ANODIZING
1. Pengertian Anodizing Anodizing adalah sebuah proses elektrokimia yang bertujuan untuk mempertebal atau memperkuat lapisan protektif alami pada logam. Lapisan anodik adalah bagian dari logam yang dilapisi, namun memiliki struktur berpori yang memberikan reaksi sekunder seperti pewarnaan. Proses ini juga dapat mengubah permukaan logam menjadi lebih dekoratif, andal, tahan terhadap korosi. Aluminium adalah logam yang paling sesuai untuk anodizing. Logam non-ferrous lainnya yang dapat dipergunakan untuk anodizing adalah magnesium dan titanium. Berikut adalah kelebihan proses pelapisan logam dengan cara anodizing : -
Keandalan Pada umumnya produk yang mengalami anodisasi memiliki umur pakai yang lebih lama dan memiliki keandalan yang baik. Hal ini merupakan implikasi positif dari sifat lapisan yang terikat dengan kuat dengan substrat logam dasarnya.
-
Stabilitas warna Warna yang diaplikasikan pada lapisan hasil anodisasi tahan terhadap sinar ultraviolet sehingga tidak mudah pudar.
-
Kemudahan perawatan Goresan dan cacat pada permukaan akibat logam melewati proses produksi,
pemindahan,
instalasi,
atau
bahkan
kesalahan
akibat
pembersihan yang terlalu sering bukanlah suatu masalah besar. Goresan maupun cacat tersebut dapat segera dihilangkan dengan menggunakan sabun dan air yang dapat mengembalikan permukaan logam seperti semula. Untuk endapan yang lebih sulit, dapat digunakan mild abrasive cleaners.
-
Estetika Anodizing dapat menghasilkan kilap yang sangat baik dan juga pilihan warna yang menarik. Tidak seperti proses surface treatment lainnya, anodizing tetap mengizinkan aluminium mempertahankan tampilan khasnya sebagai logam.
-
Biaya untuk jangka waktu yang lama, anodizing merupakan pilihan surface treatment yang dapat memberikan nilai awal dan nilai perawatan yang lebih rendah dibandingkan proses lainnya.
-
Kesehatan dan keselamatan Anodizing merupakan proses yang sangat aman dan tidak membahayakan kesehatan manusia. Hasil dari proses anodizing, lapisan anodik, memiliki stabilitas kimia yang baik, tidak mudah terdekomposisi, tidak beracun, dan tahan terhadap suhu tinggi mencapai titik leleh aluminium itu sendiri.
2. Anodizing Berdasarkan Sumber Arus Berdasarkan sumber arus saat proses, anodizing dibagi menjadi dua, yaitu : 1) AC anodizing AC anodizing adalah anodizing yang menggunakan arus bolakbalik (alternating current). Proses pembentukan oksida pada AC anodizing lebih lambat daripada DC anodizing karena polaritas positif dan negatif power supply bergantian secara cepat. Anodizing tipe ini sering digunakan dengan tujuan memperoleh hasil pelapisan dengan kekerasan rendah. Aplikasi anodizing tipe ini adalah pada pembuatan aluminium foil. Apabila pembuatan aluminium foil dilakukan menggunakan DC anodizing, maka akan diperoleh hasil anodizing dengan kekerasan tinggi yang mengakibatkan aluminium foil akan patah jika di tekuk atau di rol. Apabila pembuatan aluminium foil ini dilakukan dengan menggunakan
AC anodizing maka akan diperoleh aluminium foil dengan sifat tahan tekuk dan rol. 2) DC anodizing DC anodizing adalah anodizing yang menggunakan arus searah (dirrect current). Proses pembentukan oksida pada DC anodizing lebih cepat daripada AC anodizing karena polaritas positif power supply selalu berada pada benda kerja. Anodizing tipe ini sering digunakan dengan tujuan memperoleh hasil pelapisan dengan kekerasan tinggi. DC anodizing dapat dilakukan dengan dua metode yaitu continuous anodizing dan pulse anodizing. a) Continuous anodizing Continuous anodizing adalah jenis anodizing yang paling sering dilakukan. Continuous anodizing dilakukan dengan besar arus yang dialirkan saat proses anodizing dijaga konstan. b) Pulse anodizing Pulse anodizing adalah jenis anodizing yang dilakukan dengan rapat arus naik turun secara periodik seperti gambar 1. Pulse anodizing ini dilakukan dengan merubah rapat arus yang diberikan secara cepat. Dengan demikian pada saat On Time (t1), pembentukan lapisan oksida akan lebih banyak terjadi karena memiliki arus yang paling tinggi. Sedangkan pada saat Off Time (t2) , tidak ada pemberian arus, untuk mencegah panas yang ditimbulkan selama arus yang mengalir (joule heat), panas yang terjadi akan memicu proses peluruhan yang semakin cepat dan menyebabkan lapisan yang terbentuk porositasnya semakin besar.
