KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia-Nya, sebab hanya karena anugrah-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen Mata Kuliah seminar manajemen keuangan. Adapun tema dari makalah ini adalah Manajemen Piutang. Piutang . Penyusun juga mengharapkan agar a gar segala daya dan upaya yang telah diberikan dalam penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Namun, penyusun juga menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk perbaikan makalah ini.
Penyusun
HARMIATI
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Piutang yang timbul karena adanya transaksi penjualan secara kredit oleh perushaan kepada para langganannya. Untuk dapat mempertahankan langgananlangganan yang sudah ada sekarang dan untuk menarik langganan-langganan yang baru, perusahaan pada umumnya melakukan penjualan secara kredit. “Credit term” term” atau persyaratan-persyaratan persyaratan-persyaratan kredit mungkin berbedah dari satu jenis usaha ke jenis usha lainnya, tetapi untuk perusahaan – perusahaan yang bergerak dalam jenis usaha yang sama biasanya memberikan atau memperlakuakan para langganandengan persyaratan-persyaratan kredit yang sama atau tidak terlalu jauh berbedah satu sama yang lain. Penjualan kredit yang pada akhirnya akan menimbulkan hak penagihan atau piutang pada langganan, sangat erat hubungannya dengan persyaratan-persyaratan kredit yang diberikan. Sekalipun pengumpulan piutang seringkalin tidak tepat waktu yang sudah ditetapkan, namun sebagian besar dari piutang akan terkumpul dalam jangkan waktu yang sudah ditentukan, namun sebagian besar dari piutang tersebut akan terkumpul dalam jangka waktu yang kurang dari satu tahun. Dengan alasan itulah maka piutang dimasukkan sebagai salah satu komponen aktiva lancer perusahaan. Pos piutang dalam neraca biasanya mmerupakan bagian yang cukup besar dari aktiva lancer dan oleh karenanya perlu mendapat perhatian yang cukup serius agar perkiraan piutang ini dapat dimanage dengan cara yang efisien mungkin.
Dalam makalah ini akan dibicarakan tiga aspek penting dari piutang sehubungan dengan jumlah uang yang tertanam dalam perkiraan tersebut. Aspekaspek tersebut adalah: kebijakan kredit, persyaratan-persyaratan kredit atau credit terms, dan kebijakan pengumpulan piutang. Masimg-masing kebijakan tersebut akan dibicarakan secara terpisah dibawah ini 1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas maka dirumuskanlah beberapa masalah dibawah ini : 1. Apa yang dimaksud dengan manajemen piutang ? 2. Bagaimana ruang lingkup manajemen piutang ? 3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi mempengaruhi besarnya investasi investasi dalam piutang ? 4. Apa saja resiko yang timbul dari adanya penjualan secara kredit ? 5. Bagaimana prinsip-prinsip dalam pemberian kredit ? 6. Apa saja biaya yang timbul akibat adanya piutang ?
BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Manajemen Piutang Sebelum membahas mengenai manajemen piutang secara menyeluruh, maka terlebih dahulu perlu dijelaskan satu persatu menurut beberapa ahli ekonomi. Menurut Stoner (1996:8) manajemen adalah “proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan,” Sedangkan menurut Syamsudin dan Lukman (2000:75) pengertian piutang adalah “pengertian piutang dalam arti luas bahwa piutang merupakan klaim kepada pihak lain apakah klaim berupa uang, barang atau jasa. Indriyo Gito Sudarmo (1998:69) memberikan definisi piutang sebagai berikut: “piutang mer upakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya politik penjualan kredit”. Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli ekonomi diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen piutang adalah “suatu proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dalam bentuk klaim kepada pihak lain, baik terhadap perorangan, badan usaha maupun pihak tertagih lainnya atas aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul sebagai akibat dari dilaksanakannya transaksi penjualan kredit dengan pihak lain, penyelesaiannya dilakukan dengan penerimaan baik berupa uang, barang atau jasa dengan menggunakan sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 2.2. Ruang Lingkup Manajemen Piutang Dalam kegiatan manajemen piutang mencakup kegiatan sebagai berikut: 1. Kebijaksanaan kredit Kebijaksanaan penjualan kredit adalah merupakan pedoman yang ditempuh oleh perusahaan dalam menentukan apakah kepada seorang langganan akan diberikan kredit dan kalau diberikan berapa banyak atau berapa jumlah kredit yang akan diberikan tersebut. Perusahaan-perusahaan tidak haya mementingkan penentuan standar-kredit yang diberikan tetapi juga penerapan standar tersebut secara tepat dalam membuat keputusan-keputusan kredit. Sumber-sumber informasi dan analisa-analisa kredsit merupakan suatau hal yang penting bagi keberhasilan menajemen perusahaan. Penerapan yang tepat dari kebijaksanaan yang tepat tidak akan dapat memberikan hasil yang optimal bagi perusahaan.
2. Standar Kredit
Standar kredit dari suatu perusahaan didefin isikan sebagai kriteria minimum yang harua dipenuhi oleh seorang langganan sebelum dapat diberikan kredit. Hal-hal seperti nama baik langganan sehubunga n dengan kredit atau pembayaran utang-utang dagangnya baik kepada perusahaan sendiri maupun kepada perusahaan-perusahaan lain, referensi-referensi kredit, rata-rata jangka waktu pembayaran utang dagang dan beberapa ratio finansial tertentu dari perusahaan langganan akan dapat memberikan suatu dasar penilaian bagi perusahaan sebelum memberikan atau melakukan penjualan kredit.
