TUGAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR F L OOD D AM A M A GE GE M I T I GA T I O N
Disusun oleh : Christian Toddy P.N
21080112130086 21080112130086
Kurnia Seruyaningtyas
21080112130101 21080112130101
Yasy Nabila
21080112140117 21080112140117
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan karunia Nya, penyusunan makalah “ Flood Damage Mitigation” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Sumber Daya Air. Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan berbagai pihak untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari berbagai kekurangan, oleh karena itu penulis menerima semua kritik dan saran untuk kemajuan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang,
Juni 2014
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, dan dampak psikolog. ( UU 24/2007) Banjir
adalah
peristiwa
terbenamnya
daratan
karena
volume
air
yang
meningkat. Banjir merupakan suatu kejadian alam yang dapat terjadi karena disebabkan oleh alam sendiri atau disebabkan oleh ulah manusia. Bencana banjir merupakan kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan dapat mengakibatkan kerugian jiwa, harta dan benda. Kejadian banjir tidak dapat di cegah tetapi dapat dikendalikan dan dikurangi dampak kerugian yang diakibatkannya melalui mitigasi bencana banjir. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan bencana banjir ? 2. Apa yang dimaksud dengan mitigasi bencana ? 3. Apa yang dimaksud dengan mitigasi bencana banjir ? 4. Upaya apa yang dilakukan dalam mitigasi bencana banjir ? C. Tujuan Penulisan 1.
Mengetahui apa itu bencana banjir.
2.
Mengetahui apa itu mitigasi bencana.
3.
Mengetahui apa itu mitigasi bencana banjir.
4.
Mengetahui upaya dalam mitigasi bencana banjir.
D. Manfaat penulisan 1. Agar mengetahui apa itu bencana banjir. 2. Agar mengetahui apa itu mitigasi bencana. 3. Agar mengetahui apa itu mitigasi bencana banjir. 4. Agar mengetahui upaya dalam mitigasi bencana banjir.
.BAB II DASAR TEORI
A. Banjir
Banjir merupakan fenomena alam yang biasa terjadi di suatu kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai. Secara sederhana banjir dapat didefinisikan sebagainya hadirnya air di suatu kawasan luas sehingga menutupi permukaan bumi kawasan tersebut. Bencana banjir mengakibatkan kerugian berupa korban manusia dan harta benda, dapat juga melumpuhkan kegiatan sosial‐ekonomi penduduk. Dalam cakupan pembicaraan yang luas, kita bisa melihat banjir sebagai suatu bagian dari siklus hidrologi, yaitu pada bagian air di permukaan Bumi yang bergerak ke laut. Dalam siklus hidrologi kita dapat melihat bahwa volume air yang mengalir di permukaan Bumi dominan ditentukan oleh tingkat curah hujan, dan tingkat peresapan air ke dalam tanah. Aliran Permukaan = Curah Hujan – (Resapan ke dalam tanah + Penguapan ke udara). Air hujan sampai di permukaan Bumi dan mengalir di permukaan Bumi, bergerak menuju ke laut dengan membentuk alur-alur sungai. Alur-alur sungai ini di mulai di daerah yang tertinggi di suatu kawasan, bisa daerah pegunungan, gunung atau perbukitan, dan berakhir di tepi pantai ketika aliran air masuk ke laut.
Ciri-ciri bencana banjir berdasarkan akibatnya sebagai berikut : -
Banjir biasanya terjadi saat hujan deras yang turun terus menerus sepanjang hari.
-
Air menggenangi tempat-tempat tertentu dengan ketinggian tertentu.
-
Banjir dapat mengakibatkan hanyutnya rumah-rumah, tanaman, hewan, dan manusia.
-
Banjir mengikis permukaan tanah sehingga terjadi endapan tanah di tempat-tempat yang rendah.
-
Banjir dapat mendangkalkan sungai, kolam, atau danau.
-
Sesudah banjir, lingkungan menjadi kotor oleh endapan tanah dan sampah.
-
Banjir dapat menyebabkan korban jiwa, luka berat, luka ringan, atau hilangnya orang.
