MAKALAH KELOMPOK II KONSEP PREHOSPITAL DAN MANAJEMEN BENCANA BANJIR DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH DASAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DOSEN PEMBIMBING : Ns. IKA SETYORINI, S.Kep., M.Kep
OLEH :
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Secara geografis Indonesia terletak di zona tropis yang memilik dua musim yaitu musim panas dan musim hujan yang ditandai dengan perubahan ekstrim cuaca, suhu dan arah angin. Kondisi ini memiliki potensi untuk menciptakan bahaya hidrometeorologi seperti banjir dan kekeringan. Di Indonesia banjir merupakan bencana yang selalu terjadi setiap tahun terutama pada musim hujan. Banjir pada umumnya terjadi di wilayah Indonesia bagian barat yang menerima curah hujan lebih banyak dibandingkan dengan wilayah Indonesia bagian Timur. Populasi penduduk Indonesia yang semakin padat yang dengan sendirinya membutuhkan ruang yang memadai untuk kegiatan penunjang hidup yang semakin meningkat secara tidak langsung merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya banjir. Bencana banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan sering mengakibatkan mengakibatkan hilangnya nyawa, kerugian harta, dan benda. Bencana memiliki sifat tidak dapat diprediksi serta dapat menimbulkan jatuhnya
daerah BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) tingkat I untuk propinsi dan tingkat II untuk Kabupaten, dimana unsur kesehatan tergabung didalamnya. Sejak tahun 2000 Kementerian Kesehatan RI telah mengembangkan konsep Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) memadukan penanganan gawat darurat mulai dari tingkat pra rumah sakit sampai tingkat rumah sakit dan rujukan antara rumah sakit dengan pendekatan lintas program dan multisektoral. Penanggulangan gawat darurat menekankan respon cepat dan tepat dengan prinsip Time Saving is Life and Limb Saving. Public Safety Care (PSC) sebagai ujung tombak safe community adalah sarana publik/masyarakat yang merupakan perpaduan dari unsur pelayanan ambulans gawat darurat, unsur pengamanan (kepolisian) dan unsur penyelamatan. PSC merupakan penanganan pertama kegawatdaruratan yang membantu memperbaiki pelayanan pra RS untuk menjamin respons cepat dan tepat untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan, sebelum dirujuk ke Rumah Sakit yang dituju. Dalam keadaan sehari-hari maupun bencana, penanganan pasien gadar melibatkan pelayanan pra RS, di RS maupun antar RS sehingga diperlukan penanganan terpadu dan pengaturan dalam system maka ditetapkan SPGDT-S dan SPGDT-B (sehari-hari dan bencana) dalam Kepres dan ketentuan pemerintah lainnya
1.5. Sistematika penulisan
Sistematika penulisan pada makalah ini adalah 1.5.1. Bab 1 : Pendahuluan, yang mencakup latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan 1.5.2. Bab 2 : Tinjauan Teori 1.5.3. Bab 3 : Pembahasan 1.5.4. Bab 4 : Penutup yang mencakup kesimpulan dan saran
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1. Konsep Bencana
Menurut UU No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologi.
2.2. Definisi Bencana Banjir
Banjir adalah ancaman musiman yang terjadi apabila meluapnya tubuh air dari saluran yang ada dan menggenangi wilayah sekitarnya. Banjir adalah ancaman alam yamng paling sering terjadi dan paling banyak merugikan dari segi kemanusiaan maupun ekonomi (IDEP, 2007). Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba yang disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai maupun karena pengundulan hutan disepanjang
Koordinasikan melalui RT/RW, Dewan Kelurahan setempat, dan LSM untuk pengadaan tali, tambang, perahu karet dan pelampung guna evakuasi.
Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna memudahkan mencari informasi, meminta bantuan atau melakukan konfirmasi.
Di Tingkat Keluarga
Simak informasi terkini melalui TV, radio atau peringatan Tim Warga tentang curah hujan dan posisi air pada pintu air.