Adapun faktor-faktor utama yang harus dipertimbangkan apabila perusahaan bermaksud untuk mengubah standar kredit yang diterapkan adalah: 1) 2) 3) 4)
Biaya-biaya administrasi Investasi dalam piutang Kerugian piutang (bad debt expenses) Volume penjualan.
Evaluasi alternatif standar kredit Evaluasi terhadap standar kredit diilustrasikan dengan menggunakan contoh sederhana seperti dibawa ini.
Contoh: Perusahaan “Aman” menjual produk A seharga Rp 100,000 per unit. Semua penjualan dilakukan secara kredit (penjualan bias saja dilakukan sebagian per kas dan sebagian lagi secara kredit, tetapi untuk menyederhanakan perhitungan maka disini semua penjualan dianggap dilakukan secara kredit). Volume penjualan selama tahun 19x1 adalah sebesar 60.000 unit. Variabel cost sebesar Rp 60,00 per unit dan biaya rata-rata per unit adalah Rp 80,00. Per erbedaan antara biaya variabel dan biaya rata-rata per unit sebesar Rp 20,00, merupakan kontribusi dari masing-masing unit terhadap biaya tetap perusahaan. Dengan perkataan lain biaya tetap adalah sebesar Rp 1.200.000,00 (60.000 × Rp 20,00). Jadi pada volume penjualan sebesar 60.000 keseluruhan biaya-biaya tetap perusahaan telah tertutup. Dalam rangka menentukan apakah perusahaan “Aman” harus menerapkan rencana perlunakan standar kredit tersebut maka harus ditentukan berapa jumlah keuntungan yang dapt diperoleh dari adanya tambahan penjualan dan berapa jumlah biaya atas investasi marginal dalam piutang. Tambahan Keuntungan yang Diperoleh dari Peningkatan Penjualan Tambahan keuntungan ini dapat dihitung secara mudah yaitu dengan jalan mengalihkan jumlah tambahan volume penjualan dengan kontribusi keuntungan
per unit produk. Oleh karena penjualan sebesar 60.000 unit yang pertama sudah menyerap semua biaya-biaya tetap oerusahaan maka biaya untuk setiap unit penjualan di atas 60.000 unit adalah sebesar variabel cost per unit produksi. Peningkatan penjualan diperkirakan 15% = 90.000 unit. Kontribusi keuntungan dari setiap unit adlah sebesar Rp 40,00 (Rp 100,00 – Rp 60,00). Dengan demikian jumlah keuntungan tambahan adalah sebesar Rp 360.000,000,00 (9.000 × Rp 40,00). Disamping cara perhitungan diatas tambahan keuntungan dapat pula ditentukan dengan cara sebagai berikut (lihat table 1). Tabel 1. Perhitungan Jumlah Tambahan Keuntungan Perusahaan “Aman” Karena Adanya Peningkatan Volume Penjualan Keadaan yang direncanakan: Penjualan (69.000 × Rp 100,00) Dikurangi: Biaya-biaya variabel (69.000 × Rp 60,00)
Contribution margin Biaya-biaya tetap (1) Laba operasi Keadaan sebelum ada perubahan: Penjualan (60.000 × Rp 100,00) Dikurangi: Biaya-biaya variabel (60.000 × Rp 60,00)
Contribution margin Biaya-biaya tetap (2) Laba operasi
Rp
6.900.000,00
Rp
4.140.000,00 -
Rp Rp Rp
2.760.000,00 1.200.000,00 1.560.000,00
Rp
6.000.000,00
Rp
3.600.000,00 -
Rp Rp Rp
2.400.000,00 1.200.000,00 1.200.000,00
Tambahan keuntungan apabila rencana tersebut diterapkan (1) – (2) Rp 360.000,00 Biaya Investasi marginal dalam Piutang Biaya investasi marginal dalam piutang dapat ditentukan dengan jalan menghitung selisi antra biaya (carrying costs) sebelum dan sesudah diadakan perubahan standar kredit. Biaya-biaya tersebut dapat di hitung dengan menggunakan pendekatan sebagai berikut :
Langkah1 : Menghitung rata-rata piutang Rata-rata piutang dapat dihitung dengan jaln membagi jumlah penjualan kredit per tahun dengan besar atau tingkat perputaran piutang perusahaan ( account receivable turnover ). Logika yang melatarbelakangi perhitungan tersebut adalah sebagai berikut.
