BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Arsitektur merupakan ilmu yang sangat luas. Arsitektur lahir karena kebutuhan manusia akan tempat tinggal semakin meningkat setiap waktu. Kebutuhan manusia akan tempat tinggal sudah mulai dikenal saat jaman dahulu. Ketika itu manusia purba menggunakan gua sebagai tempat untuk bernaung. Seiring perkembangan jaman, pemikiran manusia juga semakin maju. Manusia kemudian mengenalnya dengan istilah bangunan. Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia (1997: 137), bangunan meliputi segala struktur yang dibuat dengan tujuan menyediakan tempat bagi manusia, sehingga mereka dapat menetap dan melakukan kegiatan di dalamnya. Sedangkan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung, Pada Bab I Pasal 1, Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Ruangan dan strukturnya harus direncanakan untuk menghasilkan lingkungan dan fasilitas yang dibutuhkan untuk kegunaan masing-masing. Setiap bangunan tersusun dari komponen-komponen yang saling berhubungan satu sama lain untuk mencapai kestabilan. Ditinjau dari segi susunannya, bangunan gedung dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bangunan bawah, yaitu bagian-bagian bangunan yang ada di dalam tanah, seperti balok beton (sloof) dan pondasi. Bangunan bawah ini bertujuan untuk menahan seluruh berat bangunan yang berada di atasnya termasuk berat pondasi itu sendiri dan berat tanah yang langsung di atas pondasi. Dengan demikian pondasi mempunyai hubungan langsung dengan dasar tanah keras di bawahnya. Lalu yang kedua adalah bangunan atas. Bangunan atas yaitu bagian-bagian bangunan yang terletak di atas permukaan permukaan lantai, seperti tembok
1
di atasnya, kolom-kolom, pintu, jendela, balok cincin, dan rangka atas beserta bagian-bagiannya. Pintu dan jendela dapat dikategorikan sebagai bukaan. Bukaan merupakan salah satu unsur pada suatu karya arsitektur yang dapat dibuka-tutup, atau yang dalam kondisi terbuka, seperti ventilasi. Seorang arsitek perlu memerhatikan berbagai aspek ketika akan merancang suatu bangunan, tak terkecuali dalam merancang bukaan. Material atau bahan penyusun bukaan jadi salah s atu faktor penting, karena akan mempengaruhi tampilan, struktur, fungsi, serta harganya. Setiap penggunaan bukaan yang berbeda, berbeda, juga menimbulkan kesan arsitektural yang berbeda. Struktur daripada pintu berbeda dengan jendela maupun ventilasi. Tempat pemasangannya pun berbeda-beda, disesuaikan dengan fungsi dari masing-masing bukaan. Apabila ada aspek yang kurang, tentu bukaan tidak dapat berfungsi secara maksimal. Bagi seorang klien yang menginginkan rumah idaman, sudah pasti menginginkan agar harganya terjangkau. Sudah menjadi tugas arsitek untuk mengetahui harga-harga bahan bangunan, khususnya bukaan, agar dapat merancang bangunan dengan harga yang ideal. Oleh karena itu, material bahan, aspek arsitektural, struktur, fungsi, serta aspek dari segi ekonomi perlu diketahui, diperdalam dan dipahami bagi seorang arsitek dan calon arsitek.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, didapat rumusan masalah sebagai berikut: 1.2.1
Apa yang dimaksud dengan bukaan ?
1.2.2
Apa saja jenis-jenis bukaan ?
1.2.3
Apa saja bahan-bahan material penyusun suatu bukaan ?
1.2.4
Bagaimana struktur dan penempatan dari masing-masing jenis bukaan ?
1.2.5
Bagaimana bukaan dari segi arsitektural ?
1.2.6
Bagaimana bukaan dari segi ekonomi ?
2
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah: 1.3.1 Untuk mengetahui bahan-bahan penyusun material bukaan. 1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana bukaan dari segi arsitektural. 1.3.3 Untuk mengetahui fungsi bukaan 1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana struktur bukaan dan penempatannya. 1.3.5 Untuk mengetahui bagaimana bukaan dari segi ekonomi.
1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini adalah: 1.4.1 Bagi seorang arsitek, dapat menambah pengetahuan mengenai bahan bahan bukaan yang cocok digunakan sesuai jenis bangunan dan fungsi fungsi ruang, karena setiap waktu terdapat bahan-bahan baru yang hadir di pasaran. 1.4.2 Bagi calon arsitek, dapat digunakan sebagai pedoman ketika akan membuat desain suatu bangunan dan untuk menambah pengetahuan mengenai bahan, jenis, dan struktur bukaan. 1.4.3 Bagi masyarakat, dapat mengetahui harga serta kelebihan kekurangan dari berbagai jenis dan bahan-bahan penyusun bukaan.
3
BAB II KERANGKA PEMBAHASAN DAN LANDASAN TEORI 2.1 Bukaan
Tidak ada satupun kemenerusan visual dengan ruang berdekatan yang dimungkinkan tanpa adanya bukaan di dalam bidang-bidang penutup sebuah area spasial (Ching, (Ching, 2007 ). ). Bukaan dapat berupa pintu, jendela, dan ventilasi. yang menyediakan akses masuk ke dalam ruangan dan mempengaruhi pola pergerakan dan kegunaan di dalamnya. Jendela memungkinkan cahaya menembus ruang dan menerangi permukaan ruangan, memberi pemandangan dari ruang ke area luar menciptakan hubungan visual antara ruang tersebut dengan ruang-ruang yang berdekatan, serta menyediakan ventilasi alami ruangan.
Sumber: Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Susunannya (2007)
Gambar 2a. Posisi bukaan pada sisi ruangan.
Sebuah bukaan dapat sepenuhnya ditempatkan pada Di Dalam Ruang – Sebuah dinding atau bidang langit-langit dan seluruh sisinya dikelilingi oleh permukaan bidang tersebut.
Sumber: Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Susunannya (2007)
Gambar 2b. Posisi bukaan pada sudut ruangan.
4
Pada Sudut – Sebuah bukaan dapat ditempatkan di sepanjang salah satu
sisi atau pada sudut dinding atau bidang langit-langit. Pada kedua contoh ini, bukaan tersebut akan berada di sudut sebuag ruang.
Sumber: Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Susunannya (2007)
Gambar 2c. Posisi bukaan di antara bidang Antara Bidang – Bukaan dapat dipanjangkan secara vertikal antara
lantai dan bidang langit-langit atau secara horizontal antara dua bidang dinding. Ia dapat diperbesar unuk menempati seluruh s eluruh dinding dari sebuah ruang.
Sumber: Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Susunannya (2007)
Gambar 2d. Posisi bukaan akan mempengaruhi kesan visual suatu ruang.
Sebuah bukaan yang terletak seluruhnya pada dinding atau langit langit sering terlihat sebuah figur yang jelas di atas latar belakang atau area yang kontras, Jika diletakkan di tengah bukaan tersebut akan terlihat stabil dan secara visual mengorganisir permukaan di sekelilingnya. Penggeseran bukaan tersebut dari pusat akan menciptakan daya tarik antara bukaan tadi dengan tepi bidang
arah
tujuan
penggeserannya.
5
Sumber: Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Susunannya (2007)
Gambar 2e. Bentuk bukaan dapat menciptakan pola komposisional yang berulang.
Bentuk bukaan, jika serupa dengan bentuk bidang yang ditempatinya, akan menciptakan suatu pola komposisional yang berulang. Bentuk atau orientasi bukaan tersebut bisa jadi kontras dengan bidang di sekelilingnya untuk menekankan individualitasnya sebagai sebuah figure. Keunikan bukaan tersebut bisa diperkuat dengan sebuah rangka yang berat atau ukiran yang disambung.
Sumber: Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Susunannya (2007)
Gambar 2f. Komposisi bukaan yang menyatu di dalam bidang.
Beberapa bukaan bisa dikelompokkan di kelompokkan untuk membentuk suatu komposisi menyatu di dalam bidang, atau diselang-seling atau disebar merata untuk menciptakan pergerakan visual di sepanjang s epanjang permukaan bidangnya.
6
Sumber: Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Susunannya (2007)
Gambar 2g. Ukuran bukaan pada bidang yang berbeda.
Ketika sebuah bukaan di dalam ruang bertambah besar ukurannya, maka pada titik tertentu ia akan berhenti menjadi figur dalam area sekelilingnya dan sebagai gantinya ia akan menjadi suatu elemen positif di dalam dirinya sendiri, sebuah bidang transparan yang dibungkus oleh sebuah bingkai yang berat.
Sumber: Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Susunannya (2007)
Gambar 2h. Dampak bukaan dinding sekitar (permukaan). (permukaan).
Bukaan-bukaan di dalam ruang secara alamiah terlihat lebih cerah dibandingkan permukaan di dekat mereka. Jika kontras dalam tingkat keterangan di sepanjang sisi bukaan tersebut menjadi berlebihan, maka permukaan
tersebut
dapat disinari oleh sumber cahaya sekunder dari dalam ruang, atau dapat dibuat suatu bukaan yang menjorok ke dalam untuk menciptakan permukaan permukaan yang diterangi antara bukaan bukaan dan bidang di sekelilingnya.
Sumber: Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Susunannya (2007)
Gambar 2i. Bukaan vertikal.
7
Sebuah bukaan vertikal yang menerus dari lantai hingga ke bidang langit langit sebuah ruang secara visual akan memisahkan dan mengartikulasikan tepi bidang-bidang dinding yang saling berdekatan.
Sumber: Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Susunannya (2007)
Gambar 2j. Bukaan vertikal pada suatu ruang.
Jika diletakkan di sebuah sudut, bukaan vertikal akan memupuskan definisi ruang serta memungkinkannya melampaui sudut tersebut menuju ruang yang berdekatan. Ia juga akan membiarkan cahaya yang masuk menerangi permukaan dinding yang tegak lurus terhadapnya dan kemudian mengartikulasikan keutamaan bidang tersebut di dalam ruang. Jika dimungkinkan untuk memutar sudutnya, maka bukaan vertikal lebih jauh lagi akan memupus definisi ruang, memungkinkannya untuk saling mengunci dengan ruang yang berdekatan, serta menekankan individualitas bidang bidang penutupnya. penutupnya.
Sumber: Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Susunannya (2007)
Gambar 2k. Bukaan horizontal
Sebuah bukaan horisontal yang diteruskan sepanjang sebuah bidang dinding akan memisahkan bidang tersebut ke dalam sejumlah lapisan horisontal. Jika bukaan itu tidak terlalu dalam, maka ia tidak akan memupus
8
integritas bidang dindingnya. Namun jika kedalamannya ditambah hingga lebih besar dari lapis di atas maupun bawahnya, maka bukaan tersebut akan menjadi sebuah elemen positif yang terikat di bagian atas dan bawahnya oleh bingkai-bingkai yang berat. berat.
Sumber: Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Susunannya (2007)
Gambar 2l. Bukaan horizontal pada suatu ruangan.
Peletakan bukaan horisontal di area sudut akan memperkuat ciri lapisan suatu ruang dan memperluas pemandangan panoramik dari dalam ruang tersebut. Jika bukaan tadi dibuat menerus di sekeliling ruang, maka secara visual ia akan mengangkat bidang langit-langit dari bidang dinding, mengisolirnya, serta memberinya kesan ringan.
Sumber: Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Susunannya (2007)
Gambar 2m. Bukaan pada atap.