Lengkapi dengan peralatan keselamatan seperti: radio baterai, senter, korek gas dan lilin, selimut, tikar, jas hujan, ban karet bila ada.
Siapkan bahan makanan mudah saji seperti mi instan, ikan asin, beras, makanan bayi, gula, kopi, teh dan persediaan air bersih.
Siapkan obat-obatan darurat seperti: oralit, anti diare, anti influenza.
Amankan dokumen penting seperti: akte kelahiran, kartu keluarga, buku tabungan, sertifikat dan benda-benda berharga dari jangkauan air dan tangan jahil.
Yang harus dilakukan saat banjir:
Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan aliran
b. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror. 2. RESPONSE
Fase respon ini merupakan implementasi dari rencana kegiatan penanggulangan bencana yang meliputi tindakan untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kerusakan harta benda, serta menjaga lingkungan selama keadaan bencana. Fase respon ini merupakan tindakan dari perencanaan yang telah dibuat. 3. RECOVERY
Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi. Selain itu, recovery ini merupakan kegiatan untuk menggali komunitas/masyarakat untuk kembali pada perasaan
7. PREPAREDNESS / kesiapsiagaan Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. Fase ini mengakhiri implementasi/operasi, sistem peringatan dini dan membangun kapasitas yang ada sehingga populasi/masyarakat akan berespon sesuai ketika peringatan dini diberikan.
2.3. Penanggulangan Bencana Banjir di Indonesia
Menurut UU no 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana, penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 (tiga) tahap meliputi: A. prabencana B. saat tanggap darurat C. pascabencana.
3) Pengembangan budaya sadar bencana 4) Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana 5) Penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana. c) Pencegahan, meliputi: 1) Identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana 2) Kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber bahaya bencana; 3) Pemantauan penggunaan teknologi yang secara tiba-tiba dan/atau berangsur berpotensi menjadi sumber ancaman atau bahaya bencana; 4) Pengelolaan tata ruang dan lingkungan hidup 5) Penguatan ketahanan sosial masyarakat. d) Pemaduan dalam perencanaan pembangunan Pemaduan penanggulangan bencana dalam perencanaan pembangunan dilakukan dengan cara mencantumkan unsur-unsur rencana dalam rencana pembangunan
penanggulangan bencana ke
pusat dan daerah. Rencana penanggulangan
2. Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam situasi terdapat potensi terjadi bencana meliputi: a. Kesiapsiagaan Kesiapsiagaan dilakukan untuk memastikan upaya yang cepat dan tepat dalam menghadapi kejadian bencana. Kesiapsiagaan dilakukan melalui:
1) Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana 2) Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini 3) Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar 4) Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi
tentang mekanisme
tanggap darurat
5) Penyiapan lokasi evakuasi 6) Penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tetap tanggap darurat bencana
7) Penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.
B.
Tanggap Darurat
Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi: a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya; Pengkajian secara cepat dan tepat dilakukan untuk mengidentifikasi: 1)
Cakupan lokasi bencana
2)
Jumlah korban
3)
Kerusakan prasarana dan sarana
4)
Gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan
5)
Kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
b. Penentuan status keadaan darurat bencana; Dalam hal status keadaan darurat bencana ditetapkan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan badan penanggulangan bencana daerah mempunyai kemudahan akses yang meliputi: 1) Pengerahan sumber daya manusia 2) Pengerahan peralatan 3) Pengerahan logistik
6)
Penampungan dan tempat hunian.
Penanganan masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana dilakukan dengan kegiatan meliputi pendataan, penempatan pada lokasi yang aman, dan pemenuhan kebutuhan dasar. e. Pelindungan terhadap kelompok rentan Pelindungan terhadap kelompok rentan dilakukan dengan memberikan prioritas kepada kelompok rentan berupa penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan, dan psikososial. Kelompok rentan terdiri atas: 1) bayi, balita, dan anak-anak 2) ibu yang sedang mengandung atau menyusui 3) penyandang cacat 4) orang lanjut usia. f. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital. Pemulihan fungsi prasarana dan sarana vital dilakukan dengan memperbaiki dan/atau mengganti kerusakan akibat bencana.
4) Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan bencana 5) partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, dan masyarakat 6) Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya 7) Peningkatan fungsi pelayanan publik 8) Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
2.4. Pre Hospital dalam Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Bencana
Dalam keadaan sehari-hari maupun bencana, penanganan pasien gadar memerlukan penanganan terpadu dan pengaturan dalam system yang ditetapkan SPGDT-S dan SPGDT-B (sehari-hari dan bencana) dalam Kepres dan ketentuan pemerintah lainnya. Sistem Pelayanan gawat Darurat Terpadu (SPGDT) yang ada, jika bencana massal terjadi dengan korban banyak, maka pelayanan gawat darurat harian otomatis ditingkatkan fungsinya menjadi pelayanan gawat darurat dalam bencana (SPGDB) SPGDT adalah Sistem penanggulangan pasien gadar yang terdiri dari unsur,
1.
Sistem pelayanan Medik Pra RS / Pre Hospital Stage
Pelayanan pra hospital dilakukan dengan mendirikan PSC, BSB dan pelayanan ambulans dan komunikasi. a. PSC (Public Safety Center ) Merupakan pusat pelayanan yang menjamin kebutuhan masyarakat dalam hal-hal yang berhubungan dengan kegadaran, termasuk pelayanan medis yang dapat dihubungi dalam waktu singkat dimanapun berada. Merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan, yang bertujuan untuk mendapatkan respons cepat ( quick response ) terutama pelayanan pra RS. PSC didirikan masyarakat untuk kepentingan
masyarakat. Pengorganisasian dibawah Pemda dengan sumber daya manusia dari berbagai unsur tersebut, ditambah masyarakat yang bergiat dalam upaya pertolongan bagi masyarakat, biaya dari masyarakat. Kegiatan menggunakan perkembangan teknologi, pembinaan untuk memberdayakan potensi masyarakat, komunikasi untuk keterpaduan kegiatan. Kegiatan lintas sektor. PSC berfungsi sebagai respons cepat penangggulangan gadar. b. BSB.
b. Eskalasi dan mobilisasi sumber daya Dilakukan dengan mobilisasi SDM, fasilitas dan sumber daya lain sebagai pendukung pelayanan kesehatan bagi korban. c. Simulasi Diperlukan protap, juklak, juknis yang perlu diuji melalui simulasi apakah dapat diimplementasikan pada keadaan sebenarnya. d
Pelaporan, monitoring, evaluasi Penanganan bencana didokumentasikan dalam bentuk laporan dengan sistematika yang disepakati. Data digunakan untuk monitoring dan evaluasi keberhasilan atau kegagalan, hingga kegiatan selanjutnya lebih baik.
