1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebangkrutan merupakan masalah yang sangat esensial yang harus diwaspadai oleh perusahaan. Jika perusahaan sudah terkena bangkrut, maka perusahaan tersebut benar-benar mengalami kegagalan usaha. Untuk itu perusahaan harus sedini mungkin melakukan berbagai analisis terutama analisis yang menyangkut kebangkrutan perusahaan. Dengan analisis ini maka sangat bermanfaat bagi perusahaan untuk melakukan antisipasi yang diperlukan.
Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan, agar kebangkrutan tersebut benar-benar tidak terjadi pada perusahaan dan perusahaan dapat mengantisipasi atau membuat strategi untuk menghadapi jika kebangkrutan benar-benar menimpa perusahaan. Tanda-tanda awal kebangkrutan ditandai dengan adanya financial distress.
Dalam menganalisis laporan keuangan menggunakan rasio keuangan dibagi menjadi dua macam cara yaitu:
1. Model univariate yaitu menganalisis laporan keuangan dengan rasio-rasio keuangan yang sudah ada. Penggunaan analisis rasio secara univariate dalam menentukan perusahaan-perusahaan yang berpotensial bangkrut, secara teoritis maupun praktis mempunyai kelemahan. Dalam setiap kasus, analisis rasio dengan metode univariate ini ditekankan atau difokuskan pada sebuah rasio untuk masalah tersebut. Analisis dengan cara demikian dapat mengakibatkan kesalahan interpretasi. Sebagai contoh perusahaan yang mempunyai solvabilitas dan atau profitabilitas yang jelek dapat diindikasikan akan mengalami kebangkrutan. Namun karena likuiditasnya berada di atas rata-rata industri maka situasi tersebut mungkin tidak akan ditanggapi secara serius.
2. Keterbatasan atau kelemahan yang ada dalam model univariate analisis dapat diatasi dengan cara mengkombinasikan beberapa variabel (rasio) keuangan ke dalam sebuah model multivariate yaitu Multiple Discriminant Analysis (MDA). Kelebihan dari MDA yaitu: MDA merupakan penggabungan dari kumpulan rasio-rasio yang simultan; MDA merupakan ketentuan koefisien yang tepat untuk mengkombinasikan variabel-variabel independen; dan MDA merupakan perbaikan suatu aplikasi model awal (univariate) yang telah dikembangkan.
Suatu rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada analisis tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio itu dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standart, yang sedang digunakan dalam analisis yaitu laporan neraca dan laporan rugi laba.
Berdasarkan pada latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini dengan mengambil judul "Multiple Discriminant" .
1.2 Rumusan Masalah
Apa definisi dari Multiple Discriminant itu?
Apa tujuan dari Analisis Z-score?
Apakah metode yang digunakan dalam pendekatan peramalan kebangkrutan?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui definisi dari Multiple Discriminant
Untuk mengetahui tujuan dari Analisis Z-score
Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam pendekatan peramalan kebangkrutan
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Multiple Discriminant
Multiple discriminant adalah Teknik statistik yang digunakan untuk mengurangi perbedaan antara variabel untuk mengklasifikasikan mereka menjadi beberapa set kelompok besar. Dalam keuangan, teknik ini digunakan untuk kompres varians antara sekuritas sementara juga memungkinkan orang untuk menyaring beberapa variabel. Hal ini terkait dengan analisis diskriminan, yang, dalam hal sederhana, mencoba untuk mengklasifikasikan kumpulan data dengan menetapkan aturan (atau memilih nilai) yang akan memberikan pemisahan yang paling berarti.
Tujuan Analisis Z - Score
Tujuan analisis z-score adalah untuk mengingatkan akan masalah keuangan yang mungkin membutuhkan perhatian serius dan menyediakan petunjuk untuk bertindak. Hanafi, Mamduh dan Halim (2003) memberikan beberapa tujuan dari analisis z-score dilihat dari manfaat informasi kebangkrutan pada beberapa pihak, yaitu :
Pemberi Pinjaman (seperti pihak Bank), Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk kebijakan monitor pinjaman yang ada;
Investor, Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya kemungkinan bangkrut atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut.
