Page 6
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam kehidupan, seorang manusia pasti akan mengalami sebuah musibah atau sebuah masalah yang mana masalah tersebut akan menimbulkan sebuah kerugian atau risiko. Nah dalam hal ini ada yang namanya asuransi, yang berfungsi sebagai solusi untuk mengatasi hal tersebut. Sebagai orang muslim disini kami akan membahas mengenai akuntansi transaksi Asuransi yag Syariah tentunya. Sehingga dengan adanya pembahasan ini maka kita akan tahu dan paham mengenai akuntansi Asuransi. Akuntansi Asuransi yang akan kami bahas disini adalah yang digunakan di lembaga keuangan syariah. Dalam akuntasi asuransi syariah ada beberapa prinsip yang ada didalamnya yang harus diterpakan meliputi : saling bertanggung jawab, saling bekerjasama, saling melindungi. Dan akuntnasi asuransi syariah dan konvensional mempunyai perbedaan. Dan dengan ini kami akan mempersembahkan sebuah makalah yang akan memaparkan hal-hal tersebut.
Rumusan Masalah:
Berdasarkan Latar belakang diatas adapaun Rumusan Masalah:
Apa Pengertian Asuransi Syariah?
Bagaimana Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah?
Apa Manfaat dan Tujuan Sistem Asuransi Syariah?
Bagaiman Sistem-Sistem Asuransi Syariah?
Bagaimanan Produk-produk Asuransi Syariah (Takaful Keluarga)
Bagaimana Sistem Pengelolaan dana asuransi syariah ?
Apa Perbedaan Sistem Akuntansi Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional ?
Bagaimana Implementasi Akuntansi Islam pada Asuransi Syariah?
Tujuan penulisan:
Untuk mengetahui konsep-konsep akuntansi asuransi syariah
Untuk mengetahui perbedaan akuntansi asuransi syariah dan asuransi konvensional
Untuk mengetahui implementasi akuntansi islam pada asuransi syariah
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Asuransi Menurut Syariah
Dalam bahasa Arab, Asuransi disebut at-ta'min, penanggung disebut mu'ammin, sedangkan tertanggung disebut mu'amman lahu atau musta'min. At-ta'min memiliki arti member perlindungan, ketenangan, rasa aman, dan bebas dari rasa takut. Men-ta'min-kan sesuatu, artinya adalah seseorang membayar atau menyerahkan uang cicilan untuk agar ia atau ahli warisnya mendapatkan sejumlah uang sebagaimana yang telah disepakati, atau untuk mendapatkan ganti terhadap harta yang hilang, dikatakan 'seseorang mempertanggungkan atau mengasurasnsikan hidupnya, rumahnya atau mobilnya'.
Ada tujuan dalam Islam yang menjadi kebutuhan mendasar, yaitu al-kifayah 'kecukupan' dan al-amnu 'keamanan'. Sebagaimana firma Allah swt, "Dialaha Allah yang mengamankan mereka dari ketakutan'', sehingga sebagaian masyarakat menilai bahwa bebas dari lapar merupakan bentuk keamanan. Mereka menyebutnya dengan al-amnu al-qidza i aman konsumnsi. Dari prinsip tersebut, Islam mengarahkan kepada umatnya untuk mencari rasa aman baik untuk dirinya sendiri dimasa mendatang maupun untuk keluarganya sebagai nasihat Raul kepada Sa'ad bin Abi Waqqash agar mensedekahkan sepertiga hartanya saja. Selebihnya ditinggalkan untuk keluarganya agar mereka tidak menjadi beban masyarakat. Asuransi merupakan bisnis yang unik, yang didalamnya terdapat lima aspek yaitu aspek ekonomi, hokum, social, bisnis, dan aspek matematika.
Asuransi Syariah (Ta'min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/ pihak melalui investasi dalam bentuk aset dan / atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah. Akad yang sesuai dengan syariah adalah yang tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, dzulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat.
Menurut Husain Hamid Hisan, mengatakan bahwa asuransi adalah sikap ta'awun yang telah diatur dengan system yang sangat rapih, antara sejumlah besar manusia. Semuanya telah siap mengantisipasi suatu peristiawa. Jika sebagian mereka mengalami peristiwa tersebut, maka semuanya saling menolong dalam menghadapi peristiwa tersebut dengan sedikit pemberian (derma) yang diberikan oleh masing-masing peserta. Dengan pemberian (derma) tersebut, mereka dapat menutupi kerugian-kerugian yang dialami oleh peserta yang tertimpa musibah.
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesi (DSN-MUI) dalam fatwanya tentang pedoman umum asuransi syariah, memberikan definisi tentang asuransi. Menurutnya, Asuransi Syariah (Ta'min, Tafakul, Tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan atau tabarru' yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah. Dari definisi di tersebut tampak bahwa asuransi syariah bersifat saling melindungi dan tolong menolong yang disebut dengan ta'awun. Yaitu prinsip hidup saling melindungi dan saling tolong menolong atas dasar ukhuwal Islamiyah antara sesame anggota perserta Asuransi Syariah dalam menghadapi malapetaka (risiko).
