MAKALAH BIRRUL WALIDAIN Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hadist dan ilmu Hadist
Dosen Pengampu : Nano Nurdiansah, M.Pd.
Oleh : Raka Iqbal Syamsuddin (1167050128) Sri Desi Mulyani (1167050155) Theo Vectra Riyadi(1167050157) Tia Aristianti (1167050158) Wildan Najah(1167050162)
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2017
KATA PENGANTAR
Teriring puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan limpah-Nya jualah sehingga makalah yang berjudul “Birrul Walidain” ini dapat diselesaikan. Tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik moril, materil, kontribusi ilmu. Terutama kepada Dosen mata kuliah Hadist dan Ilmu Hadist yang telah memberikan tugas demi tercapainya tujuan proses belajar mengajar yang telah digariskan. Di dalam makalah ini membahas tentang birrul walidain sebagai bahan pelajaran khusus juga untuk menambah pengetahuan bagi penyusun maupun bagi pembaca pada umumnya. Terlepas dari hal di atas kami menyadari makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan. Untuk itu, kami meminta kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk memperbaiki makalah selanjutnya. Kami menyadari bahwa bagaimanapun kami berusaha menyempurnakannya tidak akan tercapai karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata.
Bandung, 26 November 2017
Penyusun
i
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ......................................................................................... i DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2 C. Tujuan Pembahasan .................................................................................. 2 D. Manfaat ..................................................................................................... 3 E. Metode Penelitian...................................................................................... 3 F. Sistematika Pembahasan ........................................................................... 3 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Birrul Walidain ....................................................................... 4 B. Pengertian Berbuat Baik dan Durhaka ...................................................... 5 C. Wajibnya berbakti dan Haramnya Durhaka .............................................. 6 D. Kutamaan Berbakti Kepada Orang Tua dan Pahalanya ............................ 12 E. Bentuk-bentuk Berbakti Kepada Orang Tua ............................................. 16 F. Bentuk-bentuk Durhaka Kepada Orang Tua ............................................. 20 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................... 23 B. Saran .......................................................................................................... 24 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................xxv
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam mengajarkan kita untuk berbakti terhadap orang tua, karena dengan perantara orang tualah kita dapat merasakan kenyamanan hidup yang sekarang ini. Selain itu mengingat betapa mulianya, betapa kerasnya dan betapa banyaknya pengorabanan yang telah mereka lakukan demi anaknya. Jasanya untuk menghidupi, memelihara dan mendidik kita dengan semua kasih sayang yang mereka miliki, bahkan marah merekapun merupakan suatu bentuk sayang yang terhadap kita. sehingga dapat tumbuh besarlah kita seperti sekarang ini. Semua karena kasih sayang yang meraka limpahkan untuk kita. Mereka melakukan semuanya tanpa mengharap balasan dari kita, mereka melakukannya semata-mata untuk membuat kiat menjadi yang terbaik. Perhatian mereka terhadap kita tidak akan pernah luntur, meskipun nanti kita sudah bisa hidup mandiri. Bahkan dalam hadits ditegaskan bahwa keridhoan Allah tergantung pada keridhoan orang tuanya. Allah SWT. sudah cukup menegaskan wacana ‘berbakti’ itu, dalam banyak firman-Nya, demikian juga Rasulullah SAW. dalam banyak sabdanya dengan memberikan bingkai-bingkai khusus bahwa Birrul Walidain (berbakti kepada kedua orang tua), lebih dari sekedar berbuat ihsan (baik) kepada keduanya. Namun Birrul Walidain memiliki nilainilaitambah yang semakin ‘melejitkan’ makna kebaikan tersebut, sehingga menjadi sebuah’bakti’. Bakti itu sendiripun bukanlah balasan yang setara
1|Page
untuk dapat mengimbangi kebaikan orang tua. Namun setidaknya, sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang bersyukur. Imam An-Nawawi menjelaskan, “Arti Birrul Walidain yaitu berbuat baik terhadap kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai hal yang dapat membuat mereka bergembira, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan Latar belakang di atas penulis akan merumuskan dasar masalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian dari Birrul Walidain? 2. Apa pengertian berbuat baik dan durhaka? 3. Apa yang dimaksud wajibnya berbakti dan haramnya durhaka? 4. Apa keutamaan berbakti kepada kedua orang tua dan pahalanya? 5. Bagaimana contoh bentuk-bentuk berbakti kepada kedua orang tua? 6. Bagaimana contoh bentuk-bentuk durhaka kepada orang tua? C. Tujuan Pembahasan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah: 1. Menjelaskan dan memahami pengertian dari Birrul Walidain 2. Menjelaskan dan memahami pengertian berbuat baik dan durhaka 3. Menjelaskan dan memahami wajibnya berbakti dan haramnya durhaka 4. Menjelaskan dan memahami keutamaan berbakti kepada kedua orang tua dan pahalanya 5. Menjelaskan dan memahami bentuk-bentuk berbakti kepada kedua orang tua 6. Menjelaskan dan memahami bentuk-bentuk durhaka kepada orang tua
2|Page
D. Manfaat Manfaat penulisan makalah ini merupakan sumber kajian bagi penulis dalam rangka turut serta meningkatkan kualitas penulis serta pengaplikasian pembaca sebagai sumber pembacanya. E. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah metode qualitative research. Pada pengumpulan data-data dalam penenlitian ini penyusun menggunakan study kepustakaan (library research). F. Sistematika Pembahasan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini secara garis besar memuat hal-hal yang bersangkutan dengan gambaran umum mengenai Birrul Walidain. BAB II PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pengertian Birrul Walidain, contoh terbaik berbakti kepada orang tua, balasan berbakti kepada orang tua, cara berbakti kepada orang tua, pengertian dan contoh durhaka kepada orang tua. BAB III PENUTUP Dalam bab ini memuat pokok-pokok hasil pembahasan dari BAB II.
