Daftar Isi
PENDAHULUAN 2
Latar Belakang (sesuai judul yg diambil) 2
Permasalahan 2
Tujuan 3
TINJAUAN PUSTAKA 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 4
Hasil Kajian Literatur/pengumpulan data lapang 4
Tingkat Pendidikan Pembuat Garam 4
Jumlah Tanggungan Pembuat Garam 5
Jumlah Tenaga Kerja Pembuat Garam 5
Luas Lahan Pembuatan Garam 5
Hasil Produksi Garam dan Harga Jual 6
Proses Pembuatan Garam 6
Modal Pembuat Garam 7
Pendapatan dan Pengeluaran Petani 7
Pembahasan Hasil 8
Tingkat Pendidikan Pembuat Garam 8
Jumlah Tanggungan Pembuat Garam 9
Jumlah Tenaga Kerja Pembuat Garam 9
Luas Lahan Pembuatan Garam 9
Hasil Produksi Garam dan Harga Jual 9
Proses Pembuatan Garam 10
Modal Pembuat Garam 10
Pendapatan dan Pengeluaran Petani 10
KESIMPULAN DAN SARAN 10
Kesimpulan 10
Saran 10
DAFTAR PUSTAKA 11
11
1
1
Pendahuluan
Latar Belakang
Koperasi adalah organisasi bisnis yang dimiliki dan dioperasikan oleh orang-seorang demi kepentingan bersama. Koperasi melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi selalu berkaitan erat dengan masyarakat yang lemah karena koperasi ada memang untuk menyejahterakan anggotanya yang terdiri dari kaum lemah. Sebagian besar alasan berdirinya suatu koperasi adalah sebagasi solusi atas masalah yang dihadapi oleh masyarakat di suatu daerah. Koperasi muncul untuk mengatasi permasalahan tersebut khususnya masalah ekonomi.
Koperasi merupakan saka guru perekonomian nasional, sehingga dalam kehidupan ekonomi bangsa Indonesia koperasi sangat penting. Peranan koperasi seperti yang terdapat dalam Undang-Undang No 25 Tahun 1992 Tentang Pengkoperasian sebagai berikut.a.koperasi sebagai gerakan untuk membangun dan mengembangkan kemampuan ekonomi anggota koperasi dan masyarakat pada umumnya. Dengan berkoperasi, kesejahteraan ekonomi dan sosial anggota koperasi dan masyarakat akan meningkat.
Koperasi berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan masyarakat.c.Koperasi memperkukuh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional. d.Koperasi mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Permasalahan
Garam adalah salah satu penggerak perekonomian baik untuk pertanian, manufaktur dan jasa. Garam dibutuhkan oleh manufaktur sebagai salah satu faktor input produksi. Garam juga dibutuhkan untuk penyedia jasa sebagai faktor input produksi dan yang terbesar adalah penyedia jasa rumah makan. Untuk pertanian sendiri garam adalah komoditas yang diproduksi secara massal dan sebagai tumpuan hidup para petani garam. Pertanian garam di Indonesia memiliki peran krusial terhadap ekonomi masyarakat terutama masyarakat yang tinggal di pesisir pantai.
Garam di Indonesia sendiri memiliki harga yang tidak stabil. Ketika produksi tinggi maka harga akan jatuh dan ketika produksi rendah maka harga tinggi. Kondisi ini menyebabkan petani garam hanya memoeroleh keuntungan yang stagnan pada satu titik saja dan kondisi ini sukar diatasi oleh petani garam. Salah satu upaya atas permasalahan ini adalah dengan menggudangkan dahulu hasil panen saat melimpah kemudian menjual ketika harga sudah dapat menguntungkan. Petani garam pada umumnya tidak punya kemampuan untuk menerapkan cara tersebut sehingga diperlukan peranan pihak luar untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut.
Tujuan
Menjelaskan peran koperasi dalam peningkatan produksi garam untuk meningkatkan taraf hidup petani garam.
