Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran
Domain Hasil Belajar
Kognitif
Afektif
Sistem Pembelajaran
Program Pembelajaran
Proses dan Hasil Belajar
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Psikomotor
Proses Pelaksanaan Pembelajaran
Hasil Pembelajaran
Sikap
Pengetahuan dan Pemahaman
Kecerdasan
Perkembangan Jasmani
Keterampilan
Penilaian Berbasis Kelas
Kompetensi rumpun Pelajaran
Kompetensi Lintas Kurikulum
Kompetensi Tamatan
Keterampilan Hidup
Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran
Domain Hasil Belajar
Kognitif
Afektif
Psikomotor
Sistem Pembelajaran
Program Pembelajaran
Proses Pelaksanaan Pembelajaran
Hasil Pembelajaran
Proses dan Hasil Belajar
Sikap
Pengetahuan dan Pemahaman
Kecerdasan
Perkembangan Jasmani
Keterampilan
Penilaian Berbasis Kelas
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Kompetensi rumpun Pelajaran
Kompetensi Lintas Kurikulum
Kompetensi Tamatan
Keterampilan Hidup
EVALUASI PEMBELAJARAN
Fauziah Setiowati Sukamto (1504626), Nabil Shaumi Muhammad (1505867),
Rahayu Nurjannah (1507198), Yucida Hairani (1506983)
Pendidikan Akuntansi
Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
[email protected]
Dr. H. Dadang Sukirman, M.Pd
Ence Surahman, S.Pd., M.Pd
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dengan evaluasi, maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula orang dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan. Tanpa evaluasi, orang tidak bisa mengetahui seberapa jauh keberhasilan siswa, dan tanpa evaluasi pula tidak akan ada perubahan menjadi lebih baik. Melalui evaluasi orang akan mengetahui sampai sejauh mana penyampaian pembelajaran atau tujuan pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Evaluasi dan penilaian mempunyai persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah keduanya mempunyai pengertian menilai atau menentukan nilai sesuatu. Adapun perbedaannya terletak pada konteks penggunaannya. Penilaian (assessment) digunakan dalam konteks yang lebih sempit dan biasanya dilaksanakan secara internal, yakni oleh orang-orang yang menjadi bagian atau terlibat dalam sistem yang bersangkutan, seperti guru menilai hasil belajar murid, atau supervisor menilai guru. Baik guru maupun supervisor adalah orang-orang yang menjadi bagian dari sistem pendidikan. Adapun evaluasi digunakan dalam konteks yang lebih luas dan biasanya dilaksanakan secara eksternal, seperti konsultan yang disewa untuk mengevaluasi suatu program, baik pada level terbatas maupun pada level yang luas.
Dalam makalah ini hanya dibicarakan masalah konsep dasar evaluasi hasil belajar meskipun dalam pembicaraan tentang evaluasi hasil belajar ini juga disinggung masalah konsep dasar evaluasi pembelajaran. Hal ini tentu saja terjadi karena evaluasi belajar dan evaluasi pembelajaran menurut penulis tak dapat dipisahkan.
Tujuan ditulisnya makalah ini adalah untuk mengetahui:
Pengertian evaluasi pembelajaran
Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran
Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran
Gambar 2.1 : Ruang Lingkup EvaluasiGambar 2.1 : Ruang Lingkup EvaluasiPrinsip-Prinsip Umum Evaluasi dalam Pembelajaran
Gambar 2.1 : Ruang Lingkup Evaluasi
Gambar 2.1 : Ruang Lingkup Evaluasi
Prosedur Pengembangan Alat Evaluasi Pembelajaran
Jenis-Jenis Evaluasi Pembelajaran
Bentuk Evaluasi Pembelajaran
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini untuk penulis maupun pembaca diantaranya:
Memahami konsep, fungsi, dan tujuan daripada evlauasi pembelajaran
Mampu mengidentifikasi prinsip-prinsip umum evaluasi pembelajaran
Mampu mengikuti prosedur pengembangan alat evaluasi pembelajaran
Mampu menguraikan jenis-jenis dan bentuk evaluasi pembelajaran
Dalam penyusunan makalah ini penulis mengambil rujukan dari beberapa buku modul dan buku lokal, serta pencarian materi melalui mesin penelusur (search engine) dan jurnal serta E-book.
PEMBAHASAN
HAKIKAT EVALUASI PEMBELAJARAN
Pengertian Evaluasi Pembelajaran
Anas (1995:1) mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris: evaluation; dalam bahasa Arab: Al-Taqdir; dalam bahasa Indonesia berarti: penilaian. Akar katanya adalah: value; dalam bahasa Arab: Al-Qimah; dalam bahasa Indonesia berarti: nilai. James and Roffe dalam Sharon, dkk (2010) berpendapat bahwa "evaluation is comparing the actual and real with the predicted or promised" dimana perlu adanya renungan atas apa yang dicapai dalam perbandingannya dengan apa yang diharapkan. Definisi ini juga menggarisbawahi evaluasi bersifat potensial subjektif, dimana individu yang berbeda cenderung memiliki harapan yang beragam. Dalam kegiatan evaluasi pembelajaran, ada tiga hal yang saling berkaitan yaitu evaluasi, pengukuran dan tes. Menurut Gronlund dalam Toto dan Cepi (2011:165) evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan inerpretasi informasi/data untuk menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran. Pengukuran adalah adalah suatu proses yang menghasilkan gambaran berupa angka-angka mengenai tingkatan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh individu (siswa). Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis untuk mengukur suatu sampel perilaku.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi lebih bersifat komprehensif yang di dalamnya meliputi pengukuran, dan tes sebagai suatu alat untuk melaksanakan pengukuran itu sendiri. Keputusan evaluasi (value judgement) tidak hanya didasarkan pada hasil pengukuran (quantitative description), dapat pula didasarkan pada hasil pengamatan (qualitative description). Baik yang didasarkan pada hasil pengukuran maupun bukan pengukuran, pada akhirnya menghasilkan keputusan nilai tentang suatu objek yang dinilai.
Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran
Jika ingin melakukan kegiatan evaluasi, maka guru harus mengetahui dan memahami terlebih dahulu tentang tujuan dan fungsi evaluasi. Bila tidak, maka guru akan mengalami kesulitan merencanakan dan melaksanakan evaluasi. Fungsi utama evaluasi dalam pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat fungsi, yaitu :
Fungsi formatif
Evaluasi dapat memberikan umpan balik bagi guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program remedial bagi siswa yang belum menguasai sepenuhnya materi yang dipelajari.
Fungsi sumatif
Evaluasi dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran, menentukan angka nilai sebagai bahan keputusan kenaikan kelas Adan laporan perkembangan belajar siswa serta dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Fungsi diagnostik
Evaluasi dapat mengetahui latar belakang siswa (psikologis, fisik dan lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar.
Fungsi seleksi dan penempatan
Yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi dan menempatkan siswa sesuai dengan minat dan kemampuan.