3|Page
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Birrul Walidain Birrul Walidain ditinjau secara bahasa Abu Faaris berkata: Huruf “baa” dan “raa” yang ditasydidkan, memiliki empat arti dasar: Kejujuran , ungkapan suara , lawan dari kata bahr dan jenis tanaman (gandum). Adapun kejujuran, diambil dari perkataan mereka: “Fulan telah berlaku jujur”. Ia telah jujur dalam sumpahnya, yaitu melakukannya dan menunaikannnya dengan kejujuran. Adapun ungkapan suara, orang-orang arab mengatakan: “Tidak bisa dibedakan antara hirr dan birr. Hirr adalah suara untuk memanggil kambing dan birr adalah suara ketika mengiringnya”. Makna ketiga, yaitu lawan dari kata bahr (lautan), dikatakan: “Seorang lelaki terdampar didaratan dan seorang pelaut berada dilautan”. Adapun nama jenis tanaman, diantaranya adalah burr yaitu gandum, bentuk tunggalnya adalah burrah1. Sedangkan Birrul Walidain ditinjau secara Syar’I yaitu berbuat baik kepada orang tua, menunjukan kasih saying dan kelemah lembutan terhadap keduanya, memperhatikan keadaan mereka berdua dan tidak melakukan perbuatan buruk terhadap keduanya. Memulaikan temanteman keduanya sesudah keduanya wafat2.
1
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Kitab Birrul Walidain edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang Tua, (Jakarta: Darul Qolam), hlm. 5 2
Yazid, op. cit., hlm.5
4|Page
B. Pengertian Berbuat Baik Dan Durhaka Menurut lughoh (bahasa), Al-Ihsan berasal dari kata ahsanayuhsinu-ihsanan. Sedangkan yang dimaksud dengan ihsan dalam pembahasan ini adalah berbakti kepada kedua orang tua yaitu menyampaikan setiap kebaikan kepada keduanya semampu kita dan bila memungkinkan mencegah gangguan terhadap keduanya. Menurut Ibnu Athiyah, kita wajib juga menaati keduanya dalam hal-hal yang mubah, harus mengikuti apa-apa yang diperintahkan keduanya dan menjauhi apa-apa yang dilarang3. Sedangkan ‘uquq artinya memotong (seperti halnya aqiqah yaitu memotong kambing). ‘Uququl Walidain adalah gangguan yang ditimbulkan seorang anak terhadap kedua orang tuanya baik berupa perkataan maupun perbuatan. Contoh gangguan dariseorang anak kepada kedua orang tuanya yang berupa perkataan yaitu dengan mengatakan ‘ah’ atau ‘cis’, berkata dengan kalimat yang keras atau menyakitkan hati, menggertak, mencuri dan yang lainnya. Sedangkan yang berupa perbuatan adalah berlaku kasar seperti memukul dengan tangan atau kaki bila orang tua menginginkan sesuatu atau menyuruh untuk memenuhi keinginannya, membenci, tidak memperdulikan, tidak bersilaturahmi atau tidak memberikan nafkah kepada kedua orang tuanya yang miskin4.
3 4
Yazid, op. cit., hlm 8 Yazid, op. cit., hlm 8
5|Page
C. Wajibnya Berbakti dan Haramnya Durhaka Di dalam al-Qur’an, setelah memerintahkan kepada manusia untuk bertauhid kepada-Nya, Allah SWT. memerintahkan untuk berbakti kepada orang tuanya. Mengenai wajibnya seorang anak berbakti kepada orang tua diantaranya5 Dalam surat Al-Isra ayat 23-24, Allah berfirman:
َ ۡ َ ُّ َ ٰ َ َ َ ۡك َأ اَّل َت ۡع ُب ُد ٓوا ْ إ اَّلٓ إيا ُاه َوبٱ ۡل َو ٰ ِ َِلي َ س ًنا ۚ إ اما َي ۡبلُ َغ ان ع ٰ ِند َك ح إ ن ۞وقَض رب ِ ِ ِ ِ ِ ِ
ۡ ََ َ َ ُ ُ َ ٓ َۡ َ ُ َ َ َ َُ اُ َ ٓ ُ ََ َۡ َ ۡ ُ َ َ ُ اُ َ َۡا ٱلكِب أحدهما أو ِلِكهما فَل تقل لهما أ ّٖف وَّل تنهرهما وقل لهما قوَّل َ ُّ َ َ َ َ ُ َ ۡ ۡ َ َۡ َ ا َ اَۡ َُ ا ب ٱ ۡرۡح ُه َما ك َما ِ وٱخ ِفض لهما جناح ٱذل ِل مِن ٱلرۡح ِة وقل ر٢٣ ك ِريما َر اب َيان َصغِ ا ٢٤ ريا ِ “Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya”. [Al-Isra: 23] “Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang. Dan katakanlah, “Wahai Rabbku sayangilah keduanya sebagaimana keduanya menyayangiku di waktu kecil”. [Al-Isra: 24]
5
Tafsir Ibnu Katsir, Juz III, Cet.I (Maktabah Daarus Salam, 1413 H) hlm. 39-40.
