KATA PENGANTAR
Puji dan puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Perilaku Organisasi ini sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Tak lupa pula, kami kirimkan salam dan salawat kepada junjungan kita semua, Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, dan seluruh sahabatnya. Makalah Organisasidan kepemimpinan yang kami susun ini berjudul Etos Kerja . Makalah ini digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Organisasi dan Kepemimpinan, Banyak pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Olehnya itu, kami ucapkan banyak terimakasih. Kami menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran. Besar harapan kami, dengan hadirnya makalah ini dapat memberikan sumbangsih yang berarti demi kemajuan ilmu pengetahuan bangsa. Bandung, Desember 2016 Penulis
i|Pag e
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Dalam organisasi baik bisnis maupun publik terdapat komponen yang
tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, yang dikenal dengan istilah 6M (Man, Money, Methode, Material, Mechine dan Market). Dari ke enam unsur tersebut semuanya sangat dibutuhkan dalam organisasi. Salah satu unsur terpenting dalam organisasi sumber daya manusia (Man) atau yang lebih dikenal karyawan/pegawai. Karyawan adalah aset organisasi, tanpa adanya karyawan yang memiliki etos kerja yang baik, organisasi pasti tidak akan maju, atau tidak akan mencapai tujuan yang ditetapkan oleh organisasi. Sebaliknya tidak ada organisasi yang merugi jika memperlakukan karyawan dengan baik dan menghargai prestasi mereka. Pekerjaan dan kantor adalah tempat untuk belajar dan mengembangkan potensi diri karyawan. Karir promosi jabatan menanti mereka yang bekerja dan berkarya secara sungguh-sungguh dan penuh rasa tanggungjawab. Namun yang perlu dicermati adalah karyawan yang berhasil bukan karena dalam melaksanakan pekerjaannya adalah buah hasil keringat sendiri, tetapi lebih kepada sumber daya lain mendukung. Organisasi yang maju dimana karyawannya dalam mengerjakan pekerjaannya selalu dalam bentuk tim (team work). Karyawan yang bekerja sendiri tanpa meminta bantuan kepada orang atau tidak menerima bantuan dari karyawan lain maka akan berdampak pada sebuah egoisme atau kesombongan. 2|P a g
e
Untuk mancapai produktifitas kerja yang baik dibutuhkan etos kerja karyawan yang unggul dan profesional dalam mengerjakan pekerjaanya. Etos kerja harus didukung oleh sumber daya lain seperti fasilitas kerja, kesehatan, penghargaan, jaminan hari tua, dan sebagainya yang mendorong karyawan untuk melaksanakan pekerjaanya. Apabila dari sumber daya tersebut terpenuhi tentu akan berpengaruh terhadap perilaku karyawan. Pengaruh tersebut dapat bersifat positif dan ada kalanya bersifat negatif. Karyawan yang memiliki pengaruh positif dari sumber daya tersebut adalah karyawan memiliki etos kerja, sebaliknya yang menerima pengaruh negatif, maka etos kejanya menurun. Karyawan yang memiliki etos kerja yang unggul dan profesional dalam melaksanakan pekerjaanya adalah karyawan yang dapat menilai dan menerima bahwa kerja adalah rahmat (aku bekerja tulus penuh syukur), kerja adalah amanah (aku bekerja benar penuh tanggungjawab), kerja adalah panggilan (aku bekerja tuntas penuh integritas), kerja adalah aktualisasi (aku bekerja penuh semangat), kerja adalah ibabah (aku bekerja serius penuh kecintaan), kerja adalah seni (aku bekerja cerdas penuh kreativitas), kerja adalah kehormatan (aku bekerja tekun penuh keunggulan) dan kerja adalah pelayanan (aku bekerja paripurna penuh kerendahan hati).
1.2
Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
1.2.1
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi masalah penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut : 3|P a g
e
1.
Etos Kerja Dalam organisasi
2.
Menerapkan Etos Kerja di organisasi
1.2.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan untuk memfokuskan tugas ini, maka dibuat
rumusan
masalah.
