MAKALAH ANALISA RESEP Mata Kuliah : Farmasetik II
Disusun Oleh :
1.
Desi Apriani
2.
Neng Elda
3.
Nurul hikmah .A
4.
Santi Apriani
5.
Yayan
DEPARTEMEN FARMASI UNIVERSITAS MATHLA’UL ANWAR
2013
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sed ikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hida yah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”ANALISA RESEP”. RESEP”. Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan segenap keluarga besar penulis yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Pandeglang, Desember 2013
Penyusun
BAB I
A.Pendahuluan
1. LATAR BELAKANG Ilmu resep adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-obatan menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat. Ada anggapan bahwa ilmu ini mengandung sedikit kesenian, maka dapat dikatakan bahwa ilmu resep adalah ilmu yang mempelajari seni meracik obat (art of drug compounding), terutama ditujukan untuk melayani resep dari dokter.
Penyediaan obat-obatan disini mengandung arti pengumpulan, pengenalan, pengawetan dan pembakuan dari bahan obat-obatan. Melihat ruang lingkup dunia farmasi yang cukup luas, maka mudah dipahami bahwa ilmu resep tidak dapat berdiri sendiri tanpa kerja sama yang baik dengan cabang ilmu yang lain, seperti fisika, kimia, biologi dan farmakologi.
Pada waktu seseorang mulai terjun masuk kedalam pendidikan kefarmasian berarti dia mulai mempersiapkan dirinya untuk melayani masyarakat dalam hal :
•Memenuhi kebutuhan obat-obatan yang aman dan bermutu. •Pengaturan dan pengawasan distribusi obat-obatan yang beredar di masyarakat. •Meningkatkan peranan dalam bidang penyelidikan dan pengembangan obatobatan. Mempelajari resep berarti mempelajari penyediaan obat-obatan untuk kebutuhan si sakit. Seseorang akan sakit bila mendapatkan serangan dari bibit penyakit, sedangkan bibit tersebut telah ada semenjak diturunkannya manusia pertama.
BAB II B. PEMBAHASAN
Berikut adalah jenis – jenis obat yang digunakan untuk pasien kelompok kami :
1. POTIO NIGRA CONTRA TUSSIM atau yang biasa disebut dengan OBH (Obat Batuk Hitam) merupakan sediaan yang berbentuk larutan yang berwarna hitam, dapat berfungsi sebagai sebagai pereda batuk, baik berdahak ataupun tidak berdahak. OBH Indoplus mengandung bahan aktif yang dapat mengatasi hidung yang tersumbat, sakit kepala, demam disertai flu.
2.
Sirup Thymi
Cara pembuatan : campurlah 15 bagian herba timi dengan air sesukupnya dan diamkan 12 jam dalam bejana tertutup. Masukan dalam perkolatordan sari dengan air, perkolat dipanasi sampai 90 0C dan diserkai hingga diperoleh 36 bagian hasil perkolat. Masukan dalam bejana tertutup dan tambahkan 64 bagian gula panaskan dengan pemanasan lemah hingga diperoleh 100 bagian sirup. Pemerian : sirup warna coklat, bau dan rasa seperti thymi. Sirup-sirup yang tercantum dalam FI ed III 1. Chlorpheniramini maleatis sirupus 2. Cyproheptadini hydrochloridi sirupus 3. Dextrometorphani hydrobromidi sirupus 4. Piperazini citratis sirupus 5. Prometazini hydrochloridi sirupus 6. Methidilazini hydrochloridi sirupus 7. Sirupus simplex yang dibuat dengan melarutkan 65 bagian sacharosa dalam larutan metil paraben secukupnya hingga diperoleh 100 bagian sirup. Dalam perdagangan dikenal “dry syrup” yaitu syrup berbentuk kering yang kalau akan dipakai ditambahkan sejumlah pelarut tertentu atau aqua destilata, biasanya berisi zat yang tidak stabil dalam suasana berair.
3. SANMOL diindikasikan untuk meringankan rasa sakit pada keadaan sakit kepala, sakit gigi, menurunkan demam yang menyertai influenza dan demam setelah imunisasi.
