MAKALAH KIMIA ORGANIK LANJUT “AMINA”
DISUSUN OLEH : DEA PAZIRA RAHAYU ILWA AINUL YAKIN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM 2017
Amina
1. Pengertian
Amina adalah senyawa organic yang mengandung atom nitrogen trivalent yang mengandung atom nitrogen trivalen yang berkaitan dengan satu atau dua atau tiga atom karbon, dimana amina juga merupakan suatu senyawa yang mengandung gugusan amino ( NH2, - NHR, atau – NH2). Gugusan amino mengandung nitrogen terikat, kepada satu sampai tiga atom karbon (tetapi bukan gugusan karbonil). Apabila salah satu karbon yang terikat pada atom nitrogen adalah karbonil, senyawanya adalah amida, bukan amina. 2. Ciri Khas
Di antara sejumlah golongan senyawa organic yang memiliki sifat basa, yang terpenting adalah amina. Di samping itu sejumlah amina memiliki keaktifan faali (fisiologis), misalnya efedrina berkhasiat sebagai peluruh dahak, meskalina yang dapat mengakibatkan seseorang berhalusinasi, dan amfetamina yang mempunyai efek stimulant. Kelompok senyawa alkaloid yang berasal dari tumbuhan secara kimia juga meripakan bagian dari golongan basa organic amina. 3. Rumus Umum
Rumus umum untuk senyawa amina adalah : RNH2 R2NH R3N:
Dimana R dapat berupa alkil atau ari Terdapat tiga jenis amina sesuai dengan jumlah atom H yang dapat digantikan oleh gugus alkil, yaitu amina primer (R – NH2), amina sekunder (R 2 – NH), dan amina tersier (R 3 – N). Tata nama trivial untuk ketiga senyawa tersebut diturunkan dari nama gugus alkilnya. Contoh :
Penataan nama secara sistematis (IUPAC), amina primer diturunkan dari alkana dengan menambahkan kata – amino. Nomor atom karbon terkecil diberikan kepada atom karbon yang mengikat gugus – NH2. Contoh :
Senyawa amina dianggap turunan dari amonia sehingga sifat-sifatnya ada kemiripan dengan amonia. Amina adalah basa lemah yang dapat mengikat proton (H+) membentuk garam amonium. Misalnya, trimetilamina bereaksi dengan asam membentuk kation trimetilamonium.
(CH3)3 N + H+ → (CH3)3 NH+
Garam dari trimetilamonium lebih larut dalam air daripada amina yang sederajat. Reaksinya dapat digunakan untuk melarutkan amina lain dalam larutan air. Garam amonium dari senyawa amina berperan penting dalam obat-obatan yang tergolong daftar G (psikotropika). Misalnya, kokain dipasarkan berupa garam hidroklorida berbentuk kristal padat berwarna putih. Obat batuk dextromethorphan hidrobromine dibuat dalam bentuk garam amonium bromida.
Pada panel counter farmasi biasanya disediakan sampel garam amonium dari amina yang digunakan untuk meyakinkan bahwa obatobatan tersebut larut dalam air. 4. Pembuatan amina
Cara Reaksi Reduksi
a. Pembuatan amina primer Untuk pembuatan amina primer, reaksi terjadi dalam dua tahapan. Pada tahapan pertama, terbentuk sebuah garam – dalam hal ini, etilamonuim bromida . Garam ini sangat mirip dengan amonium bromida, kecuali bahwa salah satu atom hidrogen dalam ion amonium telah diganti oleh sebuah gugus etil. Dengan demikian, ada kemungkinan untuk terjadinya reaksi reversibel (dapat balik) antara garam ini dengan amonia berlebih dalam campuran. Amonia mengambil sebuah atom hidrogen dari ion etilamonium sehingga menjadikannya amina primer, yakni etilamina. Semakin banyak amonia yang terdapat dalam campuran, semakin besar kemungkinan terjadi reaksi selanjutnya. b. Pembuatan amina sekunder
Reaksi di atas tidak berhenti setelah amina primer terbentuk. Etilamina juga bereaksi dengan bromoetana – dalam dua tahapan yang sama seperti reaksi sebelumnya. Pada tahap pertama, terbentuk sebuah garam – kali ini, dietilamonium bromida. Anggap garam yang terbentuk ini adalah amonium bromida dengan dua atom hidrogen yang digantikan oleh gugus-gugus etil. Lagi-lagi terdapat kemungkinan terjadinya reaksi reversibel (dapat balik) antara garam ini dengan amonia berlebih dalam campuran tersebut, seperti diperlihatkan pada gambar berikut: Amonia mengambil sebuah ion hidrogen dari ion dietilamonium sehingga menjadikannya amina sekunder, yakni dietilamin. Amina sekunder adalah amina yang memiliki dua gugus alkil terikat pada atom nitrogen. c. Pembuatan amina tersier Setelah amina sekunder terbentuk, reaksi masih belum berhenti. Dietilamina juga bereaksi dengan bromoetana – dalam dua tahapan yang sama seperti pada reaksi sebelumnya. Pada tahapan pertama, terbentuk trietilamonium bromida. Lagi-lagi ada kemungkinan terjadinya reaksi reversibel (dapat balik) antara garam ini dengan amonia berlebih dalam campuran tersebut, sebagaimana ditunjukkan berikut: Amonia mengambil sebuah ion hidrogen dari ion trietilamonium sehingga menjadikannya amina tersier, yakni trietilamin. Amina tersier adalah amina yang memiliki tiga gugus alkil terikat pada nitrogen.