6|Page
Perintah Birrul Walidain juga tercantum dalam surat An-Nisa ayat 36, Allah SWT berfirman:
ۡ ْ ُ ُۡ ََ ََ ۡ ُُ ْ ا َ ۡا ٰ َ ياۖ َوب ِٱ ۡل َو ٰ ِ َِليۡن إ ِ ۡح ٰ َ س انا َوبِذِي ٱل ُق ۡر ب ش ۦ ه ب ِ ِ ۡشكوا ِ ۞وٱعبدوا ٱّلل وَّل ت ِ
َ ۡ ُۡ َ َۡ َ ٰ َ َٰ َۡ َ ۡل ُنب َوٱ ا َ ۡ لصاحِب بٱ َ ۡ ب َوٱ َ ۡ سكِي َوٱ ُ ۡ ۡلار ٱ ٰ ٰ ۢنب ۡل ر ق ل ٱ ِي ذ ار ۡل وٱۡلتم وٱلم ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ُ َ َ َ َ َ َ ۡ َ ۡ َ ٰ ُ ُ ۡ ا ا َ َ ُ ُّ َ َ َ ُ ۡ َ ا ۡ َ ا ً خ ورا يل وما ملكت أيمنكم إِن ٱّلل َّل ُيِب من َكن ُمتاَّل ف ِ ِ وٱب ِن ٱلسب ٣٦ “Dan sembahlah Allah dan jangnlah menyekutukan-Nya dengan sesuatu, dan berbuat baiklah kepada kedua ibu bapak, kepada kaum kerabat, kepada anak-anak yatim, kepada orang-orang miskin, kepada tetangga yang dekat, tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan dirinya”. [An-Nisa: 36] Juga terdapat dalam surat Luqman ayat 14-15.
َ َۡ َ ُ ٰ َ َ ۡ َ ٰ َ َ ً ۡ َ ُ ُّ ُ ُ ۡ َ َ َ ۡ َ َ َ ٰ َ ۡ َ ۡ َ َ ا ُ ي أ ِن ِ ووصينا ٱ ِۡلنسن بِو ٰ ِِليهِ ۡحلته أمهۥ وهنا لَع وه ّٖن وف ِصلهۥ ِِف َعم
َ ُ ۡ ۡ ُ َ ٰٓ َ َ َ َ َ ٰ َ َ ۡ َ َٰ َ ُ ِل ٱل ۡ َم ِص ك إِ َ ا ۡش َك ِِب َما ل ۡي َس ت ن أ لَع اك د ه ج ِإَون ١٤ ري ٱشك ۡر ِِل ول ِو ِِلي ِ َ ۡ ا ا ُ ََ ۡ َ َ م فَل ت ِط ۡع ُه َماۖ َو َصاح ِۡب ُه َما ِِف ٱ ُِّلن َيا َم ۡع ُروفاۖ َوٱتب ِ ۡع َسبِيل َم ۡنٞ لك بِهِۦ عِل َ ُ َ ۡ َ ۡ ُ ُ َ ُ ُ َ ُ َ ۡ ُ ُ ۡ َ َ َ َ َا ُ ا َا ١٥ جعكم فأنبِئكم بِما كنتم تعملون ِ أناب إِِل ۚ ثم إِِل مر
“Dan kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada orang tuanya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
7|Page
bertambah lemah dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kalian kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada-Ku lah kalian kembali”. [Luqman: 14] “Dan jika keduanya memaksamu mempersekutukan sesuatu dengan Aku yang tidak ada pengetahuanmu tentang Aku maka janganlah kamu mengikuti keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan cara yang baik dan ikuti jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu maka Aku kabarkan kepadamu apa yang kamu kerjakan”. [Luqman: 15] Atau seperti yang tercantum dalam surat Al-Ankabut ayat 8, tidak boleh mematuhi orang tua yang kafir, apabila mengajak pada kekafiran.
َ ۡ ُ َ َ ََٰ َ َ َ ۡ َۡ َ َ ا نس َن ب َو ٰ ِ َِليۡهِ ُح ۡس ا ٰ ۖا ۡش َك ِِب َما ل ۡي َس لك بِهِۦ ِت ل اك د ه ج ِإَون ن ووصينا ٱ ِۡل ِ ِ َ ُ َ ۡ َ ۡ ُ ُ َ ُ ُ َ ُ َ ۡ ُ ُ ۡ َ َ َ ُ ۡ ُ َ ٓ َاٞ ۡ ٨ جعكم فأنبِئكم بِما كنتم تعملون ِ عِلم فَل ت ِطعهما ۚ إِِل مر
“Dan Kami wajibkan kepada manusia (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. [Al-Ankabut: 8] Serta surat Al-Ahqaaf ayat 15-16.
