Makalah Keterampilan Dasar Mengajar
Sabtu, 16 Mei 2015
BAB I
PENDAHULUAN
Mengajar adalah satu pekerjaan profesional yang menuntut kemampuan yang kompleks untuk dapat melakukannya. Sebagaimana halnya pekerjaan profesional yang lain, pekerjaan seorang guru menuntut keahlian tersendiri sehingga tidak setiap orang mampu melakukan pekerjaan tersebut sebagaimana mestinya. Ada seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru. Perangkat kemampuan tersebut disebut kompetensi guru. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, seorang guru dituntut untuk menguasai kompetensi pedagogis, profesional, kepribadian, dan sosial.
Kompetensi pedagogis berkenaan dengan kemampuan mengelola pembelajaran dalam rangka mengaktualisasikan berbagai kompetensi yang dmiliki peserta didik. Salah satu kemampuan yang dituntut dari kompetensi ini adalah kemampuan melaksanakan pembelajaran yang mendidik. Agar dapat melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan baik, di samping menguasai berbagai kemampuan, guru dipersyaratkan untuk menguasai keterampilan dasar mengajar, yang merupakan salah satu aspek penting dalam kompetensi guru.
Keterampilan dasar mengajar merupakan satu keterampilan yang menuntut latihan yang terprogram untuk dapat menguasainya. Penguasaan terhadap keterampilan ini memungkinkan guru mampu mengelola kegiatan pembelajaran secara lebih efektif. Keterampilan dasar mengajar bersifat generik, yang berarti bahwa keterampilan ini perlu dikuasi oleh semua guru, baik guru TK, SD, SMP, SMA maupun dosen di perguruan tinggi. Dengan pemahaman dan kemampuan menerapkan keterampilan dasar mengajar secara utuh dan terintegrasi, guru diharapkan mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah sangat penting kalau ia ingin menjadi seorang guru yang profesional, jadi di samping harus menguasai substansi bidang studi yang diampu, keterampilan dasar mengajar juga adalah merupakan keterampilan penunjang untuk keberhasilan dalam proses belajar mengajar.
Menurut hasil penelitian (Turney, 1979), terdapat 8 keterampilan dasar mengajar yang dianggap berperan penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran. Keterampilan yang dimaksud adalah keterampilan:
1. Bertanya
2. Memberi penguatan
3. Mengadakan variasi
4. Menjelaskan
5. Membuka dan menutup pelajaran
6. Membimbing diskusi kelompok kecil
7. Mengelola kelas
8. Mengajar kelompok kecil dan perorangan
BAB II
PEMBAHASAN
a. KETERAMPILAN BERTANYA
Dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh seorang guru tidaklah lepas dari guru memberikan pertanyaan dan murid memberikan jawaban yang diajukan.
Pada kenyataannya di lapangan ada banyak guru yang tidak menguasai teknik-teknik dalam memberikan pertanyaan kepada siswa sehingga banyak pertanyaan tersebut hanya bersifat knowledge saja artinya kebanyakan hanya mengandalkan ingatan.
1. Alasan Perlunya Keterampilan Bertanya
Ada 4 alasan mengapa seorang guru perlu menguasai keterampilan bertanya. Alasan itu antara lain:
Pertama, pada umumnya guru masih cenderung mendominasi kelas dengan metode ceramahnya. Guru masih beranggapan bahwa dia adalah sumber informasi, sedangkan siswa adalah penerima informasi. Oleh karena itu, siswa bersikap pasif dan menerima, tanpa keinginan dan keberanian untuk mempertanyakan hal-hal yang menimbulkan keraguannya. Dengan dikuasainya keterampilan bertanya oleh guru, siswa dapat menjadi lebih aktif, kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bervariasi dan siswa dapat berfungsi sebagai sumber informasi.
Kedua, kebiasaan yang tumbuh dalam masyarakat kita tidak membiasakan anak untuk bertanya sehingga keinginan anak untuk bertanya selalu terpendam. Situasi seperti ini menular ke dalam kelas. Kesempatan bertanya yang diberikan oleh guru tidak banyak dimanfaatkan oleh siswa, sedangkan guru tidak berusaha untuk menggugah keinginan siswa untuk bertanya.
Ketiga, penerapan pendekatan cara belajar siswa aktif (CBSA) dalam kegiatan pembelajaran menuntut keterlibatan siswa secara mental intelektual. Salah satu ciri dari pendekatan ini adalah keberanian siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang memang perlu dipertanyakan. Hal ini hanya mungkin terjadi jika guru sendiri menguasai keterampilan bertanya yang mampu menggugah keinginan siswa untuk bertanya.
Keempat, adanya anggapan bahwa pertanyaan yang diajkukan guru hanya berfungsi untuk menguji pemahaman siswa.
2. Fungsi Pertanyaan
Turney (1979) mengindentifikasi 12 fungsi pertanyaan. Keduabelas fungsi tersebut antara lain:
a) Membangkitkan minat dan keingintahuan siswa tentang suatu topik
b) Memusatkan perhatian pada masalah tertentu
c) Menggalakkan penerapan belajar aktif
d) Merangsang siswa memberikan pertanyaan sendiri
e) Menstrukturkan tugas-tugas hingga kegiatan belajar dapat berlangsung secara maksimal
f) Mendiagnosis kesulitan belajar siswa
g) Mengomunikasikan dan merealisasikan bahwa semua siswa harus terlibat secara aktif dalam pembelajaran
h) Menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mendemonstrasikan pemahamannya tentang informasi yang diberikan
i) Melibatkan siswa dalam memanfaatkan kesimpulan yang dapat mendorong mengembangkan proses berpikir
j) Mengembangkan kebiasaan menanggapi pernyataan teman atau pernyataan guru
k) Memberi kesempatan untuk belajar berdiskusi
l) Membentu siswa menyetakan perasaan dan pikiran yang murni
3. Komponen-Komponen Keterampilan Bertanya
Pada dasarnya keterampilan bertanya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu keterampilan bertanya dasar dan keterampilan bertanya lanjut. Setiap jenis keterampilan bertanya tersebut akan diuraikan lebih terperinci berikut ini:
a) Keterampilan Bertanya Dasar
Keterampilan bertanya dasar terdiri atas 7 komponen. Ketujuh komponen-komponen itu ialah sebagai berikut:
1) pengajuan pertanyaan secara jelas dan singkat. Hal ini bertujuan agar pertanyaan yang diberikan guru mudah dipahami oleh siswa.
2) pemberian acuan, acuan dapat diberikan pada awal pertanyaan maupun sewaktu-waktu saat guru akan memberikan pertanyaan. Acuan tersebut berupa informasi yang perlu diketahui siswa. Hal ini bertujuan sebagai pedoman bagi siswa dalam menjawab pertanyaan.