Evaluasi menurut syarat-syarat psikologis bertujuan agar guru mengenal siswa selengkap mungkin dan agar siswa mengenal dirinya seutuhnya. Di samping itu evaluasi juga berguna untuk mempertinggi hasil pengajaran, karena itu evaluasi tidak bisa dipisahkan dari belajar dan mengajar, dan intinya adalah evaluasi belajar dengan tujuan untuk memperbaikinya. Evaluasi harus dilakukan oleh semua yang bersangkutan, bukan hanya guru tetapi juga siswa. Maka tujuan evaluasi pembelajaran meliputi:
Untuk melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar mengajar
Untuk memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan guru
Untuk memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan program belajar mengajar
Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa selama kegiatan belajar dan mencarikan jalan keluarnya
Untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat sesuai dengan kemampuannya.
Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran
Ruang lingkup evaluasi pembelajaran mencakup semua aspek pembelajaran, baik dalam domain kognitif, afektif maupun psikomotor. Peserta didik yang memiliki kemampuan kognitif yang baik belum tentu dapat menerapkannya dengan baik dalam memecahkan permasalahan kehidupan. Untuk memahami lebih jauh tentang klasifikasi domain hasil belajar, Anda dapat mengikuti pendapat yang dikemukakan Benyamin S.Bloom, dkk., yang mengelompokkan hasil belajar menjadi tiga bagian, yaitu domain kognitif, doman afektif, dan domain psikomotor. Domain kognitif merupakan domain yang menekankan pada pengembangan kemampuan dan keterampilan intelektual. Domain afektif adalah domain yang berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap, nilai dan emosi, sedangkan domain psikomotor berkaitan dengan kegiatan keterampilan motorik.
Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Domain Hasil Belajar.
Menurut Benyamin S.Bloom, dkk (1956) hasil belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang kompleks, mulai dari hal yang mudah sampai dengan hal yang sukar, dan mulai dari hal yang konkrit sampai dengan hal yang abstrak. Adapun rincian domain tersebut adalah sebagai berikut :
Domain kognitif (cognitive domain). Domain ini memiliki enam jenjang kemampuan, yaitu:
Pengetahuan (knowledge), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mendefinisikan, memberikan, mengidentifikasi, memberi nama, menyusun daftar, mencocokkan, menyebutkan, membuat garis besar, menyatakan, dan memilih.
Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan lagi menjadi tiga, yakni menterjemahkan, menafsirkan, dan mengekstrapolasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengubah, mempertahankan, membedakan, memprakirakan, menjelaskan, menyimpulkan, memberi contoh, meramalkan, dan meningkatkan.
Penerapan (application), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip dan teori-teori dalam situasi baru dan konkrit. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengubah, menghitung, mendemonstrasikan, mengungkapkan, mengerjakan dengan teliti, menjalankan, memanipulasikan, menghubungkan, menunjukkan, memecahkan, menggunakan.
Analisis (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya. Kemampuan analisis dikelompokkan menjadi tiga, yaitu analisis unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengurai, membuat diagram, memisah-misahkan, menggambarkan kesimpulan, membuat garis besar, menghubungkan, merinci.
Sintesis (synthesis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa tulisan, rencana atau mekanisme. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : menggolongkan, menggabungkan, memodifikasi, menghimpun, menciptakan, merencanakan, merekonstruksikan, menyusun, membangkitkan, mengorganisir, merevisi, menyimpulkan, menceritakan.
Evaluasi (evaluation), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria tertentu. Hal penting dalam evaluasi ini adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa, sehingga peserta didik mampu mengembangkan kriteria atau patokan untuk mengevaluasi sesuatu. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : menilai, membandingkan, mempertentangkan, mengeritik, membeda-bedakan, mempertimbangkan kebenaran, menyokong, menafsirkan, menduga.
Domain afektif (affective domain), yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku. Domain afektif terdiri atas beberapa jenjang kemampuan, yaitu:
Kemauan menerima (receiving), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan penyadaran kemampuan untuk menerima dan memperhatikan. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : menanyakan, memilih, menggambarkan, mengikuti, memberikan, berpegang teguh, menjawab, menggunakan.
Kemauan menanggapi/menjawab (responding), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk tidak hanya peka pada suatu fenomena tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemauan peserta didik untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : menjawab, membantu, memperbincangkan, memberi nama, menunjukkan, mempraktikkan, mengemukakan, membaca, melaporkan, menuliskan, memberitahu, mendiskusikan.
Menilai (valuing), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menilai suatu objek, fenomena atau tingkah laku tertentu secara konsisten. Kata kerja operasional yang digunakan diantaranya : melengkapi, menerangkan, membentuk, mengusulkan, mengambil bagian, dan memilih.
Organisasi (organization), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan masalah, membentuk suatu sistem nilai. Kata kerja operasional yang dapat digunakan diantaranya : mengubah, mengatur, menggabungkan, membandingkan, mempertahankan, menggeneralisasikan, memodifikasi.
Domain psikomotor (psychomotor domain), yaitu kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari gerakan yang sederhana sampai dengan gerakan yang kompleks. Perubahan pola gerakan memakan waktu sekurang-kurangnya 30 menit. Kata kerja operasional yang digunakan harus sesuai dengan kelompok keterampilan masing-masing, yaitu :
Muscular or motor skill, yang meliputi: mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan, menampilkan.
Manipulations of materials or objects, yang meliputi: mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan, membentuk.
Neuromuscular coordination, yang meliputi : mengamati, menerapkan, menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang, memotong, menarik dan menggunakan.
Berdasarkan taksonomi Bloom di atas, maka kemampuan peserta didik dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tingkat tinggi dan tingkat rendah. Kemampuan tingkat rendah terdiri atas pengetahuan, pemahaman, dan aplikasi, sedangkan kemampuan tingkat tinggi meliputi analisis, sintesis, evaluasi, dan kreatifitas. Dengan demikian, kegiatan peserta didik dalam menghafal termasuk kemampuan tingkat rendah. Dilihat cara berpikir, maka kemampuan berpikir tingkat tinggi dibagi menjadi dua, yaitu berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kreatif adalah kemampuan melakukan generalisasi dengan menggabungkan, mengubah atau mengulang kembali keberadaan ide-ide tersebut. Sedangkan kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan memberikan rasionalisasi terhadap sesuatu dan mampu memberikan penilaian terhadap sesuatu tersebut. Rendahnya kemampuan peserta didik dalam berpikir, bahkan hanya dapat menghafal, tidak terlepas dari kebiasaan guru dalam melakukan evaluasi atau penilaian yang hanya mengukur tingkat kemampuan yang rendah saja melalui paper and pencil test. Peserta didik tidak akan mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi jika tidak diberikan kesempatan untuk mengembangkannya dan tidak diarahkan untuk itu.
Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Sistem Pembelajaran.