Peletakan jendela atap ( skylight skylight ) di sepanjang tepi dimana dinding dan bidang langit-langit bertemu akan memungkinkan cahaya masuk menerangi permukaan dindingnya, dan meningkatkan kecerahan ruang tersebut. Bentuk jendela atap dapat dimanipulasi untuk menangkap cahaya matahari langsung, cahaya tidak langsung pada siang hari, ataupun kombinasi keduanya 2.2 Pintu
9
2.2.1 Pengertian Pintu
Pintu adalah lubang untuk keperluan memasuki suatu ruangan atau dengan kata lain untuk keperluan memperlancar lalu lintas orang (Supribadi, ( Supribadi, tanpa tahun tahun ). Pintu harus cukup besar untuk dilalui dengan mudah dan mengakomodasi pemindahan perabot dan peralatan. Pintu harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga pola perpindahan yang dihasilkan di antara dan di dalam ruangan sesuai dengan fungsi dan aktivitas yang dimaksudkan untuk ruangan tersebut. 2.2.2 Pintu Dari Segi Arsitektural Arsitektural
Menurut bentuknya, pintu-pintu masuk dapat dikelompoknya dalam kategori berikut: Rata, Dijorokkan, dan Dimundurkan. ( Ching, 2007 )
Sumber: Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Susunannya (2007)
Gambar 2n. Kategori pintu.
Sebuah pintu masuk yang rata akan mempertahankan kemenerusan permukaan dinding. Pintu yang dijorokan akan membentuk suatu ruang peralihan, memberitakan fungsinya pada pencapaian, serta memberi kanopi pelindung. Sebuah pintu masuk yang dimundurkan juga dapat menyediakan perlindungan dan dan mendapat sebagian ruang eksterior ke dalam area bangunan.
Sumber: Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Susunannya (2007)
10
Gambar 2o. Perwakilan dari bentuk ruang.
Pada setiap kategori tersebut, bentuk pintu dapat serupa dengan dan berfungsi sebagai perwakilan dari bentuk ruang yang sedang dimasuki. Atau bentuknya bias saja bertolakbelakang dengan bentuk ruangnya demi memperkuat batas-batasnya serta menekankan karakternya sebagai sebuah tempat. Berdasarkan lokasinya, sebuah pintu dapat diletakkan di tengah-tengah bidang frontal sebuah s ebuah bangunan, atau digeser dari tengah untuk menciptakan kesan simetris.
Sumber: Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Susunannya (2007)
Gambar 2p. Tanda sebuah pintu
Tanda sebuah pintu dapat diperkuat secara visual dengan cara: 1. Membuat bukaan yang lebih rendah, lebih lebar; atau lebih sempit. 2. Membuat pintu masuknya dalam atau terkelok-kelok. 3. Memperjelas bukaannya dengan ornament atau pernak-pernik dekoratif. Dari sudut pandang eksterior, pintu merupakan elemen penting dari desain bangunan. Bagaimana suatu pintu membagi membagi permukaan dinding eksterior akan mempengaruhi tampilan, massa, berat visual, skala, artikulasi bentuk bangunan. 2.2.3 Pintu Dari Segi Fungsi
Pintu berfungsi sebagai akses dari ruang luar ke interior bangunan dan juga sebagai lintasan antar ruang interior. Pintu memiliki berbagai cara untuk
11
pengoperasiannya, yaitu Pintu Ayun, Pintu Geser Sisi, Pintu Geser Permukaan, Pintu Geser Dengan Kantung, dan Pintu Lipat (Ch ing, 2001). Pintu Ayun biasanya berputar pada engsel yang terletak pada kusen ketika didorong atau ditarik. Area sekitar pintu yang dibutuhkan untuk ayunan daun pintu harus bebas (area bebas) agar operasional pintu dapat berjalan baik. tipe ini paling nyaman untuk masuk dan melintas. melintas . Pintu Geser Sisi bertumpu pada trek sepanjang head sepanjang head (kusen bagian atas atas) atau trek sepanjang lantai. Tipe ini tidak memerlukan area pengoperasian tapi sulit untuk memenuhi ketentuan kedap cuaca luar atau suara. Pintu geser sisi menawarkan akses hanya 50% dari lebar pintu. Digunakan pada eksterior sebagai pintu geser, dan pada interior paling utama untuk penghalang visual. Pintu Geser Permukaan mirip dengan Pintu Geser Sisi, tapi menyediakan akses penuh sesuai lebar pintu. Pintu tipe ini tidak memerlukan area pengoperasian, tapi sulit untuk memenuhi ketentuan kedap cuaca luar. Pintu Pin tu digantung pada trek di head yang yang diekspos. Pintu Geser Dengan Kantung, pintunya bergeser pada trek di head ke dalam dan keluar celah atau kantung dalam dinding. Pintu memberi tampilan finishing ketika ketika dibuka sepenuhnya. Pintu tipe ini seringkali digunakan ketika pintu ayun dirasa bias mengganggu mengganggu fungsi ruang. Pintu Lipat mempunyai panel pintu berengsel yang dapat dilipat satu sama lain ketika dibuka. Pintu lipat ganda dibagi ke dalam dua bagian, memerlukan area pengoperasian yang kecil dan digunakan utamanya sebagai pengahalang visual, serta menutup lemari dan ruang penyimpanan.
12
Sumber: Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Susunannya (2007)
Gambar 2q. Pengoperasian pintu. 13
2.3 Jendela 2.3.1 Pengertian Jendela
Jendela adalah lubang untuk keperluan akan pemasukan penerangan pada siang hari dan untuk pertukaran udara. Jendela memungkinkan cahaya menembus
ruang
dan
menerangi
permukaan
ruangan,
memberikan
pemandangan dari ruang ke area luar, menciptakan hubungan visual antara ruangan tersebut dengan ruang-ruang yang berdekatan, serta menyediakan ventilasi alami bagi ruang tersebut. Ukuran-ukuran jenedela harus disesuaikan dengan maksud dan tujuannya. 2.3.2 Jendela Dari Segi Arsitektural Arsitektural
Dilihat dari segi arsitekturalnya, letak jendela dapat diletakkan di dalam ruang, pada sudut, maupun diantara bidang.
Sumber: Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Tatanannya (2007)
Gambar 2r. Letak jendela di dalam ruang.
Pada peletakan di dalam ruang, jendela dapat sepenuhnya ditempatkan pada dinding atau bidang langit-langit dan seluruh sisinya dikelilingi oleh permukaan bidang tersebut.
Sumber: Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Tatanannya (2007)
Gambar 2s. Letak jendela di sudut.
14
Pada peletakan di sudut, jendela dapat ditempatkan di sepanjang salah satu sisi atau pada sudut dinding atau pada bidang langit-langit.
Sumber: Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan Tatanannya (2007)
Gambar 2t. Letak jendela diantara bidang.
Pada peletakan diantara bidang, jendela dapat dipanjangkan secara vertikal antara lantai dan bidang langit-langit atau secara horizontal antara dua bidang dinding. Ia dapat diperbesar untuk menempati seluruh dinding dari sebuah ruang. 2.3.3 Jendela Dari Segi Fungsi
Berdasarkan sistem pengoperasiannya, jendela dapat dikelompokkan menjadi jendela permanen, ayun , awning dan hopper , geser, gantung ganda, jalousi, dan bersumbu (Ching, (Ching, 2001). 2001 ). Yang pertama yaitu jendela permanen, jendela permanen terdiri dari bingkai dan bingkai statis. Ketika digunakan bersama dengan unit jendela operasional, ketebalan bingkai statis tetap harus ses uai dengan dimensi bingkai yang beroperasi. Kedua, jendela ayun. Jendela ayun mempunyai bingkai yang diberi engsel samping dan biasanya berayun keluar. Ketika dibuka, bingkai mampu mengarahkan ventilasi. Sis i dalam bingkai bisa bergeser sepanjang trek pada ambang atau kusen saat bingkai berayun keluar.
15
Sumber: Ilustrasi Konstruksi Bangunan (2001)
Gambar 2u. Jenis-jenis operasional jendela.
Ketiga, jendela awning dan hopper. Jendela awning mempunyai bingkai yang berayun keluar pada engsel yang dipasang pada bagian atas bingkai jendela. Jendela hopper mempunyai bingkai yang berayun ke dalam pada engsel yang dipasang pada bagian bawah bingkai jendela. Ketika dibuka, bingkai mampu mengarahkan ventilasi. Beberapa bingkai bisa ditumpuk vertikal dengan bingkai saling menutup satu sama lain atau menumpuk pada pertemuan stile (bagian vertikal suatu bingkai jendela atau pintu berpanel). Keempat, jendela geser. Jendela geser mempunyai dua bingkai atau lebih, dimana paling tidak terdapat satu bingkai geser sepanjang trek horisontal. Kelima, jendela gantung ganda. Jendela gantung ganda mempunyai dua bingkai yang bergeser vertikal, masing-masing pada trek berbeda, saling menutup area yang berbeda dari jendela. Bingkai ditahan pada posisi yang diinginkan dengan imbangan berat, pegas prategang, atau friksi. Jendela gantung tunggal mempunyai dua bingkai, dimana hanya satu bingkai yang bisa dioperasikan.
16
Sumber: Ilustrasi Konstruksi Bangunan (2001)
Gambar 2v. Jenis-jenis operasional jendela.
Keenam, jendela jalousi. Jendela jalousi mempunyai kisi louver kayu atau kaca horisontal yang bersumbu bersama pada satu bingkai. Jalousi biasa digunakan pada iklim sedang untuk mengendalikan ventilasi dan menghalangi pemandangan dari luar. Dan yang terakhir, jendela bersumbu. Jendela bersumbu mempunyai bingkai yang berputar 90 o atau 180o pada sumbu horisontal atau vertikal pada atau dekat titik tengahnya. Bingkai bersumbu digunakan pada bangunan berlantai banyak ban yak atau pencakar langit dengan air-conditioner dengan air-conditioner dan dan jendela ini dioperasikan hanya ketika pembersihan, perawatan atau ventilasi darurat.
17
Sumber: Ilustrasi Konstruksi Bangunan (2001)
Gambar 2w. Jenis-jenis operasional jendela. 2.4 Ventilasi 2.4.1 Pengertian Ventilasi
Ventilasi sangat penting untuk kesehatan dan kenyamanan pengguna bangunan. Ventilasi merupakan salah satu elemen penting dalam suatu bangunan yang berguna untuk menggantikan udara kotor, yang berupa hasil metabolisme pengguna, seperti keringat dan panas, dan panas yang dihasilkan oleh alat-alat elektronik yang ada dalam ruangan tersebut. Ventilasi hanya merupakan salah satu elemen yang digunakan untuk mengontrol sirkulasi udara di dalam ruangan, ventilasi bukanlah elemen terpenting dalam hal tersebut. Masuknya udara kotor ke dalam ruangan dapat merusak sistem ventilasi udara di dalam ruangan tersebut. Desain ventilasi yang baik yang memfokuskan ke masuk keluarnya udara secara bebas diperlukan untuk sistem ventilasi yang hemat energy. Meminimalisir energi yang dipakai diperlukan untuk membuat strategi sistem ventilasi yang optimal.