-
Banjir dapat menyebabkan kerugian yg besar baik secara moril maupun materiil.
Secara umum, banjir dapat dibedakan menjadi tiga jenis sebagai berikut : 1. Banjir Kilat atau Banjir Bandang. Banjir jenis ini terjadi hanya dalam waktu sekitar 6 jam sesudah hujan lebat turun. Banjir ini sangat cepat datangnya sehingga sulit memberikan peringatan bahaya kepada penduduk dengan cepat. Penyebab banjir kilat, yaitu: Hujan deras, Bantaran sungai rapuh, Bendungan jebol, Perubahan lahan di hulu sungai, Es yang mencair (di daerah dingin). Banjir kilat lebih sering terjadi di daerah yang berlereng curam, sungainya dangkal, dan volume air hujan meningkat tajam. 2. Banjir Luapan Sungai Banjir ini terjadi melalui proses yang lama sehingga datangnya kadang lolos dari pengamatan. Banjir terjadi bersifat musiman atau tahunan dan berlangsung sampai berharihari pada wilayah yang luas. Penyebab banjir luapan sungai, yaitu: Longsor tanah yang mengurangi daya tampung sungai, Salju mencair. Banjir yang berasal dari luapan anak sungai menuju sungai utama biasa disebut banjir kiriman. Besarnya banjir dipengaruhi kondisi tanah seperti kelembapan, vegetasi yang tumbuh di atas tanah, serta keadaan permukaan tanah, misalnya tanah terbuka atau tanah diperkeras. 3. Banjir Pantai Banjir yang dikaitkan dengan terjadinya badai tropis (angin puyuh). Bencana ini makin parah bila angin kencang bertiup di sepanjang pantai. Penyebab banjir pantai, yaitu: Badai, Gelombang pasang, Tsunami. Banjir pantai mengakibatkan air laut menggenangi dataran pantai ke arah pedalaman. Dilihat dari aspek penyebabnya, jenis banjir yang ada dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu: a.
Banjir yang disebabkan oleh hujan yang lama, dengan intensitas rendah (hujan
siklonik atau frontal) selama beberapa hari. Dengan kapasitas penyimpanan air yangdimiliki oleh masing-masing Satuan Wilayah Sungai (SWS) yang akhirnya terlampaui, maka air hujan yang terjadi akan menjadi limpasan yang selanjutnya akan mengalir secara cepat ke sungaisungai terdekat, dan meluap menggenangi areal dataran rendah di kiri-kanan sungai.
b.
Banjir karena salju yang mengalir, terjadi karena mengalirnya tumpukan salju
dan kenaikan suhu udara yang cepat di atas lapisan salju. Aliran salju ini akan mengalir dengan cepat bila disertai dengan hujan. Jenis banjir ini hanya terjadi di daerah yang bersalju. c.
Banjir Bandang (flash flood), disebabkan oleh tipe hujan konvensional dengan
intensitas yang tinggi dan terjadi pada tempat-tempat dengan topografi yang curam di bagian hulu sungai. Aliran air banjir dengan kecepatan tinggi akan memiliki daya rusak yang besar, dan akan lebih berbahaya bila disertai dengan longsoran, yang dapat mempertinggi daya rusak terhadap yang dilaluinya. d.
