Makalah I nf or med med Conse Consent
Pembimbing : dr. Juliandi Harahap, M.A.
Disusun oleh : Rizky Ramdhani 090100024
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Ilmu Kedokteran Pencegahan / Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan 2014
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini
dengan judul Informed Consent”. Consent”. “
Penulisan makalah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat / Ilmu Kedokteran Pencegahan / Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dokter pembimbing, dr. Juliandi Harahap, M.A., yang telah meluangkan waktunya dan memberikan banyak masukan dalam penyusunan makalah ini sehingga penulis dapat menyelesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan makalah selanjutnya. Semoga makalah makalah ini bermanfaat, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Januari 2014
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR ……………………………………………...
i
…………………………………………………... ...…… …… DAFTAR ISI …………………………………………………
ii
PENDAHULUAN...............................................................
1
1.1. Latar Belakang ................................................ ............................................................. .............
1
1.2. Tujuan ............................................ .................................................................. ............................... .........
2
1.3.Manfaat .............................................. .................................................................... ............................ ......
2
TINJAUAN PUSTAKA ...................................................
3
2.1. 2.1. Definisi Informed Definisi Informed Consent ..................... Consent ........................................... ......................
3
2.2. Bentuk Informed Bentuk Informed Consent ...................... Consent ............................................ ......................
4
2.3. Prinsip Informed Prinsip Informed Consent .................... Consent .......................................... ........................ ..
5
2.4. Fungsi Informed Fungsi Informed Consent .................... Consent .......................................... ......................... ...
6
2.5. Informasi dalam Informed dalam Informed Consent .................... Consent .............................. ..........
7
2.6. Berlakunya Informed Berlakunya Informed Consent ................... Consent ...................................... ...................
9
2.7. Pemberi Persetujuan Informed Persetujuan Informed Consent ................... Consent ....................... ....
10
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN .........................................
14
3.1. Kesimpulan ............................................ .................................................................. ........................
14
3.2. Saran ............................................ .................................................................. .................................. ............
14
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................
15
BAB I
BAB II
LAMPIRAN
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam menjalankan fungsi dan tugasnya Profesi dokter selalu berhubungan dengan nyawa dan tubuh manusia. Hal ini menyebabkan seorang dokter dalam menjalankan tugasnya memiliki risiko yang sangat besar. Apabila tindakan/upaya medis yang dilakukan dokter tidak memenuhi standar atau prosedur medis dan berakibat luka atau matinya pasien, perbuatan tersebut dapat dikategorikan sebagai malpraktek dan dapat dimintakan pertanggungjawaban pidana. Akan tetapi bila standard dan prosedur medis telah dipenuhi, akan tetapi tetap terjadi akibat buruk (luka) pada pasien, perbuatan tersebut bukan malpraktik, tetapi merupakan risiko medis, dan tidak dapat dikenakan tuntutan pidana. 1 Dilihat dari aspek hukum perdata, tindakan medis yang dilakukan oleh dokter merupakan pelaksaan dari perjanjian. Perjanjian antara dokter dengan pasien disebut perjanjian terapeutik . Dalam perjanjian terapeutik ini terdapat kesepakatan yang diberikan oleh pasien yang senantiasa didasarkan pada informasi yang diberikan oleh dokter, atau dikenal dengan nama informed consent . Dewasa ini informed consent menjadi menjadi sangat penting bagi dokter maupun pasien. Hal ini seiring dengan maraknya isu dan kasus permasalahan hukum yang banyak mencuat. Kasus ini ternyata salah satunya disebabkan dise babkan ketidaksempurnaan dalam memberikan informed consent , baik kuantitas maupun kualitas.
