KETENAGAKERJAAN
Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Hukum dan Etika Bisnis
Oleh :
Nama : Asep Somantri
Nim : 1516.2.012
Jurusan : Manajemen
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
GEMA WIDYA BANGSA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah yang maha Esa atas limpahan rahmat-nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "KETENAGAKERJAAN"
Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, tabiin tabiaatnya dan semoga kepada kita selaku umat akhir zamanya amin.
Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat, khususnya bagi penulis, dan umunya bagi kita semua, penulis menyadari bahawa makalah ini masih banyak kekurangan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca semuanya demi perbaikan kearah yang lebih baik.
Bandung, 3 November 2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 2
Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1. Pengertian Ketenagakerjaan 3
2.2. Pengertian dan Jenis-Jenis Pengangguran 6
2.3. Dampak Dari Adanya Pengangguran 10
2.4. Cara Mengatasi Pengangguran 12
2.5. Upah dan Sistem Upah di Indonesia 16
BAB III PENUTUP 21
3.1. Saran 21
3.2. Kesimpulan 21
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 225 juta jiwa, menjadikan negara ini negara dengan penduduk terpadat ke-4 di dunia. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia sekarang ini sudah mencapai kondisi yang cukup memprihatinkan ditandai dengan jumlah penganggur dan setengah penganggur yang besar, pendapatan yang relatif rendah dan kurang merata. Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara - negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia. Masalah ketenagakerjaan, pengangguran, dan kemiskinan Indonesia sudah menjadi masalah pokok bangsa ini dan membutuhkan penanganan segera supaya tidak semakin membelit dan menghalangi langkah Indonesia untuk menjadi mengara yang lebih maju.
Kondisi pengangguran dan setengah pengangguran yang tinggi merupakan pemborosan sumber daya dan potensi yang ada, menjadi beban keluarga dan masyarakat, sumber utama kemiskinan, dapat mendorong peningkatan keresahan sosial dan kriminal dan dapat menghambat pembangunan dalam jangka panjang.
Permasalahan pengangguran dan setengah pengguran ini merupakan persoalan serius karena dapat menyebabkan tingkat pendapatan Nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi maksimal. Untuk itu perlu adanya upaya untuk menanggulangi masalah ketenagakerjaan yang berkaitan dengan banyaknya jumlah pengangguran.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Apa Itu Ketenagakerjaan ?
1.2.2. Sebutkan dan Jelaskan Apa Yang Dimaksud dengan Pengangguran ?
1.2.3. Sebutkan Dampak Pengangguran ?
1.2.4. Bagaimana Cara Mengatasi Pengangguran?
1.2.5. Sebutkan dan Jelaskan Sistem Upah Yang Berlaku di Indonesia?
1.3 Tujuan
1.3.1. Mengetahui Pengertian Ketenagakerjaan
1.3.2. Mengetahui Pengertian dan Jenis-Jenis Pengangguran
1.3.3. Mengetahui Dampak Dari Adanya Pengangguran
1.3.4. Mengetahui Cara Mengatasi Pengangguran
1.3.5. Mengetahui Upah dan Sistem Upah Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Ketenagakerjaan
Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun.
Tenaga kerja (manpower) dipilah pula kedalam dua kelompok yaitu angkatan kerja (labor force) dan bukan angkatan kerja. Yang termasuk angkatan kerja ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja, atau yang memepunyai pekerjaan namun untuk sementara tidak bekerja, dan yang mencari pekerjaan. Sedangkan yang termasuk bukan angkatan kerja (bukan termasuk angkat keraja) ialah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang tidak bekerja, tidak memepunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan, yakni orang-orang yang kegiatanya bersekolah (pelajar mahasiswa) mengurus rumah tangga ( maksudnya ibu-ibu yang bukan wanita karir) serta menerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung atas jasa kerjanya (pensiunan, penderita ccacat yang dependen).