3) pemusatan, yaitu memfokuskan perhatian siswa agar terpusat pada inti masalah tertentu sesuai dengan pertanyaan.
4) pemindahan giliran, siswa pertama memberikan jawaban, kemudian guru meminta siswa kedua melengkapi jawaban siswa pertama, lalu siswa ketiga dan seterusnya. Hal ini dapat mendorong siswa untuk selalu memperhatikan jawaban yang diberikan temannya serta meningkatkan interaksi antarsiswa.
5) penyebaran, berarti menyebarkan giliran untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Guru menunjukkan pertanyaan kepada seluruh siswa kemudian menyebarkan pertanyaan secara acak sehingga semua siswa siap untuk mendapat giliran.
6) pemberian waktu berpikir, guru mengajukan pertanyaan kemudian menunggu beberapa saat untuk siswa berpikir bar kemudian meminta atau menunjuk siswa untuk menjawab pertanyaan.
7) pemberian tuntunan, agar siswa yang tidak bisa menjawab atau siswa yang bisa menjawab namun tidak sesuai dengan apa yang diharapkan setelah memperoleh tuntunan dari guru siswa tersebut akan mampu memberikan jawaban yang diharapkan.
b) Keterampilan Bertanya Lanjut
Sesuai dengan namanya, penguasaan atas keterampilan bertanya lanjut dibentuk berdasarkan penguasaan keterampilan bertanya dasar. Ini berarti bahwa ketika menerapkan keterampilan bertanya lanjut, guru juga menerapkan atau menggunakan keterampilan bertanya dasar. Komponen keterampilan bertanya lanjut terdiri dari:
1) pengubahan tuntutan kognitif dalam menjawab pertanyaan, guru diharapkan memberikan pertanyaan yang bersifat pemahaman, aplikasi (penerapan), alalisis dan sintesis, evaluasi, dan kreasi. Pertanyaan yang bersifat ingatan hendaknya dibatasi sesuai dengan sifat materi dan karakteristik siswa.
2) pengaturan urutan pertanyaan, agar kemampuan berpikir siswa dapat berkembang secara baik dan wajar. Pertanyaan pada tingkat tertentu hendaknya dimantapkan, kemudian beralih ke tingkat pertanyaan yang lebih tinggi. Hal itu dikarenakan agar tidak membingungkan siswa dan tidak menghambat perkembangan kemampuan berpikir siswa.
3) penggunaan pertanyaan pelacak, hal ini bertujuan agar guru dapat membimbing siswa untuk mengembangkan jawabannya.
4) peningkatan terjadinya interaksi, merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan keterlibatan mental intelektual siswa secara maksimal.
c) Prinsip Penggunaan Keterampilan Bertanya
Dalam menerapkan keterampilan bertanya, guru hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan atau hal-hal yang mempengaruhi keefektifan pertanyaan sebagai berikut:
1) kehangatan dan keantusiasan
Pertanyaan hendaknya diajukan dengan penuh keantusiasan dan kehangatan karena hal ini akan mempengaruhi kesungguhan siswa dalam menjawab pertanyaan.
2) menghindari kebiasaan-kebiasaan berikut:
mengulangi pertanyaan sendiri
Mengulangi pertanyaan sendiri akan membuat siswa tidak memperhatikan pertanyaan pertama sehingga menurunkan perhatian dan partisipasi siswa.
mengulangi jawaban siswa
Mengulangi jawaban siswa yang bertujuan untuk memberikan penguatan sangat baik dilakukan oleh guru. Namun, jika guru terbiasa mengulangi jawaban siswa maka siswa lain tidak akan mendengarkan jawaban temannya karena jawabannya akan diulangi oleh guru.
menjawab pertanyaan sendiri
Guru cenderung menjawab sendiri pertanyaannya kalau siswa tidak ada yang memberikan jawaban. Kebiasaan ini tidak baik karena dapat membuat siswa frustasi dan malas berpikir.
mengajukan pertanyaan yang memancing jawaban serentak
Sebagai satu selingan, guru kadang-kadang mengajukan pertanyaan yang memancing jawaban serentak sehingga kelas menjadi hidup. Namun, kalau hal ini dibiasakan maka akan menurunkan fungsi pertanyaan karena guru tidak tahu siapa yang menjawab dan siswa malas berpikir karena guru tidak meminta jawaban perorangan. Untuk menghindari kebiasaan ini, guru hendaknya menyusun pertanyaan secara baik dengan tingkat kesukaran yang sesuai sehingga siswa tidak mungkin menjawabnya secara serentak.
mengajukan pertanyaan ganda
Pertanyaan yang diberikan oleh guru secara ganda dapat menyebabkan siswa menjadi frustasi karena banyaknya pertanyaan dan pertanyaan-pertanyaan itu dijadikan menjadi satu pertanyaan.
Guru hendaknya memecah pertanyaan menjadi beberapa pertanyaan sehingga siswa yang kurang mampu berpikir dapat memikirkan jawaban dengan tenang dan tidak menjadi frustasi.
menentukan siswa yang akan menjawab pertanyaan
Guru kadang-kadang cenderung menunjuk siswa tertentu untuk menjawab pertanyaan yang akan diajukannya. Hal ini sebaiknya dihindari karena dapat membuat siswa lain tidak memperhatikan pertanyaan guru. Sebaiknya guru mengajukan pertanyakan ke seluruh siswa, menunggu sejenak, kemudian baru menunjuk siswa tertentu untuk menjawabnya.
3) memberikan waktu berpikir
Pada pertanyaan tingkat lanjut, waktu berpikir yang dberikan hendaknya lebih lama dari waktu berpikir yang diberikan ketika menerapkan keterampilan bertanya dasar. Hal ini sangat perlu diperhatikan karena siswa memerlukan waktu yang cukup untuk berpikir dan menyusun jawabannya.
4) mempersiapkan pertanyaan pokok yang akan diajukan
Pertanyaan-pertanyaan pokok yang akan diajukan oleh guru hendaknya disiapkan secara cermat sehingga urutan tingkat kesukaran pertanyaan dapat disusun lebih dahulu dan materi pelajaran dapat dicakup secara tuntas.
5) menilai pertanyaan yang telah diajukan
Pertanyaan-pertanyaan pokok hendaknya dinilai oleh guru setelah pelajaran berlangsung sehingga ketepatan jumlah pertanyaan, tingkat kesukaran, kualitas pertanyaan dalam mengembangkan kemampuan berpikir, dan cakupan materinya dapat diketahui dengan jelas.
Dengan memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan keterampilan bertanya tersebut, diharap guru akan mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa serta meningkatkan keterlibatan mental intelektual siswa melalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya.
b. KETERAMPILAN MEMBERI PENGUATAN
1. Pengertian Dan Tujuan Memberi Penguatan
Penguatan adalah respons yang diberikan terhadap perilaku atau perbuatan yang dianggap baik, yang dapat membuat terulangnya atau meningkatnya perilaku atau perbuatan yang dianggap baik tersebut.