Substitusi asil nukleofilik Substitusi asil nukleofilik[1] merupakan reaksi substitusi yang melibatkan nukleofil
dan senyawa asil. Dalam jenis reaksi ini, nukleofil - seperti alkohol, amina, atau enolat menggantikan posisi gugus pergi dari turunan asil - seperti asil halida, anhidrida asam, atau ester. Produk yang dihasilkan adalah karbonil - mengandung senyawa yang nukleofilnya telah menggantikan posisi gugus pergi yang terdapat pada derivat asil awal. Karena derivat asil bereaksi dengan berbagai nukleofil, dan karena produk dapat bergantung pada jenis
tertentu dari derivat asil dan nukleofil yang terlibat, reaksi substitusi asil nukleofilik dapat digunakan untuk mensintesis berbagai produk yang berbeda.
Mekanisme reaksi
Senyawa karbonil bereaksi dengan nukleofil melalui mekanisme adisi: nukleofil menyerang karbon karbonil, membentuk zat antara tetrahedral. Reaksi ini dapat dipercepat dengan kondisi asam, yang membuat karbonil lebih elektrofilik, atau kondisi basa, yang menyediakan kondisi lebih anionik dan karenanya nukleofil menjadi lebih reaktif. Zat antara tetrahedral sendiri dapat berupa alkohol atau alkoksida, tergantung pada pH reaksi. Zat antara tetrahedral pada suatu senyawa asil yang mengandung substituen yang menempel pada karbon pusat dapat bertindak sebagai gugus pergi. Setelah zat antara tetrahedral terbentuk, kemudian terpecah, membentuk kembali ikatan karbonil C=O dan melepaskan gugus pergi dalam reaksi eliminasi. Sebagai hasil dari proses adisi/eliminasi dua tahap ini, nukleofil menggantikan posisi gugus pergi pada senyawa karbonil dengan cara dari suatu keadaan antara yang tidak mengandung karbonil. Kedua tahapan diatas bersifat bolak balik dan karenanya, reaksi substitusi asil nukleofilik merupakan proses kesetimbangan.[2] Karena kesetimbangan akan mendukung produk yang mengandung nukleofil terbaik, gugus pergi harus menjadi nukleofil yang relatif buruk agar reaksi menjadi praktis.
Kondisi asam
Dalam kondisi asam, gugus karbonil senyawa asil 1 terprotonasi, yang membuatnya teraktivasi ke arah penyerangan nukleofil. Pada tahap kedua, karbonil terprotonasi (2) diserang oleh nukleofil (H−Z) menghasilkan zat antara tetrahedral 3. Transfer proton dari
nukleofil (Z) pada gugus pergi (X) menghasilkan 4, yang kemudian pecah melepaskan gugus pergi terprotonasi (H−X), menghasilkan senyawa karbonil terprotonasi 5. Lepasnya proton menghasilkan produk substitusi, 6. Karena tahap akhir melibatkan pelepasan proton, Reaksi substitusi asil nukleofilik dianggap katalitik dalam asam. Perlu diperhatikan pula bahwa dalam kondisi asam, nukleofil biasanya akan hadir dalam bentuk terprotonasi (dalam hal ini H−Z dan bukan Z−).
Kondisi basa
Dalam kondisi basa, suatu nukleofil (Nuc) menyerang gugus karbonil senyawa asil 1 untuk menghasilkan zat antara alkoksida tetrahedral 2. zat antara terpecah dan mengusir gugus pergi (X) untuk memberikan produk substitusi 3.
Reaksi substitusi dengan amina 1. Asilasi amina untuk mensintesis amida
Uji Hinsberg : untuk menguji amna primer, sekunder, atau tersier.
pengujian suatu amina dengan benzensulfonil klorida dalam larutan NaOH
o
Amina primer : bereksi dengan benzensulfonil klorida dengan NaOH membentuk garam Na pada sulfonamide yang larut dalam NaOH (basa). Pemberian larutan asam akan terjadi endapan pada sulfonamide.
o
Amina sekunder : bereaksi dengan benzensulfonil klorida membentuk sulfonamide yang tidak memiliki “H” amida sehingga tidak larut dalam NaOH. Pengasaman dengan HCl tidak dapat melarutkan endapan sulfonamide.
o
Amina tersier : tidak bisa bereaksi dengan benzensulfonil klorida, tapi NaOH dapat bereaksi dengan sulfonil korida membentuk suatu garam dari asam benzensulfonat. Amina tidak larut dalam NaOH, tapi dapat larut pada pengasaman dengan HCl karena garam amina hidroklorida terbentuk.