2.4.2
Ventilasi Dari Segi Arsitektural
18
Salah satu jenis ventilasi yang dapat menambahkan kesan arsitektural adalah roster atau loster (ventilation (ventilation block ). ). Roster atau loster (ventilation block) adalah jenis partisi bangunan yang memiliki memil iki desain lubang yang khas untuk ventilasi. Loster dapat dibuat dari berbagai jenis bahan,diantaranya tanah liat,keramik, kayu, campuran pasir semen/beton, GRC (Glassfibre ( Glassfibre Reinforced Cement ), ), logam besi tuang atau kuningan bahkan dari batu alam.. Roster banyak digunakan di sejumlah negara yang beriklim panas dan hangat. Di Indonesia, mayoritas bahan roster yang paling banyak digunakan adalah tanah liat yang dibakar. Roster dipasang pada bagian atas pintu atau jendela. Selain itu, roster sering dipasang pada dinding kamar mandi. Selain berfungsi untuk melancarkan sirkulasi udara di rumah, roster juga akan memberikan tampilan yang menarik dan keindahan tersendiri pada dinding rumah. Pola roster bermacam-macam dan dapat tergantung tren dari suatu daerah tertentu. Saat ini, tren untuk roster roste r kebanyakan mengikuti pola minimalis yang mampu menampilkan kesederhanaan. Tren roster lainnya adalah desain roster dengan ukuran yang luas dan tinggi. Banyak desainer yang menggunakan ukuran roster hingga 10 meter ketika melakukan dekorasi pada se buah dinding rumah modern. Variasi roster juga sudah berkembang dengan sangat pesat. Saat ini tidak hanya motif bunga-bungaan saja akan tetapi banyak juga motif kaligrafi untuk bagian lubangnya . Harga roster bata saat ini bermacam-macam dan dapat dibedakan berdasarkan bahan utama yang yang digunakannya. digunakannya. Dari bahan pembuatnya, Namun kebanyakan loster yang beredar dipasaran adalah dari bahan tanah liat dan batako. Bahan dari dari tanah liat memiliki teksture yang unik serta lebih kuat daripada loster batako
2.4.3
Ventilasi Dari Segi Jenis Dan Fungsi
Ventilasi diperlukan untuk menyediakan oksigen ke dalam ruang, untuk pertukaran udara di dalam ruang dan untuk menukar udara kotor (udara 19
polusi) yang yang termasuk di dalamnya karbon dioksida dan bau ruangan. ruangan. Ventilasi juga berfungsi untuk mempertahankan kualitas udara u dara yang baik dan sejuk di dalam ruangan dengan mengeluarkan udara-udara kotor yang kemudian digantikan dengan udara bersih yang masuk dari luar ruangan. Sebagai fungsi tambahan, ventilasi digunakan untuk pendingin udara alami dan (biasanya di rumah-rumah) menyediakan oksigen yang cukup. Sistem ventilasi yang baik berperan penting dalam kenyamanan dan kesehatan pengguna bangunan. Tujuan ventilasi dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Menghilangkan emisi gas-gas polusi yang dihasilkan oleh pengguna ataupun alat-alat pada ruangan, yaitu gas-gas berupa bau yang dihasilkan oleh keringat pengguna, kentut kentut (Amonia), pernafasan (CO2), bau-bau taksedap lainnya. 2. Menghilangkan uap air yang dapat meningkatkan kelembaban ruangan dan membuat tidak nyaman bagi pengguna, seperti uap masakan, uap pernafasan, uap air sewaktu mandi, dan uap air dari penampungan seperti bak mandi, ember, dan sebagainya. 3. Menghilangkan kalor yang berlebihan di ruangan yang membuat ruangan panas dan tidak nyaman. 4. Secara alami meningkatkan kenyamanan termal pada ruangan. Secara garis besarnya, ventilasi pada bangunan secara umum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Ventilasi Alami
Ventilasi alami terjadi karena adanya perbedaan tekanan di luar suatu bangunan gedung yang disebabkan oleh angin dan karena adanya perbedaan temperatur, sehingga terdapat gas-gas panas yang naik di dalam saluran ventilasi.Ventilasi alami yang disediakan harus terdiri dari bukaan permanen, jendela, pintu atau sarana lain yang dapat dibuka, dengan jumlah bukaan ventilasi tidak kurang dari 5% terhadap luas lantai ruangan yang membutuhkan ventilasi dan arah yang menghadap ke halaman berdinding dengan ukuran yang sesuai, daerah yang terbuka keatas, teras terbuka, pelataran parkir, atau ruang yang bersebelahan. Jika suatu ruangan terdapat kloset atau kamar mandi,
20
maka tidak boleh terbuka langsung ke arah dapur atau pantri, ruang makan umum atau restoran, ruang pertemuan, ruang kerja lebih dari satu orang. 2. Ventilasi Mekanik atau Buatan
Ventilasi buatan adalah ventilasi yang menggunakan alat-alat elektronik, seperti AC ( Air Air Conditioner ), ), cooling fan, fan, dan sebagainya. Ventilasi alami digunakan apabila sistem ventilasi alami tidak mencapai kenyamanan suatu ruangan. Sistem ventilasi mekanis harus diberikan jika ventilasi alami yang memenuhi syarat tidak memadai. Beberapa persyaratan dalam sistem ventilasi mekanik adalah: a. Penempatan Fan harus memungkinkan pelepasan udara secara maksimal dan juga memungkinkan masuknya udara segar atau sebaliknya. b. Sistem ventilasi mekanis bekerja terus menerus selama ruang tersebut dihuni. c. Bangunan atau ruang parkir tertutup harus dilengkapi sistem ventilasi mekanis untuk membuang udara kotor dari dalam dan minimal mi nimal 2/3 volume udara ruang harus terdapat pada ketinggian maksimal 0,6 meter dari lantai. d. Ruang parkir pada ruang bawah tanah (besmen) yang terdiri dari lebih satu lantai, gas buang mobil pada setiap lantai tidak boleh mengganggu udara bersih pada lantai lainnya. e. Besarnya pertukaran udara yang disarankan untuk berbagai fungsi ruangan harus sesuai ketentuan yang berlaku.
2.4.4. Ventilasi Dari Segi Konstruksi
a. Single Sided-Ventilation Single sided-ventilation sided-ventilation adalah ruangan yang bukaannya hanya ada pada satu sisi ruangan. Single Sided-Ventilation hanya Sided-Ventilation hanya cocok digunakan pada ruangan yang kecil, dimana arah angin dari luar ruangan cenderung searah, sehingga pada ruangan yang besar, Single Sided-Ventilation juga Sided-Ventilation juga menimbukan analogi botol. b. Cross-Ventilation Cross-Ventilation Cross-Ventilation adalah sistem ventilasi udara yang paling baik, dimana letak bukaannya ada di dua sisi ruangan, sehingga angin dapat bergerak lurus setelah mengjangkau seluruh ruangan. ruangan.
21
Sumber: S. Roaf (2003)
nti lat lati on dan C r oss Ve V entilati ntilati on Gambar 2x. Si ngle Si ded V enti
BAB III SUBSTANSI TUGAS 1 3.1 Beragam Bahan Penyusun Bukaan dan Performanya Performanya
Beragam bahan dapat digunakan dalam membuat bukaan, baik untuk kusen, daun pintu, daun jendela, dan ventilasi. Bahan-bahan tersebut adalah sebagai berikut: 3.1.1 Kayu
Bahan kayu termasuk bahan alami. Terdapat berbagai jenis kayu yang dapat digunakan sebagai kusen, pintu, jendela, dan ventilasi. Kayu jati memiliki tampilan tekstur dan serat yang bagus. Bila dijadikan kusen, kayu ini punya karakter yang kuat, stabil, awet, tahan lama. Kayu jati juga tahan terhadap jamur dan serangga rayap karena memiliki kandungan minyak yang kurang disukai oleh binatang. Harga kayu jati umunya ditentukan berdasarkan
22
ukuran, asal, dan kualitasnya. Kemudian ada kayu merbau yang bersifat sangat keras, stabil, dan tahan rayap. Kayu merbau memiliki warna coklat kemerahan dan memunculkan warna terang kuning. Adapula glugu atau kayu dari batang kel apa. Kualitasnya yang baik adalah saat usianya berumur enam puluh tahun keatas dan sudah tidak memiliki buah. Kayu ini memiliki serat berupa garis-garis putus yang warnanya lebih tua dan terlihat lebih jelas. Kemudian ada kayu mahoni, memiliki warna merah muda dan merah tua. Kualitasnya cukup bagus, meski tidak sebaik kayu jati dan kayu merbau. Kemudian ada kayu meranti, warnanya merah muda, merah tua, merah pucat. Dibandingkan jati, merbau, glugu, harga kayu meranti merah lebih murah. Namun, kusen dari meranti sebaiknya digunakan di dalam ruangan, sebab meranti tidak kuat terhadap cuaca yang terlalu panas atau dingin.
Sumber: rumahkuminimalis.net rumahkuminimalis.net
Sumber: bogajati.com
23
Sumber: kelapa-batok.com
Sumber: kusenpintu.net kusenpintu.net
Gambar 3a. Jenis bukaan kayu jati, merbau, glugu, dan mahoni.
3.1.2 Aluminium
Bahan aluminium tergolong bahan yang popular digunakan sebagai kusen, bingkai daun pintu maupun jendela. Tidak hanya hanya di Indonesia melainkan juga di seluruh dunia. Ada beberapa kelebihan dari bahan aluminium. Aluminium memiliki nilai estetis, ramah terhadap lingkungan, memiliki daya tahan tinggi, kekuatan tinggi, isolasi suara baik, tak membutuhkan perawatan khusus dan tahan dari perubahan cuaca panas maupun dingin. Bahan aluminium memiliki berbagai macam warna. Warna standarnya adalah coklat, hitam, dan silver. Namun juga ada warna lain, seperti biru, abu-abu, hingga tekstur kayu. Pewarnaannya menggunakan teknik powder coating sehingga tidak mudah memudar. Kelemahannya, material aluminium umumnya dibentuk siku atau statis, sehingga tidak dapat ditambahkan motif berupa ukiran, serta harganya
24
relatif lebih mahal. Bahan bukaan aluminium biasa dipasang di eksterior bangunan seperti perumahan hingga hingga bangunan komersial.
Sumber: cvsoka.blogspot.com cvsoka.blogspot.com
Gambar 3b. Pengaplikasian bahan aluminium pada bukaan.
ynii l Chlorid Chlori de) 3.1.3 PVC (Poly V yn PVC ( Poly Vynil Chloride) Chloride) adalah material tahan air, air , anti korosi, dan memiliki nilai artistic lebih baik dari aluminium. Bahan PVC biasa digunakan di kamar mandi. Harganya relatif rendah.
25
Sumber:jualbeli-kaskus.co.id
Gambar 3c. Pengaplikasian bahan PVC pada bukaan.
Unplastii cized cized Poly Poly Vynil V ynil C hlor hlor i de) 3.1.4 UPVC (Unplast UPVC (Unplasticized (Unplasticized Poly Vynil Chloride) Chloride) adalah perkembangan dari PVC, merupakan material turunan plastic, yang sifat plastisnya diminimalisir sehingga bentuknya menjadi keras (berkurang kelenturannya). UPVC memiliki komposisi 85% PVC dan 15% adalah stabilizer + + modifier + filter + filter + + colour pigment + + titanium di Oxide, yang akan membuat komposisi dan taan terhadap perubahan cuaca. UPVC ditemukan pertama kali di Jerman pada tahun 1960 dan sampai saat ini sudah menjadi favorit dalam pembangunan. Hampir 90% bangunan di Jerman telat menggunakan komponen UPVC terutama untuk kusen pintu dan jendela, yang menggantikan kayu dan aluminium. Dengan sifat plastiknya, warna UPVC cepat memudar. Namun sekarang sudah banyak merek UPVC yang menggunakan lapisan atau coating khusus untuk melindungi warna agar tidak mudah memudar. UPVC ter masuk bahan ramah lingkungan, dimana tidak menggunakan bahan kayu dalam proses pembuatannya.
26
Sumber: kusenjendalapintuupvc.com kusenjendalapintuupvc.com
Gambar 3d. Pengaplikasian bahan UPVC pada bukaan.
3.1.5 Kaca
Kaca merupakan material yang dipasang pada daun jendela maupun daun pintu. Kaca digunakan mulai dari rumah tinggal sampai dengan gedung bertingkat. Pemasangan kaca dimaksudkan untuk memberi akses masuk bagi sinar matahari dari luar bangunan menuju dalam dan dapat sebagai dinding pembatas ruang. Material kaca beragam, mulai dari jenis, ketebalan, warna, dan semua aspek tersebut berpengaruh terhadap harga kaca. Jenis-jenis kaca yaitu kaca bening atau clear, kaca warna, kaca riben, kaca es, kaca tempered, kaca laminated. Kaca termasuk bahan yang ramah lingkungan, dimana dalam hal ini kaca yang sudah tidak terpakai dapat didaur ulang.