Dalam kegiatan pembelajaran, penguatan mempunyai peran penting dalam meningkatkan keefektifan kegiatan pembelajaran. Pujian atau respons positif guru terhadap perilaku perbuatan siswa yang positif akan membuat siswa merasa senang karena dianggap mempunyai kemampuan. Namun sayangnya, guru sangat jarang memuji perilaku atau perbuatan siswa yang positif. Yang sering terjadi adalah guru menegur atau memberi respons negatif terhadap perbuatan siswa yang negatif. Oleh karena itu, guru perlu melatih diri sehingga terampil dan terbiasa memberikan penguatan.
Dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran, tujuan memberi penguatan adalah untuk:
a. meningkatkan perhatian siswa
b. membangkitkan dan memelihara motivasi siswa
c. memudahkan siswa belajar
d. mengontrol dan memodifikasi tingkah laku siswa serta mendorong munculnya perilaku yang positif
e. menumbuhkan rasa percaya diri pada diri siswa
f. memlihara iklim kelas yang kondusif
2. Komponen Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan pada dasarnya dapat diberikan dalam dua jenis yaitu penguatan verbal dan penguatan nonverbal. Komponen-komponen keterampilan memberikan penguatan yang harus dikuasai oleh guru berkaitan dengan keterampilan menggunakan kedua jenis penguatan tersebut ialah sebagai berikut:
a) Penguatan Verbal
penguatan verbal merupakan penguatan yang paling mudah digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yang dapat diberikan dalam bentuk komentar, pujian, dukungan, pengakuan atau dorongan yang diharapkan dapat meningkatkan tingkah laku dan penampilan siswa. Komentar, pujian, dan sebaganya tersebut dapat diberikan dalam bentuk kata-kata dan kalimat.
b) Penguatan Nonverbal
penguatan nonverbal dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain ialah sebagai berikut:
Mimik dan gerakan badan
Mimik dan gerakan badan seperti senyuman, anggukan, tepukan tangan atau acungan ibu jari dapat mengomunikasikan kepuasan guru terhadap respons siswa, yang tentu saja merupakan penguatan yang sangat berarti bagi siswa.
Gerak mendekati
Gerak mendekati dapat ditunjukkan guru dengan cara melangkah mendekati siswa, berdiri di samping siswa atau kelompok siswa, bahkan dalam situasi tertentu duduk bersama siswa atau kelompok siswa. Tujuan gerak mendekati adalah memberikan perhatian, menunjukkan rasa senang akan pekerjaan siswa, bahkan juga memberi rasa aman kepada siswa.
sentuhan
Sentuhan seperti menepuk-nepuk bahu atau pundak siswa, menjabat tangan siswa atau mengangkat tangan siswa yang menang jika dilakukan dengan tepat dapat merupakan penguatan yang efektif bagi siswa.
kegiatan yang menyenangkan
Pada dasarnya siswa akan menjadi senang jika diberikan kesempatan untuk mengerjakan sesuatu yang menjadi kegemarannya atau sesuatu yang memungkinkan dia berprestasi. Oleh karena itu, kegiatan yang disenangi siswa dapat digunakan sebagai penguatan.
pemberian simbol atau benda
Dalam situasi tertentu, penguatan dapat pula diberikan dalam bentuk simbol atau benda tertentu. Simbol dapat berupa tanda cek (V), komentar tertulis pada buku siswa, berbagai tanda dengan warna tertentu. Sementara itu, benda yang digunakan sebagai penguatan adalah benda-benda kecil yang harganya tidak terlalu mahal, tetapi berarti bagi siswa. Misalnya, kartu bergambar, pensil atau buku tulis, pin atau benda-benda kecil lainnya.
c) Penguatan Tak Penuh
Selain kedua jenis penguatan di atas, ada satu cara pemberian penguatan yang disebut dengan penguatan tak penuh. Sesuai dengan namanya, penguatan tak penuh diberikan untuk jawaban atau respons siswa yang hanya sebagian benar, sedangkan bagian lainnya masih perlu diperbaiki. Untuk itu guru berkata: "Bagian pertama dari jawaban Anda sudah benar, tetapi alasan yang Anda berikan belum mantap". Kemudian guru meminta siswa lain untuk memperbaiki jawaban yang masih perlu diperbaiki tersebut. Dengan cara seperti itu, siswa akan memahami kualitas jawabannya sehingga penguatan yang diberikan guru benar-benar bermakna.
3. Prinsip Penggunaan Keterampilan Memberi Penguatan
Agar penguatan yang diberikan guru dapat berfungsi secara efektif, guru hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip pemberian penguatan sebagai berikut:
a. kehangatan dan keantusiasan
Penguatan yang diberikan guru haruslah disertai dengan kehangatan dan keantusiasan. Kehangatan dan keantusiasan dapat ditunjukkan dengan berbagai cara, misalnya dengan muka/wajah berseri disertai senyuman, suara yang riang penuh dengan perhatian atau sikap yang memberi kesan bahwa penguatan yang diberikan memang sungguh-sungguh. Sebaliknya, penguatan yang diberikan dengan suara lesu, sikap acuh tak acuh, wajah yang murung, tidak akan ada dampak positif bagi siswa, bahkan hanya akan menimbulkan kesan negatif bagi siswa.
b. kebermaknaan
Penguatan yang diberikan guru haruslah bermakna bagi siswa. Artinya, siswa memang merasa terdorong untuk meningkatkan penampilannya.
c. menghindari penggunaan respons negatif
Respons negatif seperti kata-kata kasar, cercaan, hinaa, hukuman atau ejekan dari guru merupakan senjata ampuh yang dapat menghancurkan iklim kelas yang kondusif dan kepribadian siswa sendiri. Oleh karena itu, guru hendaknya menghindari segala jenis respons negatif tersebut.
Di samping ketiga prinsip di atas, dalam meberikan penguatan, guru hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) sasaran penguatan
Sasaran penguatan yang diberikan oleh guru harus jelas. Misalnya memberikan penguatan kepada siswa tertentu, "Maron, karanganmu bagus sekali".
Contoh penguatan kepada kelompok siswa ataupun kepada seluruh siswa secara utuh, "Wah, Ibu bangga benar dengan kedisiplinan kelas 2 ini".
Dengan demikian, setiap penguatan yang diberikan oleh guru harus jelas sasarannya, apakah dituju kepada pribadi tertentu, kepada kelompok kecil siswa atau kepada seluruh siswa.
2) penguatan harus diberikan dengan segera
Agar dampak positif yang diharapkan tidak menurun bahkan hilang penguatan haruslah diberikan segera setelah siswa menunjukkan respons yang diharapkan. Dengan kata lain, tidak ada waktu tunggu antara respons yang ditunjukkan dengan penguatan yang diberikan.
