BAB I PENDAHULUAN
A. Lata Latarr Belak Belakan ang g
Dalam kegiatan belajar mengajar tentu dibutuhkan standar kegiatan pembelajaran, terutama bagi pendidikan dasar dan menengah. Standar-standar tersebut digunakan sebagai penentu pelaksanaan pelaksanaan pembelajaran pembelajaran.. Implementa Implementasi si Undang-Undang Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang tentang Sistem Pendidikan Nasional dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2016 yang secara khusus membahas tentang standar proses pendidikan dasar dan menenengah. Penetapan standar proses pendidikan merupakan kebijakan yang sangat penting dan strategis untuk pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan. Melalui standar proses pendidikan setiap guru dan/atau pengelola sekolah dapat menentukan bagaimana seharusnya proses pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran adalah merupakan suatu sistem. Dengan demikian, pencapaian standar proses untuk meningkatkan meningkatkan kualitas pendidikan dapat dimulai dari menganalisis setiap komponen yang dapat membentuk dan mempengaruhi proses pembelajaran. Begitu banyak komponen yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan. Dalam makalah ini, akan dibahas komponenkomponen mengenai standar pendidikan Nasional. B. Rumu Rumusan san Masa Masala lah h
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah: 1. Apakah yang dimaksud dimaksud dengan dengan standar standar proses proses pendidikan? pendidikan? 2. Apa sajakah sajakah yang yang menjadi menjadi komponen komponen dalam dalam standar standar proses proses pendidikan? pendidikan? 3. Bagaimana Bagaimana perbedaan perbedaan standar standar proses proses pendidika pendidikan n kurikulum kurikulum di Indonesi Indonesiaa dengan kurikulum Cambridge? C . T u ju a n
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penulisan makalah ini adalah: 1. Mengetahui Mengetahui pengertian pengertian standar standar proses proses pendidi pendidikan? kan? 2. Mengetahui Mengetahui apa sajakah sajakah yang menjadi komponen komponen dalam dalam standar standar proses proses pendidikan pendidikan?? 3. Mengetahui Mengetahui perbedaan perbedaan standar standar proses proses pendidika pendidikan n kurikulum kurikulum di Indonesi Indonesiaa dengan kurikulum Cambridge. 1
BAB II ISI
A. Standa Standarr Prose Prosess Kurik Kurikul ulum um 2013 2013
Standar Standar Proses adalah adalah kriteria mengenai mengenai pelaksanaan pelaksanaan pembelajaran pembelajaran pada satuan pendidikan pendidikan untuk untuk mencap mencapai ai Standa Standarr Kompet Kompetens ensii
Lulu Lulusan san (Perm (Permendi endikbud kbud,, 2016). 2016). Standar Standar Proses Proses
dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang yang telah ditetapkan. Standar proses pendidikan dapat diartikan sebagai suatu bentuk teknis yang merupakan acuan atau kriteria yang dibuat secara terencana atau didesain dalam pelaksanaan pembelajaran. Standar Proses Pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan nasional, dikatakan bahwa standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang system pendidikan diseluruh wilayah pendidikan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem sistem kredit semester semester.. Standar Standar proses meliputi meliputi perencanaa perencanaan n proses pembelajar pembelajaran, an, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif efektif dan efisien efisien (Mulyasa, 2013). Standar Standar proses proses Kurikul Kurikulum um 2013 diatur diatur dalam dalam Permendik Permendikbud bud No 22 Tahun 2016. Peraturan Peraturan menteri ini menjadi dasar hukum pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah menengah untuk untuk mencapai mencapai kompetensi kompetensi lulusan. lulusan. Pada Pada Permend Permendikbud ikbud No 22 Tahun 2016 pasal 1 ayat 1, dinyatakan bahwa Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah selanjutnya disebut Standar Proses, merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar Proses pembelajaran setiap tema di jenjang SD dan semua mata pelajaran di jenjang SMP/SMA/SMK dilakukan dengan pendekatan ilmiah (saintific approach), yaitu standar proses dalam pembelajaran terdiri dari mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Standar proses pembelajaran kurikulum 2013 menggunakan pendekatan konstrutivisme yaitu menjadikan siswa dan lingkungannya sebagai sumber belajar (student-centered leaning ). Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) bukan sebagai mata pelajaran, melainkan sebagai media pembelajaran. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan 2
pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar (Permendikbud, 2016). B. Kara Karakte kteri rist stik ik Pem Pembe bela lajar jaran an
Karakteristik pembelajaran pada setiap satuan pendidikan terkait erat pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang yang harus dicapai. Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang diturunkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas “menerima, menjalankan, ”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas menghargai, menghayati, dan mengamalkan mengamalkan”. “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik antar matapelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran pembelajaran berbasis penyingkapan/p penyingkapan/penelit enelitian ian (discovery/inquiry learning) . Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan (project based learning). karya berbasis berbasis pemecahan pemecahan masalah project
Rincian gradasi sikap, pengetahuan dan keterampilan adalah sebagai berikut : Sikap Menerima Menjalankan Menghargai Menghayati Mengamalkan
Karakteristik Pembelajaran
proses
tematik
Pengetahuan Mengingat Memahami Menerapkan Menganalisis Mengevaluasi
pembelajaran
terpadu
di
disesuaikan
SD/MI/SDLB/Paket
Keterampilan Mengamati Menanya Mencoba Menalar Menyaji Mencipta
dengan A
karakteristik
disesuaikan
kompetensi.