Gambar 1. The waveform of pulsed current. keterangan : ip = arus puncak (A) iav = arus rata-rata (A) ton = waktu arus dialirkan (detik) toff = waktu arus diputus atau arus tidak dialirkan (detik) Perhitungan On Time dan Off Time dapat dilakukan dengan menggunakan persamaan berikut :
f
1 t1 t 2
(1) keterangan : t1 = On Time (detik) t2 = Off Time (detik) f = frekuensi (Hz) Maka, nilai Off Time dapat ditentukan dari nilai On Time dengan persamaan:
t2
1 ft1 f
(2) Misal, jika pada t1 diketahui nilai On Time adalah 0,1 detik dan frekuensi yang digunakan adalah 6Hz, maka nilai Off Time adalah: t2
1 ft1 1 6 x0.1 0.07 detik f 6
Duty cycle Duty cycle dapat diartikan proporsi arus yang dialirkan selama satu detik pada metode pulse. Dapat dilihat pada rumus : Duty cycle (%) =
t1 x 100 % t1 t 2
(3) keterangan : t1 dan t2 dalam satuan milli - detik. Maka, nilai duty cycle untuk frekuensi 6 Hz, on time 0,1 detik dan off time 0,07 adalah 60 %. Pada kenyataanya, proses pulse anodizing tidak dapat terjadi dengan ideal. Ketika arus terletak pada titik paling rendah (i2) dan menuju ke titik paling tinggi (i1), kenaikan arus tidak bisa terjadi seketika. Sedangkan penurunan arus dari i1 menuju i2 dapat turun secara drastis. Proses Pulse Anodizing aktual dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Bentuk aktual proses Pulse Anodizing. 3. Tipe-Tipe Anodizing Terdapat 3 (tiga) tipe anodizing yang paling umum digunakan antara lain :
Chromic Acid Anodizing (Tipe I) Tipe ini menggunakan larutan elektrolit chromic acid dan menghasilkan lapisan yang paling tipis, hanya sekitar 0,5 hingga 2,5 mikron. Pada saat proses berlangsung, 50% Al2O3 terintegrasi ke dalam substrat dan 50% pertumbuhan lapisan kearah luar. Dapat meningkatkan ketahanan korosi pada alumunium. Lapisan yang
dihasilkan cenderung lebih ulet
dibandingkan tipe lainnya.
Sulfuric Acid Anodizing (Tipe II) Tipe ini adalah tipe yang paling umum dilakukan yaitu dengan menggunakan larutan sulfuric acid sebagai elektrolit dengan kemampuan menghasilkan lapisan protektif hingga 25 mikron. Selama proses berlangsung, 67% oksida protektif terintegrasi ke dalam substrat dan sisanya tumbuh kea rah luar. Lapisan yang dihasilkan permeable dan porous sehingga dapat dilakukan pewarnaan. Tipe II biasa digunakan untuk aplikasi arsitektur, bagian pesawat terbang, otomotif, maupun komputer.
Hard Anodizing (Tipe III) Menggunakan larutan elektrolit yang sama dengan tipe II namun dengan konsentrasi yang lebih tinggi pada temperatur yang lebih rendah. Lapisan yang dihasilkan lebih tangguh, memiliki ketahanan abrasi yang baik, ketahanan korosi, anti pudar, tahan terhadap suhu tinggi, dan memiliki kekerasan yang baik. Lapisan mencapai ketebalan 75 mikron sehingga juga dapat menjadi insulator listrik yang baik. Umumnya digunakan pada peralatan yang membutuhkan ketahanan aus yang sangat tinggi seperti pada piston dan hydraulic gear.
Gambar 3. Hard anodized hydraulic gear
4. Proses Anodizing Terdapat 6 (enam) langkah dasar dalam proses anodizing. Langkah-langkah tertentu tidak dibutuhkan bergantung pada tipe paduan logamnya. Semakin lama waktu anodizing, semakin dalam permukaan yang teretsa. Berikut adalah langkah-langkah umumnya : 1.