PENDUDUK
PENDUDUK
B. Bukan tenaga kerja ( berusia < 10 tahun )Tenaga kerja – Manpower (berusia > 10 tahun)Angkatan kerja – Labour force Pekerja – work forcePenganggurBukan angkatan kerja Pelajar dan mahsiswa Pengurus rumah tangga Penerima pendapatan lain
B. Bukan tenaga kerja ( berusia < 10 tahun )
Tenaga kerja – Manpower (berusia > 10 tahun)
Angkatan kerja – Labour force
Pekerja – work force
Penganggur
Bukan angkatan kerja
Pelajar dan mahsiswa
Pengurus rumah tangga
Penerima pendapatan lain
Gambar 1. Pemilihan penduduk berdasarkan pendekatan angkatan kerja
Konsep pemilah-milahan penduduk seperti di atas di sebut pendekatan angkatan kerja (labour force approach) di perkenalkan oleh international labour organization (ILO). Banyak negara berkembang menerapkan pendekatan ini. Biro pusat statistik juga menerapkan untuk memetakan dan menganalisis ketenagakerjaan di tanah air. Alternatif bagi pendekatan ini ialah pendekatan pemanfaatan tenaga kerja.
Menurut pengertian ini, setiap orang yang mampu bekerja disebut sebagai tenaga kerja. Ada banyak pendapat mengenai usia dari para tenaga kerja ini, ada yang menyebutkan di atas 17 tahun ada pula yang menyebutkan di atas 20 tahun, bahkan ada yang menyebutkan di atas 7 tahun karena anak-anak jalanan sudah termasuk tenaga kerja.
Pengertian ketenagakerjaan menurut para ahli sebagai berikut :
Menurut UU No. 13 tahun 2003 Tentang ketenagakerjaan
Memahami ketenagakerjaan adalah setiap orang yang mampu bekerja untuk menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan baik diri mereka sendiri dan masyarakat banyak.
Menurut UU Pokok ketenagakerjaan No 14 tahun 1969
Ketenagakerjaan adalah siapa saja orang yang mampu baik di dalam ataupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat banyak, dalam hubungan ini, pembentukan tenaga kerja adalah evektivits kemampuan untuk melakukan pekerjaan itu.
Menurut Dr. A Hamzah SH
Tenaga kerja termasuk kerja di dalam atau diluar hubungan kerja dengan peralatan produksi proser itu sendiri baik kekuatan fisik dan pikiran.
Menurut Alam S
Tenaga kerja adalah penduduk berusia 15 tahun ke atas untuk negara-negara berkembang seperti indonesia, sedangkan di negara-negara maju anatara 15 dan 64 tahun.
Berdasarkan penduduknya
Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun.
Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun. Contoh kelompok ini adalah para pensiunan, para lansia (lanjut usia) dan anak-anak.
Berdasarkan batas kerja
Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang, sekitar tiga perempat penduduk indonesia termasuk di dalam batas usia kerja. Dengan kata lain, seperempat penduduk tidak tergolong sebagai tenaga kerja karena belum berumur 10 tahun. Pada tahun 1993 jumlah tenaga kerja tercatat sebanyak 143,8 juta orang. Tidak semua dari jumlah ini tergolong sebagai angkatan kerja, yaitu mereka yang kegiatanya bersekolah, mengurus rumah tangga, serta menerima pendapatan tapi bukan sebagai balas jasa langsung ata kerjanya.
Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun ke atas yang kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya. Contoh kelompok ini adalah:
Anak sekolah dan mahasiswa
Para ibu rumah tangga dan orang cacat, dan
Para pengangguran sukarela
Berdasarkan kualitasnya
Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan nonformal. Contohnya: pengacara, dokter, guru, dan lain-lain.
Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerjayang memiliki keahlian dalam bidang tertentudengan melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini dibutuhkan latihan secara berulang-ulang sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut. Contohnya: apoteker, ahli bedah, mekanik, dan lain-lain.
Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja. Contoh: kuli, buruh angkut, pembantu rumah tangga, dan sebagainya
2.2. Pengertian Dan Jenis-Jenis Pengangguran
Pengangguran (unemployment) terjadi apabila jumlah tenaga kerja yang ditawarkan lebih besar daripada jumlah tenaga kerja yang diminta. Dengan kata lain, jumlah yang mencari pekerjaan lebih banyak daripada kesempatan kerja yang tersedia. Selain itu pengangguran dapat juga diartikan orang yang termasuk dalam angkatan kerja yang sedang berusaha menemukan atau mencari pekerjaan dan belum mendapatkan pekerjaan tersebut. Yang termasuk dalam angkatan kerja yaitu 15 sampai 64 tahun yang merupakan golongan angkatan kerja.