ۡ َ َ َ َ ا ۡ َ ۡ َ ٰ َ َ ٰ َ ۡ ۡ َ ٰ ً َ َ َ ۡ ُ ُ ُّ ُ ُ ۡ ا َ َ َ َ ۡ ُ ُ ۡ ا ُۡحلُهۥ ووصينا ٱ ِۡلنسن بِو ِِليهِ إِحسناۖ ۡحلته أمهۥ كرها ووضعته كرهاۖ و َ َ َ َ َ َ ُُ ََ ُ َ َ ۡ َ ا َ َََ َُ ا ُ ََََ ََۡ َ َ َا ٓب أ ۡوزِ ۡع ِِن ٰٓ وف ِصٰلهۥ ثلٰثون شه ًراۚ ح ِ َّت إِذا بلغ أشدهۥ وبلغ أربعِي سنة قال ر
8|Page
َ ََۡ َُ َۡ َۡ ُلَع َو ٰ ِ َِل اي َوأَ ۡن أ َ ۡع َم َل َصٰل اِحا تَ ۡر َضىٰه َ َّت َأ ۡن َع ۡم ت َ َا ٰ َ َ لَع َو ٓ ِ ك ٱ ال أن أشكر ن ِعمت ۡ ُ َ َ َ َ ُ ْ َ ٰٓ َ ا َ َۡ ُ ُۡ َوأ َ ۡصل ِۡح ِل ِف ُذر ا ٓ ِين ن َتق ابل أولئِك ٱذل١٥ ِإَون م َِن ٱل ُم ۡسل ِ ِمي ك ۡل إ ت ب ت ن إ َّت ي ِ ِ ِ ِ ٓۖ ِ ِ ِ ِ َ ِف أ َ ۡص َۡل انةِۖٓ َو ۡعد َ َع ۡن ُه ۡم أ َ ۡح َس َن َما َعملُوا ْ َو َن َت َ او ُز َعن َس ۡياتِهم َ ج َ ۡ ح ٰب ٱ ٓ ِ ِ ِ ِ ِ
ا َ َ ْ ُ َ ١٦ لص ۡد ِق ٱذلِي َكنوا يُوع ُدون ِ ٱ
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunyaa mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun, ia berdo’a “Ya Rabb-ku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku kedua orang tuaku dan supaya aku dapat berbuat amal yang shalih yang Engkau ridhai, berilah kebaikan kepadaku dengan (memeberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang erserah diri”. [Al-Ahqaaf: 15] “Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka”. [Al-Ahqaaf: 16]
9|Page
Sedangkan tentang anak durhaka kepada kedua orang tuanya dintaranya6 Terdapat di dalam surat Al-Ahqaaf ayat 17-20
َ ا َ َ َۡ َ ۡ ُ َۡ ٓ َ ََ َٓ ُ َ َ َ َۡ ُ ا ُ ُۡ ٰ ت ٱلق ُرون مِن ن ا د ع ت أ ا م ك ل ف أ ه ي ِل ِو ل ال ق ِي ذل وٱ ِ ِ ِ ِِن أن أخ َرج َوقد خل ِ ّٖ ِ ٓ َ َ ُ ُ َ َٰ َ ٓ اٞ َ ا َ َ ۡ َ َ َ ۡ ا َ ۡ َ ا َ َ َۡ ََُ َۡ ان ٱّلل ويلك ءامِن إِن وعد ٱّلل ِ حق فيقول ما هذا إَِّل ِ قب ِِل وهما يستغِيث
ُ ۡ َ ۡ ُ ۡ َ َ َ َ ٰ ُ ۡ َ ا َ ُ ْ َ ٰٓ َ ا َ َ ا ۡ َِف أ ُ َمم قَ ۡد َخل ٓ ت مِن ل ِ أولئِك ٱذلِين حق علي ِهم ٱلقو١٧ أس ِطري ٱۡلول ِي ّٖ
ۡ َ ۡ َ ْ ُ َ اٞ َٰ ََ ُ َ َ َ ْ ُ َ ۡ ُا ۡ َق ٰ ِك درجت مِما ع ِمل ۖوا ل و ١٨ ين ِس خ وا ن َك م ه ن إ نس ۡل ٱ و ن ۡل ٱ ِن م م ه ل ب ِ ِ ِ ِ ٓۖ ِ ِ ِ ِ ِ ّٖ
ََ ْ ُ َ َ َ َ َُ َُ ۡ َ ۡ َ َُ ۡ َ ُ ۡ َ ُۡ َُ َ َََۡ ُ ۡ َ ُ ا لَع ٱنلا ار ويوم يعرض ٱذلِين كفروا١٩ و ِۡلوفِيهم أعمٰلهم وهم َّل يظلمون ِ ۡ ُ َ ۡ َ ۡ َ َ ُ ۡ َ ۡ َ ۡ َ َ ۡ ُّ ُ ُ َ َ ُ َٰ َ ۡ ُۡ َ ۡ َ َُت َز ۡو َن َع َذاب ۡ أذهبتم طيِبتِكم ِِف حيات ِكم ٱِلنيا وٱستمتعتم بِها فٱۡلوم
َۡ َ ُ ُ ۡ َ ۡ ُ ُ َ َ َۡ ۡ َ َ ُ ۡ َ َۡ ُۡ ُ َ ُ ۡ ٱل ِ ٢٠ ري ٱۡل ِق وبِما كنتم تفسقون غ ب ۡرض ۡل ٱ ِف ون ب ك ت س ت م نت ك ا م ب ون ه ِ ِ ِ ِ ِ ِ “Dan orang yang berkata kepada kedua orang tuanya, ‘cis (ah)’
bagi kamu keduanya, apakah kamu keduanya memperingatkan kepadaku bahwa aku akan dibangkitkan, padahal sungguh telah berlalu beberapa umat sebelumku? Lalu kedua orang tua itu memohon pertolongan kepada Allah seraya mengatakan, “Celaka kamu, berimanlah! Sesungguhnya janji Allah adalah benar”.Lalu dia berkata, “Ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu”. [Al-Ahqaaf:
6
Yazid, Kitab Birrul Walidain edisi Indonesia Berbakti Kepada Orang Tua, (Jakarta: Darul Qalam, 2003)
hlm.11
10 | P a g e