Tinjauan Pustaka
Total Quality Management (TQM) merupakan suatu sistem yang menitik beratkan pada perbaikan secara terus menerus dalam lingkungan organisasi dalam usaha menciptakan kepuasan pelanggan dan pelaksanaanya melibatkan semua fungsi perusahaan. Kepuasan pelanggan berkaitan erat dengan mutu, dalam tahun-tahun belakangan ini banyak perusahaan yang mengadopsi Program Total Quality Management (TQM), yang dirancang untuk melakukan perbaikan mutu produk mereka dan pemasaran secara terus-menerus. Mutu mempunyai dampak langsung pada prestasi produk dan dengan kepuasan pelanggan (Kotler 1997).
Lima pilar penting bagi keberhasilan Total Quality Management (TQM). Hubungan pilar-pilar tersebut dijelaskan sebagai berikut: produk adalah titik pusat untuk tujuan dan pencapaian organisasi. Mutu dalam produk tidak mungkin ada tanpa mutu di dalam proses. Mutu di dalam proses tidak mungkin ada tanpa organisasi yang tepat. Organisasi yang tepat tidak ada artinya tanpa pemimpin yang memadai. Komitmen yang kuat, dari bawah ke atas merupakan pilar pendukung bagi semua yang lain. setiap pilar tergantung pada keempat pilar yang lain dan kalau salah satu lemah dengan sendirinya yang lain juga lemah. Penerapan konsep TQM dalam dunia bisnis dan industri telah menunjukkan hasil yang cukup memuaskan, sehingga telah menghasilkan produk-produk yang bermutu dan kompetitif, dan dengan layanan prima yang dapat dirasakan oleh para pelanggan (Creech, 1996).
Koperasi Unit Desa adalah organisasi ekonomi yang merupakan wadah pedesaan itu sendiri serta memberikan pelayanan anggotanya dan masyarakat pedesaan (Azis, 1998).
Bagi pengembangan berbagai kegiatan ekonomi masyarakat pedesaan yang diselenggarakan dan untuk masyarakat Penerimaan adalah nilai produksi yang dihasilkan dari suatu usaha dan dalam jangka panjang penerimaan total harus lebih besar dari biaya total. Penerimaan dapat dikatakan sebagai pendapatan kotor usaha yang belum dikurangi seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung (Sadono, 1985).
Koperasi Unit Desa adalah organisasi ekonomi yang merupakan wadah pedesaan itu sendiri serta memberikan pelayanan anggotanya dan masyarakat pedesaan (Azis, 1998).
Bagi pengembangan berbagai kegiatan ekonomi masyarakat pedesaan yang diselenggarakan dan untuk masyarakat Penerimaan adalah nilai produksi yang dihasilkan dari suatu usaha dan dalam jangka panjang penerimaan total harus lebih besar dari biaya total. Penerimaan dapat dikatakan sebagai pendapatan kotor usaha yang belum dikurangi seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses produksi berlangsung (Sadono, 1985)
Hasil dan Pembahasan
Hasil Kajian Literatur/pengumpulan data lapang
Tingkat Pendidikan Pembuat Garam
Biasanya para petani garam itu memiliki tingkat pendidikan yang rendah, itu juga dapat terlihat di kabupaten Bireuen. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jenjang pendidikan formal yang di tempuh oleh responden, yang tamat SD ada 32 orang atau (76,19 persen), tamat SMP ada 4 orang atau (9,52 persen), dan yang menamatkan SMA ada 6 orang atau (14,28 persen), sedangkan yang Diploma dan Perguruan Tinggi tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa para petani garam banyak yang berpendidikan rendah. Faktor alam dan lingkungan sekitar tempat tinggal di daerah ladang garam berpengaruh kuat sehingga mereka memilih pekerjaan menjadi pembuat garam dan karena tingkat pendidikan mereka yang juga rendah.
Jumlah Tanggungan Pembuat Garam
Dalam keluarga pembuat garam tentunya juga memperkirakan jumlah tanggungan dalam keluarganya. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pembuat garam ada yang memiliki jumlah anak sedikit dan ada juga yang banyak. Namun dalam penelitian ini sebanyak 40,47 persen responden memiliki 3-4 orang tanggungan dan 38,09 persen memiliki lebih dari 5 orang tanggungan dalam keluarganya.