Dalam pengertian ekonomi, yang disebut sebagai pengangguran adalah mereka berusaha mencari pekerjaan, tetapi tidak atau belum mendapatkan pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Kondisi kesempatan kerja penuh (full employment) tercapai bila semua tenaga kerja yang mencari pekerjaan telah mendapatkan pekerjaan kerja pada tingkat upah yang berlaku.
Jenis-Jenis Pengangguran
a. Berdasarkan Sebab terjadinya
Jenis pengangguran dibedakan berdasarkan sebab terjadinya, terdiri atas 4 jenis yaitu sebagai berikut.
1) Pengangguran Siklikal (Cyclical Unemployment)
Pengangguran Siklikal ini terjadi sebagai akibat maju mundurnya perekonomian di suatu negara. Pada saat perekonomian mengalami kemunduran, daya beli masyarakat menurun, akibatnya barang berhenti di gudang karena penjualan merosot dan perusahaan mengurangi kegiatan produksinya. Dampak dari pengurangan kegiatan produksi adalah para pekerja turut diberhentikan dari pekerjaannya.
2) Pengangguran Struktural
Pengangguran struktural terjadi karena perubahan struktur perekonomian. perubahan struktur tersebut memerlukan keterampilan baru agar dapat menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut. Contohnya yaitu awalnya merupakan sektor pertanian mengalami peralihan menjadi sektor industri sehingga banyak tenaga kerja yang semula bekerja di sektor pertanian terpaksa menganggur. Peralihan tenaga kerja dari sektor pertanian menjadi tenaga kerja di sektor industri memerlukan penyesuaian keterampilan dan keahlian sehingga tenaga kerja yang berasal dari sektor pertanian harus dididik terlebih dahulu.
3) Pengangguran Friksional
Pengangguran friksional merupakan perekonomian yang mencapai kondisi full employment saat jumlah penganggur yang ada tidak melebihi 4%. Pengangguran ini terjadi karena adanya kesulitan temporer dalam mempertemukan pemberi kerja dengan pencari kerja.
Pengangguran friksional juga terjadi karena faktor jarak dan kurangnya informasi. Pelamar tidak mengetahui di mana lowongan dan pengusaha juga tidak mengetahui di mana tersedia tenaga kerja yang memenuhi syarat. Secara umum penganggurang friksional tidak dapat dihindari. Namun, waktu pengangguran dapat dipersingkat dengan penyediaan informasi kerja yang lengkap.
4) Pengangguran Teknologi
Pengangguran ini disebabkan oleh adanya penggantian tenaga kerja manusia dengan mesin/peralatan canggih sebagai akibat dari kemajuan teknologi sehingga mengakibatkan penerimaan tenaga kerja manusia semakin menurun akibat didominasi oleh penggunaan mesin atau peralatan yang canggih dalam menjalankan proses produksi.Munculnya berbagai peralatan canggih sangat membantu manusia dalam menyelesaikan berbagai pekerjaannya.
Misalnya, penggunaan forklift di suatu pabrik. Keberadaan alat ini dapat menyelesaikan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh beberapa tenaga kerja sekaligus sehingga dampak yang timbul adalah berkurangnya jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan dan digantikan oleh alat tersebut. Selanjutnya, bila tidak tersedia cukup lapangan kerja maka tenaga kerja yang tergantikan tersebut akan menganggur.
b. Menurut Lama Waktu Kerja
1) Pengangguran Terbuka
Pengangguran terbuka adalah keadaan orang yang sama sekali tidak bekerja dan sedang berusaha mencari pekerjaan. Tenaga kerja yang sepenuhnya menganggur ini biasanya memiliki produktivitas marginal sama dengan nol, bahkan dapat pula negatif. Kondisi ini terjadi karena beberapa hal berikut ini:
a)Lapangan kerja tidak tersedia.
b)Ketidakcocokan antara kesempatan kerja dengan latar belakang pendidikan.
Data berikut ini menampilkan jumlah penganggur terbuka menurut pulau, kota, dan desa, menurut golongan umur di kota dan desa, serta menurut penduduk pendidikan dan jenis kelamin.