2
Informed consent merupakan rekam medis berbentuk surat persetujuan tindakan medis. Rekam medis ini digunakan sebagai pedoman atau perlindungan hukum yang mengikat karena didalamnya terdapat segala catatan tentang tindakan, pelayanan, terapi, waktu terapi, tanda tangan dokter yang merawat, tanda tangan pasien yang bersangkutan, dan lain – lain. Kelengkapan pengisian formulir informed consent sangat perlu diperhatikan sebagai alat pembuktian dalam mengatasi masalah hukum akibat dugaan malpraktik. 3
2
1.2.1. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk lebih mengerti dan memahami hal – hal yang berkaitan dengan informed consent dan untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.
1.2.2. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara umumnya agar dapat lebih mengetahui dan memahami lebih mendalam mengenai informed consent .
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi I nf ormed Conse Consent nt
Secara harfiah, Informed Consent terdiri dari dua kata, yaitu Informed dan Consent . Informed berarti telah mendapat informasi/penjelasan/keterangan. Consent berarti memberi persetujuan atau mengizinkan. Dengan demikian Informed
Consent
itu
merupakan
suatu
persetujuan
yang
diberikan
pasien/keluarga setelah mendapatkan informasi yang cukup.4
Informed Consent juga dapat diartikan diart ikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien. Keluarga terdekat adalah suami atau istri, ayah atau ibu kandung, anak-anak kandung, saudara-saudara kandung atau pengampunya. Tindakan kedokteran adalah suatu tindakan medis berupa preventif, diagnostik, terapeutik atau rehabilitatif yang dilakukan oleh dokter terhadap pasien. 5
Dilihat dari pihak – pihak yang terlibat, pengertian informed consent memuat dua unsur pokok, yakni :
4
Hak pasien untuk dimintai persetujuan bebasnya oleh dokter dal am melakukan kegiatan medis terhadap pasien tersebut, khususnya apabila kegiatan itu memuat kemungkinan risiko yang harus ditanggung oleh pasien.
Kewajiban dokter untuk menghormati hak tersebut dan untuk memberikan informasi seperlunya, sehingga persetujuan bebas dan rasional dapat diberikan oleh pasien. Dalam pengertian “persetujuan bebas” terkandung kemungkinan bagi si pasien untuk menerima atau menolak apa yang ditawarkan dengan disertai penjelasan atau pemberian informasi seperlunya oleh dokter.
4
2.2.
Bentuk I nf ormed Conse Consent nt
Secara umum, ada dua bentuk Persetujuan Tindakan Medik ( Informed ( Informed Consent ) yaitu sebagai berikut :
5
1. Tersirat atau dianggap telah diberikan ( Implied Consent ) Umumnya tindakan yang biasa dilakukan atau sudah diketahui umum misal menyuntik pasien. Bila pasien dalam keadaan gawat darurat ” Emergency” Emergency” memerlukan tindakan segera, sementara pasien dalam keadaan tidak bisa memberikan persetujuan dan keluarganya pun tidak ditempat, maka dokter dapat melakukan tindakan edik terbaik menurut dokter. 2. Dinyatakan ( Expressed Consent ) Yaitu persetujuan dinyatakan secara lisan atau tertulis. Persetujuan secara lisan diperlukan pada tindakan medis yang tidak mengandung risiko tinggi seperti pencabutan kuku, sedangkan persetujuan secara tertulis mutlak diperlukan pada tindakan medis yang mengandung risiko tinggi seperti tindakan pembedahan perlu surat pernyataan dari pasien/keluarga.
Pada umumnya, keharusan adanya Informed Consent secara tertulis yang ditandatangani oleh pasien sebelum dilakukannya tindakan medik tertentu itu, dikarenakan erat kaitannya dengan pendokumentasiannya ke dalam catatan medik ( Medical Medical Record ). ). Dengan demikian, penandatanganan Informed Consent secara tertulis yang dilakukan oleh pasien sebenarnya dimaksudkan sebagai penegasan atau pengukuhan dari persetujuan yang sudah diberikan setelah dokter memberikan penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukannya. 4
Penandatangan Informed Consent secara tertulis dilakukan oleh yang berhak memberikan persetujuan yaitu baik pasien maupun keluarganya, setelah pasien atau keluarganya mendapat informasi yang lengkap. Oleh karena itu, dengan ditandatanganinya Informed Consent secara tertulis tersebut, maka dapat diartikan bahwa pemberi tanda tangan bertanggung jawab dalam menyerahkan sebagian tanggung jawab pasien atas dirinya sendiri kepada dokter yang bersangkutan, beserta risiko yang mungkin mungkin akan dihadapinya. 5
5
2.3.