Landasan Hukum Asuransi Syariah
Hukum-hukum muamalah adalah bersifat terbuka artinya Allah SWT dalam Al-Quran hanya memberikan aturan yang bersifat garis besarnya saja. Selebihnya adalah terbuka bagi mujahit untuk mengembangkan melalui pemikirannya selama tidak bertentangan dengan Al-Qur'an dan hadist . Al-Qur'an maupun hadist tidak menyebutkan secara nyata apa dan bagaimana berasuransi. Namun bukan berarti bahwa asuransi hukumnya adalah haram karena ternyata dalam hokum Islam memuat substansi perasuransian secara Islami. Hakikat asuransi secara Islami adalah saling bertanggung jawab, saling bekerjasama, saling tolong menolong, dan saling melindungi penderitaan satu sama lain. Oleh karena itu berasuransi diperbolehkan secara syaria'h, karena prinsip-prinsip dasar syariat mengajak kepada setiap sesuatu yang berakibat kerataan jalinan sesama manusia dan kepada sesuatu yang meringankan bencana mereka sebagaimana firman Allah Taala dalam Al-Quran surah al-Maidah ayat 2 yang artinya : "Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya."
Allah SWT memerintahkan kepada hamba-Nya untuk senantiasa melakukan persiapan untuk menghadapi hari esok. Allah berfirman dalam surat al Hasyr ayat 18: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dibuat untuk hari esok (masa depan). Dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui yang kamu kerjakan [al Hasyr: 18] . Ayat ini dikaitkan oleh sebagian umat Islam dengan aktivitas menabung atau berasuransi. Menabung adalah upaya mengumpulkan dana untuk kepentingan mendesak atau kepentingan yang lebih besar di masa depan, sedangkan asuransi adalah upaya berjaga-jaga jika suatu musibah datang menimpa, di mana hal ini membutuhkan perencanaan dan kecermatan.
Dari segi hokum positif, hingga saat ini asuransi syariah masih mendasarkan legalitasnya pada UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian yang sebenarnya kurang mengakomodasi asuransi syariah di Indonesia karena tidak mengatur mengenai keberadaan asuransi berdasarkan prinsip syariah. Dengan kata lain, UU No. 2 Tahun 1992, tidak dapat dijadikan landasan hokum yang kuat bagi asuransi syariah. Adapun peraturan perundang-undangan yang telah dikeluarkan pemerintah berkaitan dengan asuransi syariah yaitu :
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 426/KMK.06/2003 tentang perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 424/KMK.06/2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
Keputusan Direktur Jendral Lemabga Keuangan Nomor Kep. 4499/LK/2000 tentang Jenis, Penilaian dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi dengan system Syariah.
Prinsip-Prinsip Asuransi Syariah
Prinsip utama dalam asuransi syaraiah adalah ta'awanu 'ala al birr wa al-taqwa (tolong-menolonglah kamu sekalian dalam kebaikan dan takwa) dan al-ta'min (rasa aman). Para pakar ekonomi Islam mengemukakan bahwa asuransi syariah atau asuransi tafakul ditegakan atas tiga prinsip utama, yaitu :
Saling bekerja sama atau Bantu-membantu.
Seorang muslim bagian dari sistem kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, seorang muslim dituntut mampu merasakan dan memikirkan saudaranya yang akan menimbulkan sikap saling membutuhkan dalam menyelesaikan masalah.
"Dan tolong menolonglah kamu (dalam mengerjakan)kebaikan dan taqwa. Dan jangan tolong,menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran."(QS.Al Maidah[5];2)
Saling melindungi dari berbagai kesusahan dan penderitaan satu sama lain.
Hubungan sesama muslim ibarat suatu badan yang apabila satu anggota badan terganggu atau kesakitan maka seluruh badan akan ikut merasakan. Maka saling membantu dan tolong-menolong menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem kehidupan masyarakat.
"Adapun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang meminta-minta maka, janganlah kamu menghardiknya"'.(Adh.Duiha [93]9-10)
Sesama muslim saling bertanggungjawab
Kesulitan seorang muslim dalam kehidupan menjadi tanggung jawab sesama muslim. Sebagaimana dalam firman Allah swt surat Ali Imran93) ayat 103.
"Dan peganglah kamu kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepamu ketika dahulu (masa Jahilliyah) bermusuh-musuhan, maka, Allah merpersatukan hatimu, lalu menjadikan kamu karena nikmat Allah orang-orang bersaudara, dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikian Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk".
Manfaat Asuransi
Menurut Soemitra (255: 2010), Asuransi pada dasarnya dapat memberi manfaat bagi para peserta asuransi antara lain sebagai berikut:
Rasa aman dan perlindungan.
Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil.
Berfungsi sebagai tabungan.
Alat penyebaran risiko. Dalam asuransi syariah risiko dibagi bersama para peserta sebagai bentuk saling tolong menolong dan membantu diantara mereka.
Membantu meningkatkan kegiatan usaha karena perusahaan asuransi akan melakukan investasi sesuai dengan syariah atas suatu bidang usaha tertentu.
Tujuan Akuntansi Asuransi Keuangan Syariah
Akuntansi keuangan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu seiring dengan tingkat kebutuhan perusahaan untuk menetapkan hak dan kewajiban keuangan, hasil operasi dan untuk memberikan imformasi mengenai posisi keuangan pada waktu tertentu.