=
penjualan kredit per tahun rata − rata piutang
Atau
Rata − rata piutang =
penjualan kredit per tahun
Tingkat perputarsn piutang atau account receivable turnover perusahaan “ Aman “ untuk tahun 19 x 1 adalah 12 kali ( 360 : 30 ) dan total jumlah penjualan kredit sebesar Rp 6.000,000,00. Dengan adanya rencana perlunakan standar kredit yang diberikan kepada langganan maka perputaran piutang trsebut akan meningkat menjadi Rp 6.900,000,00 ( 69.000 x Rp 100,00 ). Rata-rata piutang adalah sebesar :
Tahun 19X1 = Rencana =
6.000.000 12
6.900.000 8
= Rp 500.000,00
= Rp 862.500,00
Langkah 2 : Menghitung investasi rata-rata dalam piutang Perhitungan nilai rata-rata piutang dalam langkah 1 di atas menunjukkan nilai buku dari piutang yang dalam hal ini menggambarkan harga jual dari produk perusahaan.Oleh karena itu perlu dihitung terlebih dahulu jumlah modal yang sudah di investasikan dalam piutang tersebut. Salah satu cara untuk menentukan berapa jumlah modal yang telah diinvestasikan dalam piutang perusahaan adalah dengan jalan menghitung berapa persen dari harga jual yang merupakan biaya dari produk, dan kemudian prosentase tersebut dikalikan dengan rata-rata jumlah piutanh. Untuk maksud tersebut maka terlebih dahulu perlu dihitung rata-rata biaya per unit dengan jalan membagi total biaya dengan unit yang dijual atau produksikan. Biaya per unit sebelum diadkan perubahan stndar kredit adalah Rp 80,00, sedangkat biaya per unit setelah diadakan perubahan standar kredit dapat ditentukan dengan jalan total biaya dengan jumlah unit yang dijual ( 69.000 ).
Total biaya menurut standar kredit yang direncanakan adalah sebesar :
(60.000 × Rp 80,00) + (9.000 × Rp 60,00) = Rp 5.340.000,00 Dimuka sudah dikatakan bahwa 60.000 unit yang pertama sudah menyerap semua biaya-biaya tetap perusahaan sehingga tambahan volumenpenjualan sebesar 9.000 unit hanya membutuhkan biaya-biaya yang bersifat variabel saja. Setelah diketahuinya total biaya untuk penjualana yang direncankan maka dapat
ditentukan biaya per unit produk yaitu denga membagi total biaya tersebut dengan 69,000, jumlah unit yang dijual. Biaya rata-rata per unit untuk penjualan yang direncanakan adalah sebesar Rp 77,40. Biaya per unit untuk penjualan yang direncanakan ini lebih rendah dari harga atau biaya per unit sebelum diadakan perubahan, Rp 80,00 karena biaya-biaya tetap perusahaan sekarang dialokasikan ke dalam lebih banyak produk. Prosentase biaya dari setiap unit penjualan :
Tahun 19X1 =
80
= 0,8 atau 80% 100 77,40 Rencana = = 0,774 atau 77,40% 100 Dengan demikian rata-rata investasi dalam piutang adalah sebesar: Tahun 19X1 = 80% × Rp 500.000,00 = Rp 400.000,00 Rencana = 77,40% × Rp 862.500.000,00 = Rp 667.500,00 Perhitungan jumlah investasi rata-rata seperti diatas merupakan cara yang cukup panjang sedangkan cara lain yang lebih sederhana dan singkat adalah dengan jalan membagi total biaya dengan turnover atau tingkatan perputaran dari masingmasing piutang :
Tahun 19X1 = Rencana
=
Rp 4.800.000,00 12 Rp 5.340.000,00 8
= Rp 400.000,00 = Rp 667.500,00
Langkah 3: Menghitung biaya investasi marginal dalam piutang Investasi marginal dalam piutang adalah merupakan selisih antara rata-rata jumlah investasi dalam piutang sebelum diadakan perubahan dengan sesudah diadakan perubahan standar kredit.
Investasi marginal dalam piutang : Rencana = Rp 667.500,00 Tahun 19X1 = Rp 400.000,00 Investasi marginal = Rp 267.500,00 Investasi marginal menggambarkan jumlah tambahan rupiah yang akan terikat dalam piutang apabila rencana perlunakan kredit tersebut diterapkan oleh perusahaan. Biaya dari tambahan investasi sebesar Rp 267.500,00 dapat dicari dengan mengalikannya dengan return on investment yang disyaratkan oleh perusahaan, yaitu sebesar 15%. Dengan demikian biaya atas adanya tambahan investasi tersebut adalah sebesar Rp 40.125,00. Nilai sebesar Rp 40.125,00 ini
dianggap sebagai biaya karena hal tersebut menggambarkan jumlah maksimum yang dapat diperoleh apabila modal sebesar Rp 267.500,00 tersebut diinvestasikan dalam proyek lain. Keputusan Atas Standar Kredit Dalam rangka memutuskan apakah perusahaan harus memperlunak standar kredit yang diberikan maka haruslah dibandingkan tambahan kentungan dengan biaya biaya investasi marginal dalam piutang. Bilamana keuntungan tambahan lebih besar maka perlunakan standar kredit tersebut dapat dilaksanakan, dan apabila sebaliknya yang terjadi maka tentu saja perusahaan tidak boleh mengubah standar kredit yang diterapkan atau dengan perkataan lain perubahan tetap saja menjalankan stndar kredit yang sudah selama ini sudah diterapkan.
