BAB I PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Islam adalah agama yang universal, karena itu masalah-masalah yang ada dalam masyarakat sudah barang tentu diatur di dalam ajaran Islam. Kajian tentang Al Quran serta kandungan ajarannya tampaknya tidak akan pernah selesai dan akan berlanjut sepanjang zaman. Keajaibannya akan senantiasa muncul kepermukaan bagaikan mata air yang tidak pernah kering dan akan selalu menjadi inspirasi kehidupan ummat Islam. Al Quran akan selalu hadir dalam kehidupan yang sarat dengan berbagai persoalan hidup yang dialami oleh umat Islam. Di sinilah letak salah satu keunikan Al Quran itu dan dari sini kita dapat memahami mengapa orang yang mempercayainya tidak akan pernah meragukan validitas ajarannya dan menganggapnya sebagai kebenaran mutlak dan final meski dipihak lain orang yang meragukan dan tidak mempercayainya selalu berupaya untuk meruntuhkan kebenaran Al Quran baik dengan cara halus atau kasar, dibungkus dengan metode ilmiah yang mengandung distorsi atau bahkan hanya dengan hujatan, tanpa mengandung ilmiah yang layak dalam kajian akademis. Politik senantiasa diperlukan oleh masyarakat di negara manapun. Ia merupakan upaya untuk memelihara urusan umat di dalam dan di luar negeri. Jika memandang seseorang dalam sosoknya sebagai manusia (sifat manusiawinya), ataupun sebagai individu yang hidup dalam komunitas tertentu, maka sebenarnya ia bisa disebut sebagai seorang politikus. Di dalam hidupnya manusia tidak pernah berhenti dan mengurusi urusannya sendiri, urusan orang lain yang menjadi tanggung jawabnya, urusan bangsanya, ideologi dan pemikiran-pemikirannya. Oleh karena itu setiap individu, kelompok, organisasi ataupun negara yang memperhatikan urusan umat (dalam lingkup negara dan wilayah-wilayah mereka) bisa disebut sebagai politikus. Dapat dikenali hal ini dari tabiat aktivitasnya, kehidupan yang mereka hadapi serta tanggung jawabnya. Islam sebagai agama yang ju ga dianut oleh mayoritas umat di Indonesia selain sebagai aqidah ruhiyah (yang mengatur hubungan manusia dengan Rabb-nya), juga merupakan aqidah siyasah (yang mengatur hubungan antara sesama manusia dan dirinya sendiri). Oleh karena itu Islam tidak bisa dilepaskan dari aturan yang mengatur urusan masyarakat dan negara. Islam bukanlah agama yang mengurusi ibadah
1
mahdloh individu saja. Berpolitik adalah hal yang sangat penting bagi kaum muslimin. Di dalam negeri, kaum muslimin harus memperhatikan, apakah urusan umat dapat terpelihara dengan baik oleh negara. Mulai dari penerapan hukum pemerintahan, ekonomi, kesehatan, pendidikan, keamanan, aturan interaksi antar individu pria dan wanita serta seluruh kepentingan umat lainnya. Berpolitik juga dpat membererat tali pesaudaraan antar manusia serta men jalin persatuan dan kesatuan bangsa. Islam sebagai agama rahmatan lil alamin sudah representatif untuk mewujudkan pendidikan multicultural (beragam budaya). Budaya merupakan Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Dalam makalah ini, penulis akan membahas lebih jauh tentang Budaya Akademik menurut Islam, Budaya Etos Kerja menurut Islam, Budaya Sikap Terbuka dan Adil menurut Islam.
1.2.
RUMUSAN MASALAH
a) Apa makna budaya akademik dalam sudut pandang Islam ? b) Apa yang dimaksud etos kerja, sikap terbuka dan keadilan menurut pandangan Islam? c) Apa sajakah sajakah nilai-nilai dasar politik politik dalam ajaran agama Islam ? d) Bagaimanakah sikap berpolitik untuk agar dapat mempererat persatuan persatuan dan kestuan bangsa ?
1.3.
TUJUAN
a) Memahami makna budaya akademik dalam pandangan islam islam b) Memahami maksud dengan etos kerja, sikap terbuka dan keadilan dalam pandangan agama islam c) Menjelaskan tentang tentang nilai-nilai dasar politik politik dalam ajaran agama Islam. d) Mengetahui sikap berpolitik yang baik agar tercipta persatuan persatuan dan kesatuan. kesatuan.
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
BUDAYA AKADEMIK DALAM PANDANGAN AGAMA ISLAM 2.1.1
Pengertian Budaya Akademik
Budaya akademik dalam pandangan Islam adalah suatu tradisi atau kebiasaan yang berkembang dalam dunia Islam menyangkut persoalan keilmuan. Atau dalam bahasa yang lebih sederhana adalah tradisi ilmiah yang dikembangkan Islam. Di antara poin-poin pentingnya adalah pertama, tentang penghargaan Alquran terhadap orang-orang yang berilmu, di antaranya adalah : 1. Wahyu Al-quran yang turun pada masa awal mendorong manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Dalam ayat-ayat yang pertama kali turun Al-'Alaq 96: l-5 tergambar dengan jelas betapa kitab suci Al-quran memberi perhatian yang sangat serius kepada perkembangan ilmu pengetahuan. Sehingga Allah SW'T menurunkan petunjuk pertama kali adalah terkait dengan salah satu cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang dalam redaksi ayat tersebut menggunakan redaksi "iqra" . Makna pe rintah tersebut bukanlah hanya sebatas membaca dalam arti membaca teks, tetapi makna iqra' adalah membaca dengan melibatkan pemikiran dan pemahaman dan itulah kunci perkembangan ilmu pengetahuan dalam sepanjang sejarah kemanusiaan. Dalam kontek modern sekarang makna iqra' dekat dengan makna reading with understanding (membaca disertai dengan pemahaman). 2. Tugas Manusia sebagai khalifah Allah di Bumi akan sukses kalau memiliki ilmu pengetahuan. Penggalan ayat 3l dari Surat Al-Baqarah yang berbunyi "Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya", juga mengandung arti bahwa salah satu keistimewaan manusia adalah kemampuannya mengekspresikam apa yang terlintas dalam benaknya serta kemampuannya menangkap bahasa sehingga ini mengantarnya mengetahui. Di sisi lain kemampuan manusia merumuskan ide dan memberikan nama bagi segala sesuatu merupakan langkah menuju terciptanya manusia yang berpengetahuan dan lahirnya ilmu pengetahuan. 3. Muslim yang baik tidak pernah berhenti untuk menambah ilmu. Etos untuk terus menambah ilmu pengetahuan dapat diterjemahkan b ahwa yang disebut belajar atau menuntut ilmu bukan hanya pada musim tertentu atau dalam