dengan
tingkat
perkembangan peserta didik. Karakteristik proses pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik kompetensi. Pembelajaran tematik terpadu di SMP/MTs/SMPLB/Paket B disesuaikan dengan 3
tingkat perkembangan peserta didik. Proses pembelajaran di SMP/MTs/SMPLB/Paket B disesuaikan dengan karakteristik kompetensi yang mulai memperkenalkan mata pelajaran dengan mempertahankan tematik terpadu pada IPA dan IPS. Karakteristik proses pembelajaran di SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/ Paket C Kejuruan secara keseluruhan berbasis mata pelajaran, meskipun pendekatan tematik masih dipertahankan. Standar Proses pada SDLB, SMPLB, dan SMALB diperuntukkan bagi tuna netra, tuna rungu, tuna daksa, dan tuna laras yang intelegensinya normal. Secara umum pendekatan belajar yang dipilih berbasis pada teori tentang taksonomi tujuan pendidikan yang dalam lima dasawarsa terakhir yang secara umum sudah dikenal luas. Berdasarkan teori taksonomi tersebut, capaian pembelajaran dapat dikelompokkan dalam tiga ranah yakni: ranah kognitif, affektif dan psikomotor. Penerapan teori taksonomi dalam tujuan pendidikan di berbagai negara dilakukan secara adaptif sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah mengadopsi taksonomi dalam bentuk rumusan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan demikian proses pembelajaran secara utuh melahirkan kualitas pribadi yang sikap, pengetahuan, dan keterampilan. C. Komponen Standar Proses 1. Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran dirancang dengan membuat program mengajar. Program mengajar yang harus dibuat meliputi: program tahunan (Prota), program semester (Promes), dan persiapan mengajar yang dibuat dalam bentuk silabus, sistem penilaian dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan menyiapkan media dan sumber belajar, perangkat penilaian pembelajaran, dan sekenario pembelajaran. Penyusunan silabus dan RPP disesuaikan dengan pendekatan pembelajaran yang digunakan. a. Program Tahunan (Prota) Program tahunan adalah rencana penetapan alokasi waktu satu tahun untuk mencapai tujuan (SK dan KD) yang telah ditetapkan. Penetapan alokasi waktu diperlukan agar seluruh kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum seluruhnya dapat dicapai oleh siswa. penentuan alokasi waktu ditentukan pada jumlah jam pelajaran sesuai dengan struktur kurikulum yang berlaku serta keluasan materi yang harus dikuasai oleh siswa. 4
Di awal tahun ajaran baru, seorang guru seharusnya sibuk menelaah Permendikbud Nomor 24 tahun 2016 tentang Kompetensi Dasar (KD) mata pelajarannya dan juga Kalender Akademik (Kaldik). Saat itu seorang guru akan menyusun Prota dan Promes. Prota merupakan rencana penetapan alokasi waktu satu tahun pembelajaran untuk mencapai Kompetensi Inti, kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum. Prota berdasarkan Kurikulum 2013 merupakan program umum pembelajaran untuk setiap kelas yang dikembangkan oleh guru. Prota tersebut sebagai rencana umum pelaksanaan pembelajaran setelah diketahui kepastian jumlah jam pelajaran efektif dalam satu tahun. Prota perlu dipersiapkan dan dikembangkan oleh guru sebelum tahun pelajaran, karena merupakan pedoman bagi pengembangan program-program berikutnya, yakni Program Semester, Silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Langkah-langkah perancangan Prota:
1)
Menelaah kalender pendidikan dan ciri khas satuan pendidikan berdasarkan kebutuhan tingkat satuan pendidikan.
2)
Menelaah jumlah Kompetensi Dasar (KD) suatu mata pelajaran.
3)
Menandai hari-hari libur, permulaan tahun pelajaran, minggu efektif. Hari-hari libur meliputi: a)
Jeda tengah semester
b)
Jeda antar semester
c)
Libur akhir tahun pelajaran
d) Hari libur keagamaan e)
Hari libur umum termasuk hari-hari besar nasional
f)
Hari libur khusus (kegiatan khusus satuan pendidikan)
4)
Menghitung jumlah Minggu Belajar Efektif (MBE) dalam satu tahun.
5)
Minggu Belajar Efektif adalah hitungan hari-hari efektif yang ada pada tahun pelajaran berlangsung. Adapun cara menentukan MBE adalah sebagai berikut ini: a)
Menentukan jumlah minggu selama satu tahun.
b) Menghitung jumlah minggu tidak efektif selama satu tahun. c)
Menghitung jumlah minggu efektif dengan cara jumlah minggu dalam satu tahun dikurang jumlah minggu tidak efektif.
5
d)
Menghitung jumlah jam efektif selama satu tahun dengan cara jumlah minggu efektif dikali jumlah jam pelajaran per minggu.
6)
Mendistribusikan alokasi waktu Minggu Belajar Efektif (MBE) ke dalam KD, Materi Pokok, dan Sub Materi Pokok. Penentuan alokasi waktu harus mempertimbangkan: jumlah jam pelajaran, struktur kurikulum, dan tingkat kedalaman materi yang harus dikuasai peserta didik
Berikut Dokumen yang diperlukan dalam perancangan Prota dan Promes:
1) Kalender akademik 2) Struktur Kurikulum 3) Kompetensi Dasar 4)
Silabus
Format minggu efektif :
Perhitungan jam efektif :
6
Format Program Tahunan
b. Program Semester (Promes) Program semester (promes) berisi garis-garis besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam 1 semester. Program ini merupakan penjabaran dari program tahunan (prota). Promes (Program Semester) adalah Semester adalah satuan waktu yang digunakan untuk penyelenggaraan program pendidikan. Kegiatan yang dilaksanakan untuk penyelenggaraan program pendidikan. Kegiatan yang dilaksanakan dalam semester itu ialah kegiatan tatap muka, pratikum, keraja lapangan, mid semester, ujian semester dan berbagai kegiatan lainya yang diberi penilaian keberhasilan. Langkah-langkah perancangan program semester setelah menyusun Prota adalah:
1)
Menghitung jumlah Hari Belajar Efektif (HBE) dan Jam Belajar Efektif (JBE) setiap bulan dan semester dalam satu tahun.
2)
Mendistribusikan
alokasi
waktu
yang
disediakan
untuk
suatu
KD
serta
mempertimbangkan waktu untuk ulangan serta review materi. Sedangkan Target yang harus dicapai pada pemahaman KD : a) Materi pokok yang sesuai dengan kompetensi dasar yang bersesuaian. b) Tingkat kedalaman materi yang dibahas pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang bersesuaian.
7
c) Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk membuat siswa kompeten terhadap kompetensi dasar yang bersangkutan 3)
Guru selanjutnya menentukan alokasi waktu dari setiap Kompetensi Dasar (KD), yakni: a) Alokasi waktu dirinci untuk setiap Kompetensi Dasar. b) Alokasi waktu pembelajaran untuk setiap KD tergantung pada Kompleksitas KD, Keluasan KD, Strategi/metode pembelajaran, dan Alat, bahan, dan sumber belajar yang tersedia.
Format Program Semester (Promes)
c. Silabus Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Silabus paling sedikit memuat: 1)
Identitas mata pelajaran (khusus SMP / MTs / SMPLB / Paket B dan SMA / MA / SMALB / SMK / MAK / Paket C / Paket C Kejuruan);
2)
Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan kelas;
3)
Kompetensi inti, merupakan gambaran secara kategorial mengenai
kompetensi
dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran; 8
4)
Kompetensi dasar,
merupakan kemampuan
spesifik
yang mencakup
sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran; 5)
Tema (khusus SD / MI / SDLB / Paket A);
6)
Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kom petensi;
7)
Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan;
8)
Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik; alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun; dan
9)
Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang relevan.
Silabus dikembangkan berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan pola pembelajaran pada setiap tahun ajaran tertentu. Silabus digunakan sebagai acuan dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran. Beberapa prinsip yang mendasari pengembangan silabus antara lain:
1)
Ilmiah Mengingat silabus berisikan garis-garis besar materi pembelajaran yang akan dipelajari siswa, maka materi pembelajaran yang disajikan dalam silabus harus memenuhi kebenaran ilmiah. Untuk mencapai kebenaran ilmiah tersebut, dalam menyusun silabus dilibatkan para pakar dibidang keilmuan masing-masing mata pelajaran.