Ruang lingkup evaluasi pembelajaran hendaknya bertitik tolak dari tujuan evaluasi pembelajaran itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar apa yang dievaluasi relevan dengan apa yang diharapkan. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan, guru dan peserta didik serta sistem penilaian itu sendiri. Secara keseluruhan, ruang lingkup evaluasi pembelajaran adalah:
Program pembelajaran, yang meliputi:
Tujuan pembelajaran umum atau kompetensi dasar, yaitu target yang harus dikuasai peserta didik dalam setiap pokok bahasan/topik. Kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi tujuan pembelajaran umum atau kompetensi dasar ini adalah keterkaitannya dengan tujuan kurikuler atau standar kompetensi dari setiap bidang studi/mata pelajaran dan tujuan kelembagaan, kejelasan rumusan kompetensi dasar, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan peserta didik, pengembangannya dalam bentuk hasil belajar dan indikator, penggunaan kata kerja operasional dalam indikator, dan unsur-unsur penting dalam kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator.
Isi/materi pembelajaran, yaitu isi kurikulum yang berupa topik/pokok bahasan dan sub topik/sub pokok bahasan beserta rinciannya dalam setiap bidang studi atau mata pelajaran. Isi kurikulum tersebut memiliki tiga unsur, yaitu logika (pengetahuan benar salah, berdasarkan prosedur keilmuan), etika (baik-buruk), dan estetika (keindahan). Materi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi enam jenis, yaitu fakta, konsep/teori, prinsip, proses, nilai dan keterampilan. Kriteria yang digunakan, antara lain : kesesuaiannya dengan kompetensi dasar dan hasil belajar, ruang lingkup materi, urutan logis materi, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik, waktu yang tersedia dan sebagainya.
Metode pembelajaran, yaitu cara guru menyampaikan materi pelajaran, seperti metode ceramah, tanya jawab, diskusi, pemecahan masalah, dan sebagainya. Kriteria yang digunakan, antara lain : kesesuaiannya dengan kompetensi dasar dan hasil belajar, kesesuaiannya dengan kondisi kelas/ sekolah, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan peserta didik, kemampuan guru dalam menggunakan metode, waktu, dan sebagainya.
Media pembelajaran, yaitu alat-alat yang membantu untuk mempermudah guru dalam menyampaikan isi/materi pelajaran. Media dapat dibagi tiga kelompok, yaitu media audio, media visual, dan media audio-visual. Kriteria yang digunakan sama seperti komponen metode.
Sumber belajar, yang meliputi : pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar. Sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sumber belajar yang dirancang (resources by design) dan sumber belajar yang digunakan (resources by utilization). Kriteria yang digunakan sama seperti komponen metode.
Lingkungan, terutama lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga. Kriteria yang digunakan, antara lain : hubungan antara peserta didik dengan teman sekelas/sekolah maupun di luar sekolah, guru dan orang tua; kondisi keluarga dan sebagainya.
Penilaian proses dan hasil belajar, baik yang menggunakan tes maupun non-tes. Kriteria yang digunakan, antara lain : kesesuaiannya dengan kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator; kesesuaiannya dengan tujuan dan fungsi penilaian, unsur-unusr penting dalam penilaian, aspek-aspek yang dinilai, kesesuaiannya dengan tingkat perkembangan peserta didik, jenis dan alat penilaian.
2. Proses pelaksanaan pembelajaran :
Kegiatan, yang meliputi : jenis kegiatan, prosedur pelaksanaan setiap jenis kegiatan, sarana pendukung, efektifitas dan efisiensi, dan sebagainya.
Guru, terutama dalam hal : menyampaikan materi, kesulitan-kesulitan guru, menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif, menyiapkan alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan, membimbing peserta didik, menggunakan teknik penilaian, menerapkan disiplin kelas, dan sebagainya.
Peserta didik, terutama dalam hal : peranserta peserta didik dalam kegiatan belajar dan bimbingan, memahami jenis kegiatan, mengerjakan tugas-tugas, perhatian, keaktifan, motivasi, sikap, minat, umpan balik, kesempatan melaksanakan praktik dalam situasi yang nyata, kesulitan belajar, waktu belajar, istirahat, dan sebagainya.
3. Hasil pembelajaran, baik untuk jangka pendek (sesuai dengan pencapaian indikator), jangka menengah (sesuai dengan target untuk setiap bidang studi/mata pelajaran), dan jangka panjang (setelah peserta didik terjun ke masyarakat).
Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran dalam Perspektif Penilaian Proses dan Hasil Belajar
Sikap :
Apakah sikap peserta didik sudah sesuai dengan apa yang diharapkan ?
Bagaimanakah sikap peserta didik terhadap guru, mata pelajaran, orang tua, suasana madrasah, lingkungan, metoda dan media pembelajaran ?
Bagaimana sikap dan tanggung jawab peserta didik terhadap tugas-tugas yang diberikan oleh guru di madrasah ?
Bagaimana sikap peserta didik terhadap tata tertib madrasah dan kepemimpinan kepala madrasah ?
Pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan pelajaran :
Apakah peserta didik sudah mengetahui dan memahami tugas-tugasnya sebagai warga negara, warga masyarakat, warga madrasah, dan sebagainya ?
Apakah peserta didik sudah mengetahui dan memahami tentang materi yang telah diajarkan ?
Apakah peserta didik telah mengetahui dan mengerti hukum-hukum atau dalil-dalil dalam Al-Alquran dan Hadits ?
Kecerdasan peserta didik :
Apakah peserta didik sampai taraf tertentu sudah dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, khususnya dalam pelajaran ?
Bagaimana upaya guru meningkatkan kecerdasan peserta didik ?
Perkembangan jasmani/kesehatan :
Apakah jasmani peserta didik sudah berkembang secara harmonis ?
Apakah peserta didik sudah mampu menggunakan anggota-anggota badannya dengan cekatan ?
Apakah peserta didik sudah memiliki kecakapan dasar dalam olahraga ?
Apakah prestasi peserta didik dalam olahraga sudah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan ?
Apakah peserta didik sudah dapat membiasakan diri hidup sehat ?
Keterampilan :
Apakah peserta didik sudah terampil membaca Al-Quran, menulis dengan huruf Arab, dan berhitung ?
Apakah peserta didik sudah terampil menggunakan tangannya untuk menggambar, olah raga, dan sebagainya ?
Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 terdapat empat komponen pokok, yaitu kurikulum dan hasil belajar, penilaian berbasis kelas, kegiatan belajar-mengajar, dan pengelolaan kurikulum berbasis sekolah. Dalam komponen kurikulum dan hasil belajar, setiap mata pelajaran terdapat tiga komponen penting, yaitu kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator pencapaian hasil belajar. Kompetensi dasar merupakan pernyataan minimal atau memadai tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak setelah peserta didik menyelesaikan suatu pokok bahasan atau topik mata pelajaran tertentu. Kompetensi menentukan apa yang harus dilakukan peserta didik untuk mengerti, menggunakan, meramalkan, menjelaskan, mengapresiasi atau menghargai. Kompetensi adalah gambaran umum tentang apa yang dapat dilakukan peserta didik. Bagaimana cara menilai seorang peserta didik sudah meraih kompetensi tertentu secara tidak langsung digambarkan di dalam pernyataan tentang kompetensi. Sedangkan rincian tentang apa yang diharapkan dari peserta didik digambarkan dalam hasil belajar dan indikator.