3
formalitas satuan pendidikan tertentu, melainkan sepanjang hayat masih dikandung badan maka kewajiban untuk terus menuntut ilmu tetap melekat dalam diri setiap muslim. Salah satu hikmahnya adalah bahwa kehidupan terus mengalami perubahan dan perkembangan menuju kemajuan, maka kalau seorang muslim tidak terus menambah pengetahuannya jelas akan tertinggal oleh perkembangan zaman yang pada gilirannya tidak dapat memberikan kontribusi bagi kehidupan. Al-quran jelas membedakan antara orang yang berpengetahuan dengan orang-orang yang tidak berpengetahuan . 4. Orang yang berilmu akan dimuliakan oleh Allah SWT. Secara garis besar manusia dapat dibedakan ke dalam dua kelompok besar; pertama, orang yang sekedar beriman dan beramal, dan yang kedua adalah orang yang beriman dan beramal shalih serta memiliki pengetahuan. Posisi atau derajat kelompok kedua ini lebih tinggi bukan saja karena nilai ilmu yang dimiliki, tetapi juga amal dan usahanya untuk mengajarkan ilmu yang dimiliki tersebut, baik melalui lisan, tulisan atau bahkan tindakan. Ilmu yang dimaksud tentu saja bukan hanya ilmu agama tetapi ilmu apapun yang rnembawa maslahat bagi kehidupan manusia. Di samping memberikan apresiasi terhadap orang yang berilmu poin penting lain yang dijelaskan Al-quran adalah bahwa : 1. Iman seorang muslim tidak akan kokoh kalau tidak ditopang dengan ilmu, demikian juga dengan amal shalih. 2. Tugas kekhalifahan manusia tidak akan dapat sukses kalau tidak dilandasi dengan ilmu. 3. Karakter seorang muslim yang berbudaya akademik adalah; orang yang selalu mengingat Allah yang disertai dengan ikhtiar untuk selalu menggunakan akalnya untuk memikirkan ciptaan Allah SWT. Serta selalu berusaha menambah ilmu dengan membuka diri terhadap setiap informasi yang baik dan kemudian memilih yang terbaik untuk dijadikan pegangan dan diikutinya.
2.1.2
Pembahasan Tentang Budaya Akademik
Dari berbagai Forum terbuka tentang pembahasan Budaya Akademik yang berkembang d Indonesia, menegaskan berbagai macam pendapat di antaranya :
4
1. Konsep dan Ciri-Ciri Perkembangan Budaya Akademik Dalam situasi yang sarat idealisme, rumusan konsep dan peng ertian tentang Budaya Akademik yang disepakati oleh sebagian besar (167/76,2%) responden adalah “Budaya atau sikap hidup yang selalu mencari kebenaran ilmiah melalui kegiatan akademik dalam masyarakat akademik, yang mengembangkan kebebasan berpikir, keterbukaan, pikiran kritis-analitis; rasional dan obyektif oleh warga masyarakat akademik” Konsep dan pengertian tentang Budaya Akademik tersebut didukung perumusan karakteristik perkembangannya yang disebut “Ciri-ciri Perkembangan Budaya Akademik” yang meliputi berkembangnya : 1) Penghargaan terhadap pendapat orang lain secara obyektif. 2) Pemikiran rasional dan kritis-analitis dengan tanggungjawab moral. 3) Kebiasaan membaca. 4) Penambahan ilmu dan wawasan. 5) Kebiasaan meneliti dan mengabdi kepada masyarakat. 6) Penulisan artikel, makalah, buku. 7) Diskusi ilmiah. 8) Proses belajar-mengajar. 9) Manajemen perguruan tinggi yang baik.
2. Tradisi Akademik Pemahaman mayoritas responden (163/74,4%) mengenai Tradisi Akademik adalah, “tradisi yang menjadi ciri khas kehidupan masyarakat akademik dengan menjalankan proses belajar-mengajar antara dosen dan mahasiswa seperti menyelenggarakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, serta mengembangkan cara-cara berpikir kritis-analitis, rasional dan inovatif di lingkungan akademik” Tradisi menyelenggarakan proses belajar-mengajar antara guru dan murid, antara pandito dan cantrik, antara kiai dan santri sudah mengakar sejak ratusan tahun yang lalu, melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti padepokan dan pesantren. Akan tetapi tradisi-tradisi lain seperti
5
menyelenggarakan penelitian adalah tradisi baru. Demikian pula, tradisi berpikir kritis-analitis, rasional dan inovatif adalah kemewahan yang tidak terjangkau tanpa terjadinya perubahan dan pembaharuan sikap mental dan tingkah laku yang harus terus-menerus diinternalisasikan dan disosialisasikan dengan menggerus sikap mental paternalistik dan ewuh-pakewuh yang berlebih-lebihan pada sebagian masyarakat akademik yang mengidap tradisi lapuk, terutama dalam paradigma patron-client relationship yang mendarah-daging. 3. Kebebasan Akademik Pengertian tentang “Kebebasan Akademik” yang dipilih oleh 144 orang (65,7%) responden adalah kebebasan yang dimiliki oleh pribadi pribadi anggota sivitas akademika (mahasiswa dan dosen) untuk bertanggung jawab dan mandiri yang berkaitan dengan upaya penguasaan dan pengembangan Iptek dan seni yang mendukung pembangunan nasional. Kebebasan akademik meliputi kebebasan menulis, meneliti, menghasilkan karya keilmuan, menyampaikan pendapat, pikiran, gagasan sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni, dalam kerangka akademis (Kistanto, et. al., 2000: 86). “Kebebasan Akademik” berurat-berakar mengiringi tradisi intelektual masyarakat akademik – tetapi kehidupan dan kebijakan politik acapkali mempengaruhi dinamika dan perkembangannya. Dalam rezim pemerintahan yang otoriter, kiranya kebebasan akademik akan sulit berkembang. Dalam kepustakaan internasional kebebasan akademik dipandang sebagai inti dari budaya akademik dan berkaitan dengan kebebasan berpendapat (lihat CODESRIA 1996, Forum 1994, Daedalus Winter 1997, Poch 1993, Watch 1998, Worgul 1992). Dalam masyarakat akademik di Indonesia, kebebasan akademik yang berkaitan dengan kebebasan berpendapat telah mengalami penderitaan yang panjang, selama puluhan tahun diwarnai oleh pelarangan dan pembatasan kegiatan akademik di era pemerintahan Suharto (lihat Watch 1998). Kini kebebasan akademik telah berkembang seiring terjadinya pergeseran pemerintahan dari Suharto kepada Habibie, dan makin berkembang begitu bebas pada pemerintahan Abdurrahman Wahid, bahkan hampir tak terbatas dan “tak bertanggungjawab,” sampai pada pemerintahan Megawati, yang makin sulit mengendalikan perkembangan kebebasan berpendapat.