Kaca berfungsi sebagai perangkap panas karena frekuensi panas (gelombang pendek 700-3’000 700- 3’000 nm) dapat tembus kaca dan memanasi gedung gedung dalam. Tetapi bahan yang dipanasi akan berfrekuensi gelombang panjang (3’000(3’000-100’000 nm) yang tidak dapat tembus kaca lagi. Guna menghindari tembus energi panas maka dapat digunakan kaca yang menyerap panas atau kaca yang memantulkan panas.
27
Sumber: Ilmu Konstruksi Perlengkapan dan Utilitas Bangunan (2002)
Gambar 3e. Kaca yang menyerap dan memantulkan panas.
Di samping dua sistem tersebut, terdapat juga sistem berkombinasi (kaca yang menyerap panas dan memantulkan panas) yang dapat menghindari sampai kurang lebih 75% panas masuk. Akan tetapi tet api perlu diperhatikan bahwa segala kebijaksanaan ini akan juga mengurangi tembusan cahaya sampai kurang lebih 45%. Hal ini berarti bahwa luas jendela harus ditambah menurut factor tersebut. Kaca dipasarkan berdasarkan tebalnya sebagai berikut: tebal tunggal 0.8mm – 0.8mm – 1.8mm 1.8mm digunakan pada lab dan kaca berukuran kecil. Tebal ganda 1.8mm-4mm digunakan pada jendela biasa. Tebal rangkap 5mm -7mm digunakan pada etalase dan jendela besar.
28
Sumber semua gambar: achipidi.net
Gambar 3f. Pengaplikasian bahan-bahan kaca pada bukaan.
3.1.6 Tanah Liat
Bahan tanah liat dapat digunakan sebagai bahan pembuat roster. Roster biasanya dipasang di atas pintu atau jendela sebagai ventilasi. ventilasi. Bahan tanah liat ini memiliki tampilan yang beragam, teksturnya agak kasar, namun umumnya bahan ini tidak memiliki memiliki variasi warna, hanya berwarna coklat. Roster dengan bahan tanah liat ini cocok diaplikasikan pada pada bangunan bergaya bergaya tropis. Bahan ini termasuk ramah lingkungan karena berasal dari alam, dan mampu diuraikan di alam.
Sumber gambar: grchexacon.blogspot.com
Gambar 3g. Roster dari bahan tanah liat. 3.1.7 Keramik
Bahan keramik juga digunakan sebagai bahan pembuat roster. Beda dengan roster tanah liat, roster dengan bahan keramik memiliki tekstur yang halus,
29
mengkilap, dan variasi warna yang lebih beragam. Sehingga roster berbahan kermaik relatif lebih mahal dibandingkan roster tanah liat. Selain itu, bahan ini juga memiliki berbagai macam motif.
Sumber gambar: lubangangin.com
Gambar 3h. Roster dari bahan keramik. 3.2 Material dari Segi Ekonomi 3.2.1Kayu jati
Jika ingin menerapkan jenis kayu yang terbaik saat ini untuk kusen pintu dan jendela, maka pilihan kayu jati. Dengan keindahan, ketahanan, serta keawetannya, kayu jati merupakan pilihan terbaik. Namun tentu kayu ini membutuhkan budget lebih tinggi diantara yang lain.
Tabel 3a. Harga Kusen Ukuran Balok 6/12
Harga kusen ukuran balok 6/12 Kusen Gundul (1 lobang)
Rp 1.450.000
Kusen Jalosi (1 lobang)
Rp 1.550.000
Kusen Lengkung (1 lobang)
Rp 1.665.000
Kusen Lengkung Jalosi ( 1 lobang) l obang)
Rp 1.720.000
30
Kusen Gendong Lengung (3 lobang)
Rp 4.800.000
Kusen Gedong Lengkung Jalosi (3 lobang)
Rp 5.150.000
Tabel 3b. Harga Kusen Ukuran Balok 6/15
Harga kusen ukuran balok 6/15 Kusen Gundul (1 lobang)
Rp 1.500.000
Kusen Jalosi (1 lobang)
Rp 1.600.000
Kusen Lengkung (1 lobang)
Rp 1.720.000
Kusen Lengkung Jalosi ( 1 lobang) l obang)
Rp 1.820.000
Kusen Gendong Lengung (3 lobang)
Rp 5.125.000
Kusen Gedong Lengkung Jalosi (3 lobang)
Rp 5.450.000
Tabel 3c. Harga Daun Pintu dan Daun Jendela
Harga daun pintu dan daun Jendela Daun Pintu Panel Kotak
Rp 5.500.000
Daun Pintu Panel Lengkung
Rp 7.050.000
Daun Jendela dan Kaca (polos)
Rp 1.450.000
Daun Jendela (blasut) dan kaca (polos)
Rp 2.050.000
3.2.2 Kayu Meranti, Kamper Samarinda dan Kampung
Kayu meranti yang paling terkenal adalah meranti merah. Teksturnya cukup indah dan lembut serta termasuk golongan kayu yang keras, namun bobotnya ringan hingga sedang. Sedangkan kayu kamper dan kampong juga sering sigunakan untuk bahan kusen dan menjadi pilihan kedua setelah jati. Tabel 3d. Harga Kusen Ukuran Balok 6/12
Harga kusen ukuran balok 6/12
31
Kusen Gundul (1 lobang)
Rp 200.000 – 200.000 – Rp Rp 650.000
Kusen Jalosi (1 lobang)
Rp 275.000 – 275.000 – Rp Rp 700.000
Kusen Lengkung (1 lobang)
Rp 275.000 – 275.000 – Rp Rp 700.000
Kusen Lengkung Jalosi ( 1 lobang)
Rp 975.000 – 975.000 – Rp Rp 2.700.000
Kusen Gendong Lengung (3 lobang)
Rp 975.000 – 975.000 – Rp Rp 2.700.000
Kusen Gedong Lengkung Jalosi (3 lobang)
Rp 1.050.000 – 1.050.000 – Rp Rp 2.100.000
Tabel 3e. Harga Kusen Ukuran Balok 6/15
Harga kusen ukuran balok 6/15 Kusen Gundul (1 lobang)
Rp 220.000 – 220.000 – Rp Rp 650.000
Kusen Jalosi (1 lobang)
Rp 275.000 – 275.000 – Rp Rp 715.000
Kusen Lengkung (1 lobang)
Rp 300.000 – 300.000 – Rp Rp 900.000
Kusen Gendong Lengung (3 lobang)
Rp 975.000 – 975.000 – Rp Rp 2.700.000
Kusen Gedong Lengkung Jalosi (3 lobang)
Rp 1.050.000 – 1.050.000 – Rp Rp 2.100.000
Tabel 3f. Harga Daun Pintu dan Daun Jendela
Harga Daun Pintu dan Daun Jendela Daun Pintu Panel Kotak
Rp 500.000 – 500.000 – Rp Rp 975.000
Daun Pintu Panel Lengkung
Rp 600.000 – 600.000 – Rp. Rp. 1.100.000
32
Daun Jendela dan Kaca (polos)
Rp 375.000 – 375.000 – Rp Rp 700.000
Daun Jendela (blasut) dan kaca (polos)
Rp 450.000 – 450.000 – Rp Rp 750.000
3.2.3 Harga berdasarkan Kayu Bekas
Keterangan: harga kayu per lobang, harga daun per lembar Tabel 3g. Harga Kusen Pintu dan Jendela Kayu Kamper
Kayu Kamper Kusen Pintu Gundul
Rp. 350.000
Kusen Jendela Gundul
Rp. 350.000
Kusen Pintu Jalosi
Rp. 450.000
Kusen Jendela Jalosi
Rp. 450.000
Daun Pintu
Rp. 750.000
Daun Jendela
Rp. 350.000
Tabel 3h. Harga Kusen Pintu dan Jendela Kayu Meranti
Kayu Meranti Kusen Pintu Gundul
Rp. 300.000
Kusen Jendela Gundul
Rp. 300.000
Kusen Pintu Jalosi
Rp. 400.000
Kusen Jendela Jalosi
Rp. 400.000
Daun Pintu
Rp. 500.000
Daun Jendela
Rp. 300.000
Tabel 3i. Harga Kusen Pintu dan Jendela Kayu Kamper Samarinda Berdasarkan Ukuran
Kayu Kamper Samarinda (6x12 – (6x12 – 6x15) 6x15)
33
Kusen Pintu Gundul
Rp. 600.000 – 600.000 – Rp. Rp. 650.000/ Rp. 120.000 – 120.000 – Rp. Rp. 130.000/m
Kusen Pintu Jalosi
Rp. 120.000 – 120.000 – Rp. Rp. 130.000/m
Kusen Jendela Gundul
Rp. 600.000 – 600.000 – Rp. Rp. 650.000/ Rp. 120.000 – 120.000 – Rp. Rp. 130.000/m
Kusen Jendela Jalosi
Rp. 120.000 – 120.000 – Rp. Rp. 130.000/m
Daun Pintu
Rp. 1.200.000
Daun Jendela
Rp. 500.000
Lubang Angin
Rp. 50.000 – 50.000 – Rp. Rp. 65.000
Tabel 3j. Harga Kusen Pintu dan Jendela Kayu Meranti Berdasarkan Berdasarkan Ukuran
Kayu Meranti (6x12 – (6x12 – 6x15) 6x15) Kusen Pintu Gundul
Rp. 425.000 – 425.000 – Rp. Rp. 475.000/ Rp. 85.000 – 85.000 – Rp. Rp. 95.000/m
Kusen Pintu Jalosi
Rp. 85.000 – 85.000 – Rp. Rp. 95.000/m
Kusen Jendela Gundul
Rp. 425.000 – 425.000 – Rp. Rp. 475.000/ Rp. 85.000 – 85.000 – Rp. Rp. 95.000/m
Kusen Jendela Jalosi
Rp. 85.000 – 85.000 – Rp. Rp. 95.000/m
Daun Pintu
Rp. 900.000
Daun Jendela
Rp. 350.000
Lubang Angin
Rp. 45.000
Tabel 3k. Harga Kusen Pintu dan Jendela Kayu Merbau Merbau Berdasarkan Ukuran
Kayu Merbau (6x12 – (6x12 – 6x15) 6x15)
34
Kusen Pintu Gundul
Rp. 1.200.000/ Rp. 200.000 – Rp. Rp. 240.000/m
Kusen Pintu Jalosi
Rp. 200.000 – 200.000 – Rp. Rp. 240.000/m
Kusen Jendela Gundul
Rp. 1.200.000/ Rp. 200.000 – Rp. Rp. 240.000/m
Kusen Jendela Jalosi
Rp. 200.000 – 200.000 – Rp. Rp. 240.000/m
Daun Pintu
Rp. 2.300.000
Daun Jendela
Rp. 800.000
Lubang Angin
Rp. 100.000 – 100.000 – Rp. Rp. 120.000
Daftar harga kusen di atas bisa terus bergerak dan tak menentu, untuk itu harga di atas layaknya hanya menjadi harga perbandingan. Terlebih saat ini sudah banyak perusahaan pengelola kusen, baik tradisional maupun modern, sehingga harga setiap daerah bisa berbeda-beda. Untuk dapat mengetahui harga selengkapnya bisa dengan mengunjungi toko-toko material terdekat. 3.3 Harga Kusen Aluminium dan Kaca
Harga Kusen Aluminium Alexindo:
3 inch Rp 55.000/m” 55.000 /m” (silver), Rp (silver), Rp 75.000/m” 75.000 /m” (hitam), Rp (hitam), Rp 75.000/m” 75.000 /m” (coklat)
4 inch Rp 75.000/m” 75.000 /m” (silver), Rp (silver), Rp 85.000/m” 85.000 /m” (hitam), Rp (hitam), Rp 85.000/m” 85.000 /m” (coklat) Harga Kusen Aluminium Superex:
3 inch Rp 90.000/m” 90.000 /m” (silver), Rp (silver), Rp 100.000/m” 100.000 /m” (hitam), Rp (hitam), Rp 100.000/m” 100.00 0/m” (coklat)
4 inch Rp 100.000/m” 100.000/m” (silver), Rp 110.000/m” 110.000/m” (hitam), Rp 110.000/m” 110.000/m” (coklat) Harga Kusen Aluminium YKK:
3 inch Rp 100.000/m” 100.000/m” (silver), Rp 120.000/m” 120.000/m” (hitam), Rp 120.000/m” 120.000/m” (coklat)
4 inch Rp 120.000/m” 120.000/m” (silver), Rp 150.000/m” 150.000/m” (hitam), Rp 150.000/m” 150.000/m” (coklat) Harga Folding Gate:
35
Ukuran 0,5 mm Rp 400.000/m2
Ukuran 0,8 mm Rp 550.000/m2
Surabaya 1 mm Rp 1.200.000/m2
Surabaya 1,2 mm Rp 1.400.000/m2 Harga Rolling Door:
Ukuran 0,8 mm (aluminium) Rp 350.000/m2
Ukuran 1 mm (aluminium) Rp 400.000/m2
Ukuran 0,4 mm (besi) Rp 175.000/m2 Harga Rupa-Rupa Kaca:
Ukuran 5 mm (kaca polos) Rp 85.000/m2
Ukuran 5 mm (kaca rayban) ra yban) Rp 120.000/m2
Ukuran 5 mm (kaca dark blue) Rp 180.000/m2
Ukuran 5 mm (kaca dark green) Rp 180.000/m2
Ukuran 6 mm (kaca polos) Rp 120.000/m2
Ukuran 6 mm (kaca rayban) ra yban) Rp 220.000/m2
Ukuran 6 mm (kaca dark blue) Rp 220.000/m2
Ukuran 6 mm (kaca dark green) Rp 220.000/m2
Ukuran 8 mm (kaca polos) Rp 250.000/m2
Ukuran 8 mm (kaca rayban) ra yban) Rp 350.000/m2
Ukuran 8 mm (kaca dark blue) Rp 450.000/m2
Ukuran 8 mm (kaca dark green) Rp 450.000/m2
Ukuran 10 mm (kaca polos) Rp 300.000/m2
Ukuran 10 mm (kaca dark blue) Rp 470.000/m2
Ukuran 10 mm (kaca dark green) Rp 470.000/m2
Ukuran 12 mm (kaca polos) Rp 350.000/m2
Ukuran 12 mm (kaca dark blue) Rp 500.000/m2
Ukuran 12 mm (kaca dark green) Rp 500.000/m2 Harga Aneka Pintu Jendela Aluminium Berikut Kaca:
Jendela casement silver silver (60 x 120) + kaca polos 5 mm @ Rp 425.000.