Suatu transaksi dikatakan sesuai dengan prinsip syariah apabila telah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Transaksin tidak mengandung unsur kezaliman
Transaksi tidak mengandung unsur riba
Transaksi tidak mengandung unsur judi
Transaksi tidak mengandung unsur penipuan
Transaksi tidak mengandung material yang diharamkan
Transaksi tkidak membahayakan pihak sendiri atau pihak lain
Adapun tujuan dari Akuntansi Keuangan Syariah baik pada asuransi syariah maupun pada lembaga keuangan syariah lainnya adalah sebagai berikut:
Menentukan hak dan kewajiban pihak terkait termasuk hak dengan kewajiban yang berasal dari transaksi yang belum selesai dan atau kegiatan ekonomi lain, sesuai dengan prinsip syariah yang berdasarkan pada konsep kejujuran, keadilan, kebajikan dan kepatuhan terhadap nilai-nilai bisnis Islam.
Menyediakan informasi keuangan yang bermanfaat bagi pemakai laporan untuk mengambil keputusan.
Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan kegiatan usaha.
Sistem-Sistem Asuransi
Menurut Syahatah (2006: 4) Sistem asuransi yang paling banyak berkembang dan beredar dewasa ini antara lain sebagai berikut:
Perusahaan jasa asuransi niaga
Asuransi niaga terkait erat dengan bahaya-bahaya atau risiko-risiko yang muncul akibat menjalankan aktivitas perdagangan, terutama angkutan barang dan sejenisnya dari satu tempat ke tempat lain, meliputi: Asuransi laut, asuransi darat, Asuransi udara.
Sistem asuransi jiwa
Asuransi ini berkaitan dengan marabahaya dan risiko yang dapat menimpa seseorang, seperti luka-luka akibat kecelakaan, sakit, meninggal, atau pension. Dan diantara model asuransi jiwa yang paling penting adalah sebagai berikut:
Asuransi hidup
Asuransi Kecelakaan
Asuransi Sosial
Asuransi Sakit
Sistem asuransi dari marabahaya yang menimpa harta benda
Model asuransi ini yang paling populer antara lain sebagai berikut.
Asuransi dari kebakaran, pencurian, dan pengrusakan/ pemusnahan.
Jaminan asuransi dari tanggung jawab sipil, pekerjaan, dan kecelakaan kerja.
Jaminan asuransi dari kemacetan pembayaran.
Sistem asuransi investasi
Asuransi ini berlandaskan pada sistem pemberian sejumlah dana untuk investasi bersama sejumlah orang atau perusahaaan, kemudian sebagian modal dan labanya diberikan kepada pihak yang mengalami kerugian, sementara sisanya dikembalikan pada mereka ketika telah mencapai jangka waktu tertentu. Dengan demikian, ini menggabungkan antara sistem investasi dan asuransi.
Produk-produk Asuransi Syariah (Takaful Keluarga)
Asuransi syari ah yang sebenarnya terjadi adalah saling bertanggung jawab, bantu-membantu dan melindungi para peserta sendiri. Perusahaan asuransi takaful diberi kepercayaan (amanah) oleh para peserta untuk mengelola premi para peserta, mengembangkan dengan jalan halal, memberikan santunan kepada yang mengalami musibah sesuai isi akta perjanjian Muhammad dalam Hilaliyah (2008:41).
Takaful keluarga sendiri adalah bentuk takaful yang memberikan perlindungan dalam menghadapi musibah kematian dan kecelakaan atas diri peserta takaful dalam musibah kematian yang akan menerima santunan sesuai perjanjian adalah keluarga/ahli warisnya, atau orang yang ditunjuk, dalam hal tidak ada ahli waris. Dalam musibah kecelakaan yang tidak mengakibatkan kematian, santunan akan diterima oleh peserta yang mengalami musibah. Menurut Muhammad dalam Hilaliyah (2008:42), Jenis takaful keluarga meliputi:
Produk takaful individu dengan unsur tabungan, meliputi:
Takaful berencana/dana investasi
Takaful dana haji
Takaful pendidikan/dana siswa
Takaful dana jabatan
Takaful hasanah
Produk takaful individu tanpa unsur tabungan, meliputi:
Takaful kesehatan individu
Takaful kecelakaan diri individu
Takaful Al-Khairat individu
Produk takaful kumpulan
Takaful Kecelakaan Diri Kumpulan
Takaful Majelis ta lim
Takaful Al-Khairat
Takaful Al-Khairat+Tabungan Haji (Takaful Iuran Haji)
Takaful Pembiayaan
Takaful Kecelakaan Siswa
Takaful Wisata dan Perjalanan
Takaful Medicare
Takaful perjalanan haji dan umrah
Sistem Pengelolaan Dana Asuransi Syariah
Informasi tentang pengelolaan dana asuransi syariah ini juga diberikan oleh perusahaan asuransi pertama yang memperkenalkan asuransi syariah sebagai sejarah terbentuknya asuransi syariah di dunia. Dalam hal keuntungan yang di dapat oleh perusahaan asuransi atas pengembangan dana asuransi syariah dari setiap nasabah asuransi syariah ini di bagi secara merata dan seimbang. Ini sesuai dengan prinsip asuransi syariah "mudharabah" atau biasa disebuat dengan prinsip bagi hasil. Dan besarnya pembagian hasil dari keuntungan tersebut, ini tergantung pada kesepakatan antara peserta asuransi syariah di mana nasabah asuransi syariah ini menjadi pemilik modal dengan perusahaan asuransi yang berfungsi sebagai media untuk mengembangakan dan menjalankan modal tersebut pada saat akad perjanjian dilaksanakan. Dalam pengelolaan dana asuransi syariah dari para nasabah, perusahaan asuransi dalam hal ini asuransi syariah mempunyai mekanisme atau cara kerja yang terbagi menjadi 2 cara dalam mengelola dana asuransi syariah, adalah sebagai berikut :
Sistem pengelolaan dana yang mengandung unsur tabungan
Menjadi nasabah asuransi, baik produk asuransi konvensional maupun asuransi syariah yang berbasiskan Islam sebagai landasan hukum semua nasabah asuransi harus memberikan atau membayar iuran yang jumlah telah ditentukan kepada perusahaan asuransi secara rutin. Atau dalam dunia asuransi, iuran tersebut disebut dengan premi asuransi. Tetapi khusus untuk asuransi syariah ini, besar premi asuransi yang akan dibayarkan itu sesuai dengan kemampuan para masing-masing nasabah asuransi dan sesuai dengan kesepakatan pada saat akad perjanjian dilakukan.