Pihak Pemerintah. Pada beberapa sector usaha, lembaga pemerintah mempunyai tanggungjawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut (misalnya pada sektor perbankan)
Akuntan. Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai kemapuan going concern suatu perusahaan
Manajemen. Kebangkrutan berarti munculnya biaya – biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan dan biaya ini cukup besar. Suatu penelitian menunjukkan biaya kebangkrutan bisa mencapai 11-17% dari nilai perusahaan.
2.3 Metode Pendekatan Peramalan Kebangkrutan
Multiple Discriminant Analysis Altman atau yang biasa disebut Z-score Model Altman menggunakan rasio keuangan yang mencakup rasio likuiditas perusahaan seperti rasio lancar, rasio leverage perusahaan seperti rasio hutang terhadap modalnya, rasio profitabilitas seperti rasio laba bersih terhadap modal atau akumulasi laba ditahan. Dengan mendasarkan rasio kepada rasio keuangan tersebut, Z-score Model Altman berhasil dipergunakan untuk mengklasifikasikan perusahaan kedalam kelompok yang mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk bangkrut atau kelompok perusahaan yang kemungkinan mengalami bangkrut rendah. Z-score Model Altman memungkinkan untuk memperkirakan
kebangkrutan sampai dua tahun sebelum tiba saatnya.
Rasio-rasio keuangan memberikan indikasi tentang kekuatan keuangan dari suatu perusahaan. Keterbatasan analisis rasio timbul dari kenyataan bahwa metodologinya pada dasarnya bersifat penyimpangan yang artinya setiap rasio diuji secara terpisah. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan analisis tersebut, maka Altman telah mengkombinasikan beberapa rasio menjadi model prediksi dan teknik statistik. Yaitu analisis diskriminasi yang menghasilkan suatu indeks yang memungkinkan klasifikasi dari suatu pengamatan menjadi satu dari beberapa pengelompokan yang bersifat apriori.
Hubungan antara Analisis Diskriminan dengan Penentuan Kebangkrutan pada Perusahaan adalah, dengan mengetahui nilai Z, dapat diketahui apakah perusahaan menghadapi masalah yang serius atau tidak. Dengan analisis Z score management dapat memprediksikan bagaimana prospek perusahaan di masa mendatang dalam menjaga kelangsungan hidup perusahaan dan resiko kegagalan semakin berkurang. Tujuan menghitung nilai Z adalah memperingatkan adanya problem keuangan yang membutuhkan perhatian serius dan pengarahan bila nilai Z lebih rendah dari Z yang diharapkan, maka kita harus memeriksa apa yang menjadi penyebabnya. Model Z score dapat membantu menganalisis dan mencari-cari masalah yang potensial dari perusahaan yang akan melakukan merger membantu pengambilan keputusan pemberi kredit/membantu pengambilan keputusan memberi kredit/membantu investor untuk memilih saham-saham perusahaan yang mungkin beresiko.
Langkah-langkah untuk mengevaluasi hasil perhitungan nilai Z dapat dilakukan dengan:
a. Membandingkan nilai Z terakhir dengan nilai Z tahun sebelumnya jika terjadi penurunan maka dicari penyebab penurunan nilai tersebut.
b. Mengadakan perbandingan nilai Z perusahaan yang dianalisa dengan perusahaan lain.
Dalam penelitiannya Altman (1968) mengambil satu sampel yang terdiri dari 66 perusahaan manufaktur setengah diantaranya mengalami bangkrut. Altman memperoleh 22 rasio keuangan, dimana 5 diantaranya ditemukan paling berkontribusi pada model prediksi. Fungsi diskriminan yang ditemukan Altman pada tahun 1968 itu adalah sebagai berikut :
Z1 = 0,012X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1.0X5
X1 = Modal kerja/total aktiva
X2 = Laba yang ditahan/total aktiva
X3 = Laba sebelum bunga dan pajak/total aktiva
X4 = Nilai pasar modal saham/Nilai buku total hutang
X5 = Penjualan/total asset
Masalah lain yang perlu dipertimbangkan adalah banyaknya perusahaan yang tidak Go public, dengan demikian tidak mempunyai nilai dasar. Altman kemudian mengembangkan model alternatif dengan menggantikan nilai pasar menjadi nilai buku. Dengan demikian model tersebut dapat dipakai untuk perusahaan yang Go public dan tidak Go public. Persamaan yang diperoleh dengan cara semacam ini adalah sebagai berikut :
Z= 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,42X4 + 0,958X5
Dari rumus di atas dapat diketahui bahwa analisis diskriminan memuat 5 unsur yaitu X1 sampai X5, dimana:
X1 = Menyimpulkan bahwa suatu perusahaan yang berpotensi gagal mulai berkurang investasinya untuk aktiva lancar. jadi bila dalam beberapa tahun investasi terhadap 5 aktiva lancarnya mengalami penurunan terus menerus maka perlu diwaspadi mengenai X1 yang merupakan unsur kebangkrutan.