Kontra Indikasi: - Hipersensitivitas pada Paracetamol. - Penderita dengan gangguan fungsi hati yang berat.
Komposisi: Tiap 0.6 ml mengandung Paracetamol 60 mg (100 mg/ml)
Farmakologi: SANMOL mengandung Paracetamol yang bekerja sebagai nalgesik, bekerja dengan meningkatkan ambang rangsang rasa sakit dan sebagai antipiretik, diduga bekerja langsung pada pusat penghantar panas di hipotalamus.
Efek Samping: - Penggunaan jangka lama dan dosis besar dapat menyebabkan kerusakan hati. - Reaksi hipersensitivitas.
Perhatian:
Hati-hati penggunaan obat ini pada penderita penyakit ginjal.
Bila setelah 2 hari demam tidak menurun atau setelah 5 hari nyeri tidak
menghilang, segera hubungi unit pelayanan kesehatan.
Penggunaan obat ini pada penderita yang mengkonsumsi alkohol, dapat
mengakibatkan risiko kerusakan fungsi hati.
Dosis:Di bawah 1 tahun: 0.6 ml, 3 - 4 kali sehari. 1 - 2 tahun: 0.6 ml - 1.2 ml, 3 - 4 kali sehari.
Penyimpanan: Simpan pada suhu kamar (25 - 30 derajat C), terlindung dari cahaya.
4. Diazepam adalah turunan dari benzodiazepine dengan rumus molekul 7kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1,4-benzodiazepin-2-on.
Merupakan
senyawa Kristal tidak berwarna atau agak kekuningan yang tidak larut dalam air. Secara umum , senyawa aktif benzodiazepine dibagi kedalam empat kategori berdasarkan waktu paruh eliminasinya, yaitu : 1. Benzodiazepin short-acting, dengan waktu paruh kurang dari 6 jam. Termasuk didalamnya triazolam, zolpidem dan zopiclone. 2. Benzodiazepin intermediate-acting, dengan waktu paruh 6 hingga 24 jam. Termasuk didalamnya estazolam dan temazepam. 3. Benzodiazepin long-acting, dengan waktu paruh lebih dari 24 jam. Termasuk didalamnya flurazepam, diazepam dan quazepam. - Indikasi
Diazepam digunakan untuk memperpendek mengatasi gejala yang timbul seperti gelisah yang berlebihan, diazepam juga dapat diinginkan untuk gemeteran, kegilaan dan dapat menyerang secara tiba-tiba. Halusinasi sebagai akibat mengkonsumsi alkohol. diazepam juga dapat digunakan untuk kejang otot, kejang otot merupakan penyakit neurologi. dizepam digunakan sebagai obat penenang dan dapat juga dikombinasikan dengan obat lain.
- Kontraindikasi
1. Hipersensitivitas 2. Sensitivitas silang dengan benzodiazepin lain 3. Pasien koma 4. Depresi SSP yang sudah ada sebelumnya 5. Nyeri berat tak terkendali 6. Glaukoma sudut sempit 7. Kehamilan atau laktasi 8. Diketahui intoleran terhadap alkohol atau glikol propilena (hanya injeksi) - Bentuk Sediaan Obat
·
Per oral : 2-10 mg
·
IM / IV : 5-10 mg
Diagnosis
·
Kelas
terapi
:
antikonvulsan,
Obat
dengan
kelas
terapi
antiansietas,
dan sedatif.
·
Sub kelas terapi
: Susunan saraf pusat (SSP)
·
Nama obat dagang
: - Stesolid
- Valium - Validex - Valisanbe - Neurodial - Metaneuron - Danalgin
·
Nama obat Generik
: - Flurazepam
- Diazepam - Quazepam - Temazepam ·
Rumus
bangun
: 7-Kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-fenil-2H-1.4-
benzodiazepin-2-on. C16H13ClN2O (FI. IV)
Mekanisme Kerja Obat
Bekerja pada sistem GABA, yaitu dengan memperkuat fungsi hambatan neuron GABA. Reseptor Benzodiazepin dalam seluruh sistem saraf pusat, terdapat dengan kerapatan yang tinggi terutama dalam korteks otak frontal dan oksipital, di hipokampus dan dalam otak kecil. Pada reseptor ini, benzodiazepin akan bekerja sebagai agonis. Terdapat korelasi tinggi antara aktivitas farmakologi berbagai benzodiazepin dengan afinitasnya pada tempat ikatan. Dengan adanya interaksi benzodiazepin, afinitas GABA terhadap reseptornya akan meningkat, dan dengan ini kerja GABA akan meningkat. Dengan aktifnya reseptor GABA, saluran ion klorida akan terbuka sehingga ion klorida akan lebih banyak yang mengalir masuk ke dalam sel. Meningkatnya jumlah ion klorida menyebabkan hiperpolarisasi sel bersangkutan dan sebagai akibatnya, kemampuan sel untuk dirangsang berkurang.
