MAKALAH MANAJEMEN BENCANA ( BENCANA BANJIR )
Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen BencanaDi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ( STIKes ) Indramayu
KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan judul “Manajemen Bencana ”. Makalah ini dibuat untuk menambah wawasan dan penulis dalam penanggulan bencana di Indonesia. Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masihjauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya dengan segala s egala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki dimil iki sehingga dapat selesai dengan baik.Oleh sebab itu, penulis dengan rendah hati menerima saran dan kritik guna penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan memberikan referensi yang bermakna bagi para pembaca.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Secara geografis Indonesia terletak di zona tropis yang memilik dua musim yaitu musim panas dan musim hujan yang ditandai dengan perubahan ekstrim cuaca, suhu dan arah angin. Kondisi ini memiliki potensi untuk menciptakan bahaya hidrometeorologi seperti banjir dan kekeringan. Di Indonesia banjir merupakan bencana yang selalu terjadi setiap tahun terutama pada musim hujan. Banjir pada umumnya terjadi di wilayah Indonesia bagian barat yang menerima curah hujan lebih banyak dibandingkan dengan wilayah Indonesia bagian Timur. Populasi penduduk Indonesia yang semakin padat yang dengan sendirinya membutuhkan ruang yang memadai untuk kegiatan penunjang hidup yang semakin meningkat secara tidak langsung merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya banjir. Bencana banjir merupakan kejadian alam yang dapat
daerah resapan air) penggundulan hutan, pembuangan sampah kedalam sungai dsb. Bencana pada dasarnya karena gejala alam dan akibat ulah manusia. Untuk mencegah terjadinya akibat dari bencana, khususnya untuk mengurangi dan menyelamatkan korban bencana, diperlukan suatu cara penanganan yang jelas (efektif, efisien dan terstruktur) untuk mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana. Ditingkat nasional ditetapkan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), di tingkat daerah BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) tingkat I untuk propinsi dan tingkat II untuk Kabupaten, dimana unsur kesehatan tergabung didalamnya.Sejak tahun 2000 Kementerian Kesehatan RI telah mengembangkan konsep Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) memadukan penanganan gawat darurat mulai dari tingkat pra rumah sakit sampai tingkat rumah sakit dan rujukan antara rumah sakit dengan pendekatan lintas program dan multisektoral. Penanggulangan gawat darurat menekankan respon cepat dan tepat dengan prinsip
1.2.2. Tujuan khusus 1.2.2.1.Memahami konsep pre hospital 1.2.2.2.Memahami konsep bencana 1.2.2.3.Memahami konsep banjir 1.2.2.4.Mengetahui manajemen bencana 1.2.2.5.Mengetahui manajamen bencana banjir di Indonesia
1.3. Ruang lingkup penulisan
Ruang lingkup penulisan makalah ini adalah manajemen bencana banjir di Indonesia
1.4. Metode penulisan
Metode penulisan dilakukan dengan cara studi literature dan jurnal
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1. Konsep Bencana
Menurut UU No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologi.
2.2. Definisi Bencana Banjir
Banjir adalah ancaman musiman yang terjadi apabila meluapnya tubuh air
Menurut Bakornas BNPB, 2012, yang harus dilakukan sebelum banjir meliputi: Di Tingkat Warga
Bersama aparat terkait dan pengurus RT/RW terdekat bersihkan lingkungan sekitar Anda, terutama pada saluran air atau selokan dari timbunan sampah.
Tentukan lokasi Posko Banjir yang tepat untuk me ngungsi lengkap dengan fasilitas dapur umum dan MCK, berikut pasokan air bersih melalui koordinasi dengan aparat terkait, bersama bersam a pengurus RT/RW di lingkungan Anda.
Bersama pengurus RT/RW di lingkungan l ingkungan Anda, segera bentuk tim penanggulangan banjir di tingkat tingkat warga, seperti pengangkatan Penanggung Penanggung Jawab Posko Banjir.
Koordinasikan melalui RT/RW, Dewan Kelurahan sete mpat, dan LSM
Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan aliran listrik di wilayah yang terkena bencana,
Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih memungkinkan untuk diseberangi.
Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus banjir. Segera mengamankan barang-barang berharga ketempat ketempat yang lebih tinggi.
Jika air terus meninggi hubungi instansi yang terkait dengan penanggulangan bencana seperti Kantor Kepala Kepala Desa, Lurah ataupun Camat.
Yang Harus Dilakukan Setelah Banjir
Secepatnya membersihkan rumah, dimana lantai pada umumnya tertutup lumpur dan gunakan antiseptik untuk membunuh kuman penyakit.
Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare yang sering berjangkit setelah kejadian banjir.