Jumlah Tenaga Kerja Pembuat Garam
Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan dalam industri tradisional ini tidak banyak. Paling sedikit 1 orang dan paling banyak 3 orang. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jumlah pekerja dalam industri tradisional garam ini sebanyak 66,66 persen itu hanya memakai 1 orang pekerja yaitu responden itu sendiri yang kebanyakannya adalah wanita, sedangkan selebihnya sebanyak 28,57 persen mempekerjakan 2 orang dan 4,76 persen sebanyak 3 orang. Biasanya para pekerja ini berasal dari keluarga sendiri juga. Biasanya istri atau suami atau juga anak yang ikut bekerja membantu pembuatan garam ini.
Luas Lahan Pembuat Garam
Luas lahan yang digunakan oleh para petani garam bervariasi. Ada yang sempit dan ada juga yang luas. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa pada umumnya luas lahan yang dimiliki oleh para petani garam di kabupaten bireuen pada penelitian ini ada antara 5x5 m - 20x20 m sebanyak 30 responden atau (71,42 persen). Luas lahan antara 30x30 m - 40x40 m di digarap oleh 5 responden atau (11,90 persen), sedangkan luas lahan 40x70 m digarap oleh 7 responden atau (16,66 persen). Hal ini menunjukkan bahwa para petani garam di kabupaten bireuen sebanyak 71,42 persen memiliki luas lahan 5x5m – 20x20 m.
Hasil Produksi Garam dan Harga Jual
Luas lahan yang dimiliki oleh para petani garam tentunya juga digunakan untuk dapat menghasilkan produksi garam. Hasil produksi garam yang dihasilkan oleh para petani garam bervariasi. Dari hasil penelitian maka jelas terlihat juga bahwa dari keseluruhan hasil produksi garam dalam sebulan itu paling banyak 600 kg yang dihasilkan oleh 8 orang responden atau sama dengan 19,04 persen. Besarnya hasil produksi garam tidak berpengaruh langsung oleh luas lahan yang dimiliki oleh petani garam, akan tetapi ditentukan oleh skala produksi atau luas lahan yang mampu di olah untuk setiap kali proses produksi.
Proses Pembuatan Garam
Proses pembuatan garam di kabupaten Bireuen pada umumnya sama dan masih sangat tradisional. Ada perbedaan produksi garam di Jeunib dan di Jangka. Jika di Jeunib (desa Blang Lancang, matang teungoh dan Gampong Lancang) itu produksi garamnya sedikit karena mereka masih memproduksi garam tradisional yaitu dengan cara tanah digaruk dengan menggunakan cangkul garpu (creuh). Kemudian dijemur pada terik matahari dan selanjutnya tanah ditumpuk menjadi dua tumpukan yang dialasi dengan pelepah kelapa dan sebelah menyebelah diantara kolam kecil yang telah dibuat terlebih dahulu. Kemudian tumpukan tanah itu satu persatu disirami dengan air laut, sehingga air tirisan mengalir kedalam kolam kecil. Air tirisan itu selanjutnya diangkat untuk disimpan didalam sebuah bak yang terbuat dari kayu dan dilapisi oleh terpal plastik yang hitam. Kemudian air tersebut diambil sebahagian dan dim,asak dengan menggunakan kayu bakar sampai kering sehingga terlihat butiran-butiran warna putih yang berbentuk Kristal yang disebut garam. Sedangkan produksi garam di Jangka (Jangka Alue Bie, Tanah Anoe , Gp. Tanjongan, dan Alue Buya) itu produksi garamnya banyak karena produksinya menggunakan garam pancing atau bibit garam yang di peroleh dari Madura. Prosesnya garam masak itu di masak pakai air yang dialiri dari air laut atau air hujan yang ditampung atau bisa juga air sumur. Kemudian dimasak lebih kurang 5 jam dalam satu kuali yang besar yang terbuat dari drum besar, setelah masak, air nya menjadi kering sehingga tinggal garam saja. Kemudian di angkat lalu dijemur sesaat selanjutnya di masukkan ke dalam karung yang sudah siap di pasarkan ke pasar atau ke penampung
Modal Pembuat Garam
Modal awal yang di miliki petani garam ada yang sedikit dan ada juga yang banyak. Paling sedikit modal awal itu adalah Rp. 500.000 dan paling banyak Rp. 17.000.000. Modal awal ini dapat diperoleh dari keluarga sendiri, modal sendiri ataupun dari pinjaman bank. Akan tetapi dalam penelitian ini banyak para responden yang mendapatkan modal awal itu dari modal sendiri. Dimana itu di dapatkan dari tabungan yang selama ini dikumpulkan.