Untuk pembayaran iuran atau premi asuransi syariah, para nasabah bisa memilih cara pembayarannya baik dengan transfer atau bayar langsung. Dan waktu pembayaran premi asuransi ini juga bisa di pilih langsung oleh setiap nasabah asuransi, bisa dengan melakukan pembayaran setiap bulan, 3 bulan sekali, per 6 bulan, bahkan sampai 1 tahun sekali pembayarannya. Untuk setiap dana premi asuransi syariah yang dikeluarkan oleh tiap nasabah asuransi syariah yang berhubungan dengan tabungan, ini akan langsung dipisahkan oleh perusahaan asuransi ke dalam dua rekening yang berbeda.
Rekening Tabungan, yaitu kumpulan premi dana asuransi syariah dari setiap peserta asuransi syariah yang merupakan milik peserta sekaligus sebagai simpanan. Dana premi asuransi tersebut secara otomatis menjadi hak dari nasabah asuransi syariah dan akan dikembalikan bila :
Perjanjian asuransi syariah ini telah berakhir
Nasabah asuransi syariah tersebut mengundurkan diri
Nasabah asuransi syariah tersebut meninggal dunia. Dan dana asuransi syariah tersebut diberikan kepada ahli waris atau keluarganya.
Sistem yang tidak mengandung unsur tabungan.
Khusus untuk produk asuransi syariah, premi asuransi syariah akan harus dibayarkan oleh setiap nasabah asuransi syariah ini akan dipisahkan langsung oleh perusahaan asuransi. Pemisahan dana asuransi syariah tersebut, salah satunya untuk sumbangan yang digunakan untuk membantu sesama nasabah asuransi syariah dan juga untuk sesama umat muslim.
Rekening Tabarru, yaitu kumpulan dana premi asuransi yang diberikan oleh setiap nasabah asuransi syariah sebagai iuran atau sumbangan untuk kebaikan dengan tujuannya untuk saling tolong-menolong dan saling membantu sesama umat muslim dan nasabah asuransi syariah. Untuk dana yang berupa premi asuransi syariah tersebut akan dibayarkan apabila :
Nasabah asuransi syariah tersebut meninggal dunia. Dan dana asuransi syariah tersebut diberikan kepada ahli waris atau keluarganya.
Perjanjian asuransi syariah telah berakhir. Untuk dana premi asuransi syariah ini akan di berikan jika ada surplus dana yang diterima oleh perusahaan asuransi.
Semua sistem dan cara pengelolaan dana asuransi syariah yang telah dihimpun dan dikelola oleh perusahaan asuransi ini akan diinvestasikan sesuai dengan syariat Islam demi untuk mendapatkan keuntungan. Nah, setiap keuntungan yang didapat dari hasil investasi tersebut, akan dibagikan secara merata dengan jumlah yang adil antara nasabah asuransi syariah dengan perusahaan asuransi. Pembagian keuntungan dari investasi ini, tentunya setelah dikurangi beban asuransi, yaitu klaim dan premi asuransi. Pembagian keuntungan ini juga akan dilakukan dengan mengedepankan atau menggunakan prinsip Al-Mudharabah dan sesuai dengan perjanjian atau pada saat akad asuransi syariah dilakukan.
Sumber Biaya Operasional
Dalam operasionalnya asuransi syariah yang berbentuk bisnis seperti Perseroan Terbatas (PT), sumber biaya operasional menjadi sangat menentukan dalam perkembangan dan percepatan pertumbuhan industri. Lain halnya dengan asuransi syariah yang berbentuk sosial, mutual atau koperasi, disini peran pemerintah harus dominan terutama dalam memberikan subsidi ditahap awal berdirinya asuransi tersebut. Asuransi syariah yang bersifat sosial tentu tidak terlampau mengutamakan aspek bisnis atau perolehan profit. Tetapi lebih mengutamakan aspek manfaat sebesar-besarnya bagi anggotanya sebagaimana fungsi utama asuransi syariah, yaitu wataawanu alal birri wattaqwa' saling menolong dalam kebajikan dan taqwa .