Jendela casement coklat coklat (60 x 120) + kaca polos 5 mm @ Rp 475.000.
Jendela sliding Jendela sliding silver silver (60 x 120) + kaca polos 5 mm @ Rp 450.000.
36
Jendela sliding Jendela sliding coklat coklat (60 x 120) + kaca polos 5 mm @ Rp 500.000.
Pintu swing + kaca polos 5 mm @ Rp 1.000.000.
Pintu swing silver + kaca polos 5 mm, floor hinge dorma BTS 84 @ Rp 1.800.000.
Pintu swing coklat + kaca polos 5 mm, floor hinge dorma BTS 84 @ Rp 2.000.000.
Pintu frameless Pintu frameless (tempered 12 mm polos) floor hinge dorma BTS 84 @ Rp 3.000.000.
Pintu frameless Pintu frameless (tempered (tempered 12 mm rayban) floor hinge dorma BTS 84 @ Rp 3.500.000.
Pintu fitting Pintu fitting (tempered (tempered 12 mm polos) floor hinge dorma BTS 84 @ Rp 3.750.000.
Pintu fitting Pintu fitting (tempered (tempered 12 mm rayban) r ayban) floor hinge dorma BTS 84 @ Rp 4.500.000.
Powder coating aluminium aluminium berbagai warna Rp 20.000/m”. 20.000 /m”.
Ada pula ventilasi jenis roster memiliki varian harga. Yang pertama adalah jenis roster kayu, saat ini bisa menjadi pilihan utama bagi mereka yang mendambakan penampilan rumah yang terlihat mewah dan elegan. Untuk tipe rumah minimalis sebaiknya pilih loster model sederhana. seder hana. Cukup kotak persegi atau persegi panjang yang bisa anda taruh di atas kusen pintu atau jendela. Harga roster yang berbahan kayu berada di kisaran 20 ribu s.d 50.000 ribuan tergantung corak, ukuran dan jenis kayunya. Lalu roster dari keramik yang memiliki kisaran harga sekitar 30.000 - 40.000. Selanjutnya adalah roster beton, harganya lebih murah daripada roster kayu dan roster keramik kisaran harga 5.000 - 15000 an. keindahan loster loster beton bisa terekspos jika anda mampu memberikan pewarnaan pew arnaan cat yang menarik di sisi garis luar roster. Sangat cocok dipadukan dengan rumah minimalis. 3.4 Studi Kasus
37
Studi kasus dilakukan agar meningkatkan pengalaman mahasis wa di lapangan dan dapat melihat langsung bagaimana teori diterapkan di lapangan. Studi kasus dilakukan di proyek yang berlokasi di Perumahan Bali Arum Jimbaran.
Gambar 1.1 Peta Lokasi Proyek
Gambar 1.2 Narasumber bersama Anggota Kelompok
Penulis melakukan wawancara dengan Narasumber (Pak Ulis sebagai pelaksana lapangan proyek rumah pribadi). Dari hasil wawancara didapat beberapa informasi bahwa, kayu ka yu yang umum digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kusen dan pintu adalah kayu jati dan kayu bengkirai. bengkirai. Namun pada proyek ini lebih banyak menggunakan kayu jati. Alasan yang mendasarinya adalah : 1. Tekstur kayu jati lebih bagus dan terlihat 2. Lebih kuat dan tahan lama 3. Mudah didapat di pasaran 38
Selain itu, penulis juga melakukan pengamatan dan wawancara terkait dengan proses pemasangan salah satu pintu di proyek rumah tersebut. Berikut merupakan proses pemasangannya : 1. Pengukuran Pengukuran dilakukan dengan menempelkan pintu di kusen atau tempat yang sudah dierencanakan. Yang diukur adalah kesesuaian Antara tinggi pintu yang dipesan dan kusen yang telah terpasang, tempat pemasangan engsel pintu dan tempat gagang pintu.
G ambar P r oses ses P engukur nguk ura an
39
2. Penyerutan Proses penyerutan dilakukan pada bagian yang melewati ukuran seharusnya, seperti pada bagian bawah pintu yang membuat pintu sulit dibuka dan pada bagian samping pintu agar pintu pintu dapat terbuka dengan lancar
G amba ambarr prose prosess penyer penyerutan utan 3. Pemasangan Engsel Terlebih dahulu dilakukan pengukuran tempat perletakkan engsel dan sedikit penyerutan pada bagian tersebut.
G amb ambar P emasang sanga an E ngse ng sell
40
4. Pemasangan Pintu Proses ini dilakukan dengan memasang pintu dan mencocokannya dengan lubang engsel yang telah diukur. Bor digunakan untuk memasang mur (baut) untuk menyatukan kusen dan pintu.
Gambar Pemasasangan Pintu
41
BAB IV ANALISIS DAN APLIKASI BAHAN BANGUNAN YANG TEPAT GUNA, RAMAH LINGKUNGAN, EFISIEN 4.1 Analisis Bahan-bahan Bukaan
Berdasarkan
berbagai
bahan
yang
dapat
digunakan
untuk
memproduksi bukaan, beberapa diantaranya memiliki nilai lebih yang dapat diaplikasikan pada bangunan. Untuk bahan kayu, aluminium, UPVC, kaca, tanah liat, dan keramik merupakan bahan yang cocok diaplikasikan dalam membuat bukaan, baik itu kusen, daun pintu, daun jendela, dan ventilasi. Dimana kayu memiliki beberapa keunggulan yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya. Selain itu, bahan kayu juga termasuk bahan ramah lingkungan, sehingga sangat cocok digunakan pada bangunan yang berkonsep green building. building. Namun bahan PVC kurang cocok digunakan, dilihat dari asalnya yang berbahan plastik, sehingga tidak cocok digunakan sebagai bahan yang ramah lingkungan. 4.2 Konstruksi Kusen Pintu dan Daun Pintu
Pintu pada dasarnya terdiri dari daun pintu dan ibu pintu (kusen). Daun pintu merupakan penutup lubang yang sesungguhnya yang dapat dibuka dan ditutup dengan baik, sedangkan kusen dibuat untuk menggantungkan daun pintu antara pintu dengan dinding yang ada di sekelilingnya. Ukuran-ukuran pintu harus disesuaikan dengan maksud dan tujuannya, serta bila dipandang secara keseluruhan, bangunan Nampak betul-betul serasi. Biasanya dalam praktiknya, tinggi pintu dengan daun tunggal dibuat berkisar 200cm dan lebarnya lebih kurang 85cm. Dan khususnya pada pintu pi ntu garasi disesuaikan dengan tinggi dan lebar dari kendaraan itu sendiri. Kebanyakan dalam bekerjanya, daun pintu memutar keluar atau kedalam da nada juga yang bergeraknya ke samping (menyorong). Belakangan ini untuk pintu garasi dan toko-toko menggunakan menggunakan pintu gulung atau rollingdoor . Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan pintu adalah:
42
1. Konstruksi daun pintu harus dibuat sedimikan kaku, sehingga nantinya tidak melesak dan mengalami perubahan bentuk, seperti jajar genjang.
Sumber: Ilmu Bangunan Gedung (tanpa tahun)
Gambar 4a. Konstruksi kusen dan daun pintu.
2. Daun Pintu yang memakai bingkai harus mempunyai ukuran lebar dan tebal yang sesuai sehingga tidak mungkin melentur dikemudian hari. 3. Konstruksi untuk pembuatan ibu pintu juga dibuat sedemikian kaku, sehingga dikemudia hari tidak mengalami pelenturan (perubahan bentuk). Bila ibu pintu dan daun pintu mengalami perubahan bentuk, maka akan mengakibatkan pintu
43
susah untuk ditutup atau dibuka dengan baik. Pada pemasangan ibu pintu jangan sekali-kali ada celah-celah antara pertemuan dinding dengan kusen. 4. Untuk mencegah terjadinya penyusutan atau pelenturan tersebut di atas, kayu yang digunakan harus memiliki mutu yang baik. 4.3 Tahapan Pemasangan Kusen Pintu
a. Siapkan alat dan bahan secukupnya di tempat yang aman dan mudah dijangkau. b. Rentangkan benang berjarak separuh dari tebal kusen terhadap as bouwplank untuk menentukan kedudukan kusen. c. Pasang angker pada kusen secukupnya. d. Dirikan kusen dan tentukan tinggi kedudukan kusen pintu yaitu 2 meter dari tinggi bouwplank. e. Setel kedudukan kusen pintu sehingga berdiri tegak dengan menggunakan unting-unting. f. Pasang skur sehingga kedudukannya stabil dan k okoh. g. Pasang patok untuk diikat bersama dengan skur sehingga kedudukan menjadi kokoh. h. Cek kembali kedudukan kusen pintu, apakah sudah sesuai pada tempatn ya, ketinggian dan ketegakan dari kusen. i. Bersihkan tempat sekelilingnya . 4.4 Tahapan Pemasangan Daun Pintu
Pintu terdiri dari kusen atau gawang dan daun pintu. Kusen dipasang tetap atau mati di dalam tembok, sedang daunnya digantungkan pada kusen dengan menggunakan engsel sehingga dapat berputar pada engsel, berputar ke kiri atau ke kanan.
