Di tingkat tingkat peternak hal ini dapat dapat terjadi terjadi bila pada pada fase pertumbuhan (pra-sapih dan dan pembesaran) pembesaran) mengalami mengalami kesalahan kesalahan dalam dalam pemeliharaa pemeliharaan n kesehatan dan menajemen pakan, yaitu mengoreksi kualitas dan jumlah pemberiannya. Diharapkan dengan perbaikan manajemen pemeliharaan terutama pemberian pakan, pertumbuhan pedet optimal optimal sehingga sehingga menghasilka menghasilkan n bakalan yang produktif. produktif. Pada fase lepas lepas sapih di dataran tinggi pertumbuhan pedet jantan dapat mencapai 1 kg/hari dengan pemberian konsentrat berkadar protein 17% sebanyak 6 kg/ekor, sedangkan pertumbuhan lanjutan di Balai Penelitian Ternak Ciawi dengan rumput raja ad libitumdan konsentrat (16% protein) sebanyak 4 kg/ekor/hari dapat menghasilkan pertambahan bobot badan 0,68 – 0,76 0,76 kg/ekor/hari (SUPARYANTI, 2002). Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui menajemen pemeliharaan yang tepat dalam mempercepat pertumbuhan. Upaya pengoptimalan hasil dalam usaha budidaya ternak khususnya ternak sapi tidak dapat terlepas dari tiga unsur, yaitu bibit, manajemen dan pakan. Pakan ternak memberikan sumbangsih keberhasilan yang sangat signifikan dalam usaha ini. Karena selain menyajikan unsur hara atau nutrisi yang penting juga biaya pakan merupakan biaya terbesar dari total biaya produksi produksi yaitu mencapai mencapai 70-80 70-80 %. Sehingga Sehingga segala segala upaya upaya guna menyajikan menyajikan bentuk pakan yang yang mampu memenuhi kebutuhan kebutuhan gizi gizi sapi serta memberikan memberikan efisiensi secara secara ekonomis tentunya sangatlah dibutuhkan. Dengan harapan produktivitas tampil secara optimal dan keuntunganpun dapat dicapai secara signifikan.
2
Pakan mempunyai peranan yang sangat penting didalam kehidupan ternak. Pakan adalah bahan yang dimakan dan dicerna dicerna oleh seekor seekor hewan yang mampu mampu menyajikan menyajikan unsur unsur hara atau atau nutrisi yang penting untuk perawatan tubuh, pertumbuhan, penggemukan , reproduksi (birahi, konsepsi, kebuntingan) serta laktasi (produksi susu). Alasan lain mengapa pakan menjadi salah satu faktor terpenting selain bibit dan manajemen di dalam pemeliharaan ternak, khususnya ternak sapi. Kita ketahui bahwa biaya pakan merupakan biaya terbesar dari total biaya produksi produksi yaitu mencapai mencapai 70-80 70-80 %. Kelemahan Kelemahan sistem produksi peternakan peternakan umumnya umumnya terletak pada ketidakpastian tatalaksana pakan dan kesehatan. Keterbatasan pakan menyebabkan daya tampung ternak pada suatu daerah menurun atau dapat menyebabkan gangguan produksi dan reproduksi yang normal.
3
BAB II PEMBAHASAN A. Manajemen pemeliharaan saat lahir dan pemberian pakan Manajemen pemeliharaan pedet merupakan salah satu bagian dari proses penciptaan bibit sapi yang bermutu. Untuk itu maka sangat diperlukan penanganan yang benar mulai dari sapi itu dilahirkan sampai mencapai usia sapi dara. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya : a. Penanganan Pedet pada saat lahir -
Bersihkan semua lendir yang ada dimulut dan hidung harus dibersihkan demikian pula
yang ada dalam tubuhnya menggunakan handuk yang bersih. -
Buat pernapasan buatan bila pedet tidak bisa bernapas.