Celupkan bagian logam ke dalam larutan non-etch cleaner pada 55 – 60°C selama 3 – 5 menit, kemudian bilas dengan air bersih.
2.
Lakukan pengetsaan, jika menginginkan hasil yang matte lakukan pada suhu 50°C dalam 50 – 100 g/l NaOH selama satu menit atau lebih lama, kemudian bilas dengan air bersih.
3.
Bagian yang telah dietsa, rendam logam dalam larutan desmut 10% HNO3 selama 1 menit, bilas dengan air bersih.
4.
Lakukan anodisasi dengan besar arus 1 – 1.5 A/dm2 selama 30 – 45 menit pada temperatur kamar (20 - 22°C), bilas selama minimal 1 menit dan lakukan dua kali.
5.
Celupkan bagian logam ke dalam dye solution pada temperatur 60oC selama 15 detik hingga 15 menit, bilas.
6.
Lakukan sealing dalam nickel acetate sealant selama minimal 20 menit 85 – 90oC, bilas.
Gambar 4. Alat dan bahan untuk anodizing
Cleaning Sangat penting untuk membersihkan bagian yang akan dianodisasi agar diperoleh hasil akhir yang memuaskan. Kebersihan bagian logam dapat diperiksa dengan menggunakan water-break test. Bagian yang telah dibersihkan tidak boleh disentuh dengan menggunakan tangan karena dapat mengakibatkan kotoran dan lemak menempel lagi.
Anodizing
Gambar 5. Tanki anodizing dan rangkaiannya
Logam aluminium yang akan dianodisasi dicelupkan ke dalam larutan elektrolit, asam sulfat lemah, dan dialirkan arus searah melewatinya. Aluminium dihubungkan dengan arus positif (bertindak sebagai anoda). Sedangkan yang bertindak sebagai katoda antara lain ; timbal, aluminium, maupun grafit, namun yang paling umum digunakan adalah aluminium. Arus yang melewati bagian aluminium yang akan di anodisasi mengakibatkan permukaan aluminium (anoda) teroksidasi membentuk aluminium oksida. Lapisan oksida berbentuk seperti struktur sarang lebah (honeycomb) yang memiliki banyak pori-pori berukuran mikroskopis. Pori-pori berbentuk seperti tabung sehingga dapat menampung zat warna untuk pewarnaan.
Gambar 6. Tahap-tahap pembentukan lapisan oksida porous aluminium
Gambar 7. Tampilan permukaan dan penampang melintang lapisan oksida aluminium. (From T. Kyotani, L. Tsai, and A. Tomita, Chemistry of Materials, Vol. 8, p 2109, 1996).
Coloring & Mixing Terdapat beberapa cara untuk mengaplikasikan warna pada permukaan logam yang baru saja dianodisasi. Cara yang paling mudah dilaukan adalah dengan mencelupkan bagian logam ke dalam dye solution selama beberapa waktu. Cara lainnya adalah dengan spraying, brushing, silk screen, dan sebagainya. Proses pencampuran, selanjutnya disebut mixing, dapat dilakukan untuk mendapatkan spektrum warna yang lebih kompleks. Sealing Nickel acetate sealant panas sebaiknya digunakan untuk menutup poripori lapisan yang telah dianodisasi dan telah diwarnai. Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan metoda hot sealing ini adalah dapat mencegah terjadinya color bleeding selama proses berlangsung. Sementara cold sealing digunakan pada pewarnaan yang sifatnya natural. Cold sealing dilakukan pada temperatur kamar sehingga lebih hemat energi.
5. Anodizing Pada Aluminium Proses utama, dalam oksidasi anoda alumunium memerlukan larutan asam sulfat, asam kromat atau campuran asam sulfat dan asam oksalat.