Prinsip I nf ormed Conse Consent nt
Prinsip informed consent yang mewajibkan dokter untuk meminta persetujuan bebas pasien seraya memberikan informasi yang diperlukan guna dapat mengambil keputusan secara bebas rasional, pada dasarnya berakar pada prinsip hormat terhadap otonomi manusia. Prinsip hormat terhadap otonomi manusia sendiri pada gilirannya merupakan salah satu perwujudan sikap hormat terhadap keluhuran martabat manusia sebagai person sebagai person..4 Fungsi pokok diberlakukannya prinsip informed consent adalah untuk melindungi dan memajukan otonomi pasien sebagai individu manusia. Memang pemberlakuan prinsip itu juga dapat berfungsi sebagai perlindungan pasien dan subyek manusiawi dari kemungkinan tindak sewenang-wenang, penipuan, kekerasan, penyalahgunaan dan pemerasan terselubung yang dilakukan oleh dokter. Dengan demikian informed consent berfungsi consent berfungsi menghindarkan pasien atau subjek manusiawi dari berbagai risiko yang merugikan dirinya. 4 Akan tetapi kesemuanya itu akan lebih dapat dihindarkan kalau otonomi individu manusia dihormati dan dimajukan. Informed consent dimaksudkan agar komunikasi antara seorang pemegang profesi medis dan seorang pasien dapat dilakukan sedemikian rupa sehingga pasien dapat dihindarkan dari situasi ketidaktahuan. Di sini unsur pemberian informasi yang mencukupi dan pemahaman atas informasi yang diberikan tersebut dipandang penting untuk dapat mengambil keputusan secara otonom. 4 Menghormati otonomi manusia dalam hal ini juga berarti mengakui hak pasien untuk mengetahui keadaan dirinya dan untuk mengambil keputusan tentang apa yang akan diperbuat oleh petugas medis terhadap tubuhnya. Tubuh pasien sebagai tubuh manusia tidak boleh diperlakukan melulu sebagai seonggok daging hidup dengan jaringan, organ dan fungsi kerjanya secara biologis. Tubuh pasien adalah bagian integral dari keluhuran martabat pribadinya sebagai manusia, maka perlu diperlakukan dengan hormat. Pasien, walaupun dalam keadaan lemah dan tergantung pada orang lain, tetap mempunyai otonomi atas tubuhnya, sehingga apa yang mau diperbuat atas tubuh tersebut sudah selayaknya kalau mendapat persetujuannya.4
6
2.4.
Fungsi I nf ormed Conse Consent nt
Secara umum, fungsi dari dibuatnya informed consent dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu : 4 a. Fungsi bagi pasien Berfungsi sebagai perlindungan atas hak pasien untuk menentukan diri sendiri. Dalam arti bahwa pasien berhak penuh untuk diterapkannya suatu tindakan medis atau tidak. b. Fungsi bagi dokter Dilihat dari pihak dokter maka informasi dalam proses Informed consent pun consent pun mempunyai fungsi yang tidak kecil. Ada 5 hal pentingnya fungsi informasi bagi dokter, yaitu :
Dapat membantu lancarnya tindakan kedokteran Dengan penyampaian informasi kepada pasien mengenai penyakit, terapi, keuntungan, risiko, dan lain-lain. Dari tindakan medis yang akan dilakukan maka terjalin hubungan yang baik antara dokter dan pasien. Sementara pasien pun akan menentukan hal yang terbaik dengan landasan informasi dokter tadi, sehingga tindakan-tindakan medis pun akan lancar dijalani oleh kedua pihak karena keduanya telah memahami kegunaan semua tindakan medis itu.
