TUGAS BERSTRUKTUR DOSEN PENGAJAR TAFSIR Prof. Dr. H. MAHYUDDIN BARNI, M.Ag
PROSES PENCIPTAAN MANUSIA DAN KEBANGKITANNYA DI HARI KIAMAT
DISUSUN OLEH: KELOMPOK I
1. MUHAMMAD ALHADI : 1401250945 2. SITI AISYAH : 1301251028
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ANTASARI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN PENDIDIKAN MATEMATIKA BANJARMASIN 2016
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT tuhan semesta alam yang telah memberikan kita petunjuk sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Baginda Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Dalam kesempatan ini kami ingin menjelaskan makalah yang kami beri judul “PROSES PENCIPTAAN MANUSIA”. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi pembaca dalam pembelajaran Tafsir. Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak sekali kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik agar ke depannya dapat menjadi lebih baik lagi. Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat hadir di hadapan para pembaca sekalian terutama kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Prof. Dr. H. MAHYUDDIN BARNI, M.Ag selaku Dosen pengajar mata Tafsir, serta kepada seluruh rekan-rekan mahasiswa. Kami juga memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila di dalam makalah ini banyak terjadi kesalahan-kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Banjarmasin, 14 September 2016
Tim Penyusun
1
DAFTAR ISI Hal Kata Pengantar........................................................................................
i
Daftar Isi..................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN A Latar Belakang.............................................................. B Rumusan Masalah.........................................................
BAB II
1 1
PEMBAHASAN A Alquran Surah Al-Mu’minun 1. Pengertian Surah Al-Mu’minun................................ 2. Surah Al-Mu’minun (ayat 12-16)............................. 3. Tafsir Surah Al-Mu’minun.......................................
2 2 2
B Alquran Surah As-Sajdah 1. Pengertian Surah As-Sajdah..................................... 2. Surah As-Sajdah (ayat 9-12)..................................... 3. Tafsir Surah As-Sajdah............................................. PENUTUP A Kesimpulan.................................................................... B Kritik dan Saran............................................................ Daftar Pustaka.........................................................................................
7 8 8
BAB III
2
14 14 15
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telaah ayat-ayat Alquran yang berbicara tentang manusia, memberi gambaran kontradiktif menyangkut keberadaannya. Disatu sisi manusia dalam Alquran sering mendapat pujian Tuhan. Seperti pernyataan terciptanya manusia dalam bentuk dan keadaan yang sebaik-baiknya, kemudian penegasan tentang dimuliakannya makhluk ini dibanding dengan kebanyakan makhluk-makhluk lain. Sedang di sisi lain sering pula manusia mendapat celaan Tuhan. Seperti bahwa ia amat aniaya dan ingkar nikmat, dan sangat banyak membantah adanya hari Kiamat. Gambaran kontradiktif itu bukanlah berarti bahwa ayat-ayat yang berbicara perihal manusia bertentangan satu sama lain, melainkan justru menandakan bahwa makhluk yang bernama manusia itu unik, makhluk yang serba dimensi. Hal ini dapat dipahami dengan mengkaji asal-usul kejadiannya, proses penciptaannya, serta kebangkitannya di hari Kiamat dalam Alquran. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana proses penciptaan manusia dan kebangkitannya di hari Kiamat 2.
dalam Alquran Surah Al-Mu’minun ayat 12-16 ? Bagaimana proses penciptaan manusia dan kebangkitannya di hari Kiamat dalam Alquran Surah As-Sajdah ayat 9-12 ?