Hal
ini
dibuat
agar
tugas
tidak
menyimpang dari arah dan tujuan penelitian, serta dapat diketahui sejauh mana penelitian ini dapat digunakan. Rumusan masalah tersebut adalah : 1. Bagaimana Etos Kerja yang ada dalam organisasi 2. Penerapan Etos Kerja dalam organisasi
1.3
Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui :
1. Etos Kerja dalam organisasi 2. Penerapan Etos kerja dalam organisasi 1.4
Manfaat Tugas ini mengkaji tentang Etos Kerja Dengan adanya pembahasan mengenai tugas ini diharapkan dapat menambah pengetahuan terutama mengenai Etos Kerja yang ada pada organisasi
4|P a g
e
B AB II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Etos Kerja Secara etimoligis, etos berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti
karakter, watak kesusilaan, adat istiadat atau kebiasaan. Sebagai suatu subyek dari arti etos tersebut adalah etika yang berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Setiap organisasi yang selalu ingin maju, akan melibatkan anggota untuk meningkatkan mutu kinerjanya, diantaranya setiap organisasi harus memiliki etos kerja. Menurut Sinamo (2005:26) etos kerja profesional adalah seperangkat perilaku kerja positif yang berakar pada kesadaran yang kental, keyakinan yang fundamental, disertai komitmen yang total pada paradigma kerja yang integral. Selanjutnya dikatakan bahwa istilah paradigma disini berarti konsep utama tentang kerja itu sendiri yang mencakup idealisme yang mendasari, prinsip-prinsip yang mengatur, nilai-nilai yang menggerakkan, sikap-sikap yang dilahirkan, standar-standar yang hendak dicapai, termasuk karakter utama, pikiran dasar, kode etik, kode moral, dan kode perilaku bagi para pemeluknya. Jadi, jika seseorang, suatu organisasi, atau suatu komitmen menganut paradigma kerja tertentu, percaya padanya secara tulus dan serius, serta berkomitmen pada paradigma kerja tersebut maka kepercayaan itu akan
melahirkan sikap kerja dan perilaku kerja mereka secara khas. Itulah etos kerja mereka, dan itu pula budaya kerja mereka. Berpijak pada pengertian bahwa etos kerja menggambarkan suatu sikap, maka dapat ditegaskan bahwa etos kerja mengandung makna sebagai aspek evaluatif yang dimiliki oleh individu (kelompok) dalam memberikan penilaian terhadap kegiatan kerja. Dalam pengertian lain, etos dapat diartikan sebagai thumuhat yang berkehendak atau berkemauan yang disertai semangat yang tinggi dalam rangka mencapai cita cita yang positif. 2.1.1
Fungsi dan tujuan etos kerja Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetep perbuatan
dan kegiatan individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos kerja adalah : Pendorong timbulnya perbuatan. Penggairah dalam aktivitas. Penggerak. Kerja memiliki arti luas dan sempit dalam arti luas kerja mencakup semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi maupun non materi baik bersifat intelektual maupun fisik, mengenai keduniaan maupun akhirat. Sedangkan dalam arti sempit, kerja berkonotasi ekonomi yang persetujuan mendapatkan materi. Jadi pengertian etos adalah karakter seseorang atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau kemauan dalam bekerja yang disertai semangat yang tinggi untuk mewujudkan cita-cita. Nilai kerja dalam Islam dapat diketahui dari tujuan hidup manusia yang kebahagiaan hidup di dunia untuk akhirat, kebahagian hidup di akhirat adalah kebahagiaan sejati, kekal untuk lebih dari kehidupan dunia, sementara kehidupan
di dunia dinyatakan sebagai permainan, perhiasan lading yang dapat membuat lalai terhadap kehidupan di akhirat. Manusia sebelum mencapai akhirat harus melewati dunia sebagai tempat hidup manusia untuk sebagai tempat untuk mancari kebahagiaan di akhirat. Pandangan Islam mengenai etos kerja, di mulai dari usaha mengangkap sedalam-dalamnya sabda nabi yang mengatakan bahwa niali setiap bentuk kerja itu tergantung pada niat-niat yang dipunyai pelakunya, jika tujuannya tinggi (mencari keridhaan Allah) maka ia pun akan mendapatkan nilai kerja yang tinggi, dan jika tujuannya rendah (seperti misalnya hanya bertujuan memperoleh simpati sesama manusia belaka) maka setingkat pula nilai kerjanya.