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan/atau
faktor
nonalam
maupun
faktor
manusia
sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Ada 3 macam bencana, yaitu : a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah langsor. b. Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror. 2. RESPONSE
5. RISK REDUCTION Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana. Selain itu Risk reduction reduction merupakan suatu antisipasi untuk mengukur mengukur dan dan kegiatan yang dapat digunakan untuk menghindari resiko lebih lanjut dari bencana. 6. PREVENTION Pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan risiko bencana, baik melalui pengurangan ancaman bencana maupun kerentanan pihak yang terancam bencana. Mencegah /prevention juga merupakan kegiatan menghindari bencana pada 11 jam.
7. PREPAREDNESS / kesiapsiagaan Kesiapsiagaan
adalah
serangkaian
kegiatan
yang
dilakukan
untuk
Sesuai Pasal 34UU no 24 tahun ta hun 2007, penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahapan prabencana meliputi: a. Dalam situasi tidak terjadi bencana : meliputi a) Perencanaan penanggulangan bencana meliputi: 1) Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana; 2) Pemahaman tentang kerentanan masyarakat; 3) Analisis kemungkinan dampak bencana; 4) Pilihan tindakan pengurangan risiko bencana; 5) Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana; dan 6) Alokasi tugas, kewenangan, dan sumber daya da ya yang tersedia. b) pengurangan risiko bencana; Pengurangan risiko bencana dilakukan untuk mengurangi dampak buruk yang mungkin timbul, terutama dilakukan dalam situasi sedang tidak terjadi bencana, dimana meliputi:
d) Pemaduan dalam perencanaan pembangunan Pemaduan penanggulangan bencana dalam perencanaan pembangunan dilakukan
dengan
cara
mencantumkan
unsur-unsur
rencana
penanggulangan bencana ke dalam rencana pembangunan pusat dan daerah. Rencana penanggulangan bencana ditinjau secara berkala, penyusunan rencana penanggulangan bencana dikoordinasikan oleh Badan dan setiap kegiatan pembangunan yang mempunyai risiko tinggi yang menimbulkan bencana dilengkapi dengan analisis risiko bencana sebagai bagian dari usaha penanggulangan bencana sesuai dengan kewenangannya. e) Persyaratan analisis risiko bencana Persyaratan analisis risiko bencana disusun dan ditetapkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana. Pemenuhan syarat analisis risiko bencana ditunjukkan dalam dokumen yang disahkan oleh pejabat pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Badan
1) Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan bencana
2) Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan kebutuhan 3) Penyediaan dan dasar
4) Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan, dan gladi
tentang
mekanisme tanggap darurat
5) Penyiapan lokasi evakuasi 6) Penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur tetap tanggap darurat bencana
7) Penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana. b.
Peringatan dini Peringatan dini dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat dan tepat
a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya; Pengkajian secara cepat dan tepat dilakukan untuk mengidentifikasi: 1)
Cakupan lokasi bencana
2)
Jumlah korban
3)
Kerusakan prasarana dan sarana
4)
Gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan
5)
Kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
b. Penentuan status keadaan darurat bencana; Dalam hal status keadaan darurat bencana ditetapkan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan badan penanggulangan bencana daerah mempunyai kemudahan akses yang meliputi: 1) Pengerahan sumber daya manusia 2) Pengerahan peralatan 3) Pengerahan logistik
5)
Pelayanan psikososial
6)
Penampungan dan tempat hunian.
Penanganan masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana dilakukan dengan kegiatan meliputi pendataan, penempatan pada lokasi yang aman, dan pemenuhan kebutuhan dasar.
e. Pelindungan terhadap kelompok rentan Pelindungan terhadap kelompok rentan dilakukan dengan memberikan prioritas kepada kelompok rentan berupa penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan, dan psikososial. Kelompok rentan terdiri atas: 1) bayi, balita, dan anak-anak 2) ibu yang sedang mengandung atau menyusui 3) penyandang cacat 4) orang lanjut usia.
10) Pemulihan fungsi pelayanan publik. b.
Rekonstruksi dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik, meliputi: 1) Pembangunan kembali prasarana dan sarana 2) Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat 3) Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat 4) Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik dan tahan bencana 5) partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, dan masyarakat 6) Peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya 7) Peningkatan fungsi pelayanan publik 8) Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
2.4. Pre Hospital dalam Sistem Penanggulangan Penanggulangan Gawat Darurat Bencana
Injury & Dissaster
Pre Hospital Stage
Emergency Room Operating Room Intensif Care Unit Ward Care Sistem pelayanan Medik Pra RS / Pre Hospital Stage
First Responder Ambulance Service 24 jam
Hospital Stage
Rehabilitation
Fisical Psycological Social
1.