44
Namun, daun pintu ada yang tidak berputar pada engsel, melainkan bergeser di depan kusennya. Pintu tersebut dinamakan dengan pintu geser. Kedudukan daun pintu pada saat ditutup melekat dengan sponing pada kusen pintu, kecuali pada bagian bawah, kedudukannya dibuat beberapa cm di atas lantai. Cara pemasangan daun pintu adalah sebagai berikut: 1) Ukur lebar dan tinggi kusen pintu. 2) Ukur lebar dan tinggi daun pintu. 3) Ketam dan potong daun pintu (bila terlalu lebar dan terlalu tinggi). 4) Masukkan/pasang daun pintu pada kusennya, stel sampai masuk dengan toleransi kelonggaran 3 – 5 mm, baik ke arah lebar maupun ke arah tinggi. 5) Lepaskan daun pintu, pasang/tanam engsel daun pintu pada tiang daun pintu (sisi tebal) dengan jarak dari sisi bagian bawah 30 cm, dan dari sisi bagian atas 25 cm (untuk pintu dengan 2 engsel), dan pada bagian tengah (untuk pintu dengan 3 engsel) 6) Masukkan/pasang lagi daun pintu pada kusennya, stel sampai baik kedudukannya, kemudian beri tanda pada tiang kusen pintu tempat engsel yang sesuai dengan engsel pada daun pintu. 7) Lepaskan sebelah bagian engsel pada daun pintu dengan cara melepas pennya, kemudian pasang/tanam pasang/tanam pada tiang kusen. 8) Pasang kembali daun pintu pada kusennya dengan memasangkan engselnya, kemudian masukkan pennya sampai pas, sehingga terpasanglah daun pintu pada kusen pintunya. 9) Coba daun pintu dengan cara membuka dan d an menutup. 10) Bila masih dianggap kurang pas, lepaskan daun pintu dengan cara melepaskan pen. 11) Stel lagi sampai daun pintu dapat membuka dan menutup dengan baik, rata dan lurus dengan kusen.
45
4.5 Konstruksi Konstruksi Kusen Jendela Jendela dan Daun Jendela Jendela
Berhubungan dengan sejarah penjajahan Belanda, maka konstruksi jendela menuruti teknologi Belanda dengan pengertian bahwa jendela dan pintu tidak dapat langsung dipasang dipasang pada dinding, tetapi membutuhkan kosen sebagai konstruksi pembantu antara tembok dan jendela. Karena konstruksi ini sangat boros kayu, timbul kecenderungan untuk mengganti bahan kosen dengan konstruksi beton atau logam serta menggunakan sistem baru seperti kosen tiruan atau bingkai jendela dari kayu yang menghemat sekitar 50% bahan kayu.
4.6 Cara Pemasangan Kusen Jendela
a. Siapkan alat dan bahan secukupnya di tempat yang aman dan mudah dijangkau. b. Rentangkan benang selebar setengah ukuran batu bata dari as bouwplank. c. Pasang bata setengah batu setinggi dasar kusen jendela. d. Rentangkan benang setinggi 2 meter dari bouwplank. e. Pasang kusen jendela setinggi benang tersebut. f. Pasang kusen jendela sampai betul-betul tegak dengan pertolongan untingunting. g. Pasang skur agar kedudukannya stabil dan kuat. h. Cek kembali posisi kusen jendela sampai terpasang pada keadaan yang benar. i. Bersihkan tempat sekelilingnya.
46
Sumber: Teknik Konstruksi Bangunan Gedung Jilid 2
Gambar 4b. Pemasangan kusen jendela pada kontruksi dinding
4.7 Perlengkapan Jendela
Perlengkapan jendela seperti engsel, pengatur pembukaan, atau penutup harus memenuhi beberapa prasyarat. Perelengkapan tersebut dapat dibuat dari logam yang tidak berkarat, logam yang diolah terhadap karat, atau dari bahan sintetik seperti seluloseasetat (CA), atau seluloseasetubutirat (CAB). Perlengkapan jendela harus tahan terhadap gerak putar yang sering terjadi dan terhadap maling. Perlengkapan jendela membagi beban (bobot, tekanan angina) kepada bingkai sayap secara merata dan oleh karena itu tidak mengizinkan banyak potongan (takikan, sponing, dan sebagainya) yang melemahkan profil kayu. Engsel merupakan alat penggantung atau pelipat pada jendela. Engsel
dibagi atas tiga golongan, yaitu engsel pasak mati, engsel pasak lepas, dan engsel kupu-kupu.
47
Sumber: Ilmu Konstruksi Perlengkapan dan Utilitas Bangunan (2002)
Gambar 4c. Jenis-jenis engsel.
Masing-masing engsel memiliki keuntungan dan kerugian tertentu. Engsel pasak mati kalau ingin dilepas sayap jendela, harus dalam keadaan sayap terbuka melepaskan sekrup pada engsel (aman terhadap maling); Engsel pasak lepas berdasarkan pertimbangan tersebut hanya dapat digunakan jika sayap jendela buka ke dalam (supaya dari luar tidak dapat dicabut, pasak dan sayap jendela dilepas saja); serta engsel kupu-kupu di mana sayap jendela harus diangkut dalam keadaan terbuka (aman dalam keadaan tertutup) , akan tetapi memiliki kelemahan bahwa engsel kiri dan kanan berbeda dan tidak dapat dimanfaatkan untuk jendela jatuh atau gantung. Peralatan pengatur pembukaan jendela berfungsi sebagai penyetel
dan pengait pada jendela sehingga dalam keadaan terbuka jendela tetap aman terhadap angina dan menjamin penghawaan ruangan. Sebagai peralatan pengatur pembukaan jendela dapat digunakan batang penyetel, pengait, atau engsel gunting lipat 12 – 12 – 15cm 15cm (khusus pada jendela jatuhdan jat uhdan jendela gantung)
48
Sumber: Ilmu Konstruksi Perlengkapan dan Utilitas Bangunan (2002)
Gambar 4d. Peralatan pengatur pembukaan jendela.
Alat penutup digunakan untuk mengunci jendela dalam keadaan
tertutup. Pada jendela sederhana digunakan berbagai macam gerendel. Jendela yang agak besar, yang rangkap dua, atau jendela pada bangunan mewah biasanya dilengkapi dilengkapi dengan kunci palang jendela dengan batang dan pegangan atau gerendel pengungkit tertanam sebagai alat penutup jendela.
Sumber: Ilmu Konstruksi Perlengkapan dan Utilitas Bangunan (2002)
Gambar 4e. Alat penutup jendela.
4.8 Macam-macam Daun Pintu dan Jendela
Umumnya, pintu menggunakan bahan yang sama namun memiliki model yang berbeda. Hal tersebut juga mempengaruhi konstruksi dari model yang bersangkutan. Jenis-jenis tersebut adalah sebagai berikut: 4.8.1 Daun Pintu dan daun Jendela Klamp /Tempel
49
Pintu klamp/temple ini tersusun dari beberapa papan melebar tegak yang saling dihubungkan dengan alur dan lidah. Susunan papan melebar tegak ini kemudian dipaku atau diskrup pada 2 atau 3 klamp yang arahnya horizontal (mendatar) dan pada masing-masing unujg klamp dikurangi 2 cm terhadap tepi pintu maupun jendela. Untuk mencegah terjadinya perubahan bentuk pada daun pintu klamp, maka perlu dipasangi papan penyokong yang disebut schoor ( sokong), yang ujug-ujungnya bertumpu pada klamp atas dan bawah. Hubungan pada masingmasing ujung sokong dengan klamp datar menggunakan takikan ½ tebal kayu yang dilengkapi gigi sedalam 1/8 – 1/8 – 1/6 1/6 lebar papan (Supribadi, ( Supribadi, tanpa tahun). tahun ). Ukuran papan-papan yang digunakan berkisar 2 ½ x 13 cm untuk pintu maupun jendela klamp. Ukuran-ukuran papan dan pintu/jendela yang tercantum dalam gambar hanya sebagai contoh saja. Pintu maupun jendela klamp digunakan untuk bangunan rumah yang bersifat sementara.
50
Sumber: Ilmu Bangunan Gedung (tanpa tahun)
Gambar 4f. Daun pintu klamp/ tempel dengan sokong sokong tunggal dan sokong double. 4.8.2 Daun Pintu dan Daun Jendela Kaca
Pintu dan jendela kaca dibuat untuk memberi penerangan ke dalam ruangan, disamping untuk keperluan mendapatkan pengelihatan ke luar atau ke lain ruangan. Sebagian besar atau seluruh luas pintu/jendela itu berkaca untuk memperoleh penerangan yang sebanyak-banyaknya. Jumlah luas kaca untuk memperoleh penerangan sangat tergantung dari penggunaan ruangan tersebut, misalnya ruangan untuk mengerjakan pekerjaan yang agak kasar (yang tidak memerlukan ketelitian yang tinggi), maka jumlah luas kaca dapat diambil sedikitnya 1/9 dari luas lantai dalam. Sedangkan ruangan yang akan digunakan
untuk
pekerjaan-pekerjaan
yang
teliti
(ruangan
untuk
menggambar), maka jumlah luas kaca sedikitnya 1/6 dari luas lantai dalam. Daun pintu/jendela kaca ini kebanyakan menggunakan bingkai dari kayu yang berserat lurus dengan tebal ± 3,6- 4 cm. Tabel 4a. Lebar Minimum Bingkai Pintu dan Jendela
Tebal dan jenis kaca yang dipakai untuk penerangan juga sangat tergantung dari penggunaan ruangan itu sendiri, apakah untuk ruang tamu, ruang belajar, ruang gambar atau pada ruang took-toko dengan maksud untuk memamerkan barang-barang dagangan. Tebal kaca bermacam-macam, diantaranya seperti berikut :
51
1. Engkel dik (tebal tunggal)
=
±1,5 mm dengan bobot 3,6
kg/m2 2. Dobel dik (tebal ganda)
=
± 2,5 mm dengan bobot 6 kg/m 2
3. Tripel dik ( tebal lipat tiga)
=
± 4 mm dengan bobot 9,6 kg/m 2
Dan tebal kaca yang dipakai untuk ruangan memamerkan barang barang dagangan 6-10 mm. Untuk keperluan pemasangan kaca pada bingkai, perlu dibuatkan sponing atau alur yang nantinya akan dijepit dengan plat kaca. Ukuran lebar dan panjang kaca yang akan dipasang dalam sponing harus lebih kecil ± 5 mm daripada ukuran dasar sponing sampai dasar sponing yang saling berhadapan (Supribadi, tanpa tahun). tahun ). Pengurangan ukuran kaca dimaksudkan agar kaca itu dapat memuai dengan bebas, mengingat pemuaian/penyusutan kayu dengan kaca tidak sama dan pemotongan kaca itu harus lurus. Pemasangan kaca pada bingkai dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu: 1. Memasang dari sisi dalam : -
Ruang sisi pada sponing diisi penuh dengan dempul yang masih baik (lunak dan lengket)
-
Bidang sponing yang akan ditempeli kaca terlebih dulu harus diulas dengan menie, kemudian ditempeli selapis tipis dempul yang lunak yang dicampur sedikit menie (cat dasar)
-
Langkah berikutnya kaca dipasang dengan cara menekan ringan pada bidang sponing dilapisi dengan dempul lunak, dan kaca itu ditahan ditempatnya dengan paku kecil
-
Kemudian ruang sisa dipenuhi dengan dempul secara rapi, sehingga didapat konstruksi yang betul betul rapat air 2. Memasang dari sis luar :
-
Terlebih dahulu bidang sponing yang akan dipasangi kaca, diulas dengan menie dan diberi lapisan tipis dari dempul yang lunak
-
Kaca dipasang dengan cara menekan ringan pada bidang sponing yang telah dilapisi dempul 52
-
Kemudian kaca yang telah menempel pada sponing dijepit dengan lat kaca yang tebalnya sama dengan lebar sponing kaca, yaitu 1-1,5 cm. Untuk menambah keindahan, maka tebal lat kaca yang sedalam ruangan sisi, dikurangi atau ditambah dengan 3mm, agar tidak menjadi sebidang dengan permukaan luar dari pintu atau jendela kaca, sehingga terbentuk te rbentuk propil yang cukup menarik.