Dengan demikian, hasil belajar merupakan gambaran tentang apa yang harus digali, dipahami, dan dikerjakan peserta didik. Hasil belajar ini merefleksikan keluasan, kedalaman, dan kerumitan (secara bergradasi). Hasil belajar harus digambarkan secar jelas dan dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu. Perbedaan antara kompetensi dengan hasil belajar terdapat pada batasan dan patokan-patokan kinerja peserta didik yang dapat diukur.
Indikator hasil belajar dapat digunakan sebagai dasar penilaian terhadap peserta didik dalam mencapai pembelajaran dan kinerja yang diharapkan. Indikator hasil belajar merupakan uraian kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam berkomunikasi secara spesifik serta dapat dijadikan ukuran untuk menilai ketercapaian hasil pembelajaran. Peserta didik diberi kesempatan untuk menggunakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang sudah mereka kembangkan selama pembelajaran dan dalam menyelesaikan tugas-tugas yang sudah ditentukan. Selama proses ini, guru dapat menilai apakah peserta didik telah mencapai suatu hasil belajar yang ditunjukkan dengan pencapaian beberapa indikator dari hasil belajar tersebut. Apabila hasil belajar peserta didik dapat direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak, berarti peserta didik tersebut telah mencapai suatu kompetensi.
Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Penilaian Berbasis Kelas.
Sesuai dengan petunjuk pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (2004), maka ruang lingkup penilaian berbasis kelas adalah sebagai berikut:
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran
Kompetensi dasar pada hakikatnya adalah pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah peserta didik menyelesaikan suatu aspek atau subjek mata pelajarantertentu. Kompetensi dasar ini merupakan standar kompetensi minimal mata pelajaran. Kompetensi dasar merupakan bagian dari kompetensi tamatan. Untuk mencapai kompetensi dasar, perlu adanya materi pembelajaran yang harus dipelajari oleh peserta didik. Bertitik tolak dari materi pelajaran inilah dikembangkan alat penilaian.
Kompetensi Rumpun Pelajaran
Rumpun pelajaran merupakan kumpulan dari mata pelajaran atau disiplin ilmu yang lebih spesifik. Dengan demikian, kompetensi rumpun pelajaran pada hakikatnya merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfeksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang seharusnya dicapai oleh peserta didik setelah menyelesaikan rumpun pelajaran tersebut. Misalnya, rumpun mata pelajaran Sains merupakan kumpulan dari disiplin ilmu Fisika, Kimia dan Biologi. Penilaian kompetensi rumpun pelajaran dilakukan dengan mengukur hasil belajar tamatan. Hasil belajar tamatan merupakan ukuran kompetensi rumpun pelajaran.
Hasil belajar mencerminkan keluasan dan kedalaman serta kerumitan kompetensi yang dirumuskan dalam pengetahuan, perilaku, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang dapat diukur dengan menggunakan berbagai teknik penilaian. Perbedaan hasil belajar dan kompetensi terletak pada batasan dan patokan-patokan kinerja peserta didik yang dapat diukur. Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indicator. Anda harus menggunakan indikator sebagai acuan penilaian terhadap peserta didik, apakah hasil pembelajaran sudah tercapai sesuai dengan kinerja yang diharapkan. Setiap rumpun pelajaran menentukan hasil belajar tamatan yang dapat dijadikan acuan dalam pengembangan alat penilaian pada setiap kelas.
Kompetensi Lintas Kurikulum
Kompetensi lintas kurikulum merupakan kompetensi yang harus dicapai melalui seluruh rumpun pelajaran dalam kurikulum. Kompetensi lintas kurikulum pada hakikatnya merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak, baik mencakup kecakapan belajar sepanjang hayat maupun kecakapan hidup yang harus dicapai oleh peserta didik melalui pengalaman belajar secara berkesinambungan. Penilaian ketercapaian kompetensi lintas kurikulum ini dilakukan terhadap hasil belajar dari setiap rumpun pelajaran dalam kurikulum.
Kompetensi lintas kurikulum yang diharapkan dikuasai peserta didik adalah:
Menjalankan hak dan kewajiban secara bertanggungjawab terutama dalam menjamin perasaan aman dan menghargai sesama.
Menggunakan bahasa untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain.
Memilih, memadukan dan menerapkan konsep-konsep dan tekni-teknik numeric dan spasial, serta mencari dan menyusun pola, struktur dan hubungan.
Menemukan pemecahan masalah-masalah baru berupa prosedur maupun produk teknologi melalui penerapan dan penilaian pengetahuan, konsep, prinsip dan prosedur yang telah dipelajari, serta memilih, mengembangkan, memanfaatkan, mengevaluasi, dan mengelola teknologi komunikasi/ informasi.
Berpikir kritis dan bertindak secara sistematis dalam setiap pengambilan keputusan berdasarkan pemahaman dan penghargaan terhadap dunia fisik, makhluk hidup, dan teknologi.
Berwawasan kebangsaan dan global, terampil serta aktif berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dilandasi dengan pemahaman terhadap nilai-nilai dan konteks budaya, geografi dan sejarah.
Beradab, berbudaya, bersikap religius, bercitarasa seni, susila, kreatif dengan menampilkan dan menghargai karya artistik dan intelektual, serta meningkatkan kematangan pribadi.
Berpikir terarah/terfokus, berpikir lateral, memperhitungkan peluang dan potensi, serta luwes untuk menghadapi berbagai kemungkinan.
Percaya diri dan komitmen dalam bekerja, baik secara mandiri maupun bekerjasama.
Kompetensi Tamatan
Kompetensi tamatan merupakan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah peserta didik menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu. Kompetensi tamatan ini merupakan batas dan arah kompetensi yang harus dimiliki peserta didik setelah mengikuti pembelajaran suatu pelajaran tertentu. Untuk meluluskan tamatan diperlukan kompetensi lulusan. Kompetensi lulusan suatu jenjang madrasah dapat dijabarkan dari visi dan misi yang ditetapkan madrasah. Acuan untuk merumuskan kompetensi lulusan adalah struktur keilmuan mata pelajaran, perkembangan psikologi peserta didik, dan persyaratan yang ditentukan oleh pengguna lulusan (jenjang madrasah selanjutnya dan atau dunia kerja).
Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh lulusan atau tamatan madrasah dapat dirumuskan sebagai berikut :
Berkenaan dengan aspek afektif, peserta didik memiliki keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran agamadan kepercayaan masing-masing yang tercermin dalam perilaku sehari-hari, memiliki nilai-nilai etika dan estetika, serta mampu mengamalkan dan mengekspresikannya dalam kehidupan sehari-hari, memiliki nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan humaniora, serta menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, baik dalam lingkup nasional maupun global.