2) Pengangguran tidak sepenuh waktu
Negara berkembang seringkali tidak hanya memiliki tenaga yang menganggur sepenuhnya, tetapi juga memiliki tenaga kerja yang tidak sepenuh waktu menganggur atau disebut setengah menganggur. Pengangguran semacam ini dapat diketahui bila kita memindahkan sejumlah tenaga kerja dari suatu pekerjaan (misalnya dari sektor pertanian) ke pekerjaan yang lain, (misalnya sektor industri), dan ternyata pemindahan tenaga kerja itu tidak mengurangi produksi dari sektor pertanian tersebut. Ini berarti pada sektor pertanian terdapat pengangguran yang tidak sepenuhnya waktu (under employment).
3) Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment)
Salah satu bentuk dari under employment adalah yang disebut pengangguran terselubung. Pengangguran ini dapat terjadi karena ketidaksesuaian antara pekerjaan dengan potensi dan bakat serta kemampuan. Ketidakcocokan ini akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja yang rendah.
4) Pengangguran Musiman
Pergantian musim dapat berperan sebagai salah satu faktor penyebab pengangguran. Misalnya, di sektor pertanian setelah habis panen sampai musim tanam berikutnya tidak ada pekerjaan. Petani ini disebut penganggur musiman. Juga pada saat tidak boleh menangkap ikan di wilayah Maluku dan Papua para nelayan banyak yang menganggur.
2.3. Dampak Dari Adanya Pengangguran
Pengangguran, merupakan hal yang seringkali kita dengar, banyak sekali pengangguran yang ada di sekitar kita yang berasal dari berbagai jenjang pendidikan, pendidikan yang tinggi tidak menjamin seseorang langsung akan mendapatkan pekerjaan, apalagi pekerjaan yang sesuai dengan keinginan. Dampak dan cara mengatasi pengangguran tersebut bisa diupayakan dalam segi ekonomi serta segi lingkungan. Pengangguran dapam memberikan dampak kepada negara sehingga terkesan kurang baik.
Masalah pengangguran seringkali dikaitkan dengan pemerintahan yang kurang baik karena dituding tidak memperhatikan pengangguran, namun sebenarnya pengangguran sendiri terjadi karena banyak diantara kita yang lebih memilih bersantai-santai serta tidak mau berusaha, sehingga pengangguran yang terjadi disuatu negara bukan saja salah pemerintah tetapi juga kesalahan dari individunya sendiri. Adapun Dampak dan cara mengatasi pengangguran akan penulis bahas pada makalah ini, berikut ulasannya. Pengangguran dapat berdampak pada segi perekonomian serta kehidupan sosial masyarakat disuatu negara. Penganggguran dapat menurunkan pertumbuhan perekonomian suatu negara dan dapat menurunkan tingkat kesejahteraan dari masyarakatnya.
Berikut dampak yang ditimbulkan oleh pengangguran dalam segi perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat:
1) Menurunkan aktivitas perekonomian suatu negara, karena semakin tingginya tingkat pengangguran didalam suatu negara akan menurunkan daya beli produksi dialam perekonomian, hal ini dikarenakan seseorang yang menggagur harus mengurangi persentase konsumsinya untuk menghemat biaya hidup yang ditanggungnya. Saat daya beli dari masyarakat menurun maka secara otomatis permintaan barang dan jasa juga akan menurun. Hal ini dapat mengakibatkan para pengusahaan. mengalami kerugian dan investor tidak lagi bergairah untuk melakukan perluasan dan pendirian cabang dari industri-industri baru sehingga dapat membuat aktivitas perekonomian suatu negara menjadi turun.
2) Menurunkan pendapatan perkapita serta pertumbuhan ekonomi suatu negara, hal ini dikarenakan penganggur berarti tidak sedang melakukan apa-apa dan tidak dan menghasilkan suatu barang dan jasa. Jika penggaur yang ada disuatu negara tinggi makan produk yang dihasilkan akan menurun dan hal tersebut akan menyebabkan turunnya pertumbuhan ekonomi sekaligus pendapatan per kapita suatu negara.