Dapat mengurangi timbulnya akibat sampingan dan komplikasi Dengan penyampaian informasi yang baik akan memberi dampak yang baik dalam komunikasi dokter pasien terutama t erutama dalam menerapkan menerap kan terapi. Misal dokter sebelum menyuntik pasien dengan penisilin bertanya, apakah pasien alergi terhadap penisilin? Bila pasien memang alergi maka akibat/risiko yang besar jika terjadi anafilaktik shock dapat dihindari. .
Dapat mempercepat proses pemulihan dan penyembuhan penyakit Sama halnya dengan kelancaran tindakan, maka sebagai akibat adanya pengetahuan dan pemahaman yang cukup dari pasien terhadap tindakan kedokteran
yang
akan
dilakukan,
maka
proses
pemulihan
dan
penyembuhan penyakit akan lebih cepat. Keadaan yang demikian juga jelas akan menguntungkan dokter, dokter, karena dapat mengurangi beban kerja.
7
Dapat meningkatkan mutu pelayanan
Keberhasilan meningkatkan mutu pelayanan disini adalah sebagai akibat dari lancarnya tindakan kedokteran, berkurangnya akibat sampingan dan komplikasi serta cepatnya proses pemulihan dan penyembuhan penyakit. Dapat melindungi dokter dari kemungkinan tuntutan hukum
Perlindungan yang dimaksudkan disini adalah apabila disuatu pihak, tindakan dokter yang dilakukan memang tidak menimbulkan masalah apapun, dan dilain pihak, kalaupun kebetulan sampai menimbulkan masalah, misalnya akibat sampingan dan atau komplikasi, sama sekali tidak ada hubungannya dengan kelalaian dan ataupun kesalahan tindakan (malpractice). malpractice). Timbulnya masalah tersebut semata – mata mata hanya karena berlakunya
prinsip
ketidakpastian
hasil
dari
setiap
tindakan
kedokteran/medis. Dengan perkataan lain, semua tindakan kedokteran yang dilakukan memang telah sesuai dengan standar pelayanan profesi (standar profesi medis) yang telah ditetapkan.
2.5.
Informasi dalam
I nf ormed Cons Conse ent
Bagian yang terpenting dalam Informed Consent adalah mengenai informasi atau penjelasan yang perlu disampaikan kepada pasien atau keluarga. Penjelasan tentang tindakan kedokteran sekurang – sekurang – kurangnya kurangnya harus harus mencakup :
5
Penjelasan tentang diagnosis diagnosis dan keadaan kesehatan pasien dapat dapat meliputi a. Temuan klinis dari hasil pemeriksaan medis hingga saat tersebut; b. Diagnosis penyakit, atau dalam hal belum dapat ditegakkan, maka sekurangkurangnya diagnosis kerja dan diagnosis banding; c. Indikasi atau keadaan klinis pasien yang membutuhkan dilakukannya tindakan kedokteran; d. Prognosis apabila dilakukan tindakan dan apabila tidak dilakukan tindakan.
8
Penjelasan tentang tindakan kedokteran kedokteran yang dilakukan meliputi a. Tujuan tindakan kedokteran yang dapat berupa tujuan preventif, diagnostik, terapeutik, ataupun rehabilitatif. b. Tata cara pelaksanaan tindakan apa yang akan dialami pasien selama dan sesudah tindakan, serta efek samping atau ketidaknyamanan yang mungkin terjadi. c. Alternatif
tindakan
lain
berikut
kelebihan
dan
kekurangannya
dibandingkan dengan tindakan yang direncanakan. d. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi pada masing-masing alternatif tindakan. e. Perluasan tindakan yang mungkin dilakukan untuk mengatasi keadaan darurat akibat risiko dan komplikasi tersebut atau keadaan tak terduga lainnya.