Banjir yang disebabkan oleh pasang surut atau air balik (back water) pada
muara sungai atau pada pertemuan dua sungai. Kondisi ini akan menimbulkan dampak besar, bila secara bersamaan terjadi hujan besar di daerah hulu sungai yang mengakibatkan meluapnya air sungai di bagian hilirnya, serta disertai badai yang terjadi di lautan atau pantai. Berdasarkan pengamatan, bahwa banjir disebabkan oleh dua katagori yaitu banjir akibat alami dan banjir akibat aktivitas manusia. Banjir akibat alami dipengaruhi oleh curah hujan, fisiografi, erosi dan sedimentasi, kapasitas sungai, kapasitas drainase dan pengaruh air pasang. Sedangkan banjir akibat aktivitas manusia disebabkan karena ulah manusia yang menyebabkan perubahan-perubahan lingkungan seperti : perubahan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), kawasan pemukiman di sekitar bantaran, rusaknya drainase lahan, kerusakan bangunan pengendali banjir, rusaknya hutan (vegetasi alami), dan perencanaan sistim pengendali banjir yang tidak tepat. Menurut Isnugroho (2006), kawasan rawan banjir merupakan kawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana banjir sesuai karakteristik penyebab banjir, kawasan tersebut dapat dikategorikan menjadi empat tipologi sebagai berikut : a. Daerah Pantai Daerah pantai merupakan daerah yang rawan banjir karena daerah te rsebut merupakan dataran rendah yang elevasi permukaan tanahnya lebih rendah atau sama dengan elevasi air laut pasang rata-rata (mean sea level) dan tempat bermuaranya sungai yang biasanya mempunyai permasalahan penyumbatan muara. b. Daerah Dataran Banjir Daerah dataran banjir (Floodplain Area) adalah daerah di kanan-kiri sungai yang muka tanahnya sangat landai dan relatif datar, sehingga aliran air menuju sungai sangat
lambat yang mengakibatkan daerah tersebut rawan terhadap banjir baik oleh luapan air sungai maupun karena hujan local. Kawasan ini umumnya terbentuk dari endapan lumpur yang sangat subur sehingga merupakan daerah pengembangan (pembudidayaan) seperti perkotaan, pertanian, permukiman dan pusat kegiatan perekonomian, perdagangan, industri, dll. c. Daerah Sempadan Sungai Daerah ini merupakan kawasan rawan banjir, akan tetapi, di daerah perkotaan yang padat penduduk, daerah sempadan sungai sering dimanfaatkan oleh manusia sebagai tempat hunian dan kegiatan usaha sehingga apabila terjadi banjir akan menimbulkan dampak bencana yang membahayakan jiwa dan harta benda. d. Daerah Cekungan Daerah cekungan merupakan daerah yang relatif cukup luas baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Apabila penatan kawasan tidak terkendali dan system drainase yang kurang memadai, dapat menjadi daerah rawan banjir. Klindao (1983) dalam Yusuf (2005) menyatakan bahwa kerentanan banjir adalah memperkirakan daerah-daerah yang mungkin menjadi sasaran banjir. Wilayah-wilayah yang rentan banjir biasanya terletak pada daerah datar, dekat dengan sungai, berada di daerah cekungan dan di daerah pasang surut air laut. Sedangkan bentuklahan bentukan banjir pada umumnya terdapat pada daerah rendah sebagai akibat banjir yang terjadi berulang-ulang, biasanya daerah ini memiliki tingkat kelembaban tanah yang tinggi dibanding daerah-daerah lain yang jarang terlanda banjir. Kondisi kelembaban tanah yang tinggi ini disebabkan karena bentuklahan tersebut terdiri dari material halus yang diendapkan dari proses banjir dan kondisi drainase yang buruk sehingga daerah tersebut mudah terjadi penggenangan air. B. Mitigasi Bencana Banjir
Mitigasi bencana merupakan langkah yang sangat perlu dilakukan sebagai suatu titik tolak utama dari manajemen bencana. Sesuai dengan tujuan utamanya yaitu mengurangi dan/atau meniadakan korban dan kerugian yang mungkin timbul, maka titik berat perlu diberikan pada tahap sebelum terjadinya bencana, yaitu terutama kegiatan penjinakan/ peredaman atau dikenal dengan istilah Mitigasi. Mitigasi pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis bencana, baik yang termasuk ke dalam bencana alam (natural disaster) maupun
bencana
sebagai
akibat
dari
perbuatan
manusia
(man-made
disaster).
Mitigasi pada umumnya dilakukan dalam rangka mengurangi kerugian akibat kemungkinan terjadinya bencana, baik itu korban jiwa dan/atau kerugian harta benda yang akan
berpengaruh pada kehidupan dan kegiatan manusia. Untuk mendefenisikan rencana atau srategi
mitigasi
yang
tepat
dan
akurat,
perlu
dilakukan
kajian
resiko.
