PROGRAM STUDI ILMU MANAJEMENSEKOLAH PASCA SARJANAINSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR2019PROGRAM STUDI ILMU MANAJEMENSEKOLAH PASCA SARJANAINSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR2019MUHAMMAD ICHSAN TAQWAMUHAMMAD ICHSAN TAQWASTRATEGI PENGEMBANGAN UKM INDONESIA DALAM MENGHADAPI PASAR GLOBALSTRATEGI PENGEMBANGAN UKM INDONESIA DALAM MENGHADAPI PASAR GLOBAL
PROGRAM STUDI ILMU MANAJEMEN
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PROGRAM STUDI ILMU MANAJEMEN
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
MUHAMMAD ICHSAN TAQWA
MUHAMMAD ICHSAN TAQWA
STRATEGI PENGEMBANGAN UKM INDONESIA
DALAM MENGHADAPI PASAR GLOBAL
STRATEGI PENGEMBANGAN UKM INDONESIA
DALAM MENGHADAPI PASAR GLOBAL
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN 1
PEMBAHASAN 3
KESIMPULAN 6
DAFTAR PUSTAKA 6
PENDAHULUAN
ASEAN Economic Community atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di bentuk pada Desember 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia dan direalisasikan pada tahun 2015. MEA bertujuan untuk meningkatkan perekonomian dan stabilitas ekonomi di kawasan Asia Tenggara, dan di harapkan dapat mengatasi masalah – masalah ekonomi antar negara ASEAN. MEA mempunyai empat pilar utama yaitu, pasar tunggal dan basis produksi, kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi, kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata, dan kawasan yang terintegrasi penuh dengan ekonomi global. Pilar ke tiga MEA yaitu kawasan dengan pembangunan ekonomi yang merata mempunyai dua elemen, salah satunya adalah pengembangan UKM. Pada elemen ini juga membahas tentang pengembangan UMKM. UMKM adalah singkatan dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang kegiatannya di atur berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2008. Sabirin dan Atem (2016) menyebutkan bahwa Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mempunyai peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan bahwa UMKM berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2011 sebesar 56,6% dan menyerap 97% tenaga kerja nasional. UMKM juga berkontribusi dalam penambahan devisa negara dalam bentuk penerimaan ekspor sebesar 27.700 miliar dan menciptakan peranan sebesar 4,86% terhadap total ekspor. Dengan ini, sudah sewajarnya jika kegiatan UMKM harus tetap diperluas setiap tahunnya.
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu bidang yang memberikan kontribusi yang segnifikan dalam memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan daya serap UKM terhadap tenaga kerja yang sangat besar dan dekat dengan rakyat kecil. Statistik pekerja Indonesia menunjukan bahwa 99,5 % tenaga kerja Indonesia bekerja di bidang UKM (Kurniawan, 2009). Hal ini sepenuhnya disadari oleh pemerintah, sehingga UKM termasuk dalam salah satu fokus program pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia. Kebijakan pemerintah terhadap UKM dituangkan dalam sejumlah Undang-undang dan peraturan pemerintah. Internet marketing adalah proses pembentukan dan pemeliharaan hubungan dengan konsumen melalui kegiatan–kegiatan online dengan memfasilitasi pertukaran ide, produk dan jasa yang memuaskan kedua pihak (Lue, 2009; Omelayenko, 2008). UKM perlu dikembangkan menurut Kurniawan (2009) karena :
UKM menyerap banyak tenaga kerja
UKM memegang peranan penting dalam ekspor nonmigas, yang pada tahun 1990 mencapai US$ 1.031 juta atau menempati rangking kedua setelah ekspor dari kelompok aneka industri.
Adanya urgensi untuk struktur ekonomi yang berbentuk piramida, yang menunjukkan adanya ketimpangan yang lebar antara pemain kecil dan besar dalam ekonomika Indonesia.