BAB II PEMBAHASAN 1
A. Al – Qur’an Surah Al – Mukminin Ayat 12 – 16 1. Pengertian Surah Al – Mukminin Surah al-Mu’minun adalah salah satu surah yang disepakati oleh ulama turun sebelum Nabi Muhammad saw. berhijrah ke Madinah atau yang diistilahkan dengan surah Makkiyyah. Memang, ada juga segelintir kecil ulama yang menduga sebagai ayatnya turun di Madinah. Nama alMu’minun atau al-Mu’minin dikenal sejak masa Nabi saw. Surah ini merupakan surah yang ke-76 jika ditinjau dari perurutan turunnya surah. Ia turun sebelum surah alMulk/Tabarak, dan sesudah surah ath-Thur. 2. Surah Al – Mu’minun (ayat 12 – 16)
خل ل ن ول ل ل )ن قد ن ل ن م سللل ل ة ن م سنا ل ن س قلننا انل من ن ل ة مّميي ن م ن ل طنييي ة ي ل عل نلنناهس ن سطن ل (13) ن ف ة ة م م م ج ل م ل ر م ( ث س م12 ف ن قلرا ة كنييي ة عل ل ل خل ل ن ة ل عل ل ل قن ليينا الن نطن ل خل ل ن ة ف ل م ل ة ل قيي ل قيي ة فيي ل قن ليينا ال ن ل ث سيي م ع ل ميينا ل خل ل ن ة ل ولننا ضيي ل ف ل ضيي ل غ ل غ ة ة م م ن م ن فك ل ل ظنا ة قلنيينا ال ن س س سيي ن ن ل ن ل ل ن فت للبيينالر ل خييلر ل خل ة م أن ن ل ك قنا آ ل شألنناهس ل ال م مل ن عظنا ل منا ث س م ح ة ل عدل ذلل م ل ك ن ال ن ل خنال م م م بل ن هأ ن ح ل قني ل س س م إ من مك س ن ( ث س م14) ن الل م س )ن م ال ن م م م عسثو ل مني يستو ل ة ت سب ن ل و ل قلنينا ل م إ من مك س ن ( ث س م15) ن لل ل م يل ن )16 (12) Dan sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia dari saripati(berasal) dari tanah . (13) Kemudian, Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim). (14) Kemudian, Kami air mani itu kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik. (15)Kemudian setelah itu, sesungguhnya kamu pasti mati. (16)Kemudian, sesungguhnya kamu akan dibangkitkan (dari kuburmu) pada Hari Kiamat. 1
3. Tafsir Surah Al – Mu’minun (ayat 12 – 16) a. Tafsir Ayat [12] 1 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an & Tafsirnya, jilid VI. (Jakarta : Lentera Abadi, 2010). Hal 475-476 2
Dan sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah.
Yang jelas kata ( )سل لةsulalah terambil dari kata ( )سللsalla yang antara lain berarti mengambil, mencabut. Patron kata ini menganduk makna sedikit sehinggga kata sulalah berarti mengambil sedikit dari tanah dan yang diambil itu adalah saripatinya.2 Sesungguhnya Kami (Allah) telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Ada segolongan ahli tafsir menyatakan, bahwa yang dimaksud dengan manusia di sini adalah keturunan Adam termasuk kita sekalian, yang berasal dari air mani. Dari hasil penelitian ilmiah, sebenarnya air mani itu pun berasal dari tanah setelah melalui beberapa proses perkembangan. Makanan yang merupakan hasil bumi, yang dimakan oleh manusia, dan alat pencernaannya berubah menjadi cairan yang bercampur dengan darah yang menyalurkan bahan-bahan hidup dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh manusia ke seluruh bagian anggotanya.3 Dengan makanan itu teraturlah jalan darahnya, dan tidak dapat hidup kalau bukan dari zat bumi tempat dia dilahirkan itu. Dalam tubuh yang sehat, mengalirlah darah, berpusat pada jantung dan dari jantung mengalirlah darah itu keseluruh tubuh. Dalam darah itu terdapat zat yang akan menjadi mani. Setetes mani terdapat beribu-ribu bahkan bermilliun “tampang” yang akan dijadikan manusia, yang tersimpan dalam shulbi laki-laki dan taraib perempuan.4 2 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, vol 10 (Jakarta: Lentera Hati, 2002). Hal ????? 3 Kementerian Agama RI, Op.Cit, 2010. Hal 477 4 Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz XVII (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2001). Hal 18 3
Jika manusia itu meninggal dunia dan dimasukkan ke dalam kubur di dalam tanah, maka badannya akan hancur lebur dan kembali menjadi tanah lagi, sesuai dengan firman Allah:
خل ل ن م م هنا ن س ن هنا ل هنا ن س م و م و م ر س من ن ل فني ن ل من ن ل جك س ن عني ندسك س ن قلنناك س ن م ل م ل خ م خلر ى لتنالرةة ا س ن Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanyalah Kami akan mengembalikan kamu, dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain.