t : tebal lapisan yang teroksidasi A. Permukaan alumunium sebelum proses oksidasi anoda
t : tebal lapisan t : oksida 2 kali t
B. Permukaan anodisasi alumunium yang menunjukkan lapisan oksida Gambar 8. Perubahan Tebal Lapisan Pada Proses Anodizing Alumunium Selama proses oksidasi anoda permukaan alumunium dirubah menjadi oksida alumunium. Ketebalan oksida kurang lebih dua kali alumunium yang hilang. Lazimnya oksidasi anodik menggunakan asam sulfat, karena selain murah mudah untuk dikontrol, dan hasil pelapisannya mempunyai sifat astetik dan fungsional yang luas. Proses anodisasi dilakukan pada suhu 21°C, rapat arus 130 - 260 A/m2 dan tegangan antara 12 - 22 V. Ketebalan lapisan oksidasi naik sejalan dengan lamanya oksidasi berbalikan dengan, apabila suhu dinaikkan ketebalan menurun. Naiknya suhu mengakibatkan porositas bertambah dan kehilangan ketahanan abrasi. Beberapa manfaat dari oksidasi anoda alumunium antara lain :
1. Meningkatkan ketahanan korosi. 2. Meningkatkan adhesi cat. 3. Sebagai alat untuk pelapisan lebih lanjut. 4. Memperbaiki penampilan. 5. Meningkatkan isolasi listrik. 6. Memungkinkan penggunaan lithografi dan photografi. 7. Memperbesar emisivitas. 8. Meningkatkan ketahanan abrasi. 9. Mendeteksi daerah peka retakan. Larutan elektrolit lain yang digunakan dalam oksida anoda: a. Asam kromat lapisanya buram, terbatas untuk ketebalan maksimum sekitar 10 µm dan jarang digunakan untuk keperluan dekorasi. Fungsinya untuk alas cat khususnya pada peralatan militer. b.Asam fosfat Biasanya digunakan sebelum lapis listrik yaitu pada proses pengerjaan awal. Hasilnya sangat porous dan menyediakan dasar locking mekanis untuk lapis listrik. c. Asam oksalat Hasil lapisan yang berwarna kuning yang kadang lebih keras dari hasil asam sulfat, digunakan untuk anodisasi yang tebal. d.Asam sulfonat Kombinasi dengan asam sulfat digunakan untuk ngembangkan anodik warna terpadu pada logam paduan. Perunggu, emas, kelabu dan hitam
adalah warna
yang dapat
diperoleh. e.Asam borak Digunakan dalam lapis tanggul untuk kepasifan listrik, asam sitrat dan tartrat digunakan juga.
6. Reaksi Yang Terjadi Jika arus searah mulai dijalankan pada sel anodizing
dengan
larutan elektrolit asam sulfat maka katoda akan bermuatan negatif dan anoda akan bermuatan positif. Asam sulfat akan terurai menjadi kation H+ dan ion SO42-. Kation – kation H+ akan bergerak menuju katoda dan di sisi lain akan dinetralkan oleh elektron – elektron katoda sehingga akan terbentuk gas H2. 6H+ + 6e → ־3H2(g) Al pada anoda akan terurai menjadi ion Al3+ dan bergerak ke katoda. 2Al → 2Al3+ + 6eKarena ion positif Al3+ tidak tereduksi pada katoda, reaksi yang terjadi : 3H2O + 3e- → 3OH- + 3/2H2 (g) Demikian juga pada ion SO42- tidak teroksidasi pada anoda, reaksi diganti oleh : 3H2O → 6H+ + 3O2Pada permukaan anoda (antara logam dan lapisan barier) gambar 6, terjadi reaksi antara ion Al3+ dengan oksida atau hidroksida untuk menghasilkan aluminium oksida (ion hidrogen akan terlepas menuju larutan dan membentuk gas H2). 2 Al3+ + 3O2 → ־Al2O3 2 Al3+ + 3OH → ־Al2O3 + 3H+ Sehingga didapatkan reaksi keseluruhan: 2 Al + 3 H2O → Al2O3 + 6H+ + 6e־ Ketebalan lapisan oksida yang dihasilkan dari proses anodizing, dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain, jenis larutan elektrolit, current density, durasi proses anodizing, dan lain – lain. Pada gambar 10 dijelaskan tentang pengaruh current density (rapat arus) terhadap pertumbuhan lapisan oksida dimana secara teori peningkatan ketebalan akan terjadi secara konstan sedangkan pada kenyataannya peningkatan ketebalan akan semakin berkurang, hal ini dipengaruhi oleh adanya
peluruhan local Joule’s heating
yang disebabkan pemakaian current
density yang terlalu besar.