17]. “Mereka itulah orang-orang yang telah pasti ketetapan (adzab) atas mereka, bersama-sama umat-umat yang telah berlalu sebelum mereka dari jin dan manusia. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi”. [Al-Ahqaaf: 18]. “Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan da agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) apa yang telah mereka kerjakan sedang mereka tidak dirugikan”. [Al-Ahqaaf: 19]. “Dan (ingatlah) hari (ketika) orangorang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan), “Kamu telah menghabiskan rizkimu dalam kehidupan duniawi dan kamu telah bersenang-senang dengannya maka pada hari ini kamu dibalas dengan adzab yang menghinakan. Karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak, dan karena kamu telah berbuat fasik”. [AlAhqaaf: 20] Sedang dalam surat Al-Baqarah ayat 215
ۡ َ َ َۡ ۡ َ ۡ َ َۡ َ ۡ َ ۡ ُ ۡ َ َ ٓ َ ُۡ َ ُ ُ َ َ َ َ ُ َ ۡ َ ٰ َ ٰي َوٱۡلَ َت م ِ ري فل ِلو ٰ ِِلي ِن وٱۡلقرب ّٖ يسلونك ماذا ينفِقونۖ قل ما أنفقتم مِن خ سكِي َوٱبۡن ٱ ا َ لسبيل َو َما َت ۡف َعلُوا ْ م ِۡن َخ ۡ َ ا ا ٞ ّلل بهِۦ َعل ٰ َ َوٱل ۡ َم ٢١٥ ِيم ِ ِ ِ ري فإِن ٱ ِ ِ ّٖ
“Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah, “Harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu bapakmu, kaum kerabat, anak-anak yatim, orangorang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu perbuat sesungguhnya Allah Maha Mengetahui”. [Al-Baqarah: 215]
11 | P a g e
Didalam ayat-ayat Al-Quran disebutkan tentang bertauhid kepada Allah selalu diiringi dengan berbakti kepada kedua orang tua, ini menunjukan bahwa berbakti kepada kedua orang tua adalah masalah kedua setelah mentauhidkan Allah SWT. Tidak boleh terjadi bagi seorang yang bertauhid kepada Allah STW tetapi ia durhaka kepada orang tuanya. Wajib baginya berbakti kepada kedua orang tuanya.7 Banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang wajibnya berbakti kepada kedua orang tua. Dalam surat Luqman, Allah menyebutkan wajibnya seorang anak berbakti kepada kedua orang tua dan bersyukur kepadanya serta disebutkan juga tentang larangan mengikuti orang tua jika orang tua tersebut mengajak kepada syirik. D. Keutamaan Berbakti Kepada Orang Tua dan Pahalanya Diantara fadhilah (keutamaan) berbakti kepada kedua orang tua, yaitu: 1. Merupakan Amal yang Paling Utama Dengan dasar diantaranya yaitu hadist Nabi Muahmmad SAW yang disepakati oelh Bukhari dan Muslim,
َ َسَأْلتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّ ُِه َعلَيْه وَسَلَّمَ أَيِ اْلعَ َملِ أَ ْفضَلُ؟ قَال: ُقُ ْلت: َبِر الْوَالدَيْنِ قَال: َت ثُمَّ أَي؟ قَال ُِ قُ ْل: الةُ عَلَى وَقْتهَا قَا َِل َ َّ اَلص: َِاْلجِهَادُ في سَبِيلِ اللَّه: ثُمَّ أَي؟ قَا َِل dari sahabat Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud ra. Dari Abdullah bin Mas’ud berkata, “Aku bertanya kepada Nabi SAW tentang amal-amal yang paling utama dan dicintai Allah? Nabi SAW menjawab, Pertama shalat pada waktunya (dalam riwayat
7
Syaikh Imam Al-Albani, Bahjatun Nazhirin Syarah, Riyauds Shalilhin I hal.391
12 | P a g e
lain disebutkan shalat di awal waktunya), kedua berbakti kepada orang tua, ketiga jihad di jalan Allah”.8 2. Ridha Allah Bergantung Kepada Ridha Orang Tua Dalam hadist yang diriwyatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Ibnu Hibban, Hakim dan Imam Tirmidzi dari sahabat.