(Taha /20: 55).5
b. Tafsir Ayat [13] Kemudian, Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim).
Nuthfah terambil dari kata ن ط ف, dari akar kata ini muncul kata
( النطفييةan-natfah) artinya mutiara dan
( النطفةan-nutfah) artinya air yang jernih atau air mani (sperma). Dalam ayat ini kata
nutfah adalah hasil
pertemuan antara satu sel atau lebih dari sperma laki-laki yang memancar dan ovum atau sel telur di rahim perempuan. Menurut ilmu kedokteran, dari ribuan sel mani yang dipancarkan biasanya hanya satu sel yang mampu menerobos dan bertemu dengan ovum. Jika sel yang berhasil bertemu dengan ovum itu lebih dari satu, akan terjadi bayi kembar.6 Kemudian kami (Allah) tempatkan saripati air mani itu
dalam
tulang
rusuk
sang
suami
yang
dalam
persetubuhan dengan istrinya ditumpahkan ke dalam
5 Kementerian Agama RI, Loc.Cit. 6 Ibid. Hal 476 4
rahimnya, suatu tempat penyimpanan yang kukuh bagi janin sampai saat kelahirannya.7 c. Tafsir Ayat [14] Kemudian, Kami air mani itu kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik. ‘Alaqah berasal dari kata artinya yang tergantung atau
menempel dan berdempet, artinya sepotong daging yang akan membentuk menjadi bayi, atau sejenis cacing dalam air, bila itu diminum cacing itu akan menyangkut di kerongkongan.
( العلقيييةil-‘ilqah)
artinya
benda
bernilai yang menjadi andalan pemiliknya. Para ulama dahulu memaknai ‘alaqah
yang
sebagai
segumpal darah, tetapi penelitian ilmiah yang dilakukan cenderung mengartikan sebagai ( العلقal-‘alaq) sesuatu yang bergantung atau menempel di dinding rahim. Menurut
para
pakar
embriologi,
setelah
terjadi
pembuahan yaitu bertemunya sperma dan ovum dalam rahim, membentuk nuthfah, kemudian terjadi proses dimana nuthfah membelah diri menjadi dua, empat dan seterusnya. Dan kemudian bergerak menuju dinding rahim, dan pada akhirnya menempel atau bergantung di sana, inilah yang disebut ‘alaqah dalam Al-Qur’an. dalam fase ini menurut pakar embriologi sama sekali belum ditemukan unsur darah, karena itu tidak tepat menurut mereka mengartikan ‘ alaqah dengan segumpal darah.8 Mudgah terambil dari kata yang artinya mengunyah. Atau bisa juga diartikan dengan sesuatu yang bentuknya kecil sehingga bisa dikunyah. Yang dimaksud dengan dalam 7 Ibid. Hal 477 8 Ibid. Hal 476 5
ayat ini adalah ‘alaqah yang berubah bentuknya pada fase berikutnya menjadi segumpal daging.9 Kemudian air mani itu Kami (Allah) kembangkan dalam
beberapa
dijadikan
minggu
segumpal
sehingga
daging,
dan
menjadi
al-‘alaq
segumpal
daging
dijadikan tulang belulang, dan ada bagian yang dijadikan daging, dijadikan
laksana
pakaian
makhluk
yang
penutup
tubuh,
(berbentuk)
lain,
kemudian setelah
ditiupkan Roh ke dalamnya, sehingga menjadi manusia yang sempurna, dapat berbicara, melihat, mendengar, berfikir yang tadinya hanya merupakan benda mati. Maka Mahasuci Allah, Pencipta Yang Paling Baik.10 Lepas 40 hari dalam bentuk segumpal air mani berpadu itu dia pun bertukar rupa menjadi segumpal darah. Ketika Ibu telah hamil dalam dua tengah tiga bulan. Penggeligaan itu sangat berpengaruh atas badan si Ibu, pendingin, pemarah, berubah-ubah perangai, kadangkadang tak enak makan. Dan setelah 40 hari berubah darah, dia beransur kian membeku, membeku terus hingga jadi segumpal daging, membeku terus hingga berubah sifatnya menjadi tulang. Dikelilingi tulang itu masih ada persediaan air yang kelaknya menjadi daging untuk menyelimuti tulang-tulang itu. Mulanya hanya sekumpulan tulang, tetapi kian sehari telah ada bentuk kepala, kaki, dan tangan dan seluruh tulang-tulang dalam badan. Kian lama kian diselimuti oleh daging.”Kemudian itu Kami ciptakan satu bentuk yang lain.” Pada saat itu dianugerahkan kepadanya “roh”, maka bernafaslah dia. Dengan dihembuskan nafas pada sekumpulan tulang dan daging itu, berubahlah sifatnya. Itulah calon yang akan 9 Ibid. Hal 476 10 Ibid. Hal 477 6