Kegiatan mitigasi bencana hendaknya merupakan kegiatan yang rutin dan berkelanjutan (sustainable). Hal ini berarti bahwa kegiatan mitigasi seharusnya sudah dilakukan dalam periode jauh-jauh hari sebelum kegiatan bencana, yang seringkali datang lebih cepat dari waktu-waktu yang diperkirakan, dan bahkan memiliki intensitas yang lebih besar dari yang diperkirakan semula. Tujuan utama (ultimate goal) dari Mitigasi Bencana adalah sebagai berikut : -
Mengurangi resiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya bagi penduduk,
seperti korban jiwa (kematian), kerugian ekonomi (economy costs) dan kerusakan sumber daya alam. -
Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan.
-
Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam menghadapi serta
mengurangi dampak/resiko bencana, sehingga masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan aman (safe). Jenis – Jenis Mitigasi diantaranya : 1. Mitigasi Struktural Mitigsasi struktural merupakan upaya untuk meminimalkan bencana yang dilakukan melalui pembangunan berbagai prasarana fisik dan menggunakan pendekatan teknologi, seperti pembuatan kanal khusus untuk pencegahan banjir, alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, bangunan yang bersifat tahan gempa, ataupun Early Warning System yang digunakan untuk memprediksi terjadinya gelombang tsunami. Mitigasi struktural adalah upaya untuk mengurangi kerentanan (vulnerability) terhadap bencana dengan cara rekayasa teknis bangunan tahan bencana. Bangunan tahan bencana adalah bangunan dengan struktur yang direncanakan sedemikian rupa sehingga bangunan tersebut mampu bertahan atau mengalami kerusakan yang tidak membahayakan apabila bencana yang bersangkutan terjadi. 2. Mitigasi Non-Struktural Mitigasi non-struktural adalah upaya mengurangi dampak bencana selain dari upaya tersebut di atas. Bisa dalam lingkup upaya pembuatan kebijakan seperti pembuatan suatu peraturan. Undang-Undang Penanggulangan Bencana (UU PB) adalah upaya non-struktural di bidang kebijakan dari mitigasi ini. Kebijakan non struktural meliputi legislasi, perencanaan wilayah, dan asuransi. Kebijakan non struktural lebih berkaitan dengan kebijakan yang
bertujuan untuk menghindari risiko yang tidak perlu dan merusak. tentu, sebelum perlu dilakukan identifikasi risiko terlebih dahulu. Penilaian risiko fisik meliputi proses identifikasi dan evaluasi tentang kemungkinan terjadinya bencana dan dampak yang mungkin ditimbulkannya. Kebijakan mitigasi baik yang bersifat struktural maupun yang bersifat non struktural harus saling mendukung antara satu dengan yang lainnya. Pemanfaatan teknologi untuk memprediksi, mengantisipasi dan mengurangi risiko terjadinya suatu bencana harus diimbangi dengan penciptaan dan penegakan perangkat peraturan yang memadai yang didukung oleh rencana tata ruang yang sesuai. Teknologi yang digunakan untuk memprediksi, mengantisipasi dan mengurangi risiko terjadinya suatu bencana pun harus diusahakan agar tidak mengganggu keseimbangan lingkungan di masa depan. Strategi mitigasi bencana banjir secara umum dapat dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu upaya mitigasi non struktural, struktural serta peningkatan peran serta masyarakat. 1. Upaya Mitigasi Non Struktural -
Pembentukan “Kelompok Kerja” (POKJA) yang beranggotakan dinas instansi terkait
(diketuai Dinas Pengairan/Sumber Daya Air) di tingkat kabupaten/kota sebagai dari Satuan Pelaksana (SATLAK) untuk melaksanakan dan menetapkan pembagian peran dan kerja atas upaya‐upaya nonfisik penanganan mitigasi bencana banjir diantara anggota POKJA dan SATLAK, diantaranya inspkesi, pengamatan dan penelusuran atas prasarana dan sarana pengendalian banjir yang ada dan langkah yang akan diuraikan pada uraian selanjutnya. -
Merekomendasikan upaya perbaikan atas prasarana dan sarana pengendalian banjir
sehingga dapat berfungsi sebagaimana direncanakan. -
Memonitor dan mengevaluasi data curah hujan, banjir, daerah genangan dan
informasi lain yang diperlukan untuk meramalkan kejadian banjir, daerah yang diidentifikasi terkena banjir serta daerah yang rawan banjir. -
Menyiapkan peta daerah rawan banjir dilengkapi dengan plotting rute pengungsian,
lokasi pengungsian sementara, lokasi POSKO, dan lokasi pos pengamat debit banjir/ ketinggian muka air banjir di sungai penyebab banjir. -
Mengecek dan menguji sarana sistem peringatan dini yang ada dan mengambil
langkah‐langkah untuk memeliharanya dan membentuknya jika belum tersedia dengan sarana yang paling sederhana sekalipun.