Efek Terapi
- Sedasi
: Penurunan terhadap tingkat stimulus
- Hipnosis
: Dapat menyebabkan tidur
- Anestesi
: Akan menekan SSP ke titik yang dikenal sebagai stadium III anastesi umum
-
Anti
konvulsi
:
penyebaran
Menghambat
perkembangan
dan
aktivitas epileptifourmis dalam SSP
- Relaksasi otot
: Merelaksasikan otot volunter yang berkontraksi pada penyakit sendi atau spasme otot
- Respirasi dan Kardiovaskuler pada
: Menimbulkan depresi paru pernapasan penderita
paru
pada kardiovaskuler
obstruktif
dan
depresi
Efek Samping
- SSP
:Mengantuk, sakit kepala, lemas
- Kardiovaskular
:Bradikardi, kolaps
- Dermatologi
:Urtikaria
- Hematologi
:Neutropenia
- Saluran cerna
:Konstipasi
- Saluran Pernapasan
:Batuk, Depresi pernapasan
Cara Pembeian Obat
Obat ini diberikan secara oral untuk mencegah ataksia atau sedasi berlebih, dan dosis dapat dinaikkan secara bertahap bila diberikan secara parenteral (suntikan,) dalam pembrian IVsecara langsung tidakmemungkinkan, boleh melalui pipa infuse, sedekat mungkin dengan insersinya kedalam vena (karena diazepam sulit terlarut), dan secara lambat didalam vena besar mengurangi resiko tromboflebitis , sedangkan melalui suntik IM dilakukan secara lambat dan tidak konstan
Dosis Obat
-Per Oral: - Dewasa: 2-10 mg, 2- 4 X sehari, tergantung indikasinya. -Bayi (> 6 Bulan):1-2,5 mg, 3X sehari atau 4 X sehari sebagai permulaan, dinaikkan secara bertahap sesuai kebutuhan. -Parenteral: -Dewasa:7-10 mg, IM atau IV sebagai permulaan, diulangi 3-4 jam kemudian bila diperlukan,dan sesuai indikasinya. -Anak (> 5 tahun): 5-10 mg, IM atau IV(perlahan), sesuai dengan indikasinya -Anak kecil (1 bulan -5 tahun):0,2-2 mg IM atau IV sesuai dengan indikasinya
Nasib Obat
a.
Absorbsi : diabsorbsi dari lambung kedalam darah, begitu juga dari usus
halus b. c. d.
Distribusi: di distribusi kedalam darah Metabolisme: dimetabolisme dalam hati Ekskresi: diekskresikan terutama dalam ginjal, dan urine
Interaksi Obat
Akohol, analgesic narkotik, hipnotik-sedatif, dan defresan SSP lainnya:memperberat depresi SSP. Memp
5. TAMOX 500
KANDUNGAN Amoxicillin/Amoksisilina trihidrat.
INDIKASI Infeksi saluran nafas, saluran kemih & kelamin, kulit & jaringan lunak.
KONTRA INDIKASI Hipersensitif terhadap Penisilin. Mononukleosis infeksiosa.
PERHATIAN Hipersensitif terhadap Sefalosporin. Gangguan ginjal. Leukemia limfatik.
Interaksi obat : Probenesid memperpanjang waktu paruh Amoksisiklin dalam plasma. Allopurinol meningkatkan kemungkinan ruam kulit. Amoksisiklin mengurangi efektifitas kontrasepsi oral.