-
Potong tali pusarnya sepanjang 10 cm dan diolesi dengan iodin untuk mencegah mencegah infeksi
lalu diikat. -
Berikan jerami kering sebagai alas.
-
Beri colostrum secepatnya paling lambat 30 menit setelah lahir.
b. Pemberian Pemberian Pakan Pakan Anak Sapi Sapi / Pedet Pedet Pedet yang terdapat di BET semaksimal mungkin mendapatkan asupan nutrisi yang optimal. Nutrisi yang baik saat saat pedet akan memberikan memberikan nilai nilai positif saat saat lepas lepas sapih, dara dara dan siap siap jadi bibit yang prima. Sehingga produktivitas yang optimal optimal dapat dicapai. dicapai. Pedet yang lahir dalam kondisi sehat serta induk sehat di satukan dalam kandang bersama dengan induk dengan diberi sekat agar pergerakan pedet terbatas. Diharapkan pedet mendapat susu secara ad libitum, sehingga nutrisinya terpenuhi. Selain itu pedet dapat mulai mengenal pakan yang dikonsumsi induk yang kelak akan menjadi pakan hariannya pedet tersebut setelah lepas sapih. Perlakuan ini haruslah dalam pengawasan yang baik baik sehingga sehingga dapat mengurangi mengurangi kecelaka kecelakaan an baik pada pada pedet pedet atau induk. induk.
4
Bagi pedet yang sakit, pedet dipisah dari induk dan dalam perawatan sampai sembuh sehingga pedet siap kembali di satukan dengan induk atau induk lain yang masih menyusui. Selama pedet dalam perawatan susu diberikan oleh petugas sesuai dengan umur dan berat badan.
5
1. Proses Pencernaan Pada Sapi Pedet. Untuk dapat melaksanakan program pemberian pakan pada pedet, ada baiknya kita harus memahami dulu susunan dan perkembangan alat pencernaan anak sapi. Perkembangan alat pencernaan pencernaan ini yang akan menuntun menuntun bagaimana bagaimana langkah-langk langkah-langkah ah pemberian pemberian pakan pakan yang benar. Sejak Sejak lahir anak anak sapi telah mempunyai mempunyai 4 bagian perut, perut, yaitu : Rumen (perut (perut handuk), handuk), Retikulum (perut jala), Omasum (perut buku) dan Abomasum (perut sejati). Pada awalnya saat sapi itu lahir hanya abomasum yang telah berfungsi, kapasitas abomasum sekitar 60 % dan menjadi 8 % bila nantinya telah dewasa. Sebaliknya untuk rumen semula 25 % berubah menjadi 80 % saat dewasa. Waktu kecil pedet hanya akan mengkonsumsi air susu sedikit demi sedikit dan secara bertahap anak sapi akan mengkonsumsi calf starter (konsentrat untuk awal pertumbuhan yang padat akan gizi, rendah serat kasar dan bertekstur lembut) dan selanjutnya belajar menkonsumsi rumput. Pada saat kecil, alat pencernaan berfungsi mirip seperti hewan monogastrik. monogastrik. Pada saat pedet air susu yang diminum akan langsung disalurkan ke abomasum, berkat adanya saluran yang disebut “Oeshopageal groove”. Saluran ini akan menutupi bila pedet meminum air susu, sehingga susu tidak jatuh ke dalam rumen. Bila ada pakan pada baik konsentrat atau rumput, saluran tersebut akan tetap membuka, sehingga pakan padat jatuh ke rumen. Proses membuka dan menutupnya saluran ini mengikuti pergerakan refleks. Semakin besar pedet, maka gerakan reflek ini semakin menghilang. Selama 4 minggu pertama sebenarnya pedet hanya mampu mengkonsumsi pakan dalam bentuk cair. Zat makanan atau makanan yang dapat dicerna pada saat pedet adalah : protein air susu casein), lemak susu atau lemak hewan lainnya, gula-gula susu (laktosa, glukosa), vitamin dan mineral. Ia mampu memanfaatkan lemak terutama lemak jenuh seperti lemak susu, lemak hewan, namun kurang dapat memanfaatkan lemak tak jenuh misalnya minyak jagung atau kedelai. Sejak umur 2 minggu sapi pedet dapat mencerna pati-patian, setelah itu secra cepat akan diikuti kemampuan untuk mencerna karbohidrat lainnya (namun tetap tergantung pada perkembangan perkembangan rumen). rumen). Vitamin yang dibutuhkan dibutuhkan pada saat pedet pedet adalah adalah vitamin A, D dan E. Pada saat lahir vitamin-vitamin tersebut masih sangat sedikit yang terkandung di dalam kolostrum sehingga perlu diinjeksi ketiga vitamin itu pada saat baru lahir.