6
Selain itu, kebebasan akademik kadangkala juga berkaitan dengan sikap-sikap dalam kehidupan beragama yang pada era dan pandangan keagamaan tertentu menimbulkan hambatan dalam perkembangan kebebasan akademik, khususnya kebebasan berpendapat. Dapat dikatakan bahwa kebebasan akademik suatu masyarakat bangsa sangat tergantung dan berkaitan dengan situasi politik dan pemerintahan yang dikembangkan oleh para penguasa. Pelarangan dan pembatasan kehidupan dan kegiatan akademik yang menghambat perkembangan kebebasan akademik pada lazimnya meliputi : 1. Penerbitan buku tertentu. 2. Pengembangan studi tentang ideologi tertentu. 3. Pengembangan kegiatan kampus, terutama demonstrasi dan diskusi yang bertentangan dengan ideologi dan kebijakan pemerintah atau negara.
2.2 ETOS KERJA, SIKAP TERBUKA PANDANGAN AGAMA ISLAM 2.2.1
DAN
KEADILAN
DALAM
Etos Kerja
Telah disebutkan terdahulu hakikat manusia terletak pada eksistensinya. “Eksistensinya” berarti berpikir untuk mencipta yang menghasilkan produk atau ciptaan. Dengan kata lain hakikat manusia adalah kerja. Konsekuensi logisnya adalah berhenti bekerja hilang hakikatnya sebagai manusia. Telah disebutkan pula bahwa Islam lebih mementingkan amal dari pada gagasan atau terminal terakhir adalah amal. Amal identik dengan kerja dan sekali lagi hakikat manusia adalah kerja. Alquran sendiri memandang amal itu begitu penting. Kata amal dan berbagai kata yang seakar kata dengannya seperti ya’malun, ta’malun, ‘amila, i’malu dan yang sejenisnya disebut dalam Al-Quran sebanyak 192 kali. Kata amal shalih yang dirangkai dengan kata iman sebanyak 46 kali. Ini berarti hakikat manusia atas dasar pendekatan kebudayaan maupun agama adalah sama yaitu terletak pada kerja atau amal. Kesimpulan ini didukung oleh pepatah : (ilmu tanpa amal bagaikan lebah tanpa madu) atau
7
(ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah). Dengan demikian manusia yang tidak beramal atau tidak bekerja hakikat kemanusiaannya tidak utuh, atau bahkan hilang hakikat kemanusiaannya. Supaya manusia tidak hilang hakikat kemanusiaannya, Rasulullah mengajarkan kepada umatnya supaya terjauh dari sifat pemalas. Demikian doa Rasul : )
(
(ya Allah sesungguhnya aku mohon perlindungan Engakau dari kemalasan, kelemahan, dan kebakhilan. H.R at-Turmuzi dari ibn Arqam (at-Turmuzi, V:226)). Malas, lemah kepribadian dan bakhil adalah penghalang utama dalam menumbuhkan etos apapun termasuk etos kerja. Sebaliknya Islam memotifasi demikian bersemangat supaya setiap pemeluknya rajin beramal atau bekerja. Allah berfirman :
Artinya : “ Barangsiapa membawa amal yang baik, Maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan Barangsiapa yang membawa perbuatan jahat Maka Dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan) “.( QS Al An’am : 160 ). Dalam ayat tersebut menunjukkan bahwa siapa yang beramal baik pahalanya dilipatgandakan 10 kali lipat. Sebelas kali Allah berfirman bahwa orang yang beramal baik itu berakhir dengan keberuntungan (Abd al-Baqi, [t.th.]:668). Satu diantara :
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan “. ( QS Al Hajj : 77 ). Kata kemenangan dalam ayat itu sama dengan keberuntungan, dapat diperhatikan dalam ayat berikut:
8
Artinya : “ Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman “. (QS. Al Mu’minun: 1) Keberuntungan atau kemenangan dalam ayat tersebut dan ke 11 yang lain dalam Al-Quran selalu berarti sebagai akibat dari amal baik. Keberuntungan sebagai amal atau kerja bisa berupa pahala yang dinikmati besok di hari akhirat kelak, bisa di kehidupan dunia sekarang. Bahkan sesungguhnya, karena Islam tidak mengenal paham sekularisme, yaitu pemisahan urusan dunia dan urusan akhirat (agama), justru setiap urusan apapun dalam Islam selalu mengandung dimensi dunia dan akhirat. Karena itu di dalam Islam dianjurkan mencari kebahagiaan dunia dan kehidupan akhirat sekaligus. Allah berfirman: Artinya : “Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka“. ( QS. Al Baqarah : 201 ). Kebahagiaan (hasanah) tidak pernah datang begitu saja kepada seseorang yang berpangku tangan. Hanya kerja keras kebahagiaan juga takkan didapat. Tetapi kebahagiaan selalu merupakan perpaduan antara kerja keras dan anugerah Allah. Karena itu Allah juga memerintahkan supaya di dalam mencari kehidupan itu tidak setengah-setengah, dunia saja atau akhirat saja, melainkan keduannya. Artinya : “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan “. ( QS. Al Qashash : 77 ). Kemudian, di dalam kerja keras mencari kebahagiaan baik dunia maupun akhirat itu ada kode etiknya, yaitu tidak boleh berbuat kerusakan,
9
kerusakan apapun (diri sendiri, hubungannya dengan orang lain, terhadap tetumbuhan, binatang, maupun alam semesta).