2.2
Membangun Etos Kerja Dalam Organisasi Etos kerja yang positif secara pasti akan menunjukkan kaitan yang sangat
erat antara modal organisasi dengan nilai kepercayaan untuk mencapai visi dan misi secara konsisten melalui norma-norma nilai kerja yang menciptakan suasana nyaman, aman, dan sejahtera bagi setiap stakeholdernya. Organisasi bisnis memerlukan fleksibilitas yang tinggi dengan budaya kerja "high trust". Tujuannya adalah untuk membangun kredibilitas yang memberikan rasa percaya kepada setiap orang, bahwa budaya kerja organisasi dikerjakan dengan etos kerja yang terukur dalam sebuah sistem, prosedur, dan kebijakan yang memiliki tingkat keperdulian sosial bisnis untuk secara konsisten mampu memberikan nilai-nilai kebutuhan para stakeholdernya secara optimal. Etos kerja yang baik berasal dari hasil kesadaran sebuah organisasi untuk secara tulus menggali semua potensi positifnya dalam rangka memberikan nilainilai terbaiknya kepada para stakeholder. Jangan pernah berpikir untuk meniru
etos kerja budaya lain, sebab etos kerja itu ada di dalam DNA sebuah organisasi yang secara fundamental telah dipengaruhi oleh etos kerja sang penggagas pendiri organisasi melalui visi, misi, etika, budaya, serta cara berpikir dan bertindak sang pendiri tersebut. Apabila tetap bersih keras meniru dan mengimplementasikan sebuah etos kerja yang menjadi favorit, maka pastikan bahwa organisasi tersebut mampu melewati masa-masa kritis akibat perubahan jati diri lama kedalam jati diri yang diharapkan. Kekuatan aura sang pendiri organisasi akan tetap terasa walaupun sudah mencoba menciptakan lingkungan dan suasana kerja berbudaya etos kerja baru yang lebih dinamis dan kreatif. Etos kerja sebenarnya mengajarkan kepada setiap sumber daya manusia untuk secara tulus dan ikhlas dari lubuk hati terdalam membangun kebiasaankebiasaan positif yang efektif dalam memberikan pelayanan berkualitas tinggi kepada para stakeholder. Untuk itu diperlukan upaya terus-menerus dari manajemen organisasi dalam memberikan contoh teladan dari perilaku etos kerja yang ingin dimiliki oleh organisasi tersebut. Mengundang para coach dari luar organisasi untuk belajar nilai-nilai positif secara berkelanjutan akan memberikan wawasan dan pengetahuan yang akan berdampak besar bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam menggali etos kerja terbaik dari sudut kaca mata positif. Etos kerja adalah suara hati yang tulus dan ikhlas dari setiap sumber daya manusia organisasi untuk mau bekerja keras tanpa pamrih dalam memberikan pelayanan terbaik yang lebih kepada setiap orang tanpa terkecuali. Etos kerja yang baik lahir dari pribadi-pribadi yang proaktif dalam mempersiapkan diri mereka untuk menjadi manusia-manusia organisasi yang siap seratus persen menjalankan misi dan visi organisasi mereka dengan nilai-nilai
positif yang tidak dapat dikompromikan lagi. Nilai positif berarti setiap pikiran dan tindakan selalu hanya berkosentrasi untuk memberikan pelayanan berkualitas tinggi. Bisnis, organisasi, dan sejenisnya ada hanya dengan satu tujuan mulia yaitu memberikan pelayanan bernilai tambah tertinggi dengan manfaat ekonomi, sosial, dan pisikologis yang membuat mudah dan nyaman setiap stakeholdernya. Etos kerja yang baik harus selalu dibungkus dengan pengetahuan, keterampilan, teknologi, dan keinginan untuk selalu berbuat baik. Etos kerja juga harus memiliki kebiasaan-kebiasaan yang menjadi budaya rutin yang efektif dalam memberikan sinar kebahagian, kenyamanan, keamanan, dan kepastian buat para stakeholder. Semua prinsip positif pelayanan wajib dihayati secara optimal oleh semua pimpinan dan staf organisasi tanpa terkecuali. Setiap stimulus benih-benih positif kedalam pikiran sumber daya manusia akan menghasilkan respons etos kerja yang berasal dari kesadaran hati dan pikiran terdalam. Apapun jenis pekerjaan, apakah bersifat komersial untuk mencari nafkah kehidupan, bersifat sosial yang membantu tanpa pamrih dengan uang, atau hanya bersifat hobi yang melakukan pekerjaan sebagai kebahagian hidup. Apapun yang Anda lakukan, pastikan Anda mengerjakannya dari hati terdalam yang tulus dan ikhlas, serta pikiran positif dengan segala kerendahan hati dan perilaku. Jangan sekalipun bekerja oleh sebab terpaksa, etos kerja yang baik tidak akan lahir dari orang-orang yang merasa pekerjaan yang dilakukannya adalah karena terpaksa oleh
dorongan
dikehendakinya.