ِخطُ الرَبِ فى ُسخْطِ الوَالد ْ رِضَا الرَبِ فى رِضَا الوَالدِ و ُس Abdilah bin Amr dikatakan: Dari Abdilah bin Amr bin Ash ra dikatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Ridha Allah tergantung kepada keridhaan orang tua dan murka Allah tergantung kepada kemurkaan orang tua”9 3. Berbakti Kepada Orang Tua dapat Menghilangkan Kesulitan yang sedang dialami dengan cara bertawasul dengan amal shaleh tersebut. Dengan dasar hadist Nabi SAW dari Ibnu Umar. Rasulullah SAW bersabda, “Pada sutu hari tiga orang berjalan, lalu kehujanan. Mereka berteduh pada sebuah gua di kaki sebuah gunung. Ketika mereka ada di dalamnya, tiba-tiba sebuah batu besar runtuh dan menutupi pintu gua. Sebagian mereka berkata kepada yang lain, ‘Ingatlah amal terbaik yang pernah kamu lakukan’. Kemudian mereka memohon kepada Allah dan bertawasul melalui amal tersebut, dengan harapan agar Allah menghilangkan kesulitan tersebut. 8 9
HR. Bukhari I/134, Muslim No. 85, Fathul Baari 2/9 HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad (2), Ibnu Hibban (2026-Mawarid), Tirmidzi (1900), Hakim (4/151-152)
13 | P a g e
Salah satu diantara mereka berkata, “Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai kedua orang tua yang sudah lanjut usia sedangkan aku mempunyai istri dan anak-anak yang masih kecil. Aku mengembala kambing, ketika pulang ke rumah aku selalu memerah susu dan memberikan kepada kedua orang tuaku sebelum orang lain. Suatu hari kau harus berjalan jauh untuk mencari kayu bakar dan mencari nafkah sehingga pulang telah larut malam dan aku dapati kedua orang tuaku sudah tertidur, lalu aku tetap memerah susu sebagaimana sebelumnya. Susu tersebut tetap aku pegang lalu kau mendatangi keduanya namun keduanya masih tertidur pulas. Anak-anaku merengek-rengek menagis untuk meminta susu ini dan aku tidak memberikannya. Aku tidak akan memberikan kepada siapa pun sebelum susu yang aku perah ini kuberikan kepada kedua orang tuaku. Kemudian aku tunggu sampai keduanya bangun. Pagi hari ketika orang tuaku bangun, aku berikan susu ini kepada keduanya. Setelah keduanya minum lalu kberikan kepada nak-anaku. Ya Allah, seandainya perbuatan ini adalah perbuatan yang baik karena Engkau ya Allah, bukakanlah. “Maka batu yang menutupi pintu gua itupun bergeser”.10 4. Akan Diluaskan Rizki dan Dipanjangkan Umur
10
HR. Bukhari (Fathul Baari 4/449 No. 2272), Muslim(2473) Bab Qishshah Ashabil Ghaar Ats Tsalatsah Wat-Tawasul bi Shalihil A’mal)
14 | P a g e
Sebagaimana dalam hadist yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim, dari sahabat Anas ra bahwa Nabi SAW bersabda:
سأَ لَهُ فى أَثَرِه فَلْيَص ِْل رَحمَ ُِه َ ْ وَيَن،سطَ لَ ُِه فى ِرزْقه َ ْمَنْ َأحَبَّ َأ ِْن يُب “Barangsiapa yang suka diluaskan rizkinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi”. Dalam ayat-ayat Al-Qur’an atau hadist-hadist Nabi SAW dianjurkan untuk menyambung silaturahmi. Dalam silaturahmi, yang harus didahulukan silaturahmi kepada kedua orang tua sebelum kepada yang lain. Sesulit apapun harus tetap diusahakan untuk bersilaturahmi kepada kedua orang tua. Karena dengan dekat kepada keduanaya insya Allah akan dimudahkan rizki dan dipanjangkan umur. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi bahwa dengan silaturahmi akan diakhirkannya ajal dan umur seseorang. Walaupun masih terdapat perbedaan dikalangan para ulama tentang masalah ini, namun pendapat yang lebih kuat berdasarkan nash dan zhahir hadist ini bahwa umumnya memang benar-benar akan dipanjangkan.11 5. Akan Dimasukkan ke Jannah (surga) Oleh Allah SWT Di dalam hadist Nabi SAW disebutkan bahwa anak yang durhaka tidak akan masuk surga. Maka kebalikan dari hadist
11
HR. Bukhari 7/72, Muslim 2557, Abu Dawud 1693
15 | P a g e
tersebut yaitu anak yang berbuat baik kepada orang tua akan dimasukkan oleh Allah SWT ke jannah (surga). Dan dosa-dosa yang Allah SWT segerakan adzabnya di dunia diantaranya berbuat zhalim, dan durhaak kepada orang tua. Dengan demikian jika seorang anak berbuat baik kepada kedua orang tuanya, Allah SWT akan menghilangkannya dari berbagai malapetaka dengan izin Allah.12. E. Bentuk-bentuk Berbakti kepada Orang Tua Bentuk-bentuk berbuat baik kepada kedua orang tua adalah: 1. Bergaul dengan keduanya dengan cara yang baik Di dalam hadist Nabi SAW disebutkan bahwa memberikan kegembiraan kepada seorang mu’min termasuk shadaqah, lebih utama lagi kalau memberikan kegembiraan kepada kedua orang tua kita. Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa ketika seseorang meminta izin untuk berjihad (dalam hal ini fardhu kifayah kecuali waktu diserang musuh maka fardhu ‘ain) dengan meninggalkan orang tuanya dalam keadaan menangis, maka Rasulullah SAW bekata, “Kembali dan buatlah keduanya tertawa seperti engkau telah membuat keduanya menangis”. Dalam riwayat lain dikatakan, “Berbaktilah kepada kedua orang tuamu”. 2. Berkata kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut
12
Yazid, Bingkisan Istimewa Menuju keluarga Sakinah, (Bogor: Pustaka A-Taqwa, 2006), hlm 21