2)
Memperhatikan perkembangan dan kebutuhan siswa Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi dalam silabus disesuaikan dengan tingkat perkembangan fisik dan p sikologi siswa.
3)
Sistematis Sebagai sebuah sistem, silabus merupakan satu kesatusn yang mempunyai tujuan terdiri dari komponen-komponen yang satu sama lain saling berhubungan. Komponen pokok silabus terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan materi pembelajaran. 9
4)
Relevansi, konsisten, dan kecukupan Dalam penyusunan silabus diharapkan adanya kesesuaian, keterkaitan, konsistensi, dan kecukupan antara standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok pembelajaran, pengalaman belajar siswa, sistem penilaian dan sumber bahan.
d. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih (Permendikbut, 2016). RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau subtema yang dilaksanakan kali pertemuan atau lebih. Pengembangan RPP dianjurkan untuk dikembangkan/disusun di setiap awal semester atau awal tahun pelajaran. Hal ini ditujukan agar RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran. RPP disusun untuk setiap Kompetensi Dasar yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Sedangkan proses pengembangan RPP dapat dilakukan secara mandiri atau secara berkelompok di MGMP. Pengembangan RPP yang dilakukan oleh Guru secara mandiri yaitu Guru merancang penggalan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Sedangkan proses pengembangan RPP dapat dilakukan secara berkelompok yaitu secara bersama-sama melalui musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) di dalam suatu sekolah tertentu semestinya harus difasilitasi dan disupervisi kepala sekolah atau guru senior yang ditunjuk oleh kepala sekolah. Pengembangan RPP melalui MGMP antarsekolah atau antarwilayah dikoordinasikan dan disupervisi oleh pengawas atau dinas pendidikan. Komponen RPP terdiri atas: 1) Identitas sekolah yaitu nama satuan pendidikan; 2) Identitas mata pelajaran atau tema/subtema; 3) Kelas/semester; 4) Materi pokok; 10
5) Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar dengan mempertimbangkan jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan KD yang harus dicapai; 6) Standar kompetensi, gambaran kualifikasi minimal penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran. 7) Kompetensi dasar, sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. 8) Indikator pencapaian kompetensi, perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. 9) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan kd, dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan; 10) Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi; 11) Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi; 12) Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kd yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan kd yang akan dicapai; 13) Media pembelajaran, berupa alat bantu proses pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran; 14) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang relevan; 15) Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup; dan 16) Penilaian hasil pembelajaran.
11
Prinsip Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Dalam menyusun RPP hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi, minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik. 2) Partisipasi aktif peserta didik. 3) Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian. 4) Pengembangan budaya membaca dan menulis yang dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. 5) Pemberian umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. 6) Penekanan pada keterkaitan dan keterpaduan antara KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. 7) Mengakomodasi pembelajaran tematik-terpadu, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. 8) Penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. 2. Pelaksanaan Pembelajaran a. Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran
1) Alokasi Waktu Jam Tatap Muka Pembelajaran Berdasarkan Permendikbud (2016), alokasi waktu jam tatap muka pembelajaran pada tiap-tiap jenjang pendidikan adalah sebagai berikut: a) SD/MI
: 35 menit
b) SMP/MTs
: 40 menit
c) SMA/MA
: 45 menit
d) SMK/MAK
: 45 menit
12
2) Rombongan Belajar Jumlah rombongan belajar per satuan pendidikan dan jumlah maksimum peserta didik dalam setiap rombongan belajar (Permendikbud, 2016). No
Satuan Pendidikan
Jumlah Rombel
1 2 3 4 5 6 7
SD/MI SMP/MTs SMA/MA SMK SDLB SMPLB SMALB
6 – 24 3 – 33 3 – 36 3 – 72 6 3 3
Jumlah Maksimum Peserta Didik Per Rombel 28 32 36 36 5 8 8
3) Buku Teks Pelajaran Buku teks pelajaran digunakan untuk meningkatkan efesiensi dan efektivitas pembelajaran yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik. 4) Pengelolaan Kelas dan Laboratorium a) Guru wajib menjadi teladan yang baik bagi peserta didik dalam menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya serta mewujudkan kerukunan dalam kehidupan bersama. b) Guru wajib menjadi teladan bagi peserta didik dalam menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. c) Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta didik dan sumber daya lain sesuai dengan tujuan dan karakteristik proses pembelajaran. d) Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik. e) Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah dimengerti oleh peserta didik. f) Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik.
13
g) Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, dan keselamatan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran. h) Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. i) Guru
mendorong
dan
menghargai
peserta
didik
untuk
bertanya
dan
mengemukakan pendapat. j) Guru berpakaian sopan, bersih, dan rapi. k) Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada peserta didik silabus mata pelajaran; dan l) Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan. b. Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup (Permendikbud, 2016). 1) Kegiatan Pendahuluan Dalam kegiatan pendahuluan, guru wajib: a) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; b) memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan internasional, serta disesuaikan dengan karakteristik dan jenjang peserta didik; c) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; d) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan e) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus. 2) Kegiatan Inti Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan /atau tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/atau pembelajaran yang
14
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah ( project based learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan. a) Sikap Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif yang dipilih adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong peserta didik untuk melakuan aktivitas tersebut. b) Pengetahuan Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteritik aktivititas belajar dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan saintifik, tematik terpadu, dan tematik sangat disarankan untuk menerapkan belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya kreatif dan kontekstual, baik individual maupun kelompok, disarankan
yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning). c) Keterampilan Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik dan sub topik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong peserta didik untuk melakukan
proses
pengamatan
hingga
penciptaan.
Untuk
mewujudkan
keterampilan tersebut perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan modus belajar berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning )
dan
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based learning).
3) Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru bersama peserta didik baik secara individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi: a) seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung; 15
b) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; c) melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas individual maupun kelompok; dan d) menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya. Proses pembelajaran Kurikulum 2013 terdiri atas pembelajaran intra-kurikuler dan pembelajaran ekstra-kurikuler. a. Pembelajaran intra kurikuler Proses pembelajaran yang berkenaan dengan mata pelajaran dalam struktur kurikulum dan dilakukan di kelas, sekolah, dan masyarakat. Pembelajaran didasarkan pada prinsip berikut: 1) Proses pembelajaran intra-kurikuler Proses pembelajaran di SD/MI berdasarkan tema sedangkan di SMP/MTS, SMA/MA, dan SMK/MAK berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dikembangkan guru. 2) Proses pembelajaran didasarkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif untuk menguasai Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti pada tingkat yang memuaskan (excepted ). b. Pembelajaran ekstra-kurikuler Pembelajaran ekstra-kurikuler adalah kegiatan yang dilakukan untuk aktivitas yang dirancang sebagai kegiatan di luar kegiatan pembelajaran terjadwal secara rutin setiap minggu. Kegiatan ekstra-kurikuler terdiri atas kegiatan wajib dan pilihan. Pramuka adalah kegiatan ekstra-kurikuler wajib. Kegiatan ekstra-kurikuler adalah bagian yang tak terpisahkan dalam kurikulum. Kegiatan ekstra-kurikuler wajib dinilai yang hasilnya digunakan sebagai unsur pendukung kegiatan intra-kurikuler (Sofan, 2013). Kegiatan ekstra-kurikulum berfungsi untuk: 1) Mengembangkan minat peserta didik terhadap kegiatan tertentu yang tidak dapat dilaksanakan melalui pembelajaran kelas biasa. 2) Mengembangkan kemampuan yang terutama berfokus pada kepemimpinan, hubungan sosial dan kemanusiaan, serta berbagai ketrampilan hidup. Kegiatan ekstra-kurikuler dilakukan di lingkungan Sekolah, Masyarakat dan Alam.