Gambar 9. Reaksi Dimana Pembentukan Lapisan Oksida
Gambar 10. Grafik Perubahan Ketebalan Lapisan terhadap Current Density
Gambar 11. Mekanisme Pembentukan Lapisan Oksida
Lapisan oksida yang terbentuk pada hasil anodizing dengan larutan elektrolit asam sulfat akan menghasilkan lapisan yang berpori seperti pada gambar 8. Pada mulanya arus yang melewati elektroda aluminium tinggi karena hanya melewati logam aluminium. Kemudian arus mulai menurun karena barrier atau non porous layer yang rapat dan tipis terbentuk. Lapisan oksida yang terbentuk pada permukaan aluminium ini mempunyai hambatan yang lebih tinggi daripada aluminium sendiri (periode a). Lapisan oksida yang terbentuk menjadi lebih tebal oleh karena itu hambatan menjadi lebih tinggi yang menyebabkan arus terus menurun (periode b). Kecenderungan kurva keatas pada periode b berdasar pada lapisan oksida yang terbentuk akan kasar pada barier layer. Aliran arus akan lebih terkonsentrasi pada permukaan yang lebih tipis, yang menyebabkan temperatur elektrolit meningkat sehingga terjadi peluruhan pada daerah ini. Peluruhan akan terus terjadi yang menyebabkan lapisan yang semakin tipis, ini menyebabkan resistansi didaerah ini lebih kecil yang menyebabkan arus akan meningkat (periode c). Pada tahap ini pembentukan lapisan porous oksida mulai terbentuk dan arus akan stabil, dimana kecepatan pembentukan dan peluruhan tetap atau stabil (periode d). Proses peluruhan terjadi karena pemberian energi yang terlalu besar melebihi energi ikatan Al-O pada Al2O3. Reaksi peluruhan yang terjadi adalah sebagai berikut: Al2O3 + 6H+ → 2 Al3+(aq) + 3H2O Peluruhan yang terjadi ada dua, yaitu peluruhan secara kimia (chemical dissolution) dan peluruhan karena medan listrik yang terlalu besar dan terkonsentrasi (field-assisted dissolution). Peluruhan secara kimia karena tingkat keasaman dari elektrolit. Peluruhan karena medan listrik yang terkonsentrasi pada barrier layer menyebabkan kenaikan temperatur pada ketebalan lapisan yang lebih tipis sehingga memicu proses peluruhan, ini disebut local Joule’s heating. Peluruhan karena medan listrik sangat besar, yaitu sekitar 300 nm lapisan oksida yang luruh setiap satu menit dan
peluruhan secara kimia lebih lambat, yaitu sekitar 0,1 nm lapisan oksida yang luruh setiap satu menit.
7. Pewarnaan Lapisan Anodizing Hampir semua alumunium dan paduanya dapat dioksidasi anoda dan diwarnai sesuai dengan yang diinginkan. Jenis anodik porous dapat diwarnai dengan obat organik, pigmen anorganik tertentu dan secara lapis listrik pula. a.
Pewarna organik. Setelah anodisasi dan pembilasan dengan air dingin, benda kerja dimasukkan dalam larutan pelarut organik yang mengandung o
beberapa gram/liter pewarna pada suhu 65 C, Konsentrasi pewarna dan kontrol pH bervariasi terhadap pewarna. Waktu celup 5 - 15 menit. Setelah pewarnaan, benda kerja dibilas dalam air dingin dan dilakukan sealing. b.
Pigmentasi dengan mineral. Impregnasi lapisan anodik dengan pigmen mineral termasuk presipitasi. Bahan-bahan tak larut seperti oksida logam, sulfida dan besi sianid dalam lubang oksida bisa sampai dua proses. Hasil dapat lebih baik daripada pewarna organik.
c.
Lapis listrik. Metode dan bahan yang digunakan masih menjadi rahasia perusahaan,
tetapi
prinsipnya
seperti
Hasilnya paling baik dari metode yang lain
pada
lapis
listrik.