3) Meningkatkan biaya sosial, seperti yang kita tahu orang yang bekerja akan mendapatkan upah, namun upah tersebut akan dipotok pajak dan lain-lain. Pajak ini nanatinya akan digunakan untuk kebutuhan kemakmuran rakyat suatu negara. Jika pengangguran yang ada didalam sebuah negara sangat tinggi maka biaya sosial yang harus dikeluarkan oleh negara juga akan tinggi, jika hal tersebut tidak mencukupi nantinya akan berdampak pada meningkatnya tindak kriminalitas yang akan dilakukan oleh para penganggur demi memenuhi biaya sosialnya. Apalagi jika ada demonstrasi yang dilakukan oleh pengangur, hal tersebut membuat pemerintah mengeluarkan biaya ekstra untuk memperbaiki dan merenovasi beberapa tempat yang rusak akibat demonstrasi.
Sebagai solusi pengangguran berbagai strategi dan kebijakan dapat ditempuh, yaitu :
Pemerintah memberikan bantuan wawasan, pengetahuan dan kemampuan jiwa kewirausahaan kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) berupa bimbingan teknis dan manajemen memberikan bantuan modal lunak jangka panjang, perluasan pasar. Serta pemberian fasilitas khusus agar dapat tumbuh secara mandiri dan andal bersaing di bidangnya. Mendorong terbentuknya kelompok usaha bersama dan lingkungan usaha yang menunjang dan mendorong
Terwujudnya pengusaha kecil dan menengah yang mampu mengembangkan usaha, menguasai teknologi dan informasi pasar dan peningkatan pola kemitraan UKM dengan BUMN, BUMD, BUMS dan pihak lainnya.
Melakukan pembenahan, pembangunan dan pengembangan kawasan-kawasan, khususnya daerah yang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas transportasi dan komunikasi. Ini akan membuka lapangan kerja bagi para penganggur di berbagai jenis maupun tingkatan. Harapan akan berkembangnya potensi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) baik potensi sumber daya alam, sumber daya manusia.
Membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan penganggur. Seperti PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT Jamsostek) Dengan membangun lembaga itu, setiap penganggur di Indonesia akan terdata dengan baik dan mendapat perhatian khusus. Secara teknis dan rinci.
Menyederhanakan perizinan dan peningkatan keamanan karena terlalu banyak jenis perizinan yang menghambat investasi baik Penanamaan Modal Asing maupun Penanaman Modal Dalam Negeri. Hal itu perlu segera dibahas dan disederhanakan sehingga merangsang pertumbuhan iklim investasi yang kondusif untuk menciptakan lapangan kerja.
Mengembangkan sektor pariwisata dan kebudayaan Indonesia (khususnya daerah-daerah yang belum tergali potensiny dengan melakukan promosi-promosi keberbagai negara untuk menarik para wisatawan asing, mengundang para investor untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan dan pengembangan kepariwisataan dan kebudayaan yang nantinya akan banyak menyerap tenaga kerja daerah setempat.
2.4. Cara Mengatasi Pengangguran
Dari data-data ketenagakerjaan dapat di ketahui dan dihitung berbagai konsep yang berkaitan dengan tingkat pengerjaan dan tingkat pengangguran, konsep-konsep di maksud adalah tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) tingkat pengerjaan (employment) dan tingkat pengangguran (unemployment rate). Angka-angka semacam ini berguna untuk mengenali situasi yang berlangsung di pasar kerja. Pemahaman tentang situasi pasar kerja berguna bukan saja untuk perumusan kebijaksanaan ketenagakerjaan dan penciptaan kesempatan kerja. Akan tetapi juga bagi perumusan kebijaksanaan kependudukan dan sumber daya manusia secara keseluruhan.
TPAK =
Jumlah angkatan kerja
X 100%
Jumlah tenaga kerja
Tingkat Pengerjaan =
Jumlah kerja
X 100%
Jumlah tenaga kerja
Tingkat Pengangguran =
Jumlah angkatan kerja
X 100%
Jumlah tenaga kerja
Tingkat Pengerjaan +
Tingkat Pengangguran = 1
Cara-cara mengatasinya yang disesuaikan dengan jenis pengangguran yang terjadi, yaitu sebagai berikut:
Mengatasi Pengangguran Struktural
Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja.Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke tempat dan sektor ekonomi yang kekurangan.Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan Segera mendirikan industri padat karya di wilayah yang mengalami pengangguran.
Mengatasi Pengangguran Friksional
Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang bersifat padat karya. Deregulasi dan debirokratisasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi baru. Menggalakkan pengembangan sektor informal, seperti home industry. Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan sektor formal lainnya. Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya, PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk merangsang investasi baru dari kalangan swasta.