16
3. Pendekatan, Metode, dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013
a. Pendekatan Saintifik Proses pembelajaran yang mengacu pada pendekatan saintifik. Pendekatan scientific dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi dapat berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. (Majid & Rochman, 2014). Proses pembelajaran garus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Sehingga hasil akhirnya adalah peningkatan dan kesinambungan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skill), dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan (hard skill) dari peserta didik yang meliputi
aspek
kompetensi
sikap,
keterampilan,
dan
pengetahuan.
Pendekatan
pembelajaran ilmiah menekankan pada pentingnya kolaborasi dan kerjasama di antara peserta didik dalam menyelesaikan setiap permasalahan dalam pembelajaran. Oleh karena itu, guru sedapat mungkin menciptakan pembelajaran selain dengan tetap mengac pada standar proses dimana pembelajarannya diciptakan dengan suasana yang memuat eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi, juga dengan mengedepankan kondisi peserta didik yang berprilaku ilmiah dengan bersama-sama diajak mengamati, menanya, menalar, merumuskan, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan. Pada dasarnya, kegiatan pembelajaran secara ilmiah, akan meliputi lima langkah sebagai berikut: 1)
Mengamati, yaitu
kegiatan siswa mengidentifikasi melalui indera penglihat
(membaca, menyimak), pembau, pendengar, pengecap dan peraba pada waktu mengamati suatu objek dengan ataupun tanpa alat bantu. Alternatif kegiatan mengamati antara lain observasi lingkungan, mengamati gambar, video, tabel dan grafik data, menganalisis peta, membaca berbagai informasi yang tersedia di media masa dan internet maupun sumber lain. Bentuk hasil belajar dari kegiatan mengamati adalah siswa dapat mengidentifikasi masalah. 2)
Menanya, yaitu kegiatan siswa mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya baik
yang berkenaan dengan suatu objek, peristiwa, suatu proses tertentu. Dalam kegiatan menanya, siswa membuat pertanyaan secara individu atau kelompok tentang apa yang belum diketahuinya. Siswa dapat mengajukan pertanyaan kepada guru, narasumber, siswa
lainnya
dan
atau
kepada
diri
sendiri
dengan
bimbingan
guru hinggasiswa dapat mandiri dan menjadi kebiasaan. Pertanyaan dapat diajukan 17
secara lisan dan tulisan serta harus dapat membangkitkan motivasi siswa untuk tetap aktif dan gembira. Bentuknya dapat berupa kalimat pertanyaan dan kalimat hipotesis. Hasil belajar dari kegiatanmenanya adalah siswa dapat merumuskan masalah dan merumuskan hipotesis.
3)
Mengumpulkan
data, yaitu
bahan untuk dianalisis
dan
kegiatan
disimpulkan.
siswa
mencari
Kegiatan
informasi
sebagai
mengumpulkan data
dapat
dilakukan dengan cara membaca buku, mengumpulkan data sekunder, observasi lapangan, uji coba (eksperimen), wawancara, menyebarkan kuesioner, dan lainlain. Hasil belajar dari kegiatan mengumpulkan data adalah siswa dapat menguji hipotesis.
4)
Mengasosiasi, yaitu
kegiatan
siswa mengolah
data dalam
bentuk
serangkaian
aktivitas fisik dan pikiran dengan bantuan peralatan tertentu. Bentuk kegiatan mengolah data antara lain melakukan klasifikasi, pengurutan (sorting), menghitung, membagi, dan menyusun data dalam bentuk yang lebih informatif, serta menentukan sumber data sehingga lebih bermakna. Kegiatan siswa dalam mengolah data misalnya membuat tabel, grafik, bagan, peta konsep, menghitung, dan pemodelan. Selanjutnya siswa menganalisis data untuk membandingkan ataupun menentukan hubungan antara data yang telah diolahnya dengan teori yang ada sehingga dapat ditarik simpulan dan atau ditemukannya prinsip dan konsep penting yang bermakna dalam menambah
skema
kognitif,
meluaskan
pengalaman,
dan
wawasan
pengetahuannya. Hasil belajar dari kegiatan menalar/mengasosiasi adalah siswa dapat menyimpulkan hasil kajian dari hipotesis.
5)
Mengomunikasikan, yaitu kegiatan siswa mendeskripsikan dan menyampaikan hasil
temuannya dari kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan dan mengolah data, serta mengasosiasi yang ditujukan kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan dalam bentuk diagram, bagan, gambar, dan sejenisnya dengan bantuan perangkat teknologi sederhana dan atau teknologi informasi dan komunikasi. Hasilbelajar dari kegiatanmengomunikasikan
adalah siswa
dapat
memformulasikan
dan
mempertanggungjawabkan pembuktian hipotesis.
b. Metode Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan dalam proses pembelajaran sehingga diperoleh hasil yang optimal. Prinsip dalam pemilihan dalam metode 18
pembelajaran adalah disesuaikan dengan tujuan, tidak terikat pada suatu alternatif, penggunaannya bersifat kombinasi. Faktor yang menentukan dipilihnya suatu metode dalam pembelajaran antara lain: Tujuan pembelajaran, tingkat kematangan anak didik, situasi dan kondisi yang ada dalam proses pembelajaran (Mulyoto, 2013). Adapun berbagai metode pembelajaran yang dapat digunakan pendidik dalam kegiatan pembelajaran, antara lain: 1)
Metode ceramah, Penyampaian materi dari guru kepada siswa melalui bahasa lisan baik verbal maupun nonverbal.
2)
Metode latihan, Penyampaian materi melalui upaya penanaman kebiasaan-kebiasaan tertentu sehingga diharapkan siswa dapat menyerap materi secara optimal.
3)
Metode tanya jawab, Penyajian materi pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang harus dijwab oleh anak didik. Bertujuan memotivasi anak mengajukan pertanyaan selama proses pembelajaran atau guru mengajukan pertanyaan dan anak didik menjawab.
4)
Metode karya wisata, Metode penyampaian materi dengan cara membawa langsung anak didik ke objek diluar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata agar siswa dapat mengamati atau mengalami secara langsung.
5)
Metode demonstrasi, Metode pembelajaran dengan cara memperlihatkan suatu proses atau suatu benda yang berkaitan dengan bahan pembelajaran.