Komponen Pra Rumah Sakit:
1. Sub Sistem Sumber Daya Manusia • Keberhasilan penanganan penderita gawat darurat sangat dipengaruhi oleh kecepatan & ketepatan penderita mendapatkan pertolongan, serta kecepatan minta bantuan tenaga medis.nKarena biasanya penderita gawat darurat ini ditemukan oleh orang awam, maka
- Resusitasi Jantung Paru - Cara memasang bidai - Cara transportasi. • Tenaga paramedis , kemampuan yang harus dimiliki : - Resusitasi pernafasan - Sistem sirkulasi - Sistem vaskuler - Sistem saraf - Sistem imunologi - Sistem gastro intestinal - Sistem skeletal - Sistem kulit - Sistem reproduksi - Sistem farmakologi / toksikologi - Sistem organisasi • Tenaga Medis / Dokter Umum
- Rakit - Modern : - Perahu motor - Ambulans laut * Udara : - Rotary wing / Helikopter - Fixed Wing / pesawat terbang 3. Sub sistem komunikasi Tujuan : - Memudahkan masyarakat minta pertolongan. - Mengatur, membimbing, pertolongan medis di tempat kejadian & selama perjalanan ke Rumah Sakit. - Mengkoordinir pada musibah massal Jenis Komunikasi: - Telepon, Faximile, Teleks - Radio Komunikasi - Komputer / internet 2. Sistem Pelayanan Medik di RS
BAB III PEMBAHASAN
Di Indonesia banjir merupakan bencana yang selalu terjadi setiap tahun terutama pada musim hujan, sehingga ketika musim hujan telah datang walaupun belum merata dan berlangsung hanya beberapa saat, sebagian masyarakat Indonesia sudah mengalami kepanikan, khususnya masyarakat yang berada didaerah rawan banjir. Selain itu, kedalaman air pada bencana banjir juga membuat kondisi seseorang sangat rentan karena mempengaruhi kondisi fisik maupun mental seseorang. Kelelahan, stres dan kondisi yang tidak sehat menyebabkan seseorang mudah terserang penyakit. Kerugian yang ditimbulkan tidak saja materi tetapi juga jiwa manusia. Ketika banjir telah datang akan timbul berbagai macam masalah salah satunya adalah timbul banyak pengungsi yang menempati barak-barak dan tempat penampungan darurat (Kusumaratna, 2003). Sebagian besar keadaan lingkungan ditempat pengungsian juga bermasalah yaitu sangat tidak memadai, terlalu padat, ventilasi udara minim, fasilitas yang ada kurang, dan keterbatasan sumber air minum bersih. Tidak hanya masalah tempat pengungsian saja,
juga tingkat di tingkat perencanaan kebijakan, termasuk partisipasi masyarakat dan stakeholder (Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat UI, 2003).
Selama ini jika diamati penanganan bencana di Indonesia terfokus pada respon darurat saja. Gerakan bantuan yang dikoordinasi masyarakat awam terfokus pada penggalangan bantuan untuk kondisi darurat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penanggulangan bencana di Indonesia selalu menggunakan pendekatan yang bersifat responsif, yakni baru melakukan upaya penanganan pada saat dan setelah terjadi bencana itu terjadi. Namun, saat ini telah terjadi pergeseran paradigma penanggulangan bencana tersebut dari yang bersifat responsif menjadi preventif, yakni melakukan upaya-upaya yang mengutamakan pengurangan resiko bencana, melalui upaya-upaya pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan sebelum terjadinya bencana (Maarif, 2010). Oleh karena itu, penanggulangan bencana tidak hanya bersifat reaktif (baru melakukan setelah terjadi bencana), tetapi penanggulangan bencana juga bersifat antisipatif dengan melakukan pengkajian dan tindakan pencegahan untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya bencana. Untuk penanganan bencana juga meliputi pra bencana, pada saat terjadi bencana, dan pasca bencana. Selain itu, manajemen bencana juga bukan hanya menjadi tanggung jawab dari pemerintah saja,