Bagi Hasil Surplus Underwriting
Menurut Sula (2004:180) bagi hasil surplus underwriting adalah bagi hasil yang diperoleh dari surplus underwriting, yang dibagi secara proporsional antara peserta (shohibul mal) dan pengelola (mudhorib) dengan nisbah yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan, untuk produk-produk non saving dalam asuransi jiwa, surplus underwriting juga merupakan sumber biaya operasional. Surplus underwriting diperoleh dari kumpulan dana peserta yang diinvestasikan, lalu dikurangi biaya-biaya atau beban asuransi seperti reasuransi dan klaim. Kemudian surplus tersebut dibagi hasil antara peserta dan perusahaan. Bagian perusahaan inilah yang diambil sebagai biaya operasional sebelum menjadi profit perusahaan.
Menurut Richard Bailey dalam Sula (183:2004), Tujuan underwriting membuat taksiran risiko dan penetapan calon tertanggung kedalam kelompok-kelompok risiko, sasaran underwriting perusahaan adalah menyetujui dan menerbitkan polis yang:
Adil Bagi Nasabah (Equitable to The Client) :
Salah satu prinsip dasar asuransi ialah bahwa masing-masing tertanggung membayar premi yang proporsional terhadap risiko yang ditaksir perusahaan terhadap tertanggung tersebut. Dengan diterimanya aplikasi asuransi jiwa, perusahaan harus menetapkan tingkat risiko dan harus membebani premi secara adil atas risiko tersebut.
Dapat Dijual oleh Agen (deliverable by the agent) :
Pembeli membuat keputusan terakhir apakah polis asuransi tertentu dapat diterima. Jika pembeli memutuskan tidak membeli polis jika agen berusaha menjual polis tersebut, dikatakan bahwa polis tidak dapat dijual (undeliverable) atau tidak dibeli (not taken). Satu di antara alasan-alasan sebuah polis tidak dibeli ialah karena keputusan underwriting yang tidak menguntungkan dengan hasil pembebanan premi antisipasi yang lebih tinggi. Misalnya, jika underwriter telah memutuskan beban premi lebih tinggi dari premi normal untuk satu penutupan atau membatasi uang pertanggungan atau jenis benefit tambahan atau rider yang dikehendaki, maka calon tertanggung mungkin menolak polis.
Adapun syarat diterimanya suatu polis adalah:
Polis harus menyediakan benefit yang memenuhi kebutuhan pembeli.
Premi yang ditetapkan oleh polis harus dalam batas kemampuan keuangan pembeli.
Premi yang dibebankan untuk asuransi harus bersaing dengan pasar.
Menguntungkan Perusahaan (profitable to the company)
Underwriter harus membuat keputusan yang menguntungkan perusahaan. Semua perusahaan asuransi, apakah itu perseroan terbatas, asuransi jiwa bersama, atau fraternal, meminta underwriting yang sehat untuk meyakinkan hasil keuangan yang menguntungkan. Perseroan terbatas membayar deviden kepada pemegang saham. Dan dalam beberpa kasus, asuradur (penanggung) perusahaan mutual maupun fraternal membayar deviden kepada pemegang polis (peserta).
Bagi Hasi Investasi
Menurut Sula (2004:180) bagi hasil investasi adalah bagi hasil yang diperoleh secara proporsional berdasarkan nisbah bagi hasil yang telah ditentukan, baik dari hasil investasi dan rekening tabungan peserta maupun dari dana rekening tabarru'. Setelah dana peserta dibayarkan, dan terkumpul dalam total dana peserta, kemudian diinvestasikan. Profit yang diperoleh dari investasi kemudian dilakukan bagi hasil antara peserta dan pengelola atau perusahaan asuransi.
Dana Pemegang Saham
Dana pemegang saham adalah dana yang disiapkan oleh para pemegang saham sebagai modal setor bagi perusahaan, baik pada tahap awal berdirinya perusahaan maupun penambahan dana setelah perusahaan berjalan, beserta hasil investasi atas dana tersebut atau dengan kata lain, akumulasi laba ditambah modal yang disetor oleh pemegang saham.
Loading (Kontribusi Biaya)
Menurut Sula (2004:181) loading adalah kontribusi biaya yang dibebankan kepada peserta, yang biasanya pada asuransi konvensional diambil dari premi tahun pertama dan kedua. Pada beberapa asuransi syariah di Indonesia, loading dikenakan sebesar kurang lebih 25 persen dari premi tahun pertama atas sepengetahuan peserta dan terutama diperuntukkan untuk biaya komisi agen. Adapun jumlah kontribusi yang diambil berpulang kepada kebijakan perusahaan masing-masing dengan mempertimbangkan aspek keadilan dan aspek market.
Perusahaan asuransi syariah seperti Syarikat Takaful di Malaysia, dan sebagian asuransi syariah di Indonesia seperti Asuransi Syariah Mubarokah tidak membebankan loading kepada peserta dengan alasan bertentangan dengan kaidah syara . Sementara sebagian yang lain seperti Takaful Keluarga, MAA syariah dan asuransi syariah lainnya, Dewan Pengawas Syariah (DPS) membolehkan loading (misalnya sebesar 3 persen) dari premi tahun pertama, sepanjang dilakukan secara transparan dan sepengetahuan peserta takaful diawal akad. Hal ini dianggap tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah syara .