EFEK SAMPING Gangguan lambung-usus, reaksi alergi, anafilaksis, kelainan darah, superinfeksi.
INDEKS KEAMANAN PADA WANITA HAMIL Baik penelitian reproduksi hewan tidak menunjukkan risiko pada janin maupun penelitian terkendali pada wanita hamil atau hewan coba tidak memperlihatkan efek merugikan (kecuali penurunan kesuburan) dimana tidak ada penelitian terkendali yang mengkonfirmasi risiko pada wanita hamil semester pertama (dan tidak ada bukti risiko pada trisemester selanjutnya).
KEMASAN Kaplet 500 mg x 10 x 10 biji.
DOSIS Dewasa & anak-anak dengan berat badan lebih dari 20 kg : 3 kali sehari 250-500 mg, berat badan kurang dari 20 kg : 3 kali sehari 25-50 mg/kg berat badan. Gonore : 3 gram sebagai dosis tunggal.
PENYAJIAN Dikonsumsi bersamaan dengan makanan
6. Lacto - B :
KANDUNGAN Komposisi Per Sachet mengandung : Energi 3,4 Kalori, Karbohidrat 0,6 gram, Protein 0,02 gram, Lemak total 0,1 gram, Vitamin C 10 mg, Vitamin B1 0,5 mg, Vitamin B2 0,5 mg, Vitamin B6 0,5 mg, Niacin 2 mg.
INDIKASI LACTO B SACH@40 Kandungan Per sachet Viable cell counts 1 x 107 CFU/g (Lactobacillus acidophilus, bifidobacterium longun, Streptococcus faecium), vit C 10 mg, vit Bi 0.5 mg, vit B2 0.5 mg, vit B6 0.5 mg, niacin 2 mg, protein 0.02 g, fat ! 0.1 g. Energi: 3.4 kal. Indikasi Pengobatan diare & pencegahan intoleransi laktosa Kontra Indikasi -Efek Samping -Perhatian Dosis Anak 1-6 thn 3 sachet/hr, <1 2sachet/hr. Interaksi -Kemasan : Sachet 40
7. OBH
Ammonium Chlorida (FI III, hal 87) ·
Nama lain
: Ammonium klorida
·
Pemerian
: Serbuk atau hablur putih ; tidak berbau ; rasa asin dan
dingin ; higroskopis.
·
Kelarutan
: Mudah larut dalam air dan dalam gliserol, lebih mudah
larut dalam air mendidih, agak sukar larut dalam etanol (95%) P. ·
Khasiat
: Ekspektoran
2.
S.a.s.a (Solutio Ammoniae Spirituosa Anisata) (Fh 5, hal 522)
·
Minyak adas manis
4
·
Spiritus
76
·
Ammonia
20
·
Cara pembuatannya : Larutkan 4 bagian minyak adas manis dalam 76
bagian spiritus, tambahkan 20 bagian ammonia zat cair yang mula-mula tidak berwarna lama kelamaan menjadi kuning muda, bau kuat seperti minyak adas manis seperti ammonia. 3.
Succi Liquir / Chlyrhizae Succus / Ekstrak akar manis (FI IV, hal 416)
·
Pemerian
: Batang berbentuk silinder atau bongkah besar licin agak
mengkilap, hitam coklat tua atau serbuk berwarna coklat. ·
Khasiat
: Zat tambahan (FI III, hal 276), ekspektoran (OOP, hal
274). § Perhitungan Dosis 1.
DM Ammonium klorida = (- / 10 g)
-
DM 1xh
= 10/20 x 10 g = 5 gram
-
DR 1xp
= 15ml / 60 ml x 1,2 g = 0,3 gram
1xh -
= 0,3 gram x 4 = 1,2 gram
% DR 1xh
= DR / DM x 100 %
= 1,2g / 5g x 100 % = 24 % § Perhitungan Bahan 1.
Succi liquir 10 = 10 / 300 ml x 60 ml = 2 g
2.
Ammonium klorida 6 = 6 / 300 ml x 60 ml = 1,2 g
3.
S.a.s.a 6 = 6 / 300 ml x 60 ml = 1,2 g
4.