-
Melaksanakan perencanaan logistik dan penyediaan dana, peralatan dan material yang
diperlukan untuk kegiatan/upaya tanggap darurat, diantaranya dana persediaan tanggap darurat; persediaan bahan pangan dan air minum; peralatan penangulangan (misalnya movable pump, dumb truck, dll); material penanggulangan (misalnya kantong pasir, terucuk kayu/bambu, dll); dan peralatan penyelamatan (seperti perahu karet, pelampung, dll). -
Perencanaan dan penyiapan SOP (Standard Operation Procedure)/Prosedur Operasi
Standar
untuk
kegiatan/tahap
tanggap
darurat
yang
melibatkan
semua
anggota
SATKORLAK, SATLAK dan POSKO diantaranya identifikasi daerah rawan banjir, identifikasi rute evakuasi, penyediaan peralatan evekuasi (alat transportasi, perahu,dll), identifikasi dan penyiapan tempat pengungsian sementara seperti peralatan sanitasi mobile, penyediaan air minum, bahan pangan, peralatan daput umum, obat ‐obatan dan tenda darurat. -
Pelaksanaan Sistem Informasi Banjir, dengan diseminasi langsung kepada masyarakat
dan penerbitan press release/ penjelasan kepada press dan penyebar luasan informasi tentang banjir melalui media masa cetak maupun elektronik yaitu station TV dan station radio. dan
Melaksanakan pelatihan evakuasi untuk mengecek kesiapan masyarakat SATLAK peralatan
evakuasi,
dan
kesiapan
tempat
pengungsian
sementara
beserta
perlengkapannya. -
Mengadakan rapat‐rapat koordinasi di tingkat BAKORNAS, SATKORLAK,
SATLAK, dan POKJA Antar Dinas/instansi untuk menentukan beberapa tingkat dari resiko bencana banjir berikut konsekuensinya dan pembagian peran diantara instansi yang terkait, serta pengenalan/ diseminasi
kepada seluruh anggota SATKORLAK, SATLAK, dan
POSKO atas SOP dalam kondisi darurat dan untuk menyepakati format dan prosedur arus informasi/laporan. -
Membentuk jaringan lintas instansi/sektor dan LSM yang bergerak dibidang
kepedulian terhadap bencana serta dengan media masa baik cetak maupun elektronik (stasion TV dan radio) untuk mengadakan kempanye peduli bencana kepada masyarakat termasuk penyaluran informasi tentang bencana banjir -
Melaksanakan pendidikan masyarakat atas pemetaan ancaman banjir dan resiko yang
terkait serta pengunaan material bangunan yang tahan air/banjir.
2. Upaya Mitigasi Struktural -
Pembangunan tembok penahan dan tanggul disepanjang sungai, tembok laut
sepanjang pantai yang rawan badai atau tsunami akan sangat membantu untuk mengurangi bencana banjir pada tingkat debit banjir yang direncanakan.