Analisa Kredit Apabila perusahaan sudah menerapkan standar kredit yang akan diterpkan maka harus dikembangkan suatu prosedur untuk menilai siapa atau langganan langganan mana yang akan diberikan kredit. Disamping menentukan langganan yang dapat diberikan kredit perusahaan biasanya menentukan sampai berapa banyak kredit yang dapt diberikan kepada masing-masing langganan. Jumlah maksimum kredit yang dapat diperoleh oleh langganan dalam suatu saat disebut dengan istilah “line of credit ”.
3.
Persyaratan Kredit (Credit Term)
Persyaratan kredit atau credit term menunjuk kepada pembayaran yang disyaratkan kepada para langganan yang membeli secara kredit, misalnya hal tersebut mungkin dinyatakan sebagai berikut: 2/10 net 30. Persyaratan kredit seperti ini mengandung arti bahwa pembelian akan mendapat potongan tunai atau cash discount sebesar 2% apabila pembayaran kredit dilakukan dalam waktu paling lama 10 hari setelah awal periode kredit. Bilamana pembelian tidak mengambil potongan tunai yang ditawarkan ( tidak membayar dalam waktu 10 hari ) maka keseluruan jumlah utangnya (piutang bagi perusahaan penjual) harus dibayar dalam waktu paling lambat 30 hari sesudah awal periode kredit. Dengan demikian persyaratan kredit atau credit term meliputi tiga hal, yaitu: a. Potongan tunai atau cash discount. b. Periode potongan tunai (dalam contoh di atas 10 hari). c. Periode kredit (dalam contoh di atas 30 hari). Perubahan dari ketiga ataupun salah satu faktor-faktor diatas akan membawa pengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. a.
Potongan Tunai
Bilamana perusahaan memberikan atau memperbesar potongan tunai dalam penjualan kredit yang dilakukan maka dapat diperkirakan akan terjadi perubahan perubahan seperti berikut:
Keterangan
Volume penjualan Rata-rata pengumpulan Piutang Kerugian piutang atau Bad deb expenses Keuntungan per unit
Perubahan: Naik ( N ) atau Turun ( T )
Pengaruh atas keuntungan: Positif ( + ) atau Negative ( - )
N
+
T
+
T T
+ -
Volume penjualan akan meningkatkan karena adanya potongan tunai untuk pembayaran yang dilakuakan dalam 10 hari maka hari dari produk yang diberi oleh perusahaan pembeli akan lebih murah. Bilamana permintaan terhadap produk perusahaan cukup elastis, maka penurunan harga tersebut akan diikuti oleh meningkatnya permintaan dan dengan demikian volume penjualan. Rata-rata pengumpulan piutang juga diharapkan akan menurun karena pembelian pembelian yang tadinya tidak mengambil potongan tunai, sekarang dapat mengambil potongan tunai tersebut. Hal ini tentu saja berarti suatu pembayaran yang lebih awal dan dengan demikian jangka waktu rata-rata pengumpulan piutangpun akan berkurang. Demikiam pula halnya dengan kerugian piutang, karena bayaknya langganan yang mengambil potongan tunai yang ditawarkan maka probalitas dari kerugian piutang atau bad debt expenses akan semakin meningkat keuntungan perusahaan. Aspek yang negative dari adanya potongan tunai adalah menurunnya keuntungan per unit dari produk yang dijual bilamana semakin banyak pembeli yang mengambil potongan tunai yang ditawarkan tersebut berarti menurunnya dari produk yang dijual!. Contoh:Perusahaan “SEJAHTERA ” yang datangnya disajikan di depan, bermaksud untuk memberikan potongan tunai sebesar 2% kepada langanan yang membayar dalam waktu 10 hari sesudah trasaksi dilakukan. Pada saat ini pengumpulan piutang membutuhkan waktu 30 hari, penjualan yang keseluruannya dilakukan secra kredit berjumlah 60.000 unit. Variabel cost per unit adalah 60,00 dan rata-rata per unit adalah sebesar Rp 80,00 (biaya tetap sebesar Rp 1.200,000,00). Dengan diberikan potongan tunai sebesar 2% untuk pembayaran dalam jangka waktu 10 hari maka diperkirakan penjualan akan meningkat sebesar 15% yaitu menjadi 69.000 unit. Dari keseluruan jumlah penjualan ini diperkirakan
sebesar 60% akan dibayar dalam periode potongan tunai. Rata-rata pengumpulan piutang akan turun menjadi 15 hari. Keuntungan-keuntungan yang dapat di peroleh oleh perusahaan dengan adanya potongan tunai tersebut adalah meningkatnya volume penjualan sebesar 9.000 unit dan menurunnya rata-rata pengumpulan piutang. Kerugian piutang atau bad debt expenses dianggap tidak terpengaruh oelh adanya kebijaksanaan tersebut, dan perusahaan mengharapkan return on investment sebesar 15%. Tambahan penjualan sebesar 9.000 unit akam memberikan tambahan keuntungan sebesar Rp 360.000,000,00 (9,00 × Rp 40,00). Dengan menurunnya rata-rata pengumpulan piutang maka perputaran piutang atau account receivable turnover akan meningkat dari 12 kali menjadi 24 kali piutang maka dipergunakan cara yang singkat yaitu dengan jalan membagi keseluruan biaya dengan tingkat perputaran masing-masing piutang.