Aquades add 60 ml = 60 ml – (10 + 6 + 6) = 38 ml
- Cara Pembuatan
4.
1.
Disiapkan alat dan bahan
2.
Timbangan disetarakan
3.
Ditimbang succi liquir 2 g, dimasukkan ke dalam beaker glass
Ditimbang ammonium klorida dengan gelas arloji, dimasukkan ke campuran no. (3), aduk add homogeny. 5.
Dimasukkan dalam botol coklat.
6.
Ditambahkan s.a.s.a ke dalam botol 2-3 tetes
7.
Tutup botol dan diberi etiket putih
da kloramfenikol dan rivanol sediaan larut sempurna dan volumenya juga sesuai.
8. Kodeina atau kodein (bahasa Inggris: codeine, methylmorphine) ialah asam opiat alkaloid yang dijumpai di dalam candu dalam konsentrasi antara 0,7% dan 2,5%. Kebanyakan kodein yang digunakan di Amerika Serikat diproses dari morfin melalui proses metilasi. [1]
Kodein yang terkonsumsi akan teraktivasi oleh enzim CYP2D6 [2]
dalamhati
di
menjadi morfin, sebelum mengalami proses glusuronidasi, sebuah [3]
mekanisme detoksifikasi bagi xenobiotik .
Walau bagaimanapun, morfin tersebut tidak dapat digunakan, mengingat 90% kodein yang diambil akan dimusnahkan dalam usus halus (rembesan dari hati) sebelum berhasil memasuki peredaran darah. Oleh itu, kodein seolah-olah tidak brpengaruh atas penggunanya, namun efek samping seperti analgesia, sedasi, dan kemurungan pernapasan masih terasa. Kodein digunakan sebagai peredam sakit ringan. Kodein selalu dibuat dalam bentuk pil atau cairan dan bisa diambil baik secara sendirian atau gabungan dengan kafein, aspirin, asetaminofen, atau ibuprofen. Kodein sangat berperan untuk meredakan batuk. Seperti semua jenis opioid, penggunaan kodeina yang berkelanjutan
mengakibatkan ketergantungan secara fisik dan psikologi. Sebuah kelompok yang bernama Codeine Free didirikan untuk membantu mereka yang mengalami ketergantungan pada kodeina. Kodein merupakan obat yang paling banyak digunakan dalam perawatan kesehatan.
Uraian penyakit pasien Diare
Pada umumnya masalah penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar di Indonesia baik dikarenakan masih buruknya kondisi sanitasi dasar, lingkungan fisik maupun rendahnya perilaku masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, dan masih banyak faktor penyebab munculnya penyakit diare tersebut. Kebersihan lingkungan merupakan suatu yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan pada umumnya. Banyaknya penyakit-penyakit lingkungan yang menyerang masyarakat karena kurang bersihnya lingkungan disekitar ataupun kebiasaan yang buruk yang mencemari lingkungan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan penyakit yang dibawa oleh kotoran yang ada di lingkungan bebas tersebut baik secara langsung ataupun tidak langsung yaitu melalui perantara. Penyakit diare merupakan suatu penyakit yang telah dikenal sejak jaman Hippocrates. Sampai saat ini, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama masyarakat Indonesia Diare merupakan penyakit berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian dan dapat menimbulkan letusan kejadian luar biasa (KLB). Penyebab utama kematian pada diare adalah dehidrasi yaitu sebagai akibat hilangnya cairan dan garam elektrolit pada tinja diare (Depkes RI, 1998). Keadaan dehidrasi kalau tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal. Tentang penatalaksanaan dan pencegahan diare, peran orang tua yang paling penting. Tingkat pengetahuan orang tua tentang diare pada balita sangat
berpengaruh terhadap penatalaksanan dan pencegahan terhadap diare itu sendiri. Pengetahuan orang tua dengan kejadian diare pada balita dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti media masa, penyuluhan yang dilakukan tim kesehatan, lingkungan maupun dari berbagai sumber lainnya. Selama ini persepsi yang sering muncul di masyarakat tentang diare adalah karena proses pembuangan zat-zat sisa yang tidak diperlukan oleh tubuh dan tidak memerlukan penanganan karena akan sembuh dengan sendirinya. Atau mungkin juga muncul persepsi jika balita tidak kunjung sembuh dari diare, maka orientasi ibu selalu menginginkan anaknya segera dapat buang air secara normal saran tanpa memperhitungkan akibat buruk dari obat diare yang tidak sesuai penggunaannya.