Penjelasan tentang risiko dan komplikasi tindakan kedokteran adalah semua s emua risiko dan komplikasi yang dapat terjadi mengikuti tindakan kedokteran yang dilakukan, kecuali a. risiko dan komplikasi yang sudah menjadi pengetahuan umum b. risiko dan komplikasi yang sangat jarang terjadi atau yang dampaknya sangat ringan c. risiko dan komplikasi yang tidak dapat dibayangkan sebelumnya (unforeseeable) unforeseeable)
Penjelasan tentang prognosis prognosis meliputi a. Prognosis tentang hidup-matinya (ad ( ad vitam); vitam); b. Prognosis tentang fungsinya (ad ( ad functionam); functionam); c. Prognosis tentang kesembuhan (ad ( ad sanationam). sanationam ).
9
2.6.
Berlakunya I nf ormed Cons Conse ent
Sebagaimana diuraikan diatas, Informed diatas, Informed consent adalah adalah pernyataan sepihak pasien atau yang sah mewakilinya yang isinya berupa persetujuan atas rencana tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang diajukan oleh dokter, setelah menerima informasi yang cukup untuk dapat membuat persetujuan atau penolakan. Suatu persetujuan dianggap sah apabila :
6
Pasien telah diberi penjelasan/ informasi
Pasien atau yang sah mewakilinya dalam keadaan cakap (kompeten) untuk memberikan keputusan/persetujuan.
Persetujuan harus diberikan secara sukarela. Ketika dokter mendapat persetujuan tindakan kedokteran, maka harus
diartikan bahwa persetujuan tersebut terbatas pada hal-hal yang telah disetujui. Dokter tidak boleh bertindak melebihi lingkup persetujuan tersebut, kecuali dalam keadaan gawat darurat, yaitu dalam rangka menyelamatkan nyawa pasien atau mencegah kecacatan. Oleh karena itu sangat penting diupayakan agar persetujuan juga mencakup apa yang harus dilakukan jika terjadi peristiwa yang tidak diharapkan dalam pelaksanaan tindakan kedokteran tersebut. 6 Upaya memperoleh persetujuan dapat memerlukan waktu yang lama. Persetujuan pada berbagai keadaan akan berbeda, karena setiap pasien memiliki perhatian dan kebutuhan yang individual. Dan meskipun waktu yang tersedia sedikit, tetap saja tidak ada alasan untuk tidak memperoleh persetujuan. 6 Jika seorang dokter tidak memperoleh persetujuan tindakan kedokteran yang sah, maka dampaknya adalah bahwa dokter tersebut akan dapat mengalami masalah : 6 1. Hukum Pidana Menyentuh atau melakukan tindakan terhadap pasien tanpa persetujuan dapat dikategorikan sebagai “penyerangan” (assault (assault ). ). Hal tersebut dapat menjadi alasan pasien untuk mengadukan dokter ke penyidik polisi, meskipun kasus semacam ini sangat jarang terjadi.
10
2. Hukum Perdata Untuk mengajukan tuntutan atau klaim ganti rugi terhadap dokter, maka pasien harus dapat menunjukkan bahwa dia tidak diperingatkan sebelumnya mengenai hasil akhir tertentu dari tindakan dimaksud - padahal apabila dia telah diperingatkan sebelumnya maka dia tentu tidak akan mau menjalaninya, atau menunjukkan bahwa dokter telah melakukan tindakan tanpa persetujuan (perbuatan melanggar hukum). 3. Pendisiplinan oleh MKDKI Bila MKDKI menerima pengaduan tentang seorang dokter atau dokter gigi yang melakukan hal tersebut, maka MKDKI akan menyidangkannya dan dapat memberikan sanksi disiplin kedokteran, yang dapat berupa teguran hingga rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi.
2.7.