Mengatasi Pengangguran Musiman
Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain.Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.
Mengatasi Pengangguran Siklis
Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa. Meningkatkan daya beli masyarakat.
Pendidikan gratis bagi yang kurang mampu. Salah satu penyebab pengangguran adalah rendahnya tingkat pendidikan seseorang, sehingga ia tidak memiliki pengetahuan yang cukup dan susah untuk mendapatkan pekerjaan. Pemerintah sebaiknya menyediakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak sehingga dapat membantu untuk mengurangi tingkat pengangguran. Tak hanya pemerintah, masyarakat pun dihimbau untuk dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi orang lain. Mendirikan tempat-tempat pelatihan keterampilan, misalnya kursus menjahit, pelatihan membuat kerajinan tangan, atau BLK (Balai Latihan Kerja) yang didirikan di banyak daerah. Hal ini juga termasuk cara mengatasi pengangguran, sehingga orang yang tidak berpendidikan tinggi pun bisa bekerja dengan modal keterampilan yang sudah mereka miliki.
Pemerintah diharapkan mendirikan suatu lembaga bantuan kredit atau langsung bekerja sama dengan bank-bank tertentu untuk memberikan kredit pada masyarakat yang kurang mampu. Kredit tersebut diharapkan dapat membantu mereka untuk mendirikan suatu usaha, misalnya UKM atau sejenisnya. Sebagai antisipasi, pelajar perlu diberi pendidikan non formal. Pendidikan non formal bisa berupa keterampilan khusus, kemampuan berkomunikasi atau peningkatan EQ, serta diarahkan untuk menjadi lulusan sekolah yang mempu menciptakan suatu lapangan pekerjaan. Bukan semata-mata sebagai lulusan sekolah yang hanya bisa melamar pekerjaan. Itulah beberapa contoh cara mengatasi pengangguran yang menjadi salah satu masalah besar di Indonesia. Pengangguran adalah hal buruk yang harus segera diatasi di Indonesia, agar segala dampak negatifnya pun bisa dihindari.
Negara
Tingkat Pengangguran
Laju inflasi
1992
1993
1994
1992
1993
1994
Indonesia
2,7
2,8
2,9
4,9
9,8
9,2
Jepang
2,2
2,5
2,9
1,7
1,3
0,7
Amerika Serikat
7,4
6,8
6,3
3,0
3,0
2,7
Jerman
7,7
8,9
9,8
4,9
4,7
3,1
Inggris
9,8
10,3
9,4
4,7
3,0
2,5
Prancis
10,1
11,9
12,4
2,4
2,1
1,8
Italia
10,7
10,4
11,6
5,3
4,4
3,8
Kanada
10,3
11,2
10,6
1,5
1,9
0,2
Sumber : Nota Keuangan dan RAPBN, 1995/1996
2.5. Upah Dan Sistem Upah Di Indonesia
Gaji atau Upah adalah suatu bentuk pembayaran periodik dari seorang majikan kepada karyawannya yang dinyatakan dalam suatu kontrak kerja, dari sudut pealksanaan bisnis, gaji dapat dianggap biaya yang dibutuhkan untuk mendapatkan sumber daya manusia untuk menjalankan operasi, dan karenanya disebut biaya personel atau biaya gaji, dalam akuntansi di catat dalam akun gaji. Dalam lingkup pegawai negeri gaji atau upah memiliki definisi sendiri yakni pengeluaran untuk kompensasi yang harus di bayarkan kepada pemerintah berupa gaji pokok atau tunjangan-tunjangan yang sah sesuai undang-undang yang berlaku.
Tingkat upah, upah tertinggi bagi pekerja yang berstatus karyawan atau buruh adalah di sektor pertambangan. Karyawan yang bekerja di sektor ini, dengan pangkat di bawah mandor, per bulan maret 1994 menerima upah rata-rata Rp 57.300,00 per bulan. Rekan-rekan mereka yang bekerja di sektor perhotelan memperoleh Rp 38.200,00 sedangkan yang bekerja di sektor industri pengolahan hanya menrima upah rata-rata Rp 32.000,00 per-bulan. Tingkat upah pekerja di indonesia khususnya pekerja rendahan atau buruh kasar sangat rendah. Hal itu bisa diukur dengan membandingkannya terhadap kebutuhan fisik minimum. Menurut biro pusat statistik, kebutuhan fisik minimum seorang pekerja lajang di nusa tenggara barat ( propinsi yang KFM-nya terendah se-indonesia ) sebesar Rp 70.619,00 per-bulan untuk tahun 1993. Variasi tingkat upah tidak hanya terjadi antar lapang usaha atau secara sektorial.