-
Pada bidang yang tidak bersponing sengaja diketam propil sederhana dengan lebar 1-1,5 cm (lebar sponing ). Supaya bingkai itu kelihatannya ramping, perlu dibuatkan ban tunggal/ tunggal/ dobel selebar 3mm.
53
Sumber: Ilmu Bangunan Gedung (tanpa tahun)
Gambar 4g. Daun pintu kaca dengan ambang tengah dan kisi-kisi. kisi -kisi.
4.8.3 Daun Pintu dan Daun Jendela Panil
Daun pintu atau jendela semacam ini boleh dikatakan termasuk model/gaya lama, akan tetapi akhir-akhir ini ini kembali banyak digunakan berbagai macam variasinya (Supribadi, tanpa tahun) Daun pintu atau jendela panil terdiri terdiri dari 1 lembar papan atau lebih yang diapit oleh bingkai tegak dan datar. Bingkai ini terdiri dari tiang, ambang batas, ambang bawah dan bila perlu dapat dipasang ambang tengah. Seperti halnya pintu-pintu yang lainnya. Lebar ambang tengah sama dengan lebar ambang atas ditambah 2 cm, atau dapat juga dibuat sama. Tebal bingkainya 3,6 - 4 cm. cm.
Ukuran minimum lebar: bingkai untuk pintu dan jendela -
Tiang 12 cm . 8 cm.
-
Ambang atas 14 cm. 10cm. 10cm.
-
Ambang bawah 24 cm. 11cm.
-
Ambang tengah 14 (+2 cm) 12 cm Diusahakan papan untuk pintu panil mempunyai serat yang lurus dan kering dengan tebal 1,5 cm - 2,5 cm. Bila papan ini akan disambung melebar, karena terdiri dari beberapa papan, dapat digunakan alur dan lidah. Sebelum dirapatkan diulas dulu dengan lem kayu agar natinya merapat dengan baik. Di sekeliling tepi panil diketam miring dengan lebar 4- 6 cm dan tebal tepi ujung yang akan masuk ke bingkai minimal 0,6 cm. bidang ketaman miring ini dinamakan bos-sing. Untuk oanil yang tebal (2,5 cm) dapat diketam
54
bossing dobel yaitu yaitu diketam pada bagian dalam dan luarnya, sedangkan untuk panil yang agak tipis (1,5 cm) hanya di ketam bossing pada bagian luarnya saja. Untuk pemasangan panil, pada sisi dalam bingkai diketam alur selebar 0,8 cm, dalamnya 1,5 cm. Supaya bingkai itu kelihatannya ramping dan bagus, pada sisi dalam bingkai yang menghadap panil diketam propil sederhana dengan lebar pasti 1,5 cm (dalamnya alur), dalamnya 0,3 cm (3 mm). Sehubungan dengan penyusutan papan kearah lebar lebih besar dari pada kea rah panjang, maka perlu dibuatkan ruang bebas antara ujung panil pada sisi lebar dengan dasar alur pada bingkai.
55
Sumber: Ilmu Bangunan Gedung (tanpa tahun)
Gambar 4h. Daun pintu panil dan daun jendela panil (tipe 1).
56
Sumber: Ilmu Bangunan Gedung (tanpa tahun)
Gambar 4i. Daun pintu panil dan daun jendela panil (tipe 2).
4.8.4 Daun Pintu dan Daun Jendela Krepyak/Jalusi
Pintu maupun jendela krepyak kayu sering disebut orang dengan nama pintu/jendela jalusi (Supribadi, tanpa tahun). tahun ). Pintu atau jendela krepyak ini dibuat dengan tujuan untuk dapat dimasukkan udara sebanyak mungkin, meskipun pintu atau jendela dalam keadaan tertutup. Dengan kata lain dapat berfungsi seperti ventilasi. Pintu atau jendela semacam ini banyak dilaksanakan untuk rumah-rumah yang berada di daerah panas, misalnya di tepi pantai. Daun pintu atau jendela terdiri dari bingkai kayu, yang konstruksinya sama dengan konstruksi pada pintu panil maupun pintu kaca. Dalam hal ini lembar-lembar panil/kaca diganti dengan bilah-bilah kayu (papan) dengan tebal 1 cm, lebarnya 9 @ 10 cm, panjangnya sama dengan lebar sisi dalam bingkai + (2 x 1) cm. Papan-papan krepyak ini dipasang miri ng membentuk sudut 45 o dengan jarak antara vertikal sama dengan tebal bingkai.
57
Pemasangan miring papan ini jangan sampai menimbulkan celah yang tembus pandangan, bila dilihat secara mendatar. Agar pintu atau jendela ini kelihatan lebih menarik, maka papan krepyak yang menonjol keluar (2 cm) diberi propil sederhana dengan lebar pasti 1 cm, dalamnya 0,3 cm (3mm). Dan pada sisi luar keliling bingkai juga dibuatkan propil seperti ukuran diatas. Pelaksanaan untuk pemasangan bilah-bilah krepyak pada kedua tiang, di sisi dalam ditaktik alur-alur miring 45o yang lebarnya setebal bilah krepyak. Agar bilah-bilah krepyak yang telah dipasang tidak meluncur ke bawah, maka pada kedua ujungnya dipaku yang menusuk miring pada kedua tiangnya. Hubungan antara ambang atas dan kedua tiang berupa hubungan pen tunggal dan lobang dengan spaten. Sedangkan hubungan antara ambang bawah dengan kedua tiang berupa hubungan pen dobel/ganda dan lobang dobel dengan spat pen. Hubungan ini dilakukan karena ambang bawah lebarnya cukup besar, untuk tidak memperlemah tiang. Pengukuhan hubungan sudut ini dapat dilakukan dengan toog (pasak kayu) ataupun dengan baji, seperti pada pintu panil dan kaca. Pada bagian dalam sekeliling hubungan bilah-bilah bilah -bilah krepyak dengan bingkai dipasangi lat tutup dengan ukuran tebal 0,6 @ 1 cm, lebarnya 1 @ 1,5 cm.
58
Sumber: Ilmu Bangunan Gedung (tanpa tahun)
Gambar 4j. Daun pintu krepyak dan daun jendela krepyak.
4.8.5 Daun Pintu dan Daun Jendela Vinir
Bila menginginkan daun pintu atau jendela yang permukaan bagian dalam dan luarnya betul-betul rata seluruhnya, maka dipakailah daun pintu atau jendela vinir. Seperti Sepert i pintu yang lain, pintu vinir juga j uga menggunakan bingkai yang terdiri dari dua tiang, ambang atas, ambang tengah, ambang bawah yang kemudian ditutup dengan lembaran teakwood (triplek dari kayu jati). Untuk mencegah agar lembar teakwood ini tidak mencekung atau melembung, pada bingkai dalam (rangka), masih dibantu dengan pemasangan bilah-bilah tegak yang masing-masing ujungnya memancad pada sisi atas ambang bawah dan sisi bawah ambang tengah. Untuk bagian atasnya bilah-bilah memancad pada sisi atas ambang tengah dan sisi bawah ambang atas. Bilah-bilah ini (semacam reng) mempunyai ukuran penampang 2x3cm, yang penempatannyasedemikian rupa sehingga berjarak sama, antara bilah yang satu dengan yang lainnya (Supribadi, tanpa tahun) tahun )
59
Sumber: Ilmu Bangunan Gedung (tanpa tahun)
Gambar 4k. Daun pintu vinir dengan triplek.
Pengukuhan pada bingkai menggunakan hubungan pen-lobang yang diperkuat oleh baji atau toog. Sedangkan penempelan lembar teakwood pada bingkai memakai lem kayu yang baik. Pemakuan pada lembar teakwood itu i tu sedapat mungkin dihindari karena paku yang sudah berkarat dakan memberikan pandangan yang kurang sedap, apabila daun pintu diplitur. Selai n bahan penutup dari triplex atau teakwood, dapat juga digunakan plat formica, yang mempunyai lapisan aluminium di dalamnya. Pintu ini banyak digunakan untuk ruang dapur karena dengan mudah dapat dibersihkan dengan air. Ukuran tebal bingkai (rangka pintu) biasanya 3cm dan tebal triplex 0,5cm. Jadi tebal pintu total: 3 + ( 2 x 0,5cm) = 4cm. Untuk memperlancar peredaran udara, di bagian tebal ambang atas dan ambang tengah tengah di bor lobang lobang diameter diameter 8mm atau dengan membuat alur. Lobang udara ini juga dimaksudkan untuk mencegah terjadinya pelembungan pada lembar triplex itu. Belakangan ini banyak rumah-rumah memakai pintu vinir, karena permukaannya betul-betul rata
60
sehingga tidak mempunyai debu, bobotnya ringan, mudah dipelihara, dan pengerjaannya cukup mudah. mudah. (Supribadi, ( Supribadi, tanpa tahun) tahun )
Sumber: Ilmu Bangunan Gedung (tanpa tahun)
Gambar 4l. Potongan daun pintu vinir dengan triplek.
4.9 Macam-macam Ibu Pintu dan Ibu Jendela
Untuk dapat menempatkan daun pintu dengan baik, maka pada dinding perlu dipasangi ibu pintu (kosen pintu) dan begitu pula pada lobang untuk jendela (Supribadi, tanpa tahun). tahun ). Ibu pintu dapat dibuat dari kayu yang merupakan sebuah rangka yang terdiri dari 1 batang ambang atas dan 2 batang tiang. Ukuran kayu yang sering dipakai untuk ibu pintu atau jendela adalah 6/12, 8/12 dan 10/14. Ukuran ini ditentukan terutama oleh syarat-syarat pr aktis (keperluan pembuatannya) dan sedikit-banyaknya dipengaruhi oleh pemberian bentuk berikut segi keindahannya. Salah satu tiang kosen ini dipergunakan untuk menggantungkan daun pintu jendela dengan bantuan 2 atau 3 engsel. Agar daun pintu dapat merapat dengan baik pada kosen dan untuk tidak terjadi celah (tidak tembus pandangan), pada sisi dalam kosen diberi alur atau sponing dengan ukuran lebar pasti 1,5 cm sedangkan dalamnya tergantung dari tebal daun pintu/jendela ditambah pelebaran untuk ruang bebas 3 mm, yang dinamakan verkening. Verkening ini dibuat untuk keperluan supaya kalau
61
daun pintu/jendela sedikit menggeliat terhadap kosen, tidak kelihatan buruk. Jadi dalamnya sponing itu : tebal pintu + verkening sebagai berikut : -
-
Minimum :
tebal pintu
36 mm
+
Maksimum :
40 mm
+
3 mm = +
verkening 39 mm 3 mm =
43 mm
Di tempat pemasangan engsel, juga dibuatkan cekung engsel yang lebar dan dalamnya sangat tergantung dari bentuk serta ukuran dari engsel yang akan digunakan untuk menggantungkan daun pintu/jendela. Pada bagian sisi tiang yang menempel dengan tembok atau kayu dengan spesi diketam sponing kapur yang berbentuk mulut ikan dengan ukuran lebar 5 - 6 cm, dal am 1,5 - 2 cm. Sponing kapur dibuat mulai 5 cm dari sisi bawah ambang atas sampai pada ujung bawah tiang kosen. Dibuatnya sponing kapur untuk mencegah timbulnya lobang celah-celah karena bekerjanya kayu. Dan perlu diingat bahwa antara spesi dengan kayu kayu tidak bisa bersatu dengan baik. Sponing Sponing kapur sengaja dipahat kasar, yang yang nantinya diisi penuh penuh dengan spesi pada waktu kosen dipasang dalam tembok. Apabila bidang sisi kosen nanti tidak berimpit dengan bidang plester tembok (tembok itu menonjol keluar dari bidang sisi kosen), maka pada rusuk luar kosen diketam sporing plester dengan ukuran 1 x 1 cm. Gunanya sporing plester adalah agar lapis-plester la pis-plester mendapat hubungan yang lebih baik dengan kosennya. Bila pintu menutup dengan keras getaran yang ditimbulkannya tidak mengakibatkan terlepasnya lapis plester (gambar 15.b) Pada ambang atas tidak diberi sponing kapur seperti pada tiang kosen, karena : a. Sponing kapur akan merupakan kantong yang dapat menampung air campuran spesi yang dipakai memasang tembok. Dengan adanya pengendapan air spesi mengakibatkan kayu ambang atas menjadi busuk atau lapuk. b. Akan memperlemah kekuatan ambang atas.