3) variasi dalam penggunaan
Pemberian penguatan haruslah dilakukan dengan variasi yang kaya sehingga dampaknya cukup tinggi bagi siswa yang menerimanya. Penguatan verbal dengan kata-kata yang sama dan terus-menerus akan kehilangan makna hingga tidak berarti apa-apa bagi siswa. Demikian juga penguatan nonverbal yang dilakukan secara terus-menerus akan membosankan dan tidak berdampak apa-apa, bahkan mungkin akan menimbulkan respons negatif, misalnya menjadi bahan tertawaan. Oleh karena itu, guru hendaknya berusaha mencari variasi baru dalam memberi penguatan
C. KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI
1. Pengertian Dan Tujuan
Variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu tidak monoton. Variasi dapat berwujud perubahan-perubahan atau perbedaan-perbedaan yang sengaja diciptakan/dibuat untuk memberikan kesan yang unik. Tanpa variasi hidup ini akan menjadi membosankan.
Variasi dalam kegiatan pembelajaran bertujuan antara lain untuk hal-hal sebagai berikut:
a. menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar
b. meningkatkan motivasi siswa dalam mempelajari sesuatu
c. mengembangkan keinginan siswa untuk mengetahui dan menyelidiki hal-hal baru
d. melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam
e. meningkatkan kadar keaktifan/keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
2. Komponen-Komponen Keterampilan Mengadakan Variasi
Pada dasarnya variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yakni:
Variasi dalam gaya mengajar
Variasi dalam pola interaki
Variasi dalam penggunaan alat bantu pembelajaran
a. Variasi dalam gaya mengajar
Hal-hal yang berkaitan dengan gaya mengajar yang dapat divariasikan oleh seorang guru ialah sebagai berikut:
1) Variasi suara, suara guru dapat dikatakan merupakan faktor yang sangat penting di dalam kelas karena sebagian besar kegiatan kelas akan bersumber dari hal-hal yang disampaikan guru secara lisan.
2) Pemusatan perhatian, yaitu dengan mengucapkan kata-kata tertentu secara khusus disertai isyarat atau gerakan seperlunya. Misalnya, guru mengucapkan, "Jangan lupakan ini!", sambil menggarisbawahi kata-kata yang dimaksud.
3) Kesenyapan, yaitu diam sejenak sambil memandang kepada siswa-siswa yang sedang sibuk sendiri.
4) Mengadakan kontak pandang, merupakan salah satu senjata ampuh bagi guru dalam mengajar dengan tujuan mengecek pemahaman siswa atau memberi perhatian khusus, mencerminkan keakraban hubungan antara guru dan siswa dalam belajar mengajar.
5) Gerakan badan dan mimik, merupakan alat komunikasi yang efektif yang dapat mengkomunikasikan pesan secara lebih efektif dibandingkan dengan ucapan yang bertele-tele.
6) Perubahan dalam posisi guru, harus dilakukan dengan niat tertentu serta terkesan wajar dan tidak dibuat-buat.
b. Variasi dalam pola interaksi
Dilihat dari pengorganisasian siswa, pola interaksi dapat dibedakan menjadi 3 yaitu pola interaksi klasikal, kelompok, dan perorangan. Berikut ini contoh variasi pola interaksi antara lan:
1) kegiatan klasikal
Mendengarkan informasi dan tanya jawab secara klasikal/diskusi klasikal
Demonstrasi oleh guru atau siswa tentang satu keterampilan atau percobaan
Menyaksikan tayangan film, video atau permainan peran yang kemudian diikuti oleh diskusi atau tugas-tugas lain
2) kegiatan kelompok
Mendiskusikan pemecahan suatu masalah
Menyelesaikan suatu proyek. Misalnya laporan tentang suatu kegiatan
Melakukan suatu percobaan/observasi
Melakukan latihan suatu keterampilan
3) kegiatan berpasangan
Merundingkan jawaban pertanyaan yang diajukan secara klasikal
Latihan menggunakan alat tertentu
4) kegiatan perorangan
Membaca atau menelaah suatu materi
Mengerjakan tugas-tugas individual
Melakukan observasi
Melakukan percobaan
Memikirkan penyelesaian suatu masalah
c. Variasi penggunaan alat bantu pembelajaran
Alat dan media pembelajaran merupakan suatu faktor yang penting dalam proses kegiatan pembelajaran. Alat bantu pelajaran dapat divariasikan sesua dengan fungsinya serta variasi kesensitifan indera para siswa. Sebagaimana diketahui ada siswa yang lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan, melihat, meraba, mencium atau diberi kesempatan untuk memanipulasi media/alat bantu yang digunakan. Sesuai dengan variasi tersebut maka variasi penggunaan alat bantu pembelajaran dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Variasi alat bantu pembelajaran yang dapat dilihat
Contohnya: gambar-gambar, diagram, grafik, papan, buletin, slide presentasi, ukiran, peta, globe dan semua alat yang dapat dilihat oleh manusia.
2) Variasi alat bantu pembelajaran yang dapat didengar
Contohnya: rekaman suara binatang, rekaman pidato, rekaman nyanyian, rekaman kuis atau ujian listenning, radio, dll.
3) Variasi alat bantu pembelajaran yang dapat diraba dan dimanipulasi
Contohnya: biji-bijian, binatang kecil yang hidup, patung, alat mainan, alat-alat laboratorium, globe, dll.
d. Prinsip Penggunaan
Agar variasi dapat berfungsi secara efektif, guru perlu memperhatikan prinsip penggunaan sebagai berikut:
1) Variasi yang dibuat harus mengandung maksud tertentu serta sesuai dengan tujuan yang ingin dcapai, karakteristik kemampuan siswa, latar belakang sosial budaya, materi yang sedang disajikan, dan kemampuan guru menciptakan variasi tersebut
2) Variasi harus terjadi secara wajar, tidak berlebihan sehingga tidak mengganggu terjadinya proses belajar
3) Variasi harus berlangsung secara lancar dan berkesinambungan, hingga tidak merusak suasana kelas dan tidak mengganggu jalannya kegiatan belajar
4) Komponen-komponen variasi yang memerlukan pengorganisasian dan perencanaan yang baik perlu dirancang secara cermat dan dicantumkan dalam rencana pembelajaran. Selain itu, perubahan komponen keterampilan mengadakan variasi dapat dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung sesuai dengan balikan yang diterima guru dari siswa selama pembelajaran berlangsung.
D. KETERAMPILAN MENJELASKAN
1. Pengertian Dan Tujuan
Menjelaskan adalah penyajian informasi secara lisan yang diorganisasikan secara sistematik yang bertujuan untuk menunjukkan hubungan, antara sebab akibat, yang diketahui dan yang belum diketahui.