Keadaan sekarang =
80 × 60.000 12
Dengan pemotongan tunai = =
= Rp 400.000,00
(80 × 60.000) + (60 × 9.000) 24 5.340.000
24 = Rp 222.500,00 Dengan adanya potongan tunai maka akan terdapat penurunan jumlah investasi dalam piutang sebesar Rp 117.500,00 (Rp4.000,000,00 – Rp222.500,00). Penghematan yang diperoleh dengan adanya penurunan jumlah investasi ini adalah sebesar Rp26.625,00 (15% × Rp117.500,00). Dengan demikian total keuntungan yang diperoleh adalah sebesar Rp360.000,00 + Rp26.625,00 = Rp380.625,00. Adapun “biaya- biaya” karena adanya potongan tunai tersebut dapat dihitung denga jalan mengambil sebesar 60% dari total penjualan dan dikalikan dengan 2% yaitu: 2% (60% × Rp6.900,000,00) = Rp 82.800,00. Dengan membandingkan kedua hasil perhitungan diatas maka dapat ditentukan bahwa dengan adanya potongan tunai perusahaan akan memperoleh tambahan keuntungan sebesar Rp 303.825 (Rp386.625,00 – Rp82.800,00). b. Periode Potongan Tunai Pengaruh dari adanya perubahan dalam periode potongan tunai cukup sulit untuk dianalisa karena sifat-sifatnya yang ditimbulkan oleh perubahan itu sendiri. Apabila, misalnya, periode potongan tunai diperpanjang maka dapat diharapkan akan terjadi perubahan-perubahan sebagai berikut:
Keterangan
Volume penjualan Rata-rata pengumpulan piutang Dari pembelian yang tadinya tidak mengambil potongan tunai sekarang membayar lebih awal (mengambil potongan tunai ). Rata-rata pengumpulan piutang dari pembeli yang tadinya sudah mengambil potongan tunai sekarang tetap mengambil potongan tersebut tetapi membayar lebih lambat. Kerugian piutang bad debt expenses Keuntungan per unit
Perubahan: Naik ( N ) atau Turun ( T )
Pengaruh atas keuntungan: Positif ( + ) atau negatif ( - )
N
+
T
+
N
-
T T
+ -
Dalam menentukan akibat yang sebenarnya dari adanya perubahan periode potongan tunai diatas terdapat suatu masalah yang disebabkan karena adanya dua faktor yang mempengaruhi rata-rata pengumpulan piutang. Apabila periode potongan tunai diperpanjang maka dapat harapkan adanya pengaruh yang positif atas keuntungan perusahaan karena pembeli-pembeli yang tadinya tidak mengambil potongan tunai yang ditawarkan oleh perusahaan sekarang akan dapat mengambilnya, sehingga akan menurunkan jangka waktu rata-rata pengumpulan piutang. Akam tetapi tidak boleh dilupakan, hal tersebut juga akan membawa efek negatif atas keuntungan perusahaan dengan adanya perpanjang periode potongan tunai tersebut maka pembeli-pembeli yang tadinya sudah mengambil potongan tunai sekarang akan dapat membayar lebih lambat namun tetap mendapat potongan tunai sehingga memperlambat rata-rata pengumpulan piutang. Pengaruh (net effect ) dari kedua keadaan tersebut atas rata-rata pengumpulan piutang membutuhkan perhitungan secara teliti. Sebaliknya bilamana perusahaan memperpendek periode potongan tunai yang diberikan maka pengaruhnya adalah merupakan kebalikan dari yang disajikan dalam table diatas, kecuali untuk pembelian yang memang tidak mengambil potongan tunai. c.
Periode Kredit
Perubahan dalam periode kredit (misalnya dari net 30 hari menjadi net 60 hari) juga akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Pengaruh-pengaruh berikut ini diperkirakan akan terjadi bilamana perusahaan memperpanjang periode kredit yang diberikan.
Keterangan
Volume penjualan Rata-rata pengumpulan piutang Kerugian piutang atau bad debt expenses
Pengaruh atas Perubahan: keuntungan: Naik ( N ) atau Positif ( + ) atau Turun ( T ) Negatif ( - ) N N
+ -
N
-
Perpanjangan poeriode kredit akan meningkatkan volume penjualan tetapi baik rata-rata pengumpulan piutang maupun kerugian piutang atau bad debt expenses juga akan meningkat. Dengan demikian pen ingkatan volume pe njualan akan mempunyai pengaruh yang positif atas keuntungan perusahaan, sedangkan peningkatan rata-rata pengumpulan piutang dan kerugian piutang akan membawa pengaruh yang negatif bagi keuntungan perusahaan. Kebali dari hal ini, pendekatan periode kredit, akan mempunyai pengaruh-pengaruh yang sebaliknya. Contoh: Perusahaan “Aman” sedangkan mempertimbangkan untuk memperpanjang periode kredit yang diberikan kepada para langganannya yaitu dari 30 hari menjadi 60 hari. Rata-rata pengumpulan piutang yang selama ini 45 hari diperkirakan akan meniungkat menjadi 75 hari. Kerugian piutang sebelum diadakan perubahan periode kredit adalah sebesar 1% dari volume penjualan, dan dengan adanya rencana perubahan tersebut maka diperkirakan jumlahg kerugian piutang akan meningkat menjadi 3%. Hal ini disebabkan karena semakin besarnya probabilitas kerugian piutang yang dikaitkan dengan periode kredit yang semakin lama. Penjualan seluruhnya dilakukan secara kredit, dan dengan adnya proposal perpanjangan kredit yang diberikan kepada para langganan maka diharapkan penjualan dapat meningkat sebesar 15%, yaitu menjadi 69.000 unit. Biaya-biaya tetap yang keseluruhannya sudah diserap oleh penjualan sebesar 60.000 unit. Yang pertama berjumlah sebesar Rp 1.200.000,00. Biaya-biaya variabel sebesar Rp 60/unit. Return on investment yang diharapkan oleh perusahaan adalah sebesar 15%. d.