Pemberi Persetujuan
I nf ormed Cons Conse ent
Persetujuan diberikan oleh individu yang kompeten. Ditinjau dari segi usia, maka seseorang dianggap kompeten apabila telah berusia 18 tahun atau lebih atau telah pernah menikah. Alasan hukum yang yang mendasarinya adalah sebagai berikut :
6
Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata maka seseorang yang berumur 21 tahun atau lebih atau telah menikah dianggap sebagai orang dewasa dan oleh karenanya dapat memberikan persetujuan
Berdasarkan UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak maka setiap orang yang berusia 18 tahun atau lebih dianggap sebagai orang yang sudah bukan anak-anak. Dengan demikian mereka dapat diperlakukan sebagaimana orang dewasa yang kompeten
Mereka yang telah berusia 16 tahun tetapi belum 18 tahun memang masih tergolong anak menurut hukum, namun dengan menghargai hak individu untuk berpendapat sebagaimana juga diatur dalam UU No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, maka mereka dapat diperlakukan seperti orang dewasa dan dapat memberikan persetujuan tindakan kedokteran tertentu, khususnya yang tidak berisiko tinggi. Selain itu, persetujuan atau penolakan mereka dapat dibatalkan oleh orang tua atau wali atau penetapan pengadilan.
11
Sebagaimana uraian di atas, setiap orang yang berusia 18 tahun atau lebih dianggap kompeten. Seseorang pasien dengan gangguan jiwa yang berusia 18 tahun atau lebih tidak boleh dianggap tidak kompeten sampai nanti terbukti tidak kompeten dengan pemeriksaan. Sebaliknya, seseorang yang normalnya kompeten, dapat menjadi tidak kompeten sementara sebagai akibat dari nyeri hebat, syok, pengaruh obat tertentu atau keadaan kesehatan fisiknya. Anak-anak berusia 16 tahun atau lebih tetapi di bawah 18 tahun harus menunjukkan kompetensinya dalam memahami sifat dan tujuan suatu tindakan kedokteran yang diajukan. Jadi, kompetensi anak bervariasi – bervariasi – bergantung bergantung kepada usia dan kompleksitas tindakan. 6
Seseorang baru dapat dianggap kompeten untuk dapat memberikan persetujuan, apabila : 6
Mampu memahami informasi yang telah diberikan kepadanya dengan cara yang jelas, menggunakan bahasa yang sederhana dan tanpa istilah yang terlalu teknis.
Mampu mempercayai informasi yang telah diberikan.
Mampu mempertahankan pemahaman informasi tersebut untuk waktu yang cukup lama dan mampu menganalisisnya dan menggunakannya untuk membuat keputusan secara bebas.
Keluarga terdekat atau pengampu umumnya dianggap dapat memberikan persetujuan tindakan kedokteran bagi orang dewasa lain yang tidak kompeten. Yang dimaksud dengan keluarga terdekat adalah suami atau isterinya, orangtua yang sah atau anaknya yang kompeten, dan saudara kandungnya. Sedangkan hubungan kekeluargaan yang lain seperti paman, bibi, kakek, mertua, ipar, menantu, keponakan dan lain-lain tidak dianggap sebagai keluarga terdekat, meskipun mereka pada keadaan tertentu dapat diikutsertakan ke dalam proses pemberian
informasi
ketidaksepakatan
di
dan dalam
pembuatan keluarga,
keputusan. maka
Dalam
dianjurkan
hal agar
terdapat dokter
mempersilahkan mereka untuk bermufakat dan hanya menerima persetujuan atau penolakan yang sudah disepakati bersama. 5
12
Dokter
tidak
dibebani
kewajiban
untuk
membuktikan
hubungan