Berkenaan dengan aspek kognitif, peserta didik dapat menguasai ilmu, teknologi dan kemampuan akademik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Berkenaan dengan aspek psikomotorik, peserta didik memiliki keterampilan berkomunikasi, keterampilan hidup, dan mampu beradaptasi dengan perkembangan lingkungan sosial, budaya dan lingkungan alam, baik lokal, regional, maupun global; memiliki kesehatan jasmani dan rohani yang bermanfaat untuk melaksanakan tugas/kegiatan sehari-hari.
Pencapaian Keterampilan Hidup
Penguasaan berbagai kompetensi dasar, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi rumpun pelajaran dan kompetensi tamatan melalui berbagai pengalaman belajar dapat memberikan efek positif (nurturan effects) dalam bentuk kecakapan hidup (life skills). Kecakapan hidup yang dimiliki peserta didik melalui berbagai pengalaman belajar ini, juga perlu Anda nilai sejauhmana kesesuaiannya dengan kebutuhan mereka untuk dapat bertahan dan berkembang dalam kehidupannya di lingkungan keluarga, madrasah dan masyarakat. Jenis-jenis kecakapan hidup yang perlu Anda nilai antara lain :
Keterampilan diri (keterampilan personal) yang meliputi : penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan YME, motivasi berprestasi, komitmen, percaya diri, dan mandiri.
Keterampilan berpikir rasional, yang meliputi : berpikir kritis dan logis, berpikir sistematis, terampil menyusun rencana secara sistematis, dan terampil memecahkan masalah secara sistematis.
Keterampilan sosial, yang meliputi : keterampilan berkomunikasi lisan dan tertulis; keterampilan bekerjasama, kolaborasi, lobi; keterampilan berpartisipasi; keterampilan mengelola konflik; dan keterampilan mempengaruhi orang lain.
Keterampilan akademik, yang meliputi : keterampilan merancang, melaksanakan, dan melaporkan hasil penelitian ilmiah; keterampilan membuat karya tulis ilmiah; keterampilan mentransfer dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitian untuk memecahkan masalah, baik berupa proses maupun produk.
Keterampilan vokasional, yang meliputi : keterampilan menemukan algoritma, model, prosedur untuk mengerjakan suatu tugas; keterampilan melaksanakan prosedur; dan keterampilan mencipta produk dengan menggunakan konsep, prinsip, bahan dan alat yang telah dipelajari.
Secara keseluruhan, ruang lingkup evaluasi pembelajaran dapat dilihat pada gambar berikut ini:Gambar 2.1 : Ruang Lingkup EvaluasiGambar 2.1 : Ruang Lingkup Evaluasi
Gambar 2.1 : Ruang Lingkup Evaluasi
Gambar 2.1 : Ruang Lingkup Evaluasi
Prinsip-Prinsip Umum Evaluasi dalam Pembelajaran
Prinsip-Prinsip evaluasi dalam pembelajaran sangat diperlukan sebagai panduan dalam prosedur pengembangan evaluasi, karena jangkauan sumbangan evaluasi dalam usaha perbaikan pembelajaran sebagian ditentukan oleh prinsip-prinsip yang mendasari pengembangan dan pemakaiannya. Sekaitan dengan prinsip-prinsip penilaian tersebut, ada 4 prinsip penilaian, yaitu tes hasil belajar hendaknya: (1) mengukur hasil-hasil belajar yang telah ditentukan dengan jelas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran; (2) mengukur sampel yang representatif dari hasil belajar dan bahan-bahan yang tercakup dalam pengajaran; (3) mencakup jenis-jenis pertanyaan/soal yang paling sesuai untuk mengukur hasil belajar yang diinginkan; (4) direncanakan sedemikian rupa agar hasilnya seesuai dengan yang akan digunakan secara khusus, (5) dibuat dengan reliabilitas yang sebesar-besarnya dan harus ditafsirkan secara hati-hati, dan 6) dipakai untuk memperbaiki hasil belajar.
Selain hal-hal diatas, evaluasi hasil belajar hendaknya: (a) dirancang sedemikian rupa sehingga jelas abilitas yang harus dinilai, materi evaluasi, alat evaluasi, dan interpretasi hasil evaluasi; (b) menjadi bagian yang integral dari proses belajar mengajar; (c) agar hasilnya obyektif, evaluasi harus menggunakan berbagai alat evaluasi dan sifatnya komprehensif; (d) diikuti dengan tindak lanjutnya. Dari segi yang lain, prinsip-prinsip evaluasi dalam pembelajaran meliputi: (a) prinsip keterpaduan; (b) prinsip cara belajar siswa aktif; (c) prinsip kontinuitas; (d) prinsip koherensi; (e) prinsip keseluruhan; (f) prinsip pedagogis; (g) prinsip diskriminalitas; dan (h) prinsip akuntabilitas.
Tujuan pokok evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas prosees belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Indikator keefektifan itu dapat dilihat dari perubahan tingkah laku yang terjadi pada peserta didik. perubahan tingkah laku yang terjadi dibandingkan dengan perubahan perubahan tingkahlaku yang diharapkan sesuai dengan tujuan dan isi program pembelajaran. Oleh karena itu, instrumen evaluasi harus dikembangkan bertitik tolak pada tujuan dan isi program, sehingga bentuk dan format tes yang dikembangkan sesuai dengan tujuan dan karakteristik bahan ajar serta proporsinya sesuai dengan kelulusan dan kedalaman materi pelajaran yang diberikan. Disamping itu, hasil evaluasi harus dianalisis dan ditafsirkan secara hati-hati sehingga informasi yang diperoleh betul-betul akurat mencerminkan keadaan siswa secara objektif.
Informasi yang objektif dapat dijadikan bahan masukan untuk perbaikan proses dan program selanjutnya. Evaluasi dalam pembelajaran tidak semata-mata untuk menentukan rating siswa, melainkan juga harus dijadikan sebagai teknik atau cara pendidikan. Sebagai teknik atau alat pendidikan, evaluasi pembelajaran harus dikembangkan secara terlaksana dan terintegrasi dalam program pembelajaran, dilakukan secara kontinu, mengandung unsur pedagogis, dan dapat lebih mendorong siswa aktif belajar.