Dari alasan pertama di atas jelaslah bahwa dengan adanya UKM dapat mengurangi
tingkat pengangguran yang ada di Indonesia, padahal pengangguran yang tinggi adalahn penyumbang terbesar dalam penyebab terjadinya kemiskinan di Indonesia, demikian juga yang terjadi di propinsi Sumatra Selatan (Sripo, 2010). Banyaknya UKM akan menyebabkan perekonomian yang kuat, karena terbukti bahwa UKM paling tahan terhadap krisis (Kuncoro, 2008).
Untuk menghadapi persaingan di pasar global daya saing UMKM Indonesia masih terlihat lemah. Permasalahan umum yang sering terjadi pada sektor UMKM adalah masih kurangnya modal, sumber daya manusia ahli yang minim, infrastruktur yang buruk, birokrasi yang tidak efisien, dan kurangnya informasi pasar bagi pelaku UMKM untuk mengembangkan pasar mereka. Sudaryanto (2013) mengatakan bahwa UMKM harus dapat menghadapi tantangan global di arus globalisasi dan di tingginya persaingan global. Hal ini perlu dilakukan agar UMKM dapat bersaing dengan produk – produk luar negeri yang sudah banyak beredar di pasar domestik. Mengingat bahwa Indonesia merupakan salah satu anggota ASEAN, maka Indonesia tidak luput dari MEA yang telah direalisasikan pada tahun 2015 lalu. Beberapa kebijakan mengenai perdagangan di buat untuk menstabilkan ekonomi negara – negara anggota ASEAN. Salah satu kebijakan yang tertera pada cetak biru MEA adalah adanya perhatian untuk mendorong perkembangan usaha kecil menengah, Asean Policy Blueprint for SME Development APBSD menjelaskan tentang kerangka kerja untuk mengembangkan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di ASEAN (Tedjasuksmana, 2015). Menteri Ketenaga Kerjaan (Menaker) Hanif Dhakiri mengatakan bahwa pelaku UMKM harus meningkatkan kualitas produk agar dapat bersaing di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Ia juga mengatakan bahwa UMKM harus dapat menguasai ekonomi digital agar dapat mengembangkan pasar penjualan ke luar negeri.
Penelitian yang dihasilkan oleh Kusumaastuti, Asih dan Carmidah (2015) juga mengatakan bahwa perlu adanya bimbingan yang dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah agar UMKM dapat menerapkan manajemen yang adaptif.
Bimbingan yang nantinya diberikan oleh dinas terkait akan sangat membantu pelaku UMKM dalam mengelola keuangan mereka. Untuk saat ini pelaku UMKM Ibu Rohani merupakan pelaku UMKM yang baru akan memulai merubah cara pembuatan laporan keuangan agar dapat sesuai dengan laporan keuangan yang semestinya. Pemerintah telah berupaya meningkatkan akses dan transfer teknologi untuk mengembangkan pelaku UKM inovatif yang antara lain dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sehingga diharapkan akan mampu bersaing dengan pelaku UKM asing. Saat ini, pemasaran produk dan pelayanan perusahaan merupakan proses yang interaktif akibat penggunaan teknologi informasi. Perusahaan tidak hanya menyediakan katalog produk dan promosi di situs-nya, namun situs perusahaan sudah digunakan sebagai sarana untuk berdialog, berdiskusi, dan berkonsultasi dengan konsumen secara online, menampilkan buletin boards, membuat kuesioner elektronik, mailing list, dan koordinasi melalui surat elektronik (Rustono, 2013).
Pelaku bisnis di Indonesia semakin menyadari kekuatan internet dan perangkat digital dalam peningkatan kinerja usahanya (Deloitte, 2015). Situs, media sosial, dan aplikasi mobile messaging merupakan media yang sangat penting bagi pelaku UKM dalam berinteraksi dengan konsumen (Deloitte, 2015). Sebanyak 38% pemilik dan manager bisnis menyatakan bahwa situs merupakan hal yang sangat penting bagi mereka untuk berinteraksi dengan konsumen, sedangkan 32% dan 23% memilih media sosial dan aplikasi mobile messaging dalam berinteraksi dengan konsumen. Lebih lanjut Delloite menyampaikan hasil risetnya terhadap 437 UKM yang tersebar di kota Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Makasar yang menunjukan beberapa keuntungan penggunaan teknologi digital bagi UKM di Indonesia adalah: kenaikan pendapatan hingga 80%, satu setengah kali lebih mungkin untuk meningkatkan kesempatan kerja, 17 kali lebih mungkin untuk menjadi lebih inovatif dan UKM lebih kompetitif secara internasional (Delloite, 2015).