kekeluargaan pembuat persetujuan dengan pasien, demikian pula penentuan mana yang lebih sah mewakili pasien dalam hal terdapat lebih dari satu isteri atau anak. Dokter berhak memperoleh pernyataan yang benar dari pasien atau keluarganya. 6
Pada pasien yang tidak kompeten yang menghadapi keadaan gawat darurat medis, sedangkan yang sah mewakilinya memberikan persetujuan tidak ditemukan, maka dokter dapat melakukan tindakan kedokteran demi kepentingan terbaik pasien. Dalam hal demikian, penjelasan dapat diberikan kemudian. 5
Anak-anak dianggap tak mampu memberikan keputusan karena sejumlah alasan, seperti ketidakdewasaan mereka, kesulitan untuk memahami tindakan kedokteran, atau dampak dari kondisi mereka. Pada umumnya, seseorang dengan tanggung jawab orang tua (orang tua atau wali) atau pengadilan dapat memberikan keputusan bagi mereka. Jika keputusan penting harus dibuat yang menyangkut tindakan kedokteran yang dapat mempunyai akibat yang permanen, sedangkan terdapat dua orang dengan tanggung jawab orang tua (misalnya ayah dan ibu), maka keduanya harus dimintai pendapatnya. Anak harus selalu dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, misalnya keputusan tentang siapa yang akan tinggal bersamanya pada saat suatu tindakan kedokteran tertentu dilaksanakan.6
Proses dalam mendapatkan persetujuan dari orang tua pasien adalah sama seperti ketika mereka memberikan keputusan untuk mereka sendiri, dengan kata lain, keputusan harus diberikan secara bebas oleh orang yang kompeten yang telah diberikan informasi. Kekuasaan untuk memberi persetujuan tersebut harus digunakan untuk kepentingan terbaik bagi si anak. Demi kepentingan terbaik pasien anak, pengadilan dapat membatalkan penolakan tindakan kedokteran oleh seseorang dalam tanggung jawab orang tua. 6
13
Ada beberapa orang yang dianggap memiliki tanggung jawab sebagai orangtua, yaitu meliputi :
6
a. Orang tua si anak, yaitu apabila si anak lahir sebagai anak dari pasangan suami isteri yang sah. b. Ibu si anak, yaitu apabila si anak lahir dari pasangan yang tidak sah sehingga si anak hanya memiliki hubungan perdata dengan si ibu. c. Wali, orang tua angkat, atau Lembaga Pengasuh yang sah berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2004 tentang Perlindungan Anak. Anak. d. Orang yang secara adat/budaya dianggap sebagai wali si anak, dalam hal tidak terdapat yang memenuhi a, b dan c.
Pada pasien yang kehilangan kapasitasnya untuk memberikan persetujuan tindakan kedokteran, terutama yang disebabkan oleh penyakit yang progresif, dokter sebaiknya mencari kemungkinan adanya pernyataan dimuka atau pesan tentang perlakuan kedokteran yang diinginkannya, yang dinyatakannya saat ia masih kompeten. Syarat - syaratnya antara lain :
6
Pernyataan dimuka atau pesan tersebut dapat berupa serangkaian petunjuk tentang tindakan kedokteran apa yang diinginkan dan yang tidak diinginkan dilakukan terhadap dirinya, atau berupa penunjukan seseorang lain untuk membuat keputusan.
Pernyataan dimuka atau pesan tersebut harus dibuat tertulis oleh pasiennya sendiri atau dalam hal pasien tidak mampu melakukannya sendiri dapat ditulis oleh salah satu keluarganya dan diperkuat dengan dua orang saksi.
Dokter atau sarana pelayanan kesehatan wajib melaksanakan petunjuk di dalam pernyataan dimuka atau pesan tersebut sepanjang tidak melanggar hukum atau sepanjang tidak terdapat bukti bahwa keinginan pasien tersebut telah berubah..
14
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1.