Pendapatan dan Pengeluaran Petani Garam
Pendapatan para petani garam merupakan hasil perkalian antar tingkat harga per kg dengan kuantitas garam. Tingkat harga garam juga di pengaruhi oleh musim. Jika musim hujan maka harga garam mahal karena pengrajin garam tidak bisa memproduksi garam yang banyak disebabkan tidak adanya kayu bakar , karena pada saat hujan kayu tidak bisa diangkut dari pegunungan oleh para toke kaye (agen kayu bakar). Pada saat curah hujan harganya berkisar antara Rp.4.000 – Rp.5.000, namun jika cuaca cerah harga berkisar Rp. 2.000 - Rp. 2.500 per bambu atau kaleng, namun jika produksi garam melimpah harganya juga bisa menurun. Pendapatan yang diperoleh oleh pengrajin garam tergantung juga dari berapa banyak produksi garam yang dihasilkan dalam sebulan. Dalam membuat garam ini juga diperlukan beberapa bahan baku diantara nya yaitu ember, kayu bakar, gayung sendok garpu (creuh), paci, drum biru besar terpal atau plastik hitam, karung biru, timba, dan kuali besar atau belanga.
Pekerjaan membuat garam sangat bergantung pada musim. Oleh karena itu pendapatan yang diperoleh juga bergantung dari hasil produksi garam itu semua. Pada penelitian ini ada perbedaan antara pendapatan yang diperoleh oleh petani daerah Jeunib dan daerah Jangka. Pada daerah Jeunib pendapatan rata-rata perbulan yang didapat sekitar Rp. 400.000 – Rp. 1.600.000, itu dikarenakan proses pembuatan garam disitu juga masih tradisional. Sedangkan di daerah Jangka pendapatan perbulan rata-rata yang diperoleh antara Rp. 1.000.000 – Rp.8.000.000, dan ini juga dikarenakan prosesnya yang sedikit lebih modern yaitu dengan menggunakan bibit yang didatangkan dari Madura.
Pada penelitian ini adapun pengeluaran para petani garam ini tiap bulannya rata-rata berkisar antara Rp. 500.000 - Rp. 5.000.000. besarnya biaya yang dikeluarkan oleh rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, mulai dari pangan perlengkapan rumah tangga, biaya kesehatan, biaya sekolah, iuran rutin, telpon, transportasi dan tabungan.
Pembahasan Hasil
Tingkat pendidikan
Berdasarkan data lapang yang didapatkan diatas maka digolongkan bahwa tingkat pendidikan petani tergolong rendah karena yang tertinggi hanya sampai jenjang sma. Kondisi ini menyebabkan petani garam tidak mempunyai cukup keahlian untuk menerapkan tekhnologi pengolahan yang sudah ada sehingga petani garam cenderung stagnan dalam penerapan tekhnologi.
Jumlah tanggungan pembuat garam
Berdasarkan data diatas maka diketahui bahwa jumlah tanggungan petani garam rata-rata adalah empat orang. Angka ini merupakan angka yang besar jika dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh petani untuk menanggung jumlah beban sampai empat orang. Kondisi ini menyebabkan sebagian besar petani tidak mempunyai cukup dana untuk ditabung (s). Petani karena jumlah tanggunganya banyak maka tidak memungkinkan untuk pembelian investasi.
Jumlah tenaga kerja pembuat garam
Berdasarkan data yang didapatkan maka diketahui bahwa pekerja di lahan garam berkisar antara satu sampai tiga orang. Kondisi ini menunjukan bahwa skala usaha pertanian garam hanyalah mikro-kecil.
Luas lahan pembuat garam
Berdasarkan pada data maka diketahui bahwa petani hanya memiliki lahan 5x5 – 20x20. Artinya petani garam hanya menjadi petani gurem saja dengan lahan yang sempit. Kondisi ini menyebabkan produksi garam juga rendah karena sedikitnya jumlah produksi garam yang dapat dihasilkan tiap satu kali proses pembuatan.