Temuan N. Kaya, (2015) berbeda dari penelitian sebelumnya, dimana strategi kepemimpinan biaya tidak ditemukan hubungan terhadap kinerja UKM dan strategi differensiasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja UKM karena fokus pada produk yang sudah ada dan melakukan proses inovasi untuk mewujudkan differensiasi. Demikian pula Yanney, (2014) menemukan strategi kepemimpinan biaya berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan sementara strategi fokus dan strategi differensiasi tidak memiliki pengaruh yang sama. Selanjutnya Leitner, (2008) menemukan hasil strategi kombinasi berpengaruh positif terhadap ketiga indikator kinerja profitabilitas, pertumbuhan produktifitas dan pertumbuhan omset, namun strategi kepemimpinan biaya dan differensiasi tidak berpengaruh siginifikan terhadap kinerja UKM.
PEMBAHASAN
Pemberdayaan ekonomi rakyat menuntut kesiapan semua pihak yang terkait, untuk terus menerus berusaha meningkatkan kemampuan baik teknis maupun non teknis. Menurut Sri Utami (2013), pada saat ini dan mendatang, pemberdayaan ekonomi rakyat (dalam hal ini UKM) melalui kolaborasi bisnis dengan sistem aliansi strategis yang sehat dan kompetitif merupakan kebutuhan mutlak yang mendasar bagi bangsa Indonesia. Dengan demikian, kegiatan ekonomi dalam masa reformasi ini harus digerakkan oleh ekonomi rakyat yang mencakup UKM termasuk koperasi dan kewirausahaan. Beberapa karakteristik yang paling melekat pada sebagian besar UKM, menurut Tedjasuksmana (2015) antara lain: 1) Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) yang bekerja pada sektor UKM; 2) Rendahnya produktifitas tenaga kerja yang berimbas pada rendahnya gaji dan upah; 3) Kualitas barang yang dihasilkan relatif rendah; 4) Mempekerjakan tenaga kerja wanita lebih besar daripada pria; 5) Lemahnya struktur permodalan dan kurangnya akses untuk menguatkan struktur modal tersebut; 6) Kurangnya inovasi dan adopsi teknologi-teknologi baru, serta 7) Kurangnya akses pemasaran ke pasar yang potensial. 8) Secara kelembagaan belum ada wadah atau forum produk sejenis sehingga saling mendukung proses dan permintaan pasar.
Hasil observasi sebelumnya, Supardal (2013) telah ditemukan bahwa masalah yang dihadapi oleh UMKM cukup komplek. Artinya, faktor internal dan eksternal perlu dikaji secara simultan. Dari sisi internal, masalah yang kompleks pada mulanya adalah ditemukan masalah permodalan, pengembangan produk/desain, selanjutnya produk telah berkembang dijumpai masalah pokok yang baru adalah masalah pemasaran hasil produksi jika tidak dapat dipasarkan jelas akan merugi. Disisi lain, menurut Supardal (2013) ketika pangsa pasar meningkat dan pembeli berkembang, dijumpai lagi masalah yang mendasar yakni ketidaksiapan dan ketidakfisibilitasnya usaha yang dihasilkan, karena pada umumnya industri yang bersangkutan kurang efisien dalam skala produksinya. Artinya, produk yang dihasilkan hanya sedikit (dalam jumlah kecil), sehingga kurang fisibel dan cenderung tidak efisien. Masalah umum dan mendasar yang paling menyolok dijaman modern seperti sekarang ini adalah tuntutan besar dan yang dihasilkan sedikit, sehingga industri ini cenderung tidak efisien.