terduga (unpredictable) sehingga kesiapsiagaan saja belum cukup. Tim Kampung Siaga Bencana penting untuk mempersiapkan kegiatan baik sebelum bencana, pada saat dan pasca bencana, sebagai bagian tak terpisahkan antar tahap satu dengan tahap lainnya (Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam, 2011). Kampung Siaga Bencana merupakan program nasional yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Dalam KSB ini masyarakat yang berada di daerah rawan bencana diberdayakan dengan cara meningkatkan kapasitas mereka dan sekaligus menginisiasi adanya suatu prasarana penanggulangan bencana tingkat komunitas seperti Lumbung Sosial Penanggulangan Bencana, Gardu Sosial yang didalamnya dilengkapi cara-cara lokal (setempat) dalam menanggulangi bencana serta identifikasi potensi dan sumberdaya lokal untuk penanggulangan bencana (Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam, 2011). Menurut tahapnya, kegiatan Kampung Siaga Bencana dapat dibedakan menjadi tiga tahap, yaitu sebelum, pada saat dan sesudah bencana. 1. Sebelum bencana Kegiatan sebelum bencana berfokus pada pengenalan dan potensi sumberdaya yang ada pada masyarakat, ancaman dan resiko bencana yang mungkin timbul akibat suatu
bencana. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan pada saat terjadi bencana oleh Tim Kampung Siaga Bencana meliputi antara lain: a. Mempersiapkan tugas setiap seksi (tim). Untuk pembentukan seksi/bagian paling tidak terdapat beberapa bagian seksi yaitu: 1) bagian evakuasi 2) bagian dapur umum 3) bagian logistik 4) bagian hunian sementara 5) Bagian komunikasi b. Membantu menangani korban bencana seperti mempersiapkan dan atau mendirikan tenda, dapur umum umum lapangan, pos komunikasi terpadu, mengurus jenazah, menolong orang yang mengalami gangguan jiwa. Beberapa hal penting yang perlu mendapatkan perhatian saat terjadi bencana: a. Penanganan Korban Bencana b. Penanganan Jenazah
BAB IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Penanggulangan bencana banjir di Indonesia hendaknya tidak lagi bersifat responsif namun perlu bergeser menjadi tindakan preventif. Tindakan ini perlu dilakukan karena sifat bencana yang unpredictable, sehingga masyarakat yang berada didaerah rawan banjir akan lebih siap dan dapat mengantisipasi timbulnya bencana. Sehingga
dalam
penanggulangannya
bukan
hanya
menjadi
tanggung
jawab
pemerintah saja, namun perlu melibatkan peran dari masyarakat serta stakeholder . Dengan melibatkan semua sektor maka jatuhnya korban akibat bencana banjir dapat diminimalisir.
4.2
Saran
Sebagai perawat perlu untuk ikut terlibat dalam mempersiapkan masyarakat untuk menghadapi bencana, karena dengan demikian kita ikut berkontribusi dalam
DAFTAR PUSTAKA
Badan
Nasional
Penanggulangan
Bencana.
(2012).
Banjir.
Diakses
dari
http:/ /www.bnpb.go.id/
Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat UI. (2003). Kajian Kebijakan Penanggulangan Banjir:Partisipasi Masyarakat. http://www. air.bappenas.go.id/
Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam. (2011). Petunjuk Teknis Kampung Siaga Bencana (KSB). http://www.depsos.go.id/
IDEP.
2007.
Panduan
Umum
Penanggulangan
Bencana
Berbasis
Masyarakat.
http://www.idepfoundation.org/pbbm
Kusumaratna, rina. 2003. Profil Penanganan Kesehatan Selama dan Sesudah Banjir di Jakarta. J Kedokteran Trisakti, 22(3), 92-95
Maarif, syamsul. 2010. Bencana dan Penanggulangannya Tinjauan dari Aspek Sosiologis. Jurnal Dialog Penanggulangan Bencana, 1(4), 4
www.centroone.com. 2011. Indonesia ‘dihajar’ 1.598 Bencana
UU No 24 Tahun 2007 diakses dari http://www.pacificdisastermanagement.kemlu.go.id