2.2.2
Sikap Terbuka
Inti sikap terbuka adalah jujur, dan ini merupakan ajaran akhlak yang penting di dalam Islam. Lawan dari jujur adalah tidak jujur. Bentuk bentuk tidak jujur antara lain adalah korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Sebagai bangsa, kita amat prihatin, di satu sisi, kita (bangsa Indonesia) merupakan pemeluk Islam terbesar di dunia, dan d i sisi lain sebagai bangsa amat korup. Dengan demikian terjadi fenomena antiklimak. Mestinya yang haq itu menghancurkan yang bathil, justru dalam tataran praktis seolah-olah yang haq bercampur dengan yang bathil. Tampilan praktisnya, salat ya, korupsi ya. Ini adalah cara beragama yang salah. Cara beragama yang benar harus ada koherensi antara ajaran, keimanan terhadap ajaran, dan pelaksanaan atas ajaran. Dapat dicontohkan di sini, ajaran berbunyi : Artinya : “ ….Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar…..” ( QS. Al ‘Ankabut : 45 ). Manusia merespon terhadap ajaran (wahyu) itu dengan iman. Setelah itu ia mewujudkan keimanannya dengan melakukan salat dan di luar pelaksanaan salat mencegah diri untuk berbuat keji dan munkar. Termasuk koherensi antara ajaran, iman, dan pelaksanaan ajaran adalah jika terlanjur berbuat salah segera mengakui kesalahan dan memohon ampunan kepada siapa ia bersalah (Allah atau sesama manusia). Jika berbuat salah kepada Allah segera ingat kepada Allah dan bertaubat kepada Nya.
Artinya : “ dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka…. “ ( QS. Ali Imron : 135 ).
10
Jika berbuat salah kepada manusia segera meminta maaf kepadanya tidak usah menunggu lebaran tiba. Pengakuan kesalahan baik terhadap Allah maupun kepada selain-Nya ini merupakan sikap jujur dan terbuka. Menurut Islam sikap jujur dan terbuka termasuk baik. Nabi be rsabda: . )
.
.
(
(Sesungguhnya jujur itu menggiring ke arah kebajikan dan kebajikan itu mengarah ke surga. Sesungguhnya lelaki yang senantiasa jujur, ia ditetapkan sebagai orang yang jujur. Sesungguhnya boho ng itu menggiring ke arah dusta. Dusta itu menggiring ke neraka. sesungguhnya lelaki yang senantiasa berbuat bohong itu akan ditetapkan sebagai pembohong. Muttafaq ‘alaih (an-Nawawi, [t.th.]:42)). 2.2.3
Bersikap Adil
Secara leksikal adil dapat diaritikan tidak berat sebelah, tidak memihak, berpegang kepada kebenaran, sepatutnya, dan tidak sewenangwenang (Kamus Besar, l990 :6-7) Dari masing-masing arti dapat dicontohkan sebagai berikut: (1) Cinta kasih seorang ibu terhadap putra putrinya tidak berat sebelah. (2) Dalam memutuskan perkara, seorang hakim tidak memihak kepada salah satu yang bersengketa.(3) Di dalam menjalankan tugasnya sebagai hakim, Hamid selalu berpegang kepada kebenaran. (4) Sudah sepatutnya jika akhlaqul-karimah guru diteladani oleh murid.(5) Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tidak berbuat sewenang-wenang terhadap yang dipimpin. Dari masing-masing contoh ini dapat disimpulkan bahwa sikap adil amat positif secara moral. Karena sifat yang positif, tentu sikap adil didambakan oleh banyak orang. Dalam contoh-contoh di atas, sikap adil bersikap positif atau menguntungkan orang lain. Adil juga dapat dartikan tingkah laku dan kekuatan jiwa yang mendorong seseorang untuk mengendalikan amarah dan syahwat dan menyalurkannya ke tujuan yang baik (al-Hufiy, 2000: 24). Dalam definisi ini dapat dipahami bahwa adil adalah kondisi batiniah seseorang yang berbentuk energi. Energi ini mendesak keluar untuk mengendalikan amarah dan kemauan-kemauan hawa nafsu sehingga perbuatan yang keluar menjadi baik. Yang mestinya orang itu menuruti hawa nafsu, karena kendali sikaprbuatannya menjadi terarah, tidak merugikan diri sendiri dan orng lain.
11
Adil dapat diartikan menempatkan berbagai kekuatan batiniah secara tertib dan seimbang (al-Hufiy, 2000 :26). Kekuatan yang dimaksud adalah al-hikmah, asy- syaja’ah, dan al-‘iffa.al-Hikmah berarti kecerdasan. Orang cerdas dapat membedakan antara yang benar dan salah, baik dan buruk, haq dan batal secara tepat, tetapi belum tentu ia selalu memilih yang benar, yang baik, dan yang haq. Asy- syaja’ah berarti berani tanpa rasa takut. Al-‘ffah berarti suci. Ketiga sifat utma ini jika tidak seimbang menjadi tidak baik. Orang amat cerdas atau genius tetapi kecerdasannya dapat dijadikan alat untuk mengelabuhi orang lain karena tidak ada ‘iffah di dalam dirinya. Orang selalu berani menangani setiap masalah yang dihadapi, tentu akan menampakkan profil preman karena tidak ada al-hikmah dan ‘iffah di dalam dirinya. Orang cerdas dan berani lalu digunakan untuk mengeruk kekayaan negara secara tidak syah adalah tidak baik karena tidak ‘iffah di dalam dirinya. Orang selalu hanya memilih kesucian dalam semua suasana secara terang-terangan tentu dapat membahayakan diri sendiri. Jika antara al-hikmah, asy- syaja’ah, dan al-‘iffah berpadu secara seimbang dalam diri seseorang, maka orang itu akan bersikap adil. Orang berani melakukan sesuatu setelah ditimbang-timbang bahwa sesuatu itu baik menurut akal dan menurut pertimbangan syariat juga baik . inilah gambaran perbuatan adil. Berarti, ia berani berbuat karena benar. Orang tidak berani berbuat juga karena benar, adalah bersikap adil, bukan karena takut. Dengan dimikian adil adalah puncak dari ketiga sifat utama tersebut. Islam memandang sikap adil amat fundamental dalam struktur ajaran. Kata adil dan berbagai turunannya seperti : ya’dilun, i’dilu, ‘adlun, dan ta’dili diulang sebanyak 28 kali di dalam Alquran. Karena itu Allah memerintah kepada kita supaya berlaku adil dalam semua hal. Allah berfirman: Artinya : “...Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa...” (QS. Al Maidah: 8). Kata adil sinonim dengan al-qish. Kata ini dan berbagai derivasinya, umpama: iqshitu, al-muqshitun, dan al-qashitun terulaqng sebanyak 25 kali dalam Alquran (‘Abd al-Baqiy, [t.th.] :P690). Kadang-kadang kata adil dan kata al-qisht disebut secara besama-sama dan satu sama lain berarti sama. Contohnya adalah: Artinya :
12
“ dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang hendaklah kamu damaikan antara keduanya! tapi kalau yang satu melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah yang melanggar Perjanjian itu kamu perangi sampai surut kembali pada perintah Allah. kalau Dia telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hend aklah kamu Berlaku adil; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang Berlaku adil “. ( QS. Al Hujurat : 9 ).