menjadi manusia. “Maha Suci Allah, Tuhan yang sepandaipandai membentuk.” (ujung ayat 14).11 d. Tafsir Ayat [15] Kemudian setelah itu, sesungguhnya kamu pasti mati. Kepintaran manusia telah sangat maju, sehingga telah dapat membuat bom Nuklir dan dapat menembus ruang angkasa dan telah mendarat di bulan. Tetapi ingatlah asal kejadianmu dan ingat pula akhirnya kamu akan mati. Kamu tidak akan lama dalam dunia ini. Sebab itu janganlah kamu hendak menguasai dunia untuk dirimu seorang. Umur kita terlalu pendek jika dibanding dengan umur dunia. Daerah kita terlalu sempit jika dibandingkan dengan luasnya alam. Apa yang tinggal jika kita mati? Adakah harta benda yang kita kumpulkan, dan pangkat tinggi yang kita capai dan bintang-bintang yang menghias dada akan menolong kita jika Malaikat Maut datang ?.12 Kemudian, sesungguhnya kamu, wahai anak cucu Adam sekalian, sesudah itu, yakni sesudah melalui proses tersebut dan ketika kamu berada di pentas bumi ini dan melalui lagi proses dari bayi, anak kecil, remaja, dewasa, tua, dan pikun, benar-benar kamu akan mati, baik pada masa pikun maupun sebelumnya. Kemudian, setelah kamu mati dan dikuburkan.13 Kemudian sesudah penciptaanmu yang pertama itu, kamu sekalian
pasti
akan
menemui
ajalmu
yang
telah
ditentukan Allah, sebagaiman firmannya :
ذائ م ل ل نل ن م مبنال م كس ن س ل ر وال ن ل ق س و م وك س ن ة ال ن ل شييير ل ون لب نل س ن ت ل م ن خني نيي م ف ة ن فت نن ل ة م و ل ج س وا مل لني نلننا ت سنر ل ع ن ة ل 11 Hamka, Op.Cit, 2001. Hal 18. 12 Ibid. Hal 21. 13 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, vol 10 (Jakarta: Lentera Hati, 2002). Hal ????? 7
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu denagn keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami (al-
Anbiya/ 21 : 35) e. Tafsir Ayat [16] Kemudian, sesungguhnya kamu akan dibangkitkan (dari kuburmu) pada Hari Kiamat Sesungguhnya kamu sekalian pada Hari Kiamat nanti akan
dibangkitkan
dari
pertanggungjawaban, balasan
dan
kubur
lalu
ganjaran.14
kamu
untuk
masing-masing Untuk
dihisab
dimintai
Kami segala
beri amal
perbuatanmu selama berada di dunia ini, yang baik akan diberi pahala, yang buruk akan diberi siksa. 15
B. Alquran Surah As – Sajdah 1. Pengertian Surah As-Sajdah Surah ini diberi nama surah As-Sajdah karena di dalamnya Allah menuturkan sifat orang-orang mukmin yang berbakti dan jika mereka mendengar Alquran yang agung, “mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Tuhannya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong’’. Surah As-Sajdah adalah Makiyyah, sebagaimana surah-surah Makiyyah lainnya, surah ini mengetengahkan pembahasan pokok-pokok Akidah Islam, yaitu Iman kepada Allah, Hari Kiamat, Kitab-Kitab, RasulRasul, ba’ts dan balasan amal perbuatan. Fokus pembahasan surah ini dalah mengenai ba’ts setelah mati yang begitu lama diperbincangkan oleh orangorang kafir dan menjadikannya sebagai batu loncatan untuk mendustakan Nabi. Tema utamanya serupa dengan tema utama surah-surah Makkiyyah, yaitu ajakan tunduk kepada Allah Yang Maha Esa, Pencipta alam raya dan manusia, serta pengaturnya, juga tentang kebenaran Nabi Muhammad SAW. Dan kepada beliau diwahyukan Alquran serta kepercayaan dan keniscayaan kiamat. Demikian pandangan Sayyid Quthub Thabathaba’i menekankan 14 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, vol 10 (Jakarta: Lentera Hati, 2002). Hal ????? 15 Kementerian Agama RI, Op.Cit, 2010. Hal 477 8