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MANAJEMEN BENCANA BANJIR BERBASIS MASYARAKAT Tujuan : 1. Adanya acuan dalam penyelenggaraan Kampung Siaga Bencana yang sesuai d engan kebijakan Kementerian Sosial 2. Terimplementasinya pelaksanaan Kampung Siaga Bencana yang sinergis antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota Dasar Hukum: 1. UU No.32 tahun 2004 2. UU No.33 tahun 2004 3. UU No.17 tahun 2007 4. UU No.25 tahun 2004 5. UU No.24 tahun 2007 6. UU No.11 tahun 2009 7. UU No.13 tahun 2011 8. UU No.58 tahun 2005 9. UU No.65 tahun 2005 10. PP No.38 tahun 2007 11. PP No.21 tahun 2008 12. PP No.7 tahun 2008 13. PP No.54 tahun 2010 14. PP No.129/HUK/2008 15. PP No.111/HUK/2009 16. PP No.80/HUK/2010 17. PP No.86/HUK/2010 18. Permensos No.128 tahun 2011
SIKLUS NO PENANGGULANGAN BENCANA
1
Pra Bencana
PENGERTIAN
PROSEDUR TINDAKAN
Berfokus pada pengenalan potensi dan a. Merperkirakan resiko bencana banjir: sumberdaya yang ada pada masyarakat, 1. Membuat profil desa ancaman dan resiko bencana yang 2. Penilaian ancaman : jenis ancaman; penyebab; tanda awal; perkiraan mungkin timbul akibat suatu peristiwa kekuatan,kecepatan, frekuensi dan luas wilayah; perkiraan waktu bencana serta mempersiapkan kedatangan/timbulnya banjir; dampak yang merugikan masyarakat sewaktu-waktu terjadi 3. Penilaian kerentanan dan kemampuan bencana (kesiapsiagaan) 4. Penilaian besarnya resiko kemungkinan bencana banjir b. Mempersiapkan pembagian tugas/seleksi Tim Peringatan Dini Tim Evakuasi Tim Komunikasi Tim Pengungsian c. Penyusunan dan pelaksanaan kegiatan gladi/simulasi penanggulangan bencana banjir d. Penyusunan SOP yang mencakup beberapa aspek penting diantaranya: Kerawanan bencana banjir Pembagian tugas yang terdiri dari seksi-seksi Metode evakuasi masyarakat pada saat ada potensi banjir dan saat banjir Metode penanganan korban bencana banjir pada k elompok rentan, seperti: ibu hamil, anak-anak penyandang cacat, dan lansia Pendirian tenda dan atau shelter Pendirian dapur umum lapangan Lokasi pusat kendali lapangan Pengujian SOP Pemberian pertolongan langsung a. Mempersiapkan tugas setiap seksi Bagian evakuasi kepada korban bencana yaitu mempraktekkan apa yang sudah Bagian dapur umum disusun sebelum bencana banjir Bagian logistik
2
Saat bencana
b. Membantu menangani korban bencana Penanganan korban bencana dengan mengidentifikasi berdasarkan kondisi untuk menentukan pemberian pertolongan pertama: 1. KR = kritis Perawatan langsung, korban kritis diutamakan dan secepatnya dibawa ke rumah sakit terdekat 2. DR = darurat Perawatan segera, korban yang darurat segera diberi bantuan u ntuk meringankan penderitaan dan secepatnya dibawa ke rumah sakit terdekat 3. NK = Non-kritis Bisa menunggu perawatan. Korban yang tidak kritis sebaiknya ditempatkan ditempat terlindung dan diberikan pertolongan pertama 4. TH = Tanpa harapan Meninggal atau tidak bisa d irawat. Korban yang tanpa harapan ditempatkan dilokasi khusus Penanganan jenasah Pendirian tenda dan atau shelter c. Pencarian orang hilang d. Pendampingan terhadapa kelompok rentan seperti anak-anak usia dibawah 5 tahun, perempuan hamil dan menyusui, penyandang cacat, orang lanjut usia, orang sakit yang memerlukan transportasi khusus atau o bat Menganalisa kebutuhan seperti: a. Tempat tinggal atau beratap (setiap orang membutuhkan tempat berteduh 2 3,5 m ) b. Air bersih untuk minum dan mencuci c. Penyimpanan bantuan d. Kebutuhan rasa aman e. Penerangan listrik
3
Pasca bencana
Kegiatan pemulihan
Bagian hunian sementara Bagian komunikasi
f.
Konsultasi kejiwaan (psikolog, pekerja sosial, tokoh agama)