16 | P a g e
Hendaknya dibedakan berbicara dengan kedua orang tua dan berbicara dengan anak, teman atau dengan yang lain. Berbicara dengan perkataan yang mulia kepada kedua orang tua, tidak boleh mengucapkan ‘ah’, apalagi mencemooh dan mencaci maki atau melaknat keduanya karena ini merupakan dosa besar dan bentuk kedurhakaan kepada orang tua. Kita tidak boleh kasar kepada orang tua kita, meskipun keduanya berbuat jahat terhadap kita. Atau ada hak kita yang ditahan oleh orang tua atau oang tua memukul kita atau keduanya belum memenuhi apa yang kita minta walaupun mereka memiliki, kita tetap tidak boleh durhaka kepada keduanya. 3. Tawadhu (rendah diri) dan tidak sombong dihadapan orang tua Tidak boleh kibir (sombong) apabila sudah meraih sukses atau mempunyai jabatan di dunia, karena sewaktu lahir kita berada dalam keadaan hina dan membutuhkan pertolongan. Kedua orang tualah yang menolong dengan memberi makan, minum, pakaian dan semuanya. Seandainya kita diperintahkan untuk melakukan pekerjaan yang kita anggap ringan dan merendahkan kita yang mungkin tidak sesuai dengan kesuksesan atau jabatan kita dan bukan sesuatu yang haram, wajib bagi kita untuk tetap taat kepada keduanya. Lakukan dengan senang hati karena hal tersebut tidak akan menurunkan derajat kita, karena yang menyuruh adalah 17 | P a g e
orang tua kita sendiri. Hal itu merupakan kesempatan bagi kita untuk berbuat baik selagi keduanyamasih hidup. 4. Memberikan infaq (shadaqah) dan nafkah kepada kedua orang tua Semua harta kita adalah milik orang tua. Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 215. “Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka infakkan. Jawablah, “Harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu bapakmu, kaum kerabat, anak-anak yatim, orangorang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dan apa saja kebajikan yang kamu perbuat sesungguhnya Allah maha mengetahui. 5. Mendo’akan kepada kedua orang tua Sebagaimana
dalam
ayat
“Robbirhamhuma
kamaa
rabbayaani shagiiro” (wahai Rabb-ku kasihinilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil). Seandainya orang tua belum mengikuti dakwah yang haq dan masih berbuat syirik serta bid’ah, kita harus tetap berlaku lemah lembut kepada keduanya. Dakwahkan kepada keduanya dengan perkataan yang lemah lembut sambil berdo’a di malam hari, ketika sedang shaum, di hari jum’at dan di tempat-tempat
dikabulkannya
do’a
agar
ditunjuki
dan
dikembalikan ke jalan yang haq oleh Allah SWT.
18 | P a g e
Apabila kedua orang tua itu meninggal maka, yang pertama kita lakukan adalah meminta ampun kepada Allah Ta’ala dengan taubat yang nasuh (benar) bila kita pernah berbuat durhaka kepada kedua orang tua sewaktu mereka masih hidup. Yang kedua adalah mendo’akan kedua orang tua kita. Dalam sebuah hadist dha’if (lemah) yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ibnu Hibban, seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, “Apakah ada suatu kebaikan yang harus aku perbuat kepada kedua orang tuaku sesudah wafat keduanya?” Nabi SAW menjawab, “Ya, kamu sholat atas keduanya, kamu istighfar kepada keduanya, kamu memenuhi janji keduanya, kamu silaturahmi kepada orang yang pernah dia pernah silaturahmi kepadanya dan memuliakan teman-temannya”. Sedangkan menurut hadist-hadist yang shahih tentang amalamal yang diperbuat untuk kedua orang tua yang sudah wafat, adalah: a. Mendo’akannya b. Menshalatkan ketika orang tua meninggal c. Selalu memintakan ampunan untuk keduanya d. Membayarkan hutang-hutangnya e. Melaksanakan wasiat yang sesuai dengan syari’at f. Menyambung tali silaturahmi kepada orang yang keduanya juga pernah menyambungnya. Sebagaimana hadist Nabi SAW dari sahabat Abdullah bin Umar ra. “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,
19 | P a g e
“Sesungguhnya
termasuk
kebaikan
seseorang
adalah
menyambung tali silaturahmi kepada teman-teman bapaknya sesudah bapaknya meninggal”. 6. Menaati perintah orang tua selama tidak bertentangan dengan syari’at dan aqidah. 13 F. Bentuk-bentuk Durhaka Kepada Orang Tua Bentuk-bentuk durhaka kepada orang tua ialah: 1. Berbicara dengan kata-kata kasar Tanda seseorang beradab adalah bertutur kata dengan kata-kata yang halus karena hal itu menunjukkan bahwa orangnya berbudi dan tahu kesopanan dan berjiwa halus. Terhadap orang yang lebih tua, seorang anak harus menunjukkan, dari Ibnu ‘Amir, dari Nabi SAW besabda: “Keridhaan Allah adalah keridhaan ayah bunda dan kemurkaan-Nya ada dalam kemurkaan mereka”. (HR. Thabrani) Kata-kata kasar dan ucapan merendahkan terkadang berupa: a. Bersuara tinggi atau keras ketika kita berbicara terhadap orang yang lebih tua b. Menyuruh orang yang lebih tua dengan kata-kata yang kasar. Menyidir c. Mengumpat d. Mengata-ngatai seseorang yang lebih tua layaknya mengatai seorang pembantu e. Membentak 2. Membuang muka Membuang muka ketika berbicara dengan orang lain merupakan perilaku yang merendahkan lawan bicara dan
13
Yazid, Bingkisan Istimewa Menuju keluarga Sakinah, (Bogor: Pustaka A-Taqwa, 2006), hlm. 24