Karena baik secara rasional maupun syariah bahwa sikap adil itu adalah baik dan positif, tetapi di sisi lain kita merupakan pemeluk agama Islam terbesar dunia dan di saat yang sama dikenal sebagai bangsa dengan aneka predikat yang tidak baik seperti KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme), maka untuk merubah citra buruk itu salah satu cara strategis adalah membudayakan sikap adil dalam semua lapangan kehidupan. Untuk mewujudkan sikap adil harus dilatih terus menerus secara berkesinambungan, yang bererti pembiasaan berlaku adil. “Mulai sekarang, mulai yang sederhana, dan mulai dari diri sendiri”,Inilah komitmen untuk mulai pembiasaan berlaku adil. Jika langkah awal ini dapat dilalui dengan baik, tentu mudah menjalar kepada orang lain, apalagi kalau yang memulai komitmen itu adalah orang yang memiliki pengaruh di masyarakat di mana ia berada karena salah satu naluri manusia adalah meniru idola. Jika idola tidak bersikap adil, tentu para fansnya akan meniru tidak adil pula. Dalam Islam orang yang paling pantas untuk di dudukkan sebagai idola untuk ditiru dan diteladani adalah Rasulullah SAW. Allah berfirman yang artinya : “ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah “. ( QS. Al Ahzab : 21 ). Selain itu ‘Aisyah, istri Rasulullah, menyebutkan bahwa akhlak beliau adalah Al-Quran “kana khuluqulm Al-Quran” (H.R Muslim dari ‘Aisyah). Kiranya terlalu pantas jika idola pertama seluruh umat Islam adalah Rasulullah. Hingga sekarang Rasulullah adalah orang yang paling berpengaruh di dunia (rangking pertama) dari seratus orang yang paling berpengaruh di dunia (Hart, 1982:4). Cukup banyak contoh-contoh sikap adil yang ditampakkan oleh Rasulullah, antara lain :
13
An- Nu’man bin Basyir mengatakan, “Ayahku memberi sesuatu pemberian kepadaku. Lalu ibuku Amrah bin Rawahah berkata, “Aku tidak rela sebelum engkau persaksikan hadiah itu di hadapan Rasulullah SAW”. Ayahku lalu menghadap Rasulullah SAW dan berkata, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku telah membarikan suatu pemberian kepada anakku dari Amrah bin Rawahah. Kemudian aku diperintahkannya supaya bersaksi kepada Tuan!” Rasulullah SAW lalu berkata, “ Apakah engkau juga telah memberi kepada semua anakmu pemberian seperti ini?” An- Nu’man menjawab, “Tidak”. Beliau lalu bersabda, “bertaqwalah kepada Allah dan berlaku adillah terhadap anak-anakmu!” Kemudian ayahku pulang dan menarik kembali pemberiannya. Dan ada orang perempuan Makhdzumiyyah mencuri. Mereka berkata, “Siapakah yang akan membicarakan hal ini kepada Rasulullah SAW?” Tidak ada seorangpun yang berani kecuali (kekasih wanita itu) Usman bin Zaid r.a. Lalu ia membicarakan hal tersebut dengan Rasulullah SAW. Beliau berkata, “ Apakah kamu akan bertindak sebagai pembela dalam pelanggarana hukum Allah?” Kemudian Rasulullah SAW berdiri serta berkhotbah. Di antara isi khotbahnya beliau bersabda, “Sesungguhnya yang membinasakan orang-orang sebelum kamu adalah apabila ada seorang dari golongan bangsawan mencuri, mereka biarkan saja, tetapi bila yang mencuri itu dari golongan bawah (lemah), dia dijatuhi hukuman. Demi Allah andaikata Fatimah putri Muhammad mencuri, pasti akan kupotong tangannya.” (Al-hufiy, 2000:189) 2.2.4
Etos Kerja, Sikap Terbuka, dan Keadilan dalam Islam
Budaya akademik akan dapat terwujud dengan syarat sikap-sikap positif juga dimiliki. Di antara sikap positif yang harus dimiliki adalah etos kerja yang tinggi,sikap terbuka dan berlaku adil. Arti penting dari ketiga sikap tersebut dapat diringkas sebagai berikut : Untuk dapat meningkatkan etos kerja seorang muslim harus terlebih dahulu memahami tugasnya sebagai manusia yaitu sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi dan sebagai hamba yang berkewajiban untuk beribadah
14
kepad aAllah SWT. Beberapa petunjuk Al-Qur’an agar dapat meningkatkan etos kerja antara lain; 1. Mengatur waktu dengan sebaik-baiknya. 2. Bekerja harus sesuai dengan bidangnya dan ini harus diberi catatan bahwa etos kerja yang tinggi tidak boleh menjadikan orang tersebut lupa kepada Allah SWT. Sikap positif selanjutnya adalah sikap terbuka dan jujur, seseorang tidak mungkin meraih keberhasilan dengan cara mempunyai etos kerja yang tinggi kalu tidak memiliki sikap terbuka dan jujur. Karenaorang yang tidak terbuka maka akan cenderung menutup diri sehingga tidak dapat bekerjasama dengan orang lain. Apalagi kalu tidak jujur maka energinya akan tersita untuk menutupi ketidakjujuran yang dilakukan. Maka Alqur’an dan Hadis memberi apresiasi yang tinggi tehadap oran g yang terbuka dan jujur. Buah dari keterbukaan seseorang maka akan melahirkan sikap adil. Makna yang diperkenalkan Al-qur’an buka hanya dalam aspek hukum melainkan dalam spektrum yang luas. Dari segi kepada siapa sikap adil itu harus ditujukan Al-qur’an memberi petunjuk bahwa sikap adil dissamping kepada Allah SWT dan orang lain atau sesama makhluk juga kepada diri sendiri.