Menurut Sula (2004:181) pengertian biaya loading pada asuransi syariah adalah kontribusi biaya yang diambil dari sebagian kecil kontribusi peserta (premi) tahun pertama, misalnya 20%-30% dari premi tahun pertama. Biaya tersebut terutama diperuntukkan untuk komisi agen dan biaya penagihan (incasso).
Perbedaan Sistem Akuntansi Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional
Konsep akuntansi Islam dan akuntansi konvensional memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda. Sebab dasar-dasar akuntansi Islam adalah syariat Islam yang diimplementasikan dikalangan masyarakat muslim, yang prosesnya ditangani oleh para akuntan yang mengombinasikan kemampuan dan kecakapan dengan kejujuran kerja. Berdasarkan pengertian, landasan syar'i dan prinsip-prinsip akuntansi syariah serta keterangan-keterangan diatas, dapat kita simpulkan sifat-sifat spesifik akuntansi syariah diantaranya sebagai berikut. :
Kaidah-kaidah dasar akuntansi Islam bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah nabawiyah serta fiqih para ulama
Akuntansi Islam dilandasi oleh kaidah yang kuat, iman, serta pengakuan bahwa Allah itu adalah Tuhan, Islam adalah agama, Muhammad adalah Rasul, dan juga percaya pada hari akhir.
Akuntansi Islam berlandaskan pada akhlak yang baik. Karenanya, seorang akuntansi yang melaksanakan proses akuntansi harus mampu mempunyai sifat amanah, jujur, netral, adil, dan professional.
Dalam Islam, seorang akuntan dianggap bertanggung jawab di depan masyarakat dan umat Islam tentang berapa jauh kesatuan ekonomi yang dipengaruhi oleh hokum syariat Islam, terutama yang berkaitan dengan muamalah.
Berdasarkan keistimewaan-keistimewaan yang bersifat kaidah dan akhlak, akuntansi dalam Islam juga berkaitan dengan proses-proses keuangan yang sah.
Akuntansi dalam Islam sangat memperhatikan aspek-aspek tingkah laku sebagai unsur dan juga berperan dalam kesatuan ekonomi.
Dalam system akuntansi syariah memiliki beberapa perbedaan system akuntansi dengan akuntansi konvensional. Mohamed Arif bin Abdul Rashid, CEO PT. Syarikat Takaful Indonesia, dalam Eccounting Concept In Takaful Busines menjelaskan beberapa perbedaan tersebut sebagai berikut:
Cash Bases
Dalam praktik akuntansi konvensional, premi asuransi diakui sebagai pendapatan, walaupun premi asuransi belum dibayarkan. Sedangkan dalam praktik akuntansi takaful atau asuransi syariah, angsuran atau premi dan laba dari investasi benar-benar diakui sebagai pendapatan jika perusahaan telah menerimanya secara tunai. Praktik akuntansi ini memiliki arti yang penting yang berkaitan dengan system bisnis yang berperinsip pada mudharabah dimana akad mengikat antara peserta dengan perusahaan dalam kesepakatan bagi hasil.
Technical Reserve
Cadangan teknis merupakan bagian dari premi asuransi yang belum dihasilkan atau dikenal sebagai cadangan premi yang belum dihasilkan. Dalam system akuntansi takaful, cadangan teknik dihitung dengan menggunakan metode 1/365. Premi akan diakui sebagai pendapatan serta ditentukan menurut jumlah hari yang sebenarnya selama periode akuntansi dan masa perjanjian/kontrak Tafakul. Premi yang tidak digunakan selama masa perjanjian dianggap cadangan.
Beban Retakaful
Dalam praktik asuransi konvensional beban reasuransi selama masa perjanjian, diakui sebagai asuransi awal yang dikover. Praktik akutansi ini sesuai dengan standar yang diterima, yaitu perbandingan pendapatan dengan beban yang terjadi pada periode berjalan. Dalam system akuntansi Takaful, beban retakaful selama masa perjanjian diakui sebagai utang sampai angsuran atau premi Takaful dibayar oleh peserta. Akan tetapi, beban retakaful ini akan diakui sebagai pendapatan juika seluruh premi dibayar lebih awal oleh peserta.
Surplus (Pada Asuransi Jiwa)
Dalam asuransi konvensional, surplus dari investasi ditrasfer ke pemegang saham sebagai pendapatan. Tetapi, di Takaful keluarga (jiwa), perusahaan tidak berhak mengakui surplus ini sebagai pendapatan. Pada Takaful keluarga hanya laba dari dana investasi dibagikan antara peserta dan perusahaan sesuai yang diperjanjikan (misalnya 70:30 atau 60:40). Setelah dikurangi bagian keuntungan bagi perusahaan, sisa dari keuntungan ini merupakan pendapatan bagi peserta Takaful yang dikreditan kerening peserta.