Gambar 12. Pewarna Organik
8. Sealing Lapisan Anodik Manfaat dan keindahan hasil proses anodik pada alumunium sering tergantung pada jenis dan kualitas perlakuan pasca anodik yang digunakan. Istilah sealing secara umum sebagai penjaga agar bahan atau pengaruh fisis tidak masuk untuk mempengaruhi lapisan anodik. Sealing dilakukan pada air yang panas yang menyebabkan hidrasi dari lapisan anodik. Diharapkan sealant terserap oleh lapisan anodik. Jikalapisan anodik dimasukkan dalam air murni pada suhu yang dinaikkan. Air bereaksi dengan alumunium oksida membentuk boehmite : Al2O3 + H2O
2AlOOH
Sealant itu yang akhirnya berguna dalam menghambat reactan yang lain. a. A i r Sealant yang luas digunakan ada1ah air murni atau air distilasi yang rendah kandungan padatan dan bebas dari fosfat, rilikat, fluorit, dan klorit. Suhu yang digunakan untuk sealing 90°-100° C Pada suhu rendah butuh waktu sealing yang lebih lama. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai boehinite pada suhu dibawah 65°C sampai tak terhingga. Untuk pelayanan hidrasi pH sealing harus 5,5- 6,5 natrium asetat digunakan untuk kontrol pH. Waktu sealing untuk tebal 2,5 um kurang lebih 10 menit, waktu bisa mencapai 60 menit untuk ketebalan diatas 65 mikro mill. Surfactan bisa juga digunakan agar endapan dapat halus. Beberapa macam sealing yang lain adalah : 1. Nikel asetat. 2. Dikromat. 3. Silikat. 4. Bahan organic. 5. Teknik penguapan.
6. Sealing ganda.
9. Metode-metode Anodizing -
Continuous Coil Anodizing Digunakan untuk menghasilkan lapisan anodik dengan karakteristik sebagai berikut : o High volume o Coiled sheet o Foil o Products with less severe forming Kelebihan menggunakan metode ini adalah : o Logam dan lapisan yang dapat digunakan lebih beragam o Dapat dibentuk ketebalan yang lebih bervariasi o Memerlukan lebih sedikit material handling o Ketepatan dan keseragaman warna o Cost effective Kekurangan metode ini adalah : o Bagian yang mengalami proses stamping tidak dapat terlapisi o Saat terbentuk lapisan yang terlalu tebal, permukaannya menjadi tidak rata o Hanya dapat diaplikasikan untuk coil dan lembaran saja
-
Sheet Anodizing Dapat digunakan untuk benda-benda yang ukurannya sangat lebar dan besar. Atau dapat juga untuk diaplikasikan pada produk yang diproduksi secara massal. Kelebihan metode sheet anodizing adalah : o Membutuhkan tahap yang lebih sedikit o Lapisan yang terbentuk dapat lebih tebal dan tetap baik o Dapat melapisi bagian-bagian sudut
Kekurangan metode ini adalah : o Kurangnya variasi warna o Membutuhkan biaya yang lebih besar o Ketebalan yang dihasilkan tidak merata
-
Batch/Piece Anodizing Dapat digunakan pada benda-benda yang diberi pengerjaan atau pembentukan. Biasanya digunakan pada produk seperti ekstrusi dan benda coran. Kekurangan metode ini adalah : o Kurangnya variasi warna o Memerlukan penanganan material yang lebih baik o Biaya yang lebih besar
10. Aplikasi Anodizing Anodizing banyak digunakan pada peralatan sehari-hari. Pada umumnya dilakukan untuk tujuan dekoratif selain untuk melindungi logam dari degradasi. Berikut adalah contoh gambar-gambar peralatan yang dianodisasi.
Gambar 13. Anodized casings
Gambar 14. Peralatan mendakin gunung yang dianodisasi agar tahan goresan dan tidak mudah aus.
Gambar 15. Kerangka luar pemutar musik yang dianodisasi agar tahan oksidasi yang menyebabkan degradasi akibat atmosferik maupun jejak tangan.
REFERENSI
Davis, Joseph R. (1993). Aluminum and Aluminum Alloys (4th ed.). T. Kyotani, L. Tsai, and A. Tomita, Chemistry of Materials, Vol. 8, p 2109, 1996 http://www.anodizing.org/Reference/reference_guide.html http://www.defelsko.com/applications/anodizing/Anodizing.htm Fontana, M. G. (1987). Corrosion Engineering. Singapura: McGraw Hilll Book Company. https://www.scribd.com/doc/47312729/Anodizing https://www.scribd.com/doc/11501668/Anodising-alumunium#download http://www.wartasaranamedia.com/pengertian-anodizing-anodisasi-2/
MAKALAH TEKNIK PELAPISAN BAHAN “ANODIZING”
Disusun Oleh : Cikeu Nurislam Medina 3334131994 Dikki Purwantoni 3334121352 Panji Prabowo Mukti 3334131786 Indrajat Wijaya Kusuma 3334130488 Iqbal Al-Aziz 3334120895 Rabin Ardiansyah 3334121413
JURUSAN TEKNIK METALURGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON – BANTEN 2015