Dari segi etimologis, kata menjelaskan mengandung makna "membuat sesuatu menjadi jelas". Dalam kegiatan terkandung makna pengkajian makna secara sistematis sehingga yang menerima penjelasan memiliki gambaran yang jelas tentang hubungan informasi yang satu dengan informasi lainnya. Misal hubungan informasi baru dengan lama, hubungan sebab akibat, hubungan antara teori dan praktik, atau hubungan antara dalil-dalil dengan contoh.
Kegiatan menjelaskan mempunyai beerapa tujuan. Tujuan-tujuan tersebut antara lain ialah:
a. Membantu siswa memahami berbagai konsep, hukum, dalil, dan sebagainya secara objektif dan bernalar.
b. Membimbing siswa menjawab pertanyaan "mengapa" yang muncul dalam proses pembelajaran.
c. Meningkatkan keterlibatan siswa dalam memecahkan berbagai masalah melalui cara berpikir yang lebih sistematis.
d. Mendapatkan balikan dari siswa tentang tingkat pemahamannya terhadap konsep yang dijelaskan dan untuk mengatasi salah pengertian.
e. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penalaran dalam penyelesaian ketidakpastian.
Sementara itu, penguasaan keterampilan menjelaskan akan memungkinkan guru untuk:
a. Meningkatkan efektivitas pembicaraan di kelas sehingga benar-benar merupakan penjelasan yang bermakna bagi siswa.
b. Memperkirakan tingkat pemahaman siswa terhadap penjelasan yang diberikan.
c. Membantu siswa menggali pengetahuan dari berbagai sumber.
d. Mengatasi kekurangan berbagai sumber belajar.
e. Menggunakan waktu secara efektif.
2. Komponen-Komponen Keterampilan Menjelaskan
Keterampilan memberi penjelasan dapat dikelompokkan menjad dua bagian besar, yaitu:
a. Keterampilan merencanakan penjelasan
Merencanakan isi pesan (materi) pembelajaran, merupakan tahap awal dalam proses menjelaskan. Di dalamnya mencakup: (1) menganalisis masalah yang akan dijelaskan secara keseluruhan termasuk unsur-unsur yang terkait, (2) menetapkan jenis hubungan antara unsur-unsur yang berkaitan tersebut, (3) menelaah hukum, rumus, prinsip atau generalisasi yang mungkin dapat digunakan dalam menjelaskan masalah yang ditentukan.
Menganalisis karakteristik penerimaan pesan, agar guru mampu mengetahui apakah siswanya sudah paham tentang materi yang dijelaskan atau masih belum paham.
b. Keterampilan menyajikan penjelasan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam keterampilan menyajikan penjelasan:
Kejelasan ucapan dalam berbicara, sangat menentukan kualitas suatu penjelasan.
Penggunaan contoh dan ilustrasi, agar penjelasan akan lebih menarik dan mudah dipahami.
Pemberian tekanan, agar siswa lebih menangkap inti permasalahan yang djelaskan.
Balikan, untuk memeriksa pemahaman siswa dengan cara mengajukan pertanyaan atau ekspresi wajah siswa setelah mendengarkan penjelasan guru.
c. Prinsip Penggunaan Keterampilan Menjelaskan
Dalam memberikan penjelasan, guru perlu memperhatikan hal-hal seperti di bawah ini:
1) Memperhatikan kaitan antara yang menjelaskan (guru) dengan yang mendengarkan (siswa) dan bahan yang djelaskan (materi).
2) Penjelasan dapat diberikan pada awal, tengah, dan akhir pelajaran, tergantung dari munculnya kebutuhan akan penjelasan.
3) Penjelasan yang diberikan harus bermakna dan sesuai dengan tujuan pelajaran.
4) Penjelasan dapat disajikan sesuai dengan rencana guru atau bila kebutuhan akan suatu penjelasan muncul dari siswa.
E. KETRAMPILAN MEMBUKA DAN MENUTUP PELAJARAN
1. Pengertian Dan Tujuan
Secara umum keterampilan membuka pelajaran adalah usaha guru dalam memulai kegiatan pembelajaran,sedangkan keterampilan menutup adalah ketrampilan yang berkaitan dengan usaha guru dalam mengakhiri pelajaran.Kegiatan membuka dan menutup pelajaran dapat terjadi beberapa kali selama kegiatan pembelajaran berlangsung.yaitu pada awal dan akhir setiap penggal kegiatan.Misalnya pada satu kegiatan belajar dibahas beberapa topik.Pada awal dan akhir pembahasan setiap topik guru dapat melakukan kegiatan membuka dan menutup pelajaran.Kegiatan yang berkaitan dengan administrasi dan pengelolaan seprti mengisi daftar hadir menyiapkan alat-alat pelajaran atau memeriksa ketersediaan buku – buku pelajaran tidak termasuk kegiatan membuka dan menutup pelajaran.
Tujuan yang ingin dicapai dengan menerapkan keterampilan membuka dan menutup pelajaran adalah :
a. Menyiapkan mental siswa untuk memasuki kegiatan inti pelajaran.
b. Membangkitkan motivasi dan perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran
c. Memberikan gambaran yang jelas tentang batas- batas tugas yang harus dikerjakan siswa.
2. Komponen Keterampilan Membuka Dan menutup Pelajaran.
a. Membuka Pelajaran.
Komponen keterampilan yang dikuasai guru dalam membuka pelajaran adalah sebagai berikut :
1) Menarik perhatian siswa
Menarik perhatian siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain :
Memvariasikan gaya mengajar,
Mengunakan alat-alat bantu mengajar.
Penggunaan pola interaksi yang bervariasi.
2) Menimbulkan motivasi
Salah satu tujuan membuka pelajaran adalah membangkitkan motivasi siswa untuk mempelajari atau memasuki topik/kegiatan yang akan di bahas atau dikerjakan,cara memberikan motivasi ada bermacam-macam cara,diantaranya:
Sikap hangat dan antusias
Menimbulkan rasa ungin tahu.
Mengemukakan ide yang bertentangan.
Memperhatikan minat siswa.
3) Memberi Acuan
Memberi acuan dalam usaha membuka pelajaran bertujuan untuk memberikan gambaran singkat kepada siswa tentang berbagai topik atau kegiatan yang akan di pelajari siswa. Acuan dapat diberikan dengan berbagai cara seperti:
Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas.
Menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan.
Mengigatkan masalah pokok.
Mengajukan pertayaan-pertanyaan.
4) Membuat kaitan.