Pelayanan pra hospital dilakukan dengan mendirikan PSC, BSB dan pelayanan ambulans dan komunikasi. a. PSC ( Public Safety Center ) Merupakan pusat pelayanan yang menjamin kebutuhan masyarakat dalam hal-hal yang berhubungan dengan kegadaran, termasuk pelayanan medis yang dapat dihubungi dalam waktu singkat dimanapun berada. Merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan, yang bertujuan untuk mendapatkan respons cepat (quick (quick response) response) terutama pelayanan pra RS. PSC didirikan
Terdiri dari jejaring informasi, koordinasi dan pelayanan gadar hingga seluruh kegiatan berlangsung dalam sistem terpadu. Pembinaan dilakukan pada
berbagai
pelatihan
untuk
meningkatan
kemampuan
dan
keterampilan bagi dokter, perawat, awam khusus. Penyuluhan bagi awam.
Pelayanan pada bencana, terutama pada korban massal diperlukan :
a. Koordinasi, komando. Kegiatan koordinasi dan komando melibatkan unit lintas sektor. Kegiatan akan efektif dan efisien bila dalam koordinasi dan komando yang disepakati bersama. b. Eskalasi dan mobilisasi sumber daya Dilakukan dengan mobilisasi SDM, fasilitas dan sumber daya lain sebagai pendukung pelayanan kesehatan bagi korban. c. Simulasi
- Guru - Pelajar - Pengemudi kendaraan - Petugas hotel, restoran.
Awam khusus : - Anggota polisi - Anggota pemadam kebakaran - SATPAM - HANSIP - Petugas DLLAJR - Aparat SAR - PMR • Untuk orang awam sebaiknya mempunyai ketrampilan :
- Seperti paramedis tetapi lebih mendalam 2. Sub sistem transportasi Bertujuan memindahkan pasien dari tempat kejadian atau mendekatkan fasilitas pelayanan kesehatan ke penderita gawat darurat.
Prinsip : - Tidak boleh memperberat keadaan umum penderita. - Dikerjakan bila keadaan umum sudah stabil - Ke tempat pelayanan yang terdekat & tepat Sarana: * Darat : - Tradisional : - Orang - Tandu - Kereta kuda - Modern : - Kendaraan Umum
- Radio Komunikasi - Komputer / internet
2. Sistem Pelayanan Medik di RS Yang perlu dilakukan dalam system pelayanan medik di rumah sakit adalah
a. Perlu sarana, prasarana, BSB, UGD, HCU, ICU, penunjang dll. b. Perlu Hospital Disaster Plan, Plan, untuk akibat bencana dari dalam dan luar RS. c. Transport intra RS d. Pelatihan, simulasi dan koordinasi adalah kegiatan yang menjamin peningkatan kemampuan
SDM, kontinuitas dan peningkatan pelayan
medis. e. Pembiayaan diperlukan dalam jumlah cukup.
BAB III PEMBAHASAN
Di Indonesia banjir merupakan bencana yang selalu terjadi setiap tahun terutama pada musim hujan, sehingga ketika musim hujan telah datang walaupun belum merata dan berlangsung hanya beberapa saat, sebagian masyarakat Indonesia sudah mengalami kepanikan, khususnya masyarakat yang berada didaerah rawan banjir. Selain itu, kedalaman air pada bencana banjir juga membuat kondisi seseorang sangat rentan karena mempengaruhi kondisi fisik maupun mental seseorang. Kelelahan, stres dan kondisi yang tidak sehat
Terjadinya serangkaian bencana banjir dalam kurun waktu yang relatif pendek dan selalu terulang setiap tahunnya menuntut upaya lebih besar untuk mengantisipasinya sehingga kerugian yang ditimbulkannya dapat diminimalkan. Kebijakan sektoral, sentralistik, dan top-down tanpa top-down tanpa melibatkan masyarakat sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan global yang menuntut adanya desentralisasi, demokrasi, dan partisipasi partisipasi stakeholder terutama masyarakat yang terkena dampak bencana (Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat UI, 2003). Selain itu, penanggulangan banjir di Indonesia mencakup kegiatan yang sangat kompleks dan bersifat lintas sektor. Oleh karena itu agar penanggulangan banjir lebih integratif dan efektif maka diperlukan tidak hanya koordinasi ditingkat pelaksanaan tetapi juga tingkat di tingkat perencanaan kebijakan, termasuk partisipasi
masyarakat
dan stakeholder
( Direktorat Direktorat
Pengabdian
Kepada
Masyarakat UI, 2003). Selama ini jika diamati penanganan bencana di Indonesia terfokus pada respon darurat saja. Gerakan bantuan yang dikoordinasi masyarakat awam