Kesimpulan
Informed Consent terdiri dari dua kata, yaitu Informed berarti telah mendapat informasi/penjelasan/keterangan dan consent yang berarti memberi persetujuan atau mengizinkan. Informed Consent dapat diartikan sebagai persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasi en. Prinsip informed consent yang mewajibkan dokter untuk meminta persetujuan bebas pasien seraya memberikan informasi yang diperlukan guna dapat mengambil keputusan secara bebas rasional, pada dasarnya berakar pada prinsip hormat terhadap otonomi manusia. Prinsip hormat terhadap otonomi manusia sendiri pada gilirannya merupakan salah satu perwujudan sikap hormat terhadap keluhuran martabat manusia sebagai person sebagai person.. Penandatangan informed consent secara tertulis dilakukan oleh yang berhak memberikan persetujuan yaitu baik pasien maupun keluarganya, setelah pasien atau keluarganya mendapat informasi yang lengkap. Oleh karena itu, dengan ditandatanganinya informed consent secara tertulis tersebut, maka dapat diartikan bahwa pemberi tanda tangan bertanggung jawab dalam menyerahkan sebagian tanggung jawab pasien atas dirinya sendiri kepada dokter yang bersangkutan, beserta risiko yang mungkin mungkin akan dihadapinya.
3.2.
Saran
Sebagai seorang dokter hendaknya selalu berhati – hati hati dalam melakukan segala tindakan kedokteran dengan selalu melakukan tindakan yang seharusnya dikerjakan serta tidak melakukan tindakan yang seharusnya tidak perlu dilakukan. Hal lain yang tidak kalah penting adalah selalu meminta persetujuan pasien baik lisan maupun tulisan, lebih baik lagi jika adanya saksi dan dokumentasi, sebelum melakukan tindakan kedokteran kepada pasien untuk menghindari hal – hal hal yang tidak diinginkan dikemudian hari.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasyid, DY. Perbuatan malpraktik dokter dalam perspektif hukum pidana di Indonesia. Indonesia. Didapat dari http://lontar.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-91876.pdf [Diakses 31 Januari 2014] 2. Fatihin, K. 2013. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Mekanisme Pelaksaan Informed Consent di Rumah Sakit Ibrani D.I. Yogyakarta. Yogyakarta . Didapat dari http://digilib.uinsuka.ac.id/9327/1/BAB%20I,%20V,%20DAFTAR%20PUST AKA.pdf [Diakses AKA.pdf [Diakses 31 Januari 2014] 3. Rasmudjito. 2008. Telaah Aspek Hukum Perdata Terhadap Kelengkapan Informed Consent Pada Pasien Operasi di Rumah Sakit dr. Kariadi Semarang .
Didapat
dari
http://eprints.unika.ac.id/1069/1/06.93.0175_Rasmudjito.pdf
[Diakses
31
Januari 2014] 4. Sudarminta J.2001. Informed Consent dan Otonomi Manusia. Manusia . Didapat dari http://www.studiapt.org/docstod0nld/Vol%201%20No%20 http://www.studiapt.org/docstod0nld/Vo l%201%20No%202%20oktober%202 2%20oktober%202 001%20h120-127.pdf [Diakses 001%20h120-127.pdf [Diakses 31 Januari 2014] 5. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran. Didapat dar ihttp://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_permenkes/PMK%20No.%20290 %20ttg%20Persetujuan%20Tindakan%20Kedokteran.pdf [Diakses 31 Januari 2014] 6. Manual
Persetujuan
Tindakan
Kedokteran.
Didapat
dari
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&ca d=rja&sqi=2&ved=0CEYQFjAG&url=http%3A%2F%2Fkars.or.id%2Findex. php%3Foption%3Dcom_docman%26task%3Ddo php%3Foption%3 Dcom_docman%26task%3Ddoc_download%26gid%3 c_download%26gid%3D239 D239 %26Itemid%3D75&ei=2DqUpXJHYaMrQfc8ICACw&usg=AFQjCNEEK329SEftRewzeBAPVdIoCH Q9Fw&bvm=bv.60444564,d.bmk [Diakses Q9Fw&bvm=bv.60444564,d.bmk [Diakses 31 Januari 2014]
16
LAMPIRAN
17