temanya pada uraian tentang penciptaan, kebangkitan, dan pembuktiannya, serta bantahan atas dalih yang terlintas dalam benak menyangkut hal tersebut sambil mengisyaratkan tentang kenabian dan kitab suci.16 2. Surah As-Sajdah (ayat 9-12)
ون ل ل عيي ل ف ل م ن ّس و م خ م حيي م ه م فني م ج ل و ل م ل ميي ن ل ل لك سيي س ثس م ه ل ر ن واهس ل س م ل فئ مدلةل ل وا نل ل ن منا ت ل ن ن شييك سسرو ل م ل ال م قملنيل ة م س ن وا نلب ن ل صنالر ل ع ل ل ن و ل وا ءل إ م ل فييي ض ءلإ ممننا ل ل م ضل لل نلننا م ذا ل قنال س ن ( ل٩) في النر م ل ن م ب مل م ل د بل ن (١٠) ن قنا م م ك ليينا م ل س دي ة ج م فسرو ل ق ل ه ن ه ن ء لرب ي م خل ة مل ل س و م س وك ي ل ق ن م ت ال م م و م م سثيي م ل ب مك س ن ك ال ن ل م م فناك س ن ذ ي س م ن ل ي لت ل ل و ت ليييلر ى ا ممذ عيييو ل ج س م ت سنر ل إ مل لييي ى لرب يك سييي ن ول لييي ن ( ل١١) ن م لرب ملنيينا م م وا سر س ءو م مو ل م ن ن لنناك م س ه ن ه ن ر س ال ن س س ن ج م عن ندل لرب ي م س م علننا ل ميي ن حنا إ من ميينا سيي م صيينال م ة عن ليينا ن ل ن ج ن م ن و ل ع ل ل ل ا لب ن ل فنانر م صنرلننا ل (١٢) ن مو م قسنو ل س Artinya : (9) Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati. (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. (10) Dan mereka berkata: "Apakah bila kami telah lenyap (hancur) di dalam tanah, kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru?” Bahkan mereka mengingkari pertemuan dengan Tuhannya. (11) Katakanlah kami, ”Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu, kemudian kepada Tuhanmu, kamu akan dikembalikan.”(12) Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepala di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan. Sungguh kami adalah orang-orang yang yakin.”. 17
3. Tafsir Surah As-Sajdah (ayat 9-12) a. Tafsir Ayat [9] Kata ( ) سلوهاهsawwahu/menyempurnakannya mengisyaratkan proses lebih lanjut dari kejadian manusia setelah berbentuk organ-organnya. Ini serupa dengan ahsan taqwim. Dalam QS. Al-Infithar [82]:7 disebut tiga proses pokok penciptaan: Dia Yang telah menciptakan kamu lalu 16 Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Op.cit. Hal. 187-188 17 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an & Tafsirnya, jilid VII. (Jakarta : Lentera Abadi, 2010). Hal 580-585 9
menyempurnakan kejadianmu lalu menjadikanmu seimbang. Tahap pertama mengisyaratkan pembentukan organ-organ tubuh secara umum, tahap kedua adalah tahap pengahalusan dan penyempurnaan organ-organ itu, dan tahap ketiga adalah tahapan peniupan ruh ilahi yang menjadikan manusia
memiliki
potensi
untuk
tampil
seimbang,
memiliki
kecenderungan kepada keadilan atau dalam istilah surah Al-Infithar di atas (‘ )عد لكadalaka yakni menjadikanmu adil. Kata ( ) من رو حححهmin ruhihi secara harfiah berarti dari ruh-Nya, yakni Ruh Allah. Ini bukan berarti ada ”bagian’’ Ilahi yang dianugerahkan kepada manusia. Karena Allah tidak terbagi, tidak juga terdiri dari unsur-unsur. Dia adalah shamad tidak terbagi dan tidak terbilang. Yang dimaksud adalah ruh ciptaan-Nya. Penisbahan ruh itu kepada Allah adalah penisbahan pemuliaan dan penghormatan. Ayat ini bagaikan berkata : Dia meniupkan ke dalamnya ruh yang mulia dan terhormat dari (ciptaan)-Nya. Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah memulai penciptaan manusia dari tanah. Menurut Sayyid Quthub, ini dapat juga dipahami dalam arti tanah adalah permulaan atau tahapannya yang pertama. Ayat ini tidak menjelaskan beberapa tahap yang dilalui manusia sesudah tahap tanah itu, tidak juga dijelaskan beberapa jauh dan berapa lamanya. Ini boleh jadi sebagai isyarat tentang awal kejadian sel pertama di bumi ini, dan bahwa sel itu lahir dari tanah dan bahwa tanah adalah periode yang mendahului peniupan ruh atas izin Allah. Alquran tidak menjelaskan bagaimana kejadiannya dan berapa lama masa yang dilaluinya atau berapa jumlah tahap-tahapnya. Sekali lagi, itu semua terpulang kepada hasil penelitian yang shahih. Tidak ada dari penelitian itu yang bertentangan dengan teks Alquran yang pasti yang menyatakan bahwa asal usul manusia yang pertama adalah tanah.18 Kemudian di dalam rahim perempuan, Allah menyempurnakan kedian nutfah itu, sehingga berbentuk manusia. Kemudian ditiupkan roh ke dalamnya. Dengan demikian bergeraklah janin yang kecil itu. Setelah
18 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002) Hal. 368 10
nyata kepadanya tanda-tanda kehidupan, Allah menganugerahkan kepadanya pendengaran, penglihatan, akal, perasaan, dan sebaginya. Manusia pada permulaan hidupnya di dalam rahim ibu, sekalipun telah dianugerahi mata, telinga, dan otak, tetapi ia belum dapat melihat, mendengar, dan berpikir. Hal itu baru diperolehnya setelah ia lahir, dan semakin lama panca inderanya itu dapat berfungsi dengan sempurna.19 Secara berurutan seperti berikut ini yaitu pada awal mulanya bayi sesudah dilahirkan, ia hanya dapat mendengar saja, tetapi tidak dapat melihat selama tiga hari. Kemudian secara berangsur-angsur ia mulai dapat melihat dan membedakan objek yang dilihatnya persis seperti keadaannya.20 Pada akhirnya ayat ini, Allah mengatakan bahwa hanya sedikit manusia yang mau mensyukuri nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepadanya.21 b. Tafsir Ayat [10-11] Kata ( ) ضللناdhalalna terambil dari kata ( ) ضللdhalla yang dari segi pengertian bahasa itu berarti hilang, bingung tidak mengetahui arah, makna ini kemudian berkembang sehingga berarti binasa dan terkubur. Menurut Thabathaba’i, ayat di atas menjawab dalih mereka dengan menyatakan bahwa, “sebenarnya kalian tidak binasa. Kematian bukanlah kelenyapan diri kamu. Tidak juga terkuburnya kamu mengakibatkan kamu hilang dan binasa. Malaikat maut yang bertugas mengambil nyawa kamu sebenarnya mengambil kamu dari badan kamu dalam keadaan sempurna. Dia mencabut ruh kamu dari badan kamu hanya dalam arti memutus hubungan ruh itu dengan badan kamu, sedang arwah kamu itulah hakikat kamu. ‘Kamu’ sebenarnya terpelihara, tidak ada sesuatu dari ‘kamu’ yang hilang atau binasa di bumi, yang hilang dan berubah hanya badan yang memang selama ini selalu berubah sejak kejadiannya. Kamu semua terpelihara sampai kamu kembali kepada Tuhan dengan kembalinya ruh ke jasad masing-masing.” Begitu lebih kurang tulis Thabathaba’i. Memang, manusia atau “aku” adalah substansi manusia 19 Kementerian Agama RI, Op.Cit, 2010. Hal 584 20 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, juz XXI. (Semarang: CV.Toha Semarang, 1992). Hal 202 21 Kementerian Agama RI, Loc.Cit 11