Kerugian Piutang
Perbedaan dalam pendekatan yang digunakan untuk analisa kali ini denga analisda yang dilakukan sebelum terletak dalam komponen
Tabel 2. Pengaruh dari Perpanjangan Periode Kredit Tambahan keuntungan dengan adanya peningkatan vol. Penjualan (9.000 × Rp 40) Biaya investasi marginal dalam piutang ̶ Dengan adanya perpanjangan periode kredit: (80 × 60.000) + (60 × 9.000) 4,8
Rp 360.000
Rp 1.112.500
Investasi dalam piutang menurut kebijakasanaan kredit sebelum adanya perubahan periode kredit yang diberikan: (80,00 × 60,00) 8
Rp
600.000
Investasi marginal dalam piutang Rp 512.000 Biaya investasi marginal dalam piutang: Rp 15% × Rp 512.500............. ...................... (Rp 76.875) Biaya kerugian piutang marginal: Dengan perpanjangan periode kredit (3% × Rp 6.900.000) Rp 207.000 Kerugian piutang sebelum diadakan perpanjangan periode kredit: (1% × Rp 6.000.000) Rp 60.000 Biaya kerugian piutang marginal (Rp 147.000) Tambahan keuntungan bersih dengan adanya perpanjangan periode kredit Rp 136.125 *Penyubut sebesar 4,8 dan 8 adalah merupakan tingkat perputaran piutang atau account receivable turnover untuk masing-masing kebijaksanaan kredit. Sesudah ada perpanjangan maka tingkat perputaran piutang menjadi (360:75) dan sebelum ada perubahan (360:45).
Kerugian piutang atau bad debt expenses, karena dalam analisis terdahulu faktor kerugian piutang ini tidak diperhitungkan.
Faktor penting yang harus diketahui bilamana kerugian piutang dimkasudkan kedalam analisa bahwa “unitcost dari kerugian piutang adalah sama dengan harga jual per unit”. Keseluruan harga jual dari “bad debt expenses” (lost ) harus dikuragi karena tambahan keuntungan dari penjual telah dihitung dengan asumsi bahwa keseluruan hasil penjualan tersebut akan diterima. Tabel 2. Menyajikan perhitungan dari contoh soal yang diberikan diatas. Dari 21 hasil analisa diatas tambahan analisa lebih besar dibnadingkan dengan biaya tambahan untuk investasi arginal dalam piutang sebesar Rp 76.875,00 dan biaya kerugian piutang marginal sebersar Rp 147.000,00. Keuntungan bersih yang dihasilkan denhgan adanya perpanjangan periode tersebut adalah sebesar Rp 136.125,00 (Rp360.000,00 – Rp76.875,00 – Rp147.000,00). Dengan pedoman kepada hasil perhitungan tersebut maka proposal perpanjangan periode kredit dari 30 hari menjadi 60 hari, dan yang akan meningkatkan rata-rata pengumpulan piutang dari 45 hari menjadi 75 hari dapat dilaksanakan karena akan dapat memperbesar jumlah keuntungan yang diperoleh. Akibat yang sebaliknya dari hal tersebut diatas akan terjadi bilamana perusahaan bermaksud untuk memperpendek periode kredit yang diberikan. 4.