6)
Metode bermain peran, Pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan anak didik dengan cara anak didik memerankan suatu tokoh, baik tokoh hidup maupun mati. Metode ini mengembangkan penghayatan, tanggungjawab, dan terampil dalam memaknai materi yang dipelajari.
7)
Metode diskusi, Metode pembelajaran melalui pemberian masalah kepada siswa dan siswa diminta untuk memecahkan masalah secara kelompok.
8)
Metode eksperimen, Pemberian kepada siswa untuk pencobaan.
9)
Metode pemberian tugas dan resitasi, Merupakan metode pembelajaran melalui pemberian tugas kepada siswa. Resitasi merupakan metode pembelajaran berupa tugas pada siswa untuk melaporkan pelaksanaan tugas yang telah diberikan guru.
c. Model pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Berdasarkan permendikbud nomor 22 tentang 19
standar proses, model pembelajaran yang yang diutamakan dalam implementasi kurikulum 2013 adalah (Sofan, 2013): 1) Model inquiry learning Kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu secara sistematis kritis dan logis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri temuannya. Langkah-langkah dalam model inkuiry yaitu: a) Observasi atau mengamati berbagai fenomena alam. b) Mengajukan tentang fenomena yang dihadapi c) Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban d) Mengumpulkan data yang terkait dengan dugaan e) Merumuskan kesimpulan berdasarkan data yang telah dianalisis. 2) Model Discovery Learning Model pembelajaran penyingkapan ( Discovery Learning ) adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. a) Stimulation (memberi stimulasi), Guru memberikan stimulan dapat berupa bacaan, gambar, situasi, sesuai dengan materi pembelajaran. b) Problem statement (mengidentifikasi masalah),
Peserta didik diharuskan
menemukan masalahapasaja yang dihadapi. c) Data colllecting (mengumpulkan data), Peserta didik diberi pengalaman mencari dan mengumpulkan data yang dapat digunakan untuk menemukan solusi pemecahan masalah. d) Data processing (mengolah data), Melatih kemampuan logis dan aplikatif. e) Verification (memferifikasi), Mengarahkan peserta didik untuk mengecek kebenaran hasil pengolahan data serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan. f) Generalization (menyimpulkan), Peserta didik dituntut untuk menggeneralisasikan hasil simpulannya pada suatu kejadian.
20
3) Problem based learning Pembelajaran yang menggunakan berbagai kemampuan berpikir dari peserta didik secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata untuk mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual. Tujuan PBL adalah untuk
meningkatkan
permasalahan
kemampuan
baru/nyata,
dalam
menerapkan
pengintegrasian
konsep
konsep-konsep
High
Order
pada
Thinking
Skills (HOT’s), keinginan dalam belajar, mengarahkan belajar diri sendiri dan
keterampilan. Langkah-langkah pembelajaran: a) Mengorientasi peserta didik pada masalah b) Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran c) Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya e) Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. 4) Project based learning Pembelajaran yang memfokuskan pada permasalahan komplek yang diperlukan peserta didikdalam melakukan investigasi dan memahami pemelajaran melalui investigasi. Tujuan Project Based Learning adalah meningkatkan motivasi belajar, team work, keterampilan kolaborasi dalam pencapaian kemampuan akademik level tinggi/taksonomi tingkat kreativitas yang dibutuhkan pada abad 21. Langkahlangkahnya: a) Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek b) Menyusun jadwal sebagai langkah nyata dari sebuah proyek. c) Memonitir kegiatan dan perkembangan proyek. d) Menguji hasil e) Mengevaluasi kegiatan f) Mendesain perencanaan proyek. 4. Penilaian Hasil dan Proses Pembelajaran
Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic assesment ) yang menilai kesiapan peserta didik, proses, dan hasil belajar secara utuh
(Permendikbud,
2016).
Keterpaduan
penilaian
ketiga
komponen
tersebut
akan
menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar peserta didik yang mampu
21
menghasilkan dampak instruksional (instructional effect ) pada aspek pengetahuan dan dampak pengiring (nurturant effect ) pada aspek sikap. Hasil penilaian otentik digunakan guru untuk merencanakan program perbaikan (remedial) pembelajaran, pengayaan (enrichment ), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian otentik digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dengan menggunakan alat: lembar pengamatan, angket sebaya, rekaman, catatan anekdot, dan refleksi. Evaluasi hasil pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dan di akhir satuan pelajaran dengan menggunakan metode dan alat: tes lisan/perbuatan, dan tes tulis. Hasil evaluasi akhir diperoleh dari gabungan evaluasi proses dan evaluasi hasil pembelajaran. Standar penilaian pendidikan diatur dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016. Standar penilaian pendidikan adalah peraturan mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah (Permendikbud No. 23, 2016). Penilaian terhadap peserta didik pada pendidikan dasar dan menengah meliputi aspek: a. Sikap Penilaian sikap dlakukan untuk memperoleh informasi deskriptif mengenai prilaku peserta didik (Permendikbud Mo. 23, 2016). Penilaian sikap adalah kegiatan untuk mengetahui kecenderungan prilaku spiritual dan sosial siswa dalam kehidupan sehari-hari di dalam dan di luar kelas sebagai hasil dari pendidikan. Penilaian sikap ditujukan untuk mengetahui capaian atau perkembangan sikap siswa dan memfasilitasi tumbuhnya prilaku siswa sesuai butir-butir nilai sikap dalam KD dari KI-1 dan KI-2. Tekhnik penilaian sikap terdiri dari observasi, penilaian diri, penilaian antar teman. 1) Observasi/jurnal, Teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan format observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Hal ini dilakukan saat pembelajaran maupun diluar pembelajaran. 2) Penilaian
Diri,
Teknik
penilaian
terhadap
diri
sendiri
(siswa)
dengan
mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan sikapnya dalam berperilaku. Hasil penilaian diri siswa dapat digunakan sebagai data konfirmasi perkembangan sikap siswa. 22
3) Penilaian Antar Teman, Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian yang dilakukan oleh seorang siswa (penilai) terhadap siswa yang lain terkait dengan sikap/perilaku siswa yang dinilai. Sebagaimana penilaian diri, hasil penilaian antarteman dapat digunakan sebagai data konfirmasi. Selain itu penilaian antarteman juga dapat digunakan untuk menumbuhkan beberapa nilai seperti kejujuran, tenggang rasa, dan saling menghargai. b. Pengetahuan Penilaian terhadap pengetahuan dilakukan untuk mengukur penguasaan pengetahuan peserta didik. Penilaian pengetahuan adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui penguasaan siswa yang meliputi pengetahuan faktual, konseptual, maupun prosedural serta kecakapan berpikir tingkat rendah hingga tinggi. Tekhnik penilaian aspek pengetahuan dapat dilakukan dengan tes tertulis, lisan, penugasan, dan portofolio. Tekhnik Tes testulis
Tes lisan
Penugasan
Portofolio
Tabel. Tekhnik Penilaian Pengetahuan Bentuk Instrumen Tujuan Benar-salah, menjodohkan, Mengetahui penguasaan pilihan ganda, pengetahuan siswa untuk isian/melengkapi, uraian perbaikan proses pembelajaran dan/atau pengambilan nilai Tanya jawab Mengecek pemahaman siswa untuk perbaikan proses pembelajaran Tugas yang dilakukan Memfasilitasi penguasaan secara individu ataupun pengetahuan atau kelompok mengetahui penguasaan pengetahuan Sampel pekerjaan siswa Sebagai baha guru untuk terbaik yang diperoleh dari mendeskripsikan capaian penugasan dan tes tertulis pengetahuan di akhir semester
1) Tes Tertulis, Tes tertulis adalah tes yang soal dan jawaban disajikan secara tertulis berupa pilihan ganda, isian, benarsalah, menjodohkan, dan uraian. 2) Tes Lisan, Tes lisan berupa pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru secara lisan dan siswa merespon pertanyaan tersebut secara lisan. Selain bertujuan mengecek penguasaan pengetahuan untuk perbaikan pembelajaran, tes lisan dapat menumbuhkan
sikap
berani
berpendapat,
percaya
diri,
dan
kemampuan 23
berkomunikasi secara efektif. Dengan demikian, tes lisan dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. 3) Penugasan, Penugasan adalah pemberian tugas kepada siswa untuk mengukur dan/atau memfasilitasi siswa memperoleh atau meningkatkan pengetahuan. Penugasan untuk mengukur pengetahuan dapat dilakukan setelah proses pembelajaran (assessment of learning ). Sedangkan penugasan untuk meningkatkan pengetahuan diberikan sebelum dan/atau selama proses pembelajaran (assessment for learning).