-
Pengaturan kecepatan aliran dan debit air permukaan dari daerah hulu sangat
membantu mengurangi terjadinya bencana banjir. Beberapa upaya yang perlu dilakukan untuk mengatur kecepatan air dan debit aliran air masuk kedalam sistem pengaliran diantaranya adalah dengan reboisasi dan pembangunan sistem peresapan serta pembangunan bendungan/waduk. -
Pengerukan sungai, pembuatan sudetan sungai baik secara saluran terbuka maupun
tertutup atau terowongan dapat membantu mengurangi terjadinya banjir.
3. Peran Serta Masyarakat Masyarakat baik sebagai individu maupun masyarakat secara keseluruhan dapat berperan secara signifikan dalam manajemen bencana banjir yang bertujuan untuk memitigasi dampak dari bencana banjir. Peranan dan tangungjawab masyarakat dapat dikategorikan dalam dua aspek yaitu aspek yaitu aspek penyebab dan aspek partisipasipati f. Aspek penyebab, jika beberapa peraturan yang sangat berpengaruh atas factor ‐faktor penyebab banjir dilaksanakan atau dipatuhi akan secara signifikan akan mengurangi besaran dampak bencana banjir, faktor ‐faktor tersebut adalah : -
Tidak membuang sampah/limbah padat ke sungai, saluran dan sistem drainase,
-
Tidak
membangun
jembatan
dan
atau
bangunan
yang
menghalangi
atau
mempersempit palung aliran sungai, -
Tidak tinggal dalam bantaran sungai
-
Tidak menggunakan dataran retensi banjir untuk permukiman atau untuk hal ‐hal lain
diluar rencana peruntukkannya. ‐ Menghentikan penggundulan hutan di daerah tangkapan air, -
Menghentikan praktek pertanian dan penggunaan lahan yang bertentangan dengan
kaidah‐kaidah konservasi air dan tanah, dan ikut mengendalikan laju urbanisasi dan pertumbuhan penduduk.
Aspek partisipatif, dalam hal ini partisipasi atau kontribusi dari masyarakat dapat mengurangi dampak bencana banjir yang akan diderita oleh masyarakat sendiri, partisipasi yang diharapkan mencakup : -
Ikut serta dan aktif dalam latihan‐latihan (gladi) upaya mitigasi bencana banjir
misalnya kampanye peduli bencana, latihan kesiapan penanggulangan banjir dan evakuasi, latihan peringatan dini banjir dan sebagainya.
-
Ikut serta dan aktif dalam program desain & pembangunan rumah tahan banjir antara
lain rumah tingkat, penggunaan material yang tahan air dan gerusan air. -
Ikut serta dalam pendidikan publik yang terkait dengan upaya mitigasi bencana banjir.
-
Ikut serta dalam setiap tahapan konsultasi publik yang terkait dengan pembangunan
prasarana pengendalian banjir dan upaya mitigasi bencana banjir. -
Melaksanakan pola dan waktu tanam yang mengadaptasi pola dan kondisi banjir
setempat untuk mengurangi kerugian usaha dan lahan pertanian dari banjir dan mengadakan gotong – royong pembersihan saluran drainase yang ada dilingkungannya masing ‐masing.
Tahap pencegahan dan mitigasi bencana meliputi beberapa kegiatan berikut: a. Menerbitkan peta wilayah rawan bencana banjir. b. Memasang rambu-rambu peringatan bahaya dan larangan di wilayah rawan bencana banjir. c. Mengembangkan SDM satuan pelaksana. d. Mengadakan penyuluhan atas upaya penanggulangan bencana banjir kepada warga di wilayah rawan bencana. e. Mengadakan penyuluhan atas upaya peningkatan kewaspadaan masyarakat di wilayah rawan bencana banjir. f. Menyiapkan tempat penampungan sementara di jalur-jalur evakuasi jika terjadi bencana banjir. g. Memindahkan masyarakat yang tinggal di wilayah bencana ke tempat yang aman. h. Membuat bangunan untuk mengurangi dampak bencana banjir, misalnya tanggul penahan erosi. i. Membentuk pos-pos siaga bencana banjir.