Salah satu aspek yang membuat pelajaran menjadi bermakna adalah jika pelajaran tersebut dikaitkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.Dalam hal ini guru berusaha mengaitkan materi baru dengan pengetahuan,pengalaman,minat,serta kebutuhan siswa,misalnya meninjau kembali pemahaman siswa tentang aspek-aspek yang telah diketahui dari materi baru yang akan di jelaskan,memberi kaitan materi baru dengan materi yang sudah diketahui siswa atau apabila konsep yang akan dijelaskan terlebih dahulu.
b. Menutup Pelajaran
Kegiatan menutup pelajaran dilakukan pada setiap akahir penggal kegiatan.Agar kegiatan menutup pelajaran dapat berlangsung secara efektif,guru diharapkan menguasai cara menutup pelajaran sebagai bahan sebagai berikut :
1) Meninjau kembali (mereviu)
Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap inti pelajaran,pada akhir penggal kegiatan guru hendaknya melakukan peninjauan kembali tentang penguasaan siswa.Hal ini dapat dilakukan dengan 2 cara,yaitu merangkum dan atau membuat ringkasan inti pelajaran.
a) Merangkum inti pelajaran.
Kegiatan merangkum inti pelajaran pada dasarnya berlangsung selama proses pembelajaran.Misalnya,ketika selesai menjelaskan suatu topik guru meminta siswa merangkum topik yang telah dibahas.
b) Membuat ringkasan
Membuat ringkasan merupakan satu cara untuk memantapkan penguasaan siswa terhadap inti pelajaran.
2) Menilai (mengevaluasi)
Penggal kegiatan atau akhir satu pelajaran dapat ditutup dengan menilai penguasaan siswa tentang pelajaran yang telah dibahas.Penilaian dapat dilakukan dengan cara berikut:
Tanya –jawab secara lisan.
Mendemostrasikan ketrampilan.
Mengaplikasikan ide baru.
Menyatakan pendapat tentang masalah yang di bahas.
Memberikan soal-soal tertulis yang dikerjakan oleh siswa secara tertulis.
3) Memberi tindak lanjut
Agar siswa dapat memantapkan/mengembangkan kemampuan yang baru dipelajari,guru perlu memberikan tindak lanjut yang dapat berupa:
Tugas-tugas dapat dikerjakan secar individual,seperti pekerjaan rumah (PR)
Tugas kelompok untuk merancang sesuatu atau memecahkan masalah berdasarkan konsep yang baru dipelajari.
3. Prinsip-Prinsip Pengunaaan
Penerapan ketrampilan menbuka dan menutup pelajaran harus mengikuti prinsip tertentu.Tanpa memperhatikan prinsip tersebut,kegiatan membuka dan menutup pelajaran tidak akan berlangsung secara efektif.Prinsip itu adalah:
a. Bermakna
Harus bermakana artinya harus relevan dengan materi yang akan dibahas dan disesuaikan dengan karakteristik siswa sehingga mampu mencapai tujuan yang diinginkan,seperti menarik perhatian,meningkatkan motivasi,memberi acuan ,membuat kaitan,mereviu atau menilai.
b. Berurutan dan Berkesinambungan
Membuka dan menutup pelajaran merupakan bagian yang utuh dari kegiatan pembelajaran,dan bukan merupakan kegiatan yang lepas-lepas dan berdiri itu sendiri. Dalam hal ini guru hendaknya berusaha membuat susunan kegiatan yang tepat,yang sesuai dengan minat ,pengalaman,dan kemampuan siswa,serta jelas kaitanya antara yang dengan yang lain.
F. KETERAMPILAN MEMBIMBING DISKUSI KELOMPOK KECIL
1. Definisi Diskusi Kelompok Kecil
Menurut Mulyasa dalam Suwarna (2006:79), "diskusi kelompok adalah suatu proses percakapan yang teratur, yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang bebas dan terbuka, dengan tujuan berbagi informasi/pengalaman, mengambil keputusan atau memecahkan suatu masalah".
Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berfikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa.
Diskusi kelompok kecil mempunyai karakteristik sebagai berikut :
a. Melibatkan kelompok orang yang anggotanya antara 3-9 orang (idealnya 5-9 orang).
b. Berlangsung dalam interaksi secara bebas (tidak ada tekanan dan paksaan ) dan langsung, artinya semua anggota kelompok mendapat kesempatan untuk saling beradu pandang dan saling mendengarkan serta saling berkomunikasi dengan yang lain.
c. Mempunyai tujuan tertentu yang akan dicapai dengan kerjasama antar anggota kelompok.
d. Berlangsung menurut proses yang teratur dan sistematis, menuju suatu kesimpulan.
Dengan memperhatikan keempat karakteristik tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan diskusi kelompok adalah suatu proses pembicaraan yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan tujuan untuk mengambil keputussan atau memecahakan suatu persoalan atau masalah.
Diskusi dalam kegiatan pembelajaran tidak jauh berbeda dengan karakteristik diskusi pada umumnya, seperti yang sudah diuraikan sebelumnya. Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil, ada pimpinan diskusi seperti guru atau salah seorang teman dari siswa dalam kelompok tersebut. Setiap siswa dalam anggota kelompok masing-masing bebas tanpa ada tekanan dari pihak manapun untuk urun rembung, menyumbang pendapat, saran, berbagi pengalaman, untuk menghasilkan kesimpulan bersama atau terpecahkannya masalah yang didiskusikan.
Membimbing kegiatan diskusi dalam pembelajaran merupakan salah satu keterampilan mengajar yang harus dikuasai oleh guru, karena melalui diskusi siswa didorong untuk belajara secara aktif, belajar mengemukakan pendapat, berinteraksi, saling menghargai, dan berlatih bersikap positif. Melalui diskusi peran guru yang dikesankan terlalu mendominasi pembicaraan dengan sendirinya akan hilang. Dengan diskusi siswa dan guru sama-sama aktif, bahkan melalui diskusi dapat memfasilitasi terjadinya proses pembelajaran aktif.
Hasil pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai melalui kegiatan diskusi terutama setiap individu dapat membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda dengan temannya yang lain, membandingkan interpretasi maupun informasi yang diperoleh. Dengan demikian melalui kegiatan diskusi yang dikembanghkan dalam pembelajaran setiap individu siswa dapat saling melengkapi, memperbaiki, sehingga kekurangan-kekurangan dapat dipecahkan.