Dalam perbandingan seksual di sektor industri pengolahan, hampir di semua wilayah tanah air pekerja laki-laki menrima upah lebih tinggi dari pada pekerja permpuan. Hanya di kalimantan tengah dan maluku buruh kasar permpuan nasib nya lebih baik, upah harian mereka lebih banyak dari pada lawan jenis nya. Perbedaan tingkat upah anatar jenis kelaimn di sektor industri pengolahan berlaku umum di semua subsektor. Di subsektor industri makanan, minuman, dan tembakau (kode ISIC: 31) upah buruh permpuan tidak sampai setengah diterima lawan jenisnya. Situasi berbeda dijumpai di bidang usaha perhotelan. Untuk sektor ini, pekerja rendahan permpuan yang memeperoleh upah lebih besar daripada lawan jenisnya dijumpai di sejumlah propinsi.
Rendahnya upah pekerja di indonesia, khususnya di sektor industri pengolahan, pundapat di lihat dalam perbandingan internasional. Upah buruh industri di indonesia bukan semata-mata rendah, perkembanganya juga tidak begitu menggembirakan. Antara tahun 1991 dan 1993, upah di indonesia hanya meningkat US$0,06 per jam; hanya sedikit lebih tinggi dari pada kenaikan upah di Filippina yang pada masa itu keadaan di dalam negerinya kurang mantap.
Jam kerja, menilai seseorang bekerja ataukah menganggur semata-mata berdasrkan apakah ia mempunyai pekerjaan atau tidak, sesungguhnya kuranglah memadai. Pendekatan semacam itu mengabaikan kadar pemanfaatan tenaga yang bersangkutan. Seseorang bisa saja tergolong tidak menganggur karena ia bekerja atau mempunyai pekerjaan. Akan tetapi jika dalam bekerja itu tenaganya tidak termanfaatkan secara optimal, berarti ia bekerja tidak dalam kapasitas penuh, maka sesungguhnya ia setengah menganggur atau menganggur secara terselubung. Oleh karenanya, jam kerja dicurahkan perlu turut dipertimbangkan.
Seorang dikatakan bekerja penuh (full employed) apabila jumlah jam kerjanya telah mencapai setidak-tidaknya 35 jam dalam seminggu. Kriteria ini menuruti konsep bekerja 1 jam berturut-turut.berlandaskan kriteria ini, maka dari seluruh pekerja yang ada (79.200.542 orang) hanya 58,46 persen saja yang bekerja penuhselebihnya bekerja tidak penuh, kurang dari 35 jam seminggu. Berarti tingkat semi pengangguran di indonesia, di samping tingkat pengangguran terbuka sebesar 2,9 persen cukup besar. Pekerja-pekerja yang bekerja tidak penuh ini kebanyakan adalah pekerja permpuan (55,53%) baik di daerah perkotaan (32,54%) maupun di daerah pedesaan (64,42%). Diskrepansi seksual yang saling mengukuhkan ini mengisyaratkan betapa angkatan kerja lai-laki lebih berkesempatan memasuki pasar pekerja. Secara regional, wilayah-wilayah yang memiliki pekerja penuh terbanyak adalah Jakarta (90,03%) Kalimantan Timur (66,60%) Jawa Barat (63,98%) D.I Yogyakarta (61,58%) Bengkulu (61,37%) dan Sumatera (60,42). Di daerah pedesaan jumlah jam kerja yang paling banyak di jalankan para pekerja adalah antara 35 hingga 44 jam per minggu. Seperempat pekerja di desa bekerja dalam rentan waktu ini, sedangkan daerah perkotaan jumlah jam kerja terbanyak yang dijalani adalah antara 45 hingga 59 jam perminggu. Sepertiga pekerja di kota bekerja dalam rentan waktu di atas normal ini. Sekitar 17 persen pekerja di kota bahkan bekerja lebih lama lagi, 60 jam atau lebih dalam seminggu.