Kebijaksanaan Pengumpulan Piutang Kebijasanaan pengumpulan piutang sesuatu perusahaan adalah merupakan prosedur yang harus diikut dalam mengumpulkan piutang-piutangnya bilamana sudah jatuh tempo. Sebagian dari keefektivan perusahaan dalam menerapkan kebijaksanaan pengumpulan piutannya dapat dilihat dari jumlah kerugian piutang atau bad debt expenses, karena jumlah piutang yang dianggap sebagai kerugian tersebut tidak hanya terngantung pada kebijaksanaan pengumpulan piutang tetapi juga kepada kebijaksanaan-kebijaksanaan penjualan kredit yang diterapkan. 2.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Besarnya Investasi Dalam Piutang Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya piutang dalam sebuah perusahaan. Secara sederhana faktor tersebut adalah sebagai berikut 1. Volume penjualan kredit, semakin besar volume penjualan kredit, makin besar investasi yang tertanam dalam Piutang. Artinya perusahaan harus menyediakan investasi yang lebih besar dalam piutang, dan meski beresiko semakin besar, profitabilitasnya juga akan semakin besar. 2. Syarat pembayaran (termin), semakin lama masa kredit, semakin besar invesatasinya. Syarat penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak tergantung pada kondisi perusahaannya. Umumnya syarat pembayaran yang
ketat tampak dari batasan waktu pembayaran yang pendek atau pembebanan bunga yang berat untuk pembayaran piutang yang lambat. 3. Ketentuan tentang pembatasan kredit, perusahaan dapat menentukan batas maksimal (palfon) bagi kredit, batasan kredit dapat berupa kuantitatif (plafon kredit, semakin besar plafon kredit perpelanggan makin besar investasi yang diperlukan) dan kualitatif (selektif terhadap pelanggan kredit, makin ketat seleksi akan semakin memperkecil investasi dalam piutang). 4. Kebijakan dalam penagihan piutang, pengumpulan piutang dapat bersifat aktif (menggunakan debt collector) pengumpulan piutang lebih tepat waktu tetapi perlu tambahan biaya pengumpulan piutang, atau pasif yaitu keyakinan bahwa debitur menepati janji, maka resiko tertunggaknya piutang lebih besar. Perusahaan juga berharap agar pelanggan menyetor pembayaran hutang tepat waktu. Kebijakan ini ditempuh degan cara: a. Memungut secara langsung b. Member peringatan degan mengirim surat kepada pelanggan 5. Kebiasaan membayar pelanggan, apabila sebagian besar pelanggan membayar pada masa diskon, maka membutuhkan investasi lebih kecil, tetapi jika pelanggan membayar pada hari ke 30 atau bahkan menunggak, perlu 25 invstasi yang besar. 2.4. Risiko Yang Timbul Dari Adanya Penjualan Secara Kredit Pada dasarnya risiko yang timbul akibat adanya penjualan secara kredit adalah sebagai berikut : 1. Tidak terbayarnya Piutang Dengan adanya pembayaran secara kredit, maka akan memungkinkan adanya piutang yang tidak tertagih dari para pelanggan. Adapu solusi untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan Menyediakan cadangan dana (Bad debt / piutang tak tertagih). Pada dasarnya, meningkatnya penjualan secara kredit, meningkat pada bertambah besarnya alokasi dana yang diinvestasikan dalam piutang dan pada akhirnya berdampak pada tingkat profit perusahaan. Dengan sendirinya, semakin besar jumlah piutang semakin besar kemungkinan timbulnya piutang tak tertagih.
2.
Keterlamabatan Waktu Pembayaran Piutang Risiko yang mungkin terjadi akibat adanya piutang adalah para pelanggan terlambat dalam melunasi kewajiban mereka dalam membayar hutang. Keterlambatan tersebut berdampak pada timbul Biaya pengumpulan piutang (cash discount ). Dalam mengatasi hal tersebut agar tidak berlanjut, pihak perusahaan dapat mengatasinya dengan cara mengubah piutang menjadi wesel apabila ketika jatuh tempo, piutang tersebut belum dilunasi.
2.5. Prinsip-Prinsip Dalam Pemberian Kredit Resiko kredit adalah resiko tidak terbayarnya kredit yang telah diberikan kepada para langganan. Oleh karena itu banyak perusahaan yang berusaha mengurangi resiko kredit dengan memperhatikan 5 “C” sebelum memberikan persetujuan kredit. 1. Character : aspek ini menggambarkan keinginan atau kemauan para pembeli untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya sesuai dengan persyratan yang sudah ditetapkan oleh penjual. Pola-pola pembayaran utang pada masa lalu dapat dijadikan pedoman yang sangat berguna dalam menilai karakter seseorang calon langganan. 2. Capacity : mengambarkan kemampuan seseorang langganan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban finansianya. Suatu estimasi yang dianggap cukup baik dapat diperoleh dengan menilai posisi likuiditas dan proyeksi cash flow dari calon langganan. 3. Capital : menunjuk kepada kekuatan finansial calon langganan terutama dengan melihat jumlah modal sendiri yang dimilikinnya. Analisa terhadap neraca perusahaan dengan menggunakan ratio-ratio finansial yang tersedia akan dapt memenuhi kebutuhan atas penilaian capital calon langganan. 4. Collateral : menggambarkan jumlah aktiva yang dijadikan sebagai barang jaminan oleh calon langganan. Akan tetapi biasanya hal ini bukanlah merupakan pertimbangan yang sangat penting karena tujuan perusahaan dalam memberikan kredit bukanlah un tuk menyita dan kemudian menjualaktiva langganan, tetapi tekanannya adalah pada pembayaran kredit yang diberikan kerpada waktu yang sudah ditetapkan. 5. Conditions : menunjukan kepada keadaan ekonomi secara umum dan pengaruhnya atas kemampuan perusahaan calon langganan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya.
Sebagai suatu kesatuan, kelima C diatas memegang peranan yang sangat penting sepanjang hal tersebut dapat menjamin bahwa tidak ada faktor-faktor penting lain yang dilupakan dalam analisa yang telah dilakukan. Pencegahan resiko kredit dapat bula dilakukan degan cara sebgai berikut: 1. Mencari informasi tentang mental kepribadian, penilaian diperoleh berdasarkan pandagan masyarakat serta pengalaman yang telah ada. 2. Mencari informasi tentang kemapuan keuangan, informasi ini diperoleh 27 melalui laporan keuangan dalam bentuk neraca, laporan laba rugi serta laporan lain yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan dan hasil yang telah dicapai.