kebutuhan
ekonomi
atau
kebutuhan
lain
yang
tidak
Belajar dan belajarlah selalu untuk merubah diri Anda dari pribadi tanpa etos kerja menjadi pribadi yang unik, spesial, dan kaya akan etos kerja berkualitas tinggi.
2.2.1
Etos Kerja Profesional Menurut Sinamo (2005:29-189), bahwa terdapat delapan etos kerja
profesional yaitu: 1. Kerja adalah Rahmat Apa pun pekerjaan kita, entah pengusaha, pegawai kantor, sampai buruh kasar sekalipun, adalah rahmat dari ALLAH SWT. Anugerah itu kita terima tanpa syarat, seperti halnya menghirup oksigen dan udara tanpa biaya sepeser pun. Bakat dan kecerdasan yang memungkinkan kita bekerja adalah anugerah. Dengan bekerja, setiap tanggal muda kita menerima gaji untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan bekerja kita punya banyak teman dan kenalan, punya kesempatan untuk menambah ilmu dan wawasan, dan masih banyak lagi. Semua itu anugerah yang patut disyukuri. Sungguh kelewatan jika kita merespon semua rahmat itu dengan kerja yang ogah-ogahan.
2. Kerja adalah Amanah Apapun pekerjaan kita semua adalah Amanah. Seyogyanya kita menjalankan amanah tersebut dengan sebaik mungkin. Kerja bukanlah sekedar pengisi waktu tapi perintah Allah. "Amanat itu mendatangkan rezeki, sedangkan khianat itu mendatangkan kemiskinan". Etos ini membuat kita bisa bekerja sepenuh hati dan menjauhi tindakan tercela, misalnya korupsi dalam berbagai bentuknya.
3. Kerja adalah Panggilan Jika pekerjaan atau profesi kita disadari sebagai panggilan, kita bisa berucap pada diri kita sendirim, "I'm do my best!" Dengan begitu kita tidak akan merasa puas jika hasil karya ya kita kurang baik mutunya. 4. Kerja adalah Aktualisasi Aktualisasi diri artinya pengungkapan atau penyataan diri kita, yang harus kita aktualisasikan adalah : a. b. c. d. e.
Kemampuan kita untuk bekerja dengan penuh tanggung jawab Kejujuran Disiplin Kemauan untuk maju Tunjukkanlah terlebih dulu kualitas pekerjaan yang Anda lakukan sebelum
Anda f. Menuntut terlalu banyak untuk menerima imbalan yang besar karena kerja adalah aktualisasi diri. Meski kadang membuat kita lelah, bekerja tetap merupakan cara terbaik untuk mengembangkan potensi diri dan membuat kita merasa "ada". Bekerja jauh lebih menyenangkan daripada duduk bengong tanpa pekerjaan. 5. Kerja adalah Ibadah Seperti halnya aktivitas keseharian seorang muslim, kerja juga harus diniatkan dan berorentasi ibadah kepada Allah SWT. Dengan kata lain, setiap aktivitas yang kita lakukan hakikatnya mencari keridhaan Allah semata.
Setiap ibadah kepada Allah harus direalisasikan dalam bentuk tindakan, sehingga bagi seorang muslim aktivitas bekerja juga mengandung nilai ibadah. Kesadaran ini pada gilirannya akan membuat kita bisa bekerja secara ikhlas, bukan demi mencari uang atau jabatan semata. 6. Kerja adalah Seni Kesadaran ini membuat kita bekerja dengan enjoy seperti halnya melakukan hobi. Dengan mengungkapkannya melalui dan menggunakan medium dan materi pekerjaan kita seperti komputer, kertas, pena, suara, ruangan, papan tulis, meja, kursi, atau apapun alat materi kerja kita. Materi kerja di atas diolah secara kreatif dan imajinatif dalam peristiwa kerja dengan memanfaatkan tidak saja nilai warna, tetapi terutama nilai estetikanya.