Menurut Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam, 2011, penanggulangan bencana berbasis masyarakat merupakan upaya terorganisir atas kegiatan masyarakat dalam penanggulangan bencana yang dimulai dari sebelum, pada saat dan sesudah bencana dengan cara mengutamakan pemanfaatan sumberdaya lokal baik berbentuk sumber daya manusia yang terlatih ( skilled ( skilled ), ), alam dan sarana dan prasarana yang ada pada masyarakat tersebut dengan tujuan mengurangi risiko/dampak yang mungkin timbul akibat peristiwa bencana. Kampung Siaga Bencana (KSB) adalah suatu model penanggulangan bencana berbasis masyarakat yang diinisiasi oleh Kementerian Sosial bersama dengan masyarakat untuk mewadahi kegiatan penanggulangan bencana yang dilakukan oleh masyarakat, dibentuk di daerah rawan bencana dengan cara melibatkan seluruh elemen yang ada pada masyarakat, dimana prinsip utama pelaksanaan KSB adalah mengutamakan kemandirian masyarakat. Pada dasarnya das arnya kegiatan Kampung Siaga Bencana menekankan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana. Artinya kesiapsiagaan masyarakat menjadi pokok kegiatan
1. Sebelum bencana Kegiatan sebelum bencana berfokus pada pengenalan dan potensi sumberdaya yang ada pada masyarakat, ancaman dan resiko bencana yang mungkin timbul akibat suatu peristiwa bencana serta mempersiapkan masyarakat sewaktu-waktu terjadi bencana (kesiapsiagaan). Merencanakan kegiatan sebelum bencana yang meliputi: a. Mempersiapkan pembagian tugas/seksi Tim Kampung Siaga Bencana b. Menyususun dan melaksanakan kegiatan gladi/simulasi penanggulangan bencana c. Menyusun SOP mencakup beberapa aspek penting yaitu: 1) Kerawanan bencana 2) Pembagian tugas yang terdiri dari seksi-seksi 3) Menyusun jalur evakuasi 4) Metode Evakuasi masyarakat pada saat ada potensi bencana dan saat bencana
3) bagian logistik 4) bagian hunian sementara 5) Bagian komunikasi b. Membantu menangani korban bencana seperti mempersiapkan dan atau mendirikan tenda, dapur umum umum lapangan, pos komunikasi terpadu, mengurus jenazah, menolong orang yang mengalami gangguan jiwa. Beberapa hal penting yang perlu mendapatkan perhatian saat terjadi bencana: a. Penanganan Korban Bencana b. Penanganan Jenazah c.Mendirikan tenda atau shelter d.Pencarian orang hilang e.Pendampingan terhadap kelompok rentan 3. Sesudah bencana Pasca bencana berkaitan erat dengan kegiatan pemulihan. Sebelum meminta bantuan dari pihak luar Tim Kampung Siaga Bencana dapat mengidentifikasi
BAB IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Penanggulangan bencana banjir di Indonesia hendaknya tidak lagi bersifat responsif namun perlu bergeser menjadi tindakan preventif. Tindakan ini perlu dilakukan karena sifat bencana yang unpredictable, unpredictable, sehingga masyarakat yang berada didaerah rawan banjir akan lebih siap dan
dapat
mengantisipasi
timbulnya
bencana.
Sehingga
dalam
penanggulangannya penanggulangannya bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja, namun perlu melibatkan peran dari masyarakat serta stakeholder . Dengan melibatkan semua sektor maka jatuhnya korban akibat bencana banjir dapat diminimalisir.
4.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2012). Banjir. Diakses dari http://www.bnpb.go.id/ http://www.bnpb.go.id/
Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat UI.(2003). Kajian Kebijakan Penanggulangan Banjir:Partisipasi Masyarakat. http://www.air.bappenas.go.id/
Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam.(2011). Petunjuk Teknis Kampung Siaga Bencana (KSB). http://www.depsos.go.id/ (KSB). http://www.depsos.go.id/
IDEP. 2007. Panduan Umum Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat. http://www.idepfoundation.org/pbbm
Kusumaratna, rina. 2003. Profil Penanganan Kesehatan Selama dan Sesudah Banjir di Jakarta. J Jakarta. J Kedokteran Trisakti, 22(3), 22(3), 92-95
Maarif, syamsul. 2010. Bencana dan Penanggulangannya Tinjauan dari Aspek Sosiologis. Jurnal Sosiologis. Jurnal Dialog Penanggulangan Penanggulangan Bencana, Bencana, 1 (4), 4
www.centroone.com. www.centroone.com. 2011. Indonesia ‘dihajar’ 1.598 ‘dihajar’ 1.598 Bencana