6
Dalam kondisi normal, perkembangan lat pencernaan dimulai sejak umur 2 minggu. Populasi mikroba rumennya mulai berkembang setelah pedet mengkonsumsi pakan kering. Semakin besar pedet maka maka ia akan mencoba mengkonsumsi berbagai jenis pakan dan akan menggertak komponen perutnya berkembang dan mengalami modifikasi fungsi. Anak sapi / pedet dibuat sedikit lapar, agar cepat terangsang belajar makan padatan (calf starter). Pedet yang baru lahir mempunyai sedikit cadangan makanan makanan dalam tubuhnya. Bila pemberian makanan makanan sedikit sedikit dibatasi dibatasi (dikurangi), (dikurangi), akan memberikan memberikan kesempatan kesempatan pedet pedet menyesuaikan diri terhadap perubahan kondisi pakan, tanpa terlalu banyak mengalami stress/cekaman. Tahap mencapai alat pencernaan sapi dewasa umunya pada umur 8 minggu, namu pada umur 8 minggu kapasitas rumen masih kecil, sehingga pedet belum dapat mencerna/memanfaatkan rumput atau makanan kasar lainnya secar maksimal. Umur mencapai tahapan ini sangat dipengaruhi oleh tipe pakannya ( yaitu berapa lama dan banyak air air susu diberikan, diberikan, serta kapan mulai mulai diperkenalkan diperkenalkan pakan kering). kering). Setelah disapih, pedet akan akan mampu memanfaatkan memanfaatkan protein protein vegetal vegetal dan setelah setelah penyapihan penyapihan perkembanga perkembangan n alat pencernaan pencernaan sangat cepat. 2. Jenis-jenis Bahan Pakan Anak Sapi / Pedet Jenis bahan pakan untuk anak sapi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu: - Pakan cair/likuid cair/likui d
: kolostrum, air susu normal, milk replacer.
- Pakan padat/kering : konsentrat pemula (calf starter). Agar pemberian setiap pakan tepat waktu dan tepat jumlah, maka karakteristik nutrisi setiap pakan untuk pedet perlu perlu diketahui diketahui sebelumnya. sebelumnya. 3. Kolostrum Kolostrum adalah air susu yang dikeluarkan dari ambing sapi yang baru melahirkan, berwarna kekunig-kuning kekunig-kuningan an dan lebih lebih kental dari air susu susu normal. normal. Komposisi kolostrum :
7
Kolostrum lebih banyak mengandung energi, 6X lebih banyak kandungan proteinnya, 100X untuk vitamin A dan 3X lebih kaya akan mineral dibanding air susu normal. Mengandung enzym yang mampu menggertak sel-sel dalam alat pencernaan pedet supaya secepatnya dapat berfungsi (mengeluarkan enzim pencernaan). Kolostrum mengandung sedikit laktosa sehingga mengurangi resiko diare. Mengandung inhibitor trypsin, sehingga antibodi dapat diserap dalam bentuk protein. Kolostrum kaya akan zat antibodi yang berfungsi melindungi pedet yang baru lahir dari penyakit infeksi. infeksi. Kolostrum Kolostru m dapat juga menghambat perkembangan bakteri E. coli dalam usus pedet (karena mengandung laktoferin) dalam waktu 24 jam pertama. Mutu Kolostrum : Warna dan kekentalannya menunjukan kualitasnya (kental dan lebih kekuning-kuningan akan lebih baik, karena kaya akan imonoglobulin). imonoglobulin) . Kualitas kolostrum akan rendah apabila : Lama kering induk bunting, kurang dari 3 – 3 – 4 4 minggu, sapi terus diperah sampai saat melahirkan. Sapi induk terlalu muda, ambing dan puting susu tidak segera dibersihkan saat melahirkan maupun saat akan diperah. 