7. Kerja adalah Kehormatan Karena tidak semua orang bisa diberi kepercayaan untuk melakukan suatu pekerjaan seperti yang Anda terima saat ini. Kerja bukanlah masalah uang semata, namun lebih mendalam mempunyai sesuatu arti bagi hidup kita. Kadang mata kita menjadi "hijau" melihat uang, sampai akhirnya melupakan apa arti pentingnya kebanggaan profesi yang kita miliki. Bukan masalah tinggi rendah atau besar kecilnya suatu profesi, namun yang lebih penting adalah etos kerja, dalam arti penghargaan terhadap apa yang kita kerjakan. Sekecil apapun yang kita kerjakan, sejauh itu memberikan rasa bangga di dalam diri, maka itu akan memberikan arti besar. Seremeh apapun pekerjaan kita, itu adalah sebuah kehormatan.
Jika kita bisa menjaga kehormatan dengan baik, maka kehormatan yang lain yang lebih besar akan datang kepada kita.
8. Kerja adalah Pelayanan Manusia diciptakan dengan dilengkapi oleh keinginan untuk berbuat baik. Apa pun pekerjaan kita, pedagang, polisi, bahkan penjaga mercu suar, semuanya bisa dimaknai sebagai pengabdian kepada sesama. Delapan etos kerja tersebut menunjukkan bahwa seorang karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya tidak didasarkan atas perintah atasan melainkan keinginan yang kuat untuk melakukan sesuatu tanpa paksaan dan dilaksanakan dengan penuh kejujuran.
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Tolak Ukur Etos Kerja Yang Unggul Dan Profesional Di dalam melakukan penilaian prestasi kerja pegawai tersebut, diperlukan suatu sistem yang praktis, relevan, handal, dan dapat diterima, sehingga hasil yang dicapai dari penilaian tersebut bisa bermanfaat baik untuk pegawai itu sendiri maupun bagi administrasi kepegawaian organisasi Suatu sistem penilaian prestasi kerja yang baik harus bisa menampung berbagai tantangan eksternal yang dihadapi oleh para pegawai, terutama yang mempunyai dampak kuat terhadap pelaksanaan tugasnya. Tidak dapat disangkal bahwa berbagai situasi yang dihadapi oleh seseorang di luar pekerjaannya, seperti masalah keluarga, keadaan keuangan, tanggung jawab sosial dan berbagai masalah pribadi lainnya pasti berpengaruh terhadap prestasi kerja seseorang. Hal ini berarti sistem
penilaian
tersebut
harus
memungkinkan
para
pegawai
untuk
mengemukakan berbagai masalah yang dihadapinya itu. Organisasi seyogianya memberikan bantuan kepada para anggotanya untuk mengatasi masalahnya itu. Menurut Cascio (1995:270), ada enam syarat yang bisa dipakai untuk mengukur efektif tidaknya suatu Sistem Penilaian Prestasi Kerja yaitu: a. Supervisor (penilai), mengukur kemampuan dan motivasi penilai dalam melakukan penilaian secara terus menerus, merumuskan prestasi kerja pegawai secara objektif, dan memberikan umpan balik kepada pegawai. b. Relevance (keterkaitan), mengukur keterkaitan langsung unsur-unsur penilaian prestasi kerja dengan uraian pekerjaan.