2. Tujuan dan Manfaat Diskusi
Kegiatan diskusi dalam pembelajaran dilakukan untuk memberi kesempatan kepada siswa membahas suatu permasalahan atau topik dengan cara setiap siswa menagjukan pendapat, saling tukar pemikiran untuk diperoleh kesimpulan bersama dari diskusi yang dilakukannya. Adapun tujuan dan manfaat kegiatan diskusi anatara lain :
a. Memupuk sikap toleransi; yaitu setiap siswa saling menghargai terhadap pendapat yang dikemukakan oleh setiap peserta didik.
b. Memupuk kehidupan demokrasi; yaitu setiap siswa secara bebas dan bertanggung jawab terbiasa mengemukakan pendapat, bertukar fikiran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
c. Memndorong pembelajaran secara aktif; yaitu siswa dalam membahas suatu topik pembelajaran tidak selalu menerima dari guru, akan tetapi melalui kerjasama dalam kelompok diskusi siswa belajar mengembangkan kemmapuan berfikirnya.
d. Menumbuhkan rasa percaya diri; yaitu dengan kebiasaan untuk beragumentasi yang dilakukan antar sesama teman dalam kelompok diskusi, akan mendorong keberanian dan rasa percaya diri mengajukan pendapat maupun mencari solusi pemecahan.
3. Tahap-Tahap Kegiatan diskusi
Diskusi dalam pembelajaran termasuk kedalam salah satu jenis metode pwmbelajaran. Setiap metode pembelajaran termasuk diskusi diarahkan untuk terjadinya proses pembelajaran secara aktif dan efektif dalam rangka mencapai tujuan (kompetensi) pembelajaran. Oleh karena itu agar kegiatan diskusi dapat berjalan dengan lancar, maka dalam pelaksanaannya harus memperhatikan beberapa keterampilan dasar sebagai berikut:
a. Memusatkan perhatian
Selama kegiatan diskusi berlangsung guru senantiasa harus berusaha memusatkan perhatian dan aktivitas pembelajaran siswa pada topik atau permasalahan yang didiskusikan. Dengan demikian apabila terjadi pembicaraan yang menyimpang dari sasaran diskusi, maka pada saat itu pula pimpinan diskusi harus segera meluruskan dan mengingatkan peserta diskusi tentang topik dan sasaran dari diskusi yang sedang dilakukan.
Diskusi sebagai bagian dari aktivitas pembelajaran harus berjalan secara efektif dan efisisen. Salah satu aspek untuk menunjang efektifitas diskusi yaitu apabila kegiatan diskusi tidak terjadi pembicaraan yang menyimpang. Semua pembicaraan harus terfokus pada permasalahan yang sedang dibahas. Oleh karena itu sebelum dan selama proses diskusi harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Merumuskan tujuan diskusi; yaitu rumusan tujuan atau kompetensi secara jelas dan terukur yang harus dimiliki atau dicapai oleh siswa dari kegiatan diskusi yang akan dilakukan.
2) Menetapkan topik atau permasalahan; topik yang didiskusikan diusahakan harus menarik minat, menantang dan memerhatikan tingkat perkembangan siswa. Topik masih bisa dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan. Melalui topik yang dirumuskan tersebut dapat mendorong dan menggugah rasa ingin tahu siswa, sehingga siswa akan secara aktif mencari informasi, belajar, dan memecahkannya.
3) Mengidentifikasi arah pembicaraan yang tidak relevan dan menyimpang dari arah diskusi. Hasil dari identifikasi dapat dijadikan masukan bagi pimpinan diskusi untuk meluruskan pembicaraan, pertanyaan, atau komentar lainnya, sehingga kegiatan diskusi senantiasa terjaga dan terfokus pada masalah diskusi.
4) Merangkum hasil diskusi; rangkuman ini tidak hanya dilakukan pada ahir diskusi, tapi selama proses berlangsung hasil pembicaraan yang inti segera dirangkum, sehingga pada ahir diskusi akan dapat menyimpulkannya secara lengkap dan akurat.
b. Memperjelas masalah atau urunan pendapat
Pada saat diskusi berjalan, kadang-kadang pertanyaan, komentar, pendapat, atau gagasan yang disampaikan peserta diskusi ada kalanya kurang jelas, sehingga jelas mengaburkan pada topik pembahasan kadang-kadang juga menimbulkan ketegangan atau permasalahan baru dalam diskusi. Kejadian ini jangan dibiarkan semakin berkembang, karena akan mengganggu proses dan hasil diskusi itu sendiri.
Oleh karena itu guru atau pimpinan diskusi, harus segera memperjelas terhadap pendapat atau pembicaraan peserta diskusi yang kurang jelas ditangkap oleh peserta diskusi lainnya. Dengan demikian melalui upaya guru atau pimpinan diskusi urun rembug memberikan penjelasan yang diperlukan, maka setiap peserta diskusi akan memiliki persepsi yang sama terhadap ide yang disampaikan oleh anggota kelompok diskusi.
c. Menganilisis pandangan siswa
Perbedaan pendapat dalam diskusi adalah sesuatu yang wajar dan sangat mungkin terjadi. Namun yang harus diperhatikan oleh guru atau pimpinan diskusi adalah bagaimana agar perbedaan tersebut menjadi pendorong dan membimbimng setiap anggota kelompok untuk berpartisipasi secara aktif dan konstruktif terpecahkannya masalah yang didiskusikan.
d. Meningkatkan urunan siswa
Diskusi dalam pembelajaran antara lain adalah untuk melatih kemampuan berfikir siswa, yaitu melalui menyampaikan ide, pendapat, komentar, kritik, dan lain sebagainya. Agar sasaran dari diskusi dapat tercapai yaitu dalam rangja mengembangkan kemmapuan berfikir siswa secara opyimal, maka guru atau pimpinan diskusi harus mendorong setiap anggota diskusi untuk berpikir dan menyampaikan buah fikirannya dalm forum diskusi tersebut.
e. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
Proses dan hasil diskusi harus mencerminkan dari hasil kerja kolektif antar sesama peserta diskusi. Oleh karena itu setiap anggota diskusi harus memiliki kesempatan yang sama untuk menyampaikan ide, pendapat, atau memberikan komentar. Kegiatan diskusi merupakan salah satu contoh penerapan demokrasi dalam pembelajaran, karenanya pimpinan diskusi atau guru harus mampu mengendalikan kegiatan diskusi agar pembicara tidak didominasi oleh sekelompok atau orang-orang tertentu saja.
f. Menutup diskusi
Kegiatan terakhir dari pelaksanaan diskusi adalah ,menutup diskusi. Diskusi dikatakan efektif dan efisien apabila semua peserta diskusi berkesempatan mengemukakan ide atau pikirannya, sehingga setelah berakhirnya dikusi diperoleh kesimpulan sebagai hasil berpikir bersama. Adapun kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh guru atau pimpinan diskusi dalam menutup diskusi antara lain adalah:
1) Membuat rangkuman sebagai kesimpulan atau pokok-pokok pikiran yang dihasilkan dari kegiatan diskusi yang telah dilaksanakan.
2) Menyampaikan beberapa catatan tindak lanjut dari kegiatan diskusi yang telah dilakukan, baik dalam bentuk aplikasi maupun rencana diskusi pada pertemuan berikutnya.