Prosedur Pengembangan Alat Evaluasi Pembelajaran
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan alat evaluasi
Secara umum alat evaluasi dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok, alat evaluasi bentuk tes dan alat evaluasi bukan tes. Agar informasi tentang karakteristik tingkah laku individu yang dinilai akurat atau mencerminkan mendekati keadaan yang sebenarnya, sehingga informasi itu dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat keputusan penting dalam pendidikan dan pembelajaran, maka alat evaluasi yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis sebagai alat ukur yang baik. Karakteristik alat evaluasi yang baik menurut Hopkins dan Antes adalah alat evaluasi tersebut memiliki keseimbangan, spesifik dan objektif. Keseimbangan dan kekhususan (spesifikasi) berkaitan langsung dengan validalitas, objektivitas berkaitan langsung dengan reliabilitas dan berkaitan tidak langsung dengan validitas, yaitu melalui keterkaitan antara validitas dan reliabilitas. Untuk memperoleh perangkat alat evaluasi yang seimbang (proporsional), dapat dilakukan dengan cara membuat tabel spesifikasi (kisi-kisi) mengenai topik-topik yang akan dimasukkan kedalam prangkat alat evaluasi. Untuk memperoleh butir-butir alat evaluasi yang spesifik dapat dilakukan melalui identifikasi kopetensi dan tujuan-tujuan khusus pembelajaran, selanjutnya dijadikan dasar perumusan butir alat evaluasi. Untuk memperoleh hasil yang objektif dilakukan dengan membuat pedoman penskoran pengolahan dan penafsiran yang jelas dan terinci.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan evaluasi pembelajaran, yaitu: (1) jenis dan karakteristik kopetensi dan tujuan pembelajaran yang dikembangkan; (2) pengambilan sampel perilaku yang akan diukur; (3) pemilihan jenis tipe alat evaluasi yang akan digunakan ; (4) aspek yang akan diuji; (5) format butir soal; (6) jumlah butir soal; (7) distribusi tingkat kesukaran butir soal.
Kemudian dalam menentukan bentuk alat evaluasi mana yang akan digunakan, perlu mempertimbangkan hal-hal berikut: (1) karakteristik kopetensi dan mata pelajaran yang akan diujikan; (2) tujuan khusus pembelajaran yang harus dicapai siswa; (3) tipe informasi yang dibutuhkan dari tujuan evaluasi; (4) usia dan tingkat perkembangan mental siswa yang akan mengikuti tes; dan (5) besarnya kelompok siswa yang akan mengikuti tes.
Langkah-langkah pengembangan evaluasi pembelajaran
Langkah-langkah pokok dalam pengembangan evaluasi pembelajaran meliputi: (1) menentukan tujuan evaluasi; (2) mengidentifikasi kopetensi yang akan diukur; (3) mengidentifikasi hasil belajar dan indikator-indikator; (4) membuat tabel spesifikasi (kisi-kisi); dan (5) menulis alat evaluasi yang relavan dengankisi-kisi tes. Langkah–langkah tersebut secara terinci akan diuraikan berikut ini.
Menentukan Tujuan Evaluasi
Langkah pertama yang harus dilakukan ouleh seorang pengembang alat evaluasi adalah menentukan tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan evaluasi tersebut. Tujuan ini akan menentukan jenis/model dan karakter dari alat evaluasi yang akan dikembangkan. Ada empat kemungkinan tujuan dilakukan kegiatan evaluasi, yaitu: (a) evaluasi dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja atau proses pembelajaran. Evaluasi ini sering disebut evaluasi formatif. (b) evaluasi dengan tujuan untuk menentukan keberhasilan yang dicapai oleh siswa. Evaluasi ini kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mempelajari suatu pelajaran. Evaluasi ini sering disebut evaluasi diagnostik. (d) evaluasi dengan tujuan untuk menempatkan siswa dalam posisi yang sesuai dengan kemampuannya.
Mengidentifikasi Kopetensi Yang Akan Diukur
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direflesikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Seorang siswa dikatakan kompoten apabila ia memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu setelah melalui proses pembelajaran, yang secara sistematis dipola atau dikondisikan.
Membuat Tabel Spesifikasi (Kisi-Kisi)
Seperti kita maklumi bahwa bagaimanapun bentuk dan jenis alat evaluasi yang dikembangkan, hanya merupakan sampel perilaku yang dapat kita ukur dari keseluruhan perubahan perilaku sebagai akibat dari proses pembelajaran. Untuk memperoleh perangkat alat evaluasi yang seimbang (proporsional) dan representatif, dapat dilakukan dengan cara membuat tabel spesifikasi atau kisi-kisi. Untuk memperoleh butir-butir soal yang spesifik dapat dilakukan melalui identifikasi kompetensi, hasil belajar dan indikator-indikatornya, selanjutnya dijadikan dasar perumusan alat evaluasi. Dengan cara-cara diatas, dapat diharapkan butir-butir soal yanng dirumuskan dapat menjadi sampel yang representatif dalam perangkat alat evaluasi itu. Manfaat lain dari tabel kisi-kisi adalah sebagai panduan bagi para pengembang/guru dalam penulisan alat evaluasi. Kisi-kisi biasanya disusun dalam format matrik lajur dan kolom. Penyusunan kisi-kisi alat evaluasi ini dapat dilakukan bersama-sama di antara beberapa orang guru mata pelajaran sejenis, dan/atau beberapa orang guru dari berbagai mata pelajaran, khususnya untuk mengukur ketercapaian lintas mata pelajaran, kopetensi antar rumpun pelajaran dan kompotensi lulusan. Secara garis besar model kisi-kisi ini dibagi kedalam dua bagian, kisi-kisi induk (umum) dan kisi-kisi khusus. Kisi-kisi induk merupakan pengembangan pengembangan dari unsuur-unsur yang telah ada dalam kurikulum, sedangkan kisi-kisi khusus merupakan pembelajaran dari model atau jenis alat evaluasi yang dipilih. Unsur-unsur yang terkandung dalam kisi-kisi induk meliputi; (a) kompetensi standar, (b) kompetensi dasar, (c) hasil belajar, (d) indikator-indikator, dan (e) jenis/model evaluasi. (lihat format kisi-kisi).Unsur kompetensi standar, kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator sudah tercantum dalam kurikulum setiap mata pelajaran pada setiap jenjang atau level. Adapun kisi-kisi yang khusus, baik unsur-unsurnya maupun formatnya, pada setiap jenis alat evaluasi berbeda-beda. Misalnya, format alat evaluasi jenis tes, berbeda dengan jenis notes, portofolio, tes penampilan, autenric assessment.
Format Kisi-Kisi
Standar
Kompetensi
Kompetensi
Dasar
Hasil
Belajar
Idikator-Indikator
Bentuk Evaluasi
Menulis alat evaluasi (butir soal) sesuai dengan kisi-kisi
Agar informasi tentang karakteristik tingkah laku individu yang dinilai akurat atau mencerminkan mendekati keadaan yang sebenarnya, sehingga informasi itu dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat keputusan penting dalam pendidikan dan pengajaran, maka alat evaluasi yang diguanakan harus memenuhi persyaratan teknis sebagai alat ukur yang baik. Karakteristik alat evaluasi yang baik menurut Hopkins dan Antes adalah alat evaluasi tersebut memiliki keseimbangan, spesifik, dan objektif. Keseimbangan dan kekhususan (spesifikasi) berkaitan langsung dengan validitas, obyektivitas berkaitan langsung dengan reliabilitas dan berkaitan tidak langsung dengan validitas, yaitu melalui keterkaitan antara validitas dan reliabilitas. Untuk memperoleh perangkat tes yang seimbang (proporsional), dapat dilakukan dengan cara membuat tabel spesifikasi (kisi-kisi) mengenai topik-topik yang akan dimasukkan kedalam prangkat tes. Untuk memperoleh butir-butir soal yang spesifik dapat dilakukan melalui identifikasi kopetensi dan tujuan-tujuan khusus pembelajaran, selanjutnya dijadikan dasar perumusan butir soal. Untuk memperoleh hasil yang objektif dilakukan dengan membuat pedoman penskoran, pengolahan dan penafsiran yang jelas dan terinci.