atau kepribadian manusia. Bukan badannya. Badan hanya mengikuti kepribadian itu dan yang ini tidak binasa dengan matinya manusia. Ayat di atas menunjuk pencabut nyawa sebagai satu malaikat. Karena kata ( ) ملكmalak menunjuk kepada tunggal, jamaknya adalah kata ( ) مل ئكةmala’ikah. 22 Katakanlah: malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikanmu,” katakanlah kepada mereka untuk menyanggah persangkaan mereka yang batil : kalian akan dimatikan oleh malaikat maut dan kawan – kawan yang ditugaskan untuk mencabut nyawa kalian,” kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan,” kemudian kembali kalian adalah kepada Allah di Hari Kiamat untuk hisab dan pembalasan. Ibnu Katsir berkata : yang jelas, malaikat maut adalah satu sosok tertentu yang dalam sebagian hadits disebut Izrail dan inilah yang masyhur. Izrail memiliki banyak pembantu sebagaimana disebutkan dalam hadits yang mencabut nyawa dari seluruh badan. Ketika ruh sampai ditenggorokkan, maka Izrail mencabutnya. Mujahid berkata : Bumi di hadapan Izrail bagaikan talam dan dia bias mencabut apa yang dia inginkan di mana saja.23 Ayat ini (10) menerangkan tentang pertanyaan orang-orang musyrik kepada Rasulullah saw, yang menunjukkan keingkaran dan kesombongan mereka. Mereka berkata, “ Apakah apabila daging dan tulang belulang kami telah hancur menjadi tanah, mungkinkah kami dihidupkan lagi seperti semula?”. Dari pertanyaan di atas tergambar bahwa menurut mereka mustahil manusia dapat hidup kembali setelah mati dan tubuhnya hancur menjadi tanah. Mereka tidak dapat menggambarkan dalam pikirannya bagaimana besarnya Allah. Jika mereka ingin mencapai kebenaran, mereka dapat mencari bukti-bukti kekuasan dan kebesaran Allah pada penciptaan manusia. Mereka dahulu tidak ada, kemudian menjadi ada. Tentu menciptakan kembali yang pernah ada lebih mudah bagi Allah . Sebenarnya jika mereka mau berpikir tentu mereka sampai kepada 22 M. Quraish Shihab, Op.Cit . Hal. ?????? 23 Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Op.Cit . Hal. 194 12
kesimpulan bahwa segala sesuatu itu adalah sama mudahnya bagi Allah, tidak ada yang sukar bagi-Nya. Orang musyrik itu bukan hanya mengingkari kekuasaan Allah, tetapi juga mengingkari adanya hari kebangkitan, yaitu hari semua manusia dihadapkan di Mahkamah Agung Ilahiah. Ayat ini (11) menolak anggapan orang-orang musyrik yang menyatakan bahwa hari kiamat itu tidak ada. Dalam ayat ini dikatakan, “Hai orang-orang musyrik, sesungguhnya malaikat yang bertugas mencabut nyawa manusia, benar-benar menjaga waktu, maka mereka mencabut nyawa orang itu tepat pada waktunya, tidak mundur sesaat pun, dan tidak pula dipercepat walau sesaat ”. Hal ini berlaku bagi semua orang-orang musyrik itu, dan mereka kembali di hari Kiamat dan diminta pertanggungjawaban semua perbuatannya dengan adil. 24 c. Tafsir Ayat [12] Kata ( ) نكسوهاnakisu terambil dari kata ( ) نكسnakasa yang berarti menjadikan sesuatu yang di atas berada di bawah. Seorang yang bangga dan percaya diri, atau yang angkuh, akan menegakkan kepala. Berbeda dengan orang takut atau merasa hina. Dia akan menundukkan kepala. Penundukan itu serupa dengan menjadikan yang di atas berada di bawah. Dengan demikian, kata tersebut dipahami dalam arti kehinaan dan penyesalan atas apa yang mereka lakukan selama ini. Seringkali kata (‘ )عنححدinda/di sisi bila menggambarkan keadaan seseorang di sisi Allah, seperti firman-Nya di atas (‘ )عنححد رلبمهححمinda Rabbihim, itu mengandung makna penghormatan, seperti firman-Nya melukiskan para syuhada bahwa mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki (QS. Ali ‘Imran [3]:169]. Tetapi, karena konteks ayat ini adalah para pendurhaka, kata di sisi pada ayat di atas adalah di sisi kekuasaa atau pemeriksa-Nya.25 Allah memberitahukan kepada Rasul-Nya bahwa ia akan merasa ngeri jika melihat keadaan orang-orang yang mengingkari hari Kiamat ketika mereka menundukkan kepala dihadapan Allah karena malu dan takut atas segala tindakan dan perbuatan mereka dalam hidup di dunia. Mereka 24 Kementerian Agama RI, Op.Cit, 2010. Hal 587 25 M. Quraish Shihab, Op.Cit . Hal 191 13
menyatakan kepada Allah bahwa mereka melihat kenyataan hari Kiamat itu benar-benar terjadi, dan merasakan pula malapetaka yang menimpa pada hari itu. Mereka memohon agar diberi kesempatan untuk kembali ke dunia sehingga dapat mengikuti semua yang dahulu mereka dustakan. Mereka juga mengakui bahwa hanya Allah yang berhak disembah, yang menghidupkan dan mematikan, serta yang membangkitkan kembali. Dalam ayat lain, Allah berfirman :
ف ل ر ل ق س وا وا ل و م قيينال س ن فيي ن و لتييلر ى ا مذن س ولليي ن ل علليي ى المنيينا م و ل ن و ل ل ان سك لييذي س ون لك سيي ن ب مبيآلينات من ليينا لرب ين ليينا ل ينا لل لني نت للننا ن سلردن ل م ن ن ؤ م م من مني ن ل م ل ن ال ن س
Dan seandainya engkau (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, mereka berkata, “Seandainya kami dikembalikan (ke dunia), tentu kami tidak akan mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman”. (al-An’am : 27).26
26 Kementerian Agama RI, Op.Cit, 2010. Hal 587-588 14
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Allah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah, yang kemudian dijadikan air mani, kemudian segumpal darah, kemudian
segumpal
daging
yang
dijadikan
pembungkus
tulang. Kemudian setelah ditiupkan Roh menjadi manusia yang sempurna,
yang
semuanya
itu
terjadi
dalam
tempat
penyimpanan yang kukuh yaitu rahim. Setelah
manusia
mengalami
masa
ciptaannya
yang
pertama pasti akan mati dan akan dibangkitkan dari kuburnya pada hari kiamat untuk dihisab segala amal perbuatannya. Allah yang menciptakan manusia, Dia yang memberikan nikmat-nikmat yang diperlukannya, tetapi sedikit sekali di antara mereka yang bersyukur, kalaupun ada yang bersyukur hanya sedikit. Orang-orang kafir tidak percaya bahwa mereka akan dibangkitkan kembali di hari Kiamat, bahkan mereka tidak percaya akan pertemuannya dengan Allah di akhirat nanti. Allah akan mematikan seluruh yang bernyawa pada waktu yang telah ditetapkan, kemudian seluruh makhluk kembali kepada
Tuhannya
untuk
mempertanggungjawabkan
perbuatannya. Penyesalan penghuni neraka yang ingin kembali kedunia untuk beriman dan beramal saleh adalah sia-sia. B. Kritik dan Saran Kami menyadari sepenuhnya masih jauh dari kesempurnaan dan banyak terdapat kesalahan baik dari segi penulisan maupun pembahasan, oleh karena itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah ini.
15
DAFTAR PUSTAKA Ahmad
Mustafa
Al-Maraghi,
Tafsir
Al-Maraghi,
juz
XXI.
(Semarang: CV.Toha Semarang, 1992). Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz XVII (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2001). Kementerian Agama RI, Al-Qur’an & Tafsirnya, jilid VI. (Jakarta : Lentera Abadi, 2010). Kementerian Agama RI, Al-Qur’an & Tafsirnya, jilid VII. (Jakarta : Lentera Abadi, 2010). M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, vol 8 (Jakarta: Lentera Hati, 2002). M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, vol 10 (Jakarta: Lentera Hati, 2002).
16