Kejang Kejang demam merupakan penyakit yang lazim ditemui pada bayi dan anak
usia 6 bulan sampai 5 tahun dan paling sering ditemui pada usia 9-20 bulan. Kejang demam merupakan penyakit yang diturunkan, jika orang tua pernah mengalami kejang deman maka anak mereka berpotensi sangat besar untuk mengalami kejang demam. Kejang demam biasanya dianggap sebagai kondisi yang tidak membahayakan. Kejang yang terjadi biasanya bersifat lokal pada awalnya dan hanya akan menjadi kejang umum jika terdapat peningkatan suhu tubuh pasien yang melewati ambang batas. Kejang akibat demam jarang sekali berlangsung lebih dari beberapa menit, selain itu umunya tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan EEG saat kejang terjadi dan pasien memiliki [1]
kemungkinan untuk sembuh sempurna.
Kejang demam biasanya timbul pada anak dengan suhu tubuh diatas 38°C (100.4°F). Selain itu infeksi virus atau bakteri dan bahkan imunisasi yang menyebabkan demam tinggi seperti herpes virus dapat m enjadi faktor penyebab dari kejang demam. Hingga saat ini masih belum ditemukan obat profilaksis antiepilepsi untuk mencegah terjadinya kejang demam.
[1]
Perbedaan mendasar antara kejang demam dan penyakit serupa yang lebih
serius seperi demam ensephalitis akut atau ensephalopathic adalah terdapatnya kejang fokal ataupun kejang yang berkepanjangan. Selain itu, jika dilihat pemeriksaan EEGnya akan ditemukan kelainan serta ditemukannya kondisi complicated febrile seizures atau kejang demam berulang tiap ada kenaikan suhu tubuh pasien. Pasien seperti inilah yang memiliki prosentase tinggi untuk mengalami komplikasi seperti kejang atypical, petit mal, atonic, dan astatic spells yang diikuti kejang tonic, mental retardation, dan partial complex epilepsy
SKRINING RESEP Menurut Keputusan Mentri Kesehatan No. 1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang standard pelayanan kefarmasian di apotek, Apoteker dalam melakukan skrining resep meliputi : 1. Persyaratan adsministratif : -Nama, SIP, dan Alamat dokter. -Tanggal penulisan resep -Tanda tangan / paraf dokter penulis resep. -Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien -Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta -Cara pemakian yang jelas -Informasi lainnya 2. Kesesuaian farmasetik : bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompaktibilitas, cara dan lama pemberian. 3. Pertimbangan klinis : adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain).
Perhitungan Dosis Soal
A. Resep 1
R/ Potio nigra contra tussim 250 gr Syr Thymi
52 gr
HCl Codein
100 mg
Pulv doveri
3 gr
M.f la potio S3 dd C I
Pro = Uni 4 tahun
-
Penyelesain
1.