Cara-cara diatas, dapat diharapkan butir-butir alat evaluasi yang dirumuskan dapat menjadi sampel yang representatif (seimbang), spesifik dan objektif. Langkah-langkah pokok yang ditempuh dalam penulisan butir alat evaluasi adalah: (a) merumuskan defenisi konsep aspek materi pelajaran yang akan diujikan; (b) merumuskan defenisi operasional dari setiap konsep yang hendak diukur; (c) menentukan atau memilih indikator-indikator yang menjadi karakteristik pencapaian dari setiap konsep yang hendak diukur; dan (d) membuat kunci jawaban dan merumuskan pedoman penskoran, pengolahan dan penafsiran.
Pelaksanaan Evaluasi
Setelah penulisan soal selesai dan telah disusun penomorannya serta telah diperbanyak sesuai dengan jumlah peserta, kemudian alat evaluasi tersebut disajikan kepada peserta tes. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan evaluasi antara lain: waktu yang harus disediakan untuk mengerjakan tes, ppetunjuk cara mengerjakan soal, pengaturan posisi tempat duduk peserta didik, dan menjaga ketertiban dan ketenangan susunan kelas, sehingga peserta tes dapat mengerjakan soal-soal tersebut dengan penuh konsentrasi.
Pemeriksaan Hasil Evaluasi.
Hasil jawaban peserta tes hendaknya diperiksa dengan cermat dan diberi skor sesuai dengan petunjuk/pedoman penskoran yang telah ditetapkan. Teknik penskoran dalam setiap bentuk soal biasanya berbeda-beda. Oleh karena itu, pedoman penskoran harus ditentukan terlebih dahulu. Buatlah kunci jawaban atau rambu-rambu jawaban yang diinginkan beserta pembobotan skornya, sediakan waktu dan tenaga yang cukup leluasa, sehingga tidak terburu-buru terutama dalam pemeriksaan hasil tes soal bentuk uraian.
Pengolahan dan Penafsiran Hasil Evaluasi
Skor yang diperoleh dari tes dapat diolah dalam berbagai teknik pengolahan tergantung informasi yang dibuutuhkan. Seperti rata-rata skor, lahan tergantung informasi yang dibutuhkan. Seperti rata-rata skor,standar deviasi, variansi, kecenderungan sentral, menentukan batas lulus, mentransper skor kedalam nilai buku (skala 10, skala 4, dan lain-lain). Ada dua pendekatan penafsiran hasil tes, yaitu berdasarkan acuan patokan (PAP) dan pendekatan berdasarkan acuan norma (PAN). Acuan patokan untuk mendeskripsikan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang diteskan, sedangka acuuan norma untuk melihat kedudukan diantara peserta didik/peserta tes. Pendekatan yang mana yang akan dipilih tergantung kepada tujuan dari pelaksanaan tes.
Penggunaan hasil evaluasi
Penggunaan hasil evaluasi ini sangat erat kaitannya dengan tujuan evaluasi tersebut, apakah untuk tujuan formatif, sumatif, diagnostik, atau penempatan. Hasil penilaian ini sangat berguna terutama sebagai bahan perbaikan program pengajaran, melihat tingkat ketercapaian kurikulum, motivasi belajar peserta didik, bahan laporan kepada atasan untuk kepentingan supervisi dan monitoring program serta sebagai bahan penyususnan program berikutnya sebagai tindak lanjut.
Jenis-Jenis Evaluasi Pembelajaran
Unsur pokok dalam evaluasi pembelajaran adalah: (a) objek yang akan dievaluasi, (b) kriteria sebagai pembanding, dan (c) keputusan (judgment). Objek evaluasi dalam pelajaran meliputi isi program pembelajaran, tingkat efesiensi dan efektivitas pelaksanaan program, dan tingkat keberhasilan program pembelajaran (output program). Kemudian kriteria sebagai pembanding meliputi kriteria internal (relatif) dan kriteria eksternal (mutlak/absolut). Kriteria yang bersifat relatif menggambarkan posisi objek yang dinilai ditinjau dari kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
Keputusan (judgement) merupakan hasil pertimbangan atau perbandingan antara objek yang dinilai berdasarkan hasil pengukuran terhadap objek tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Judgement hasil evaluasi ini bersifat kualitatif. Evaluasi pembelajaran harus memenuhi persyaratan teknis yang memadai agar informasi yang diperoleh benar-benar akurat, sehingga keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan data itu tepat. Persyaratan umum yang harus dipenuhi dalam evaluasi pembelajaran antara lain: (a) validalitas, yaitu dapat memngukur karakteristik perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran; (b) reliabilitas, yaitu menunjukkan keajegan gambaran hasil yang diperoleh meskipun dilakukan beberapa kali evaluasi; (c) objektifitas, yaitu hasil penilaian mencerminkan kondisi kemampuan siswa sebagaimana adanya dan tidak terpengaruh oleh unsur-unsur subjektivitas penilai; (d) representatif, yaitu adanya keseimbangan dan keterwakilan setiap tujuan dan pokok materi pembelajaran yang diujikan; (e) fairness, yaitu mengemukakan perssoalan-persoalan dengan wajar, tidak bersifat jebakan dan tidak mengandung kata-kata yang bersifat menjebak; (f) praktis, yaitu efektif dan efesien, mudah dilaksanakan, diolah, dan ditafsirkan.
Menurut fungsinya, evaluasi dibedakan kedalam empat jenis, yaitu: formatif, sumatif, diagnostik, dan penempatan. Evaluasi formatif menekankan pada upaya perbaikan proses pembelajaran. Evaluasi sumatif lebih menekankan kepada penetapan tingkat keberhasilan belajar setiap siswa yang dijadikan dasar dalam penentuan nilai, dan/atau kenaikan dan kelulusan siswa. Evaluasi diagnostik menekankan pada upaya memahami kesulitan siswa dalam belajar, sedangkan evaluasi penempatan menekankan pada upaya untuk menyelaraskan antara program dan proses pembelajaran dengan karakteristik kemampuan siswa.