Surplus (Pada Asuransi Kerugian)
Laba dari Takaful Umum (kerugian) dibagikan berdasarkan rasio pembagian keuntungan yang telah disepakati antara perusahaan dan peserta Takaful. Keuntungan dibayarkan jika peserta tafakul masih terikat perjanjian atau kontrak. Aspek teknis akuntansi, asuransi Tafakul menggambarkan nilai tambah atau keuntungan yang diungkapkan secara adil dan transparan. Sehingga, baik perusahaan maupun peserta asuransi tafakul tidak merasa dirugikan. Keuntungan lain yang bersifat jangka panjang bahwa adanya nilai kebersamaan, tolong-menolong, dan saling menaggung jika di antara peserta terjadi klaim kerugian. Inilah sisi kemungkinan yang didapatkan dari asuransi Takaful. Secara ringkas perbedaan antara akuntansi asuransi konvensial dengan akuntansi asuransi syariah dapat dilihat pada tabel berikut:
No.
Akuntansi Asuransi Konvensional
Akuntansi Asuransi Syariah
1.
Premi Asuransi diakui sebagai pendapatan meskipun premi asuransi belum dibayarkan
Premi Asuransi benar-benar diakui sebagai pendapatan jika diterima secara tunai.
2.
Beban retafakul selama perjanjian diakui sebagai asuransi awal yang dikover.
Beban retakaful diakui sebagai utang sampai angsuran atau premi takaful dibayarkan. Dan beban retakaful diakui sebagai pendapatan jika dibayar lebih awal.
3.
Dana asuransi yang terhimpun dikelola untuk kepentingan bisnis perusahaan dengan keuntungan yang dinikmati oleh perusahaan dan pemegang saham.
Dana asuransi tafakul yang terhimpun dikelola dengan konsep mudharabah
4.
Laba atau surplus investasi ditrasfer ke pemegang saham.
Laba investasi dari dana Takaful keluarga yang terhimpun dibagikan kepada peserta takaful keluarga dan perusahaan tidak berhak mengakui surplus ini sebagai pendapatan.
5.
Keuntungan yang didapatkan oleh perusahaan asuransi merupakan laba perusahaan
Ada pembagian keuntungan/berdasarkan rasio yang disepakati dalam perjanjian
Implementasi Akuntansi Islam pada Asuransi Syariah
Akuntansi syariah dengan akad mudharabah.
Dalam akad ini terdapat pemisahan pengelolaan dana antara dana pemegang saham(DPS) dengan dana peserta asuransi (DPA). Perusahaan bertindak sebagai pemegang amanah untuk mengelola kontribusi yang diterima dari peserta yang digunakan apabila di antara para peserta terjadi musibah. Di lain pihak ,peserta menyetujui Bahwa dana ynag disetor akan dikelola secara professional oleh operator. Jika pada akhir periode, peserta yang tidak mendapatkan musibah akan memperoleh bagi hasil. Dengan demikian, dalam akad ini dana yang disetorkan partisipan merupakan milik peserta, dan tidak dapat dipergunakan untuk kepentingan pemegang saham. Konsikuensinya, system akuntansi yang diterapkan harus dipisahkan antara akuntansi Dana Pemegang Saham (DPS) dengan akuntansi Dana Peserta Asuransi (DPA).
Akuntansi syariah dengan akad wakalah.
Dalam akad ini tidak terdapat pemisahan penegelolaan dana antara pemegang saham dengan dana peserta asuransi. Perusahaan menerima dana tabarru' dari peserta dan berhak digunakan untuk seluruh kegiatan perusahaan. Dana yang berasal dari pemegang saham dengan dana peserta dicampurkan. Sehingga, konsekuensinya, akuntansi tidak harus dipisahkan antara akuntansi dana pemegang saham dengan akuntansi dana peserta asuransi.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan uraian bab sebelumnya penulis dapat mengemukakan simpulan sebagai berikut.
Asuransi merupakan sebuah lembaga keuangan Non-bank yang bertujuan untuk memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga sebelumnya.
Asuransi Syariah, merupakan sebuah sistem dimana para peserta menginfaqkan atau menghibahkan sebagian atau seluruh kontribusi yang akan digunakan untuk membayar klaim, jika terjadi musibah yang dialami oleh sebagian peserta. Peranan perusahaan disini hanya sebatas pengelolaan operasional asuransi dan investasi dari dana-dana atau kontribusi yang diterima/dilimpahkan kepada perusahaan.
Prinsip-prinsip yang dijalankan oleh asuransi syariah dalam mengoprasikan kegiatannya antara lain Saling bekerja sama atau bantu-membantu, Saling melindungi dari berbagai kesusahan dan penderitaan satu sama lain, saling bertanggung jawab, dan menghindari unsur-unsur yang mengandung gharar, maysir dan riba.
Perbedaan yang paling mendasar antara asuransi syariah dengan asuransi kovensional adalah pada keberadaan Pengawasan Dewan Syariah (PDS), akad, Investasi dana, kepemilikan dana, pembayaran klaim dan keuntungan.
Saran
Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.
Asuransi syariah bisa menjadi salah satu alternative bagi masyarakat muslim yang ingin membantu sesamanya
Perlu diadakannya sosialisasi mengenai produk-produk dari asuransi syariah ini kepada masyarakat agar masyarakat tidak tabu dengan informasi mengenai produk-produk yang ditawarkan.
Sebaiknya diadakan penyuluhan mengenai pentingnya asuransi syariah itu sendiri guna menumbuhkembangkan minat masyarakat terutama masyarakat yang muslim untuk menginvestasikan sebagian hartanya agar dapat menolong sesame.