Indonesia merupakan negara yang memiliki pelaku industri UKM paling banyak, hal ini disebabkan oleh tingginya usia produktif di Indonesia yang tidak berbanding lurus dengan ketersediaan jumlah lapangan pekerjaan, sehingga mendorong orang Indonesia berlomba-lomba menciptakan terobosan untuk meningkatkan daya saing demi memajukan perekonomian masing-masing. Tidak heran semakin banyak bermunculan pelaku usaha sektor industri Usaha Kecil Menengah. Pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di berbagai daerah akan menjadi solusi jitu guna mengatasi kelesuan yang sedang melanda kondisi perekonomian nasional saat ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa UKM atau UMKM memiliki pengaruh yang besar terhadap perekonomian Indonesia. Menurut data dari Asian Development Bank (ADB) Institute tahun 2015, Indonesia merupakan negara yang memiliki kontribusi terbanyak dari SME / UKM terhadap PDB 57,8%, penyerapan tenaga kerja 97,2 %, serta total ekspor 15,8 %. Berbagai program telah dilaksanakan oleh Pemerintah untuk memajukan dan mendorong UKM dan terbukti dari hasil survey Asean SME Policy Index 2014,("Asean SME Policy Index, 2014," 2014) Indonesia memiliki indeks sebesar 4.1. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia memiliki kinerja cukup baik dibandingkan dengan negara-negera lain dalam menerapkan berbagai kebijakan tentang pengembangan UKM.
Pengembangan UKM membutuhkan strategi strategi yang dianggap akan membantu pengembangan UKM. Strategi adalah alat untuk mencapai tujuan (Rangkuti, 2004). Strategi adalah tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelangan di masa depan (Hamel dan Prahalad, 1995). Strategi (strategy) secara eksplisit, yaitu rencana tindakan yang menerangkan tentang alokasi sumber daya serta berbagai aktivitas untuk menghadapi lingkungan, memperoleh keunggulan bersaing, dan mencapai tujuan perusahaan (Daft, 2010). Keunggulan bersaing (competitive advantege) adalah hal yang membedakan suatu perusahaan dari perushaan lain dan memberi ciri khas bagi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan pasar konsumen. Inti perumusan strategi adalah menentukan bagaimana perusahaan kita akan berbeda dengan perusahaan lain. Strategi tentu saja berubah seiring waktu sesuai dengan kondisi lingkungan, namun agar tetap kompetitif m strategi perushaan yang berfokus kepada: Pemanfaatan kompetensi dasar, Mengembangkan sinergi, dan Menciptakan Nilai Bagi Pelanggan (Daft, 2010).
Penelitian yang dihasilkan oleh Kusumaastuti, Asih dan Carmidah (2015) juga mengatakan bahwa perlu adanya bimbingan yang dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah agar UMKM dapat menerapkan manajemen yang adaptif. Bimbingan yang nantinya diberikan oleh dinas terkait akan sangat membantu pelaku UMKM dalam mengelola keuangan mereka. Daya saing pada akhirnya akan menjadi bahan pertimbangan untuk kinerja jangka panjang. Meski demikian, daya saing juga berkaitan dengan faktor yang akan mengarahkan perusahaan untuk bersikap kompetitif untuk mencapai keberhasilan perusahaan. Temtime dan Pansiri (2005) menjelaskan bahwa saat kompetisi atau persaingan mengalami peningkatan, maka entrepreneur atau wirausahawan memerlukan lebih dari sekedar keterampilan dan ilmu pengetahuan dasar untuk mengelola bisnis yang mereka miliki. Secara konvensional, istilah inovasi dapat diartikan sebagai terobosan yang