Menurut caranya, evaluasi dibedakan atas dua jenis, yaitu: evaluasi kuantitatif dan evaluasi kualitatif. Evaluasi kualitatif biasanya lebih bersifat subjektif dibandingkan dengan evaluasi kuantitatif. Penilaian kuantitatif biasanya dinyatakan dalam bentuk angka-angka, sedangkan evaluasi kualitatif dinyatakan dengan ungkapan seperti "sangat baik, bak, cukup, kurang, sangat kurang" atau "sangat memuaskan, memuaskan, kurang memuaskan, dan tidak memuaskan". Evaluasi kuantitatif biasanya dilakukan apabila guru ingin memberikan nilai akhir terhadap hasil belajar siswanya. Sedangkan evaluasi kualitatif dilakukan apabila guru ingin memperbaiki hasil belajar siswanya.
Berdasarkan teknisnya, evaluasi dibedakan antara tes dan nontes. Teknik tes dapaat dibedakan menurut materi yang akan dinilai, bentuk dan caranya. Menurut materi yang dinilai dibedakan tes hasil belajar, tes kecerdasaan, tes bakat khusus, tes minat, dan tes kepribadian. Menurut bentuknya dibedakan tes uraian dan tes objektif. Menurut caranya dibedakan tes tulisan, tes lisan, dan tes tindakan. Teknis nontes biasanya digunakan untuk menilai proses pembelajaran. Alat-alat khusus untuk melaksanakan teknis nontes ini dapat dilakukan melalui pengamatan, wawancara, angket, hasil karya/laporan, karangan, dan skala sikap. Berdasarkan kriteria yang digunakan dibedakan kedalam evaluasi berdasarkan acuan patokan (PAP) dan evaluasi berdasarkan acuan normal (PAN).
Bentuk Evaluasi Pembelajaran
Bentuk Evaluasi Pembelajaran Produk
Bentuk evaluasi pembelajaran produk merupakan bentuk evaluasi yang menilai hasil akhir dan proses. Dimana dalam penilaiannya melihat kemampuan membuat produk teknologi dan seni. Dalam menilai proses akhir contohnya hasil akhir dari pembuatan mainan, pakaian, hasil karya seni (gambar, lukisan, pahatan), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam. Sedangkan dalam menilai proses contohnya menilai teknik menggambarnya, peralatan yang digunakan apakah aman.
Bentuk Evaluasi Fortofolio
Bentuk evaluasi fortofolio merupakan penilaian melalui koleksi karya (hasil kerja) siswa yang sistematis mulai dari pengumpulan data melalui karya siswa, pengumpulan dan penilaian yang terus menerus dan refleksi perkembangan berbagai kompetensi, tingkat perkembangan kemajuan siswa, dan bagian integral dari proses pembelajaran untuk satu periode serta pencapaian tujuan diagnostik.
3) Bentuk Evaluasi Proyek
Bentuk evaluasi proyek merupakan penilaian terhadap suatu tugas yang mengandung penyelidikan yang harus selesai dalam waktu tertentu. Dalam hal ini guru memberikan tugas berupa suatu investigasi dengan tahapan perencanaan, pengumpulan data, dan pengolahan data, serta penyajian data.
Bentuk Evaluasi Unjuk Kerja/Performance
Bentuk evaluasi unjuk kerja/performance merupakan pengamatan terhadap aktivitas siswa sebagaimana terjadi (unjuk kerja, tingkah laku, interaksi). Bentuk evaluasi unjuk kerja/performance cocok untuk penyajian lisan, keterampilan berbicara, berpidato, baca puisi, berdiskusi, pemecahan masalah dalam kelompok, partisipasi dalam diskusi, memainkan alat musik; olahraga, menggunakan peralatan laboratorium, mengoperasikan suatu alat, mempresentasikan suatu rancangan. Dan bermanfaat untuk menilai keterampilan menyelidiki secara umum, pemahaman dan pengetahuan dalam bidang tertentu, kemampuan mengaplikasi pengetahuan dalam suatu penyelidikan, kemampuan dalam menginformasikan subyek secara jelas.
Bentuk Evaluasi Tertulis
Bentuk evaluasi tertulis berfungsi untuk memilih dan mensuplai jawaban. Di mana di dalam memilih dapat berupa pilihan ganda, dua pilihan (Betul - Salah atau Ya - Tidak) dan mensuplai jawaban dapat berupa lisan atau melengkapi jawaban singkat ataupun dengan uraian.
PENUTUP
Simpulan
Evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan pengukuran dan penilaian pembelajaran. Pengukuran yang dimaksud adalah proses membandingkan tingkat keberhasilan pembelajaran dengan ukuran keberhasilan pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif, sedangkan penilaian yang dimaksud adalah proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan pembelajaran secara kualitatif. Evaluasi merupakan sarana untuk mendapatkan informasi yang diperoleh dari proses pengumpulan dan pengolahan data.
Selain itu, evaluasi tentu saja dapat membantu pendidik untuk mengetahui kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa. Dengan mengetahui kemampuan-kemampuan siswa tersebut, pendidik dapat mengetahui dan sekaligus membimbing peserta didik yang masih kurang mampu memahami materi pelajaran yang telah mereka ajarkan.
Terdapat beberapa prinsip-prinsip, ruang lingkup, jenis-jenis, dan bentuk evaluasi pembelajaran yang dapat dilakukan dan diperhatikan oleh pendidik dalam melakukan evaluasi pembelajaran.
Saran
Hendaknya seorang tenaga pengajar dapat mengaplikasikan evaluasi terhadap kegiatan belajar mengajar yang dilakukan di suatu lembaga pendidikan karena dengan adanya evaluasi ini akan dapat menunjang kualitas dan mutu pendidikan kita.
Sebagaimana evaluasi hasil belajar dan pembelajaran yang telah diuraikan diatas sangatlah penting karena dengan adanya hal tersebut kita dapat belajar bagaimana cara mengevalausi dari kegiatan belajar mengajar apakah sudah dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam melakukan evaluasi pembelajaran, sebaiknya diperhatikan syarat-syarat dalam penyusunan evaluasi pembelajaran tersebut serta memilih teknik evaluasi pembelajaran yang sesuai agar hasil yang diinginkan sesuai.
Daftar Pustaka
Arifin, Zainal. (2012). Evaluasi Pembelajaran. E-book tersedia: [http://winarno.staff.iainsalatiga.ac.id/wp-content/uploads/sites/25/2013/01/34-Evaluasi-Pembelajaran.pdf]
Bloom, B.S. et.al. (1981). Evaluation to Improve Learning. New York: McGraw-Hill
Mavin, Sharon dkk. (2010). The Evaluation of Learning and Development in the Workplace: A Review of the Literature
Sudijono, Anas. (1995). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Stufflebeam, D.L. et.al. (1977). Educational Evaluation and Decision Making. Illinois:F.E. Peachock Publisher. Inc
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo PersadaGambar 2.1 : Ruang Lingkup EvaluasiGambar 2.1 : Ruang Lingkup Evaluasi
Gambar 2.1 : Ruang Lingkup Evaluasi
Gambar 2.1 : Ruang Lingkup Evaluasi