4) Portofolio, Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi
yang
bersifat
reflektif-integratif
yang
menunjukkan
perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode tertentu. Ada beberapa tipe portofolio antara lain portofolio dokumentasi, portofolio proses, dan portofolio pameran. c. Keterampilan Penilaian untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam menerapkan pengetahuan dan melakukan tugas tertentu. Tekhnik penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan penilaian kinerja, penilaian proyek, portofolio. Tercantum dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016, bahwa pihak-pihak yang melakukan penilaian dalam pembelajaran antara lain pendidik, satuan pendidikan dan pemerintah. a. Penilaian oleh pendidik Penilaian oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam bentuk ulangan, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan. b. Penilaian oleh satuan pendidikan Penilaian oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian Standar Kompetensi Lulusan untuk semua mata pelajaran. Penilaian oleh satuan pendidikan dilakukan dalam bentuk ujian sekolah. c. Penilaian oleh pemerintah Penilaian oleh Pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu. Penilaian oleh pemerintah dilakukan dalam bentuk Ujian Nasional (UN). 24
5. Standar Kompetensi Lulusan
Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan. Setiap lulusan satuan pendidikan dasar dan menengah memiliki kompetensi pada tida aspek yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. a. Sikap SD/MI/SDLB/Paket A
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap: 1. beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, 2. berkarakter, jujur, dan peduli, 3. bertanggungjawab, 4. pembelajar sejati sepanjang hayat, dan 5. sehat jasmani dan 6. rohani sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara.
SMP/MTs/SMPLB/Paket B RUMUSAN Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap: 2. beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, 3. berkarakter, jujur, dan peduli, 4. bertanggungjawab, 5. pembelajar sejati sepanjang hayat, dan 6. sehat jasmani dan rohani sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.
SMA/MA/SMALB/Paket C
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap: 1. beriman dan bertakwa kepada 2. Tuhan YME, 3. berkarakter, jujur, dan peduli, 4. bertanggungjawab, 5. pembelajar sejati sepanjang hayat, dan 6. sehat jasmani dan rohani sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan internasional.
b. Pengetahuan SD/MI/SDLB/Paket A
SMP/MTs/SMPLB/Paket B RUMUSAN Memiliki pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif prosedural, dan metakognitif pada tingkat dasar berkenaan pada tingkat teknis dan dengan: spesifik sederhana berkenaan 1. ilmu pengetahuan, dengan: 2. teknologi, 2. ilmu pengetahuan, 3. seni, dan 3. teknologi, 4. budaya. 4. seni, dan
SMA/MA/SMALB/Paket C
Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks berkenaan dengan: 1. ilmu pengetahuan, 2. teknologi, 3. seni, 25
5. budaya. Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, dan negara.
Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, dan kawasan regional.
4. budaya, dan 5. humaniora. Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, serta kawasan regional dan internasional.
c. Keterampilan SD/MI/SDLB/Paket A
Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak: 1. kreatif, 2. produktif, 3. kritis, 4. mandiri, 5. kolaboratif, dan 6. komunikatif melalui pendekatan ilmiah sesuai dengan tahap perkembangan anak yang relevan dengan tugas yang diberikan
SMP/MTs/SMPLB/Paket B RUMUSAN Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak: 1. kreatif, 2. produktif, 3. kritis, 4. mandiri, 5. kolaboratif, dan 6. komunikatif
melalui pendekatan ilmiah sesuai dengan yang dipelajari di satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri
SMA/MA/SMALB/Paket C
Memiliki keterampilan berpikir dan bertindak: 1. kreatif, 2. produktif, 3. kritis, 4. mandiri, 5. kolaboratif, dan 6. komunikatif melalui pendekatan ilmiah sebagai pengembangan dari yang dipelajari di satuan pendidikan dan sumber lain secara mandiri
Kriteria Kelulusan dan Kenaikan Kelas
a. Kriteria Kenaikan Kelas Penentuan seorang peserta didik dalam kenaikan kelas, jika: 1) Maksimal hanya tiga mata pelajaran yang KBM-nya tidak tuntas 2) Nilai pengetahuan KI 3 harus tuntas 3) Nilai keterampilan KI 4 harus tuntas 4) KI 1 dan KI 2 harus baik Peserta didik dikatakan tuntas, jika nilai yang didapat minimal sama dengan nilai Ketuntasan Minimal Belajar (KBM). Jika seorang siswa pada semester pertama mendapatkan nilai 65 dan pada semester kedua mendapatkan nilai 55 sedangkan KBM pada sekolah tersebut adalah 60 maka siswa tersebut dikatakan tuntas dalam mata pelajaran tersebut. Aspek sikap dikatakan tuntas jika predikat minimal B (baik), 26
sedangkan aspek pengetahuan dan keterampilan dikatakan tuntas jika predikat minimal C (cukup). Penentuan predikat didasarkan atas KBM masing-masing sekolah. Misalkan jika KBM suatu sekolah adalah 75, maka jika nilai kurang dari 75 berarti predikat D (tidak tuntas), nilai 75-82 (C / tuntas dengan cukup), nilai 83-90 (B / tuntas dengan baik), 91-100 (A / tuntas dengan sangat baik). b. Kriteria kelulusan Berdasarkan Permendikbud Nomor 3 Tahun 2017, Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan/program pendidikan setelah memenuhi kriteria: 1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran 2) Memperoleh nilai sikap/prilaku minimal baik 3) Lulus ujian satuan pendidikan/program pendidikan Jenis-jenis Penilaian pada Kurikulum 2013
a. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan, proses, dan keluaran pembelajaran. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan. b. Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaia yang dilaksanakan untuk menlai keseluruhan entitas belajar peserta didik. c. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran. 1) Ulangan harian (UH) merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu KD atau lebih. 2) Ulangan tengah semester (UTS) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik
untuk
mengukur
pencapaian
kompetensi
peserta
didik
seelah
melaksanakan 8-9 minggu kegiatan pembelajaran. 3) Ulangan akhir semester (UAS) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester. 4) Ujian tingkat kompetensi (UTK) merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. 5) Ujian mutu tingkat kompetensi (UMTK) merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. 27
6) Ujian nasional (UN) merupakan kegiatan pengukuran kompetensi tertentuyang dicapai peserta didik dalam rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan.