Hasil produksi garam dan harga jual
Hasil produksi garam berdasarkan data yang terbesar hanya 600 kg. Jumlah ini berarti bahwa produksi garam rendah. Faktor lain yang menentukan harga garam adalah jumlah garam yang ada di pasaran. Saat jumlah garam melimpah maka harga garam akan jatuh.
Proses pembuatan garam
Dapat diketahui dari data diatas bahwa produksi garam yang dilakukan oleh petani garam masih tradisional. Tidak menerapkan tekhnologi membuat produksi stagnan. Kondisi seperti ini menyebabkan produksi garam nasional tergolong rendah dan masih harus impor garam.
Modal pembuatan garam
Berdasarkan data diketahui bahwa rata-rata para petani mendapatkan modal dari dana pribadi. Kondisi ini membuat petani tidak leluasa untuk menerapkan suatu tekhnologi sehingga menyebabkan keterbatasan.
Pendapatan dan pengeluaran petani garam
Petani setiap bulanya memperoleh penghasilan yang tidak menentu. Petani mendapat harga jual yang rendah saat produksi garam melimpah. Produksi garam juga tergantung pada musim sehingga pendapatan menjadi tidak menentu.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Koperasi diperlukan untuk melakukan fungsi managemen on-farm dan off-farm. Managemen on farm berfungsi untuk melakukan koordinasi antara petani garam sehingga pertanian garam bias terkoordinir. Managemen off farm juga berfungsi untuk pengolahan pasca panen. Apabila dirasa harga garam terlalu rendah maka koperasi akan melakukan penggudangan dan menjual ketika harga garam sudah normal. Dengan adanya koperasi maka para petani juga bias menerapkan tekhnologi dalam proses produksi garam sehingga produksi garam dapat ditingkatkan untuk mencukupi kebutuhan nasional.
Saran
Diharapkan kepada para pengrajin garam agar bisa lebih berani dalam berusaha yaitu dengan cara meningkatkan jumlah modal.
Diharapkan pemerintah dapat memberikan tambahan modal kepada pengrajin garam untuk dapat meningkatkan produksi garam terutama di daerah Jeunib.
Diharapkan pemerintah mau berinvestasi untuk pertanian garam dalam hal tekhnologi produksi agar hasil produksi garam dapat meningkat dan cukup untuk memenuhi kebutuhan garam nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Ackley, Gardner, (1992) Teori Ekonomi Makro ( Terjemahan ). Erlangga : Jakarta
Azis, S. W. 1998. Aspek-aspek Hukum BUUD/KUD Dalam Gerak Perekonomiannya. Penerbit Alumni. Bandung.
Creech, B. 1996. Lima Pilar Manajemen Mutu Terpadu. Penerbit Binarupa Aksara. jakarta.
Djarwanto. 1984. Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.
Dornbusch, Rudinger dan Fisher, Stanley, (1997). Makro Ekonomi. Erlangga : Jakarta.
Dumairy, (1996). Perekonomian Indonesia. Erlangga : Jakarta.
Kotler, 1997. Dasar-dasar Pemasaran. Prenhallindo. Jakarta.
Miller, Roger Leroy dan Roger E. Meiners, (2000). Teori Mikroekonomi Intermediate. Grafindo : Jakarta.
Mulyadi, S, ( 2007). Ekonomi Kelautan. Grafindo : Jakarta.
Riyanto, B. 1995. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Cetakan ke-7. Edisi ke-3. Penerbit BPFE. Yogyakarta
Ruslan, Rosady. ( 2004 ) Metode Penelitian Publik Relation dan Komunikasi. Jakarta : Rajawali Pers PT Raja Grafindo Persada.
Simanjuntak, Payaman J, (1998). Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia : Jakarta.
Sukirno, Sadono, (2006). Ekonomi Pembangunan. Kencana : Jakarta.
Suparlan, Parsudi, (2000). Kemiskinan Perkotaan dan Alternatif Penanganannya. Ditujukkan Dalam Seminar Forum Perkotaan. Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah. Jakarta.
Suryana, (2000). Ekonomi pembangunan. Salemba Empat : Jakarta.
Sugiarto, Tedy Herlambang, Brastoro, Rachmat Sudjana, Said Kelana, (2002). Ekonomi Mikro, Sebuah Kajian Konfrehensif. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
1