Pemerintah sebaiknya mendukung dan membantu program-program yang dilakukan oleh asuransi syariah, agar tujuan untuk memakmurkan perekonomian Negara ini dapat tercapai dengan baik
DAFTAR PUSTAKA
Ikatan Akuntan Indonesia. 2008.Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 111
http://innazeyina.blogspot.co.id/2014/06/contoh-makalah-asuransi-syariah.html
https://sitisarahadi.wordpress.com/2013/06/22/tugas-makalah-akuntansi-asuransi-syariah/
Skripsi Evaluasi Mekanisme Pengelolaan Dana Dengan Sistem Mudharabah Pada Asuransi Syariah (Studi Kasus Pada Pt. Asuransi Takaful Keluarga Cab. Makassar). 2014 : Andi Sriwahyuni.
LAMPIRAN
Laporan Keuangan Akuntansi Asuransi Syariah
Neraca
PT Asuransi Syariah "X"
Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Per 31 Desember 20x1
Aset
Kas dan setara kas
xxx
Piutang kontribusi
xxx
Piutang reasuransi
xxx
Piutang
xxx
Murabahah
xxx
Salam
xxx
Istishna'
xxx
Investasi pada surat berharga
xxx
Pembiayaan
xxx
Mudharabah
xxx
Musyarakah
xxx
Investasi pada entitas lain
xxx
Properti investasi
xxx
Aset tetap dan akumulasi penyusutan
xxx
Jumlah aset
x x x
Kewajiban
Penyisihan kontribusi yang belum menjadi hak
xxx
Utang klaim
xxx
Klaim yang sudah terjadi tetapi belum dilaporkan
xxx
Bagian peserta atas surplus underwriting dana
tabarru' yang masih harus dibayar
xxx
Utang reasuransi
xxx
Utang dividen
xxx
Utang pajak
xxx
Jumlah kewajiban
x x x
Dana Peserta
Dana syirkah temporer
Mudharabah
xxx
Dana tabarru'
xxx
Jumlah dana peserta
x x x
Ekuitas
Modal disetor
xxx
Tambahan modal disetor
xxx
Saldo Laba
xxx
Jumlah ekuitas
xxx
Jumlah kewajiban, ekuitas peserta, dan ekuitas
xxx
Laporan Surplus Defisit Underwriting Dana Tabarru'
PT Asuransi Syariah "X"
Laporan Surplus Defisit Underwriting Dana Tabarru'
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20x1
Pendapatan Asuransi
Kontribusi bruto
xxx
Ujrah pengelola
(xxx)
Bagian reasuransi (atas risiko)
(xxx)
Perubahan kontribusi yang belum menjadi hak
(xxx)
Jumlah pendapatan asuransi
xxx
Beban Asuransi
Pembayaran klaim
xxx
Klaim yang ditanggung reasuransi dan pihak lain
(xxx)
Klaim yang masih harus dibayar
xxx
Klaim yang masih harus dibayar yang ditanggung
reasuransi dan pihak lain
(xxx)
Penyisihan teknis
Beban pengelolaan asuransi
xxx
Jumlah beban asuransi
xxx
Surplus (Defisit) Neto Asuransi
xxx
Pendapatan Investasi
Total pendapatan investasi
xxx
Beban pengelolaan portofolio investasi
xxx
Pendapatan investasi neto
xxx
Surplus (defisit) Underwriting Dana Tabarru'
xxx
Penyesuaian surplus (defisit) yang siap
didistribusikan
Penambah
Kontribusi periode sebelumnya yang diterima
pada periode berjalan secara kas
xxx
Klaim reasuransi periode sebelumnya yang
diterima pada periode berjalan secara kas
xxx
Pengurang
Kontribusi periode berjalan yang belum diterima
secara kas
( xxx)
Klaim reasuransi periode berjalan yang belum
diterima secara kas
(xxx)
Surplus (defisit) Underwriting Dana Tabarru'
Siap Didistribusikan
xxx
Laporan Laba Rugi
Asuransi Syariah "X"
Laporan Laba Rugi
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20x1
Pendapatan
Pendapatan pengelolaan operasi asuransi (ujrah)
xxx
Pendapatan pengelolaan portofolio investasi dana
peserta
xxx
Pendapatan pembagian surplus underwriting
xxx
Pendapatan investasi
xxx
Jumlah pendapatan
xxx
Beban
Beban komisi
xxx
Ujrah dibayar
xxx
Beban umum dan administrasi
xxx
Beban pemasaran
xxx
Beban pengembangan
xxx
Jumlah beban
xxx
Laba Usaha
xxx
Pendapatan (beban) nonusaha neto
xxx
Laba Sebelum Pajak
xxx
Beban pajak
xxx
Laba Neto
xxx
Laporan Perubahan Dana Tabarru
Asuransi Syariah "X"
Laporan Perubahan Dana Tabarru
Periode 1 Januari s.d. 31 Desember 20x1
Surplus underwriting dana tabarru' (dasar akrual)
xxx
Distribusi ke peserta
(xxx)
Distribusi ke pengelola
(xxx)
Surplus yang tersedia untuk dana tabarru'
xxx
Saldo awal
xxx
Saldo akhir
xxx