Ujian
sekolah
merupakan
kegiatan
pengukuran
pencapaian
kompetensi diluar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh satuan pendidikan (Mulyasa, 2013). 6. Pengawasan Proses Pembelajaran
Pengawasan proses pembelajaran dilakukan melalui kegiatan pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, serta tindak lanjut secara berkala dan berkelanjutan. Pengawasan proses pembelajaran dilakukan oleh kepala satuan pendidikan dan pengawas. a. Prinsip Pengawasan Pengawasan dilakukan dengan prinsip objektif dan transparan guna peningkatan mutu secara berkelanjutan. b. Sistem dan Entitas Pengawasan Sistem pengawasan internal dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas, dan dinas pendidikan dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan. 1) Kepala Sekolah, Pengawas dan Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan melakukan pengawasan dalam rangka peningkatan mutu. 2) Kepala Sekolah dan Pengawas melakukan pengawasan dalam bentuk supervisi akademik dan supervise manajerial. c. Proses Pengawasan 1) Pemantauan Pemantauan proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran. Pemantauan dilakukan melalui antara lain, diskusi kelompok terfokus, pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, dan dokumentasi. 2) Supervisi Supervisi proses pembelajaran dilakukan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian hasil pembelajaran yang dilakukan melalui antara lain, pemberian contoh pembelajaran di kelas, diskusi, konsultasi, atau pelatihan. 3) Pelaporan Hasil kegiatan pemantauan, supervisi, dan evaluasi proses pembelajaran disusun dalam
bentuk
laporan
untuk
kepentingan
tindak
lanjut
pengembangan
keprofesionalan pendidik secara berkelanjutan. 28
d. Tindak Lanjut Tindak lanjut hasil pengawasan dilakukan dalam bentuk: 1) Penguatan dan penghargaan kepada guru yang menunjukkan kinerja yang memenuhi atau melampaui standar; 2) Pemberian kesempatan kepada guru untuk mengikuti program pengembangan keprofesionalan berkelanjutan. D. Proses Pembelajaran Sekolah Berstandar Internasional
Ciri-ciri proses pembelajaran, penilaian, dan penyelenggaraan SBI sebagai berikut: 1. Pro-perubahan,
yaitu
proses
pembelajaran
yang
mampu
menumbuhkan
dan
mengembangkan daya kreasi, inovasi, nalar, dan eksperimentasi untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan baru, a joy of discovery. 2. Menerapkan model pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan, student centered; reflective learning, active learning; enjoyable dan joyful learning, cooperative learning; quantum learning; learning revolution; dan contextual learning, yang
kesemuanya itu telah memiliki standar internasional. 3. Menerapkan proses pembelajaran berbasis TIK pada semua mata pelajaran. 4. Proses pembelajaran menggunakan bahasa Inggris, khususnya mata pelajaran sains, matematika, dan teknologi. 5. Proses penilaian dengan menggunakan model penilaian sekolah unggul dari negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya. 6. Penyelenggaraan SBI harus menggunakan standar manajemen intenasional, yaitu mengimplementasikan dan meraih ISO dan menjalin hubungan sister school dengan sekolah bertaraf internasional di luar negeri. Penyelenggaraan SBI didasari filosofi eksistensialisme dan esensialisme ( fungsionalisme). Filosofi
eksistensialisme
berkeyakinan
bahwa
pendidikan
harus
menyuburkan
dan
mengembangkan eksistensi peserta didik seoptimal mungkin melalui fasilitas yang dilaksanakan melalui proses pendidikan yang bermartabat, pro-perubahan, kreatif, inovatif, dan eksperimentif), menum-buhkan dan mengembangkan bakat, minat, dan kemampuan peserta didik (Haryana, 2007). Filosofi eksistensialisme berpandangan bahwa dalam proses belajar mengajar, peserta didik harus diberi perlakuan secara maksimal untuk mengaktualkan, mengeksiskan, menyalurkan semua potensinya, baik potensi (kompetensi) intelektual (IQ), emosional (EQ), dan Spiritual (SQ). 29
Filosofi esensialisme menekankan bahwa pendidikan harus berfungsi dan relevan dengan kebutuhan, baik kebutuhan individu, keluarga, maupun kebutuhan berbagai sektor dan sub-sub sektornya, baik lokal, nasional, maupun internasional. Terkait dengan tuntutan globalisasi, pendidikan harus menyiapkan sumber daya manusia Indonesia yang mampu bersaing secara internasional. Dalam mengaktualkan kedua filosofi tersebut, empat pilar pendidikan, yaitu: learning to know, learning to do, learning to live together , and learning to be merupakan patokan
berharga bagi penyelarasan praktek-praktek penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, mulai dari kurikulum, guru, proses belajar mengajar, sarana dan prasarana, hingga sampai penilainya (Haryana, 2007). 1. Proses Pembelajaran Kurikulum Cambridge
Kurikulum Cambridge yang bisa sekolah ambil dan terapkan sekarang adalah bagaimana mengaplikasikan pendekatan pembelajaran yang digunakan Cambridge yaitu membuat siswa menjadi “reflective learner ”. Reflective learner adalah bagaimana membentuk siswa menjadi seorang pembelajar sejati, belajar bagaimana belajar dan bagaimana mengelola perubahan baik untuk dirinya maupun lingkungannya. Konsep “reflective learner ” sebenarnya sama saja dengan metode pendekatan belajar holistik dengan 4 tahapan, yaitu : a. How to read ? Proses ini berawal dari mengamati (observe) objek-objek di lingkungan sekitar menggunakan panca indera. Pengamatan inilah yang membuka akal manusia dalam mencari tahu tentang apa sesungguhnya yang terjadi pada objek tersebut. b. How to learn? Tahapan ini adalah tahapan mencari tahu/mengkaji/menguji tentang suatu fenomena yang telah terekam oleh panca indera. Pengkajian secara mendalam membutuhkan berbagai literasi dan disiplin ilmu agar diperoleh teori. c. How to understand ? Tahap ini adalah bagaimana seorang manusia memahami secara holistik tentang sebuah fenomena karena adanya suatu ikatan sebab akibat yang dilandasi oleh hasil sebuah pencarian/penelitian/belajar. d. How to meditate? Bagaimana menyadari, menghayati dan merenungi keberadaan objek/fenomena di alam raya sebagai kekuasaan Tuhan. Semua pencapaian dari pembelajaran tidak lain adalah untuk kembali kepada Tuhan sebagai pemilik semua ilmu. 30