3) Melakukan penilaian terhadap proses maupun hasil diskusi yang telah dilakukan, seperti melalui kegiatan observasi, wawancara, skala sikap dan sebagainya. Penilaian ini berfungsi sebagai umpan balik untuk mengetahui dan memberi pemahaman kepada siswa terhadap peran dan partisipasinya dalam kegiatan diskusi tersebut. Hal ini penting untuk lebih meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran melalui diskusi yang akan dilakukan pada kegiatan berikutnya.
4. Keunggulan Diskusi Kelompok Kecil
Beberapa keuntungan yang dapat diambil dari diskusi kelompok kecil :
a. Kelompok menjadi kaya dengan ide dan informasi untuk mendapatkan hasil yang lebih baik
b. Termotivasi oleh kehadiran teman
c. Mengurangi sifat pemalu
d. Anak merasa terikat untuk melaksanakan keputusan kelompok
e. Meningkatkan pemahaman diri anak
f. Melatih sisa untuk berfikir kritis
g. Melatih siswa untuk mengemukakan pendapatnya
h. Melatih dan mengembangkan jiwa social pada diri siswa
5. Kelemahan Diskusi Kelompok Kecil
a. Waktu belajar lebih panjang
b. Dapat terjadi pemborosan waktu
c. Anak yang pemalu dan pendiam menjadi kurang agresif
d. Dominasi siswa tertentu dalam diskusi
e. Tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran ketika siswa kurang siap mengikuti kegiatan pembelajaran
Semua kekurangan tersebut dapat ditekan dengan rencana yang matang dan keterampilan guru mengarahkan, memberi petunjuk yang jelas, memahami kesulitan siswa, dan membagi perhatian pada semua kelompok.
Diskusi kelompok bermanfaat ganda. Tidak hanya pengetahuan siswa yang bertambah. Diskusi kelompok kecil juga memupuk rasa kebersamaan dan berbagi sesama siswa. Untuk mendapatkan hasil maksimal di dalam diskusi kelompok kecil, ada hal-hal yang harus dihindari oleh guru dalam memimpin diskusi kelompok. Hal-hal yang harus dihindari tersebut adalah :
1) Topik diskusi yang tidak sesuai dengan minat siswa.
2) Terlalu mendominasi diskusi dengan cara mengajukan pertanyaan atau memberikan jawaban yang terlalu banyak.
3) Membiarkan siswa tertentu memonopoli diskusi kelompok.
4) Membiarkan terjadinya pembicaraan yang menyimpang dari topik diskusi atau tidak relevan dengan apa yang sedang dibicarakan.
5) Terlalu sering menginterfensi siswa dengan pertanyaan atau pernyataan yang sebetulnya tidak penting.
6) Tidak memberi waktu yang cukup untuk menyelesaikan masalah dalam rangka mencapai tujuan diskusi.
7) Tidak memperjelas atau tidak mendukung pendapat siswa.
8) Gagal menutup diskusi dengan efektif.
G. KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERORANGAN
Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3- 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa maupun antara siswa dengan siswa.
Ciri-ciri pengajaran kelompok kecil dan perorangan adalah sebagai berikut :
1) Terjadi hubungan ( interaksi) yang akrab dan sehat antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa
2) Siswa belajar sesuai dengan kecepatan, cara, kemempuan, dan minatnya sendiri.
3) Siswa mendapat bantuan dari guru sesuai dengan kebutuhannya.
4) Siswa dilibatkan dalam penentuan cara-cara belajar yang akan ditempuh, materi dan alat yang akan digunakan, dan bahkan tujuan yang ingin dicapai.
5) Peran guru dalam pengajaran kelompok kecil dan perorangan adalah sebagai berikut :
6) Organisator kegiatan pembelajaran
7) Sumber informasi bagi siswa
8) Pendorong bagi siswa untuk belajar / motivator
9) Penyedia materi dan kesempatan belajar bagi siswa
10) Orang yang mendiagnosis kesulitan siswa dan member bantuan yang sesuai dengan kebutuhannya
11) Peserta kegiatan yang memepunyai hak dan kewajuban yang sama dengan peserta lainnya
Prinsip-prinsip membimbing diskusi kelompok kevil atau perorangan :
1) Laksanakan diskusi dalam suasana yang menyenangkan
2) Berikan waktu yang cukup untuk merumuskan dan menjawab permasalahan
3) Rencanakan diskusi kelompok dengan sistematis
4) Bimbinglah dan jadikanlah diri guru sebagai teman dalam diskusi
Komponen katerampilan membimbing diskusi kelompok kecil.
Komponen-komponen penting yang dapat dipelajari guru dalam mengembangkan pembimbingan kelompok kecil adalah :
1) Pemusatan perhatian
2) Memperjelas permasalahan
3) Menganalisis pandangan peserta didik
4) Meningkatkan urunan, pikiran psesrta didik
5) Menyebarkan kesempatan untuk berpartisipasi
6) Mengadakan pendekatan secara pribadi
7) Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran
8) Membimbing dan memudahkan belajar
9) Merencanakan dan melakukan kegiatan pembelajaran
10) Menutup diskusi
Berbagai hal yang harus dihindari guru dalam membimbing diskusi kelompok kecil adalaha :
1) Membiarkan peserta didik mengemukakan pendapat yang tidak ada kaitannya dengan topic pembicaraan
2) Membiarkan diskusi dikuasai/dimonopoli oleh peserta didik tertentu
3) Membiarkan peserta didik tidak aktif
4) Melaksanakan diskusi yang tidak sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik
5) Tidak memberikan kesempatan yang cukup kepada peserta didik untuk memikirkan pemecahan masalah
6) Tidak merumuskan hasil diskusi dan tidak membentuk tindak lanjut
BAB III
PENUTUP
Guru perlu menguasa keterampilan bertanya karena:
1. Guru cenderung mendominasi kelas dengan ceramah.
2. Siswa belum terbiasa mengajukan pertanyaan.
3. Siswa harus dilibatkan secara mental intelektual secara maksimal.
4. Adanya anggapan bahwa pertanyaan hanya berfungsi untuk menguji pemahaman siswa.
Penguatan adalah respons yang dberikan ole guru terhadap perilaku siswa yang baik, yang menyebabkan siswa tersebut terdorong untuk mengulangi atau meningkat perilaku baik tersebut.
Variasi adalah keanekaan yang membuat sesuatu menjadi tidak monoton. Variasi dalam kegiatan pembelajaran dapat menghilangkan kebosanan, meningkatkan minat dan keingintahuan siswa, melayani gaya belajar yang beragam, serta meningkatkan kadar keaktifan siswa.
Keterampilan menjelaskan sangat penting bagi guru karena sebagian besar percakapan guru yang mempunyai pengaruh terhadap pemahaman siswa adalah berupa penjelasan.
DAFTAR PUSTAKA
Anitah, Sri. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Hal: 7.1-7.61