c. Sensitivity (Kepekaan), mengukur keakuratan/kecermatan sistem penilaian prestasi kerja yang dapat membedakan pegawai yang berprestasi dan yang tidak berprestasi, serta sistem harus dapat digunakan untuk tujuan administrasi kepegawaian. d. Reliability (Keterandalan), mengukur keandalan dan konsistensi alat ukur yang digunakan. e. Practicality (kepraktisan), mengukur alat penilaian prestasi kerja yang mudah digunakan dan dimengerti oleh penilai dan bawahannya. f. Acceptability (dapat diterima), mengukur kemampuan penilai dalam melakukan penilaian sesuai dengan kemampuan tugas dan tanggung jawab bawahannya. Mengkomunikasikan dan mendefenisikan dengan jelas standar dari unsur-unsur penilaian yang harus dicapai
Sedangkan Nawawi (2003:395) mengatakan bahwa untuk mengukur etos kerja karyawan maka diperlukan unsur-unsur dalam penilaian pelaksanaan pekerjaan yaitu: 1. Kesetiaan Tekad dan kesanggupan mentaati, melaksanakan dan mengamalkan sesuatu yang ditaati dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Tekad dan kesanggupan tersebut harus dibuktikan dalam sikap dan tingkah laku sehari-hari dalam perbuatan dalam melaksanakan tugas.
2. Prestasi Kerja Suatu hasil kerja yang secara nyata dapat dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya. Prestasi kerja tersebut akan
dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan, pengalaman, dan kesungguhan karyawan yang bersangkutan. 3. Tanggung Jawab Kesanggupan seorang karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya serta berani memikul resiko atas keputusan yang diambilnya atau tindakan yang dilakukannya. 4. Ketaatan Kesanggupan seorang karyawan untuk mentaati segala peraturan perundangundangan dan peraturan kedinasan yang berlaku, mentaati perintah kedinasan yang diberikan oleh atasan yang berwenang serta kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang ditentukan. 5. Kejujuran Ketulusan hati seorang karyawan dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk tidak menyalahgunakan wewenang yang diberikan kepadanya. 6. Kerja sama Kemampuan seorang karyawan untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan sesuatu tugas yang ditentukan, sehingga mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya. 7. Prakarsa Kemampuan seorang karyawan untuk mengambil keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan sesuatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dari atasan. 8. Kepemimpinan
Kemampuan seorang karyawan untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas pokoknya. Manfaat dari perlunya dilakukan penilaian pelaksanaan pekerja yang dilakukan secara berkala adalah sebagai bahan pertimbangan terhadap karyawan dalam hal; kenaikan pangkat/golongan, penempatan dalam jabatan, kenaikan gaji berkala, dan pemindahan (mutasi) atau bahkan sebagai pertimbangan untuk mendukuti sebuah jabatan. Banyak masalah yang bisa terjadi ketika perubahan akan dilakukan. Masalah yang paling sering dan menonjol adalah “Penolakan atas Perubahan itu sendiri”. Istilah yang sangat populer dalam manajemen adalah Resistensi Perubahan (Resistance To Change). Penolakan atas perubahan tidak selalu negatif, justru karena adanya penolakan tersebut maka perubahan tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Penolakan atas perubahan tidak selalu muncul dipermukaan dalam bentuk yang standar. Penolakan bisa jelas kelihatan (Eksplisit) dan segera, misalnya mengajukan protes, mengancam mogok, demonstrasi, dan sejenisnya; atau bisa juga tersirat (Implisit), dan lambat laun, misalnya loyalitas pada organisasi berkurang, motivasi kerja menurun, kesalahan kerja meningkat, tingkat absensi meningkat, dan lain sebagainya.
3.1.1 Karyawan Yang Unggul Prinsip untuk menjadi karyawan yang unggul menurut Botterman (2005:1324) yaitu: 1. Semua orang bisa melakukan sebuah perbedaan
Tidak ada seorangpun yang bisa menghalangi Anda untuk memilih menjadi orang yang khusus, lain daripada yang lain. Tidak ada pekerjaan yang tidak penting, hanya saja orang-orang yang mengerjakanlah yang merasa tidak penting dalam mengerjakan pekerjaan mereka. 2.
Keberhasilan dibangun di atas hubungan
Semua pekerjaan atau bisnis, jalinan hubungan yang kuat adalah tujuan yang paling penting karena mutu hubungan tersebut menentukan mutu produk atau jasa. Itu sebabnya mengapa para pemimpin berubah ketika mereka menyadari bahwa para karyawan mereka juga manusia. Teknologi berubah ketika menyadari bahwa para pengguna mereka adalah manusia yang memerlukan interaksi atau hubungan. 3.