Kelebihan dari kurikulum Cambridge adalah dalam prosedur penilaian hasil belajar perserta didik. Pendekatan yang digunakan dalam kurikulum ini dominan adalah inkuiri dan sistematika penilaian dijabarkan dalam silabus mata pelajaran, jadi guru tinggal mambaca dan mengikuti prosedur tersebut. Ini tentunya menjadi salah satu kelebihan Cambridge dibanding kurikulum nasional yang tidak menjabarkan secara eksplisit tentang sistematika penilaian berbasis kolaboratif inkuiri. Siswa akan dituntut untuk belajar secara holistik dan jawaban/hasil belajar akan diperoleh dengan jalan berfikir secara mendalam. Kemampuan siswa dalam mencari berbagai literasi dengan menggunakan ICT juga mutlak diperlukan. 2. Perbedaan Proses Pembelajaran Kurikulum Nasional (K-13) dengan Kurikulum Cambridge
Kurikulum nasional sangat berorientasi materi (penguasaan informasi sebanyakbanyaknya). Akibatnya, porsi siswa untuk berpikir, memecahkan masalah, bekerja sama dalam tim, maupun berkomunikasi secara baik menjadi sangat minim. Waktu yang sempit akhirnya memaksa guru untuk sekedar mentransfer ilmu dan siswa sekedar menghafalkan. Sebagai contoh, jika materi klorofil diajarkan melalui riset pustaka, pengamatan, eksperimen, dan diskusi, maka satu materi ini saja akan menyedot minimal dua jam pelajaran atau satu kali. Pertemuan (2 x 45 menit). Padahal total waktu mapel Sains biasanya tidak lebih dari dua pertemuan per minggu. Bagaimana dengan bagian daun yang lain, akar dan bagianbagiannya, bunga dan berbagai karakteristiknya, aneka ragam buah, biji dan variasinya, dan jenis-jenis batang. Itu semua baru topik tumbuhan, belum hewan, manusia, lingkungan, energi dan perubahannya, benda dan sifat-sifatnya, serta alam semesta. Sistem evaluasi bertumpu pada aspek kognitif atas seluruh materi sehingga siswa dituntut untuk menghafal agar dapat menjejalkan ke dalam otaknya sedemikian banyak materi dalam waktu singkat. Pengamalan ilmunya sendiri hampir tidak diperhatikan. Hal ini berbeda dengan standar pelaksanaan kurikulum Cambridge. Untuk mendapatkan ijazah diploma ICE (setaraf UN), siswa cukup menyelesaikan
empat mapel. Itupun
persiapannya ditempuh selama dua tahun. Dalam waktu yang cukup longgar tersebut, sangat memungkinkan bagi guru dan siswa untuk menjalani langkah-langkah pembelajaran yang disarankan, seperti riset pustaka, eksplorasi, eksperimen, dan berpikir kreatif. Kurikulum nasional juga terlalu teoritis (yakni, kurang praktis/kurang terkait dengan kenyataan kehidupan). Pelajar yang sudah lulus UN Bahasa Inggris ternyata tetap tidak bisa 31
membaca
dalam
Bahasa
Inggris,
mendengarkan
berita
berbahasa
Inggris,
apalagi
berkomunikasi. Dalam pelajaran Sains, siswa menghafalkan proses-proses rumit seperti elektrosis dan mitosis tanpa mengerti penggunaan praktisnya. Materi Cambridge, di sisi lain, sangat memperhatikan sisi praktis dari tiap-tiap mapelnya. Seseorang tidak mungkin lulus sertifikat Bahasa Inggris Cambridge jika tidak mampu menggunakan bahasa ini dengan baik. Pada materi elektrosis, siswa dibantu untuk memahami bagaimana penerapannya secara praktis. Misalnya, bagaimana Jepang bisa kaya raya tanpa memiliki minyak maupun hasil bumi yang melimpah, melainkan dengan mengandalkan proses elektrosis yang mengubah air laut menjadi kekayaan yang luar biasa, antara lain plastik, pestisida, karet sintetik, kertas, interior kendaraan, cat, baking soda, bahan adesif, kulit sintetik, bahan bakar roket, margarin, obat, bahan pembersih, pemutih, deodoran, PC, TV, mesin fax, maupun kain. Pada materi pembelahan sel, siswa diajak berpikir tentang kanker, yakni salah satu penyakit yang banyak mengancam kehidupan modern dan disebabkan oleh proses pembelahan sel yang abnormal. Kurangnya keterkaitan teori dengan kehidupan nyata dalam kurnas membuat materi-materi yang dipelajari siswa tidak mampu menggugah
hatinya maupun mendorong pemikirannya untuk memecahkan masalah
kehidupan dengan ilmu-ilmu yang didapatkan di sekolah.
32
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Standar Proses adalah kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan (Permendikbud, 2016). Standar Proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang telah ditetapkan. Standar proses pendidikan dapat diartikan sebagai suatu bentuk teknis yang merupakan acuan atau kriteria yang dibuat secara terencana atau didesain dalam pelaksanaan pembelajaran. 2. Komponen dalam standar proses pendidikan Indonesia meliputi standar Perencanaan pembelajaran yang dirancang dalam bentuk silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang memngacu pada standar isi, standar dalam pelaksanaan pembelajaran, standar dalam penilaian proses dan hasil pembelajaran, standar dalam pengawasan proses pembelajaran. 3. Kurikulum nasional sangat berorientasi materi (penguasaan informasi sebanyakbanyaknya). Akibatnya, porsi siswa untuk berpikir, memecahkan masalah, bekerja sama dalam tim, maupun berkomunikasi secara baik menjadi sangat minim. Waktu yang sempit akhirnya memaksa guru untuk sekedar mentransfer ilmu dan siswa sekeda r menghafalkan. Hal ini berbeda dengan standar pelaksanaan kurikulum Cambridge. Untuk mendapatkan ijazah diploma ICE (setaraf UN), siswa cukup menyelesaikan empat mapel. Itupun persiapannya ditempuh selama dua tahun. Dalam waktu yang cukup longgar tersebut, sangat memungkinkan bagi guru dan siswa untuk menjalani langkah-langkah pembelajaran yang disarankan, seperti riset pustaka, eksplorasi, eksperimen, dan berpikir kreatif. kurikulum nasional juga terlalu teoritis sedangkan kurikulum Cambridge menekankan pada pemilihan materi yang berorientasi pada nilai-nilai praktis.
33