berkaitan dengan produk–produk baru. Namun seiring dengan perkembangan yang terjadi, pengertian inovasi juga mencakup penerapan gagasan atau proses baru. Inovasi juga dipandang sebagai mekanisme perusahaan dalam beradaptasi dengan lingkungannya yang dinamis. Perubahan–perubahan yang terjadi dalam lingkungan bisnis telah memaksa perusahaan untuk mampu menciptakan pemikiran–pemikiran baru, gagasan-gagasan baru, dan menawarkan produk inovatif. Dengan demikian inovasi semakin memiliki arti penting bukan saja sebagai suatu alat untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan melainkan juga untuk unggul dalam persaingan (Supranoto, 2009). Berdasarkan beberapa hasil penelitian sebelumnya maka dapat dihipotesiskan penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1. Semakin tinggi tekanan kompetisi semakin tinggi kreativitas inovasi UKM
H2. Semakin tinggi tekanan kompetisi semakin tinggi tingkat keunggulan bersaing
Inovasi memungkinkan perusahaan untuk membuat dan menyebarkan kemampuan mereka yang mendukung bisnis dan kinerja jangka panjang (Teece, 2007). Inovasi yang sukses dapat membuat lingkungan external perusahaan lebih sulit meniru dan memungkinkan untuk mempertahankan keunggulan (García-Morales et al, 2006.). Oleh karena itu, inovasi akan mempengaruhi keunggulan kompetitif dan kinerja perusahaan. Dalam kondisi lingkungan yang berubah dengan cepat,, mengatakan bahwa keunggulan bersaing ditentukan oleh kreativitas dan inovasi yang dapat memuaskan keinginan pelanggan secara lebih baik dari pada pesaing. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat dibangun hipotesis sebagai berikut.
H3. Semakin tinggi kreativitas inovasi semakin tinggi keunggulan bersaing UKM
KESIMPULAN
Berdasarkan kajian dan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan sementara bahwa tekanan kompetisi dapat menjadi sebagai prediktor yang kuat dalam menciptakan kreativitas inovasi dan keunggulan bersaing. Namun disisi lain untuk industri kreatif terutama UKM batik tidak selamanya kreativitas inovasi muncul karena tekanan kompetisi atau tekanan pasar tetapi juga disebabkan oleh dorongan pengusaha yang menginginkan produknya unggul dibandingkan pesaing. Pengusaha selalu kreatif menciptakan desain dan gaya baru untuk memenuhi kebutuhan pasar. Hal ini karena pengusaha selalu ingin menjadi leader untuk pasar batik khususnya batik Pekalongan bukan sebagai follower. Untuk itu diperlukan kajian empiris untuk menguji dan membuktikan secara statistik dan menganalisis secara mendalam pengaruh tekanan kompetisi terhadap kreativitas inovasi dan keunggulan bersaing UKM.
Pengembangan UKM juga tidak terlepas dari adanya kemajuan teknologi. pendampingan dalam upaya pembuatan media informasi, sebagai sarana penyimpanan, penataan dan penyajian informasi usaha, yaitu menggunakan Blog atau Weblog. Blog merupakan kumpulan website pribadi yang memungkinkan para pembuatnya menampilkan berbagai jenis isi pada web dengan mudah, seperti karya tulis, kumpulan link internet, dokumen-dokumen (file-file Word, PDF, dll), gambar ataupun multimedia (Mokoginta, D., 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Kurniawan, Didi. 2009. Mengembangkan Ekonomi Kerakyatan dengan Akselerasi Sektor Riil dan UKM. Tersedia [Online] http://didikurniawan.web.id/2009/04/29/mengembangkan-ekonomi-kerakyatan-dengan-akselerasi-sektor-riil-dan-ukm/Diakses tanggal 5 Juni 2010
Omelayenko, Borys and Dieter Fensel. 2008. A Two-Layered Integration Approach forProduct Information in B2B E-commerce. Proceedings of the Second InternationalConference on Electronic Commerce and Web Technologies (EC WEB-2001),Munich, Germany, September 4-6, 2001
Sripo. 2010. 38.044 UKM Serap 163.830 Tenaga Kerja. Harian Umum Sriwijaya Post Tanggal 15 April 2010
Kuncoro, Mudrajad, 2008. Tujuh Tantangan UKM di Tengah Krisis Global. Harian Bisnis Indonesia 21 Oktober 2008. [Online] http://www.mudrajad.com/upload/Tujuh%20Tantangan%20UKM%20di%20Tengah%20Krisis%20Global.pdf/Diakses tanggal 15 Januari 2019
Sabirin, dan Atem. 2016. Menilik Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Kesiapan Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Vol. 1 No. 2, 41 – 50.