2.3 KEHIDUPAN BERPOLITIK SERTA PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA 2.3.1
Pengertian Politik dalam Islam
Sistem politik dalam pandangan islam adalah hukum atau pandangan yang berkenaan dengan cara bagaimana urusan masyarakat diurus dan diatur dengan hukum Islam. Sebab, politik itu sendiri dalam pandangan islam adalah mengurus urusan umat dengan menerapkan hukum islam baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Pandangan beberapa orang mengenai politik dalam islam, salah satunya yaitu yang dikemukakan oleh Saudara Abshar-Abdalla dalam kajian di Jawa Pos, 1 Juni 2003 diantaranya :
15
1. Sistem poltik dalam islam adalah system khalifah (pemimpin) yaitu sistem politik yang telah dilaksanakan Nabi Muhammad SAW dan pa ra Khulafaur rasyidin yang dijadikan sebagai teladan bagi umat islam. 2. Sistem poltik dalam islam sejatinya tidak ada. Karena Nabi Muhammad hanyalah seorang rasul yang misinya mensyiarkan agama islam bukan sebagai pemimpin dan pengatur agama. 3. Sistem politik atau system ketatanegaraan dalam islam tidak ada, tapi terdapat seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara Lepas dari pendapat-pendapat diatas, dalam kenyataannya, pada masa Nabi Muhammad SAW, dimana dalam masa itu beliau tidak hanya sebagai rasul tetapi juga sebagai pemimpin Negara, sebagai buktinya yaitu aturan dasar Negara yang berupa Piagam Madinah, yang oleh Hamidullah disebut sebagai konstitusi tertulis pertama dalam sejarah pada awal decade ketiga abad VIIM (622) atau tahun 1 H. Dan kepemimpinan ini terus berlanjut sampai dibawah kepemimpinan Ali bin Abi Thalib. Di dalam Al-Qur’an sendiri tidak disebutkan secara tegas mengenai wujud dari suatu system politik dalam islam, hanya dalam beberapa ayat disebutkan bahwa islam terkait dalam dua faktor yaitu kekuasaan politik hanya akan dijanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh. Tidak hanya itu, system politik dalam islam juga berkaitan dengan ruang dan waktu, dengan kata lain dihubungkan dengan peristiwa bersejarah, yang salah satu bentuknya yaitu Piagam Madinah tersebut. 2.3.2. Prinsip Dasar Politik dalam Islam
Prinsip dasarnya dan yg menjadi obyek pembahasan system politik dalam islam diantaranya : 1. Fikih modern (siyasah dusturiyah) Dengan kata lain yaitu hukum tata Negara yang membahas hubun gan pemimpin dengan rakyatnya serta institusi yang ada di Negara itu sesuai dengan kebutuhan rakyat untuk kemaslahatan dan pemenuhan kebutuhan rakyat itu sendiri. 2. Hukum internasional dalam islam (siyasah dauliyah), diantaran ya yaitu: a.
Kesatuan islam Yang dimaksudkan disini adalah kesatuan seluruh umat islam di dunia yang satu jiwa dan berpegang teguh pada hukum islam yang sudah tertuang dalam al-qur’an dan al-hadist.
16
b. Keadilan (al adalah) Ini adalah menyangkut dengan keadilan sosial yang dijamin oleh system social dan system ekomomi islam. Keadilan didalam bidang sosioekonomi tidak mungkin terlaksana tanpa wujudnya kuasa politik yang melindungi dan mengembangkannya. Didalam pelaksanaannya yang luas, prinsip keadilan yang terkandung dalam system politik islam meliputi dan menguasai segala jenis perhubungan yang berlaku didalam kehidupan manusia, termasuk keadilan diantara rakyat dan pemerintah, diantara dua pihak yang bersengketa dihadapan pihak pengadilan, diantara pasangan suami istri dan diantara ibu bapak dan anaknya. Dikarenakan kewajiban berlaku adil dan menjauhi perbuatan dzalim merupakan diantara asas utama dalam system sosial islam, maka menjadi peranan utama system politik islam untuk memelihara asas tersebut. Pemeliharaan terhadap keadilan merupakan prinsip nilai sosial yang utama Karen a dengannya dapat dikukuhkan kehidupan manusia dalam segaa aspeknya. c. Persamaan (al musawah) Persamaan disini terdiri daripada persamaan dalam mendapat dan menuntut hak persamaan dalam memikul tanggung jawab menurut peringkat yang ditetapkan oleh undang-undang perlembagaan dan persamaan berda di bawah taklukan kekuasaan undang-undang. d. Kehormatan manusia (karomah insaniyah) e. Toleransi (al tasamuh) f.
Kerjasama kemanusiaan Yang dimaksudkan adalah kerjasama yang dilakukan oleh antar umat seagama dan kerjasama antar umat beragama.
g. Kebebasan, kemerdekaan (al akhlak al karomah) Kebebasan yang dipelihara oleh system politik islam ialah kebebasan yang berterskan kepada ma’ruf dan kebajikan. Menegakkan prinsip kebebasan yang sebenarnya adalah diantara tujuan terpenting bagi system politik dan pemerintahan islam serta asas bagi undang-undang perlembagaan Negara islam.
17
h. Musyawarah Asas musyawarah diantaranya : Ø Berkenaan dengan pemilihan ketua Negara dan orang-orang yang akan menjawati tugas-tugas utama dalam pentadbiran ummah. Ø Berkenaan dengan penentuan jalan dan cara pelaksanaan undangundang yang telah dimaktubkan di al-qur’an dan as-sunnah Ø Berkenaan dengan jalan menentukan perkara baru yang timbul di kalangan ummah melalui proses ijtihad. i.