62
Untuk memperkuat kedudukan kosen pintu dalam temok, masingmasing tiang kosennya dipasangi 3 buah angker diameter 14 - 16 mm, panjangnya lebih kurang sama dengan panjang bata. Besi angker ini ditanam pada blok beton dengan campuran 1 semen, 2 pasir, 3 kerikil dalam satuan takar. Dibagian ujung bawah tiang kosen dipasangi ompak (neut) sebagai sepatu dari tiang kosen. Ompak terletak diatas sloof dari beton bertulang dengan campuran 1 semen, 2 pasir, 3 krikil sebagai pembungkus baja duk. Diameter baja duk 14 @ 16 mm, panjangnya 15 cm. Baja duk masuk ke dalam tiang kosen 7,5 cm, ke dalam ompak 7,5 cm. Ompak (neut) dimaksudkan untuk mencegah penyisipan air dari bawah ke tiang kosen, disamping juga untuk memperkokoh kedudukan tiang kosen. Untuk dapat mengecor beton untuk ompak, di ujung bawah masing-masing tiang kosennya dibuatkan acuan sebesar ompaknya, yang sekaligus dapat berfungsi sebagai ganjel penahan tiang kosen pada saat penyetelan. Agar kosen tidak mengalami perubahan bentuk pada saat pengangkutan maupun penyetelan, maka perlu diberi penahan dari kayu/ papan. 4.9.1 Ukuran Lebar dan Tinggi Kosen (Ibu Pintu)
Angka-angka yang diambil untuk lebar dan tinggi kosen: a. Pintu daun tunggal : -lebar 80cm, tinggi 200cm -lebar 80cm, tinggi 210cm -lebar 90cm, tinggi 220cm b. Pintu daun dobel : lebar 120cm, 120cm, tinggi 220cm c. Pintu daun empat : lebar 120cm, tinggi 250cm Yang dimaksud dengan: -Lebar: sisi dalam (dag) sampai sisi dalam tiang kosen (ukuran bersih). Sisi
dalam sponing sampai sisi dalam sponing tiang kosen (ukuran sponing = ukuran bersih + (2 x 1,5cm) = lebar daun pintu)
63
-Tinggi: sisi bawah ambang atas sampai permukaan lantai (ukuran bersih).
Sisi bawah sponing ambang atas sampai permukaan lantai (ukuran sponing = tinggi bersih + (1 x 1,5cm) = tinggi daun pintu) (Gambar 15.a.) Pada pembuatan kosen pintu tidak ada ambang bawah, sedangkan pada pembuatan kosen jendela terdapat ambang bawah. Dan pada kosen pintu dengan jendela terang atas terdapat ambang antara. 4.9.2 Hubungan Kosen/ Ibu Pintu dan Ibu Jendela
Hubungan tiang kosen dengan ambang atas pada pintu maupun jendela menggunakan hubungan pen/purus dan lobang. Pada tiang kosen dibuat pen sebesar 1/3 lebar kayu, jadi mempunyai dada ata u pundak. Untuk memperkuat hubungan ini pada ambang atas diperpanjang masing-masing ujungnya 10 15cm, yang berfungsi seperti halnya dengan besi angker, yang dinamakan kupingan (telinga). Kupingan ini diberi alur kapur saling menyilang miring dan bentuknya mengecil ke ujung, bila dipandang dari sisi lebar menyerupai trapesium. Penguncian hubungan tiang dengan ambang atas kosen menggunakan pasak dari kayu atau bambu yang telah kering dan keras. Hubungan tiang kosen dengan ambang bawah pada jendela juga menggunakan pen dan lobang yang dikunci dengan pasak kayu/bambu. Pada ujung ujung ambang bawah dibuat kupingan yang diberi alur kapur. Sisi belakang ambang bawah yang menempel dengan tembok diberi sponing kapur yang berbentuk mulut ikan dengan ukuran lebar 6 cm, dalam 1,5 2 cm. Masing-masing ujung sponing kapur berakhir 5 cm mencapai hubungan pen dan lobang, dengan maksud agar tidak merusak hubungannya. Sebelum kosen seluruh sisinya harus diulas dulu dengan cat menie), agar kosen dari pengaruh iklim, serta pengisapan lembab, panas dan lain-lainnya, yang dapat menyebabkan rusaknya kosen.
64
Sumber: Ilmu Bangunan Gedung (tanpa tahun)
Gambar 4m. Ibu pintu (kusen) tunggal
65
Sumber: Ilmu Bangunan Gedung (tanpa tahun)
Gambar 4n. Potongan dan hubungan tiang kusen dengan ambang atas.
Sumber: Ilmu Bangunan Gedung (tanpa tahun)
Gambar 4o. Hubungan ujung bawah tiang kusen dengan neut.
66
Sumber: Ilmu Bangunan Gedung (tanpa tahun)
Gambar 4p. Ibu jendela (kusen) tunggal.
Sumber: Ilmu Bangunan Gedung (tanpa tahun)
Gambar 4q. Hubungan tiang ibu jendela dengan ambang bawah.
4.9.3 Ibu Pintu dengan Ambang Atas Setengah Lingkaran
Ibu pintu dengan ambang atas melengkung melen gkung setengah lingkaran banyak dipasang pada pintu rumah peristirahatan (rumah-rumah mewah karena dengan pema pintu seperti ini akan menambah bagusnya suatu bangunan Pembuatannya lebih susah jika dibandingkan dengan pembuatan ibu pintu 67
tidak jendela atau ibu biasa (ambang atas datar). data r). Ambang atas lingkaran dapat dibuat dengan satu batang kayu, akan tetapi biasanya disusun dari beberapa bagian, yang dinamakan segmen. segmen. (Supribadi, ( Supribadi, tanpa tahun). Dalam konstruksi sambungannya ambang atas dibagi menjadi tiga bagian yang sama panjang dan sambungan tidak boleh berada pada titik tertinggi dari busur. Pada penyambungan bagian bagian busur membutuhkan ukuran kayu yang lebih besar, karena akan dibuat lengkungan busur. Sisi dalam ambang atas (dag) diketam melengkung, sedangkan pada sisi luar dapat diketam melengkung juga atau dibiarkan lurus begitu saja. Bila sisi luar dibiarkan lurus begitu saja, sponing plester harus diketam melengkung untuk memudahkan pemlesteran Hubungan pada segmen-segmen dilaksanakan dengan pasak dan lobang dobel. Cara lain dapat dilaksanakan dengan pasak lepas dengan kunci atau pasak lepas yang berbentuk ekor burung. Diusahakan pada penyambungan segmen-segmen, serat serat kayunya saling bertemu sehingga kelihatannya serat-serat itu berjalan terus (tidak terputus-putus). Hubungan antara ujung segmen bagian bawah dengan ujung atas tiang ibu pintu dilaksanakan dengan purus lobang 1/3 lebar, Konstruksinya dibuat sedemikian rupa, sehingga dari luar tetap kelihatan rapih damhubungannya tidak kelihatan Pengunciannya dilakukan dengan paku kayu (toog) atau disekrup miring yang tenggelam, Hubungan tiang ibu pintu dengan dinding dapat dibuat sama seperti pada ibu pintu tunggal. Perlu kiranya untuk diketahui bahwa ibu pintu dengan ambang atas setengah lingkaran maupun daun pintunya agak susah dalam pembuatannya, sehingga memerlukan ketelitian dan keterampilan yang tinggi, dengan demikian biaya pembuatannya praktis cukup mahal.oleh karenanya hanya cocok diterapkan untuk rumah-rumah yang agak mewah.
68
69
Sumber: Ilmu Bangunan Gedung (tanpa tahun)
Gambar 4r. Ibu pintu dengan ambang atas setengah lingkaran.
70
Sumber: Ilmu Bangunan Gedung (tanpa tahun)
Gambar 4s. Hubungan segmen kiri dan segmen kanan pada tiang.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan
Bukaan merupakan salah satu unsur padan suatu karya arsitektur yang dapat dibuka tutup atau terus dalam kondisi terbuka. Bukaan memberikan akses sirkulasi bagi makhluk hidup maupun akses masuk bagi faktor alam seperti sinar matahari dan udara. Bukaan terdiri dari pintu, jendela dan ventilasi. Masing-masing memiliki perbedaan dari berbagai segi yaitu : dari segi arsitektural, segi fungsi, segi konstruksi, dan segi ekonomi. Posisi dan ukuran bukaan akan memengaruhi kesan ruangan yang bersangkutan. Setiap bagian dari bukaan menjalankan fungsi yang berbeda, ber beda, yang menunjang dari kelancaran aktivitas di suatu ruangan. Tahapan pemasangan dan konstruksi dari pintu, jendela, dan ventilasi juga berbeda, meski terdapat kesamaan dari segi bahannya. Dari segi ekonomi, dengan adanya daftar harga, haga-harga bahan untuk bukaan hendaknya dapat dijadikan pertimbangan untuk memlih bahan yang sesuai dengan keperluan budget yang tersedia. Kualitas bahan berpengaruh terhadap harga. Semakin bagus kualitas suatu bahan, semakin mahal pula harga bahan tersebut. 5.2. Saran
Perlu ditambahkan sumber referensi lain, untuk menambah wawasan mengenai konstruksi bukaan. Karena bukaan memiliki jenis dan teknik
71
pemasangan yang beragam. Penngetahuan tentang jenis-jenis bahan perlu diperluas, karena dengan pengetahuan yang cukup mengenai jenis-j enis bahan, serta kelebihan dan kekurangan dari tiap bahan maka akan mempermudah proses pemilihan bahan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki.
72
DAFTAR PUSTAKA
Ching D.K.. 2008. Arsitektur: 2008. Arsitektur: Bentuk, Ruang, dan, Tatanan Tatanan.. Jakarta: Penerbit Erlangga. Ching, D.K.. 2008. Ilustrasi 2008. Ilustrasi Konstruksi Bangunan dan Tatanan Tatanan.. Jakarta: Penerbit Erlangga. Frick, Heinz; 2002. Ilmu 2002. Ilmu Konstruksi Perlengkapan dan Utilitas Bangunan. Bangunan . Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Supribadi, IK. Ilmu IK. Ilmu Bangunan Gedung Gedung . Penerbit Armico. Karso, Olih Solihat. Dasar Solihat. Dasar Dasar Desain Interior Pelayanan Umum Umum I . 2010. (http://repo.isidps.ac.id/131/1/Dasar_Dasar_Desain_Interior_Pelayanan_Um um_I.pdf diakses tanggal 28 Februari 2018) Bukaan Ruang. 2010. (http://yell-art.blogspot.co.id/2010/06/bukaan-ruang.html
diakses tanggal 28 Februari 2018)
73