Sudaryanto, Ragimun, dan Rahma Rina Wijayanti. 2013. Strategi Pemberdayaan UMKM Menghadapi Pasar Bebas Asean.
Tedjasuksmana, Budianto. 2015. Potret UMKM Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. ISS NO: 1978 – 6522.
Asih, Ega M. ; Carmidah. (2015). Strategi dan Langkahlangkah UMKM dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Purwokerto : Universitas Jendral Soedirman
Rustono. 2013. Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Usaha Kelompok Bisnis Entrepreneur [Online]. Tersedia pada : http://admisibisnis.blogspot.com/2013/12/pemanfaatan-teknologi-informasi-dan.html
Delloite. 2015. UKM Pemicu kemajuan Indonesia : Instrumen pertumbuhan bangsa [Online].Tersediapada:http://www2.deloitte.com/content/dam/Deloitte/id/Documents/finance/id-fas-sme-powering-indonesia-success-report-bahasa-noexp.pdf [15 Januari 2019]
Sri Utami, 2013. Strategi Pengembangan Kolaborasi Bisnis Untuk Meningkatkan Efisiensi dan Cakupan Usaha Dalam Pemberdayaa UMKM di Kota Yogyakarta, Jurnal Penelitian Bappeda Kota Yogyakarta, Edisi April, hal. 70
Tedjasuksmana, Budianto. 2015. Potret UMKM Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. ISS NO: 1978 – 6522
Supardal, 2013. Jejaring UKM Berbasi Produk Sejenis Di Era Global, Proceeding Konferensi Nasional II, hal. 65.
Asean SME Policy Index. 2014. Asean SME Policy Index [Online]. Tersedia pada : http://www.eria.org/Key_Report_FY2012_No.8_prologue.pdf [15 Januari 2019]
Hamel, G dan Prahalad, C, K, 1995. Kompetisi Masa Depan. Jakarta : PT.Bina Rupa Aksara.
Freddy Rangkuti. 2005. Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Richard L Daft. 2010. Era Baru Manajemen. Jakarta: PT.Salemba Empat.
Kusumaastuti, Asih, dan Carmidah. 2015. Strategi Dan Langkah – Langkah UMKM Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
Temtime,Z.T., dan Passiri J. (2005) "Managerial competency and organizational flexibility in small and medium enterprises in Botsawa". Problems dan Perspectives in Management (1), 25-36.
Teece, David J. (2007) "Explicating Dynamic Capabilities: The Nature and Microfoundations of (Sustainable) Enterprise Performance." Strategic Management Journal, 28(13): 1319-1350.
Garcia-Morales. V. J. Llorens-Montes. F.J., (2006) "Antecedent and consequences of organizational innovation and organizational learning in entrepreneurship". Industrial Management dan data system, Vol.106, No.1, pp.21-42.
Mokoginta, D., 2008, BLOG, Diakses pada tanggal 15 Januari 2019 dari World Wide Web: http://www.unej.ac.id/files/pdf2/deydi-blog.pdf.
Nikat Kaya, (2015). Corporate Entrepreneurship, Generic Competitive Strategies, and Firm Performance in Small and Medium-Sized Enterprises, Procedia - Social and Behavioral Sciences 207 ( 2015 ) 662 – 668.
Yanney, J. Parker (2014), Business Strategy and Leadership Style : Impact on Organizational Performance in the Manufacturing Sector of Ghana, American Journal of Industrial and Business Management, 2014, 4, 767-775, http://dx.doi.org/10.4236/ajibm.2014.412083.
Ieittner, C. D. (2008). Does Measuring Intangibles For Management Purposes Improve Performance?: A review of the evidence. Accounting & Business Research, 38(3), 261–272.
ii
44
4
4
33
3
3
1