2. Milk Replacer atau Pengganti Air Susu (PAS) Pada fase pemberian susu untuk pedet, air susu sapi asli dapat diganti menggunakan Milk Replacer/PAS. Milk Replacer yang baik kualitasnya dapat memberikan pertambahan bobot badan yang sama dengan dengan kalau diberi air susu sampai sampai umur 4 minggu. Namun kadangkadangkadang pemberian milk replacer mengakibatkan sapi lambat dewasa kelamin dan sering mengakibatkan pedet kegemukan. Milk replacer yang baik dibuat dari bahan baku yang berasal dari dari produk air air susu yang yang baik seperti seperti ; susu skim, whey, whey, lemak lemak susu dan serealia dalam jumlah terbatas. Milk replacer sebaiknya diberikan pada saat pedet berusia antara 3 – 5 minggu dan jangan diberikan kepada pedet yang berusia kurang dari 2 minggu. Pedet yang berusia kurang kurang dari 2 minggu minggu belum bisa mencerna mencerna pati-patian pati-patian dan protein selain selain casein casein (protein susu). Milk replacer yang baik mempunyai standar komposisi Protein 20%, lemak
8
12%, serat kurang dari 0.25% dan juga mengandung antibiotik untuk mencegah diare. Selain antibiotik juga dapat memberikan faedah dalam nafsu makan, kehalusan bulu yang halus, pertambhan pertambhan bobot badan badan dan efisien efisien penggunaan penggunaan pakan. pakan. Anti biotik yang sering digunakan digunakan adalah Klortetrasiklin dan oksitetrasi oksitetrasiklin. klin. Frekuensi pemberian sama dengan pemberian air susu harus lebih dari 1X dalam 1 hari dan yang terpenting harus teratur waktu dan jumlahnya.
B. Manajemen Pemeliharaan Pedet Baru Lahir dan Pemberian kolostrum. Pemeliharaan pedet harus memerlukan perhatian yang khusus, berbeda dengan pemeliharaan sapi ternak dewasa, terutama dalam penanganan mulai kelahiran sampai pemberian pakan dan penanganan penyakit selama masa pertumbuhannya. a. Manajemen Pemberian Kolostrum 1 – 1 – 4 4 hari Pasca Kelahiran. - Segera bersihkan ambing dan puting induk pasca melahirkan dengan menggunakan menggunakan air hangat. - Usahakan pedet dapat segera ( dalam waktu kurang dari 15 – 15 – 30 30 menit ) menyusu pada induknya (induk dan pedet jangan dipisah dulu, agar pedet dapat langsung menyusu pada induknya. Selain itu dengan dengan menyusu, akan merangsang sekresi oksitosin yang menggertak pergerakan uterus, sehingga sehingga kotoran kotoran yang ada dalam dalam uterus induk induk setelah setelah melahirkan melahirkan dapat dibersihkan. - Bila pedet tidak dapat menyusu pada induknya maka maka di perah kolostrum dari induk sebanyak 1 liter. - Berikan segera ke pedet dalam waktu 15 – 15 – 30 30 menit. - Berikan kembali kolostrum dalam 2X pemberian berikutnya masing-masing 2 liter/pemberian dalam waktu 12 – 12 – 24 24 jam berikutnya sejak lahir. - Kapasitas normal pedet yang baru lahir adalah 1 liter, dengan demikian kolostrum tidak dapat diberikan secara sekaligus, perlu dilakukan beberapa kali dalam sehari. - Untuk hari-hari berikutnya, selama 3 hari berikutnya, berikan kolostrum 4 – 6 6 liter/hari dalam 3 kali pemberian (1.5 – (1.5 – 2 2 liter /pemberian).