Hak Menghisab Pihak Pemerintah Prinsip ini berdasarkan kepada kewajiban pihak pemerintah untuk melakukan musyawarah dalam hal-hal yang berkaitan dengan urusan dan pentadbiran Negara dan ummah.Hak rakyat untuk disyurakan adalah bererti kewajipan setiap anggota di dalam masyarakat untuk menegakkan kebenaran dan menghapuskan kemungkaran. Hak ini dalam pengertian yang luas juga bererti hak untuk mengawasi dan menghisab tindak tanduk dan keputusankeputusan pihak pemerintah. Prinsip ini berdasarkan kepada firman Allah yang mafhumn ya: "Dan apabila ia berpaling (daripada kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerosakan padanya, dan merosak tanaman tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan." (Al-Baqarah:205) "..maka berilah keputusan di antara manusia dengan 'adil dan janganlah kamu mengikut hawa nafsu, kerana ia akan menyesatkan kamu daripada jalan Allah. Sesungguhnya orang orang yang sesat daripada jalan Allah akan mendapat 'azab yang berat, kerana mereka melupakan hari perhitungan." (Sad: 26)
3. Siyasah Maliyah a. Prinsip-prinsip kepemilikan harta b. Tanggung jawab sosial yang kokoh tanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, masyarakat dan sebaliknya
18
c. Zakat, hasil bumi, emas perak, ternak dan zakat fitrah d. Khoroj e. Harta peninggalan dari orang yang tidak meninggalkan ahli waris f. Jizyah (harta temuan) g. Ghoniyah (harta rampasan perang) h. Bea cukai barang impor i.
2.3.3
Eksploitasi sumber daya alam yang berwawasan lingkungan.
Kehidupan Berolitik Serta Persatuan Dan Kesatuan Bangsa Kontribusi Agama dalam Kehidupan Berpolitik
Politik dalam arti yang sesungguhnya adalah cara atau strategi mencapai kekuasaaan untuk kesejahteraan bersama (bonum communae). Lembaga agama dan negara menjalin hubungan dalam pelayanan pada manusia yang sama. Semua mempunyai interese (tujuan dan kepentingan) bahwa dalam struktur negara setiap orang mendapat kelonggaran untuk menjalankan keterlibatan politiknya, agar relasi manusia dengan Allah sebenarnya terwujud. Negara mempunyai interese, supaya relasi dengan Allah yang diungkapkan dalam setiap agama itu tidak mengasingkan orang dari tugasnya yang politik, tidak membuat orang menjadi pion dari kuasa politik mana pun melainkan mendorong orang untuk memikul tanggung jawabnya dalam hidup kenegaraan. Agama secara kelembagaan tidak berpolitik, akan tetapi menyuarakan dan membangun poltik yang bermartabat. Para uskup dan para imam tidak berpolitik. Tanggung-jawab politik praktis ada pada kaum awam. Indonesia merupakan satu masyarakat majemuk (pluralistis). Ada keanekaan suku, budaya dan agama, akan tetapi, ada kesatuan dan persatuan berdasarkan filsafat hidup dan ideologi bangsa. Keanekaan bukan berarti sengketa, Sebaliknya keanekaan merupakan kekayaan kepribadian bangsa. Demi kesatuan dan persatuan kita harus membina keterbukaan, komunikasi dan kerja sama. Dengan demikian, akan ada iklim persaudaraan dan kekeluargaan. Di dalam suasana persaudaraan dan kekeluargaan kita berusaha saling melayani dan
19
bersama-sama bergotong royong dalam melayani kepentingan umum. Dengan turut membina dan meningkatkan persaudaraan kita menjadi tanda keselamatan. Peranan Agama dalam Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Semua umat agama di Indonesia adalah bagian integral bangsa Indonesia. Kita mengambil bagian dan turut aktif dalam keh idupan dan perkembangan bangsa. Keterlibatan kita menjadi bukti sebagai warga bangsa Indonesia. Bersama seluruh masyarakat umat beragama hendaknya berikhtiar agar bumi Indonesia berkembang menjadi bumi yang lebih manusiawi untuk dihuni. Banyak tokoh-tokoh agama yang berperan/berjasa dalam perjuangan dan pembangunan bangsa. Lebih dari itu semua kita mempunyai perjuangan yang sama dalam menghayati ajaran iman kita, dan dalam hal ini kita dapat saling belajar, saling meneguhkan dan saling memperkaya. Sebagai umat beragama, kita dapat memberikan kesaksian iman kita tentang bagaimana kita menghayati nilai-nilai agama, seperti cinta kasih, solidaritas, pengampunan, permaafan, kebenaran, kejujuran dan perdamaian. Dalam memantapkan kerukunan hidup umat beragama perlu dilakukan suatu upaya-upaya yang mendorong terjadinya kerukunan hidup umat beragama secara mantap dalam bentuk : 1. Memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama, serta antar umat beragama dengan pemerintah. 2. Membangun harmoni sosial dan persatuan nasional dalam bentuk upaya mendorong dan mengarahkan seluruh umat beragama untuk hidup rukun dalam bingkai teologi dan implementasi dalam menciptakan kebersamaan dan sikap toleransi. 3. Menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif dalam rangka memantapkan pendalaman dan penghayatan agama serta pengamalan agama yang mendukung bagi pembinaan kerukunan hidup intern dan antar umat beragama. 4. Melakukan eksplorasi secara luas tentang pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dari seluruh keyakinan plural umat manusia yang fungsinya dijadikan sebagai pedoman bersama dalam melaksanakan prinsip-prinsip berpolitik dan berinteraksi sosial satu sama lainnya dengan memperlihatkan adanya sikap keteladanan.
20
Dari sisi ini maka kita dapat mengambil hikmahnya bahwa nilainilai kemanusiaan itu selalu tidak formal akan mengantarkan nilai pluralitas kearah upaya selektifitas kualitas moral seseorang dalam komunitas masyarakat mulya (Makromah), yakni komunitas warganya memiliki kualitas ketaqwaan dan nilai-nilai solidaritas sosial. 5. Melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual yang implementatif bagi kemanusiaan yang mengarahkan kepada nilai-nilai Ketuhanan, agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan nilai-nilai sosial kemasyarakatan maupun sosial keagamaan. 6. Menempatkan cinta dan kasih dalam kehidupan umat beragama dengan cara menghilangkan rasa saling curiga terhadap pemeluk agama lain, sehingga akan tercipta suasana kerukunan yang manusiawi tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu. 7. Menyadari bahwa perbedaan adalah suatu realita dalam kehidupan bermasyarakat, oleh sebab itu hendaknya hal ini dijadikan mozaik yang dapat memperindah fenomena kehidupan beragama.