20 | P a g e
cerminan dari sifat tinggi hati sang pendengar/ pembicara yang memalingkan muka. 3. Duduk mendahului orang tua Mendahulukan orang tua mengambil tempat duduk adalah hak orang tua yang harus dijunjung tinggi oleh anak dimana pun orang tua dan anak berada. 4. Menghardik Menghardik berarti membentak atau melontarkan kata-kata dengan nada suara keras. Menghardik dimaksudkan untuk menakut-nakuti atau meluruskan sebuah kesalahan bila yang bersalah lebih muda dalam umur dan statusnya. 5. Berkacak pinggang di depan orang tua Orang beradab tinggi selalu bersikap rendah hati terhadap orang lain. Salah satu tanda dari sikap tinggi hati adalah berkacak pinggang di hadapan orang lain karena merasa dirinya lebih hebat daripada orang lain. Berpersaan orang lain lebih rendah derajatnya atau hina daripada dirinya adalah suatu perbuatan yang sangat tercela dan dimurkai oleh Allah. Contoh merendahkan derajat orang lain adalah “Saudara ini lulusan SD, apakah mungkin saudara mengerti benar dan salah dari perkara yang ada”. 6. Membelakangi 7. Merendahkan Merendahkan dalam artian memandang orang lain lebih rendah derajatnya/ kurang di mata kita. Merendahkan bisa 21 | P a g e
berupa ucapan maupun perbuatan. Contoh kasus anak yang merendahkan orang tua: “Kalau saya tidak bantu setiap bulan, tentu ibu bapak tidak bisa hidup”. Ucapan tersebut jelas-jelas merendahkan martabat orang tua karena memang sudah menjadi tanggung jawab seorang anak untuk membantu kehidupan ibu bapaknya.14
14
Yazid, op. cit., hlm.29-30
22 | P a g e
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pada hakekatnya seorang anak harus berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Meski orang tua masih dalam keadaan musyrik mereka tetap mempunyai hak untuk mendapatkan perlakuan yang baik dari anak-anaknya. Berbuat baik kepada orang tua harus didahulukan daripada fardhu kifayah dan amalan-amalan sunnah lainnya.. berbuat baik kepada kedua orang tua didahulukan daripada berjihad dan hijrah di jalan Allah. Berbuat baik kepada orang tua harus didahulukan daripada kepada istri dan anak-anak. Berbuat baik kepada orang tua tidak berarti harus meninggalkan kewajiban terhadap istri dn anak-anaknya. Kewajiban memberikan nafkah kepada itri dan anak-anak tetap dipenuhi walaupun kepada kedua orang tuanya harus didahulukan. Imam Qurthubi secara umum mengatakan bahwa dalam berbakti kepada kedua orang tua hendaknya seorang anak menyetujui apa yang dikehendaki, diinginkan dan dimaui oleh kedua orang tua. Fudlail bin Iyadl berkata, “Janganlah enngkau melayani kedua orang tuamu dalam keadaan malas”. Abu Hurairah ra dalam hadist shahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dalam kitabnya Al-Adabul Mufrad. Ketika Abu Hurairah ditanya bagaimana berbakti kepada kedua orang tua, ia berkata,
23 | P a g e
“Janganlah engkau memberikan nama seperti namanya, janganlah engkau berjalan dihadapannya, dan janganlah engkau duduk sebelum ia duduk”. Tidak boleh berbuat baik kepada kedua orang tua dalam bermaksiat kepada Allah. Apabila orang tua menyuruh melakukan sesuatu yang haram atau mencegah dari perbuatan yang wajib, maka tidak boleh ditaati. Bahwa orang yang paling baik untuk kita jadikan teman dan sahabat karib selama-lamanyaadalah orang tua sendiri. Harta yang dimiliki seorang anak pada hakekatnya adalah milik orang tua. Berikan kepada orang tua apa yang ada pada kita yang pada hakekatnya adalah milik orang tua.karena kita tidak bisa berusaha, bekerja dan endapat gaji, mendapatkan ma’isyah (mata pencaharian), karena sebab orang tua yang melahirkan dan mendidik kita. Kalau keduanya sudah meninggal, tetap berbuat baik dengan mendo’akan, menyambung tali silaturahmi kepada teman-teman orang tua yang disambungoleh keduanya. B. Saran Membicarakan tentang berbakti kepada orang tua, kita sebagai seorang anak harus mematuhi apa yang orang tua inginkan, selama hal tersebut tidak bertentangan dengan aqidah Islam. Hendaklah memperhatikan kedua orang tua seumur hidup dan jangan merasa lelah, capek, maupun letih dalam berbakti kepada keduanya, sebagaimana kita tidak capek dan letih dalam taat kepada Allah.
24 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA -
HR. Bukhari I/134, Muslim No. 85, Fathul Baari 2/9
-
HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad (2), Ibnu Hibban (2026-Mawarid), Tirmidzi (1900), Hakim (4/151-152)
-
HR. Bukhari (Fathul Baari 4/449 No. 2272), Muslim (2473) Bab Qishshah Ashabil Ghaar Ats Tsalatsah Wat-Tawasul bi Shalihil A’mal
-
HR. Bukhari 7/72, Muslim 2557, Abu Dawud 1693
-
Syaikh Salim Bin 'Ied Al-Hilali, Imam An Nawawi. (2014). Riyadhus Shalihin (Terjemahan Bahasa Indonesia). Jakarta: Pustaka Imam Asy Syafii
-
Tafsir Ibnu Katsir, Juz III, Cet.I. Maktabah Daarus Salam, 1413 H.
-
Yazid bin Abdul Qadir Jawas. (2006). Bingkisan Istimewa Menuju keluarga Sakinah. Bogor: Pustaka A-Taqwa.
-
Yazid bin Abdul Qadir Jawas. (2003). Kitab Birrul Walidain edisi Indonesia Berbakti Kepada Kedua Orang Tua. Jakarta: Darul Qolam.
xxv