Ciptakan nilai bagi orang lain secara terus menerus
Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, menguasai kecakapan bekerja adalah yang paling penting pada abad 21, bahwa kemampuan untuk menciptakan nilai tambah bagi para pelanggannya tanpa harus mengeluarkan tambahan biaya untuk melakukannya. 4. Temukan kembali jati diri Anda secara teratur Saat Anda sedang mengerjakan segala hal yang mungkin bisa Anda kerjakan untuk menghasilkan kesempurnaan pribadi, tetapi Anda masih saja merasa kelelahan dan tidak bersemangat. Ketika hidup Anda sedang berada pada posisi rendah saat komitmen profesional Anda sedang bergejolak dan Anda hanya ingin segera menyelesaikan ditinggalkan.
pekerjaan
Anda
dan
kemudian
pekerjaan
itu
Karyawan yang unggul dapat dilihat dari kerja keras, selalu terdepan, memiliki kelebihan dibanding lain, dan tidak pernah merasa puas atas prestasi yang diraihnya. Tidak lagi berpikir bahwa apa yang saya dapat dari hasil kerja saya, tetapi apa yang saya berikan terhadap organisasi.
B AB IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan
1. Etos kerja profesonal adalah seperangkat perilaku kerja positif yang berakar pada kesadaran yang kental, keyakinan yang fundamental, disertai komitmen yang total pada paradigma kerja yang integral. 2. Etos kerja karyawan dimulai dari komitmen total dari dalam diri karyawan mendalami visi dan misi organisasi, mematuhi dan tunduk terhadap aturan-aturan yang berlaku, melaksanakan tugas sesuai dengan bidang dan keahlian yang dimiliki, yang nantinya dapat dilihat pada produktivitas kerjanya, dan mengerti tentang
sistem
penilaian
karyawan
yaitu;
kesetiaan,
prestasi
kerja,
tanggungjawab, ketaatan, kejujuran, kerjasama, prakarsa, dan kemimpinan. 3. Untuk dapat membangun etos kerja perlu ada motivasi diri sendiri dengan berkomitmen bahwa kerja adalah rahmat, kerja adalah amanah, kerja adalah panggilan kerja adalah aktualisasi, kerja adalah ibadah, kerja adalah seni, kerja adalah kehormatan, kerja adalah pelayanan. 4. Etos kerja yang tinggi dapat ditentukan melalui proses penilaian pelaksanaan pekerjaan. Nilai inilah nanti akan menentukan kepada karyawan dalam hal; kenaikan pangkat/golongan, penempatan dalam jab tan, kenaikan gaji berkala, dan pemindahan (mutasi) atau bahkan sebagai pertimbangan untuk mendukuti sebuah jabatan. 5. Etos kerja berpandangan bahwa kualitas kerja karyawan pada hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin, dan kualitas kerja karyawan di hari esok harus lebih baik daripada kualitas kerja hari ini.
4.2
Saran Ketika Etos Kerja di berlakukan di organisasi memperhatikan memperhatikan situasi dan kondisi dan kesesuaian antara organisasi dan anggota organisasi, sehingga tidak akan muncul konflik di dalam organisasi tersebut. Hendaknya bangsa Indonesia adalah negara yang kaya dan merupakan bangsa yang besar. Indonesia dikarunia sumber daya alam yang melimpah ruah dan jumlah penduduk yang besar. Dan itu merupakan modal untuk mewujudkan masyarakat yang makmur dan sejahtera. Salah satu faktor rendahnya etos kerja yang dimiliki oleh Indonesia yaitu negatifnya keteladanan yang ditunjukkan oleh para pemimpin. Mereka merupakan model bagi masyarakat yang bukan hanya memiliki kekuasaan formal, namun juga kekuasaan nonformal yang justru sering disalahgunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Botterman, Fricker. 2005. Membentuk Pribadi Unggul: Empat Pilar Utama Membangun Kompetensi Profesi dan pribadi. Jakarta: Prestasi Pustaka. Cascio, Wayne. 1995. Human Resouces Management and Information System Approach. Virgnia: Publishing Company. Cook, Marshall J. 2005. How to Be a Great Coach: 24 Poin Penting Seputar Peningkatan Produtivitas Pekerja. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Komputer. Nawawi, Hadari. 2003. Manajemen Strategik Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Sinamo, Jansen. 2005. Delapan Etos Kerja Profesional. Jakarta: Institut Mahardika
23 | P a g
e