X2 = Indikator profitabilitas kumulatif yang relatif terhadap penyusunan waktu, maka ini mengisyaratkannya bahwa semakin muda suatu perusahaan, semakin besar kemungkinannya untuk bangkrut, tetapi tidak menutup kemungkinan perusahaan yang besarpun mengalami kebangkrutan.
X3 = Mencerminkan keseluruhan kekuatan perusahaan dalam mendatangkan pendapatan, melemahnay faktir ini merupakan indikator terbaik akan hadirnya kebangkrutan, karena berjalannya suatu perusahaan bergantung juga pada laba yang diperoleh perusahaan.
X4 = Mengembangkan solvabilitas/kemampuan finansial jangka panjang dari ksuatu perusahaan.
X5 = Menunjukkan rasio perputaran modal yang menunjukkan besar kecilnya kemampuan manajemen untuk menjual aset-aset perusahaan atau bisa dikatakan seberapa jauh kemampuan aktiva menciptakan penjualan.
Dalam laporannya Altman menempatkan perusahaan menjadi dua kategori yaitu yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh nilai Z rata-rata kelompok perusahaan yang bangkrut sebesar –0,2599 dan rata-rata untuk perusahaan yang tidak bangkrut sebesar 4,8863. Sebagai patokan untuk mengkalsifikasikan perusahaan yang dipilih batas nilai Z sebesar 2,675 sebagai nilai kritis yang merupakan klasifikasi umum. Jadi perusahaan dengan skor nilai Z yang lebih besar diklasifikasikan sebagai perusahaan yang tidak pailit dan skor nilai Z yang kurang dari 2,675 diklasifikasikan sebagai perusahaan yang bangkrut Titik cutoff model Altman berdasarkan nilai pasar adalah:
Nilai z score Keterangan
1,81 : Perusahaan tidak sehat
1,81-2,90 : Perusahaan dalam kondisi rawan
>2,90 : Perusahaan sehat
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dalam menganalisis laporan keuangan menggunakan rasio keuangan dibagi menjadi dua macam cara yaitu Model univariate dan model multivariate / Multiple Discriminant Analysis.
Hubungan antara Analisis Diskriminan dengan Penentuan Kebangkrutan pada Perusahaan dapat diketahui melalui nilai Z
Dengan analisis Z score management dapat memprediksikan bagaimana prospek perusahaan di masa mendatang dalam menjaga kelangsungan hidup perusahaan dan resiko kegagalan semakin berkurang
3.2 Saran
Daftar Pustaka
Amaliah, Rizky. 2014. Analisis Prediksi Kebangkrutan. (http://irmajhe.blogspot.com/2014/03/analisis-prediksi-kebangkrutan.html). Download pada tanggal 28 November 2014 pukul 09.39 WIB
Bagus, Denny. 2010. Metode Altman Z-Score (Multiple Discriminant Analysis) Untuk Menilai Kebangkrutan Bank. (http://jurnal-sdm.blogspot.com/2010/01/metode-altman-z-score-multiple.html). Download pada tanggal 28 November pukul 09.36 WIB .
Indah, Dian. 2012. Analisis Diskriminan Z-Score. http://dianindahmasyithoh.blogspot.com/2012/07/analisis-diskriminan-z-score.html. Download pada tanggal 28 November pukul 10.37 WIB
Sampoerno, Adhi. 2012. Pengaruh Potensi Kebangkrutan Perusahaan Publik terhadap Pergantian Auditor. http://adhisampoerno.blogspot.com/2012/12/pengaruh-potensi-kebangkrutan.html . Download pada tanggal 28 November 2014 pukul 10.06 WIB