HCl Codrein DM = 4/16 x 60mg/300 mg = 15 mg/75 mg
2. Doveri DM = 4/16 x 1,5 mg/ 5 mg = 0,375 mg/1,25 mg -
Pemakain dalam resep Jumlah larutan = 52/305,1 > 1/6, sehingga Bj larutan 1,3
1. HCl Codein 1 x pakai = 15x 1,3/ 305,1 x100 mg = 6,391 mg , < 15 mg Sehari = 3 x 15x1,3/305,1 x 100 mg = 19,174, < 75 mg
2. Pulv Doveri 1 x pakai = 15 x 1,3/305,1 x 3 gr = 0,91 g, < 0,375 g Sehari = 3 x 15 x 1,3/305,1 x 3 gr = 0,575, < 125 gr
-
Dosis sinergis
1. Dosis 1 kali pakai
X 100 % +
x 100 % +
X 100 %
x 100 %
= 42, 6 % + 50,9 = 93,5 TOD
-
Dosis Sehari
=
X 100 % +
X 100 % +
X 100 %
= 25,56 % + 46 % = 71,56 TOD
X 100 %
B. Resep 2 R/ Sanmol 2 mg S 4 d d 1 cc R/ Diazepam
2 mg
Etamox
15 mg
SL
q.s
m.f.pulv.dtd No. X S b d d pulv I
R/ Lacto B sacc VI S b d d sacc ½
Pro = Felisa ( 6 bulan ) Keterangan : Pasien demam , kejang selama 4 hari dan terus diare 2 hari dan tidak nafsu makan
-
Penyelesaian Resep standar OBH R/ Succus liquiritae
10
Amonil Chlorida
6
S.A.S.A
6
Agua destilat
300
m.f.potio
maka, R/
Succus liquiritae
10 = 10/300 x 250 = 8,3 gr
Amonil Chlorida
6
= 6/300 x 250
= 5 gr
S.A.S.A
6
= 6/300 x 250
= 5 gr
Agua destilat
300 = 278/300 x 250 = 231,6 gr
1. Menghitung DL Amonium Chlorida -
DL = 500 – 1 gr/ 2 – 4 gr = 4/1,6 x 500 – 1g/2 – 4 gr = 125 – 0,25 gr/ 0,5 – 1 gr = 125 – 250 / 500 – 100 mg
-
DM = -/ 10 gr = 4/16 x -/10 gr = - / 2500 mg
-
Dosis 1 x pakai = 15 x 35 x 1,3 /250 = 0,3 gr / 1,95 mg
-
Dosis sehari = 3 x 0,3 gr = 1,17 , OD
-
Penurunan Dosis Dosis 1 x pakai = 7,5 x 5 x 1,3 / 250 = 0,195 gr / 195 mg Sehari
= 3 x 0,195 gr = 0,585 gr / 585 mg , TOD
2. Diazepam -
DL = 6/150 X -/5 mg – 30 mg = -/ 0,2 mg – 1,2 mg
-
DM = 6/150 X -/40 mg = -/ 1,6 mg
3. Etamox -
DL = 6/150 x 250 – 500 mg/ 750 – 1000 mg = 10 – 20 mg/30 – 40 mg
-
DM = 6/150 x -/ 4,5 mg = -/ 0,18 mg
4. Sanmol Drop -
DL = n / 150 x DL = 6/150 x 325 – 1000 mg/ 1,3 – 4 gr = 13 – 40mg/ 52 – 160 mg
-
DM = n/150 X DM = 6/150 x -/4 gr = -/16 mg (0,16 gr )
-
Pengambilan Obat
1. Diazepam 2 x 10 /5 = 4 tab ( 20mg ) , TOD 2.
Etamox 15 x 10/ 125 = 1,2 tab ( 150 mg ), TOD
Dari hasil perhitungan dosis resep diatas ( resep 2 ) tepat dosis, akan tetapi antara obat diazepam dan etamox tidak bias di campur karena antibiotic harus dihabiskan sedangkan diazepam hanya diminum bila perlu atau saat kejang. Melihat keadaan pasien yang mengalami diare selama 2 hari, seharusnya ditambahkan obat yang bias menggantikan cairan tubuh yang hilang seperti Pedialit atau Oralit. Keluhan pasien yang tidak n afsu makan harusnya ditambah Vitamin. Dan dari resep ke 2 ada masalah yang berkaitan dengan obat yaitu ada indikasi tetapi tidak ada obat dan interaksi obat.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pengamatan dan perhitungan resep, dapat disimpulkan bahwa : 1. Resep I TOD semua, kelengkapan resep kurang 2. Resep II, kelengkapan resep kurang, perlu perbaikan resep atau penambahan obat
B. Saran -
Menulis resep harus lengkap pada taaap skrining resep
-
Tinjau kembali keluhan pasien dan obat yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Kejang_demam / ( 29 Desember 2013 ) http://jendelafarmasi.blogspot.com/2011/10/skrining-resep.html ( 29 Desember 2013)
poetra-rastafara.blogspot.com/2010/11/ diazepam.html ( 30 desember 2013) stikes-kediri.blogspot.com › antibiotik ( 30 Desember 2013 )