9
- Kualitas kolostrum menentukan konsumsi antibodi pedet dalam darahnya, bila kurang memadai peluang hidup 30 % dan bila baik dapat menjadi 95 %. b. Manajemen Manajemen Pemberian Pemberian Susu 4 hari – hari – 12 12 minggu (penyapihan) -
Pemberian susu pasca kolostrum dapat dimulai sejak pedet berumur 3 – 4 4 hari.
-
Pemberiannya perlu dibatasi berkisar 8 – 10 10 % bobot badan pedet. Misalnya pedet bobot
badannya 50 50 kg, maka maka air susu susu yang diberikan diberikan 4 – 4 – 5 5 liter/ekor/hari. liter/ekor/hari. -
Pemberian susu diberikan secara bertahap dalam 1 hari 2 – 3 3 kali pemberian.
-
Jumlah air susu yang diberikan akan terus meningkat sampai sampai menginjak usia 2 bulan (8
minggu) disesuaikan bobot badan sapi dan akan terus menurun sampai ke fase penyapihan di usia 3 bulan (12 minggu). (dapat dilihat di tabel pemeliharaan pemeliharaan pedet). -
Hindari pemberian susu berlebih dan berganti-ganti berganti-gant i waktu secara mendadak. Over
feeding akan memperlambat penyapihan dan akan mengurangi konsumsi bahan kering dan akan mengakibatkan diare. -
Jangan memberikan air susu yang mengandung darah dari induk yang terkena infeksi
(suhu tubuhnya meningkat).
C. Manajemen Pemberian Pakan Awal/Pemula (Calf Starter) Pemberian calf starter dapat dimulai sejak pedet 2 – 3 – 3 minggu (fase pengenalan). Pemberian calf starter ditujukan untuk membiasakan pedet dapat mengkonsumsi pakan padat dan dapat mempercepat proses penyapihan hingga usia 4 minggu. Tetapi untuk sapi – sapi – sapi sapi calon bibit dan donor penyapihan penyapihan dini kurang diharapkan. diharapkan. Penyapihan (penghentian pemberian air susu) dapat dilakukan apabila pedet telah mampu mengkonsumsi konsetrat calf starter 0.5 – 0.5 – 0.7 0.7 kg kg/ekor/hari atau pada bobot pedet 60 kg atau sekitar umur 1 – 1 – 2 2 bulan. Tolak ukur kualitas calf starter yang baik adalah dapat memberikan pertambahan bobot badan 0.5 kg/hari dalam kurun waktu 8 minggu. Kualitas calf starter yang dipersyaratkan : Protein Kasar 18 – 20%, 20%, TDN 75 – 75 – 80%, 80%, Ca dan P, 2 banding 1, kondisi kondisi segar, segar, palatable, palatable, craked. craked.