Negara
1991
1993
Indonesia
Filipina
Malaysia
Singapura
Thailand
0,22
0,64
1,69
4,39
0,60
0,28
0,68
1,80
5,12
1,17
Negara
1991
1993
RR Cina
Korea Selatan
Amerika Serikat
Jepang
Jerman
0,27
4,13
15,271
13,23
22,49
0,45
5,12
6,40
16,91
24,87
Sumber : Nota Keuangan dan RAPBN, 1995/1996
Gambar 3. Upah buruh industri pengolahan beberapa negara, tahun 1991 dan 1993 (dalam US$ per jam)
Sistem Upah dalam ilmu ekonomi sebagai berikut :
Sistem upah menurut waktu
Menurut sistem ini, besaranya upah di dasarkan pada lama bekerja seseorang, satuan waktu dihitiung per jam, per hari, per minggu, per bulan, misalnya pekerja bangunan di bayar per hari atau per minggu.
Sistem upah menurut satuan hasil
Menurut sistem ini, besaranya upah didasarkan pada jumlah barang yang dihasilkan oleh sesorang. Satuan hasil di hitung per potong barang, per satuan panjang atau persatuan berat, misalnya upah pemetik daun teh dihitung perkilogram.
Sistem upah borongan
Menurut sistem ini, besaran upah didasarkan atas pemberi kerja dan pekerja. Misalnya upah untuk memperbaiki mobil rusak, membangun rumah, dll
Sistem upah partisipasi atau biasa di sebut upah bonus
Sistem bonus adalah bayaran tambahan di luar upah atau gaji yang ditunjukan untuk merangsang (memberi insentif) agar pekerja dapat menjalankan tugasnya lebih baik dan penuh tanggung jawab.
Sistem mitra usaha
Dalam sistem ini pembayaran diberikan dalam bentuk saham perusahaan, tetapi saham tersebut tidak diberikan kepada peroranganmelainkan pada organisasi perusahaan tersebut. Dengan demikian hubungan kerja antara perusahaan dengan pekerja dapat ditingkatkan menjadi hubungan antara perusahaan dan mitra kerja, misalnya koperasi.
Sistem upah sekala berubah atau slinding scale
Merupakan sebuah sistem dengan pemberian upah didasarkan pada sekala hasil penjualan yang selalu berubah. Jika terjadi hasil meningkat hasil penjualan maka jumlah balas jasa yang dibayarkan akan bertamabah sebaliknya.
Secara Empiris Besarannya tingkat upah sangat di pengaruhi oleh 3 komponen, Yaitu ( Aris Ananta 1999 ) :
Kebutuhan Fisik Minimum
Kebutuhan fisik minimun (KFM) merupakan kebutuhan pokok seseorang yang diperlukan untuk memepertahankan kondisi fisik dan mentalnya.
Index Harga Konsumen
Index harga konsumen (IHK) merupakan petunjuk mengenai naik turunya harga kebutuhan hidup, peningkatanya terhadap kebutuhan hidup ini secara tidak langsung dapat mencerminkan tingkat inflasi.
Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Pertumbuhan perekonomian daerah mencerminkan keadaan perekonomian dalam suatu daerah yang mempunyai hubungan pertumbuhan dan kondisi perusahaan yang beroperasi di daerah yang bersangkutan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Penduduk tergolong tenaga kerja jika penduduk tersebut telah memasuki usia kerja. Batas usia kerja yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15 tahun – 64 tahun.
3.2 Saran
Dengan meingkatkan sumber daya manusaia angka pengangguran semakin sedikit, dan akan berdampak pula terhadap perekonomian indonesia yang meningkat karena terjadi perputaran siklus ekonomi, dengan demikian indonesia akan bisa bersaing di kancah internasional, karena indonesia memeiliki seumber daya alam yang melimpah dan jumlah penduduk ke 4 terbesar di dunia.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Tenaga_kerja 20 september 2016
http://twentytwopm.wordpress.comsistem-upah-di-indonesia 21 sepetember 2016
http://hukumketenagakerjaanindonesia.blogspot.com.sumber-hukum-ketenagakerjaan-indonesia.html 22 september 2016
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengangguran 27 september 2016
https://id.wikipedia.org/wiki/Gaji 04 oktober 2016
Drs. Dumairy, M.A., Yogyakarta Agustus 1996 ( buku perekonomian indonesia )