Pengkajian Bahaya Dan Teknik Pemetaan Banjir 1. Pengkajian Bahaya Diperlukam kajian atas kejadian banjir yang telah terjadi sebagai data historis dan empiris yang dapat dipakai untuk menentukan tingkat kerawanan dan upaya antisipasi banjir suatu daerah. Kajian tersebut diantaranya mencakup : - Rekaman atau catatan kejadian bencana yang telah terjadi memberikan indikasi awal akan datangnya banjir dimasa yang akan datang atau dikenal dengan banjir periodik (tahunan, lima tahunan, sepuluh tahunan, lima puluh tahunan atau seratus tahunan).
- Pemetaan topografi yang menunjukkan kontur ketinggian sekita daerah aliran/sungai yang dilengkapi dengan estimasi kemampuan kapasitas system hidrologi dan luas daerah tangkapan hujan (catchment area) serta “plotting” berbagai luas genangan yang pernah terjadi. - Data curah hujan sangat diperlukan untuk menghitung kemungkinan kelebihan beban atau terlampauinya kapasitas penyaluran sistem pengaliran air baik system sungai maupun sistem drainase. 2. Teknik Pemetaan Banjir Untuk menyusun peta rawan banjir dan genangan, diperlukan kuantifikasi besaran (magnitude) banjir dan genangan yang meliputi luas areal, tinggi, dan lamanya genangan, yang direpresentasikan dalam bentuk peta. Pemantauan kemungkinan perubahan magnitude banjir dan genangan akibat fluktuasi masukan (input) curah hujan dapat dikuantifikasi dan diprediksi dampaknya bila: - Hubungan antara intensitas dan lama hujan atas magnitude banjir dan genangan (luas, tinggi, dan lama genangan) dapat diformulasikan. - Perubahan magnitude banjir dan genangan (luas, tinggi, dan lama genangan) pada skenario tahun La Niña normal dan El Niño dapat direpresentasikan. Hubungan intensitas dan lama hujan terhadap perubahan magnitude banjir dan genangan diperlukan untuk memprediksi fluktuasi wilayah yang rawan banjir dan genangan. Selanjutnya, informasi itu dapat bermanfaat untuk menyampaikan system peringatan dini tentang banjir dan genangan. Sedangkan prediksi perubahan luas areal, tinggi genangan, dan lama genangan maksimum yang mungkin terjadi pada skenario tahun La Niña dan El Niño dapat digunakan sebagai alat bantu pengambil keputusan (decision support system) dalam mengintegrasikan penanggulangan banjir dan genangan dalam perencanaan jangka pendek, menengah, dan panjang untuk mereduksi risiko banjir dan genangan. Terjadinya penurunan curah hujan tahunan dan meningkatnya lama musim kemarau akan berakibat singkatnya musim hujan. Meskipun volume air hujan mengalami penurunan, karena lama musim hujan yang singkat, maka intensitas hujannya menjadi amat tinggi dengan durasi singkat. Akibatnya, kemampuan tanah dan tanaman untuk menyerap air amat terbatas sehingga bahaya banjir dan genangan yang ditimbulkan akan amat luar biasa, bahkan bisa melebihi tahun La Niña. Lebih jauh, pada tahun El Niño banyak tanaman dan semak mati akibat kekeringan, sehingga kemampuan menahan laju aliran permukaan dan mengintersepsi tajuk
pada awal musim hujan sangat terbatas. Oleh karena itu, sebagian besar volume air hujan akan menimbulkan banjir dan genangan di hilir. Untuk keperluan pembuatan peta wilayah rawan banjir dan genangan, diperlukan rekaman data citra satelit secara series. Dengan demikian, informasi menurut ruang dan waktu yang dikumpulkan dapat dipantau secara utuh dan diinterpretasi dengan jujur (fair). Berdasarkan pengalaman penggunaan citra satelit Landsat TM yang mempunyai resolusi spasial 30 x 30 meter dengan periode rekaman gambar dua kali dalam satu bulan yang divalidasi di lapangan, direkomendasikan dalam penyusunan peta wilayah rawan banjir dan genangan. Penggunaan