21
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Budaya akademik dalam pandangan Islam adalah suatu tradisi atau kebiasaan yang berkembang dalam dunia Islam menyangkut persoalan keilmuan. Atau dalam bahasa yang lebih sederhana adalah tradisi ilmiah yang dikembangkan Islam. Di antara poin-poin pentingnya adalah pertama, tentang penghargaan Alquran terhadap orang-orang yang berilmu, di antaranya adalah : 1. Wahyu Al-quran yang turun pada masa awal mendorong manusia untuk memperoleh ilmu pengetahuan. 2. Tugas Manusia sebagai khalifah Allah di Bumi akan sukses kalau memiliki ilmu pengetahuan. 3. Muslim yang baik tidak pernah berhenti untuk menambah ilmu. 4. Orang yang berilmu akan dimuliakan oleh Allah SWT. Di samping memberikan apresiasi terhadap orang yang berilmu poin penting lain yang dijelaskan Al-quran adalah bahwa : 1. Iman seorang muslim tidak akan kokoh kalau tidak ditopang dengan ilmu, demikian juga dengan amal shalih. 2. Tugas kekhalifahan manusia tidak akan dapat sukses kalau tidak dilandasi dengan ilmu. 3. Karakter seorang muslim yang berbudaya akademik adalah; orang yang selalu mengingat Allah yang disertai dengan ikhtiar untuk selalu menggunakan akalnya untuk memikirkan ciptaan Allah SWT. Serta selalu berusaha menambah ilmu dengan membuka diri terhadap setiap informasi yang baik dan kemudian memilih yang terbaik untuk dijadikan pegangan dan diikutinya. Budaya akademik akan dapat terwujud dengan syarat sikap-sikap positif juga dimiliki. Di antara sikap positif yang harus dimiliki adalah etos kerja yang tinggi, sikap terbuka dan berlaku adil. Arti penting dari ketiga sikap tersebut dapat diringkas sebagai berikut : Untuk dapat meningkatkan etos kerja seorang muslim harus terlebih dahulu memahami tugasnya sebagai manusia yaitu sebagai khalifah Allah SWT di muka
22
dan juga sebagai hamba yang berkewajiban untuk beribadah kepada Allah SWT. Beberapa petunjuk Al-quran agar dapat meningkatkan etos kerja antara lain : 1. Mengatur waktu dengan sebaik-baiknya. 2. Bekerja harus sesuai dengan bidangnya dan ini harus diberi catatan bahwa etos kerja yang tinggi tidak boleh menjadikan orang tersebut lupa kepada Allah SWT. Sikap positif selanjutnya adalah sikap terbuka atau jujur; Seseorang tidak mungkin akan dapat meraih keberhasilan dengan cara mempunyai etos kerja yang tinggi kalau tidak memiliki sikap terbuka dan jujur. Karena orang yang tidak terbuka maka akan cenderung menutup diri sehingga tidak dapat bekerja sama dengan yang lain. Apalagi kalau tidak jujur maka energinya akan tersita untuk menutupi ketidakjujuran yang dilakukan. Maka Al-quran dan Hadis memberi apresiasi yang tinggi terhadap orang yang terbuka dan jujur. Buah dari keterbukaan seseorang maka akan melahirkan sikap adil. Makna adil yang diperkenalkan Al-quran bukan hanya dalam aspek hukum melainkan dalam spektrum yang luas. Dari segi kepada siapa sikap adil itu harus ditujukan Alquran memberi petunjuk bahwa sikap adil di samping kepada Allah SWT dan orang lain atau sesama makhluk juga kepada diri sendiri. Politik dalam arti yang sesungguhnya adalah cara atau strategi mencapai kekuasaaan untuk kesejahteraan bersama (bonum communae). Lembaga agama dan negara menjalin hubungan dalam pelayanan pada manusia yang sama. Semua mempunyai interese (tujuan dan kepentingan) bahwa dalam struktur negara setiap orang mendapat kelonggaran untuk menjalankan keterlibatan politiknya, agar relasi manusia dengan Allah sebenarnya terwujud. Agama secara kelembagaan tidak berpolitik, akan tetapi menyuarakan dan membangun poltik yang bermartabat. Indonesia merupakan satu masyarakat majemuk (pluralistis). Keanekaan bukan berarti sengketa, Sebaliknya keanekaan merupakan kekayaan kepribadian bangsa. Demi kesatuan dan persatuan kita harus membina keterbukaan, komunikasi dan kerja sama. Dengan demikian, akan ada iklim persaudaraan dan kekeluargaan.
23
3.2
SARAN
Untuk menuntut dan mengamalkan budaya akademis, sikap etos kerja, sikap terbuka, dan keadilan harus kita dasar dengan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt agar dapat memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan serta lingkungan sekitar kita.
24
DAFTAR PUSTAKA
http://fenni-octafiyani.blogspot.co.id/2014/06/makalah-penerapan-wawasannusantara.html 2009. “Implementasi Wawasan Nusantara”. diakses tanggal 15 Desember 2011 dari www.wikipedia.com Ayano, Suci. 2011. “Wawasan Nusantara”. diakses tanggal 16 Maret 2013 dari : http://www.Hubungan Antara Wawasan Nusantara dengan Ketahanan Nasional « STUDI TUR.htm, Cristine, dkk. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta : PT Prandnya Paramita Sartini,dkk. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta : Paradigma. Santoso Budi, dkk. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Gramedia. https://id-mg61.mail.yahoo.com/neo/launch?.rand=d01isdofqsjik#5091676060 http://dheanandika.blogspot.co.id/2012/01/contoh-makalah-pendidikan-agamaislam.html Buku Catatan Dhea Nandika, Buku catatan Peni Nurmalasari, http://www.google.com http://solikhaton.blogspot.co.id/2014/03/makalah-dasar-politik-dalam-islam.html http://riau1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=499
25