10
D. Manajemen Pemberian Pakan Hijauan Pemberian hijauan kepada pedet yang masih menyusu, hanya untuk diperkenalkan saja guna merangsang pertumbuhan rumen. Hijauan tersebut sebenarnya belum dapat dicerna secara sempurna dan belum memberi andil dalam memasok zat makanan. Perkenalkan pemberian hay/rumput sejak pedet berumur 2 – 2 – 3 3 minggu. Berikan rumput yang berkualitas berkualit as baik yang bertekstur halus. halus. Jangan Jangan memberikan memberikan silase pada pedet pedet (sering berjamur), selain itu pedet belum bisa memanfaatkan memanfaatkan asam asam dan NPN yang banyak terdapat terdapat dalam silase. Konsumsi Konsumsi hijauan harus mulai banyak setelah memasuki fase penyapihan
11
BAB III PENUTUP a. Simpulan
Pedet adalah anak sapi yang baru lahir hingga umur 8 bulan. Selama 3-4 hari setelah lahir pedet harus mendapatkan mendapatkan kolostrum kolostrum dari induknya, induknya, karena pedet pedet belum mempunyai mempunyai anti bodi bodi untuk resistensi terhadap penyakit. Setelah dipisahkan dari induk, barulah pedet dilatih mengkonsumsi suplemen makanan sedikit demi sedikit sehingga pertumbuhanya optimal. Manajemen pemeliharaan pedet meliputi penanganan awal, setelah lahir, pemberian pakan (kolostrum dan suplemen), sistem perkandangannya dan penanganan terhadap penyakit. b. Saran
Manajemen pemeliharaan pedet haruslah menjadi perhatian yang lebih bagi para peternak, mengingat tinggkat kematian dan resistensinya terhadap penyakit yang tinggi. Selain itu pedet adalah adalah ternak replacement replacement stock yang yang tentunya tentunya dapat digunakan sebagai pengganti ternak yang produksinya kurang optimal.
12
DAFTAR PUSTAKA Anonim. [ ]. Pedoman beternak sapi perah. Purwokerto, Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak. 2 hal. (brosur). Anonim. 1983. Petunjuk cara-cara penggunaan obat-obatan ternak. Samarinda, Dinas Peternakan Kalimantan Timur. 12 hal. Anonim. 1988. Kondisi peternakan sapi perah dan kualitas susu di pulau Jawa. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 39-40. Anonim. 1988. Pemerahan, satu faktor penentu jumlah air susu. Swadaya Peternakan Peternakan Indonesia, (42) 1988: 23-24. Anonim. 1988. Upaya peningkatan kesejahteraan peternak melaluipeningkatan efisiensi produksi. Buletin Buletin PPSKI, PPSKI, 5 (27) 1988: 1988: 16-24. Bandini, Yusni. 1997. Sapi Bali. Cet 1. Jakarta, Penebar Swadaya. 73 hal. Church, D.C. 1991. Livestock feeds and feeding. 3 ed. New Jersey, Prentice-Hall, Inc.:278279. Djaja, Willian. 1988. Hidup bersih dan sehat di peternakan sapi perah. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 25-26. Djarijah, Abbas Sirega. 1996. Usaha ternak sapi. Yogyakarta, Kanisius. 43 hal. Fox, Michael W. 1984. Farm animals: husbandry, behavior, and veterinary practice. Baltimore Baltimore Maryland, Maryland, University Park Press: Press: 82-112; 150. 150.
13
Ginting, Eliezer. 1988. Bimbingan dan penyuluhan usaha sapi perah rakyat di Jawa Timur. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 27-33. Hehanussa, P.E. 1995. Rencana induk Life Science Center-Cibinong. Limnotek, 3 (1) 1995: 1-34. Hermanto. 1988. Bagaimana cara penanganan sapi perah pada masa kering? Swadaya Peternakan Peternakan Indonesia, (42) 1988: 24-25. Nienaber, J.A., et al. 1974. Livestock environment environment affects production and health. health. Proceedings Proceedings of the International Livestock Environment Conference. St. Joseph, American Society of Agricultural Engineers. Pane, Ismed. 1986. Pemuliabiakan ternak sapi. Jakarta, PT. Media: 1-38; 133. Sabrani, M. 1994. Teknologi pengembangan sapi Sumba Ongole. Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian: 15-26. Suryanto, Bambang; Santosa, Siswanto Imam; Mukson. 1988. Ilmu Usaha Peternakan. Semarang, Fakultas Peternakan UNDIP. 63 hal. Warudjo, Bambang 1988. Kualitas dan harga susu. Buletin PPSKI, 5 (27) 1988: 34-38
14