citra mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan metode klasik, karena dengan citra, deliniasi awal wilayah banjir dan genangan akan mudah dilakukan sebelum divalidasi di lapangan. Wilayah yang tergenang dan kebanjiran mempunyai respons spektral yang berbeda (umumnya terlihat gelap) dibandingkan wilayah yang tak tergenang (terlihat terang/ merah). Peta wilayah rawan banjir dan genangan ini akan lebih powerfull bila dapat ditumpangtepat (superimpose) dengan peta jaringan hidrologi sungai (hydrological network), peta topografi, karena dengan demikian dapat dipantau wilayah yang berpotensi mengalami genangan berikutnya bila debit sungai atau curah hujan terus meningkat. Lebih jauh, wilayah penyumbang air utama dapat diturun sehingga dapat dirancang strategi antisipasinya. Pendekatan ini selain akurat, juga akan mengurangi pemborosan tenaga, waktu, dan biaya. Bahkan, dengan telah tersedianya citra dengan resolusi tinggi (1 x 1 meter), maka tingkat ketelitian peta wilayah banjir dan genangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang akan dicapai. Pembuatan peta wilayah rawan banjir dan genangan ini akan lebih efisien bila dilakukan di tingkat nasional, karena: seringkali antarwilayah ada dalam cakupan citra, sehingga pemanfaatan citra dapat dilakukan bersama (multiple users). Citra yang sama dapat digunakan untuk berbagai keperluan (multiple purposes), misalnya citra landsat dapat digunakan untuk pertanian (memantau kekeringan), kebanjiran (Kimpraswil) dan kebakaran hutan (Kehutanan), bahkan untuk memantau potensi sumberdaya alam.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
-
Banjir
adalah
peristiwa
terbenamnya
daratan
karena
volume
air
yang
meningkat. Banjir merupakan suatu kejadian alam yang dapat terjadi karena disebabkan oleh alam sendiri atau disebabkan oleh ulah manusia. -
Mitigasi bencana merupakan langkah yang sangat perlu dilakukan sebagai suatu titik
tolak utama dari manajemen bencana. Sesuai dengan tujuan utamanya yaitu mengurangi dan/atau meniadakan korban dan kerugian yang mungkin timbul, maka titik berat perlu diberikan pada tahap sebelum terjadinya bencana, yaitu terutama kegiatan penjinakan/ peredaman atau dikenal dengan istilah Mitigasi. Mitigasi pada prinsipnya harus dilakukan untuk segala jenis bencana, baik yang termasuk ke dalam bencana alam (natural disaster) maupun bencana sebagai akibat dari perbuatan manusia (man-made disaster). -
Mitigasi Bencana Banjir merupakan suatu upaya untuk mengurangi resiko akibat
bencana banjir dengan menginformasi segala sesuatu yang berkaitan dengan banjir kepada semua pihak yang berkepentingan, baik pemerintah maupun masyarakat. -
Upaya dalam mitigasi bencana banjir dibagi menjadi upaya mitigasi struktural (misal:
pembangunan tanggul, pengerukan sungai), upaya mitigasi non struktural (misal: memonitor dan mengevaluasi data curah hujan), serta peran serta masyarakat ( misal: tidak membuang sampah di saluran air) .
DAFTAR PUSTAKA
-
http://balisafety.baliprov.go.id/Edukasi.aspx?ida=138&id=5
-
http://id.shvoong.com/exact-sciences/earth-sciences/2154828-jenis-jenis-banjir/
-
http://dhenirahman.net16.net/?p=16
-
http://dearakhmania.blog.com/2010/10/08/ciri-ciri-banjir/
-
kawasan.bappenas.go.id/index.php?option...article... -
-
petrasawacana.wordpress.com/.../konsep-pemetaan-risiko-bencana/ -
-
petrasawacana.wordpress.com/.../konsep-pemetaan-risiko-bencana/ -
-
semangateli.blogspot.com/2008/10/mitigasi-bencana.html
-
www.scribd.com/.../PEDOMAN-Penanggulangan-Banjir2007-by-Bakornas - Tembolok - Mirip
-
wahyuancol.wordpress.com/.../banjir-1-pengertian-penyebab/ -