3.
4. 5. 6.
7.
Mencari informasi tentang jalannya perusahaan, dalam hal ini posisi keuagan perusahaan sekarag ini apakah masi bisa dipertahankan untuk masa mendatang. Menetapkan kebijakan setahap demi setahap, dalam hali ini lebih memudahkan untuk mengotrol keadaan perusahaan. Membatasi jumlah piutang yang akan diberikan kepada pelanggan. Meminta barang jaminan, brang jaminan baik berupa barang atau Bank Garantie, akan lebih menjamin piutang yang diberi. Namun, perlu dipertimbangkan juga biyaya penyimpanan barang jaminan tersebut dan prakteknya tidak selau mudah dilakukan. Seleksi terhadap Verkooper atau agen, ada kalanya kemacetan piutang berasal dari pihak perusahaan itu sendiri karena terjadi permasalahan Internal. Sehingga penagihan tidak tepat pada waktunya.
2.6. Biaya Yang Timbul Akibat Adanya Piutang Dengan dilaksanaknnya penjualan secara kredit, yang kemudian menimbulkan piutang, maka perusahaaan sebenarnya tidak terlepas dari penanggungan risiko berupa biaya. Biaya yang timbul akibat dari adanya piutang adalah sebagai berikut : 1. Biaya Penghapusan Biaya penghapusan piutang / piutang ragu-ragu / bad debt, risiko terhadap tidak tertagihnya sejumlah tertentu dari piutang akan dimasukkan sebagai biaya bad debt atau piutang ragu-ragu yang nantinya akan diadakan penghapusan piutang. Oleh karena itu perlu diperhitungkan pada setiap periode. 2. Biaya Penumpulan Piutang Dengan adanya piutang maka timbul kegiatan penagihan piutang yang akan mengeluarkan biaya disebut sebagai bia ya pengumpulan piutang. 3. Biaya Administrasi Terhadap piutang diperlukan kegiatan administrasi yang akan mengeluarkan biaya. 4. Biaya Sumber Dana Dengan terjadinya piutang maka diperlukan dana dari dalam maupun dari luar perusahaan untuk /berjaga-jaga. Dana tersebut diperlukan biaya untuk sumber dana (weighted cost).
BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Kebijaksanaan kredit mengandung dua dimensi, yaitu standar kredit dan analisa kredit. Perusahaan harus menetapkan tingkat resiko yang diterima dalam rangka memaksimumkan jumlah keuntungan yang ini dicapai. Pertimbangan-pertimbangan yang diberikan disini terletak pada biaya-biaya administrasi, kerugian-kerugian piutang, investasi dalam piutang dan keuntungan yang dapat diperoleh dari penjualan.Faktor-faktor tersebut diatas haruslah dipertimbangkan bilamana perusahaan bermaksud untuk memperlunak atapun memperketat stndar kredit yang diberikan. Persyaratan kredit atau “credit term” mempunyai tiga komponen penting yaitu: 1. potongan tunai atau cash discount 2. periode potongan tunai atau cash discount period, dan. 3. Periode kredit atau credit period
Adanya perubahan dari ketiga ataupun salah-satu dari komponen diatas akan dapat mempengaruhi volume penjualan, tingkat keuntungan, lama rata-rata pengumpulan piutang, dan keruguan piutang. Kebijaksanaa pengumpulan piutang menentukan bentuk dan usahausaha yang dilakukan untuk menangih piutang sudah lewat periode kredit yang sudah ditentukan. Keputusan-keputasan berhubungan dengan intensitas pengumpulan piutang sangat terngantung biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan penagihan tersebut, keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dengan menurunnya rata-rata pengumpulan piutang dan semakin kecilnya kerugian piutang bad debt expenses. 3.2. Saran Mengingat bahwa piutang merupakan suatu bentuk investasi yang cukup besar dalam sebagian perusahaan, maka dengan adanya manajemen piutang yang lebih baik akan dapat memberikan keuntungan-keuntungan dan penghematan yang cukup besar bagi perusahaan. Tujuan perusahaan secara keseluruhan sehubungan dengan manajemen piutang seharusnya tidak ditekankan pada kecepatan pengumpulan piutang saja, tetapi juga harus diperhatikan untung-rugi yang mungkin timbul dalam aspek-aspek yang lain di manajemen piutang misalnya kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang.
DAFTAR PUSTAKA
S. munawir (analisa laporan keuangan) penerbit liberty, Yogyakarta. Syofyan syafri harahap (analisis kritis atas laporan keuangan) penerbit PT.rajagrapindo persada Jakarta Kasmir, 2004. Manajemen S. munawir (analisa laporan keuangan) penerbit liberty, Yogyakarta. Brigham, Eugene F. Dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan.Jakarta: Erlangga. Syofyan syafri harahap (analisis kritis atas laporan keuangan) penerbit PT.rajagrapindo persada Jakarta https://ilmumanajemen.wordpress.com/2009/02/20/manajemen piutang/
MAKALAH MANAJEMEN PIUTANG
HARMIATI NIM : 146 0302 034 KEUANGAN 1 / SEMESTER VII
SEKOLAH TINGGI ILMU MANAJEMEN YAYASAN PERGURUAN ISLAM MAROS 2017